bab ii kajian teoritis a.pengertian...
Post on 16-May-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.Pengertian Ziarah
Ziarah adalah sengaja untuk bepergian ke suatu tempat.(KBBI).Sedangkan
dalam terminologi syar‟i, makna ziarah kubur adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh al Qadli „Iyadl rahimahullah, ziarah kubur adalah
mengunjunginya dengan niat mendo‟akan para penghuni kubur serta mengambil
pelajaran dari keadaan mereka.
Berdasarkan penegertian diatas maka ziarah kubur dapat di definisikan
sebagai berikut :
Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan
ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi akan
menyusul menghuni kuburan sehingga, dapat lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau
saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi‟, dan berkali kali beliau saw
melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan Muslim, dan
beliau saw bersabda : “Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan,
maka sekarang ziarahlah”. Di samping itu dapat pula diartikan bahwa ziarah
kubur adalah suatu kegiatan atau aktivitas mengunjungi makam dari orang yang
telah meninggal dunia baik yang dulu semasa hidupnya di kenal maupun yang
tidak kenal. Pada saat berziarah ke kuburan sebaiknya mengikuti tata cara yang
baik agar mendatangkan hikmah bagi yang berziarah maupun yang diziarahi.
5
6
1. Pensyariatan Ziarah Kubur
Di awal perkembangan Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh syari‟at.
Pertimbangan akan timbulnya fitnah syrik di tengah-tengah umat menjadi faktor
terlarangnya ziarah kubur di waktu itu. Namun, seiring perkembangan dan
kemajuan Islam, larangan ini dihapus dan syari‟at menganjurkan umat Islam
untuk berziarah kubur agar dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut,
diantaranya mengingat kematian yang pasti dan akan segera menjemput, sehingga
hal tersebut dapat melembutkan hati dan senantiasa mengingat kehidupan akhirat
yang akan dijalani kelak. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :“Dahulu
aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Ziarahilah kubur, sesungguhnya hal
itu dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, dan mengingatkan pada
kehidupan akhirat. (Ingatlah) jangan mengucapkan perkataan yang batil ketika
berziarah kubur.” (HR. Hakim ). http://ikhwanmuslim.com/akidah/ziarah-kubur-
1-defenisi-pensyariatan-hukum-tujuan-dan-jenis-ziarah-kubur di akses tanggal 10
Oktober 2011
2. Hukum Ziarah Kubur
Imam Nawawi sebelumnya menunjukkan secara tegas bahwa ziarah kubur
disyari‟atkan bagi kaum pria. Namun para ulama berselisih pendapat mengenai
hukum ziarah kubur bagi wanita. Terdapat beberapa pendapat dalam masalah ini,
namun secara garis besar pendapat tersebut terbagi menjadi dua kelompok, antara
yang mengharamkan dan membolehkan atau menganjurkan. Pendapat yang kuat
dalam permasalahan ini adalah pendapat yang membolehkan wanita untuk
berziarah kubur, akan tetapi yang patut diingat adalah mereka dilarang sesering
7
mungkin berziarah kubur. Pendapat inilah yang menggabungkan berbagai dalil
yang dikemukakan oleh dua kelompok tersebut. Berikut dalil-dalil yang
menyatakan bolehnya wanita berziarah kubur. Hadits yang berasal dari „Aisyah
radliallahu „anha, dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dia berkata, “Pada suatu hari
„Aisyah pulang dari kuburan. Maka aku bertanya padanya, “Wahai Ummul
Mukminin, darimanakah engkau?” Maka beliau menjawab, “Dari kubur
Abdurrahman bin Abi Bakr.” Maka aku menukas, “Bukankah rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam melarang ziarah kubur?” Beliau pun menjawab,
“Benar, namun kemudian beliau memerintahkannya.” (HR. Hakim , Al Baihaqi).
Dalam sebuah hadits yang panjang dan diriwayatkan oleh Muhammad bin
Qais bin Makhramah ibnil Muththallib dari bibinya, Ummul Mukminin, „Aisyah
radliallahu „anha ketika beliau membuntuti nabi shallallahu „alaihi wa sallam yang
mendatangi pekuburan Baqi‟ di suatu malam. Setibanya di rumah, Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam mengatakan kepada „Aisyah bahwa Allah
memerintahkannya untuk mengunjungi penghuni kuburan Baqi‟ dan memintakan
ampunan bagi mereka. Maka „Aisyah kemudian bertanya, “Lalu apa yang akan
aku katakan pada mereka?” Kata beliau, “Ucapkanlah, “Semoga keselamatan
tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah
memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang
akan menyusul, dan kami insya Allah akan menyusul kalian.” (HR. Muslim).
Persetujuan nabi shallallahu „alaihi wa sallam terhadap perbuatan seorang wanita
yang beliau tegur di sisi kubur. Dari Anas bin Malik radliallahu „anhu berkata,
“Rasulullah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur,
8
kemudian beliau berkata, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!” (HR.
