bab ii kajian pustaka dan hipotesis penelitian 2.1 … ii.pdfkajian pustaka dan hipotesis penelitian...
Post on 06-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)
Teori sikap dan perilaku yang dikembangkan oleh Triandis (1980), menyatakan
bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang orang-
orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan tentang konsekuensi dari melakukan
perilaku, aturan-aturan sosial yang terkait dengan apa yang merka pikirkan akan
mereka, dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka biasa lakukan (Chandra
dan Ramantha, 2013).
Arumsari (2014) menyatakan bahwa sikap dapat dipelajari, sikap memberikan
dasar perasaan bagi hubungan antara pribadi kita dengan orang lain, dan sikap adalah
pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang
obyek, orang atau peristiwa
Teori sikap dan perilaku mampu mempengaruhi auditor untuk mengelola faktor
personalnya sehingga mampu bertindak jujur, tidak memihak pada suatu kepentingan
tertentu, berpikir rasional, bertahan meskipun dalam keadaan tertekan, berperilaku
etis dengan senantiasa mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral yang
berlaku yang nantinya akan mempengaruhi auditor dalam mengambil opini yang
sesuai (Chandra dan Ramantha, 2013).
14
2.1.2 Auditing
Mulyadi (2002) menyatakan auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Tujuan auditing pada umumnya adalah memberikan suatu pernyataan
pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar,
dalam segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Auditor bekerja dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari suatu proses auditing.
Berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan
akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya
keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan (Hidayat, 2011)
2.1.3 Jenis-jenis Auditor
Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut Yusup (2010: 17), yaitu
sebagai berikut:
1) Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan
negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia auditor pemerintah dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
15
a) Auditor eksternal pemerintah yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23 ayat 5 Undang-undang
Dasar 1945 yang berbunyi “Untuk memeriksa tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang
pengaturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu
diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat”.
b) Auditor internal pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal
Departemen/LPND, dan Badan Pengawasan Daerah.
2) Auditor Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utama
auditor internal ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat di
mana ia bekerja. Auditor internal berkewajiban memberi informasi kepada
manajemen yang berguna untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
efektifitas perusahaan.
3) Auditor Independen atau Akuntan Publik
Tugas utama auditor independen atau akuntan publik adalah melakukan fungsi
pengaudian atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan
ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan terbuka yaitu perusahaan yang
menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal, perusahaan-
16
perusahaan besar, dan juga pada perusahaan-perusahaan kecil, serta organisasi-
organisasi nirlaba. Praktik sebagai akuntan publik harus dilakukan melalui suatu
KAP yang telah mendapat ijin dari Departemen Keuangan.
2.1.4 Akuntan Publik
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri
keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik sebagaimana diatur dalam UU
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
443/KMK.01/2011. Berdasarkan PSA No. 02 seksi 110, akuntan publik mempunyai
tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai (reasonable assurance) tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Akuntan publik tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan
audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan
oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
Akuntan publik juga bertanggung jawab untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.
Menurut Febrianty (2012), terdapat empat tingkatan atau level jabatan yang
dapat diemban akuntan publik dalam KAP. Masing-masing level memiliki tugas dan
wewenang yang berbeda, yaitu seperti pada Tabel 2.1.
17
Tabel 2.1 Tingkatan Staf dan Tanggung Jawab Pekerjaan Akuntan Publik
Tingkatan Staf Masa kerja Tanggung Jawab Pekerjaan
Junior Auditor atau
Staff Assistant
0-2 tahun Mengerjakan sebagian besar pekerjaan
audit detail.
Senior atau
Incharge Auditor
2-5 tahun Mengkoordinasikan dan bertanggung
jawab terhadap pekerjaan lapangan audit
termasuk supervisor dan memeriksa
pekerjaan.
Manajer 5-10 tahun Membantu dalam merencanakan dan
mengatur audit, memeriksa pekerjaan
senior dan mengukur hubungan dengan
klien. Manajer juga mungkin bertanggung
jawab untuk lebih dari satu kesepakatan
pada saat yang sama.
