bab ii landasan teori 2.1 landasan teori a. pengertian belajarrepository.unj.ac.id/2161/7/bab...
Post on 10-Aug-2019
247 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Hakikat Mengenai Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto dalam (Hamdu & Agustina, 2011) Belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam
belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.
Adapun menurut menurut Wina Sanjaya dalam (Primartadi, n.d.)
bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat
pengalaman dan latihan. Proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang tidak dapat disaksikan tetapi hanya dapat melihat dari gejala-
gejala perubahan yang tampak. Sehingga, ketika ingin mengetahui
perkembangan belajar sesorang dapat melihat perubahan tingkah laku
seseorang.
Dipertegas Abdurrahman dan Mulyono dalam (Siagian, 2012)
“belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan”. Terjadinya perubahan dalam situasi
tertentu seiring isi ingatan yang membuat belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
sebagainya.
b. Ciri-ciri Belajar
Dari definisi para ahli dapat ditemukan mengenai ciri-ciri belajar.
Suryabrata (1995: 249) mengemukakan tentang ciri-ciri kegiatan belajar
sebagai berikut:
1) Belajar adalah aktivitas yang membawa perubahan pada diri individu
yang belajar dalam arti perubahan tingkah laku aktual maupun
potensial.
2) Perubahan tersebut pada intinya adalah didapatkannya kecakapan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
3) Perubahan tersebut terjadi karena usaha yang dilakukannya
c. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hal yang dapat dilihat dan diukur. Hal
ini sesuai menurut Oemar Hamalik dalam (Suhendri, 2010) bahwa “Hasil
belajar nampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang dapat diamati dan terukur dalam bentuk perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik.”
Adapun pengertian hasil belajar menurut Sudijono dalam (Siswanto,
2016) mengungkapkan hasil belajar merupakan sebuah tindakan evaluasi
yang dapat mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain) juga
dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap
(affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang
melekat pada diri setiap individu peserta didik. Ini artinya melalui hasil
belajar dapat terungkap secara holistik penggambaran pencapaian siswa
setelah melalui pembelajaran.
d. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Dalyono (1997: 55-60) berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:
a) Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit
kepala, demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak
bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani
(jiwa) kurang baik.
2. Intelegensi dan Bakat
Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-
nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik.
Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar.
Jika seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada
dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah
dibandingkan orang yang hanya memiliki intelegansi tinggi saja atau
bakat saja.
3. Minat dan Motivasi
Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga
datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa
hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat
atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau
bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang
kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-
sungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi berbeda dengan minat.
Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong.
4. Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil
belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,
psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang.
b) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)
1. Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan, besar
kecilnya penghasilan dan perhatian.
2. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian
kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau 22
perlengkapan di sekolah dan sebagainya, semua ini mempengaruhi
keberhasilan belajar.
3. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar
tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata bersekolah tinggi dan
moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar.
4. Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi
hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar,
keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan mempengaruhi
kegairahan belajar.
2.1.2 Hakikat Mengenai Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi adalah dorongan, keinginan untuk melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan yang terbaik pada dirinya
demi tercapainya tujuan yang diinginkan menurut Sri Suyati dalam
(Mappeasse, 2010).
Menurut Sardiman (2007: 73), “motif diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan”. Berawal dari kata motif maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Selanjutnya, “motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan”. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar.
Adapun fungsi motivasi dalam belajar menurut Sardiman (2007: 84)
yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumus tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
b. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Guna menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah,
terdapat beberapa bentuk dan cara yang disebutkan oleh Sardiman (2007:
92) antara lain:
1) Memberi angka, yaitu sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa yang belajar untuk mencapai angka/nilai yang baik.
Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang sangat
kuat.
2) Hadiah, juga dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu
demikian. Hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
suatu pekerjaan tersebut.
3) Saingan/kompetisi, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual
maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4) Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran pada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah
sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan
belajar dengan sungguh-sungguh dapat disebabkan karena harga
dirinya.
5) Memberi ulangan, siswa akan menjadi giat belajar jika ada ulangan.
Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi
dengan catatan tidak terlalu sering dan diberitahukan siswa.
