bab ii gambaran umum persepakbolaan di kota … · 1 bab ii gambaran umum persepakbolaan di kota...
Post on 07-Sep-2019
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB II
GAMBARAN UMUM PERSEPAKBOLAAN DI
KOTA SURAKARTA
Perjalanan serta perkembangan sepak bola Kota Surakarta sudah dimulai
semenjak masa kolonial Hindia Belanda. Perkembangan sepakbola pada mulanya
dibawa oleh orang Eropa ke Indonesia. Kota Surakarta sendiri memiliki salah satu
klub sepakbola profesional tertua di Indonesia yaitu Persis Solo. Persis Solo
berdiri pada tanggal 8 November 1923 dengan nama kolonial pertama VVB
(Vorslamdsche Voeatbal Bond). Sejarah sepakbola di Kota Surakarta terus
berkembang hingga akhirnya muncul tim dari Jakarta yang berdomilisi di sini
yaitu Arseto Solo. Klub yang dijuluki petir biru ini juga merupakan bagian dari
sejarah sepak bola. Mereka sempat berjaya pada era 1970-an hingga 1980-an.
Namun pasca kejadian reformasi klub yang dimiliki oleh Ari Sigit Soeharto ini
membubarkan diri karena krisis moneter yang melanda Indonesia dan untuk
menghindari sentiment anti Suharto.
Pada masanya Arseto termasuk klub yang superior dan juga mempunyai
manajemen yang baik. Tidak dipungkiri, Arseto juga turut andil dalam
membangun Liga Galatama yang merupakan liga non amatir pertama di
Indonesia. Sejalan dengan berdirinya Galatama, Indonesia mempunyai liga
perserikatan yang dimiliki oleh pemerintah serta dibiayai dari APBD. Kedua liga
tersebut hadir di Solo untuk menyemarakkan atmosfir sepak bolanya. Namun,
Arseto lebih memiliki nama besar waktu itu dan terlihat sekali bahwa Surakarta di
masa itu adalah masa Arseto. Hal itu ditambah dengan adanya kedekatan antara
2
pemain, manajemen, serta masyarakat Kota Solo itu makin membuat Arseto
dicintai dan melekat di Kota Bengawan. Setelah Arseto dinyatakan bubar karena
menghindari sentiment anti Soeharto, Kota Surakarta kemudian menjadi salah
satu tujunan utama bagi klub-klub Liga Indonesia yang tidak memiliki home base
yang tetap. Setelah Arseto kemudian muncul klub Pelita Solo yang berada di kota
Surkarta pada tahun 2000-2001. Salah satu prestasi yang mengesankan klub ini
saat di Kota Surakarta adalah mempersembahkan prestasi dengan masuk ke babak
8 besar Liga Indonesia tahun 2000. Masyarakat Kota Surakarta antusias dengan
kedatangan Pelita Solo yang merupakan klub sepakbola besar kemudian
membentuk sebuah perkumpulan supporter yang diberi nama Pasoepati. Setelah
Pelita Solo hengkang pada tahun 2002, Kota Surakarta tidak lantas sepi peminat
untuk klub sepakbola Indonesia untuk home base di Kota Surakarta. Persijatim
Solo FC yang kurang diterima oleh masyarakat Jakarta kemudian berpindah ke
Kota Surakarta pada tahun 2003 sampai pada Persis Solo berprestasi dengan
masuk ke Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2006.
A. Surakarta, Kota Olahraga
Kota Surakarta adalah salah satu kota yang terletak di Propinsi Jawa
Tengah. Surakarta merupakan kota peringkat kesepuluh yang terbesar di
Indonesia. Nama Surakarta digunakan dalam konteks formal sedangkan nama
Solo digunakan dalam konteks informal. Akhiran –karta merujuk pada kota, dan
kota Surakarta masih memiliki hubungan sejarah yang sangat erat dengan
Kartasura. Sisi timur kota ini dilewati sungai Bengawan Solo yang diabadikan
3
menjadi lagu oleh maestro Keroncong Internasional. Bersama dengan Yogyakarta,
Surakarta merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah tahun 17551.
