bab ii kajian pustaka a. pembelajaran tematik 1...
Post on 29-Jan-2020
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada murid (Majid, 2014:80). Menurut Sutirjo (2005:6)
mengungkapkan pembelajaran tematik adalah suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra
mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pemanduan ini, siswa akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga bermakna bagi
siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu, siswa
dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan nyata yang menghubungkan antara konsep dalam intra mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran (Prastowo, 2013:106).
Pembelajaran tematik dapat pula dipandang sebagai upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan terutama untuk mengimbangi
padatnya materi kurikulum. Pembelajaran tematik akan memberikan peluang
pembelajaran terpadu yang menekan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam
belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau
waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Suryosubroto, 2009:133).
11
Pembelajaran tematik, sebagai model pembelajaran yang memiliki arti
penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain: pertama,
pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses
belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh
pemahaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya. Pengalaman langsung siswa akan memahami
konsep-konsep mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya. Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada
penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (Learning by doing). Oleh
karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadi proses pembelajaran lebih
efektif. Pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa,
karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala
sesuatu sebagai satu kesatuan (Trianto, 2011:156).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, dan pengalaman kehidupan
nyata sehari-hari peserta didik sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada peserta didik. Bermakna karena dalam pembelajaran tematik ini, peserta
didik akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah mereka
pahami.
12
2. Prinsip Pembelajaran Tematik
Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pemebelajaran tematik
memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya pembelajaran terpadu. Pengajaran
tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling dekat.
Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara
bermakna. Pengajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum
yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi
pembelajaran dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan
karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
Menurut Prastowo (2013: 133-136) secara umum prinsip-prinsip pembelajaran
tamatik dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
(1) Prinsip penggalian tema, merupakan prinsip utama (fokus)
dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang
tindih dan ada keterkatian menjadi target uatama dalam pembelajaran.
(2) Prinsip pengelolaan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran dapat
optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruh
proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai
fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. (3) Prinsip
evaluasi, evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan,
dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, maka
diperlukan beberapa langkah positif antara lain: (a) Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self-
evaluation/self-assesment) di samping bentuk evaluasi lainnya, (b)
Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar
yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan
yang akan dicapai. (4) Prinsip reaksi, dampak pengiring (nurturant
effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh
guru dalam KBM. Karena itu, guru di tuntut agar mampu
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai
secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi
terhadap aksi siswa dala semua peristiwa serta tidak mengarahkan
aspek yang sempit tetapi kesebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.
Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya
menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang
dicapai melalui dampak pengiring tersebut.
13
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dengan
pembelajaran lainnya. Kegiatan-kegiatan belajar yang digunakan lebih banyak
menggunakan pembelajaran langsung (learning on experience) dan memberikan
pengalaman dalam proses pembelajaran (learning is experiencing). Menurut
Depdiknas 2006 (dalam, Trianto 2011:162) pembelajaran tematik memilki
beberapa ciri khas antara lain :
(1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, (2) kegiatan-
kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar akan
lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat
bertahan lebih lama, (4) membantu mengembangkan keterampilan
berpikir siswa, (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat
pragmatis sesuai dengan permasalahn yang sering ditemui siswa dalam
lingkungannya, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa,
seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap
gagasan orang lain.
4. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik tentunya tidak lepas dari tujuan yang
ingin dicapai. Adapun tujuan pemebelajaran tematik menurut S. B Mamat
(2005:7-11) yaitu: 1) pembelajaran tematik mengharuskan perubahan paradigma
pembelajaran lama yang keliru (berpusat kepada guru), 2) pendekatan
pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan dankecendrungan anak usia
dini (rentang 0-8 tahun), yaitu mereka yang pada umumnya masih memahami
suatu konsep secara menyeluruh (holistic) dan dalam hubungan yang sederhana,
3) pembelajaran tematik memungkinkan penggabungan berbagai perspektf dan
kajian interdisipliner dalam memahami suatu tema tertentu, 4) pembelajaran
tematik mendorong siswa memahami wacana actual dan kontekstual, dan 5)
14
pembelajaran tematik menuntut penerapan metodologi pembelajaran yang
bervariasi.
5. Fungsi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik perlu dilakukan di Sekolah Dasar mengingat
pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran yang memiliki fungsi
penting dalam membangun kompetensi siswa. Menurut Trianto (2011:156-157)
fungsi pembelajaran tematik diantaranya: pembelajaran tematik lebih menekankan
pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang di pelajarinya
(melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya). Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan memengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik
di Sekolah Dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistic).