Bukhari).
Sebagai catatan untuk para wanita tidak diperbolehkan untuk sesering
mungkin berziarah kubur, karena hal tersebut akan menghantarkan kepada
perbuatan yang menyelisihi syari‟at seperti berteriak, tabarruj (bersolek di depan
non mahram), menjadikan pekuburan sebagai tempat wisata, membuang-buang
waktu, dan berbagai kemungkaran lain sebagaimana dapat kita saksikan hal
tersebut terjadi di sebagian besar negeri kaum muslimin. Perbuatan inilah yang
dimaksud dalam hadits shahih dari Abu Hurairah radliallahu „anhu,
“Sesungguhnya rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam melaknat wanita yang
sering menziarahi kubur.” (HR. Ibnu Majah). Al Qurthubi rahimahullah
mengatakan, “Laknat yang tercantum dalam hadits tersebut hanyalah
diperuntukkan bagi wanita yang sering berziarah kubur. Kemungkinan penyebab
laknat tersebut dijatuhkan pada mereka adalah karena para wanita tersebut
menyia-nyiakan hak suami (dengan sering keluar rumah), bertabarruj, ratapan dan
perbuatan terlarang yang lainnya. Terdapat pendapat yang menyatakan apabila
seluruh hal tersebut dapat dihindari, maka boleh mmberikan izin kepada wanita
untuk berziarah kubur, karena mengingat kematian merupakan suatu perkara yang
dibutuhkan oleh pria maupun wanita
9
3. Tujuan Pensyariatan Ziarah Kubur
Berbagai hadits dan penjelasan yang telah lewat secara tersurat telah
menunjukkan tujuan pensyariatan ziarah kubur. Tujuan pensyari‟atan ziarah kubur
adalah: Peziarah mengambil manfaat dari ziarah yang dilakukannya, yaitu
mengingat kematian dan merenungkan kondisi mereka yang telah wafat,
memikirkan bahwa tempat kembali mereka adalah menuju ke surga atau neraka.
Hal ini akan melembutkan hati mereka yang keras dan senantiasa memikirkan
perjalanan akhirat yang kelak mereka tempuh. Memberikan manfaat kepada mayit
yang diziarahi dan berbuat baik padanya, yaitu dengan mengucapkan salam,
mendo‟akannya dan memohon ampun baginya apabila dia seorang muslim.
Ummul mukminin „Aisyah pernah bertanya pada nabi shallallahu „alaihi wa
sallam perihal do‟a yang diucapkan jika dirinya berziarah kubur, maka nabi
shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Katakanlah “Semoga keselamatan
tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah
memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang
akan menyusul, dan kami insya Allah akan menyusul kalian.” (HR. Muslim).
Jika ziarah kubur tersebut dilakukan dengan tujuan selain ini, maka hal
tersebut tidak sesuai dengan hikmah pensyari‟atan ziarah kubur. Persyari‟atan
ziarah kubur serta memuat penjelasan hikmah di balik hal tersebut, yaitu agar
mereka dapat mengambil pelajaran tatkala berziarah kubur. Dalam lafadz hadits
Ibnu Mas‟ud disebutkan hikmah tersebut, yaitu untuk pelajaran, mengingatkan
pada akhirat dan agar peziarah senantiasa berlaku zuhud di dunia. Apabila ziarah
10
kubur dilakukan dengan tujuan selain ini, maka ziarah yang dilakukan tergolong
sebagai perbuatan yang tidak sesuai dengan syari‟at.” Wallahu a‟lam.
4. Jenis Ziarah Kubur
Tidak semua ziarah yang dilakukan oleh kaum muslimin sesuai dengan
syari‟at. Para ulama dalam beberapa kitab telah menerangkan berbagai bentuk tata
cara ziarah kubur yang sesuai dengan tuntunan nabi shallallahu „alaihi wa sallam,
praktek para sahabat dan ulama salaf. Tidak luput, mereka juga menjelaskan
berbagai praktek yang keliru ketika seorang berziarah kubur, tentunya kekeliruan
tersebut timbul disebabkan ketidaktahuan pelakunya. Dengan demikian,
pengategorian praktek ziarah kubur yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah
suatu yang niscaya. Sehingga dengan adanya pengategorian tersebut, setiap
muslim mampu mempraktekkan ziarah kubur tanpa perlu diiringi dengan berbagai
kekeliruan. Dari penjelasan para ulama di berbagai kitab mereka, ziarah kubur
terbagi tiga kategori sebagai berikut:
a. Ziarah Syar’iyyah
Ziarah syar‟iyyah adalah ziarah kubur yang sesuai dengan tuntunan nabi
shallallahu „alaihi wa sallam. Mengenai tata cara ziarah kubur yang dilakukan
nabi shallallahu „alaihi wa sallam kami nukilkan perkataan pengarang Zaadul
Ma‟ad (1/507). Mari kita simak perkataan beliau, Ziarah syar‟iyyah adalah ziarah
kubur yang sesuai dengan tuntunan nabi shallallahu „alaihi wa sallam. Mengenai
tata cara ziarah kubur yang dilakukan nabi shallallahu „alaihi wa sallam kami
nukilkan perkataan pengarang Zaadul Ma‟ad (1/507).