Kota Surakarta pada dasarnya merupakan sebuah kota yang memiliki
sejarah panjang mengenai dunia olahraga yang ikut serta berperan dalam proses
menuju kota yang beradab. Banyak organisasi masyarakat yang berorientasi
olahraga yang berdiri di kota surakarta pada masa Hindia Belanda. Olahraga
sepakbola tercatat menjadi salah satu cabang olahraga yang telah muncul dan
berkembang di kota Surakarta. Tidak hanya sepakbola, namun berbagai macam
bidang olahraga yang merupakan tonggak-tonggak sejarah sehingga kota ini
terkonstruksi dengan sedemikian rupa. Ada juga desa Manahan yang sekarang
adalah GOR Manahan sebelumnya pada masa penjajahan adalah sebuah lapangan
memanah untuk para bangsawan keraton dan para warga Eropa. Kemudian ada
juga olahraga balap kuda yang juga tumbuh subur di kalangan masyarakat
Surakarta pada masa penjajahan, walalupun olahraga ini hanya ditekuni oleh
golongan bangsawan dan orang-orang Eropa. Setelah masa kolonial Hindia
Belanda berakhir, kegiatan olahraga di Indonesia dan khususnya Surakarta
diawasi ketat oleh pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang memberlakukan aturan
bahwa suatu organisasi masyarakat yang berorientasi pada kegiatan apapun yang
dapat berpotensi menggalang massa akan dilarang dan dihapuskan. Pada masa
pendudukan Jepang praktis tidak ada aktifitas yang berarti dalam bidang olahraga
di kota Surakarta. Runtuhnya kekuasaan Jepang pada tahun 1945, proklamasi
1Ardian Kresna., Sejarah Panjang Mataram (Yogyakarta: DIVA
Press.2011), hlm.123.
4
kemerdekaan Indonesia membuka jalan seluas-luasnya bagi bangsa untuk
menangani urusan olahraga di tanah air dengan mandiri.2
Kegiatan-kegiatan olahraga pada awal kemerdekaan bisa digerakkan
sepenuhnya, hal ini dikarenakan karena bangsa Indonesia masih harus berjuang
untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih. Akibatnya banyak
terjadi pertempuran di berbagai daerah yang melibatkan banyak pemuda yang
menjadi penghalang besar dalam mengadakan kegiatan olahraga yang tertib dan
teratur. Namun demikian, berkat kerja keras para tokoh olahraga Nasional, pada
bulan Januari 1946 bertempat di Hadiprojo di Surakarta diadakanlah Kongres
olahraga pertama setelah masa kemerdekaan. Kongres tersebut hanya dihadiri
para tokoh olahraga dari Pulau Jawa karena situasi Indonesia yang masih berjuang
dalam mempertahankan kemerdekaan. Kongres tersebut menghasilkan keputusan
dengan terbentuknya suatu badan olahraga dengan nama Pesatuan Olahraga
Republik Indonesia (PORI) yang pada masa saat ini diganti namanya menjadi
KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) yang bertugas sebaga koordinator
semua cabang olahraga serta mengurus kegiatan-kegiatan olahraga di dalam
negeri.
1. Kota Surakarta Sebagai Tuan Rumah PON Pertama
Kota Surakarta adalah kota pertama yang dijadikan tuan rumah Pesta
olahraga terbesar di Indonesia yaitu PON I pada tahun 1948.3 Kota Solo pada
masa pra kemerdekaan adalah salah satu kota yang dilihat dari penyediaan sarana
2 Devi Fitroh.,Kota, Klub dan Pasoepati (Jogjakarta. Buku Litera: 2016),
hlm 17. 3 Achmad Lanang.,Sepak Bola 2.0 (Yogyakarta. Fandom: 2016), hlm.70.
5
olahraga, dinilai dapat memenuhi segala macam persyaratan pokok sebagai kota
yang peduli terhadap bidang olahraga seperti adanya stadion Sriwedari yang pada
masa itu merupakan stadion terbaik di Indonesia serta adanya kolam renang.