6. Manfaat dan Pentingnya Pembelajaran Tematik
Manfaat pembelajaran tematik secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu: manfaat bagi guru dan siswa. Menurut Trianto (2011:160)
manfaat pembelajaran tematik bagi guru sebagai berikut.
15
(1) Pembelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan
dapat dilanjutkan sepanjang hari, sehingga mencakup berbagai mata
pelajaran. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
dalam dua atau tiga kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat
digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. (2)
Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis
dan alami. (3) Belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak terbatas
pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.
Akibatnya, guru bisa membantu siswa memperluas kesempatan belajar
keberbagai aspek kehidupan. (4) Guru bebas membantu siswa dalam
melihat masalah dan situasi suatu topik dari berbagai sudut pandang.
(5) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada
kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerjasama dengan
kolaborasi.
Selain manfaat pembelajaran tematik untuk guru, juga terdapat manfaat
pembelajaran tematik untuk siswa. Menurut Trianto (2011:161) manfaat
pembelajaran tematik bagi siswa sebagai berikut.
(1) Lebih memfokuskan diri pada proses belajar dari pada hasil
belajar, (2) menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan
menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif, (3)
menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa (yang dikaitkan
dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan) mereka didorong untuk
membuat keputusan sendiri yang bertanggung jawab pada
keberhasilan belajar, (4) merangsang penemuan dan penyelidikan
mandiri didalam dan luar kelas, (5) membantu siswa membangun
hubungan antar konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan
pemahaman, (6) siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema
atau topik tertentu, (7) siswa dapat mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema
yang sama, (8) pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan
berkesan, (9) kompetensi yang dibahas bisa dikembangkan lebih baik
dengan mengaitkan dengan mata pelajaran lain dan pengalaman
pribadi siswa, (10) siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar,
karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, dan (11) siswa
lebih bergairah belajar, karena ia bisa berkomunikasi dalam situasi
yang nyata.
B. Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Pengertian LKS
LKS menurut Majid (2014:176) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dkerjakan oleh peserta didik yang didalamnya memuat petunjuk untuk
16
menyelesaikan suatu tugas tersebut. Sejalan dengan pendapat di atas, Komalasari
(2010:103) menyatakan bahwa LKS merupakan bentuk latihan atau pekerjaan
rumah yang berisi soal-soal sesuai dengan materi pembelajaran.
Menurut Suyanto, dkk (2011:1) LKS merupakan lembaran-lembaran soal
untuk dikerjakan siswa dan apa yang dikerjakan terkait dengan materi yang
sedang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa LKS
adalah bahan ajar yang terdapat tugas untuk siswa yang memuat petunjuk dan
langkah-langkah cara mengerjakannya yang disesuaikan dengan materi yang
sedang dipelajari.
2. Fungsi LKS
Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai LKS yang telah
dibahas sebelumnya, dapat diketahui bahwa LKS memiliki beberapa fungsi.
Menurut Prastowo (2013:205-206) LKS memiliki empat fungsi sebagai beikut:
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun
lebih mengaktifkan peserta didik;
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk
memahami materi yang diberikan;
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta
4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
3. Penyusunan LKS
Menurut Nurina, dkk (2013:5) dalam menyusun LKS harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut, yaitu: (1) mengumpulkan pustaka yang digunakan untuk
menyusun LKS, (2) menentukan pokok-pokok materi yang akan dibahas dalam
17
LKS, dan terakhir adalah (3) mengembangkan pokok-pokok materi pelajaran
dalam LKS. Sedangkan menurut Prastowo (2015:212-214) ada beberapa langkah
yang harus diperhatikan dalam menyusun LKS, yaitu: (1) melakukan analisis
kurikulum, (2) menyusun peta kebutuhan LKS, (3) menentukan judul-judul LKS,
dan (4) penulisan LKS.
Penyusunan LKS diperlukan beberapa acuan yang harus diperhatikan,
menurut Depdiknas (2008:23) penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
(1) Analisis kurikulum. Analisis kurikulum dimaksudkan untuk
menentukan materi-materi mana yang akan memerlukan bahan ajar
LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara
melihat materi pokok dari materi yang akan diajarkan, kemudian
melihat kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. (2) Menyusun
Peta. Kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna
mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan urutan LKS-nya juga
dapat dilihat. Urutan LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan
prioritas penulisan. (3) Menentukan Judul-judul LKS . Judul LKS
ditentukan atas dasar Kompetensi Dasar (KD) dan materi pokok yang
terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul LKS
apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD
dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam
materi pokok mendapatkan maksimal 4 materi pokok, maka
kompetensi itu telah dapat dijadikan satu judul LKS. Namun apabila
diuraikan dari 4 materi pokok, maka perlu dipikirkan kembali apakah
perlu dipecah, misalnya menjadi 2 judul LKS. (4) Penulisan LKS
meliputi: (a) perumusan KD harus dikuasai, rumusan KD pada LKS
langsung diturunkan dari standar isi,(b) menentukan alat penilaian,
penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja, dan (c)
penyusunan materi, materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan
dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu
gambaran umum atau ruang lingkup.
