bab ii kajian pustaka a. 1. mata pelajaran bahasa ...repository.ump.ac.id/3878/3/bab ii.pdf · mata...
Post on 07-Apr-2019
212 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a. Hakikat Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah lambang identitas nasional yang
berperan sebagai alat pengungkapan perasaan dan nuansa perasaan yang
halus. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus
diajarkan pada semua jenjang pendidikan terutama di sekolah dasar.
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang mengajarkan siswa
untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi dapat
dilakukan baik secara lisan maupun tulisan.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penugasan,
pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan
sastra Indonesia. Standar kompetensi merupakan dasar bagi siswa untuk
memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
b. Tujuan Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia telah mencangkup seluruh aspek
kebahasaan. Siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif
dan selalu menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
formal yang dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri.
7
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
8
BSNP (2006: 10) menjabarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia
memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1) Siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2) Siswa dapat menghargai dan bangga dalam menggunakan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3) Siswa dapat memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4) Siswa dapat menggunakan Bahasa Indonesia untuk memperluas
wawasan, mamperhalus budi pekerti, serta kemampuan
berbahasa.
5) Siswa dapat menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
kemampuan berbahasa.
6) Siswa dapat menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
c. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia
Materi pelajaran yaitu cerita anak. Cerita anak adalah salah satu
materi yang diajarkan pada siswa kelas V Sekolah Dasar sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan silabus
yang sesuai dengan KTSP, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), dan Indokator materi cerita anak adalah sebagai berikut:
1) Standar Kompetensi (SK)
7. Membaca
Mengungkapkan teks dengan membaca sekilas, membaca
memindai, dan membaca cerita anak
2) Kompetensi Dasar (KD)
7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
9
3) Indikator
7.3.1 Membaca cerita
7.3.2 Menjelaskan isi cerita
7.3.3 Menjawab pertanyaan
7.3.4 Mengidentifikasi isi cerita
7.3.5 Menuliskan kesimpulan isi cerita
7.3.6 Meringkas isi cerita
7.3.7 Menceritakan kembali dengan bahasa sendiri
2. Karakter Siswa Di Sekolah Dasar (SD)
Karakter menurut Simon Philips dalam Mu’in, Fatchul (2011: 160)
adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Siswa usia sekolah dasar
adalah siswa yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan
intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan
pertumbuhan siswa pada masing-masing aspek tersebut tidak sama,
sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek
tersebut. Faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada siswa
sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Berdasarkan karakteristik siswa yang diuraikan di atas, guru dituntut
untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan
diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di
lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran
yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi siswa.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
10
3. Partisipasi Belajar
a. Pengertian Partisipasi Belajar
Belajar adalah kegiatan memperoleh pengetahuan, perilaku dan
keterampilan dengan mengolah bahan ajar, seperti yang dikemukakan
oleh Suyono dan Hariyanto (2014: 9) bahwa belajar adalah suatu
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Belajar menurut Slameto (2010: 2) ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran patisipatif menurut Rusman (2013: 323-324) yaitu
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara
optimal. Pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada
kegiatan pembelajaran (child center/student center) bukan pada dominasi
guru dalam menyampaikan materi pelajaran (teacher center).
Pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran,
sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa
mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan
kemampuan di dalam dan di luar kelas.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
11
Turner dan Patrick (2004) menjelaskan tentang pengertian
partisipasi yaitu ;
“participation in learning activities is a valuable work habit for
several reasons. It provides students with opportunities to learn
and practice new knowledge and strategies, to explain their
reasoning, and to examine their thinking processes and recognize
the need to revise thinking. It also allows teachers a window into
student thinking processes and learning, allowsn them to
diagnose learning problems or evaluate student progress, and
provides teachers an opportunity to scaffold, or provide cognitive
and affective supports, for students’ understanding”.
Menurut Turner dan Patrick (2004) partisipasi dalam kegiatan
belajar adalah kebiasaan kerja yang berharga karena beberapa alasan.
Partisipasi memberikan siswa kesempatan untuk belajar dan berlatih
pengetahuan dan strategi baru, untuk menjelaskan alasan siswa, dan
untuk memeriksa proses pemikiran siswa dan menyadari kebutuhan
untuk merevisi pemikiran. Hal ini juga memungkinkan guru mengetahui
ke dalam proses pemikiran siswa dalam pembelajaran, memungkinkan
siswa untuk mendiagnosa masalah untuk memberikan dukungan kognitif
dan afektif untuk pemahaman siswa.
