etd.iain-padangsidimpuan.ac.idetd.iain-padangsidimpuan.ac.id/1611/1/12 310 0209.pdfallah swt, kepada...

120

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah,

    kesehatan, dan kesempatan kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini. Shalawat dan salam

    kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa petunjuk dan hidayah untuk umat

    manusia.

    Skripsi ini berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan Masyarakat Di Desa Huta Holbung

    Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan” disusun untuk melengkapi tugas-

    tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dalam bidang Pedidikan Agama Islam.

    Selama penulisan skripsi ini, peneliti banyak menemukan kesulitan dan rintangan karena

    keterbatasan kemampuan peneliti. Namun berkat bimbingan dan doa dari orang tua dan arahan

    dosen pembimbing, serta bantuan dan motivasi semua pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Maka

    peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Bapak Drs. H. Abdul Sattar Daulay, M.Ag selaku Pembimbing I dan Bapak Hamka, M.Hum

    selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penulisan

    skripsi ini.

    2. Bapak Dr. H. Ibrahim Siregar, M. CL. selaku Rektor IAIN Padangsidimpuan dan Bapak

    Wakil Rektor I, II, dan III.

    3. Ibu Zulhimma S.Ag., M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

    Padangsidimpuan.

  • 4. Bapak Drs. H. Abdul Sattar Daulay, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    5. Ibu Dr. Hj. Asfiati, M. Pd. selaku dosen Penasehat Akademik.

    6. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh Civitas Akademika IAIN Padangsidimpuan.

    7. Bapak Kepala Perpustakaan dan seluruh pegawai perpustakaan IAIN Padangsidimpuan yang

    telah membantu memfasilitasi peneliti dalam hal pengadaan buku-buku yang ada kaitannya

    dengan penelitian ini.

    8. Masyarakat desa Huta Holbung yang telah membantu peneliti dalam pengumpulan data yang

    diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini.

    9. Ayahanda (Raja Alim Nasution) dan ibunda (Naimah Siregar), yang telah berjasa mengasuh

    dan mendidik peneliti yang tidak pernah mengenal lelah, selalu memberikan bantuan moril

    dan material dan sabar selalu memotivasi dan serta mendoakan peneliti.

    10. Bou (Ainul Wardah Nasution) yang telah memberikan bantuan moril dan material serta

    memotivasi peneliti

    11. Kakanda dan Adinda peneliti yang telah memberikan motivasi kepada peneliti, (Abdul Aziz

    Nasution, Ismail Sulaiman Nasution, Rahmadani Nasution, Zuwairiah Nasution ) mudah-

    mudahan mereka semua sukses dan diridhoi Allah SWT.

    12. Sahabat PAI-6 khususnya buat sahabat MIAVADASER (Aslamiah, Nur Apipah, Mawaddah,

    Ermaita) dan juga my friend Harnidayani dan Al-Haitami yang telah memberikan motivasi,

    bantuan moril dan material selama penulisan skripsi ini.

  • Dengan memohon rahmat dan ridho Allah semoga pihak-pihak yang peneliti sebutkan di atas

    selalu dalam lindungan dan petunjuk Allah SWT. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan

    dalam penulisan skripsi ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

    membangun demi perbaikan skripsi ini.

    Padangsidimpuan, 5 September 2016

    Penulis,

    ASMA NASUTION

    NIM. 12 310 0209

  • i

    ABSTRAKSI

    NAMA : ASMA NASUTION

    NIM : 12 310 0209

    JUDUL : Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan Masyarakat Di Desa Huta

    Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli

    Selatan.

    Pelaksanaan kegiatan keagamaan di desa Huta Holbung terlihat baik, karena

    baik kaum bapak-bapak dan ibu-ibu, NNB (Naposo Nauli Bulung) dan juga anak-

    anak ikut berpartisipasi dalam melaksanakan setiap kegiatan yang diadakan di

    masyarakat khususnya kegiatan keagamaan baik ia dari kegiatan majelis taklim, wirid

    yasin, maulid Nabi, isra’ Mikraj.

    Rumusan masalah dalam penelitan ini adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan

    keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung dan apa-apa sajakah kegiatan

    keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung,

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran

    pelaksanaan kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung Kecamatan

    Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan dan untuk mengetahui apa-apa saja

    kegiatan keagamaan dalam masyarakat desa Huta Holbung Kecamatan Batang

    Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang

    dilakukan dengan mengamati keadaan sekitar dan menganalisisnya dengan

    menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yakni

    penelitian yang menggambarkan objek sesuai apa adanya. Instrumen pengumpulan

    data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Adapun

    responden dalam penelitian ini adalah, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat Desa Huta

    Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

    Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa Pelaksanaan

    Kegiatan Keagamaan Masyarakat Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola

    Kabupaten Tapanuli Selatan berjalan dengan baik dan masyarakatnya ikut serta

    dalam kegiatan. Kegiatan keagamaan di masyarakat terdapat tiga kegiatan yaitu

    kegiatan rutin setiap minggu, kegiatan setiap bulan dan kegiatan setiap tahun. Adapun

    kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung yaitu : Majelis ta’lim,

    Pengajian malam, Wirid Yasin, Maulid Nabi dan Isra’ Mikraj.

  • i

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

    SURAT PERNYATAAN PEMBIMBING

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKADEMIK

    BERITA ACARA UJIAN SIDANG MUNAQASYAH

    PENGESAHAN DEKAN FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    ABSTRAKS ........................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii

    BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. RumusanMasalah .................................................................... 4 C. BatasanMasalah ........................................................................ 4 D. BatasanIstilah ......................................................................... .. 5 E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

    BAB II : KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 8

    A. Agama ...................................................................................... 8 1. Pengertian Agama ................................................................ 8 2. Fungsi Agama…………………………………………… .. 10

    B. Masyarakat ………………………………………………….. 12 C. Kegiatan Keagamaan Masyarakat.. ......................................... 17

    1. PengertianKegiatan Keagamaan .......................................... 17 2. Macam- macam Kegiatan Keagamaan ................................ 18

    D. Penelitian Terdahulu ................................................................ 33 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 36

    A. Lokasidan Waktu Penelitian ..................................................... 36 B. Jenis dan Metode Penelitian ..................................................... 36 C. Sumber Data ............................................................................. 37 D. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 37 E. Teknik Keabsahan Data ............................................................ 38 F. Analisis Data ............................................................................ 40 G. Sistematika Pembahasan……………………………………… 42

    BAB IV : HASIL PENELITIAN ................................................................ 44

    A. Temuan Umum ......................................................................... 44 1. Letak Geografis Desa Huta Holbung ................................... 44

  • ii

    2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian .......................... 45 3. Keadaan Agama ................................................................... 47 4. Keadaan Perekonomian ....................................................... 47 5. Pendidikan ........................................................................... 47 6. Sarana dan Prasarana .......................................................... 48

    B. Temuan Khusus ........................................................................ 49 1. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan di Desa Huta Holbung

    Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan . 49

    2. Kegiatan Keagamaan Masyarakat di Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan

    ……………………………………………………. ............ 62

    C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 76 BAB V : PENUTUP .................................................................................... 80

    A. Kesimpulan .............................................................................. 80 B. Saran-Saran .............................................................................. 81

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • iii

    DAFTAR TABEL

    Hlm

    Tabel I : Data Penduduk Desa Berdasarkan Tingkat Usia 45

    Tabel II : Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Desa Huta Holbung 46

    Tabel III : Data Penduduk Desa Berdasarkan Pendidikan 47

    Tabel IV : Data Sarana dan Prasarana Desa Huta Holbung 48

  • iv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Pedoman Observasi

    Lampiran 2 : Pedoman Wawancara

    Lampiran 3 : Dokumentasi Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Masyarakat merupakan perwujudan kehidupan bersama manusia karena

    di dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan

    dan intraksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia

    berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan.1.

    Masyarakat juga dapat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial

    dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah

    dan wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk (plural, suku,

    agama, kegiatan kerja, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

    sebagainya). Manusia berada dalam multikompleks antar hubungan dan intaraksi

    di dalam masyarakat.2 Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk

    sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi

    adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata

    "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarakat. Lebih

    abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan

    antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen

    (saling tergantung satu sama lain).

    1Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta:Raja Grapindo, 2009), hlm. 117

    2Ibid, hlm.55

    http://id.wikipedia.org/wiki/Oranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistemhttp://id.wikipedia.org/wiki/Entitashttp://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas

  • 2

    Istilah masyarakat dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok manusia

    yang hidup bersama disuatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang

    (relatif) sama yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka

    sebagai suatu kesatuan (kelompok). Demikian pengertian tentang masyarakat

    yang diberikan para ahli. Meskipun banyak pengertian lain, tetapi pada dasarnya

    tidak terlalu banyak berbeda. yang jelas masyarakat adalah suatu perwujudan

    kehidupan bersama manusia, dimana di dalam masyarakat berlangsung proses

    kehidupan sosial, proses antar hubungan, dan antaraksi.

    Dalam kehidupan masyarakat banyak kegiatan yang dilakukan, baik itu

    kegiatan keagamaan. Inti keagamaan pada dasarnya pada individual yaitu tauhid

    atau pengesaan Tuhan, tindakan yang menegaskan bahwa Allah sebagai yang

    esa, penguasa segala yang ada, tak ada satupun perintah dalam Islam yang bisa

    dilepaskan dari tauhid. Dan setingkat dengan kadar intensitas keagamaan itu,

    masyarakat atau komunitas yang mereka bentuk bersifat mulai dari yang sangat

    agamis sampai kepada yang tidak agamis, kehidupan bermasyarakat tersebut

    akan mendorong manusia untuk melahirkan norma-norma dan pranata

    keagamaan sebagai pedoman dan sarana kehidupan beragama di masyarakat.

    Kegiatan keagamaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

    meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

    misalnya kegiatan majelis taklim, wirit yasin dan juga isra’ mi’raj maupun

    maulid Nabi.