11
Mari kita simak perkataan beliau, “Beliau shallallahu „alaihi wa sallam
menziarahi kubur para sahabatnya untuk mendo‟akan dan memintakan ampun
bagi mereka. Inilah praktek ziarah kubur yang beliau tuntunkan dan syari‟atkan
bagi umatnya. Ketika berziarah kubur, beliau memerintahkan umatnya untuk
mengucapkan “Semoga keselamatan tercurah bagimu penghuni kampung
kediaman kaum muslimin dan mukminin. Dan kami insya Allah akan segera
menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah agar mencurahkan keselamatan
kepada kami dan anda sekalian.” (HR. Ibnu Majah nomor 1547 dengan sanad
yang shahih). Demikianlah, tuntunan beliau dalam berziarah kubur serupa dengan
tuntunan beliau tatkala mendo‟akan dan memintakan ampun bagi mayit dalam
shalat jenazah. Akan tetapi hal ini ditentang oleh kaum musyrikin. Mereka justru
berdo‟a (meminta) kepada penghuni kubur, menyekutukan Allah dengannya,
bersumpah kepada Allah atas nama penghuni kubur, meminta kepadanya untuk
memenuhi hajat dan meminta pertolongan serta menyandarkan hati kepadanya
yang kesemuanya itu berkebalikan dengan petunjuk nabi shallallahu „alaihi wa
sallam. Sesungguhnya tuntunan beliau merupakan tauhid dan perbuatan baik bagi
mayit. Sedangkan yang mereka kerjakan adalah kesyirikan dan perbuatan yang
akan merugikan diri mereka serta mayit tersebut. Kondisi mereka tidak terlepas
dari tiga hal, mereka berdo‟a kepada penghuni kubur, atau menjadikannya sebagai
perantara dalam do‟a mereka atau berdo‟a kepada Allah di samping kuburnya
dengan keyakinan perbuatan itu lebih utama dan mustajab ketimbang berdo‟a di
masjid-masjid Allah. Barangsiapa yang merenungkan petunjuk rasulullah
12
shallallahu „alaihi wa sallam dan para sahabatnya, maka perbedaan kedua hal ini
akan nampak jelas baginya. Hanya Allah semata Pemberi taufik.”
b. Ziarah Bid’iyyah
Ziarah bid‟iyyah adalah tata cara ziarah kubur yang menyelisihi
tuntunan nabi shallallahu „alaihi wa sallam karena mengandung berbagai
pelanggaran yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid dan dapat
menghantarkan pada kesyirikan. Diantaranya adalah berziarah ke kubur dengan
tujuan beribadah kepada Allah di sisi kubur, atau bertujuan untuk mendapatkan
berkah (tabarruk/ngalap berkah). Tidak terdapat dalil shahih yang menyatakan
keutamaan beribadah di samping kubur bahkan terdapat dalil shahih yang secara
tegas melarang peribadatan di kuburan.
Ziarah Bid‟iyyah semodel dengan ziarah kubur yang dilakukan oleh
Yahudi, Nasrani dan pelaku bid‟ah yang menjadikan kubur para nabi, orang shalih
sebagai tempat peribadatan. Padahal telah tersebar luas dalam berbagai kitab
Shahih dan lainnya bahwa beliau bersabda, menjelang beliau wafat, “Allah
melaknat Yahudi dan Nasrani karena menjadikan kubur para nabi mereka sebagai
tempat peribadatan”, beliau memperingatkan umat dari perbuatan mereka.
„Aisyah berkata, “Seandainya bukan karena hal tersebut, tentulah beliau akan
dimakamkan di pemakaman umum.
Akan tetapi karena dikhawatirkan kubur beliau dijadikan sebagai tempat
peribadatan (maka beliau di makamkan di dalam rumah, ed).” Beliau
rahimahullah melanjutkan, “Maka yang dimaksud dengan tata cara ziarah
bid‟iyyah adalah seperti bersengaja untuk shalat atau berdo‟a di samping kubur
13
para nabi atau orang shalih, menjadikan penghuni kubur tersebut sebagai
perantara dalam doa, meminta kepada penghuni kubur untuk menunaikan
hajatnya, meminta pertolongan padanya, atau bersumpah kepada Allah dengan
perantaraan penghuni kubur atau yang semisalnya. Semua hal tersebut merupakan
bid‟ah yang tidak pernah dilakukan seorang sahabat, tabi‟in dan tidak juga
dituntunkan oleh rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, tidak pula dicontohkan
oleh Khulafur Rasyidin, bahkan para imam kaum muslimin yang masyhur
melarang seluruh hal tersebut.