Partisipasi belajar menurut Mulyasa (2006: 241) yaitu sebagai
berikut:
“pengikutsertaan siswa secara aktif dalam proses pembeljaran
saat diskusi kelompok yang ditujukan adanya pengerjaan tugas
yang diberikan oleh guru. Partisipasi siswa dalam pembelajaran
sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam
perencanaan, peaksanaan, dan evaluasi pebelajaran”.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
12
Pembelajaran aktif dan partisipatif menurut Daryanto dan
Rahardjo, Mulyo (2012: 250) mendorong siswa untuk belajar dengan
cara yang paling efektif melalui tindakan dan kata-kata. Fokusnya lebih
pada apa yang dilakukan para siswa dari pada yang dibuat oleh guru.
Guru berperan sebagai fasilitator, dalam arti guru membantu dan
mendampingi kegiatan belajar siswa yang berlangsung lewat
berpengalaman dan melakukan kegiatan.
Pembelajaran aktif dan partisipatif, guru mempunyai dua tugas
pokok. Pertama, merencanakan dan mengatur situasi belajar yang sesuai
sehingga anak dapat melakukan diskusi dan eksperimen. Sesudah itu,
siswa menjelaskan atau melaporkan apa yang telah siswa pelajari. Situasi
belajar ini harus berbasis pada suatu tema atau dalam suatu konteks yang
relevan dengan usia murid dan pengalamannya. Kedua, yaitu
mengarahkan kegiatan anak untuk menemukan apakah penerapan proses
pembelajaran aktif pembelajaran sudah efektif. Ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai atau memberikan
pekerjaan-pekerjaan yang cocok untuk diselesaikan.
Pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam
memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh
organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggungjawab
atas keterlibatannya. Partisipasi adalah keterlibatan seseorang baik
pikiran maupun tenaga untuk memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
13
b. Prinsip Partisipasi
Mulyasa (2006: 242) menyebutkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran partisipasi perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai
berikut:
1) Berdasarkan kebutuhan belajar (learning need based)
Sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh
siswa.
2) Berorientasi kepeda tujuan kegiatan belajar (learning goals and
objectives oriented)
Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran
partisipasi berorientasi kepada usaha kepada pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
3) Perpusat kepada siswa (partisipan centered)
Prinsip ini sering disebut lerning centered, yang menunjukan
bahwa kegiatan belajar selalu bertolak belakang dari kondisi rill
kehidupan siswa.
4) Belajar berdasarkan pengalaman (experiental learning)
Kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman
siswa.
Indikator partisipasi siswa dalam pembelajaran, menurut Sudjana
(2010: 57) aspek-aspek partisipasi yang perlu diamati dalam pedoman
observasi partisipasi siswa yaitu:
1) Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah
2) Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain
3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
4) Memotivasi dalam mengerjakan tugas
5) Toleransi dan mau menerima pendapat orang lain
6) Mempunyai tanggungjawab sebagai anggota kelompok.
Indikator di atas maka dapat disimpulkan bahwa mengukur
partisipasi belajar siswa merupakan pengikutsertaan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran saat diskusi kelompok yang ditunjukkan
adanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, motivasi dalam
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
14
mengerjakan tugas, memberikan pendapat pemecahan masalah,
memberikan tanggapan terhadap orang lain, toleransi dan mau menerima
pendapat orang lain serta mempunyai tanggungjawab sebagai anggota
kelompok.
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Suprijono, Agus (2013: 46) adalah
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelompok maupun tutorial. Model pembelajaran menurut Sagala (2010:
176) merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik
dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan
belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proses
belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran marupakan suatu kerangka yang digunakan dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran
digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di
kelompok.
5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay
Model pembelajaran menurut Suprijono, Agus (2013: 46) adalah
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelompok maupun tutorial. Model pembelajaran Course Review Horay
adalah salah satu model pembelajaran berkelompok, seperti dijelaskan di
bawah ini:
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
15
a. Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay
Kooperatif learning didefinisikan oleh Slavin, Robert E. (1980)
ialah:
“cooperative learning is an old idea in education, which has
experienced asubstantial revival in educational research and
practice in the past few years. The term refers to classroom
techniques in which students work on learning activities in small
groups and receive rewards or recognition based on their group's
performance”.