4. Komponen LKS
Untuk menyusun LKS perlu memperhatikan komponen-komponen yang ada
didalamnya. Komponen-komponen LKS menurut Nurina, dkk (2013:6) adalah:
(1) menentuan cover, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar serta cara
18
menggunakan LKS, (2) menentukan kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi, dan (3) menentukan kegiatan belajar siswa sesuai dengan materi yang
dipilih.
Dilihat dari strukturnya, komponen dalam bahan ajar LKS
setidaknya terdiri atas enam unsur utama yang meliputi (1) judul, (2)
petunjuk belajar, (3) kompetensi dasar/materi pokok, (4) informasi
pendukung, (5) tugas/langkah kerja, dan (6) penilaian. Sedangkan dari
formatnya paling tidak memiliki judul, kompetensi dasar, alokasi
waktu penyelesaian, alat/bahan, informasi singkat, langkah kerja,
tugas, dan laporan (Prastowo, 2013:208).
C. Pendekatan Open Ended
Menurut Muhsinin (2013:48) pendekatan open ended merupakan salah satu
pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan keluasan berpikir siswa secara
aktif dan kreatif. Sedangkan menurut Uhti (2011:514) open ended merupakan
salah satu pendekatan yang memberikan keluasan berpikir siswa secara aktif dan
kreatif menyelesaikan suatu permasalahan.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pendekatan open
ended merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan penyelesaian
permasalahan yang benar lebih dari satu dan pada dasarnya tidak berorientasi pada
penemuan hasil akhir saja, melainkan lebih mengutamakan kepada siswa
bagaimana siswa mengembangkan cara untuk menjawab sebuah permasalahan
yang telah diberikan.
Pembelajaran open ended diawali dengan memberikan masalah yang
terbuka kepada siswa. Keterbukaan masalah dalam hal ini diklasifikasikan dalam
tiga hal yaitu: (1) proses terbuka, maksudnya adalah masalah itu memiliki banyak
cara penyelesaian yang benar, (2) hasil akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu
memiliki banyak jawaban yang benar dan (3) cara pengembangan lanjutannya
19
terbuka, maksudnya ketika siswa telah menyelesaikan masalahnya dalam artian
menyelesaikan soal yang telah diberikan, mereka dapat mengembangkan masalah
baru yaitu dengan cara merubah kondisi masalah sebelumnya (asli).
Pada dasarnya pembelajaran open ended bertujuan untuk mengangangkat
kegiatan kreatif siswa dan berfikir matematika secara simultan, oleh karena itu
yang perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berfikir dalam membuat
progres pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga
pada akhirnya akan membentuk intelegensi siswa. Pembelajaran open ended dapat
dilihat pada langkah-langkah pembelajaran berikut (Suyatno, 2011:83)
(1) Menyajikan masalah. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan media yang dibutuhkan, memotivasi siswa
untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. (2)
Pengorganisasian pembelajaran. Guru mengkondisikan siswa untuk
membentuk kelompok 4-5 siswa serta mengorganisasi tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut. (3) Bimbingan
pengarahan. Guru mendorong siswa untuk aktif berdiskusi dan
mengumpulkan informasi serta memotivasi siswa untuk menemukan
lebih dari satu cara. (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil belajar
Guru membantu dalam mengembangkan masalah baru serta
mendorong siswa untuk membahas bersama-sama hasil dari
pemecahan masalah yang dilakukan. (5) Membuat kesimpulan,
evaluasi, refleksi, dan tindak lanjut. Guru membimbing siswa
mengambil kesimpulan memberikan beberapa pertanyaan, merefleksi
serta memberikan PR.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa unsur-unsur pembelajaran open ended
antara lain adalah menciptakan suasana saling membutuhkan satu sama lain
dengan berbagai sumber belajar yang dimiliki serta dapat menjalin hubungan dan
bekerja sama dengan baik antar individu maupun kelompok. Selain itu
pembelajaran open ended juga memiliki langkah-langkah sebagai berikut antara
lain adalah penyampaian tujuan pembelajaran, pembentukan kelompok,
mendorong untuk aktif diskusi, pembantuan kerja kelompok, serta membimbing
membuat kesimpulan, evaluasi, refleksi dan tindak lanjut.