  • 3

    Di Desa Huta Holbung merupakan cukup banyak kegiatan-kegiatan

    keagamaan, baik ia kegiatan rutin maupun kegiatan tertentu. Dan Masyarakatnya

    cukup rajin melaksanakan kegiatan keagamaan terutama para orang tua, misalnya

    dalam kegiatan wirid yasin selalu dilaksanakan setiap minggu begitu juga dengan

    majelis ta’lim. Disamping kedua kegiatan tersebut masyarakat selalu merayakan

    kegiatan keagamaan hari-hari besar setiap tahunnya dengan mengundang ustadz

    dan masyarakat desa tetangga.Berdasarkan demikian juga pandangan para orang

    tua melihat setiap kegiatan yang dilaksanakan di desa Huta Holbung selalu baik

    dan berjalan lancar.

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kegiatan

    keagamaan di desa Huta Holbung seperti kegiatan majlis taklim, wirit yasin dan

    juga kegiatan pada waktu-waktu tertentu seperti isra’ mi’raj dan maulid Nabi

    selalu dilaksanakan oleh masyarakat dan terlaksana dengan baik.

    Pelaksanaan kegiatan keagamaan terlihat baik, karena baik kaum bapak-

    bapak dan ibu-ibu, NNB (Naposo Nauli Bulung) dan juga anak-anak ikut

    berpartisipasi dalam melaksanakan setiap kegiatan yang diadakan di masyarakat

    khususnya kegiatan keagamaan. Di Desa Huta Holbung terdapat Pesantren dan

    Majelis Ta’lim, berdasarkan kedua tempat tersebut diminati orang.

    Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melihat lebih dalam pelaksanaan

    kegiatan keagamaan di desa Huta Holbung dan kontribusi keberadaan pesantren

    dan majelis ta’lim kepada pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut.

  • 4

    Dengan demikian, berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik

    untuk melaksanakan penelitian dengan judul ‘‘Pelaksanaan Kegiatan

    Keagamaan Masyarakat di Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola

    Kabupaten Tapanuli Selatan’’.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta

    Holbung?

    2. Apa-apa sajakah kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung?

    C. Batasan Masalah

    Mengingat luasnya pembahasan yang telah dibahas di atas serta

    permasalahan yang ada di lapangan dan kemampuan penulis juga terbatas, maka

    dalam penelitian ini hanya membatasi pada kegiatan keagamaan masyarakat

    seperti pengajian/majelis ta’lim, wirid yasin dan kegiatan keagamaan waktu

    tertentu (maulid Nabi dan Isra’ mikraj) di desa Huta Holbung.

  • 5

    D. Batasan Istilah

    1. Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan.3 Pelaksanaan yang

    di maksud peneliti adalah pelaksanaan seperti apa yang dilakukan dalam

    masyarakat.

    2. Kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan.4 Kegiatan yang dimaksud dalam

    penelitian ini adalah kegiatan keagamaan yang ada di dalam masyarakat desa

    Huta Holbung .

    3. Keagamaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan agama.5 berasal dari

    agama yang ada pada kata tambahan padanya. Jadi agama adalah risalah yang

    disampaikan Allah kepada Nabi sebagai petunjuk manusia dan hukum-hukum

    sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggara tata cara hidup

    yang nyata serta mengatur hubungan dengan-Nya dan tanggung jawab kepada

    Allah SWT, kepada masyarakat dan alam sekitar.6 Keagamaan yang dimaksud

    dalam penelitian ini adalah kegiatan keagamaan yang terdiri dari majelis

    tak’lim/pengajian, wirid yasin, maulid Nabi dan isra’ mikraj.

    3Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

    Balai Pustaka, 1999).hlm. 554. 4Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 168.

    5Ob.cit hlm. 10.

    6Syafaruddin dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Utama, 2006), hlm. 168.

  • 6

    4. Masyarakat adalah himpunan individu dan kelompok, yang awalnya seorang

    diri kemudian membentuk keluarga dan hidup dalam wilayah yang sama.

    Terjadilah hubungan antarindividu dan antar keluarga sehingga terbentuklah

    masyarakat.7 Maka masyarakat yang dimaksud adalah para orangtua yang

    mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di dalam masyarakat.

    E. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka

    penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

    1. Untuk menggambarkan kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta

    Holbung.

    2. Untuk mengetahui apa-apa saja kegiatan keagamaan yang terdapat dalam

    masyarakat di desa Huta Holbung.

    F. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik dari segi teoritis

    maupun praktis ialah:

    1. Manfaat teoritis

    7Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2012),

    hlm. 148.

  • 7

    Memberikan sumbangan yang mampu memperluas carawala ilmiah terhadap

    kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung.

    2. Manfaat praktis

    a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi masyarakat desa Huta Holbung.

    b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis tentang

    bagaimana sebenarnya kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta

    Holbung.

    c. Sebagai bahan perbandingan kepada peneliti yang lain yang ingin

    membahas pokok masalah yang sama.

    d. Melengkapi tugas dan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

    Pendidikan.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Agama

    1. Pengertian Agama

    Agama berdasarkan asal kata yaitu al-din, religi (relegere, religare), dan

    agama. Al-Din berati undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab

    ad-din kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,

    balasan, kebiasaan. Sedangkan kata religi (Latin) atau relegere berarti

    mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata

    agama terdiri dari dua kata yaitu „a‟ berarti tidak, „gam‟ pergi, mengandung arti

    tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi secara turun temurun.1

    Dengan

    demikian agama adalah adanya ikatan antara manusia dengan sang khalik untuk

    memenuhi peraturan-peraturan dengan tujuan untuk membawa manusia kepada

    kondisi bahagia dalam perjalanan hidupnya di dunia dan di akhirat oleh karena

    itu agama sangat erat kaitannya dengan manusia dan bahkan agama itu sangat

    diperlukan oleh manusia dalam perjalanan hidupnya. Jadi agama merupakan

    kumpulan cara-cara mengabdi kepada tuhan dan kumpulan aturan-aturan lainnya

    yang terangkup dalam kitab suci yang harus dibaca. Disamping itu, agama juga

    mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan

    1Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikaskan Prinsip-

    Prinsip Psikologi, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 12.

  • 9

    antara manusia dengan kekuatan yang lebih tinggi atau ikatan antara manusia

    dengan tuhannya.

    Sebagaimana pirman Allah SWT :

    Artinya: Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk

    dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala

    agama-agama meskipun orang musyrik membenci.2

    Dan Allah berpirman juga:

    Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada

    berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang

    pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara

    mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka

    Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.3

    2Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra, 2002),

    hlm. 3Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra, 2002),

    hlm. 52

  • 10

    Dengan demikian agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama

    yang telah mendapatkan jaminan pertolongan dan kemenangan dari Allah SWT

    bagi siapa yang berpegang teguh dengannya dengan sebenar-benarnya.

    Sebagaimana dalam hadis Tamim ad-Dari r.a bahwa Nabi SAW bersabda:

    ad-dinu nasehah. Para sahabat bertanya ya Rasulullah bagi siapa? Beliau

    menjelaskan: bagi Allah dan kitabnya, bagi Rasul dan bagi para pemimpin

    muslimin dan bagi seluruh muslimin. (HR. Muslim, Abu Dawud, Nasa‟I dan

    Ahmad).

    Adapun agama menurut Prof. K.H Taib Tohir Abdul Muin. Agama

    adalah suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorangyang mempunyai

    akal, memegang peraturan Tuhan itu dan kebahagiaan kelak diakhirat.4

    Sebagaimana Al-Ghazali mengatakan dalam buku Agama Jalan

    Kedamaian bahwa agama itu pada hakikatnya untuk kepentingan manusia, bukan

    untuk kepentingan tuhan, sebab Tuhan tidak memperoleh keuntungan dari

    penerimaan manusia terhadap agama. Sebaliknya tidak juga menderita kerugian

    karena penolakan manusia terhadap ajakan agama. Jadi, semua keuntungan atau

    kerugian (yang bersumber dari penerimaan dan penolakan manusia terhadap

    4Aslan Hadi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Rajawali, 1986), cet Ke-1, hlm 6

  • 11

    agama) justru kembali kepada diri manusia itu sendiri.5 Dengan demikian agama

    merupakan salah satu komponen penting dalam asfek kehidupan, dengan agama

    manusia tahu akan tujuan hidup yang sesungguhnya dan manusia tetap

    memerlukan agama dalam kehidupannya, semakin dekat manusia kepada Tuhan

    maka Tuhan selangkah lebih cepat dekat padanya.

    Kehidupan manusia yang terbentang dalam sepanjang sejarah selalu

    dibayang-bayang oleh apa yang disebut agama. Bahkan dalam kehidupan

    sekarangpun dengan kemajuan teknologi supramodern manusia tak luput dari

    agama. Agama-agama lahir pada babak pramodren, sebelum masyarakat dan

    dunia diwarnai perkembangan pesat ilmu dan tehnik. Melukiskan agama

    sebagaimana suatu kebutuhan manusia, karena agama merupakan sarana unruk

    membela diri terhadap segala kekacauan yang mengancam hidup manusia.

    Dalam buku sosiologi agama Malinowski menyatakan: „‟Tidak ada bangsa,

    bagaimanapun primitifnya, yang tidak memiliki agama dan magi‟. Agama

    member makna pada kehidupan individu dan kelompok, juga memberikan

    harapan tentang kelanggenan hidup sesudah mati. Agama dapat menjadi sarana

    manusia untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh penderitaan,

    mencapai kemandirian spiritual. Agama memperkuat norma-norma kelompok,

    5Faridi, Agama Jalan Kedamaian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 19.

  • 12

    sanksi moral untuk perbuatan perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan

    serta nila-nilai yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat.6

    2. Fungsi Agama

    Kebutuhan manusia terhadap agama tidak terlepas dari fungsi manusia

    sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Karena agama hanya dimilki

    oleh manusia. Beberapa peran atau fungsi agama secara sosiologis dapat

    dijelaskan sebagai berikut:

    1) Fungsi edukatif, yang terkait dengan upaya pemindahan dan peralihan nilai norma keagamaan kepada masyarakat.

    2) Agama dipandang sebagai penyelamat. Hal ini dipandang ketika agama memberi rasa kedamaian rasa ketenangan dan rasa ketabahan dalam

    menghadapi persoalan yang sulit yang dihadapi manusia.