Selain hal tersebut, para pengurus PORI juga banyak berkedudukan di kota
Surakarta sehingga selain faktor ketersediaan tempat olahraga faktor inilah yang
menjadi pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan kota Surakarta sebagai
penyelenggara Pekan Olahraga Nasional (PON) I pada tanggal 8-12 September
1948. Awal dari sejarah PON I di Surakarta karena ditolaknya atlet Indonesia
untuk berpartisipasi dalam Olimpiade London 1948. Indonesia ingin berpartisipasi
di Olimpiade untuk menunjukan kedaulatan atas Belanda yang pada tahun 1945-
1949 terjadi perang Kemerdekaan. Karena ditolak Inggris, maka pemerintah
Indonesia kemudian membuat acara olahraga sendiri dengan nama Pekan
Olahraga Nasional di kota Surakarta.Kota Surakarta dipilih karena ketersediaan
Infrastruktur dan stadion Sriwedari adalah stadion termegah dan terbaik di
Indonesia pada waktu itu. Selainsebagai salah satu pencetus lahirnya sepakbola
modern di Indonesia, kota Surakarta juga sebagai tempat PON pertama di tahun
1948.
2. Infrastruktur Olahraga di Surakarta
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Kota
Surakarta memiliki sejarah panjang dalam bidang olahraga dari jaman kolonial.
Fasilitas olahraga jaman dahulu belum seperti jaman sekarang yang dikomplekan
dalam satu area yang disebut Gelanggang Olahraga(GOR). Sebelum adanya GOR
Manahan, kota Surakarta telah memiliki stadion yang berstandar Internasional
6
yang dibangun oleh Sunan Pakubuwono X pada tahun 1932.4 Stadion ini
merupakan stadion termegah di Hindia Belanda dan dibangun oleh pribumi.
Stadion ini menghabiskan biaya 30.000 Gulden dan memperkerjakan lebih dari
100 pekerja.Tidak hanya fasilitas untuk bermain sepakbola saja yang ada di
stadion Sriwedari, fasilitas olahraga lain seperti atletik juga disediakan untuk bisa
memajukan olahraga di kota Surakarta.5 Pemerintah kolonial juga memaksa
kraton agar bisa menggunakan fasilitas stadion Sriwedari untuk kepentingan
olahraga kolonial di kota Surakarta agar para serdadu KNIL bisa bermain
sepakbola.6
Setelah era kemerdekaan, Pemerintah masa Presiden Soekarno giat
melakukan pembangunan infrastruktur olahraga. Stadion Utama Gelora Bung
Karno di DKI Jakarta menjadi proyek utama pemerintah dalam pembangunan
infrastruktur olahraga Indonesia. Pembangunan sarana infrastruktur olahraga juga
diikuti oleh daerah-daerah yang lainnya. Kota Surakarta yang telah mempunyai
Stadion Sriwedari tidak melakukan pembangunan sarana olahraga pada masa
Soekarno dan Soeharto. Setelah Sriwedari yang mulai ketinggalan jaman pada
segi fasilitas dan kualitasnya, pemerintah pusat dan kota Surakarta kemudian
membangun salah satu stadion terbaik di Indoensia pada masa modern yaitu GOR
Manahan Solo atas bantuan Yayasan Ibu Tien Soeharto. Selain sebagai ikon kota
4 Fitroh, Devi. Op Cit., hlm 22.
5 Fitroh, Devi. Op Cit., hlm 22.
6 Edward Kennedy.,Sepakbola Seribu Tafsir (Jogjakarta. Indie Book
Corner: 2014), hlm. 72.
7
Surakarta, GOR tersebut sebagai cadangan GOR Senayan jika mengegelar event
tingkat Internasional. Sejarah stadion Manahan dimulai pada tahun 1989,
pemerintah memutuskan pembangunan stadion ManahanPembangunannya
dimulai sejak tahun 1989 dengan menggunakan luas areal lahan sebesar 170.000
m2 dan luas bangunan 33.300 m2. Butuh waktu 9 tahun lamanya untuk mengubah
sebuah lahan kosong menjadi bangunan kokoh stadion Manahan. Stadion ini
diproyeksikan menjadi kedua yang terbaik di Indonesia setelah GOR Senayan.