Partner 10 tahun ke
atas
Memerika pekerjaan audit keseluruhan
dan terlibat dalam keputusan audit yang
signifikan. Partner adalah pemilik
perusahaan oleh karenanya bertanggung
jawab juga atas pelaksanaan audit dan
pemberian pelayanan terhadap klien.
2.1.5 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK 06/2002 pada
tanggal 30 September 2002, Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang
telah memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam
memberikan jasanya.
18
a) Bentuk Usaha Kantor Akuntan Publik
Bentuk usaha KAP yang dikenal di Indonesia menurut Jusup (2010: 19) ada
dua jenis yaitu sebagai berikut:
1) KAP dalam bentuk usaha sendiri
KAP bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang bersangkutan.
Penanggung jawab KAP ini adalah akuntan publik yang bersangkutan.
2) KAP dalam bentuk usaha kerjasama
KAP bentuk ini menggunakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan
publik yang menjadi rekan atau partner dalam KAP bersangkutan. Penanggung
jawab akuntan publik ini adalah dua orang atau lebih akuntan yang masing-
masing merupakan rekan atau partner dan salah seorang bertindak sebagai rekan
pimpinan.
KAP mempunyai tanggung jawab yang lebih jelas dan lebih banyak
persyaratan profesional yang harus dipenuhi oleh KAP daripada organisasi lainnya
karena tanggungjawabnya lebih besar terhadap pemakai laporan audit. KAP
mempunyai hak legal untuk melaksanakan laporan keuangan berdasarkan peraturan
yang berlaku. Bentuk hukum suatu kantor akuntan publik dapat berupa perusahaan
perseorangan atau persekutuan. KAP memiliki tanggung jawab yang besar, sehingga
merupakan hal penting bagi auditor yang bekerja di KAP memiliki independensi dan
kompetensi yang tinggi.
19
b) Jasa-jasa Kantor Akuntan Publik
Mulyadi (2002:4) menyebutkan bahwa KAP menyediakan berbagai macam
jasa bagi masyarakat yang dapat digolongkan ke dalam dua kelompok: jasa atestasi
dan jasa nonatestasi. Jasa atestasi adalah jasa profesional independen yang
meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa-jasa tambahan
yang biasanya diberikan oleh KAP meliputi jasa akuntansi dan pembukuan, jasa
perpajakan, serta jasa konsultasi manajemen. Jasa-jasa yang diberikan KAP tersebut
akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Jasa Atestasi
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang
independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam
semua hal yang material dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa atestasi yang
diberikan KAP berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu
kesimpulan tentang keadaan asersi atau pernyataan tertulis berisi kesimpulan
tentang kendala asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain,
dilaksanakan melalui audit, pemeriksaan, review, dan prosedur yang disepakati
bersama. Keempat jasa atestasi yang dapat diberikan oleh suatu KAP antara lain:
a) Audit
Jasa audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan
keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen
entitas tersebut. Atas dasar audit yang dilaksanakan terhadap laporan
keuangan historis suatu entitas, auditor menyatakan pendapat mengenai
20
apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
b) Pemeriksaan (examination)
Auditor dalam melaksanakan penugasaan jasa ini memberikan pendapat atas
asersi-asersi suatu pihak sesuai kriteria yang ditentukan.
c) Penelahaan (review)
Jasa review atau pengkajian terutama terutama dilakukan dengan wawancara
dengan manajemen dan analisa komparatif informasi keuangan suatu
perusahaan.
d) Prosedur yang disepakati bersama (agreed-upon procedurs)
Lingkup kerja jasa ini lebih sempit dari audit atau examination.
Kesimpulannya yang dibuat atas hal tersebut harus berbentuk tingkatan
temuan, keyakinan negatif atau keduanya.