20
D. LKS Berbasis Open Ended
Indonesia Australia Partnership in Basic Education (IAPBE) (dalam,
Hapsari 2013:25) mendefinisikan LKS open ended adalah suatu lembar kegiatan
yang dirancang untuk membantu siswa menemukan konsep atau fakta yang
dbutuhkan dalam pembelajaran, sesuai dengan ide dan pengalaman yang
dilakukan berdasarkan petunjuk yang ada di LKS. Sedangkan menurut
Rachmawati (2008:17) mengemukakan bahwa LKS open ended merupakan bahan
pembelajaran yang memandu siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan secara
terprogram sesuai dengan kreativitas dan inisiatif mereka sendiri sehingga
memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Berdasarkan pendapat di atas, LKS open ended merupakan lembar kegiatan
yang disusun untuk memandu siswa dalam mempelajari konsep melalui
pengalaman langsung sesuai dengan kreativitas dan inisiatif siswa yang
didasarkan pada petunjuk di dalamnya. Dengan adanya LKS open ended dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan melatih
siswa berfikir kritis, mengembangkan dan meningkatkan keterampilan penalaran
siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan (Rahma, 2014:15).
LKS open ended merupakan LKS yang bersifat terbuka. Sifatnya yang
terbuka dapat diartikan bahwa lembar kegiatan ini memuat tugas-tugas yang
memungkinkan siswa untuk dapat menyusun dan mencari konsep/fakta yang
dibutuhkan sesuai dengan ide kreativitasnya (Rahma 2014:15). LKS open ended
tidak terkait dengan aturan-aturan, berisi program yang disusun oleh guru dan
digunakan dalan proses pembelajaran guna memberikan peluang besar bagi siswa
untuk mengembangkan kreativitas dan daya nalarnya.
21
Mariati (Hapsari, 2013:25) menjelaskan bahwa pada LKS open ended siswa
memberi jawaban dengan berbagai cara misalnya membuat catatan, memberi
jawaban yang bervariasi, memberi penjelasan dan alasan. Keterampilan yang
muncul antara lain: membuat perbandingan, membuat hipotesis, menghubungkan
konsep, melakukan eksperimen dan percobaan.
Materi-materi yang dikemas di dalam LKS open ended, merupakan materi
yang diramu sendiri oleh guru sehingga dapat menunjang proses pembelajaran
dan memberikan peluang besar bagi siswa untuk mengembangkan krativitas
dandaya nalar (Suyanto dkk, 2011:163). Ciri lain dari LKS ini yaitu menuntut
siswa untuk mampu memberikan jawaban lebih dari satu atas pertanyaan atau
permasalahan yang disediakan. Pemberian jawaban dapat dilakukan dalam
berbagai cara misalnya membuat catatan, memberi penjelasan dan alasan.
Sama halnya dengan LKS yang lain, LKS open ended tentunya memiliki
kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan LKS open ended adalah memberikan
peluang sebesar-besarnya untuk mengembangkan daya nalar, daya pikir dan
kreativitas siswa. Selain itu, dapat pula digunakan untuk mengembangkan
keterampilan proses dan mengembangkan sikap ilmiah siswa. Sedangkan
kekurangan LKS open ended adalah membutuhkan waktu yang relatif lama
sehingga terkadang waktu yang disediakan kurang mencukupi, terutama jika LKS
ini digunakan pada siswa yang belum pernah memakai LKS open ended di dalam
pembelajaran. Selain itu, terdapat sifat-sifat yang harus dimiliki siswa seperti
kemandirian (Hapsari, 2013:25).
22
E. Tema 2 (Selalu Berhemat Energi), dan Subtema 2 (Manfaat Energi)
Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “menempatkan”
atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata
tithenai berubah menjadi tema (Majid, 2014:86). Tema adalah konsep atau prinsip
yang menjadi fokus pengikat untuk mempersatukan bahasan materi belajar dari
beberapa mata pelajaran (Kurniawan, 2014:101). Pengertian secara luas, tema
merupakan alat atau wadah untuk mengenal berbagai konsep kepada anak didik
secara utuh. Tema diberikan dengan maksud menyatukan beberapa pembelajaran
dalam satu kesatuan yang utuh dan membuat pembelajaran lebih bermakna.
LKS berbasis open ended digunakan untuk membantu siswa dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas IV SD semester 1 tema selalu berhemaat energi
subtema manfaat energi. Adapun kompetensi dasar yang terdapat pada tema selalu
berhemat energi subtema manfaat energi sebagai berikut (Permendikbud ,2014:
1203-1221):
1. IPA
3.5 Memahami berbagai bentuk sumber enargi, dan sumber energi alternative
(angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar organik, dan nuklir) dalam
kehidupan sehari-hari.