Slavin, Robert E mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah ide lama dalam pendidikan, yang telah mengalami kebangkitan
substansi dalam penelitian pendidikan dan praktek dalam beberapa tahun
terakhir. Istilah ini mengacu pada teknis kelas di mana siswa bekerja
pada kegiatan belajar dalam kelompok kecil dan menerima imbalan atau
pengakuan berdasarkan kinerja kelompok mereka.
Model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono, Agus (2013:
54) yaitu sebagai berikut:
“konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan
tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan
dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik
menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya
menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas”.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Rusman
(2013: 202) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
16
kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekedar belajar dalam kelompok. Unsur dasar pembelajaran
kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kalompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru
mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat
saling membelajarkan sesama siswa lainnya.
Model pembelajaran Course Review Horay menurut Huda (2013:
229-230) merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan
suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan, karena setiap siswa
yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak
“horay” atau yel-yel lainnya yang disepakati. Model pembelajaran course
review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan
pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal
dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk
siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban dari jawaban yang
benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau
menyanyikan yel-yel kelompoknya. Pembelajaran Course Review Horay,
merupakan salah satu pembelajaran koperatif yaitu kegiatan belajar
mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-
kelompok kecil.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
17
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Course Review Horay
Pembelajaran menggunakan model pembelajaraan Course Review
Horay dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan
menyenangkan karena siswa akan berteriak “horay” ketika jawaban
mereka benar. Hal tersebut sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Course Review Horay menurut
Suprijono, Agus (2013: 129) yaitu sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru mendemokrasikan/menyampaikan materi.
3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab.
4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak
9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka
sesuai dengan selera masing-masing siswa.
5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di
kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung
didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi
tanda silang (x).
6) Siswa yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau horizontal,
atau diagonal harus berteriak hore atau yel-yel lainnya.
7) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah hore yang
diperoleh.
8) Penutup.
Langkah-langkah di atas dapat menciptakan suasana pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan karena siswa akan terpacu untuk dapat
memperoleh nilai lebih tinggi dan berteriak “horay” atau menyuarakan
yel-yel kemenangan mereka sehingga siswa akan lebih aktif di dalam
pembelajaran.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
18
c. Kelebihan Model Pembelajaran Course Review Horay
Model pembelajaran Course Review Horay menurut Huda (2013:
231) memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1) Struktur yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun
ke dalamnya.
2) Model yang tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga
suasana tidak menegangkan.
3) Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran
berlangsung menyenangkan.
4) Skill kerja sama antar siswa yang semakin terlatih.
Berdasarkan kelebihan yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Course Review Horay dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga meningkatkan
semangat siswa dalam pelajaran dan mengajarkan siswa bekerjasama
dengan anggota kelompok.
d. Kekurangan Model Pembelajaran Course Review Horay
Model pembelajaran Course Review Horay memiliki kekurangan
tertentu, antara lain:
1) Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.
2) Adanya peluang untuk curang.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
19
Berdasarkan kekurangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran Course Review Horay siswa yang
biasanya aktif nilainya akan disamakan dengan siswa yang pasif dan
dapat terjadi pula peluang-peluang untuk curang di dalam pembelajaran.
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian terkait dengan Model Course Review Horay (CRH)
yang diterapkan dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, diantaranya:
1. Rasyidin, 2016, dengan judul “Pengaruh Model Course Review Horay
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas IV” yang
berlokasi di SD Negeri 07 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Hasil
penelitian ini yaitu terdapat perbedaan dan peningkatan terhadap hasil
belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol
tidak menerapkan model course review horay dan pada kelas eksperimen
menerapkan model course review horay. Hasil penelitian menunjukan
bahwa rata-rata pre-test pada kelas eksperimen (61,63) lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata pre-test pada kelas kontrol (60,67) dengan
selisih sebesar 0,96. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan
rata-rata hasil belajar siswa, baik pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen setelah diberi perlakuan. Rata-rata post-test pada kelas
eksperimen (74,67) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata post-test
pada kelas kontrol (68,50) dengan selisih sebesar 6,17. Berdasarkan hasil
data yang diperoleh dari hasil tes siswa maka dapat disimpulkan bahwa
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
20
terdapat pengaruh penerapan model course review horay terhadap hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri 07 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.
