bab ii landasan teori...7 bab ii landasan teori 2.1. disiplin kerja 2.1.1. pengertian disiplin kerja...
Post on 05-Sep-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Disiplin Kerja
2.1.1. Pengertian Disiplin Kerja
Secara umum disiplin merupakan sifat mental yang tercermin dalam perbuatan
tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan
terhadap peraturan, etika dan norma yang berlaku.
Menurut Handoko dalam (Hamali, 2018) Disiplin adalah kegiatan manajemen
untuk menjalankan stanadar – standar organisasional.
Menurut Rivai dalam (Widayaningtyas, 2016) mengatakan bahwa :
Disiplin kerja adalah suaatu alat yang digunakan para manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma
sosial yang berlaku.
Menurut Sastrohadiwiryo Siswanto dalam (Supomo & Nurhayati, 2018)
disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghargai, menghormati,
patuh, dan taat terhadap peraturan – peraturan yang berlaku baik secara tertulis
maupun yang tidak tertulis.
Sedangkan Menurut Sutrisno dalam (Supomo & Nurhayati, 2018) Disiplin
kerja adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang
ada.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
disiplin kerja yang tinggi maka tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan
8
berjalan dengan baik. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedisiplinan merupakan kunci
keberhasilan dalam perusahaan tersebut.
2.1.2. Indikator – Indikator Kedisiplinan
Menurut Hasibuan dalam (Irawan, 2018) banyak indikator – indikator yang
memengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi. Adapun indikator
kedisiplinan sebagai berikut :
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan seseorang ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta
cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan kepada seseorang harus sesuai dengan kemampuan
karyawan yang bersangkutan, agar dia bekerja sungguh – sungguh dan disiplin dalam
mengerjakannya.
2. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus
memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta kata dengan perbuatan.
3. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena
balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaannya/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap
pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
9
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan. Karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan selalu ingin diperlakukan sama
dengan manusia lainnya.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat,
karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan
perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan
sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut untuk melanggar
peraturan – peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan
berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pemimpin dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan
karyawan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap
karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.
8. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantaranya sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.
10
2.1.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Sutrisno dalam (Hamali, 2018) faktor – faktor yang memengaruhi
disiplin kerja karyawan adalah :
1. Besar Kecilnya Pemberian Kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat memengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan
akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, jika karyawan merasa mendapat
jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan
bagi perusahaan. Karyawan yang menerima kompensasi memadai akan dapat bekerja
tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik–baiknya. Karyawan
yang merasa kompensasi yang diterimanya jauh dari memadai, maka akan berfikir
mendua dan berusaha untuk mencari tambahan penghasilan lain di luar, sehingga
menyebabkan karywan tersebut sering mangkir dan sering minta izin keluar.
2. Ada tidaknya Keteladanan Pimpinan dalam Perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan perusahaan,
semua karyawan akan selalu memerhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan
disiplin dirinya dan bagaimana pimpinan dapat mengendalikan dirinya dari ucappan,
perbuatan, dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang ditetapkan.
3. Ada tidaknya Aturan pasti yang dapat dijadikan Pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, jika tidak ada
aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak
mungkin ditegakkan jika peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan
yang dapat berubah – ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
11
4. Keberanian Pimpinan dalam mengambil Tindakan
Keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan sangat diperlukan ketika ada
seorang karyawan yang mendengar disiplin, yang sesuai dengan tingkat pelanggaran
yang dibuatnya. Tindakan tegas yang diambil oleh seorang pimpinan akan membuat
karyawan merasa terlindungi dan membuat karyawan berjanji tidak akan mengulangi
kesalahan yang telah dilakukan.