2) Jasa Nonatestasi
Jasa nonatestasi meliputi jasa review laporan keuangan, jasa kompilasi laporan
keuangan, jasa konsultasi manajemen, dan jasa perpajakan, yaitu lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut.
a) Jasa review laporan keuangan
Review laporan keuangan merupakan salah satu jasa yang diberikan KAP
untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi
material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut sesuai
21
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas baris akuntansi
komperehensif lainnya.
b) Jasa kompilasi laporan keuangan
KAP dapat melakukan kompilasi laporan keuangan berdasarkan catatan data
keuangan serta informasi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas
ekonomi. KAP tidak memberikan pernyataan pendapat mengenai kewajiban
laporan keuangan atas suatu keyakinan apapun terhadap laporan tersebut.
Tanggung jawab atas laporan keuangan sepenuhnya terdapat pada manajemen
entitas ekonomi yang bersangkutan.
c) Jasa konsultasi manajemen
Jasa konsultasi manajemen merupakan fungsi pemberian konsultasi dengan
saran dan bantuan teknis kepada klien guna meningkatkan penggunaan
kemampuan dan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan klien. Jasa
yang diberikan KAP bervariasi mulai dari konsultasi umum kepada
manajemen, perancangan sistem dan implementasi sistem akuntansi,
penyusunan proposal keuangan dan studi kelayakan proyek, penyelengaraan
pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan rekrutmen pegawai, hingga
pemberian jasa konsultan lainnya, termasuk konsultasi dalam pelaksanaan
merger dan akuisisi.
d) Jasa perpajakan
22
Jasa perpajakan meliputi perencanaan pajak, review kewajiban pajak,
pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), dan penyelesaian masalah
perpajakan.
2.1.6 Kompetensi
Standar umum pertama menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor, sedangkan standar umum ketiga menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan
audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama (SPAP, 2011;150:1). Halim (2008:49)
menyatakan standar pertama menuntut kompetensi teknis seorang auditor yang
melaksanakan audit. Kompetensi ini ditentukan oleh tiga faktor yaitu: 1) pendidikan
formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi
auditor, 2) pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing, 3)
pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni karir auditor
profesional.
Menurut Kamus Kompetensi LOMMA (1998) dalam Lasmahadi (2002)
kompetensi adalah aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia
untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini termasuk sifat, motif-motif,
sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan
mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
23
Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan
spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan
kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya
pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan
keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain di
selain pengalaman. Agusti dan Putri (2013) mengemukakan bahwa kompetensi
auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup dan
eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Menurut De
Angelo (1981) kompetensi memiliki 2 (dua) komponen yaitu pengetahuan dan
pengalaman.
Menurut Kusharyanti (2003) secara umum ada lima jenis pengetahuan yang
harus dimiliki oleh seorang auditor, yaitu: (1) Pengetahuan pengauditan umum, (2)
Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang
paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus, dan (5) Pengetahuan
mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Tubbs (1992) dalam Mayangsari
(2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal: (1) Mendeteksi
kesalahan, (2) Memahami kesalahan secara akurat, (3) Mencari penyebab kesalahan.
Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui
berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam,
keadaan, gagasan, dan penginderaan Elfarini (2007). Nirmala dan Cahyonowati
(2013) menemukan bahwa auditor berpengalaman mempunyai pemahaman yang
lebih baik.
24
Muliani dan Rangga (2010) mengatakan bahwa seseorang jika melakukan
pekerjaan yang sama secara terus menerus, maka akan menjadi lebih cepat dan lebih
baik dalam menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan dia telah benar-benar memahami
teknik atau cara menyelesaikannya, serta telah banyak mengalami berbagai
hambatan-hambatan atau kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya tersebut, sehingga
dapat lebih cermat dan berhati-hati menyelesaikannya.
2.1.7 Independensi
Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox adalah
merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen
bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan
publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan,
namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atau
pekerjaan akuntan publik Christiawan (2005) dalam Elfarina (2007).
Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap
yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas
dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam
tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan
yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan pengertian diatas
25
dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak
jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang
ada.
Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntansi Publik Peraturan 101 dalam
menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam standar
professional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap mental independensi tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan ( in
apearance). Oleh karena itu, ia tidak dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan
siapapun sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya
keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap independensi (tidak
memihak) yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya
Ubaidillah dan Arafah (2009).