Begitupula mencari berkah di kuburan dengan mengusap atau
menciumnya. Ini termasuk perbuatan aneh dan tidak pernah dituntunkan
rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam apalagi dipraktekkan para sahabat beliau
radliallahu ta‟ala ajma‟in. An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa
yang terbersit di benaknya bahwa mengusap tangan (di kubur nabi shallallahu
„alaihi wa sallam atau semisalnya) lebih mampu untuk mendatangkan berkah,
maka hal tersebut berasal dari kebodohan dan kelalaiannya karena berkah hanya
dapat diperoleh dengan amal yang sesuai dengan syari‟at. Bagaimana bisa karunia
Alloh diperoleh dengan melakukan amal yang menyelisihi kebenaran.” (Al
Majmu‟ 8/275) sesungguhnya mengusap dan mencium kubur (untuk mendapatkan
berkah) merupakan kebiasaan kaum Nasrani dan Yahudi.” (Ihya‟ „Ulumuddin
1/254).
c. Ziarah Syirkiyyah
Ziarah yang mengandung penentangan terhadap tauhid dan dapat
menghilangkan keimanan. Diantaranya berziarah kubur dengan tujuan meminta
14
bantuan dan pertolongan pada penghuni kubur, menyembelih kurban untuk
penghuni kubur (baca: sesajen). Hal tersebut merupakan bentuk beribadah kepada
selain Allah dan apabila pelaku sebelumnya adalah orang Islam, maka dia telah
Imam an Nawawi rahimahullah mengatakan “Adapun
menyembelih untuk selain Allah, maka maksudnya adalah menyembelih dengan
menyebut nama selain Allah ta‟ala. Seperti orang yang menyembelih untuk
berhala, salib, Musa, Isa alaihimassalam, atau untuk Ka‟bah dan semisalnya.
Seluruh perbuatan ini haram, daging sembelihannya haram dimakan, baik si
penyembelih seorang Muslim, Nasrani ataupun Yahudi. Demikian yang
ditegaskan imam Asy Syafi‟i dan disetujui oleh rekan-rekan kami. Apabila si
penyembelih melakukannya dengan diiringi pengagungan terhadap objek tujuan
penyembelihan, yaitu makhluk selain Allah dan dalam rangka beribadah
kepadanya, maka hal ini merupakan kekafiran. Apabila pelaku sebelumnya adalah
seorang muslim, maka dengan perbuatan tersebut dia telah murtad” (al Minhaj
Syarh Shahih Muslim ).
5. Adab Dalam Berziarah Kubur yang Baik dan Benar Menurut Islam
1. Berperilaku sopan dan ramah ketika mendatangi areal pemakaman.
2. Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Ridho dari Allah
SWT, bukan untuk meminta sesuatu pada orang yang sudah meninggal.
3. Tidak duduk, menginjak-injak, tidur-tiduran, di atas makam orang yang
sudah meninggal
15
4. Tidak melakukan tindakan tidak senonoh seperti buang air besar, kencing,
meludah, melakukan hubungan suami isteri, buang sampah sembarangan,
dan lain-lain.
5. Mengucapkan salam kepada penghuni alam kubur
6. Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan tenang di
alam kubur
7. Tidak berdoa (meminta) kepada ahli kubur, atau menjadikannya sebagai
perantara,atau memohon kepadanya agar memenuhi kebutuhannya.karena
hal itu termasuk menyekutukan Allah SWT.
B.Tujuan Melakukan Ziarah
Di Desa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara,
terdapat sebuah budaya ziarah di makam keturunan Raja Atinggola yakni
Jubalo Blongkod yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Keramat. Objek
pelaksanaan ziarah tersebut tampak menarik untuk dikunjungi dengan berbagai
keunikannya terutama jika dilihat dari segi spritualnya. Pandangan yang selama
ini di pegang oleh masyarakat Atinggola datang berziarah ke makam Jubalo
Blongkod adalah sebagai suatu kegiatan ritual yang mengandung nilai
keutamaan dengan mengingat jasa-jasa dan keluhuran jiwa yang diziarahi.