5. Ada tidaknya pengawasan Pimpinan
Orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan terhadap disiplin ini tentulah
atasan langsung para karyawan yang bersangkutan. Hal ini disebabkan para atasan
langsung itulah yang paling tahu dan paling dekat dengan para karyawan yang ada di
baawahnya. Pengawasan yang dilaksanakan atasan langsung ini sering disebut
WASKAT. Seorang pemimpin bertanggung jawab melaksanakan pengawasan
melekat ini pada tingkat manapun, sehingga tugas-tugas yang dibebankan kepada
bawahan tidak menyimpang dari apa yang telah ditetapkan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para karyawan akan
dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Seorang pemimpin tidak hanya dekat
dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam artian batin. Pimpinan
yang mau memberikan perhatian kepada karyawan akan selalu dihormati dan dihargai
oleh para karyawan sehingga akan berpengaruh besar kepada prestasi, semangat
kerja, dan moral kerja karyawan.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin, antara lain :
12
Saling menghormati bila bertemu di lingkungan kerja
Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para karyawan
akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut
Sering mengikutsertakan karyawan didalam pertemuan-pertemuan, apalagi
pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan karyawan.
Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja, dengan
menginformasikan kemana dan untuk urusan apa, walaupun kepada bawahan
sekalipun.
2.1.4. Fungsi Disiplin Kerja
Menurut Tu’u dalam (Hartatik, 2014) mengemukakan beberapa fungsi disiplin,
yaitu :
1. Menata kehidupan bersama
Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama dalam suatu kelompok tertentu atau
masyarakat. Dengan begitu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan
lainnya menjadi lebih baik dan lancar.
2. Membangun kepribadian
Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai. Lingkungan yang
memiliki disiplin tinggi sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.
Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib, dan tenteram
sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
3. Melatih Kepribadian
13
Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar senantiasa
menunjukkan kinerja yang baik. Sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin terbentuk melalui satu proses yang panjang. Salah satu proses untuk
membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.
4. Hukuman
Disiplin yang disertai ancaman sanksi atau ukuran sangat penting, karena dapat
memberikan dorongan kekuatan untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman
hukuman, dorongan ketaatan dan kepatuhan akan menjadi lemah, serta motivasi
untuk mengikuti aturan yang berlaku menjadi berkurang.
5. Menciptakan lingkungan kondusif
Fungsi disiplin kerja dalam membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan
berdisiplin di dalam lingkungan ditempat seseorang itu berbeda, termasuk lingkungan
kerja, sehingga tercipta suasana tertib dan teratur dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.1.5. Tujuan Disiplin Kerja
Menurut Sastrohadiwiryo dalam (Supomo & Nurhayati, 2018) tujuan dari disiplin
kerja, yaitu :
1. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan
maupun peraturan dan kebijakan instansi yang berlaku baik tertulis maupun tidak
tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.
2. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa instansi
dengan sebaik-baiknya.
14
3. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku.
4. Tenaga kerja mampu menghasilkan kinerja kerja pegawai yang tinggi sesuai dengan
harapan instansi, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
2.1.6. Jenis – Jenis Disiplin Kerja
Menurut Hartatik dalam (Pramularso, 2017) mengemukakan bahwa disiplin kerja
ada 5 jenis yaitu :
1. Disiplin Diri
Sikap disiplin dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan
manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab pribadi yang berarti mengakui dan
menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya.
2. Disiplin Kelompok
Disiplin Kelompok adalah patut, taat, dan tunduknya kelompok terhadap peraturan,
perintah, dan ketentuan yang berlaku, serta mampu mengendalikan diri dari dorongan
kepentingan dalam upaya pencapaian cita-cita dan tujuan tertentu, serta memelihara
stabilitas organisasi dan menjalankan standar-standar organisasional.
3. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah disiplin yang ditunjukkan untuk mendorong pegawai agar
berdisiplin dengan menaati dan mengikuti berbagai standar serta peraturan yang telah
ditetapkan.
4. Disiplin Korektif
15
Disiplin korektif merupakan suatu upaya untuk memperbaiki dan menindak pegawai
yang melakukan pelanggaran terhaap aturan yang berlaku.
