bab ii konsep dasar teori medik
Post on 14-Apr-2016
229 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB IIKONSEP DASAR TEORI
2.1 KONSEP MEDIK2.1.1 Defenisi
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana
frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200-250 gram. Istilah
gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami
perkembangan diare dan/atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi
proses inflamasi dalam lambung dan usus (Syaiful Noer, 1996 dalam Ramadhani,
2012).
Diare akut adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan atau tanpa
darah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang
sebelumnya sehat. Diare akut memiliki onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari (Mansjoer, 2008).
Sedangkan menurut Suruadi (2001), diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk
tinja yang encer atau cair.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis atau
diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali
perhari dengan atau tanpa darah yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang
dari tujuh hari yang sebelumnya sehat.
2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem PencernaanSistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
4
Berikut susunan organ sistem pencernaan :
a. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian
yaitu 1). bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir
dan pipi. 2). Rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis, disebelah belakang disambung
dengan faring.
b. Tenggorokan (faring)
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esophagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi.
c. Kerongkongan (esofagus).
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.
Lapisan dari dalam keluar : lapisan selaput lender (mukosa), lapisan submukosa,
lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjanglongitudinal. Esofagus
terletak dibelakangtrakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks
menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.
5
d. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus
uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diafragma di depan pancreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari :
1) Fundus ventrikuli : bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2) Korpus ventrikuli : setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
3) Antrum pilorus : bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pylorus
4) Kurvatura minor : terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pilorus.
5) Kurvatura mayor : lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi
osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus
inferior. Ligamentum gastrolinealis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor
sampai ke limfa.
6) Osteum kardiak : merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari :
1) Lapisan selaput lender, apabila lambung ini dikosongkan lapisan ini akan
berlipat-lipat yang disebut rugae.
2) Lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis)
3) Lapisan otot miring (muskulus obliqus)
4) Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal)
5) Lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum)
Fungsi lambung :
1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makalan oleh
peristaltik lambung dan getah lambung.
2) Getah cerna lambung yang di hasilkan :
a) Pepsin : fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton)
6
b) Asam garam (HCl) : fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptic
dan desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga
menjadi pepsin
c) Rennin : fungsinya ragi yang membekukan susu dan membentuk kaseuin
dari kasinogen (kasinogen dan protein susu)
d) Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak
yang merangsang sekresi getah lambung.
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum sepanjang ± 6 m,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil
pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa [sebelah dalam],
lapisan otot melingkar [M.sirkuler], lapisan otot memanjang [M.longitudinal] dan
lapisan serosa [sebelah luar]). Bagian otot halus terdiri dari :
1) Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu
kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian
kanan duodenum ini terdapat selaput lender yang membukit disebut papilla
vateri. Pada papilla vaerteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledekus)
dan saluran pancreas (duktus wirsungi/duktus pankreatikus).
Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus
yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Pancreas juga
menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino
atau albumin dan polipeptida. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa
7
yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebt kelenjar-kelenjar Brunner
berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
2) Jejunum dan Ileum
Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 m. dua perlima bagian atas
adalah (jejunum) dengan panjang ± 23 cm dan ileum dengan panjang 4-5 m.
lekukan jenjunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai
mesenterium. Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dan perantaraan
lubang yang bernama orifisium ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter
ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula sekalis atau valvula
Baukhini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asendens tidak
masuk kembali ke ileum.
3) Mukosa dan usus halus
Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili
memudahkan pencernaan dan absopsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan
submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang
melintang, vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam-
macam hormone jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam
pencernaan.
4) Absorpsi
Absorpsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung didalam usus
halus melalui dua saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe
disebelah dalam permukaan vili usus.
Fungsi usus halus meliputi :
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-
kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
f. Usus besar (kolon)
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1½ m, lebarnya 5 -6 cm. lapisan-
lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lender, lapisan otot melingkar, lapisan
otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feses.
8
1) Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. seluruhnya ditututpi oleh
peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat
diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
2) Kolon asendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur keatas
dari ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini
disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
3) Apendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum,
mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati
oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis
masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal dibelakang sekum.
Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi
secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke
dalam rongga abdomen.
4) Kolon transversum
Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens
berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan
sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
9
5) Kolon desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas
kebawah dan fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan
kolon sigmoid
6) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum.
7) Rektum
Rectum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis.
8) Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh
3 sfingter:
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak
b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
g. Pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,
panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke limpa, dan
beratnya rata-rata 60-90 gram. Pancreas terbentang pada vertebra lumbalis I dan II
dibelakang lambung.
h. Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya coklat
dan beratnya ± 1 ½ kg. letaknya bagian atas rongga abdomen disebelah kanan
bawah diafragma. Fungsi hati terdiri dari :
1) Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang di simpan di suatu
tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannyadalam jaringan.
2) Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan
urin.
3) Menghasilkan enzim glokogenik glukosa menjadi glukogen
10
4) Sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam sistem
retikuloendotelium dialirkan ke empedu
5) Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum,
dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin
6) Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
i. Kandung empedu
Sebuah kantong empedu berbentuk terong dan merupakan membrane berotot,
letaknya disebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm3. Lapisan empedu terdiri dari lapisan luar
serosa/parietal, lapisan otot bergaris, lapisan dalam mukosa/viseral disebut juga
membrane mukosa.
2.1.3 PatofisiologiSebagian besar GEA disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain : pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsobsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan asam basa invasi dan destruksi pada
sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovilli yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi dan apabila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen karenakan makan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya GEA adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul GEA.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akibat dari GEA itu
sendiri adalah kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan asam
basa (asidoses metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih, hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
2.1.4 Etiologi Menurut Ngastiyah (2005), faktor penyebab diare pada bayi/anak yaitu :
a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
11
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
2.1.5 Manifestasi Klinisa. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam (Kusmaul).
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bakteri
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
12
2.1.7 Penatalaksanaan a. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
a) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l.
Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang
kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan
larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena
banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15
tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15
tts ata u 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
13
6 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit
(1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2) Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
a) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak
tak jenuh.
b) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
3) Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
b. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa
aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses
penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan
penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan2.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
c. Pemeriksaan fisik
14
1) Pengukuran pertumbuhan: panjang badan, berat badan, lingkar lengan,
lingkar kepala
2) Tanda-tanda vital: suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah
3) Kulit:
Lembut, turgor kembali 2 detik, ada luka lecet pada lipatan paha dan anus.
4) Kepala: rambut merata, ubun-ubun cekung.
5) Leher: tidak ada keluhan
6) Mata: Kelopak mata/palpebral cekung, konjungtiva pucat.
7) Telinga: tidak ada keluhan.
8) Hidung: dapat disertai dengan flu.
9) Mulut dan tenggorokan: tidak ada keluhan.
10) Dada: ada penggunaan oto-otot pernapasan, tidak ada lesi.
11) Abdomen: distensi abdomen, peristaltik usus lebih dari 35 kali/menit, nyeri
tekan.
12) Genetalia: iritasi pada anus dan sekitarnya, bahkan sampai di lipatan paha.
13) Ekstremitas: tidak ada keluhan.
15
2.2.2 Pathway
16
Faktor Malabsorbsi - Karbohidrat- Lemak - Protein
Faktor Makanan- Makanan Basi- Beracun- Alergi Makanan
Reabsorbsi di dalam usus besar
terganggu
Terdapatnya zat-zat
yang tidak diserap
Tekanan osmotif meningkat
BAB sering dengan konsistensi cair
Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran pencernaan tidak adekuat
Faktor Psikologi- Rasa takut- Cemas
Cairan keluar banyak
Penurunan kesempatan usus menyerap makanan
Dehidrasi
Merangsang usus mengeluarkan isinya
Sekresi cairan dan elektrolit dalam usus meningkat
Gangguan sekresi
Peradangan di usus
Resiko kekurangan
volume cairan
Peradangan pada usus
Inflamasi saluran cerna
Diare
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Faktor mual dan muntah
N.Vagus terangsang
hospitalisasi
Kurang informasi tentang penyakit
hiperperistaltik
Gangguan motilitas usus
Ansietas
Defisit pengetahuan
Nyeri
2.2.3 Diagnosa Keperawatan a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan banyak cairan (diare berat dan muntah).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrient.
c. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit, akskoreasi
fisura oerirektal.
d. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis (proses
inflamasi).
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi atau
tidak mengenal sumber.
2.2.4 Intervensi Keperawatana. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
banyak cairan (diare berat dan muntah).
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.
Intervensi Rasional
1) Awasi masukan dan haluan, karakter dan jumlah feses.
2) Kaji tanda vital 3) Observasi kulit kering
berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor Kulit, pengisapan kapiler lambat.
4) Catat kelemahan otot umum atau disritmia jantung.
5) Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
6) Berikan obat sesuai indikasi antidiare
1) Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2) Hipotensi (termasuk postoral), takikardia demam dapat menunjukkan terhadap efek/ kehilangan cairan.
3) Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.
4) Kelemahan usus berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit.
5) Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memeperbaiki kehilanngan /anemia.
6) Menurunkan kehilangan cairan dari usus
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrient.
17
Tujuan : Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan
sesuai sasaran.
Intervensi Rasional
1) Timbang berat badan tiap hari.2) Dorong tirah baring dan/atau
pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan.
4) Dorong pasien untuk menyatakan permasalahaan mulai makan.
5) Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
1) Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan terapi.
2) Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3) Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makanan.
4) Keragu-raguan untuk makan mungkin dakibatkan oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
5) Program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan,
c. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit, anoreksia
fisura perirektal.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol
Intervensi Rasional1) Dorong klien untuk melaporkan
nyeri.2) Kaji laporan kram abdomen atau
nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10) selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
3) Ijinkan klien untuk memulai posisi yang nyaman, misalnya ; lutut fleksi.
4) Observasi / catat distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan tekanan darah.
5) Berikan obat sesuai indikasi (Analgesik).
1) Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgesic.
2) Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/ terjadinya komplikasi, misalnya ;vistula kemih, perforasi, toksik megakolon.
3) Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.
4) Dapat menunjukkan terjadinya obtruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan parut.
5) Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat
18
dan penyembuhan.
d. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis (proses
inflamasi)
Tujuan : Menurunkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai
tingkat yang dapat ditangani.
Intervensi Rasional1) Dorong menyatakan
perasaan, berikan umpan balik.
2) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain.
3) Bantu klien belajar mekanisme koping baru misalnya tekhnik mengatasi stress, keterampilan organisasi.
4) Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
5) Rujuk pada perawat spesialis psikiatri, pelayanan social, penasehat agama.
1) Membuat hubungan teraupetik, membantu pasien / orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
2) Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stress.
3) Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas.
4) Memindahkan klien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
5) Di butuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan control dan mengatasi episode akut.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi atau
tidak mengenal sumber.
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit / pengobatan .
Intervensi Rasional
1) Tentukan persepsi klien tentang peruses penyakit.
2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab / efek hubungan factor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan factor pendukung.
3) Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosisi, dan kemungkinan efek samping.
4) Tekankan pentingnya perawatan kulit, misalnya : teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan parineal
1) Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
2) Faktor pencetus/ pemberat individu sehungga kebutuhan klien untuk waspada terhadap makanan, cairan dan factor pola hidup dapan mencetus gejala.
3) Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program kesehatan.
19
yang baik 4) Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit / kerusakan infeksi
20
top related