    3) Agama berfungsi sebagai sosial kontrol. Sosial kontrol yang dimaksud adalah seluruh pengaruh kekuatan yang menjaga terbinanya pola-pola kelakuan dan

    kadah-kaidah sosial masyarakat

    4) Agama berfungsi sebagai relasi sosial, yang berfungsi integratif. Dalam konteks ini agama menjadi sumber utama terbentuknya integrasi masyarakat

    baik. Agama bahkan dipandang memiliki kemampuan membangun tatanan

    sosial yang mapan dan kuat.

    5) Agama berfungsi sebagai transformatif dalam perubahan sosial. Fungsi transformatif adalah fungsi yang berkaitan dengan sejauhmana atau

    bagaimana suatu agama memiliki daya ubah tatanan kehidupan dalam

    masyarakat.7

    Dari penjabaran di atas dapat diketahui bahwa fungsi agama secara

    sosiologis adalah untuk memberikan pengaruh dan kekuatan agar terbentuk pola

    akidah masyarakat agar masyarakat memiliki kemampuan untuk membangun

    6 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 119.

    7Muhammad Fauzi, Agama dan Realitas Sosial Renungan dan Jalan Menuju

    Kebahagiaan,(Jakarta: Raja Grafindo, 2007), hlm. 79.

  • 13

    tatanan sosial yang baik.Dengan demikian, agama juga sangat di kenali di

    kalangan manusia.Sebagai seorang manusia harus mempunyai pegangan yang

    kuat, yang mana bisa mengantarkan kita pada satu tujuan.

    Beragama adalah firah manusia, karena agama itu mutlak diperlukan

    manusia dalam perjalanan hidupnya, sebab agama adalah petunjuk jalan yang

    lurus menuju tuhan, oleh sebab itu agama sangat berfungsi bagi manusia. Fungsi

    agama bagi manusia antara lain: menyalurkan naluri fitrah manusia bertuhan,

    sebagai pemberi aturan hidup yaitu agama datang dengan membawa aturan

    hukum yang sifatnya universal yang berguna bagi semua orang, dan berfungsi

    sebagai pengobat jiwa.

    Adapun Fungsi agama bagi perorangan (individu) maupun bagi

    masyarakat (sosial) diantaranya adalah sebagai berikut.8

    a. Menghormati akal sekaligus mempungsikannya secara baik, agar manusia dapat berfikir cerdas tentang kejadian alam semesta serta dapat mengambil

    iktibar (pengajaran) dari alam itu, bahwa kejadiannya yang indah menjadi

    bukti nyata atas kesuasaaan Allah yang maha besar, pencipta alam dan

    pengaturnya.

    b. Menyinari jiwa agar tunduk kepada perintah Allah dan menjauhi larangannya.

    c. Menyucurahkan jiwa manusia agar berakhlakkul karimah, sehingga ia hidup dalam ketenangan baik jasmani maupun rohani.

    d. Menjadi obor penerangan agar manusia dapat menempuh jalan kebaikan, itulah sebabnya diadakan tata cara perhubungan Alkhalik, masyarakat dan

    keluarganya.

    8Faridi, Op.Cit., hlm.18.

  • 14

    e. Menjamin kebaikan bagi seluruh masyarakat agar kehidupan tetap stabil. Oleh karana itu, setiap orang menjadi unsur yang aktip untuk persatuan

    kekuatan di masyarakat serta melarang berlaku kikir untuk mengorbankan

    hartanya dalam membantu pakir miskin dan amalan sosial yang lain.

    Demikian pula dilarang menyakiti orang lain, baik dengan tangan maupun

    lidah.

    f. Menjadi tali pengikat yang kokoh untuk mempertautkan segala hati karena pertalian yang harmonis di masyarakat bersumber pada keselarasan dan

    keikhlasan hati.

    g. Menjadi obat bagi penyakit sosial yang berkembang di masyarakat.

    B. Masyarakat

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat adalah sejumlah

    manusia, arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka

    anggap sama.9

    Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk

    sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi

    adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata

    "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih

    abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan

    antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen

    (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan

    untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas

    yang teratur.

    9Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

    Balai Pustaka, 2001), hlm. 721.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Oranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistemhttp://id.wikipedia.org/wiki/Entitashttp://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas

  • 15

    Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat

    dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta

    sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia

    kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Bila dilihat

    dari konsep sosiologi masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat

    tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai

    tujuan.10

    Adapun menurut Murthada Muthahhari sebagaimana dikutip oleh

    Abuddin Nata bahwa masyarakat adalah kumpulan dari manusia yang antara satu

    dan lainnya saling terkait oleh system nilai, adat istiadat, rius-ritus serta hukum

    tertentu bersama-sama berada dalam suatu iklim dan bahan makanan yang

    sama.11

    Selanjutnya menurut pengertian lain dapat dilihat dari pendapat Linton

    sebagaimana dikuti oleh Sidi Gazalba yaitu Masyarakat adalah kelompok

    manusia yang tetap cukup lama hidup dan bekerja bersama sehingga mereka

    dapat mengorganisasikan dirinya sebagai kesatuan sosial yang mempunyai

    batas-batas tertentu.12

    Secara kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat terdiri dari berbagai

    ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama, lapisan

    10

    Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 84. 11

    Abuddin Nata, Tapsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002),

    hlm. 233. 12

    Sidi Gazalba, Masyarakat Islam, Pengantar Sosiologi dan Sosiologis, (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1976), hlm.9

  • 16

    sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk. Dilihat dari konsep

    pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagai ragam

    kualitas dari mulai yang tidak berpendidikan sampai dengan yang berpendidikan

    tinggi. Sementara itu, dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut

    lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja

    dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis.13

    Adapun unsur-unsur pokok dalam suatu masyarakat menurut Fuad Ihsan,

    adalah:14

    a. Adanya unsur kelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu b. Mempunyai tujuan yang sama c. Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang ditaati bersama d. Mempunyai perasaan suka dan duka e. Mempunyai organisasi yang ditaati.

    Selain masyarakat umum, ada masyarakat yang terorganisasi. Adapun

    jenis-jenis masyarakat yang terorganisasi adalah sebagai berikut:15

    a. Civics (Kelompok kewargaan), yang termasuk kelompok ini misalnya Darma Wanita, LKMD, RW, RT.

    b. Cultural (Kelompok Budaya), yang termasuk kelompok ini misalnya seniman.

    c. Economics (kelompok ekonomi), yang termasuk kelompok ini bergerak di bidang usaha, misalnya industri, pedagang dan petani.

    d. Religius (Kelompok Ketuhanan), kelompok ini bergerak dalam bidang keagamaan.

    e. Wealfare (Kelompok Kesejahteraan), bergerak di bidang kesejahteraan atau sosial.

    f. Yout (kelompok Kepemudaan), bergerak di bidang kepemudaan. g. Profesional (kelompok ahli), bergerak di bidang keahlian masing-masing.

    13

    Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grapindo, 2009), hlm. 95. 14

    Fuad Ihsan, Op. Cit., hlm. 93. 15

    Ibid., hlm. 95.

  • 17

    C. Kegiatan Keagamaan

    1. Pengertian kegiatan Keagamaan

    Kegiatan berasal dari kata giat yang mendapat awalan ke dan akhiran an

    yang berarti aktifitas , usaha dan pekerjaan. Maka kegiatan adalah akifitas, usaha

    atau pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam rangka memenuhi.16

    Kata keagamaan berasal dari kata dasar agama yag mendapatkan awalan

    ke dan akhiran an yang mengandung arti dan pengertian banyak sekali. Secara

    Etimologi agama berasal dari kata Sanskrit, kata din dalam bahasa Arab dan religi

    dalam bahasa Eropa 17

    Keagamaan adalah memiliki kata dasar agama ditambah kata ke dan an,

    pengertian keagamaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan yang

    berkaitan masalah agama.18

    Adapun menurut Poerwadaminta keagamaan adalah

    sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu yang mengenai agama-

    agama.19

    Berdasarkan pengertian tersebut bahwa kegiatan keagamaan adalah

    bentuk usaha yang dilaksanakan untuk mewujudkan atau mengaplikasikan iman

    16

    Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, hlm.

    317 17

    Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Asfek, (Jakarta: UI Pres, 1985), cet ke-

    5, jlid I, hlm. 9 18

    Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

    Depdikbut, 1996), cet VII, hlm. 248. 19

    W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

    1987), hlm. 136.

  • 18

    kedalam suatu bentuk prilaku keagamaan. Dengan demikian kegiatan keagamaan

    adalah kegiatan atau kerja yang harus dilaksanakan yang berkaitan dengan agama

    yaitu, pengajian majelis taklim, memperingati hari-hari besar Islam, seperti

    mengadakan pengajian terhadap ilmu-ilmu agama, wirid yasin, memperingati

    Maulid Nabi SAW, memperingati Isra‟ Mikraj.

    2. Macam-macam Kegiatan Keagamaan

    Banyak macam-macam kegiatan keagamaan seperti solat, puasa, mengaji,

    memperingati hari-hari besar Islam. Namun Penulis hanya beberapa macam

    kegiatan saja, diantaranya:

    a. Majelis Ta‟lim

    Majelis ta‟lim berasal dari bahasa arab, yang terdiri dari dua suku kata

    yakni majelis berarti tempat dan taklim berarti belajar. Jadi secara lugowi majelis

    ta‟lim mempunyai makna „„tempat belajar‟‟.20

    Dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia Majelis, adalah dewan yang mengamban tugas tertentu mengenai

    kenegaraan dsb secara terbatas.21

    20Kustini, Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam pendalaman ajaran agama

    melalui Majelis Taklim, (Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang

    Kehidupan Keagamaan, 2007), hlm. 32 21

    Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

    Pustaka, 1998), hlm. 290.

  • 19

    Menurut Khadijah Munir ia menjelaskan bahwa pengertian majelis

    Ta‟lim dalam buku yang berjudul Peningkatan kualitas majelis ta‟lim menuju

    akselerasi dan eskalasi pemberdayaan ummad: majelis ta‟lim adalah sebuah

    lembaga pendidikan non formal yang memiliki jama‟ah dengan jumlah yang

    relatif banyak, usia yang heterogen, memiliki kurikulum berbasis keagaamaan

    dan waktu yang pleksibel sesuai kebutuhan jemaah.22

    Dengan demikian majelis

    ta‟lim merupakan sebuah lembaga pendidikan non formal Islam sebagai tempat

    pelaksanaan pengajaran agama Islam oleh seorang ustadz terhadap jemaa‟hnya

    dan pelaksanaan tersebut memiliki tujuan tertentu yang harus dicapai.