Selain itu juga independensi adalah auditor berkewajiban untuk jujur tidak
hanya pada manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan, tetapi juga pada kreditur
dan pihak lain yang meletakkan kepercayaannya kepada mereka Kharismatuti (2012).
Jika seorang auditor tidak independen yaitu tidak jujur, maka opini yang ia terbitkan
tidak akan memberikan tambahan apapun. Auditor secara intelektual harus jujur,
bebas dari kewajiban terhadap klien, baik manajemen maupun pemilik perusahaan
Arumsari (2014).
Aspek independensi ada tiga, yaitu Arumsari (2014):
26
a) Independensi sikap mental, yang ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk
bertindak dan bersikap independen.
b) Independensi penampilan, yaitu ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap
independensi akuntan publik.
c) Independensi dari sudut keahlian, yaitu mempertimbangkan fakta dengan baik
yang kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahlian dari
hal tersebut.
Christina (2007) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu :
1) Lama hubungan dengan klien
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dngan
klien sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan public. Keputusan menteri
tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien
yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh
sampai 5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu
dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal
akuntansi.
2) Tekanan dari klien
Dalam menjalankan fungsinya, auditor sedang mengalami konflik
kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin
ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni
tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk
27
menciptakan penghargaan. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak
jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada auditor
sehingga laporan keuangan audit yang dihasilkan itu sesuai dengan
keinginan klien (Media akuntansi, 1997) dalam Elfarina (2007). Pada
situasi ini, auditor mengalami dilema. Pada satu sisi jika auditor
mengikuti keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi
jika auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan
penugasan atau mengganti KAP auditornya.
Goldman dan Barlev (1974) dalam Christian (2007) berpendapat
bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan tindakan yang
melanggar standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi
konflik ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan
kliennya. Klien dapat dengan mudah mengganti auditor KAP jika
auditor tersebut tidak bersedia memenuhi keinginannya. Sementara
auditor membutuhkan fee untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga
akan lebih mudah dan murah bagi klien untuk mengganti auditornya
dibandingkan bagi auditor untuk mendapatkan sumber fee tambahan
atau alternative sumber fee lain Nichols dan Prince (1976) dalam
Elfarini (2007).
3) Telaah dari rekan auditor
Tuntutan pada profesi akuntan untuk memberikan jasa yang
berkualitas menurut transparansi informasi mengenai pekerjaan dan
28
operasi Kantor Akuntan Publik. Kejelasan informasi tentang adanya
system pengendalian kualitas yang sesuai dengan standar profesi
merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban terhadap klien dan
masyarakat luas akan jasa yang diberikan.
Pekerjaan akuntan publik dan operasi Kantor Akuntan Publik perlu
dimonitor dan di “audit” guna menilai kelayakan desain system
pengendalian kualitas dan kesesuaiaannya dengan standar kualitas
yang diisyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai
standar kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme
monitoring dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa
akuntansi dan audit. Peer review dirasakan memberikan manfaat baik
bagi klien, Kantor akuntan Publik yang diriview dan auditor yang
terlibat dalam tim peer review. Manfaat yang diperoleh dari peer
review antara lain mengurangi resiko litigation, member pengalaman
positif, mempertinggi moral pekerja, memberikan competitive edge
dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang diberikan.
4) Jasa non audit
Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan
juga jasa non atestasi yang berupa jam konsultasi manajemen dan
perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan
keuangan Kusharyanti (2003;29) dalam Elfarina (2007). Adanya dua
jenis jasa yang diberikan oleh suatu KAP menjadikan independensi
29
auditor terhadap kliennya dipertanyakan yang nantinya akan
mempengaruhi kualitas audit.
Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi
independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan
pada auditor agar bersedia untuk mengeluarkan laporan yang
dikehendaki oleh manajemen, yaitu wajar tanpa pengecualian Barkes
dan Simnet (1994), Knapp (1985) dalam Elfarina (2007). Pemberian
jasa selain jasa audit berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas
manajmen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian laporan keuangan
klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang diberikan
auditor tersebut. Kemudian auditor tidak mau reputasinya buruk
karena dianggap memberikan alternative yang tidak baik bagi
kliennya. Maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas dari auditor
tersebut.