Tidak hanya stadion sepakbola namun juga akan dibangun fasilitas atletik, kolam
renang, balap sepeda, sepatu roda, bisbol, karate, pingpong, bulu tangkis, dan
pencak silat. Fasilitas lainnya adalah ruang konferensi untuk wartawan sesuai
standar standar Internasional. Stadion Manahan adalah salah satu stadion terbaik
dan termegah di Indonesia jika dihitung dari kualitas dan kuantitas fasilitasnya.
Tidak salah jika beberapa klub sepakbola Nasional pernah memakai jasa Kota
Surakarta dan Stadion Manahan untuk berkandang dan ber home base.
B. Surakarta Kota Sepakbola
Kota Surakarta telah menjadi bagian penting dalam sejarah bidang
olahraga Nasional. Sepakbola adalah olahraga favorit baik oleh masyarakat
pribumi maupun masyarakat barat. Sekitar tahun 1906, masyarakat kota Surakarta
sering menyaksikan permainan sepakbola yang dilakukan oleh KNIL(Tentara
Belanda) disebelah timur benteng Vastenburg.7Olahraga sepakbola memang
dibawa oleh orang Belanda dari Eropa ke Indonesia. Semakin banyak perhatian
7 Sri Agustina Palupi.,Op Cit., hlm. 34.
8
pemerintah Surakarta terhadap sepakbola, maka semakin banyak pula golongan
pribumi yang turut bermain sepakbola. Permainan olahraga ini akhirnya menjadi
terkenal setelah banyak dari orang pribumi maupun barat yang membentuk
perkumpulan sepakbola yang sifatnya masih amatir. Pada masa itu baik
pemerintah Belanda maupun Kasunanan belum membentuk organisasi yang
menanungi sepakbola. Sepak Bola Surakarta mempunyai sejarah yang panjang.
Kota Surakarta merupakan salah satu tempat lahirnya klub yang paling tua di
Indonesia yaitu VVB dan setelah era modern di tahun 1990 an sampai 2000 an
menjadi kota tujuan destinasi klub yang tidak mempunyai home base tetap karena
bukan klub Perserikatan.8 Daya tarik kota Surakarta disebabkan berbagai hal yang
salah satunya adalah tersedianya infrastruktur kelas Internasional dan fanatatisme
masyarakatnya terhadap olahraga khususunya sepakbola. Selain memiliki Stadion
Sriwedari mengenai PON I tahun 1948 silam, kota Surakarta juga memiliki
stadion Manahan yang menjadi pusat kegiatan olahraga di Suarakarta. Bangunan
GOR Manahan mirip dengan GOR Bung Karno di Jakarta dengan stadion
sepakbolanya yang megah. Stadion Manahan selesai dibangun pada tahun 1999
yang sesungguhnya diperuntukkan untuk tim Liga Galatam Arseto Solo namun
tim ini telah bubar setelah pembangunan stadion Manahan selesai. Ada sedikitnya
8 Klub Sepakbola di Indonesia dibedakan menjadi 2 yaitu Perserikatan dan
Galatama. Perserikatan adalah klub yang dibentuk berdasarkan oelh sekelompok
masyarakat dan menamai klub berdasasarkan nama Kota tersebut, contohnya
PERSIS Solo. Sedangkan klub Galatama adalah klub yang dibentuk oleh
pengusaha atau BUMN dan tidak mempunyai home base yang tetap. Klub
Perserikatan mempunyai fanatisme penonton yang kuat karena membawa nama
kota sedangakan klub Galatama mempunyai keunggulan finansial namun miskin
fanatisme penonton. Contoh klub Galatama adalah Pelita, Arema.