    Selanjutnya bila dilihat dari segi tujuannya, majelis ta‟lim termasuk

    lembaga atau sarana dakwah Islamiyah yang dapat mengatur dan melaksanakan

    kegiatan-kegiatanya dan di dalamnya berkembang prinsip demokrasi yang

    berdasarkan musyawarah untuk mupakat demi kelancaran pelaksanaan ta‟lim al-

    Islam sesuai dengan tuntutan pesertanya.23

    Adapun fungsi majelis taklim yaitu:

    1. Sebagai wadah untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada

    jemaahnya.

    22

    Khadijah Munir, Peningkatan kualitas majelis ta‟lim menuju akselerasi dan eskalasi

    pemberdayaan ummad, kustini (ed), Peningkatan Peran Serta Masyarakatdalam pendalaman ajaran

    agama melalui Majelis Taklim, (Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang

    Kehidupan Keagamaan, 2007), hlm. 32. 23

    Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.

    80.

  • 20

    2. Sebagai wadah peluang kepada jemaahnya untuk melakukan tukar menukar

    pikiran berbagai pengalaman masalah keagamaan.

    3. Sebagai wadah yang dapat membina keakraban di antara sesama

    jemaahnya

    4. Sebagai wadah mendapatkan informasi dan melakukan kajian keagamaan

    serta kerja sama di antara ummad.24

    b. Wirid Yasin

    Wirid yasin Asal katanya “warada“ yang artinya hadir, datang, sampai.

    Kemudian secara terminalogi wirid yasin adalah berzikir dan berdoa sesuai

    dengan `aurad` (jamak dari kata wirid) yang datang dari Nabi Saw, para sahabat,

    maupun para ulama “ waratsatul Anbiya /wali.25

    Dengan demikian wirid yasin

    adalah sejenis perkumpulan masyarakat yang kegiatannya membaca ayat-ayat

    alquran secara bersama-sama seperti surat yasin, surat pendek, tahlil, do‟a dan

    serta berzikir.

    Di dalam masyarakat wirid yasin sudah merupakan tradisi lama dalam hal

    pelaksanaan wirid Yasin baik oleh kaum ibu maupun kaum bapak dan juga di

    kalangan para remaja baik remaja putri maupun remaja putra.Pelaksanaannya

    24

    Kustini, Op.Cit., hlm.1 25

    https://wongalus.wordpress.com/2011/02/08/hikmah-wirid/ diakses pada tgl 1 juni

    2016 01:20

    https://wongalus.wordpress.com/2011/02/08/hikmah-wirid/

  • 21

    pun bisa berbeda seperti ada yang melaksanakannya pada malam hari, siang hari

    atau sore hari tergantung kesepakatan masing-masing.

    Adapun jumlah peserta wirid Yasin bisa banyak seperti seratusan orang

    bahkan lebih atau bebarapa orang saja. Angka seratusan orang bahkan lebih itu

    misalnya dalam suasana wirid akbar yang mungkin dilaksanakan sekali sebulan

    oleh beberapa perkumpulan perwiri dan kaum ibu. Di balik itu, sebagian ada

    yang mengadakan perwiri dan itu hanya beberapa orang saja, seperti hanya

    belasan orang saja sebab hujan turun atau cuaca mendung bercampur petir yang

    mengakibatkan orang takut keluar rumah.

    Dan ada juga keberadaan orang banyak hadir di perwiri dan Yasin

    disebabkan gilirannya, atau salah masyarakat meminta di rumahnya dilaksanakan

    wirid yasin.26

    c. Kegiatan Keagamaan Hari-hari Tertentu

    1) Maulid Nabi

    Secara bahasa kata مولد dalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,

    berarti kelahiran atau hari lahir.27

    Secara istilah Harun Nasution menyebutkan

    dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, bahwa Maulid berarti peringatan

    26HasanMansurNasutionhttp://www.waspadamedan.com/index.phd?option=com_content

    &view=article&id=9988&catid=61&Itemid=230 diakses pada tanggal 1 Juni 2016 jam 01:12 27

    Atabik Ali & Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,(Yogyakarta: Multi

    Karya Grafika, 1998), hlm.1867

  • 22

    keagamaan yang lazimnya berhubungan dengan hari kelahiran Nabi

    Muhammad saw.28

    Dengan demikian Maulid Nabi adalah Hari lahirnya Nabi

    Muhammad saw yang memiliki nilai sejarah dan diperingati oleh umad Islam

    setiap tahun yaitu pada tanggal 12 Rabi‟ul awal.

    Mengenai bulan kelahirannya Rasulullah para ahli berbeda pendapat.

    Sebagian besar mengatakan ia dilahirkan bulan Rabiul awal. Ada yang berkata

    lahir dalam bulan Muharram, bulan Safar, bulan Rajab dan sementara yang

    lain menguatkan dalam bulan Ramadhan.

    Mengenai hari bulan rasulullah dilahirkan juga terdapat berbeda

    pendapat. Satu pendapat mengatakan pada malam kedua Rabiul awal, atau

    malam kedelapan atau malam kesembilan, tetapi umumnya mengatakan

    bahwa rasulullah dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul awal. Ini adalah pendapat

    Ibnu Ishaq dan yang lain.29

    Sebagaimana Ibnu Ishaq berkata, bahwa abu

    Muhammad bin Abdul Malik Bin Hisyam berkata kepadaku bahwa Ziyad bin

    Abdullah al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq al-Muthalibi

    yang berkata, ‘‘Rasululllah saw lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabiul awal,

    28

    Harun Nasution, dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999), hlm.

    637. 29

    Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Inter Masa, 1992),

    hlm. 49

  • 23

    Tahun gajah’’.30

    Dengan demikian rasulullah dilahirkan tepat pada tanggal

    12 Rabiul awal pada Tahun Gajah yang penuh dengan sejarah, sehingga

    masyarakat mengadakan peringatan Maulid Nabi dengan cintanya kepada

    Rasulullah, dengan bertujuan menggairahkan kehidupan masyarakat dan

    meningkatkan penghayatan serta pengamalan ajaran agama.

    Kaum muslimin di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada

    umumnya, selalu memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan

    tersebut diselenggarakan dengan berbagai cara, sesuai selera dan keinginan

    serta kesanggupan masyarakat yang menyelenggarakanya. Peringatan ini perlu

    dipertahankan dan dilanjutkan, sebagai suatu momentum untuk menyegarkan,

    meningkatkan dam meperbaharui tekad dan komidmen dalam rangka

    memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Rasulullah SAW.31

    Adapun hukum melaksanakan maulid nabi menurut Imam Suyuti dalam

    Dalam Buku bekal hidup bermasyarakat adalah dibolehkan sebagai mana

    beliau berkata dasar pelaksanaan maulid nabi dimana orang-orang berkumpul

    membaca ayat-ayat alquran dan riwayat-riwayat hadist nabi serta penyanyian

    makanan yang tidak berlebihan semuanya termasuk bidiah hasana dan

    30

    Abu Muhammad bin Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu

    Hisyam, (Jakarta: Darul Falah, 2000), hlm. 131 31

    Abuddin Nata, Pendidikan Spritual dalam Tradisi Keislaman, (Bandung: Angkasa,

    2003), hlm. 35.

  • 24

    pelakunya mendapat pahala, karena dalam pelaksanaan tersebut mengandung

    penghormatan derajat Nabi Muhammad saw. Apapun yang dilakukan dalam

    pelaksanaan maulid Nabi Muhammad saw hendaknya dibatasi dengan sesuatu

    yang bisa menyadarkan untuk bersukur kepada Allah swt seperti bacaan-

    bacaan, pemberian makanan dan sedekah.32

    Dengan demikian melaksanakan

    maulid nabi dibolehkan karena termasuk bidi‟ah hasanah dan di dalamnya

    mengandung unsur-unsur kebaikan.

    2) Isra‟ Mikraj

    Dalam peringatan Isra‟ Mikraj sekurang-kurangnya ada dua pokok

    persoalan yang harus digaris bawahi, yaitu makna Isra‟ Mikraj. Kedua istilah

    ini mengandung makna dinamis. Isra berarti telah diberangkatkan, telah

    diperjalankan, berjalan atau memperjalankan. Mikraj berarti naik. Perbedaan

    pengertian yang satu secara eksplisit tersurat jelas dalam Al-quran, sedangkan

    yang lainnya di dapat dari hadist Nabi Saw.33

    Allah swt berfirman:

    32

    Abu An‟im, Bekal Hidup bermasyarakat,(Jawa Barat: Mu‟jizat Group, 2008),

    hlm.244. 33

    Burhanuddin, Cahaya Mimbar, (Legenda Press), hlm. 201

  • 25

    Artinya: Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada

    suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha

    yang telah Kami berkahi sekelilingnya.34

    Sebagaimana juga pada firman Allah swt:

    Artinya: Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam

    rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil

    Muntaha.35

    Isra‟ ialah berjalan malam hari dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Pelestina)

    dan Mikraj ialah naik ke langit, sampai ke langit yang ke tujuh dan bahkan

    sampai ke tempat yang lebih tinggi yaitu Sidratil Muntaha dan Mustawa. Hal

    ini dilakukan oleh nabi Muhammad Saw dengan ditemani oleh malaikat jibril

    setahun sebelum beliau hijrah dari Makkah ke Madinah, yaitu malm senin 27

    Rajab 627 M.36

    Dengan demikian Isra‟ dan adalah perjalanan Rasulullah saw

    pada malam hari mulai dari masjdil Haram ke masjidil Aqsha, sampai Baitul

    Maqdis di Palestina sehingga naiknya Nabi saw ke langit sampai ke Sidratil

    34

    Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra, 2002),

    hlm. 282. 35

    Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra, 2002),

    hlm.528 36

    Sirajuddin „Abbas, 40 Masalah Agama jilid 1, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, 2008),

    hlm. 64

  • 26

    Muntaha, yaitu suatu tempat yang tidak munkin bisa dijangkau oleh manusia.

    Perjalan yang dilakukan Rasulullah saw ini adalah tidak hanya sekedar

    melakukan suatu perjalanan dan naik dari satu tempat ketempat yang lain saja.