2. Dwi Payani, Pudjawan, Suarjana, 2013, dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Course Review Horay Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sangsit”. Hasil penelitian ini yaitu kelompok
siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran course review
horay memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
konvensional. Hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Rata-rata skor hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen adalah 24,76 berada pada
kategori sangat tinggi sedangkan rata-rata skor hasil belajar matematika
siswa kelompok kontrol adalah 19,10 berada pada kategori tinggi. Hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran course review
horay berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD
Negeri 1 Sangsit.
3. Rahimah, Dewi & Syafdi Maizora, 2014, dengan judul “The Implementation
of Cooperative Learning Course Review Horay Type Aided Macromedia
Flash Media in Integral Calculus Course”. Hasil penelitian ini yaitu dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe course review horay berbantu
media macromedia flash pada siswa dalam kursus kalkulus integral terjadi
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
21
peningkatan pada keaktifan belajar siswa yaitu pada siklus 1 mendapatkan
skor 20 dengan kategori cukup aktif yaitu 63,63% siswa memiliki respon
positif dan 30,30% siswa memiliki respon yang sangat positif, siklus 2
mendapatkan skor 25 dengan kategori aktif yaitu 58,33% siswa memiliki
respon positif dan 41,67% siswa memiliki respon yang sangat positif, dan
siklus 3 mendapatkan skor 28 dengan kategori aktif yaitu 64,86% siswa
memiliki respon positif dan 35,14% siswa memiliki respon sangat positif.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe course review horay berbantu media macromedia flash pada
siswa dalam kursus kalkulus integral terjadi peningkatan.
4. Bayraktar, Gokhan, 2011, dengan judul “The Effect of Cooperative
Learning on Students Approach to General Gymnastics Course and
Academic Achievements”. Hasil penelitian ini yaitu model pembelajaran
kooperatif adalah, model yang paling tepat, karena itu membuat mengajar
olahraga lebih menyenangkan dan menarik dan ini pembelajaran
menunjukkan bahwa sangat penting untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif dalam pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran kooperatif
dalam kelas umum senam memiliki efek positif pada pengetahuan akademik
siswa, melakukan keterampilan dan pendekatan untuk pelajaran dan lebih
efektif dibandingkan metode tradisional dalam hal aktif kehadiran, bekerja
sama, berbagi dan kehadiran sosial, meningkatkan keterampilan komunikasi
interpersonal, meningkatkan kinerja dan memiliki lebih sukses akademis.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
22
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penelitian ini mempunyai
persamaan dengan beberapa penelitian di atas yaitu model pembelajaran
yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe course review
horay. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas yaitu variabel,
mata pelajaran dan kelas yang di teliti. Penelitian yang akan dilakukan
variabelnya yaitu partisipasi belajar sedangkan penelitian di atas variabelnya
yaitu hasil belajar. Berdasarkan perbedaan di atas penelitian ini dilakukan
untuk meneliti apakah model pembelajaran course review horay dapat
meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ditemukan masalah dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu siswanya kurang berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Pembelajaran juga masih didominasi dengan penggunaan
metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Siswa kurang fokus ketika
pembelajaran sehingga ketika diberi soal oleh guru siswa lebih suka saling
mencontek dalam mengerjakannya. Melihat permasalahan tersebut, penerapan
model pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat meningkatkan
partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
23
Penelitian ini dilakukan sekurang-kurangnya 2 siklus, dan tiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan. Gambar 2.1 menggambarkan alur kerangka
berpikir dalam penelitian.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari kajian teori penelitian dan kerangka pikir di atas
yaitu model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan
partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD
Negeri 1 Pasir Kulon.
Kondisi Awal : Partisipasi
belajar rendah Tindakan
Dalam pembelajaran
guru menggunakan
model pembelajaran
Course Review Horay
Siklus I
Dalam pembelajaran guru
menggunakan model
pembelajaran Course
Review Horay
Refleksi
Siklus II
Dalam pembelajaran guru
menggunakan model
pembelajaran Course
Review Horay
Refleksi
Kondisi Akhir : Siswa
berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran
Upaya Meningkatkan Partisipasi…, Adhe Dwi Sulistiani, FKIP, UMP, 2017
top related