6) Mengetahui hasil, yaitu siswa akan lebih termotivasi jika mengetahui
hasil pekerjaannya terutama jika terjadi suatu kemajuan akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
7) Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan
motivasi yang baik. Adanya pujian tepat akan memupuk suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan
membangkitkan harga diri.
8) Hukuman, sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi.
9) Hasrat untuk belajar, yaitu pada diri siswa ada motivasi untuk belajar
yang adanya unsur kesengajaan (ada maksud untuk belajar).
10) Minat, muncul karena ada suatu kebutuhan begitu pula dengan motivasi,
sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.
Tujuan yang diakui, yaitu rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik
oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat penting.
c. Faktor - faktor Motivasi Belajar
Menurut (Muhibbin Syah, 2002), Faktor-faktor motivasi belajar terdiri dari :
1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang
berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri
yang terdiri dari:
a) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga,
teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.
b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah,
jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi
orangtua dan lain-lain.
d. Indikator Motivasi Belajar
Setidaknya terdapat 6 indikator motivasi belajar siswa menurut
Herminarto dan Hamzah dalam (Syarif, 2012) yaitu :
1. hasrat dan keinginan berhasil,
2. dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
3. harapan dan cita-cita masa depan,
4. penghargaan dalam belajar,
5. kegiatan yang menarik dalam belajar, dan
6. lingkungan belajar yang kondusif.
2.1.3 Hakikat Mengenai Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Salah satu ahli psikologi pendidikan terkemuka yaitu Slavin dalam
(Fachrurozi & Mahmudi, 2014) merumuskan pembelajaran kooperatif
mengacu kepada metode pembelajaran di mana siswa bekerja dalam
kelompok kecil untuk saling membantu mempelajari materi pelajaran.
Dalam kelas kooperatif siswa diharapkan untuk saling membantu,
berdiskusi, berdebat, saling menilai pengetahuan terbaru dan saling mengisi
kelemahan dalam pemahaman masing-masing.
Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model ini memiliki ciri pokok yaitu siswa belajar dalam
kelompok secara kooperatif yang dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Tujuan dari
pembelajaran ini adalah hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Penjelasan lebih lanjut tentang tiga tujuan penting pembelajaran
kooperatif yaitu sebagai berikut:
1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli
yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu
siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
2) Penerimaan terhadap keragaman Model kooperatif bertujuan agar siswa
dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai macam latar
belakang. Perbedaan tersebut antara lain: perbedaan suku, agama,
kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3) Pengembangan keterampilan sosial Keterampilan sosial yang dimaksud
dalam pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok, dan sebagainya.
b. Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Mohammad Nur (2005: 3) pembelajaran yang
menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari
belajar kooperatif menurut Slavin dalam (Trianto, 2009), adalah sebagai
berikut:
1) Penghargaaan kelompok, yang diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung
jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan
memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi
tanpa bantuan yang lain.
3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa
kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
d. Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini perbandingan lima pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif menurut Ibrahim, dkk (Trianto, 2009) yaitu:
1) Students Teams Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif
dengan setiap anggota kelompok yang heterogen saling bekerja sama dan
bertanggung jawab terhadap pemahaman suatu konsep atau informasi.
Informasi yang diberikan merupakan informasi akademik sederhana.
Pemilihan topik dilakukan oleh guru. Model ini menggunakan suatu kuis
untuk mengukur pemahaman konsep dari siswa.
2) Jigsaw Menggunakan dua kelompok yaitu kelompok ‘asal’ dan kelompok
‘ahli’. Siswa mempelajari materi dalam kelompok ‘ahli’, kemudian
membantu anggota kelompok ‘asal’ untuk mempelajari materi itu. Materi
atau konsep yang dipelajari berupa informasi akademik sederhana.
Pemilikan topik pelajaran dilakukan oleh guru. Pemahaman siswa
mengenai konsep yang dipelajari ini dapat diketahui dan diukur dengan
menggunakan tes mingguan.
3) Group Investigations (GI) Merupakan teknik cooperation learning di
mana para siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menangani berbagai macam proyek kelas. Konsep yang dipelajari berupa
informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri. Pemilihan
topik pelajaran biasanya dilakukan oleh siswa. Dalam metode ini hadiah
atau point tidak diberikan. Penilaian dapat dilakukan dengan
menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat juga menggunakan tes
essay.