    Peristiwa isra‟ mikraj yang dialami Rasullulah yaitu ketika rasullulah

    melakukan kunjungan malam, Senin 27 Rajab tahun dua belas kenabian

    Petang itu rasulullah mengunjungi keluarga Ummul Hani dan istirahat disana,

    ketika menjelang malam Rasulullah pamit dari rumah putri Abu Thalib

    tersebut untuk kembali ke rumah, sebelum ke rumah Rasulullah terlebih

    dahulu pergi ke masjidil Haram untuk berdo‟a disisi ka‟bah seperti biasa yang

    dilakukannya. Ketika berada ditempat tersebut beliau tertidur karena rasa

    kantuk beliau tidak tertahankan, dan Nabipun tertidur di Hijr Ismail.„„Ketika

    aku teridur di Hijr Ismail, kenang beliau ‘‘Jibril datang dan mengusikku

    dengan kakinya. Akupun segera duduk, setelah kulihat tidak ada apa-apa

    maka akupun kembali berbaring. Jibril kembali mendatangiku untuk kedua

    kalinya. Ketiga kalinyt dia pegang lenganku dan akupun diangkatnya. Jibril

    memapahku ke pintu masjid dan di luar terliha seekor binatang putih, seperti

    perakan antara kuda dan keledai dengan dua sayap diantara kedua kakinya,

    dengat sekali kepakan, hewan itu mampu meleset sejauh mata memandang.

  • 27

    Dengan demikian Rasulullah menceritakan pertemuannya dengan

    malaikat Jibril di hari Senin itu. Tampa beliau duga ternyata beberapa

    malaikat juga telah menunggu diluar masjid, termasuk Mikail. Beliau

    kemudian dibawa kesuatu tempat dan dibedah dadanya, persis seperti yang

    dialaminya di kampung Bani Sa‟ad. Hanya saja dalam proses pembedahan

    kali ini, Jibril menyemakan cahaya-cahaya kebijakan, pengetahuan dan

    menancapkan lebih dalam dari sebuah keimanan. Inilah peristiwa yang

    dilakukan malaikat sebelum mereka menaikkan Nabi pada Buraq untuk

    melakukan perjalanan malam.

    Setelah semua persiapan sudah cukup, Rasulullah diperintahkan untuk

    menaiki buraq. Namun hewan tersebut sedikit liar hingga membuat beliau

    merasa kurang nyaman untuk mendekatinya. Dengan demikian Jibril

    menjinakkan hewan tersebut dan mengatakan bahwa orang yang menaikinya

    adalah makhluk yang mulia disisi Allah swt. seketika itu pula hewan tersebut

    menampakkan sifat penurutnya yang begitu anggun dan luwes.Malam itu

    dengan didamping Jibril sebelah kanan dan Mikail sebelah kiri, Nabi

    Muhammad meleset ke utara menaiki Buraq yang menyenangkan.Pertama-

    tama mereka singgah disuatu tempat yang begitu subur dengan kebun

    kurmanya. Nabi diperintahkan untuk melakukan shalat di sana, kemudian

  • 28

    Jibril berkata ‘‘itulah Thayyibah, Madinah dan disitulah engkau akan

    dihijrahkan. Perjalanan kembali dilanjukan dan beberapa tempat beliau

    singgahi, diantara Madain dan bukit Tursinai tempat dimana Allah berfirman

    pada Nabi Musa, kemudian Betlehem, Palestina tempat lahirnya Nabi

    Isa.Dengan perjalanan malam yang menyenangkan tersebu Jibril mengajak

    Rasulullah meninggalkan keadaan Mekkah yang jauh dari kendalainya.

    Menyingkap perjuang para nabi pendahulunya dengan mengunjungi tempat-

    tempat bersejarah mereka.

    Disela-sela perjalanan, nabi juga diperlihatkan dunia lain. Dengan jelas

    beliau melihat kehidupan alam barzah, alam kehidupan setelah kematian

    sebelum hari kebangkitan. Di sana sang nabi melihat sekelompok orang yang

    tengah sibuk bercocok tanam layaknya petani, hanya saja begitu selesai

    ditanam pohon-pohon itu langsung berbuah. ketika perjalanan dilanjutkan

    Rasulullah mencium semerbak aroma wangi, akhirnya beliau ketahui bahwa

    itulah aroma wangi keluarga Siti Mashitoh yaitu pembantu keluarga Fir‟aun

    yang teguh memengang keimanannya. Selain pemandang yang indah tesebut,

    rasulullah juga melihat pemandangan yang memiriskan hati. Sekelompok

    orang nampak sedang memakan pepohonan penuh dengan duri, tentu saja

    batang-batang itu ditelan, maka tenggorokan mereka bagai dikerat dengan

  • 29

    pisau tumpul yang tompel disana sini. Dan masih banyak lagi pemandangan

    yang memilukan yang beliau saksikan selama dam perjalanan.

    Beberapa peristiwa yang menarik beliau alami adalah tatkala dua orang

    memanggilnya. Satu disebelah kanan dan yang lainnya disebelah kiri, atas

    anjuran Jibril nabi tidak menghiraukan mereka berdua, ketika Jibril dimintai

    keterangan kedua orang tersebut, ia mengatakan bahwa yang disebelah

    kanannya adalah symbol dari ajaran Yahudi sementara yang satunya adalah

    lambang ajaran Nasrani. Menurut keterangan malaikat penyampai wahyu itu,

    seandainya baginda nabi berkenan menengok mereka itu, niscaya pengikut

    setia beliau akan berpaling memeluk agama Yahudi maupun Nasrani. Namun

    berkat bimbingan Allah swt melalui Jibril malaikatnya semua itu dapat

    dihindari.

    Dimanapun baginda Nabi berada, sepertinya cobaan senantiasa menyertai

    beliau. Saat itu meskipun pengawalan ketat dilakukan malaika Jibril dan

    Mikail akan tetapi semua itu tidak menciutkan nyali Iblis untuk mencelakai

    nabi. Ketika mereka tengah asik meleset ke utara, Iblis mengejar dengan

    membawa bola api ditangannya. Tatkala Rasulullah menoleh, beliau melihat

    Iblis yang begitu terburu-buru. Sesaat kemudian Jibril mengajarkan sebuah

    do‟a kepada Rasulullah, begitu do‟a itu dilantunkan dari bibir Nabi

  • 30

    Muhammad saw, iblis yang mengejar mereka langsung terpelanting,

    terhempas menjauh. Akhirnya perjalanan itupun dapat dilanjutkan dengan

    nyaman hingga mendarat di Baitul Maqdis, Yerussalem, Palestina.

    Buraq yang telah memberi tumpangan tiupun beliau tambatkan di depan

    masjid, tempat biasanya para Nabi terdahulu menambakan kedaraan mereka.

    Di dalam masjid terlihat jamaa‟h yang jumlah besar telah menanti

    kehadirannya, dan panggilan untuk melaksanakan shalat segera

    dikumandangkan, Rasulullah dimintai untuk melangkah maju, berdiri

    mengimami mereka yang berjajar rapi dibelakangnnya.

    Semua yang berdiri berderet-deret di dalam masjid itupun larut dalam

    khidmat shalat yang diimami Nabi Muhammad saw. Setelah shalat dua raka‟at

    itu selesai, hadirin mengucapkan salam kepada beliau. Jibril segera mendekati

    baginda Nabi dan berbisik ‘‘wahai Muhammad, tahukah engkau siapa mereka

    yang berjajar rapi melaksanakan shalat di belakangmu itu tadi ? .tidak jawab

    Nabi singkat, ‘‘mereka adalah seluruh Nabi terdahulu yang telah diutus Allah

    swt. Mendengar hal itu, Rasulullah tak kuasa menahan rasa sukur beliau atas

    kehormatan yang diberikan Allah sw kepadanya. Sebuah kenikmatan yang tak

    pernah beliau bayangkan sebelumnya, semua ini sangat terasa berarti dan

    kata-kata manusia terasa sempit untuk mengucapkannya.

  • 31

    Dengan penuh haru, beliau berkata ‘‘segala puji bagi Allah yang telah

    mengutusku sebagai rahmat bagi seluruh alam, pembawa berita gembira dan

    penyampaian berita ancaman bagi seluruh umat manusia. Kalian telah

    memujiku dan akupun tiada henti memuji tuhanku’’. Kemudian seseorang

    berkata lantang, memperkenalkan siapa gerangan yang telah mengimami

    mereka „„dia adalah sebuah anugerah bagi kalian semua. „„Dialah Muhammad

    saw sang Nabi penanggung orang-orang yang haus’’.

    Belakangan diketahui bahwa lelaki yang berbicara tersebut adalah Nabi

    Ibrahim As. Setelah itu Jibril mendekat dengan membawa tiga gelas dengan

    berisi air, susu dan minuman keras. Menyuguhkannya pada Nabi agar beliau

    memilih mana yang disukainya.‘‘Aku mendengar seseorang berkata, kenang

    beliau ketika menceritakan perisiwa itu kembali ‘‘Jika Muhammad meminum

    air itu niscaya ummadnya akan tenggelam, jika arak yang dipilihnya , maka

    beliau dan ummadnya akan sesat semua, dan seandainya beliau memilih susu,

    niscaya beliau dan seluruh umadnya akan mendapatkan petunjuk, ‘‘aku

    mengambil gelas yang berisi susu dan meminumnya, dan Jibril pun berkata

    ‘‘engkau adalah ummadku akan mendapat petunjuk’’. Dengan begitu

    terbongkarlah teka-teki tiga gelas Jibril itu. Berakhirlah pertemuan dengan

    para nabi dengan keberangkatan Rasulullah bersama malaika Jibril. Kini

  • 32

    sebuah tangga telah terpasang, menjulang ke atas menembusi angkasa menuju

    langit ke tujuh.

    Pada setiap langit Rasulullah kembali bertemu dengan para nabi. Pada

    langit pertama rasulllah bertemu dengan Nabi Adam, bapak dari seluruh

    manusia itu menyambut dengan lembut dan mengakui kenabian yang

    disemakan Allah pada putra Abdullah itu. Ketika rasulullah mengamati

    sekeliling Nabi Adam, beliau melihat dengan jelas bahwa disebelah kanan

    Nabi itu nampak ruh-ruh keturunannya yang selama, sementara sebelah

    kirinya memperlihatkan ruh keturunannya yang mendapat siksa.