5. Disiplin progresif
Disiplin progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih berat terhadap
pelanggaran yang berulang
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam mengemban tugas dan
pekerjaan yang berasal dari perusahaan. Istilah kinerja adalah performance yang artinya
adalah performa.
Menurut Rahadi dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) mengatakan bahwa :
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang
dalam suatu suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Mangkunegara dalam (M.T & Daryanto, 2017) kinerja adalah hasil kerja
baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan.
Menurut Desssler dalam (M.T & Daryanto, 2017) Kinerja merupakan prestasi
kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang diperoleh seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut.
16
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja tidak berdiri dengan sendirinya, ada beberapa faktor-fakor yang
memengaruhi kinerja. Menurut Amstrong dalam (Sopiah & Sangadji, 2018) faktor kinerja
adalah :
1. Personal Factors (faktor individu). Faktor individu berkaitan dengan keahlian,
motivasi, komitmen, dan lain-lain.
2. Leadership Factors (faktor kepemimpinan). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan
kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua
kelompok kerja.
3. Team Factors (faktor kelompok/rekan kerja). Faktor kelompok/rekan kerja berkaitan
dengan kuaitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
4. System Factors (faktor sistem). Faktor sistem berkaitan dengan sistem metode kerja
yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
5. Contextuallsituational Factors (faktor situasi). Faktor situasi berkaitan dengan
tekanan dan perubahan lingkungn, baik lingungn nternal aupun eksternal.
2.2.3. Indikator Kinerja Karyawan
Menurut Robbins dalam (M. T & Daryanto, 2017:107) mengatakan bahwa
indikator kinerja karyawan sebagai berikut :
1. Kualitas, kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan
yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan.
17
2. Kuantitas, merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu, Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektvitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,
teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari dalam
menggunakan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya komitmen kerja. Merupakan suatu tigkat dimana
karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dari tanggung jawab
karyawan terhadap perusahaan dimana dia bekerja.
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-Kisi Operasional Variabel
Kisi-kisi operasional variabel ini penulis menggunakan dan menyusun daftar
pernyataan kuisioner. Digambarkan dalam tabel dimensi dan indikator sebagai berikut:
Tabel II.1
Kisi-Kisi Operasional Variabel Disiplin Kerja (X)
Variabel Dimensi Indikator Butir
Disiplin
Kerja
(X)
Tujuan dan Kemampuan Beban kerja sesuai dengan
kemampuan karyawan
1,2
Teladan Pimpinan Pemimpin sebagai suri tauladan dan
panutan
3
18
Balas Jasa Memberikan upah sesuai
kemampuan
4
Keadilan Berperilaku adil terhadap seluruh
karyawan
5
Waskat (Pengawasan) Pimpinan aktif mengawasi
karyawan secara langsung
6
Sanksi Hukuman Pelaksanaan hukuman ketika
melakukan kesalahan
7
Ketegasan Penindakan yang konsisten dalam
melaksanakan peraturan
8,9
Hubungan Kemanusiaan Pemimpin menciptakan
keharmonisan dengan karyawan
10
Sumber: (Supomo & Nurhayati, 2018)
Tabel II.2
Kisi-Kisi Operasional Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Variabel Dimensi Indikator Butir
Kinerja
Karyawan
(Y)
Kualitas Ketelitian, kerapian, kelengkapan
dalam menangani tugas-tugas di
perusahaan
1,2
Kuantitas Banyaknya pekerjaan yang
dihasilkan oleh karyawan
3,4
Ketepatan Waktu Tepat waktu dalam melaksanakan
pekerjaan
5,6
Efektivitas Menggunakan sumber daya yang
disediakan secara optimal oleh
karyawan
7,8
Kemandirian Bertanggung jawab dalam hal
apapun yang dilakukan oleh
karyawan
9,10
Sumber: Robbins dalam (M. T & Daryanto, 2017:107)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
19
Menurut Priyanto dalam (Pramularso, 2017) Uji validitas item digunakan untuk
mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur objeknya. Item dikatakan
valid jika ada korelasi dengan skor total. Pengujian validitas item dalam spss bisa
menggunakan dua metode analisis yaitu Korelasi Pearson atau Corrected item Total
Correlation. Teknik uji validitas item dengan korelasi pearson dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor item dengan skor total item, kemudian pengujian signifikasi
dilakukan dengan kriteria r tabel pada tingkat signifikasikan 0.05 dengan uji 2 sisi.