4) Think Pair and Share (TPS) Pembelajaran ini dilakukan dengan siswa
saling berdiskusi antar teman sebelahnya (2 siswa) atau lebih, mengenai
permasalahan/materi yang sampaikan oleh guru. Informasi yang
dipelajari berupa informasi akademik sederhana. Penugasan
pembelajaran ini yaitu siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
secara sosial dan kognitif. Penilaian dapat dilakukan secara bervariasi
baik berupa tugas maupun tes individu.
5) Numbered Head Together (NHT) Pembelajaran tipe NHT hampir sama
dengan tipe TPS yang merupakan suatu pendekatan pembelajaran secara
struktural. Pembelajaran dilakukan secara berkelompok dengan anggota
yang heterogen untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh
guru. Hanya yang membedakan NHT yaitu masing-masing siswa dalam
satu kelompok memiliki nomer yang berbeda. Ketika nomer
disebutkan/dipanggil oleh guru, siswa dari masing-masing kelompok
yang memiliki nomer tersebut berdiri dan menjelaskan hasil diskusi dari
kelompoknya. Informasi yang dipelajari berupa informasi akademik
sederhana. Penugasan pembelajaran ini yaitu siswa mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif. Penilaian dapat
dilakukan secara bervariasi baik berupa tugas maupun tes individu.
Tabel 2.1 Sintaksis Model Pembelajaran Kooperatif
e. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memiliki ciri utama yaitu
memotivasi siswa dalam satu kelompok untuk saling memberi semangat,
saling bekerja sama dan saling membantu untuk menuntaskan informasi
atau keterampilan yang sedang dipelajari untuk menghadapi kuis individu.
Pembelajaran kooperatif ini juga menekankan adanya sebuah penghargaan
sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Adanya penghargaan
tersebut dapat memotivasi siswa untuk lebih baik dalam menghadapi kuis
individu yaitu memperoleh skor terbaik.
Terdapat lima komponen utama dalam pembelajaran STAD antara
lain sebagai berikut (Mohamad Nur, 2005:20):
1) Presentasi Kelas
Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa hanya pada
presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokuskan pada unit STAD.
Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh
memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan
membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis mereka
menentukan skor timnya.
2) Kerja Tim
Tim atau kelompok tersusun dari 4-5 siswa yang mewakili heterogenitas
dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama tim
adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Kerja tim
tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Tim tersebut menyediakan
dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh
berarti pada pembelajaran, serta tim menunjukkan saling peduli dan
hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil
belajar.
3) Kuis
Dalam mengerjakan kuis siswa tidak dibenarkan saling membantu
selama kuis berlangsung. Hal ini menjamin agar siswa secara individual
bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.
4) Skor
Perbaikan Individual Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum
kepada timnya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang siswa pun
dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja
masa lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari
kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa
memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis
mereka melampaui skor dasar mereka.
5) Penghargaan Tim
Tim dapat memperoleh penghargaan apabila skor rata-rata mereka
melampaui kriteria tertentu. Skor tim dihitung berdasarkan presentase
nilai tes mereka melebihi nilai tes sebelumnya.
f. Kelebihan dan Kelemahan Model STAD
Kelebihan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran ini menurut
(Kuswadi, 2004) adalah sebagai berikut:
1) Setiap anggota kelompok mendapat tugas
2) Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok
3) Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill)
4) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain
5) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga
kemampuan akademiknya meningkat
6) Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan
pendapat
7) Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan
8) Terlaksananya pembelajaan yang berpusat pada siswa, sehingga waktu
yang tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh siswa untuk kegiatan
pembelajaran
9) Memberi peluang munculnya sikap-sikap positif siswa
Kelemahan penggunaan pendekatan pembelajaran ini adalah:
1) Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan wakru yang relatif lebih lama
sehingga sulit mencapai target kurikulum
2) Dalam mempersiapkannya guru membutuhkan waktu yang lama
3) Membutuhkan kemampuan khusus guru, sehingga tidak semua guru
dapat melakukan dan menggunakan strategi belajar kooperatif
4) Menuntut sifat tertentu tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja
sama.