9
4 tim sepakbola yang pernah ada di kota Surakarta baik tim asli kota Surakarta
dan tim yang pindah dari kota lain ke Surakarta. Masing-masing timyang pernah
ada di kota Surakarta memberikan sebuah prestasi dan dampak yang berarti untuk
kota Surakarta. Salah satunya adalah Arseto Solo yang memberikan kota
Surakarta hadiah juara Galatama pada tahun 1991. Dan klub setelah itu adalah
Pelita yang sempat membuat masyarakat kota Surakarta antusias untuk datang ke
stadion sehingga masyarakat kota Surakarta sampai membuat perkumpulan
suporter Pasoepati.
1. Berdirinya Klub Sepakbola VVB (Persis Solo)
Beberapa klub sepakbola pertama di Surakarta antara lain adalah Romeo,
PS De Leeuw, PS Mars, PS Kras, Truno Kembang dan sebagainya yang berdiri
dari dekade 1910 dan 1920 sebelum PSSI dibentuk.9 Pada awal perkembangannya
di Indonesia dan khususnya kota Solo, permainan sepakbola belum mengenal
aturan yang baku. Berbeda dengan di Eropa yang sudah mengenal aturan
permainan sepakbola. Banyak pertandingan yang terjadi berbagai kerusuhan saat
pertandingan selesai karena permainan yang populer dan kecintaan terhadap
perkumpulan sepakbola tersebut. Pada tahun 1923 didirikanlah Vorstenlandsche
Voetbol Bond (VVB) yaitu Perserikatan perkumpulan sepakbola mirip dengan
PSSI sekarang.10
Pada awal berdirinya, VVB diprakarsai oleh Reksoprodjo,
9 Achmad Lanang.,Op Cit., hlm. 70
10
Sri Agustina Palupi.,Politik dan Sepakbola di Jawa 1920-1924
(Jogjakarta:Ombak, 2004), hlm. 28.
10
Sutarman dari klub Romeo, dan beberapa perwakilan dari klub De Leeuw, Mars,
Legion, Kras, serta Mat.11
Keberadaan Vorstenlandshe Voetbal Bond membuat dunia olahraga di
Surakarta semakin dinamis. Hal ini terbukti dengan seringnya PS De Leeuw dan
Mars diundang unruk bertanding dalam permainan sepakbola di Surabaya. Kedua
perkumpulan ini sangat terkenal karena sering sekali menang dalam beberapa
kejuaran di pulau Jawa. Setelah setahun bediri VVB semakin aktif dalam
kompetisi persepakbolaan regional di pulau Jawa. Salah satu peran sosial VVB
terhadap kota Surakarta terjadi pada tahun 1924, Kota Surakarta menyelengarakan
pasar malam besar-besaran yang hasilnya akan digunakan untuk memajukan dunia
pendidikan masyarakaat pribumi. Untuk memeriahkan acara tersebut, VVB pun
menggelar acara pertandingan sepakbola melawan tim asal luar kota semacam
Tjahya Kwitang, Solitude dan tim lainnya. Ternyata hasil penyelenggaraan pasar
malam tersebut berhasil mencapai 50.000 gulden dan untuk pertandingan
sepakbola saja sudah mendapat 32.000 gulden.12
Hal ini menunjukkan bahwa
sepakbola sangat diminati masyarakat Surakarta dari jaman Hindia Belanda.
Peran para pengurus dan klub VVB terhadap persepakbolaan pribumi juga
sangat besar. Pada tahun 1924, atas inisiatif Dr. Widiodiningrat serta
Djaksadipiro, klub VVB diminta untuk membentuk suatu perkumpulan sepakbola
seluruh Jawa yang diberi nama Javache Voetbal Bond. Usulan tersebut akhirnya
11
Eddy Alison.,PSSI Alat perjuangan Bangsa, (Jakarta: PSSI, 2005),
hlm.21.
12
Devi Fitroh.,Kota, Klub, dan Pasoepati (Jogjakarta:Buku Litera, 2015),
hlm. 20.