Jika nilai positif r hitung >r tabel, maka item dapat dinyatakan valid (demikian pula
sebaliknya). Dalam penelitian ini validitas menggunakan teknik Korelasi Pearson
Product Moment dengan melihat r hitung SPSS dan r tabel nilai product moment.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Priyanto dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) yaitu “uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan atau konsistensi alat ukur yang
biasanya menggunakan kuesioner”. Metode yang sering digunakan dalam penelitian
untuk mengukur skala rentangan adalah Cronbach Alpha. Uji reliabilitas merupakan
kelanjutan dari uji validitas dimana item yang masuk pengujian adalah item yang
valid saja. Reabilitas suatu variabel yang dikatakan reliabel jika suatu koefisien alpha
> 0,60. Sebab kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai alpha lebih besar
dari 0,60.
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
1. Populasi
20
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016)
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2016).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode random sampling, yang dimaksud
dengan teknik sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan setara yang ada dalam populasi itu. Sampel merupakan bagian dari
populasi. Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin
sebagai berikut :
n = 𝑁
1+(𝑁𝑥𝑒2)
n = ukuran sampel/jumlah responden
N = ukuran populasi
e = batas kesalahan yang ditolerir sebesar 5%
3. Teknik Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
(Sugiyono, 2016)
4. Skala Likert
21
Menurut (Sugiyono, 2016) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Tabel II.3
Skor berdasarkan Skala Likert
Jawaban Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : (Sugiyono, 2016)
5. Koefisien Korelsasi
Menurut Sugiyono dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) uji koefisiensi korelasi adalah
teknik yang digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis
hubungan dua variabel berbentuk interval dan dari sumber data yang sama. Berikut
rumus yang digunakan untuk mencari koefisiensi korelasi (r) :
n ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
√{𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2}{𝑛 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦)2}
Keterangan :
rxy = Koefisien Korelasi
22
n = Jumlah Responden
∑ 𝑥 = Total Jumlah Variabel X
∑ 𝑦 = Total Jumlah Variabel Y
∑ 𝑥2 = Kuadrat dari total jumlah variabel X
∑ 𝑦2 = Kuadrat dari total jumlah variabel Y
∑ 𝑥𝑦 = Hasil perkalian dari total jumlah variabel X dan Y
Adapun interpretasi dari hasil uji korelasi adalah seperti di dalam tabel II.4 sebagai
berikut :
Tabel II.4
Tabel Interpretasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono dalam Widiyanti & Fitriani (2017)
6. Koefisien Determinasi
Menurut Sugiyono dalam (Supomo & Nurhayati, 2018) untuk mencari pengaruh
varian variabel dapat digunakan teknis statistik dengan menghitung besarnya
koefisien determinasi. Koefisien Determinasi dihitung dengan mengkuadratkan
koefisien korelasi yang telah ditemukan dengan rumus sebagai berikut :
KD = r² x 100%
23
Dimana :
KD = Besarnya koefisien penentu (determinasi)
r = Koefisien korelasi
7. Persamaan Regresi
Menurut Sugiyono dalam (Yuliantari & Ulfa, 2016) rumus koefisien regresi dapat
digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen (Kinerja
Karyawan) bila nilai variabel independen (Disiplin Kerja) dimanipulasi (diubah-
ubah) untuk teknik persamaan regresi yang penulis gunakan adalah rumus persamaan
regresi product moment dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + bX
Dimana :
Y = Nilai yang diprediksikan
a = Konstanta atau bila harga X=0
b = Koefisien regresi, yaitu peningkatan atau penurunan variabel
yang didasarkan pada variabel X
X = Nilai variabel independen
top related