2.1.8 Integritas Auditor
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan
untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan
yang andal (Sukriah, 2009). Kemudian Wibowo (2006) menyebutkan integritas
30
auditor internal menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi
pengandalan atas judgment mereka.
Menurut Arens (2008: 99), integritas berarti bahwa bahwa seseorang bertindak
sesuai dengan kata hatinya, dalam situasi seperti apapun. Sedangkan menurut
Mulyadi (2002:56), integritas adalah suatu karakter yang menunjukan kemampuan
seseorang untuk mewujudkan apa yang telah disanggupinya dan diyakini
kebenarannya ke dalam kenyataan. Auditor yang berintegritas adalah auditor yang
memiliki kemampuan untuk mewujudkan apa yang telah diyakini kebenarannya
tersebut ke dalam kenyataan. Menurut Sukrisno (2004), integritas adalah unsur
karakter yang mendasar bagi pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas
dalam menguji semua keputusannya.
Menurut Prinsip Etika Profesi Akuntan Indonesia dalam Mulyadi (2002:56),
untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap auditor harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi auditor dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya.
2.1.9 Kualitas Audit
Audit merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu perusahaan karena
memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan. Audit merupakan proses
31
untuk memberikan informasi yang akurat mengenai aktivitas ekonomi suatu
perusahaan. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, profesional, dan tidak
memihak atau dapat dipengaruhi oleh pihak lain, yang disebut auditor. Auditor
mempunyai peranan yang sangat penting dalam dasar pengambilan keputusan hasil
audit.
Halim (2008:59) laporan keuangan yang berguna bagi pembuatan keputusan
adalah laporan keuangan yang berkualitas. Kualitas audit merupakan hal yang sangat
penting untuk dihasilkan oleh auditor dalam melakukan pengauditan. Kusharyanti
(2003) menyatakan penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP agar mereka
dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya
meningkatkannya. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini penting agar dapat menilai
KAP mana yang konsisten dalam menjaga kualitas jasa audit yang diberikannya. De
Angelo (1981) yang dikutip Alim dkk (2007) mendefinisikan bahwa kualitas audit
sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Christiawan (2005) mengungkapkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua
hal yaitu independensi dan kompetensi. Berdasarkan definisi di atas, maka
kesimpulannya adalah seorang auditor dalam menemukan pelanggaran atau salah saji
harus memiliki kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional.
Seorang auditor harus mempunyai kemampuan pemahaman dan keahlian teknis.
Sementara itu, melaporkan pelanggaran klien merupakan sikap independensi yang
harus dimiliki oleh auditor.
32
Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap
mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor telah
melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang
auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang
dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka
kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak
akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat
kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan
auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit
akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan
direview oleh pihak ketiga.
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Kompetensi pada Kualitas Audit
Kompetensi auditor adalah kemampuan auditor untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga
auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat dan obyektif. Dapat dipahami
bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor. Semakin tingginya pendidikan yang dimiliki oleh
seorang auditor, maka akan semakin luas juga pengetahuan yang dimiliki oleh
auditor. Pengalaman yang banyak akan membuat auditor lebih mudah dalam
mendeteksi kesalahan yang terjadi dalam melakukan audit. Penelitian Rahmawati
33
(2013) menyatakan bahwa kompetensi (terdiri dari pengetahuan dan pengalaman)
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan arah pengaruh positif. Alim
(2007) dan Castellani (2008) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh
Indah (2010) juga menunjukkan bahwa pengalaman dan pengetahuan auditor
berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai kompetensi pada
kualitas audit adalah:
H1: kompetensi berpengaruh pada kualitas audit
2.2.2 Pengaruh independensi pada Kualitas Audit
Independensi merupakan sikap auditor yang tidak memihak, tidak mempunyai
kepentingan pribadi, dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dalam memberikan pendapat. Independensi auditor merupakan salah
satu faktor yang penting untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Tingkat
independensi merupakan faktor yang menentukan dari kualitas audit, hal ini dapat
dipahami karena jika auditor benar-benar independen maka akan tidak terpengaruh
oleh kliennya. Auditor akan dengan leluasa melakukan tugas-tugas auditnya. Jika
tidak memiliki independensi terutama jika mendapat tekanan-tekanan dari pihak klien
maka kualitas audit yang dihasilkannya juga tidak maksimal (Elfarina, 2007).