    Pada langit kedua berjumpa dengan Nabi Yahya dan Zakariya, pada

    langit ketiga berjumpa dengan Nabi Yusuf, langit ke Empat berjumpa dengan

    Nabi Idris, lagit kelima berjumpa dengan Nabi Harun, langit ke Enam

    berjumpa dengan Nabi Musa, langit ke tujuh berjumpa dengan Nabi Ibrahim

    dan gerbang menuju wilayah ketinggian tuhan. Nabi kembali mendaki ke

    Sidratul Munthaha, di sana beliau terus berjalan sehingga beristirahat di telaga

    kausar, setelah singgah sejenak nabi kembali berjalan. Beliau menyusuri

    telaga kausar yang ternyata memasuki surga.Inilah tempat yang dijanjikan

    tuhan bagi mereka yang ta‟at menjalankan kewajiban-kewajinanya dan

    menjauh larangannya dengan penuh keimanan. Perjalanan terus dilanjutkan ke

  • 33

    neraka, yang selama ini dijanjikan tuhan sebagai tempat mereka yang

    membangkang dan siksaannya nampak lebih nyata daripada yang beliau lihat

    di alam barzah ketika terbang dari Mekkah menuju Yerussalem. Nabi melihat

    para penggunjing terlihat begitu lahab menyantap daging bangkai yang

    menjijikkan. Malaikat Malik nampak berdiri di gerbang neraka dengan wajah

    lebih seram dari orang yang telah lupa sama sekali cara tersenyum. Sesaa‟t

    kemudian pintu nerakapun terutup.

    Tempat yang terakhir perjalanan Nabi adalah Al-Musawa, ketika menaiki

    tingkatan ini, Jibril tidak lagi mengiringinya. Dan disinilah rasul menerima

    perintah untuk mengerjakan shalat lima puluh kali, sampai akhirnya menjadi

    lima kali setelah melakukan percakapan dengan Nabi Musa.37

    Dengan

    demikian adalah peristiwa isra‟ mikrajnya Rasulullah mulai dari Makkah

    sampai ke Sidratul Muntaha.

    D. Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu dicantumkan untuk mengetahui sejauh mana

    orientasi suatu karya ilmiah serta posisinya diantara karya-karya sejenis dengan

    tema atau pendekatan yang serupa.Sejauh ini yang peneliti ketahui, belum ada

    37

    M. Haris, dkk, Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW Lentera Kegelapan, (Kediri:

    Pustaka Gerbang Lama, 2004), hlm. 237-244.

  • 34

    penelitian lain yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan Masyarakat di

    Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.”

    Adapun judul penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

    penulis adalah:

    1. Penelitian dari Rahma Liana Ritonga mahasiswa STAIN Padangsidimpuan,

    dalam skripsi yang berjudul” Faktor Penghambat Pelaksanaan Kegiatan

    Keagaman Masyarakat di Desa Batu Tambun Kabupaten Padang lawas Utara.

    Penelitian ini dibuat pada tahun 2009. adapun hasil penelitiannya bahwa

    kegiatan keagamaan yang dilaksanakan do‟a habis shalat berjamaah, do‟a

    tahlilan dan do‟a minta hujan serta isra‟ mi‟raj, dan faktor penghambat dalam

    kegiatannya dikarenakan kurangnya biaya, kurangnya kesadaran beragama dan

    minimnya tokoh agama.38

    Dapat dipahami bahwa yang menjadi faktor

    penghambat kegiatan kegamaan di masyarakat yaitu faktor biaya, minimnya

    agama dan kurangnya kesadaran beragama.

    2. Penelitian dari Anti Hasibuan mahasiswa STAIN Padangsidimpuan, dalam

    skripsi yang berjudul ” Efektifitas Kegiatan Keagaman Anak dalam Rumah

    Tangga di Desa Pasar Matanggor Kecamatan. Batang Onang.Penelitian ini

    dibuat pada tahun 2012. Adapun Hasil penelitian bahwa” Kegiatan Keagamaan

    Dalam Rumah Tangga Di Desa Pasar Matanggor yang dilakukan kurang

    efektifitas yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti kesibukan mereka

    38

    Rahma Liana Ritonga, Faktor Penghambat Pelaksanaan Kegiatan Keagaman

    Masyarakat di Desa Batu Tambun Kabupaten Padang lawas Utara, (Skiripsi, STAIN

    Padangsidimpuan, 2009), hlm. 77-78.

  • 35

    dalam mencari nafkah dan begitu juga dengan anak-anaknya yang sibuk

    bermain dengan teman-teman sebayanya karena kurangnya perhatian orangtua

    terhadap mereka. Disatu sisi orangtua di desa Pasar Matanggor lebih banyak

    yang kurang mampu dalam mengefektifkan kegiatan keagamaan dalam rumah

    tangga yang disebabkan karena kurangnya perhatian orangtua. Orangtua di desa

    Pasar Matanggor kurang antusias dalam mengontrol kegiatan keagamaan anak

    disebabkan kesibukan mencari nafkah sehari-hari mereka. Disisi lain ada juga

    orangtua yang kurang dalam mengefektfkan kegiatan keagamaan anaknya

    disebabkan oleh minimnya atau kurangnya pendidikan para orangtua, sehingga

    mereka tidak begitu peduli terhadap pendidikan anak apalagi keagamaan

    anaknya.39

    Berdasarkan kedua penelitian di atas peneliti menyatakan bahwa berbeda

    dengan penelitian penulis. Dalam penelitian terdahulu sebagaimana yang

    dijelaskan di atas hanya meneliti tentang faktor penghambat dan juga efektifitas

    kegiatan keagamaan dari segi masyarakat dan keluarga, akan tetapi dalam

    penelitian penulis ini akan membahas hal yang berbeda yaitu mengenai

    Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan Masyarakat Di Desa Huta Holbung

    Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

    39

    Anti Hasibuan, Sikripsi Efektifitas Kaegiatan Keagamaan Anak Dalam Rumah

    Tangga Di Desa Pasar Matanggor Kecamatan. Batang Onang,(Skiripsi, STAIN Padangsidimpuan,

    2012), hlm. 39.

  • 36

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini berlokasi Desa Huta Holbung Jl. Mandailing Km.12

    Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.Penelitian ini

    dilaksanakan mulai 18 Agustus 2016 sampai dengan 9 September tahun 2016.

    B. Jenis dan Metode Penelitian

    Berdasarkan analisis datanya, penelitian ini menggunakan pendekatan

    kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati keadaan sekitarnya

    dan menganalisisnya dengan menggunakan logika ilmiah.1

    Berdasarkan metodenya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif

    yakni penelitian yang menggambarkan objek sesuai apa adanya.2

    Metode

    deskriptif berusaha untuk menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai

    dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan

    karakteristik objek yang diteliti secara tepat.3 Pendekatan ini digunakan untuk

    menggambarkan kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung.

    1Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

    2009), hlm. 8. 2Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2003), hlm. 157. 3Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 151.

  • 37

    C. Sumber Data

    Adapun sumber data data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

    yakni sumber data primer dan sumber data skunder.

    a. Sumber data primer

    Sumber data primer yaitu sumber data pokok, data primer adalah berupa

    hasil penelitian di lapangan dalam bentuk tertulis maupun lisan yang diperoleh

    dari para orang tua dan tokoh masyarakat desa Huta Holbung.

    b. Sumber Data Skunder

    Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang dibutuhkan

    dalam penelitian ini. Adapun sumber data sekunder yang dibutuhkan dalam

    penelitian ini yaitu buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian.

    D. Instrumen Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan maka peneliti

    menggunakan instrument pengumpulan data sebagai berikut:

    1. Observasi yaitu adalah untuk mengamati dan mencari informasi dengan

    terhadap apa yang diteliti dan mengetahui bagaimana keadaan dan peristiwa

    yang sebenarnya terjadi di lapangan dengan cara mengamati kondisi di

    lapangan. Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung

    bagaimanakegiatan keagamaan masyarakatdi desa Huta Holbung Kecamatan

  • 38

    Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan seperti wirid yasin, majelis

    Ta’lim maulid Nabi dan Isra’ mikraj.

    2. Wawancara adalah salah satu cara untuk menggali data.4 Dalam penelitian ini

    wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi-informasi yang

    ada di lokasi penelitian, yaitu peneliti terjun ke lapangan dengan

    mewawancarai dengan melakukan percakapan secara langsung dengan

    masyarakat. Yang dilakukan dalam wawancara ini adalah mewawancarai

    para orang tua dan tokoh masyarakat apasaja yang bersangkutan dengan

    kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung Kecamatan Batang

    Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

    E. Teknik Keabsahan Data

    Triangulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

    sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

    pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

    triangulasi sebagai sumber untuk menguji keabsahan data.Triangulasi ini

    membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

    4Jamal Ma’mur Asmani, Tuntunan lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan,

    (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), hlm.122.

  • 39

    diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Dalam penelitian ini triangulasi

    meliputi 3 cara yaitu:

    a. Triangulasi sumber: membandingkan, mencek ulang derajat kepercayaan

    informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya:

    membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

    b. Triangulasi metode: usaha mencek keabsahan data hasil temuan. Triangulasi

    ini bisa dilakukan dengan lebih dari satu teknik dalam mengumpulkan data,

    dengan cara membandingkan berbagai pendapat yang diperoleh dari lapangan

    c. Triangulasi waktu: menguji derajat kepercayaan dengan cara mengecek data

    dari sumber yang sama dalam waktu dan situasi yang berbeda. Triangulasi

    waktu ini digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan perubahan

    suatu proses dan prilaku manusia.5

    Yang dimaksud peneliti Triangulasi

    adalah tehnik mencek keabsahan data dengan menggunakan sesuatu hal

    diluar itu sendiri, misalnya membandingkan antara wawancara dengan

    observasi dan membandingkan dari berbagai sumber secara umum dengan

    pribadi (individu).