Dengan harapan ketika orang sedang berziarah di makam tersebut maka dia
dapat mengambil hikmah dan keutamaan dari nilai - nilai tersebut. Di kemudian
hari nanti dalam mencapai keinginan, jika menghadapi halangan maupun
16
rintangan, baik fisik maupun ghaib, sesorang akan memiliki ketabahan dan
keluhuran jiwa seperti Jubalo Blongkod atau orang yang di ziarahi.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan berusaha mencapai atau
memenuhi kebutuhannya yang kompleks dengan berbagai rintangan, tantangan
dan permasalahannya. Pada saat tertentu manusia tidak mampu menyelesaikan
masalah dan tantangan yang dihadapinya. Manusia dalam kehidupannya tidak
lepas dari kebutuhan dasar hidupnya, yang mana setiap orang akan berusaha
memenuhi kehidupannya antara lain dengan bekerja. Namun ketidak berdayaan
atau ketidak mampuan pada diri manusia mengakibatkan tidak semua yang
diinginkan dan dibutuhkan bisa diperoleh. Dengan adanya ketidakpastian, ketidak
mampuan dan kelangkaan membawa manusia pada suatu tindakan dengan
usaha mendekatkan diri pada kegiatan di luar dunianya. Selain bekerja sebagai
usaha fisik, banyak manusia yang menggunakan usaha non fisik yaitu yang
bersifat religius, sehingga manusia bukan lagi menggunakan kekuatan sendiri
melainkan dengan kekuatan “tenaga lain” yang dipercaya berada di dunia lain
yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra namun dirasakan dapat
membantunya (Hendropuspito, l990; 33)
Masyarakat Atinggola merupakan masyarakat yang kental sekali dengan
kepercayaan terhadap leluhurnya. Masyarakat Atinggola hidupnya mendasarkan
pada adat istiadat dan tata cara Atinggola yang telah diwariskan oleh leluhurnya
sejak ber abad-abad lamanya. Masyarakat Atinggola sulit melepaskan diri dari
leluhurnya atau pendahulunya karena ada ikatan bathin dengan para leluhurnya
atau pendahulunya dan sekarang masih berjalan . Hal ini dibuktikan dengan
17
masih banyaknya orang yang mendatangi makam sesorang atau leluhurnya.
Penelitian ini kami lakukan karena adanya fenomena yang menarik di lokasi
objek budaya ziarah di Gunung Keramat tersebut. Peneliti akan menguraikan
sedikit tentang mengapa sampai makam jubalo Blongkod di sebut sebagai Gunung
Keramat (Buido Noarli).
Bukti peninggalan sejarah Kerajaan Atinggola yang ada di Desa
Monggupo di kenal dengan sebutan buido diti artinya bukit kecil. Pada tahun
1975 masyarakat Atinggola menamakannya Gunung Keramat. Hal ini bukan
tanpa alasan, karena yang di makamkan di tempat ini merupakan orang yang
semasa hidupnya sangat terpandang dalam akhlak kepribadian serta memiliki
kesaktian yakni Jubalo Blongkod. Beliau adalah cucu keturunan Raja pertama
Atinggola yakni Raja Blongkod.
Dalam Pulumoduyo, (2004) Jubalo Blongkod merupakan seorang
bangsawan di Kerajaan Atinggola, beliau adalah seorang putri dari Raja Gobel
Blongkod. Sekalipun berasal dari bangsawan serta hidup serba ada, akan tetapi
beliau tetap ingat akan kebesaran Illahi Sang Pencipta. Berkat ketekunan serta
kearifan ini telah menempatkan beliau pada hidup “Insan Kamil”, sehingga dalam
kehidupan beliau sering di jumpai berbagai keajaiban sebagai karunia Illahi
Rabbi. Dengan keajaiban-keajaiban tersebut orang sering menyebutnua sebagai
orang keramat atau orang yang memiliki kesaktian.
Di saat-saat kehidupannya mendekati akan meninggal, beliau pernah
berpesan kepada ahli warisnya bahwa bila tiba saatnya beliau berpulang ke
rahmatullah agar di makamkan di suatu tempat yang ditunjuk langsung oleh
18
beliau. Tempat itu di tunjuk dengan melemparkan belahan kulit pinang sekaligus
mengatakan kuburkanlah di tempat itu bila aku akan meninggal dunia. Tempat itu
berada di bagian selatan Desa Monggupo yang (sekarang adalah Gunung
Keramat).
Sebagai makhluk Tuhan yang mulia, hamba Allah hanya bisa menerima
takdirNya. Maka tibalah kemurahan kasih sayang Maha Pencipta, nenek Jubalo
Blongkod yang sakti itu telah mencapai derajat Nafsul Mutmainnah atau jiwa
yang tenang, maka Allah SWT telah memanggil dengan panggilan kembalilah
kepangkuan Tuhanmu yang telah redha dan meredhaimu.
Disaat pemakaman jenazah almarhumah nenek Jubalo Blongkod yang
sakti tersebut terjadi beberapa peristiwa yang aneh tapi nyata. Peristiwa itu antara
lain, pada saat penggalian tempat pemakaman beliau di dapati beberapa buah batu
yang terpendam (tertanam) di dalam tanah. Sejumlah rakyat Kerajaan Atinggola
telah dikerahkan untuk mengangkat batu-batu tersebut dari dalam tanah, tetapi
aneh batu-batu itu tak dapat bergeser dari tempatnya.
Syukur Alhamdulillah di tempat itu hadir dua orang putra almarhumah
yakni Mahengke blongkod dan Pulumoduyo Blongkod. Mereka di persilahkan
oleh para orang tua untuk mencoba mengangkat batu-batu tersebut. Ketika ke dua
putra almarhumah mengangkat secara bersama-sama batu-batu tersebut, atas izin
Yang Maha Kuasa batu-batu itupun dapat di angkat dari tempatnya dan dijadikan
dinding mahkota makam almarhumah sampai dengan sekarang ini.