Ahson dan Asokan (2004) Independensi yang dirasakan auditor sangat penting
untuk pemeliharaan kepercayaan masyarakat terhadap profesi audit. Tekanan
34
independensi telah didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk melawan
tekanan dan mempertahankan sikap tidak memihak ketika menghadapi tekanan. Hasil
penelitian Trisnaningsih (2007) mengindikasikan bahwa auditor yang hanya
memahami good governance tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak
menegakkan independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap
kinerjanya.Penelitian yang dilakukan Alim dkk (2007) juga menemukan bukti
empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sukriah
dkk (2009) juga membuktikan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas
audit. Tjun Lauw ( 2012) mendapatkan hasil yang sama yaitu kompetensi
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai independensi pada
kualitas audit adalah:
H2: independensi berpengaruh pada kualitas audit
2.2.3 Integritas Memoderasi Pengaruh Kompetensi pada Kualitas Audit
Perilaku tidak mungkin terjadi jika situasinya tidak memungkinkan. Teori
sikap dan perilaku mampu mempengaruhi auditor untuk mengelola faktor
personalnya sehingga mampu bertindak jujur, tidak memihak pada suatu kepentingan
tertentu, berpikir rasional, bertahan meskipun dalam keadaan tertekan, berperilaku
etis dengan senantiasa mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral yang
berlaku yang nantinya akan mempengaruhi auditor dalam mengambil opini yang
sesuai (Chandra dan Ramantha, 2013). Kompetensi yang dibutuhkan dalam
melakukan audit yaitu pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki
35
pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki
kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa
permasalahan. Christiawan (2002) dan Alim dkk. (2007) menyatakan bahwa semakin
tinggi kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Indah (2010) juga menunjukkan bahwa pengalaman dan
pengetahuan auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan
untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan
yang andal (Sukriah, 2009).
Christiawan (2002) dan Alim dkk. (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi
kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Penelitian yang
dilakukan Chotimah (2013) menemukan bahwa kompetensi tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai hubungan integritas
auditor sebagai pemoderasi pengaruh kompetensi pada kualitas audit adalah:
H3: Integritas auditor memoderasi pengaruh kompetensi pada kualitas audit
2.2.4 Integritas Memoderasi Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit
36
Perilaku tidak mungkin terjadi jika situasinya tidak memungkinkan. Teori sikap
dan perilaku mampu mempengaruhi auditor untuk mengelola faktor personalnya
sehingga mampu bertindak jujur, tidak memihak pada suatu kepentingan tertentu,
berpikir rasional, bertahan meskipun dalam keadaan tertekan, berperilaku etis dengan
senantiasa mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral yang berlaku yang
nantinya akan mempengaruhi auditor dalam mengambil opini yang sesuai (Chandra
dan Ramantha, 2013).
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik
tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban
untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga
kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atau pekerjaan akuntan
publik (Christiawan, 2002) dalam (Elfarina, 2007).
Sunarto (2003) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan
kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Penelitian yang dilakukan
alim dkk (2007) menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Sukriah dkk (2009) juga membuktikan bahwa
independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian Rahmawati (2013),
Agusti dan Pertiwi (2013) bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas
audit.Penelitian yang dilakukan Chotimah (2013) menemukan bahwa independensi
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
37
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai hubungan integritas
auditor sebagai pemoderasi pengaruh independensi pada kualitas audit adalah:
H4: Integritas auditor memoderasi pengaruh independensi pada kualitas audit
top related