    5Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),

    hlm. 178.`

  • 40

    F. Teknik Analisis Data

    Penelitian ini dilakukan dalam bentuk analisis induktif, yaitu

    pengambilan kesimpulan mulai dari pertanyaan fakta-fakta khusus menuju

    kesimpulan yang bersifat umum.Jadi lebih dahulu diteliti tentang fakta-fakta

    yang ada di lapangan baru kemudian ditarik kesimpulan. Analisis data ialah

    proses menyusun data yang diperoleh dari lapangan penelitian, selanjutnya

    ditelaah, diperiksa keabsahan data.6Dengan demikian pengumpulan data ini tidak

    dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh pakta-pakta yang ditemukan pada saat

    penelitian di lapangan.Oleh karena itu analisis data bersifat induktif yaitu

    menarik kesimpulan yang bersifat umum dari pertanyaan-pertanyaan yang

    bersifat khusus atau dari pakta dan penomena empiris kepada teori.

    Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data secara

    kualitatif sebagai berikut.

    a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber data yang ada

    b. Mengadakan pertimbangan terhadap data yang sudah diperoleh

    c. Menyusun data sesuai dengan satuan-satuan/bagian-bagian sesuai dengan

    jenis data yang diperoleh

    6Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003),

    hlm. 641.

  • 41

    d. Mengadakan pemeriksaan/ mengadakan analisa data atau keabsahan data

    e. Setelah data seluruhnya terkumpulkan, kemudian penulis mengadakan

    analisa data secara baik dan benar. Kemudian mengambil kesimpulan dimulai

    dari data-data yang khusus ke data yang bersifat umum.7

    Dengan demikian sesuai dengan penjelasan di atas, analisis data

    dilaksanakan dengan cara mengumpulkan sejumlah data kemudian mengambil

    data yang berkaitan dengan masalah sehingga gambaran tentang hasil

    wawancara dan observasi dapat diperoleh sehingga dapat disusun dalam bentuk

    paparan (deskripsi) untuk mengambil kesimpulan dari hal-hal yang bersifat

    khusus kepada yang umum. Karena itu analisa yang dilaksanakan akan

    mempermudah penulis untuk menyusun kepada suatu kalimat yang sistematis

    dalam sebuah skripsi.

    Analisis data adalah proses penyusunan data yang dapat ditafsirkan

    memberi makna pada analisis mencari hubungan berbagai konsep.Analisis data

    diperoleh dengan tiga cara yaitu:

    a) Reduksi data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang

    lengkap dan banyak. Data tersebut dirangkum dan dipilih hal-hal pokok yang

    7Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R dan D,( Bandung: Alfabeta,

    2013), hlm.245.

  • 42

    berkaitan dengan masalah, sehingga menjadi gambaran tentang hasil

    pengamatan dan wawancara. Reduksi data yang dimaksud peneliti adalah

    tentang pelaksanaan kegiatan keagamaan masyarakat yang ada di desa Huta

    Holbung dan data tersebut ditulis dalam bentuk uraian dan memberikan

    gambaran tentang hasil pengamatan dan wawancara tentang pelaksanaan

    kegiatan keagamaan masyarakat.

    b) Deskriptip data, menggunakan data secara deduktif dan induktif dengan

    sistematika pembahasan. Deskrifif data yang dimaksud peneliti yaitu

    menggambarkan data hasil pengamatan dan wawancara terhadap pelaksanaan

    kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta Holbung mulai dari data yang

    bersifat umum ke khusus.

    c) Penarikan kesimpulan, yaitu menerangkan uraian-uraian data dalam beberapa

    kalimat yang mengandung suatu pengertian secara singkat dan padat.

    Mengulas kembali tentang hasil penelitian secara singkat dan padat

    G. Sistematika Pembahasan

    Adapun sistematika dari proposal ini memuat tentang beberapa hal

    diantaranya:

    Bab Pertama Pendahuluan memuat tentang latar belakang masalah,

    rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

  • 43

    Bab kedua, Kajian Pustaka memuat tentang Agama Masyarakat, kegiatan

    keagamaan dan Penelitian terdahulu

    Bab ketiga, Metodologi Penelitianmemuat tentang.memuattentang

    beberapa bahasan diantaranya: lokasi dan waktu penelitian, jenis dan metode

    penelitian, sumber data, instrumen pengumpulan data,teknik keabsahan data,

    analisis data dan sistematika pembahasan.

    Bab keempat, Hasil Penelitian, memuat tentang hasil temuan umum dan

    temuan khusus berisi tentang bagaimana pelaksanaan kegiatan keagamaan

    masyarakat di desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten

    Tapanuli Selatan dan apa saja kegiatan keagamaan masyarakat di desa Huta

    Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

    Bab kelima, penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran.

  • 44

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Temuan Umum

    1. Letak Geografis Desa Huta Holbung

    Desa Huta Holbung merupakan satu-satunya desa yang berada di

    Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.Desa ini termasuk

    desa yang luas dan tidak berbentuk kelurahan.Desa ini mempunyai panjang

    kurang lebih 2 kilometer.

    Jika dilihat dari segi geografis batas-batas wilayah Desa Huta Holbung

    Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut

    a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sipangko

    b. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Bintujuh

    c. Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan

    d. Sebelah Selatan berbatasan dengan persawahan.1

    Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli

    Selatan terdiri dari dataran rendah dan dikelilingi bukit-bukit, karena itu

    sebagian besar area desa Huta Holbung selain dimanfaatkan untuk pemukiman,

    ada juga dimanfaatkan sebagai perkebunan, persawahan, dan fasilitas umum

    lainnya.

    1 Kepala Desa Huta Holbung, 2016

  • 45

    2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

    Penduduk Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten

    Tapanuli Selatan berjumlah 1165 jiwa dan 291 KK (Kepala Keluarga) yang

    terdiri dari 611 orang laki-laki dan 554 orang perempuan.2 Untuk lebih jelasnya

    keadaan penduduk Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten

    Tapanuli Selatan Berdasarkan tingkat usia.

    Tabel I

    Data Penduduk Desa Berdasarkan Tingkat Usia

    No Tingkat Usia Jumlah

    1 71 ke atas 18 Jiwa

    2 65-70 19 Jiwa

    3 59-64 43 Jiwa

    4 53-58 65 Jiwa

    5 47-52 76 Jiwa

    6 41-46 71 Jiwa

    7 35-40 75 Jiwa

    8 29-34 102 Jiwa

    9 23-28 135 Jiwa

    10 17-22 178 Jiwa

    11 11-16 143 Jiwa

    12 5-10 122 Jiwa

    13 0-4 118 Jiwa

    Jumlah 1165 Jiwa

    Sumber: Data administrasi desa Huta Holbung, 2016

    Dari data di atas dapat diketahui bahwa penduduk desa Huta Holbung

    yang berusia balita 118 jiwa, yang berusia 5-10 tahun berjumlah 122 jiwa, yang

    berusia 11-16 tahun berjumlah 143 jiwa, yang berusia 17-22 tahun berjumlah

    178 jiwa, yang berusia 23-28 tahun berjumlah 135 jiwa, yang berusia 29-34

    2Data administrasi desa Huta Holbung, 2016

  • 46

    tahun berjumlah 102 jiwa, yang berusia 3-40 tahun berjumlah 75 jiwa, yang

    berusia 41-46 tahun berjumlah 65 jiwa, yang berusia 47-52 tahun berjumlah 76

    jiwa, yang berusia 53-58 tahun berjumlah 65 jiwa, yang berusia 59-64 tahun

    berjumlah 43 jiwa, yang berusia 65-70 tahun berjumlah 19 dan yang berusia 71

    tahun keatas yang berjumlah 18 jiwa.

    Bila dilihat dari mata pencaharian, maka penduduk desa Huta Holbung

    Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai berikut :3

    Tabel II

    Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Desa Huta Holbung

    No Mata Pencaharian Jumlah

    1 PNS 26 orang

    2 TNI 1 orang

    3 Wiraswasta 111 orang

    4 Swasta 99 orang

    5 Bidan 1 orang

    6 Dagang 11 orang

    7 Supir 3 orang

    8 Petani 318 orang

    9 Honorer 7 orang

    10 Mekanik 1 orang

    Sumber: Data administrasi desa Huta Holbung, 2016

    Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

    penduduk desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli

    Selatan adalah bermata pencaharian petani.Oleh karena itu kondisi ekonomi

    3Data administrasi desa Huta Holbung, 2016

  • 47

    masyarakat ini tergolong menengah ke bawah dan diantaranya sangat

    sederhana.

    3. Keadaan Agama

    Agama merupakan sebuah fitrah bagi setiap manusia, oleh karena itu

    manusia sangat membutuhkan agama sebagai pedoman dan penuntun bagi

    kehidupannya. Berhubungan dengan hal itu keadaan agama masyarakat desa

    Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan 100 %

    beragama Islam.

    4. Keadaan Perekonomian

    Desa Huta Holbung mempunyai lahan pertanian yang luas, Sehingga

    kebanyakan warga bekerja sebagai petani, sebagian mereka mengolah lahan

    masing-masing dan sebagian yang lain mengolah lahan orang lain. Namun ada

    juga yang bekerja sebagai pegawai negeri dan ada yang bekerja di bidang

    wiraswasta dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil peninjauan ke lapangan yang

    telah dilakukan, bahwa keadaan ekonomi di desa Huta Holbung adalah

    tergolong pada tingkat menengah ke bawah.

    5. Pendidikan

    Table III

    Data Penduduk Desa Berdasarkan Pendidikan

    No Tingkat Pendidikan Jumlah

    1 SD 207 orang

    2 SMP Sederajat 253 orang

    3 SMA Sederajat 119 orang

    4 D III 12 orang

  • 48

    5 D I / D II 8 orang

    6 S.1 38 orang

    6. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana di berupa tempat ibadah, pendidikan, dan lain

    sebagainya..Tempat ibadah di desa Huta Holbung ada dua yaitu masjid dan

    musallah.Sarana peribadatan adalah tempat kegiatan penduduk desa Huta

    Holbung baik kegiatan yang bernuansa agama maupun kegiatan beribadah

    kepada Allah.Di desa ini terdapat 1 buah mesjid, dan 3 buah mushalla yang

    bertempat di berbagai banjar.