11
diterima dan dibentuklah JVB yang terdiri dari Widiodiningrat, Djaksanagoro,
Mr. Jenderal Mayor Suhardjo, Imam Mursidi, Reksodipuro, dan Sastrosaksono.13
Namun usaha mendirikan perkumpuan sepakbola di Jawa tersebut tidak terlaksana
karena di pulau-pulau lain belum ada perkumpulan/bond sepakbola seperti di
Jawa. Namun usaha JVB yang berusaha memajukan sepakbola khususnya di
Pulau Jawa mendapat apresiasi dari para pembina sepakbola di Jogjakarta..
Perwujudan JVB akhirnya terealisasi pada tanggal 29 April 1930 di suatu
pertemuan yang diselenggarakan oleh VVB yang dihadiri oleh para utusan dari
berbagai daerah di tanah air mulai dari Surakarta, Jakarta, Cirebon, Magelang,
Madiun, Kediri, Surabaya dan Bandung.
Para pemain sepakbola VVB dan pada masa itu juga belum dapat
dikatakan sebagai pemain profesional karena tidak adanya gaji ataupun bayaran.
Semuanya bermain sepakbola karena sebuah kebanggaan dan kesenangan, pemain
tidak akan bermain lesu maupun tidak semangat karena bayaran yang diterima
kecil karena pada masa itu tujuan bermain sepakbola adalah untuk kesenangan
dan hiburan. Hal ini memang berbeda dengan kondisi pada saat sekarang yang
segalanya bersifat ekonomis karena memang sepakbola pada masa sekarang juga
merupakan mata pencarian atau pekerjaan. Pertandingan sepakbola di Surakarta
biasanya diselenggarakan di depan Pura Mangkunegaran atau alaun-alun Keraton
Kasunanan Surakarta. Ketika kegiatan olahraga sepakbola mulai tampak intensif
dilakukan oleh masyarakat Surakarta maka Sri Susuhunan Paku Buwana X berniat
untuk membangun stadion. Tujuan utama dari niat tersebut adlah untuk
13
Ibid., hlm. 20.
12
membuktikan kemampuan olahragawan pribumi Indonesia yang pada dasarnya
tidak kalah dengan olahragawan bangsa lain.14 Ditambah lagi pada saai itu belum
ada stadion sepakbola di Kota Surakarta sehingga Sri Susuhunan Paku Buwana X
memerintahkan kepada para pembantunya untuk menyelesaikan transaksi
pembelian tanah disebelah barat taman Sriwedari yang pada mulanya digunalan
sebagai halaman tambahan untuk menampung kendaraan yang berkunjung ke
taman tersebut. Pada tahun 1932 Stadion Sriwedari mulai dibangun dan selesai
pada tahun 1933 yang diresmikan oleh Sri Susuhunan Paku Buwana X yang
diwakili oleh GPH Panular yang melakukan pidato sambutan kemudian dilakukan
penyerahan penggunaan Stadion Sriwdari kepada Ketua Umum PSSI Ir. Suratin.
Seiring berjalannya waktu, para pengurus VVB merasa bahwa nama
tersebut kurang sesuai mengingat bahwa perkembangan politik perjuangan bangsa
Indoensia pada waktu itu unutk meraih kemerdekaan dari tangan Belanda. Nama
tersebut dinilai terlalu bernuansa kolonial dan pengurusnya ingin mengubah
menjadi nama asali Indonesia. Untuk melakasanakan hal tersbut maka para
pengurus VVB sepakat untuk mengganti nam menjadi Persatuan Sepakbola
Indonesia Surakarta (PERSIS), nama tersebut diusulkan oleh Soemartiko pada
tahun 1933. Pengurus Persis yang pertama dalah Dr.Suratman Erwin sebagai
pengurusnya. Sarana lapangan sepakbola sangat penting untuk menunjang
kelangsungan perkembangan sepakbola di Kota Surakarta. Menyikapi hal
tersebut, Keraton Kasunanan Surakarta yang saat itu dipimpin oleh Sri
Pakubuwana X kemudian membangun Stadion Sriwedari untuk melestarikan dan
14
Devi Fitroh.,Ibid., hlm. 21.