2.1.4 Hasil Belajar Pemeliharaan Chasis dan Pemindah Tenaga
2.1.4.1 Materi Roda dan Ban
a. Pengertian Ban
Kendaraan berjalan diatas ban yang terisi udara bertekanan. Ban
adalah bagian kendaraan yang bersentuhan langsung dengan permukaan
jalan, Ban-ban ini berputar pada permukaan jalan dan tenaga mesin
ditransfer melalui ban. Ban juga berfungsi sebagai peredam untuk
memperlembut kejutan dari permukaan jalan dan menambah
kenyamanan berkendaraan.
b. Fungsi Ban
1) Ban berfungsi menopang seluruh berat kendaraan.
2) Ban berfungsi mengontrol gerak awal, kecepatan tinggi atau rendah,
pengereman, dan belokan.
3) Ban berfungsi menyerap kejutan yang diterima dari permukaan jalan
yang tidak rata.
c. Bagian Ban
1) Carcass merupakan rangka ban yang keras, berfungsi untuk menahan
udara yang bertekanan tinggi, tetapi harus cukup flexibel untuk
meredam perubahan beban dan benturan.
2) Tread berfungsi untuk melindungi carcass terhadap keausan dan
kerusakan yang dsebabkan oleh permukaan jalan.
3) Sidewall adalah lapisan karet yang menutup bagian samping ban dan
melindungi carcass terhadap kerusakan dari luar.
4) Breaker terletak antara carcass dan tread yang memperkuat daya rekat
keduanya, dan meredam kejutan yang timbul dari permukaan jalan ke
carcass.
5) Bead berfungsi untuk mencegah robeknya ban dari rim oleh oleh
karena berbagai gaya yang bekerja.
d. Tipe Ban
1) Ban Bias (diagonal ply)
Ban bias atau ban diagonal secara umum sebagai ban biasa
selama bertahun-tahun. Ban ini disusun atas dua atau lebih tenunan
(cords) dari bahan tekstil yang diletakkan secara diagonal dari bead
ke bead.
Gambar 2.1 Ban Bias
Susunan yang saling menyilang dalam arah berlawanan ini,
memberikan bentuk casing ban yang stabil dan kuat. Dengan bentuk
casing yang kuat dan bias ban banyak digunakan pada kendaraan
penumpang ringan, maupun kendaraan industri. Namun dengan
susuan tenunan tenunan yang bias seperti itu menyebabkan dinding
sisi luar ban menjadi kaku. Sehingga mudah menjadi panas dan
pecah.
2) Ban Radial
Ban radial merupakan ban yang dibuat dari susunan atas dua
atau lebih lapisan tenunan. Lapisan-lapisan tenunan diatur dalam
bentuk sejajar satu dengan lainnya atau tegak lurus 90̊ terhadap bead.
Dinding silinder ban radial lebih fleksibel daripada ban bias. Hal ini
memungkinkan kendaraan berbelok dengan cepat dan mudah
tergelincir (slip).
Gambar 2.2 Ban Radial
e. Kode dan Ukuran Ban
Pada ban bagian luar biasanya terdapat kode. Diantaranya untuk
menunjukkan tentang ukuran lebar ban, diameter pelek, aspek rasio,
batas kecepatan maksimum.
Gambar 2.3 Kode dan Ukuran Ban
1. Lebar ban dalam inchi (Ban Bias) atau mili meter (Ban Radial).
2. Kecepatan maksimum yang diizinkan.
3. Diameter pelek dalam inchi.
4. Kapasitas maksimum membawa beban dalam satuan ply rating
(kekuatan ban A 4PR sama dengan kekuatan ban yang
menggunakan 4 lapis benang katun.
5. Aspect ratio (tinggi/lebar ban) dalam persen.
6. Ban radial.
7. Kapasitas mengangkut beban (load index).
Berikut adalah arti dari kode ban dibawah ini :
1. Lebar ban (dalam mm)
2. Aspek rasio (%) tinggi sidewall terhadap lebar ban
3. Diameter ban / velg (dalam inch)
4. Indeks beban / Load Index
5. Simbol kecepatan / Speed Index
Gambar 2.4 Contoh Kode pada Ban
2.1.4.2 Roda
a. Pengertian Roda
Ban tidak dapat dipasang langsung pada kendaraan, tetapi pada
roda-roda. Karena roda merupakan bagian penting yang menyangkut
keselamatan mengemudi, maka harus cukup kuat untuk menahan beban
vertical dan horizontal, beban pengendaraan dan pengereman dan
berbagai macam tenaga yang tertumpu pada ban.