    Tabel IV

    Data Sarana dan Prasarana Desa Huta Holbung

    No Sarana dan Prasarana Jumlah

    1 Masjid 1

    2 Mushalla 3

    3 Majelis ta’lim 1

    4 Pengajian orang tua 1

    5 Pengajian anak-anak 3

    6 Pesantren 1

    7 Madrasah 1

    8 tk/paud 2

    Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sarana peribadatan penduduk desa

    Huta holbung yang berjumlah 1 buah mesjid dan 3 buah musallah.

  • 49

    Desa Huta Holbung memiliki sarana pendidikan berupa satu buah

    Sekolah Pesantren, satu Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), satu pendidikan

    TK, satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), satu Majelis Ta’lim.

    Desa huta Holbung juga mempunyai tempat pengajian untuk para orang

    tua yang dilaksanakan di rumah Tuan Naborkat.Dan tiga tempat pengajian

    anak-anak. Di pengajian itu tidak hanya mempelajari Alquran saja, tapi mereka

    mempelajari tentang hukum-hukum agama Islam, seperti belajar shalat,

    menghapal juz amma, menghapal nama-nama Nabi, tajwid, menghapal nama-

    nama malaikat, dan berbagai pelajaran lainnya.

    B. Temuan Khusus

    1. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan di Desa Huta Holbung Kecamatan

    Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan

    Kegiatan keagamaan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang

    keagamaan yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam melaksanakan dan

    menjalankan ajaran agama Islam kehidupan sehari-hari. Kegiatan keagamaan

    bisa diartikan rancangan atau susunan kegiatan yang bersifat keagamaan,

    berlangsung secara berkesinambungan di dalam sebuah organisasi yang

    bertujuan untuk menghasilkan pengalaman terhadap suatu ajaran agama.

    kegiatan keagamaan juga merupakan segala bentuk aktivitas yang ada

    hubungannya dengan agama dalam kehidupan dan menjadi pedoman dalam

  • 50

    menjalani hubungan kepada Allah swt dan lingkungan sekitarnya. Misalnya,

    majelis ta’lim,pengajian malam, wirid yasin, isra’ mikraj, maulid Nabi, dll.

    Seseorang yang membutuhkan agama akan termotivasi untuk mengikuti

    kegiatan keagamaan. Pelaksanaan kegiatan keagamaan dapat diikuti dalam

    suatu lembaga baik itu yang formal maupun nonformal seperti kegiatan

    keagamaan dalam masyarakat. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan

    Kegiatan keagamaan di desa Huta Holbung baik ia wirid yasin, majelis ta’lim

    maulid nabi isra’ mikraj telihat baik karena masyarakatnyaselalumemberi

    bantuan, mendukung sepenuhnya serta antusias dalam mengikuti kegiatan

    keagamaan tersebut.4

    Sedangkan wawancara dengan ibu Derma mengatakan saya mengikuti

    kegiatan wirid yasin, majelis ta’lim, maulid nabi begitu juga isra’ mikraj.dan

    setiap penyambutan maulid nabi dan mikraj dilaksanakan saya selalu memberi

    uang dan beras yang dikutip NNB untuk dana kegiatan tersebut.5

    Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Iskandar Muda, pandangan

    saya pelaksanaan kegiatan keagamaan di desa ini baik, dan kami selaku tokoh

    masyarakat selalu siap mendukung dan memberikan kontribusi materi maupun

    non materi terhadap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan masyarakat.6

    4Obserasi 19 Agustus 2016

    5Derma, Anggota Masyarakat, Wawancara, di desa Huta Holbung, Tanggal 24 Agustus

    2016 6Iskandar Muda Halomoan, Kepala desa Huta Holbung, Wawancara di desa Huta

    Holbung, tanggal 8 September 2016

  • 51

    1. Pelaksanaan Kegiatan Majelis Ta’lim Al-Yusufiyah

    Majelis taklim merupakan suatu lembaga atau organisasi masyarakat

    sebagai wadah yang di dalamnya terdapat pengajian agama, ceramah agama

    dan do’a serta membina sikap keagamaan masyarakat dan menjalin

    silaturrahmi.

    Majelis ta’lim Al-Yusufiyah merupakan salah satu tempat kegiatan

    keagamaan masyarakat desa Huta Holbung dan masyarakat lainnya majelis

    ini dilaksanakan di lapangan yayasan dengan duduk di atas tikar seadanya.

    Yang diikuti lebih dari 2000 orang dari berbagai daerah. Keberadaan majelis

    ini sangat bagus bagi masyarakat serta mempermudah masyarakat desa Huta

    Holbung untuk melaksanakan kegiatan keagamaan.7

    Sesuai hasil wawancara dengan bapak Anton sebagai hatobangon ia

    menanggapi bahwa majelis taklim yang ada di desa Huta Holbung sangat

    baik dan kontribusi memberikan dukungan sepenuhnya.8 Sedangkan bapak

    Dermin juga mengatakan majelis taklim tersebut bagus dan kontribusinya

    memberikan dukungan, dorongan dan berbentuk materi dengan memberikan

    uang seikhlas hati tidak dipatok dan bapak tersebut menjelaskan apabila

    tidak memberikan kontribusi ada rasa janggal di hati dan merasa enak, akan

    tetapi bapak tersebut menjelaskan boleh tidak memberikan kontribusi 9

    7Observasi 20 Agustus 2016

    8 Anton, Hatobangon desa Huta Holbung, Wawancara di desa Huta Holbung, tanggal

    9Dermin, Alim ulama desa Huta Holbung, Wawancara di desa Huta Holbung, tanggal 28

    Agustus 2016

  • 52

    Senada dengan kedua tokoh masyarakat tersebut bapak Iskandar

    Muda Halomoan sebagai kepala desa menanggapi majelis taklim tersebut

    baik, disamping itu kepala desa sangat mendukung majelis taklim tersebut

    dan kontribusi memberikan masukan supaya tetap menjaga hubungan baik

    sesama anggota majelis taklim sampai kedepan tetap terjaga dengan baik.10

    Dari hasil observasi peneliti melihat keberadaan majelis ta’lim

    tersebut sangat besar pengaruhnya dan mamfaatnya bagi masyarakat desa

    Huta Holbung dan masyarakat lainnya salah satu mamfaatnya yaitu

    mempermudah masyarakat untuk melaksanakan kegiatan keagamaan dan

    bisa menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat begitu juga dengan

    keberadaan pesantren, keberadaan tersebut bisa membantu para orang tua

    untuk menyekolahkan anaknya apabila tidak sanggup ke sekolah yang jauh.

    Sesuai hasil wawancara dengan bapak Anton menanggapi kegiatan

    majelis taklim tersebut sangat baik dan ia mendukung sepenuhnya. Salah

    satu pengaruhnya mengurangi angka kejahatan di dalam masyarakat.11

    Begitu juga kepala desa mengatakan pengaruh majelis ta’lim tersebut

    sangat besar sekali terhadap ukhuwah islam dan menambah wawasan

    keilmuan tentang pendalaman agama Islam.12

    10

    Iskandar Muda Halomoan, Kepala desa Huta Holbung, Wawancara di desa Huta

    Holbung, tanggal 8 September 2016 11

    Anton, Hatobangon desa Huta Holbung, Wawancara di desa Huta Holbung, tanggal 12

    Iskandar Muda Halomoan, Kepala desa Huta Holbung, Wawancara di desa Huta

    Holbung, tanggal 8 September 2016

  • 53

    Berdasarkan wawancara dengan ibu Rosmawati mengatakan

    pengaruhnya adalah hati saya merasa senang, perasaan risau saya hilangdan

    bertambah pengetahuan saya.13

    Sementara ibu Tayat ia mengatakan

    pengaruhnya sangat baik bagi masyarakat begitu juga dengan saya,

    pemikiran terang, hati lebih dekat kepada Allah dan bisa memperdalam

    tauhid seperti sifat 20.14

    Kemudian wawancara dengan ibu Nur Aini

    mengatakan pengaruhnya baik diantaranya bertambah pengetahuan,

    pergaulan bertambah, pengatahuan bertambah danterjalinnya silaturrahmi

    antara sesama.15

    Berkenaan dengan pelaksanaan majelis tidak terlepaskan dari waktu

    dan materi, kegiatan majelis ini dilaksanakan pada hari Sabtu mulai tengah 7

    pagi sampai jam Sembilan pagi yang diawali dengan setengah jam kegiatan

    zikir bersama seperti rotibul Haddad dan zikir-zikir lainnya, yang

    selanjutnya di isi dengan ceramah dan adanya kelas bertanya yaitu segala

    pertanyaan yang berkaitan dengan agama islam dan kegiatan terahir dengan

    pembacaan do’a.16

    Berdasarkan wawancara dengan ibu Tayat, ia mengatakan bahwa

    kegiatan Majelis ta’lim pada hari Sabtu dilaksanakan sekali seminggu yaitu

    13

    Rosmawati, anggota masyarakat, Wawancara di desa Huta Holbung, tanggal 19

    Agustus 2016 14

    Tayat, anggota masyarakat, Wawancara di desa Huta Holbung tanggal 22 Agustus

    2016 15

    Nur Aini, anggota masyarakat,Wawancara di desa Huta Holbung tanggal 04

    September 2016 16

    Ustadz Ridwan Amiril Sholeh (Tuan Naborkat), Pengurus Yayasan Majelis Ta’lim Al-

    Yusufiyah

  • 54

    dengan membaca tasbih, membaca tahlil, ceramah, disamping ceramah

    ustadz memberikan waktu bagi para anggota majelis taklim untuk

    memberikan pertanyaan dengan bentuk surat kemudian di bawa ke depan,

    sesudah di jawab pertanyaan tersebut baru membaca do’a. Adapun

    Hambatan bagi saya dalam melaksanakan kegiatan majelis taklim salah

    satunyatidak ada biaya ataupun materi dan tergantung kondisi kesehatan

    saya, apabila datang penyakit terhalang melaksanakan kegiatan.17

    Sedangkan wawancara dengan ibu Rosmawati pelaksanaan majelis

    taklim zikir bersama dan mendengarkan ceramah dengan materi.Adapun

    waktu pelaksanaannya 1 kali dalam seminggu yang dilaksanakan pada hari

    Sabtu pagi. Adapun hambatan bagi saya melaksanakannya adanya halangan

    dan pekerjaan.18

    Dengan demikian berdasarkan hasil observasi majelis ta’lim Al-

    yusufiy