Sepeninggal beliau keajaiban masih tetap terlihat pada makam yang penuh
berkah dari Allah SWT ini. Makam yang terletak tidak jauh dari pinggiran sungai,
19
jauh dari jajaran pengunungan, daratannya yang landai, dan bila hujan dan terjadi
banjir tempat ini tidak luput dari genangan air. Bukan karena takut genangan air
dan bukan karena almarhumah tidak redha kuburannya di genangi air dan lumpur,
akan tetapi Allah telah memperlihatkan kepada kita semua yang masih hidup
betapa mulianya beliau almarhumah Jubalo Blongkod karena beliau telah
mencapai derajat taqwa di sisi Allah SWT. Maka makam almarhumah dengan
kehendak Illahi Rabbi sedikit demi sedikit, lambat laun membentuk bukit kecil.
Orang Atinggola menamakannya buido diti (bukit kecil) dan sebagian lagi
menamakannya buido nowarli artinya gunung yang terjadi secara tiba-
tiba/sendirinya.
Di tempat ini secara turun-temurun ahli waris almarhumah dan masyarakat
Atinggola setiap hari raya ketupat (seminggu setelah setelah Hari Raya Idul Fitri)
atau tanggal 8 Syawal di adakan ziarah ke makam almarhumah di Gunung
Keramat ini, bukan berarti minta petunjuk dan berkah kepada nenek yang sakti
dan arif tersebut akan tetapi melasanakan ziarah ke makam juga sebagai Sunnah
Rasul. Memohon kepada Allah SWT agar kita di berikan berkah dan kemuliaan
sebagaimana Allah telah memberikan berkah kepada para Nabi dan para
Waliyullah.
Dari segi religius hal ini berati orang yang datang berziarah tersebut
memiliki motivasi sangat penting, yakni orang-orang yang memiliki
kepercayaan terhadap leluhurnya berdoa untuk mendapatkan berkah
keselamatan, kekayaan, kemakmuran dan lain sebagainya yang akan membawa
kebaikan dan keberkahan guna kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
20
Tujuan menjadi sasaran utama dalam mencapai sebuah kebutuhan atau
keinginan, termasuk bagaimana mengambil keputusan tentang cara cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan, dipengaruhi oleh ide dan situasi kondisi yang
ada (Zamroni, l992;27) Di dalam asumsi itu jelas bahwa motivasi
mengejar suatu tujuan yaitu dia mempunyai banyak alternatif pilihan untuk
mencapainya. Norma norma yang terdapat dalam masyarakat tidak mutlak
sebagai pedoman yang harus dipakai, akan tetapi manusia punya kemampuan
untuk memilih alternatif tindakan. Di sinilah muncul konsep volunterisme.
Menurut Parson tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari luar
dirinya. Manusia dipengaruhi oleh sistim sosial dan dua sistim tambahan
lainnya, yaitu sistim budaya dan sistim kepribadian (Margaret M Poloma,
2000:ll7).
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan.
Perubahan tersebut bagi masyarakat yang bersangkutan ataupun bagi orang
luar yang menelaahnya, dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti
kurang menolak. Ada pula perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas,
perubahan yang lambat sekali, tetapi ada pula perubahan yang cepat. Yang
jelas tidak ada masyarakat yang stagnan (Soerjono Soekanto, l982;303) .
Sejak jaman pencerahan manusiamulai menggunakan
rasionalitasnya.Tindakan rasional bertujuan (rasional instrumental) mampu
menyingkap segala tudung rahasia alam. Pemikiran rasionalitas membawa
pada “hilangnya pesona dunia” (the disechantment of the world). Hilangnya
pesona dunia telah menihilkan kualitas magis dan misteri alam, itulah sebuah
21
dunia tanpa takhayul, tradisi agama, mithos, dan bahkan puisi. Sebuah dunia
dingin dan tandus yang kehilangan daya tarik dan makna kehidupan (Ridwan
Al Makassary, 2000; 54).
Untuk meminimalkan kondisi tersebut manusia mengadakan serangkaian
tindakan. Tindakan yang dilakukan manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu :
usaha religius dan usaha non religius. Usaha non religius ditempuh manusia
selama ia masih sanggup memenuhi kebutuhan hidup dengan kekuatan
manusiawinya. Sedangkan usaha religius ditempuh manusia apabila mengalami
ketidakmampuan serta keterbatasan kekuatan manusia secara radikal dan total.
Dengan kata lain ketika manusia tidak berdaya sama sekali, maka manusia tidak
lagi menggunakan kekuatan sendiri tetapi dangan kekuatan “tenaga lain” yang
dipercayai berada di dunia lain yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera
manusia, namun dirasa dapat membantunya Hendropuspito, 1984:33)
Tindakan manusia yang bersifat religius untuk mengatasi ketidakpastian,
keterbatasan dan kelangkaan disebut religi. Religi merupakan bagian dari
kebudayaan, menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayan
diartikan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan
serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat ( Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi, 1995:113 ).