4.5 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan penelusuran informasi tentang
berbagai bentuk energi.
2. SBdP
3.2 Memahami tanda tempo dan tinggi rendah nada.
4.2 Menampilkan tempo lambat, sedang dan cepat melalui lagu.
23
3. PPKn
1.1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2.1 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
1.2 Menerima hak dan kewajiban sebagai amanah warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.
2.2 Menerima hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
3.2 Memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
4.2 Bekerja sama melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari.
4. PJOK
3.1 Memahami prosedur variasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan
manipulatif sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan
dalam permainan bola besar sederhana dan atau tradisional.
4.1 Mempraktikkan prosedur variasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor,
dan manipulatif sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan
keterhubungan dalam permainan bola besar sederhana dan atau tradisional.
5. Bahasa Indonesia
3.4 Membandingkan teks petunjuk penggunaan alat yang sama dan berbeda.
4.4 Menyajikan teks petunjuk penggunaan alat dalam bentuk teks tulis dan visual
menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif.
24
6. IPS
3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam
untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat
provinsi.
4.1 Menyajikan hasil identifikasi karaktewristik ruang dan pemanfaatan sumber
daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/ kabupaten
sampai tingkat provinsi.
7. Matematika
3.1 Menjelaskan pecahan- pecahan yang senilai dengan gambar atau model
kongkrit.
4.1 Mengidentifikasi pecahan- pecahan yang senilai dengan gambar atau model
kongkrit.
F. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian dengan menggunakan pendekatan open ended yaitu
dilakukan oleh Ghazali (2012:68), dalam penelitiannya “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Berbasis Open
Ended Pada Pokok Bahasan Fungsi Kuadrat Untuk Siswa Kelas X SMA Negeri
07 Malang”. Dari hasil penelitian yang diperoleh dengan pengembangan
perangkatnya menunjukkan bahwa validasi RPP mendapatkan rata-rata 3, 56.
Sedangkan dari validasi LKS mendapatkan rata-rata 3, 79. Dari hasil rata-rata
validasi RPP dan LKS tersebut didapatkan rata-rata totalnya yaitu 3,68 dengan
kategori valid. Sedangkan hasil rata-rata persentase pengelolaan guru diperoleh
sebesar 05, 72% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat
25
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah berbasis open ended tersebut praktis untuk digunakan.
Sudiarta (2006:73) dalam penelitiannya tentang “Pengembangan Dan
Implementasi Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah
Kontekstual Open Ended Untuk Siswa Sekolah Dasar” berdasarkan hasil
penelitiannya yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata ketuntasan hasil
belajar siswa Siklus I meningkat 86% dari nilai awal. Rata-rata ketuntasan
belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 89%. Berdasarkan hasil penelitian
dapat meningkatkan kompetensi berfikir divergen dan kritis siswa. Kedua
penelitian di atas relevan dengan penelitian ini, dikatakan relevan sebab
pendekatan yang digunakan adalah sama-sama tentang pendekatan open ended.
Namun juga memiliki perbedaan baik dari indkator, subjek, dan objek
penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil indikator pada tema 2
(selalu berhemat energi) dan subtema 2 (manfaat energi) dengan subjek penelitian
yang berbeda pula yaitu di SDN Wonokerso 1 Pakisaji Malang yang nantinya
hasil akhir dari penelitian yang didapatkan akan berbeda. Namun dari penelitian
tersebut dijadikan penulis sebagai referensi serta dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
G. Kerangka Pikir
Pembelajaran tematik memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih
menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak terlibat secara kreatif
dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam pemecahan masalah. Lebih
lanjut, diharapkan peserta didik dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang
tinggi sehingga dengan begitu tujuan pembelajaran bermakna akan mudah
26
dicapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tematik yang bermakna dibutuhkan
sebuah pengembangan bahan ajar LKS berbasis open ended untuk kelas IV SD.
Berdasarkan di atas, maka peneliti dapat menyusun kerangka konseptuan sebagai
berikut:
Kegiatan Belajar
Tematik
Sumber Belajar
LKS Teacher Center
1. Kurangnya motivasi guru
2. Siswa kurang kreatif
3. Siswa kurang berpikir kritis
SOLUSI
LKS Berbasis Open Ended
Meningkatkan
motivasi guru
untuk lebih kreatif
membuat LKS.
Meningkatkan
kreatifitas siswa
dalam
menyelesaikan
masalah.
Pembelajaran lebih
bermakna.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
top related