Gambar 2.5 Pelek Roda
b. Tipe Pelek Roda
Menurut metode pembuatan dan bahannya tipe pelek roda terdiri
dari dua tipe yang umumnya digunakan sekarang yaitu baja pres dan
campuran besi tuang.
Pelek baja pres Pelek campuran besi tuang
Gambar2.6 Tipe Pelek Roda
c. Bentuk Dasar Pelek
Menurut Standar Industri Jepang (JIS), pelek dibagi menjadi enam
kategori dengan kodenya, yaitu:
Tabel 2.2 Bentuk Dasar Pelek
No Nama Kode
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Diveded Type Rim
Drop Centre Rim
Wide Drop Centre Rim
Semi Drop Centre Rim
Flat Base Rim
Interim Rim
D.T.
D.T.
W.D.C
S.D.C
F.B
I.R.
1) Diveded Type Rim
Pelek ini digunakan untuk mobil kecil, kendaraan pertanian, skuter,
dan kendaraan industri. Pelek yang dibuat menjadi dua bagian ini
sangat mudah dalam penggantian ban.
2) Drop Centre Rim
Pelek jenis ini digunakan untuk mobil sedan, dan truk-truk kecil.
Pelek yang dibuat menjadi satu, dengan bagian tengah dibuat
cekung. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dan memasang
dan melepas bead ban.
3) Wide Drop Centre Rim
Ban yang mempunyai profil rendah yaitu lebar ban yang lebih besar
dibanding ban biasa. Pelek jenis ini banyak digunakan pada mobil
sedan dan truk kecil.
4) Semi Drop Centre Rim
Pelek jenis ini terutama digunakan untuk ban truk kecil. Banyak
bagian tengah yang sedikit cekung memudahkan penggantian ban.
Kontak antara ban dan pelek diperbesar dengan adanya Taper.
5) Flat Base Rim
Pelek jenis ini biasa digunakan pada truk dan bis. Struktur pelek yang
rata dan kuat, terdiri dua bagian dapat menahan beban lebih berat.
6) Interium Rim
Pelek jenis ini merupakan penyempurnaan pelek jenis Flat Based
Rim yang lebih lebar (Wide Base Rim). Pelek ini mempunyai tempat
bead ban yang lebih lebar dan membentuk taper pada kedua sisinya.
2.1.4.3 Pemeriksaan Ban Luar
1) Kesesuaian ban terhadap pelek yang digunakan.
Pelek yang digunakan harus sesuai dengan ukuran ban. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan melihat ukuran ban yang tertera pada
sidewall dan dibandingkan dengan ukuran pelek yang digunakan.
Ukuran pelek biasanya tertera pada pelek tersebut. Pemakaian pelek
yang tidak sempurna akan mengakibatkan akibat seperti telah
diuraikan di atas. Memeriksa run out roda juga menjadi hal penting,
yaitu seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.7 Pemeriksaan Ban
2) Pemeriksaan keausan ban.
Keausan ban dapat dilihat dengan melihat indikator keausan ban
pada tread. Jika keausan tread mencapai indikator, hal ini
menunjukkan batas keausan ban dan saatnya ban harus diganti.
3) Tekanan angin.
Tekanan angin ban yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan
pada ban dan memperpendek umur ban, diantaranya : keausan tread
tidak rata, lepasnya ikatan ply-cord dari karet ban, dan keretakan
pada daerah sidewall.Oleh karena itu penting juga dilakukan
memeriksa keolengan roda, seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.8 Pemeriksaan Keolengan
4) Kerusakan luar.
Kerusakan yang dapat diamati dari luar biasanya terjadi pada bagian
luar ban. Seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.9 Kerusakan Luar Ban
2.1.4.4 Pemeriksaan Ban Dalam
Pemeriksaan ban dalam terdiri dari :
1).Kesesuaian dengan ban luar yang dipakai. Ban dalam dan luar harus
menggunakan ukuran dan jenis yang sama. Ban luar radial harus
menggunakan ban dalam radial juga.
2).Keliling penampang luar. Ban dalam yang keliling penampang luarnya
telah mengembang sampai 92% atau lebih, dibandingkan dengan
keliling penampang ban luar pada bagian dalam harus diganti baru.