Menurut JJ. Hogman dalam bukunya The World of Man ( 1959 ) dibagi ke
dalam tiga wujud yaitu : ideas, activities dan artifact. Wujud dari aktivitas ritual
22
yang merupakan bagian dari kebudayaan tersebut sangat unik. Keunikan dari
kegiatan tersebut akan melahirkan daya tarik tersendiri bagi orang luar untuk
datang ke lokasi tersebut. Salah satu aktivitas religius yang kemudian dijadikan
objek ziarah yang terjadi di Gunung Keramat. Kalangan orang luar daerah yang
mendatangi mempunyai tujuan. Seperti yang di kemukakan oleh
Soekadijo,(1996:3845) antara lain : motif rekreasi, kebudayaan,bisnis,
konvensional, spiritual, interpersonal, kesehatan, wisata/sosial. Jadi Junung
Keramat menarik untuk dikunjungi karena keunikan budayanya karena
merupakan bukti fisik Kerajaan Atinggola dan juga sebagai pengejewantahan dari
nilai-nilai Spiritual Agama Islam.
C.Persepsi Masyarakat tentang Ziarah Kubur
Pada masa awal Islam, Rasulullah SAW memang melarang umat Islam
untuk melakukan ziarah kubur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga aqidah umat
Islam. Rasulullah SAW hawatir kalau ziarah kubur diperbolehkan, umat Islam
akan menjadi penyembah kuburan. Seteleh akidah umat Islam kuat dan tidak ada
kekhawatian untuk berbuat syirik, Rasulullah SAW membolehkan pra sahabatnya
untuk melakukan ziarah kubur. Karena ziarah kubur dapat membantu umat Islam
untuk mengingat saat kematiaanya. Buraidah meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang
Muhammad tetah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang,
berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat.”
(HR. At-Tirmidzi). Dengan adanya hadits ini maka ziarah kubur itu hukumnya
23
boleh bagi laki-laki dan perempuan. Namun demikian bagaimana dengan hadits
Nabi SAW yang secara tegas menyatakan larangan perempuan berziarah
kubur?Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW melaknat wanita yang
berziarah kubur. (HR Ahmad bin Hanbal). Menyikapi hadits ini ulama
menyatakan bahwa larangan itu telah dicabut menjadi sebuah kebolehan berziarah
baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kitab Sunan at-Tirmidzi disebutkan:
Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa hadits itu diucapkan sebelum Nabi SAW
membolehkan untuk melakukan ziarah kubur. Setelah Rasulullah SAW
membolehkannya, laki-laki dan perempuan tercakup dalam kebolehan itu. (Sunan
At-Tirmidzi). Ibnu Hajar Al-Haitami pernah ditanya tentang ziarah ke makam para
wali, beliau mengatakan:Beliau ditanya tentang berziarah ke makam para wali
pada waktu tertentu dengan melakukan perjalanan khisus ke makam mereka.
Beliau menjawab, berziarah ke makam para wali adalah ibadah yang disunnahkan.
Demikian pula dengan perjalanan ke makam mereka. Ketika berziarah seseorang
dianjurkan untuk membaca Al-Qur‟an atau lainya. Ma‟qil bin Yasar
meriwayatkan Rasul SAW bersabda: Bacalah surat Yasin pada orang-orang mati
di antara kamu. (HR Abu Daud). Maka, Ziarah kubur itu memang dianjurkan
dalam agama Islam bagi laki-laki dan perempuan, sebab didalamnya terkandung
manfaat yang sangat besar. Baik bagi orang yang telah meninggal dunia berupa
hadia pahala bacaan Al-Qur‟an, atau pun bagi orang yang berziarah itu sendiri,
yakni mengingatkan manusia akan kematian yang pasti akan menjemputnya
Umumnya umat Islam yang mempercayai hal itu dalam hidupnya dalam waktu
tertentuberkunjung ke pemakaman tertentu yang dianggap sebagai orang suci
24
semasa hidupnya. Seperti halnya makam Rasulullah saw, kerabat Beliau dan
waliyullah.Pada masyarakat Jawa, tradisi yang berkaitan dengan
peristiwakelahiran, kamatian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya
termasuk ziarah kubur ternyata memiliki banyak ragamnya. Berbagai tradisi itu
secara turun temurun dilestarikan oleh para pendukungnyadengan berbagai
motivasi dan tujuan yang tidak lepas dari pandangan hidup masyarakat pada
umumnya. Menurut Mulder (1981: 30),pandangan hidup masyarakat sangat
menekankan pada ketenteraman batin, keselarasan, dan keseimbangan, serta sikap
menerima terhadap segala peristiwa yang terjadi sambil menempatkan individu di
bawah masyarakat serta masyarakat di bawah alam. Individu memiliki tanggung
jawab berupa hak dan kewajiban terhadapmasyarakat, dan masyarakat mempunyai
kewajiban terhadap alam.Dalam pandangan masyarakat yang sering melakukan
ziarah kubur, diantaranya bahwa roh orang suci itu memiliki daya melindungi
alam. Orang suci yang meninggal, arwahnya tetap memiliki daya sakti,yaitu dapat
memberikan pertolongan kepada orang yang masih hidup,sehingga anak cucu
yang masih hidup senantiasa berusaha untuk tetapberhubungan dan memujanya
(Koentjaraninggrat, 1984:185).
Bagi masyarakat makam merupakan tempat yang dianggap suci dan
keramat yang pantas dihormati terutama makam para tokoh-tokoh yang di anggap
berjasa bagi masyarakat tersebut atau biasanya makam para waliyullah. Makam
sebagai peristirahatan terakhir bagi nenek moyang,tokoh-tokoh terdahulu dan
keluarga yang telah meninggal. Keberadaan makam dari tokoh tertentu dapat
menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas
25
ziarah.dengan berbagai motivasi maka bagi masyarakat ziarah kemakam sudah
menjadi kebiasaan dan kebutuhan untuk mendoakan makam yang di ziarahinya
dan agar dapat memetik pelajaran dari perziarahanya maupun pelajaran dari
seorang kehidupan dulunya seorang tokoh tertentu.
Kepercayaan masyarakat masih terbawa sampai saat ini. Banyak orang
beranggapan bahwa dengan ziarah kuburan leluhur atau tokoh magis tertentu
dapat menimbulkan pengaruh tertentu. Kisah keunggulan atau keistimewaan
tokoh yang dimakamkan merupakan daya tarik bagi masyarakat untuk
mewujudkan keinginanya. Misalnya berziarah ke makan tokoh yang pangkatnya
tinggi, maka akan mendapatkan berkah berupa pangkat yang tinggi pula.
Bagi masyarakat Jawa, ziarah secara umum dilakukan pada pertengahan
sampai akhir bulan ruwah menjelang ramadhan. Pada saat itu masyarakat secara
bersama-sama satu dusun atau satu desa maupun perorangan dengan saudara
terdekat melakukan tradisi ziarah kubur. Kegiatan ziarah kubur ini secara umum
disebut nyadran. Kata nydran berarti selamatan (sesaji) ing papang kang kramat
selamatan (memberi sesaji) di tempat yang angker maupun keramat.Kata nyadran
juga mempunyai makna lain yaitu selamatan ing sasi ruwah nyelameti para
leluhur (kang lumrah ana ing kuburan utawa papan sing kramat ngiras reresik
tuwin ngirem kembang) „selamatan dibulan ruwah menghomati para leluhur
(biasanya di makam atau ditempat yang keramat sekaligus membersihkan dan
memberikan bunga).
Di daerah-daerah yang mempunyai tempat bersejarah, agak berbau angker,
pantai-pantai, goa-goa, yang punyai kisah tersendiri biasanya mempunyai upacara
26
adat yang disebut nyadran,nyadran ini uga mengandung makna religius. Ada yang
dengan jalan memasang sesaji secara tiga hari di tempat itu secara berturut-turut,
ada yang melabuhkan makanan yang telah di ramu dan di beri berbagai macam
kembang. Dengan berkembangnya zaman, berkembang pulalah pemahaman
manusia tentang ziarah, bahkan muncul berbagai maksud, tujuan, motivasi
maupun daya tarik dari aktivitas ziarah ini.
Seiring perkembangan dan kemajuan Islam, larangan ini dihapus dan syariat me
nganjurkan umat Islam untuk berziarah kubur agar mereka dapat mengambil pe
lajaran dari hal tersebut, diantaranya mengingat kematian yang pasti dan aka
n segera menjemput sehingga hal tersebut dapat melembutkan hati dan senanti
asa mengingat kehidupan akhirat yang akan dijalani kelak.Nabi shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda,
Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Ziarahilah kubur,
sesungguhnya hal itu
dapat melembutkan hati, meneteskan air mata dan mengingatkan pada kehid
upan akhirat.
(Ingatlah) jangan mengucapkan perkataan yang terlarang ketika berziarah ku
bur.” (HR. Hakim)
Dalam al Majmu‟ mengatakan,
“Semula dikeluarkannya larangan tersebut disebabkan mereka baru saja terle
pas dari masa jahiliyah. Terkadang mereka masih menuturkan berbagai perkataa
n jahiliyah yang batil. Tatkala fondasi keislaman telah kokoh, berbagai huku
27
mnya telah mudah untuk dilaksanakan, berbagai rambunya telah dikenal, ziarah
kubur diperbolehkan.”
Berdasarkan hal ini, ziarah kubur merupakan perbuatan yang dianjurka
n olehsyariat sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang lain. Nabi shallal
lahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Dulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang b
erziarah kuburlah kalian.” (HR. Muslim)
top related