3).Kondisi pentil. Pentil yang sudah tidak bekerja dengan baik (macet,
karatan, bocor) tidak layak pakai dan harus diganti baru. Batang pentil
yang rusak (karatan/bocor) menunjukkan ban dalam harus diganti.
Pastikan tutup pentil ada dan terpasang.
4).Karet ban. Jika terjadi kerusakan pada ban dalam yang sudah aus,
terlipat, ataupun sobek maka harus diganti. Ban dalam dengan
tambalan yang sudah terlalu banyak juga harus diganti baru.
Gambar 2.10 Pemeriksaan Ban Dalam
2.1.4.5 Balans
a. Pengertian Balans
Balancing roda adalah pekerjaan menyetimbangkan roda mobil
atau sepeda motor agar sebaran massa / bobot merata, sehingga roda
mobil atau sepeda motor dapat berputar pada sumbu putarnya dengan
tenang tanpa ada getaran. Balance dibagi menjadi dua jenis yaitu static
balance dan dynamic balance.
b. Pengertian tidak balans statis dan tidak balans dinamis
1) Balans statis
Balans statis adalah keadaan roda tidak bergetar pada arah
atas-bawah ( wheel tramp). Dalam arti bahwa sebuah roda yang
mempunyai balans statis akan berhenti di sebarang posisi.
Sedangkan pada roda yang tidak balans, maka bagian yang berat
dari roda akan selalu terletak pada bagian bawah.
Untuk mendapatkan balans statis, maka distribusi masa bobot
(balance weight) atau timah pemberat merata di sekeliling sumbu
putaran roda, sehingga roda dapat diam pada setiap posisinya.
2) Balans dinamis
Balans dinamis adalah keadaan roda yang tidak bergetar pada
arah samping kiri dan kanan. Syarat balans dinamis adalah bahwa
garis tengah masa bobot terletak satu bidang dengan garis tengah
roda.Sedangkan bila terjadi pada ban tidak balans dinamis dapat
diperbaiki dengan menempelkan bobot timah sejumlah tertentu
sehingga garis tengah masa bobot sebidang dengan garis tengah
roda.
Gambar 2.9 Perbedaan Balans Statis dan Dinamis
2.1.5 Kesimpulan Hasil Belajar PCPT
Kesimpulan hasil belajar PCPT pada penelitian ini ialah adanya
perubahan atau suatu hasil nyata yang dicapai oleh semua siswa setelah
menjawab 35 soal Post tes dan mendapatkan nilai diatas KKM yaitu 80.
2.2 Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yania Risdiawati (2012) dengan judul
“Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun
ajaran 2011/201. Hasil Penelitian model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Siswa. Persamaan
dengan penelitian diatas dengan skripsi penulis yaitu menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa. Perbedaannya adalah pada penelitian Yania Risdiawati
diterapkan pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri, sedangkan
penelitian ini diterapkan pada siswa kelas XI-TKR 4 SMK Teratai Putih
Jakarta.
2. Penelitian Mariana Purnawati (2011) dengan judul Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Team Achievement Division
(STAD) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar
Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. Kesimpulan penelitian
ini adalah penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan
Keaktifan dan hasil belajar Akuntansi siswa. Perbedaannya penelitian
Mariana Purnawati yaitu mengukur keaktifan belajar dan hasil belajar,
sedangkan pada penelitian ini mengukur motivasi dan hasil belajar.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan observasi di SMK Teratai Putih pada kelas XI-TKR 4, guru
pada mata pelajaran PCPT hanya menerapkan pembelajaran konvensional. Hal
ini menyebabkan siswa merasa bosan sehingga motivasi dan hasil belajar
PCPT pun cenderung rendah.
Guru harus menerapkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menekankan adanya sebuah reward, salah satunya
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Diharapkan dengan menerapkan metode pembelajaran tersebut siswa tidak
merasa bosan dan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dikelas,
sehingga motivasi belajar siswa tinggi dan hasil belajar siswa dapat mencapai
nilai KKM.
2.4 Hipotesis
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
1.Implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe student teams
achievement divisons (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar PCPT
siswa kelas XI-TKR 4 SMK Teratai Putih Jakarta.
2.Implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe student teams
achievement divisons (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PCPT siswa
kelas XI-TKR 4 SMK Teratai Putih Jakarta.
top related