13
mendukung perkembangan sepakbola di kota Surakarta. Stadion Sriwedari adalah
stadion modern pertama di Indonesia, bahkan pemerintah kolonial Belanda belum
bisa membangun stadion berkelas Internasional seperti Sriwedari di Kota
Surakarta yang dibangun secara swadaya oleh Keraton Kasunanan Surakarta.15
Stadion ini kemudian secara resmi diresmikan pada tahun 1933 dengan upacara
yang sangat meriah. Tim Persis sendiri diberi prioritas untuk menggunakan
lapangan pada waktu sore hari baik untuk berlatih maupun untuk melangsungkan
pertandingan melawan tim lain.
Ketika kekuasaan pemerintah Hindia Belanda jatuh dan digantikan oleh
Jepang, kondisi persepakbolaan di tanah air kemudian dilarang. Hal ini karena
peraturan yang dibuat oleh pemerintah Dai Nippon terhadap negara jajahannya
bahwa semua bentuk perkumpulan masyarakat yang tidak dibentuk pemerintah
akan dilarang termasuk juga perkumpulan sepakbola. Nasib buruk juga menimpa
Persis yang akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Jepang. Walau kegiatan Persis
dilarang oleh pemerintah Jepang namun pertandingan-pertandingan sepakbola
dengan skala kecil anatar kampung masih bisa dilakukan dengan pengawasan
pemerintah Jepang.16
Bahkan Persis pernah diundang pemerintah Jepang untuk
memeriahkan acara olahraga di Jakarta dan mengadakan pertandingan Tai Ku Kai.
Setelah merdeka, prestasi Persis kemudian menurun. Hal tersebut karena pada
masa tahun 1945-1950 keadaan geopolitik di Indonesia tidak memungkinkan
untuk melangsungkan pertandingan sepakbola. Banyak pemuda yang dahulunya
15
Achmad Lanang., Op Cit., hlm. 71.
16
Devi Fitroh., Op Cit., hlm. 24.
14
pemain sepakbola kemudian ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
Prestasi Persis pada pemerintahan Soekarno di dekade 50 an dan 60 an
sangatlah baik. Persis salah satu klub yang melahirkan PSSI kini yang mempunyai
prestasi baik tingkat dalam negeri maupun luar negeri. Persis Solo juga banyak
melakukan pertandingan persahabatan melawan klub asal luar negeri seperti
contohnya saat melawan klub Uzbekistan(dulu Uni Soviet) yaitu Pakhtakor
Tashkent di stadion Sriwedari. Walaupun dalam pertandingan tersebut Persis
mengalami kekalahan namun hal tersebut sangat mengembirakan bagi kemajuan
persepakbolaan Nasional khususnya Persis Solo. Timnas Australia juga pernah
mengadakan pertandingan persahabatan di stadion Sriwedari melawan Persis Solo
pada dekade 1960 an. Semua pertandingan Persis Solo baik itu di kompetisi
Perserikatan maupun pertandingan persahanatan anatara tim luar negeri maupun
dalam negeri dilakukan di stadion Sriwedari. Stadion pertama di Solo dan
Indoensia tersebut memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat banyak dan
panjang dalam dunia persepakbolaan Indonesia dan khususnya dalam
perspakbolaan di Surakarta.
Ketika Indonesia dipimpin oleh Soeharto yang mencanangkan:
Mengolahragakan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olahraga. Hal ini tidak
terlepas dari pengalaman Soeharto sebagai salah satu pengurus Persis Solo pada
tahun 1954. Olahraga berkaitan erat dengan pembangunan dan menjadi salah satu
tolak ukur kesuksesan dalam pembangunan. Hal tersebut berkaitan dengan
pembangunan dan menjadi tolak ukur kesuksesan dalam dalam suatu
15
perkembangan pembangunan suatu negara.Sejarah kelam persepakbolaan
Indonesia kembali muncul ketika para pemain etnis Cina sempat dilarang ikut
serta menjadi pemain di Timnas Indonesia. Salah satu pemain keturunan Tionghoa
di Persis adalah Hong Widodo.17
Prestasi Persis Solo di 1970 dan 1980 mulai
menurun dan tidak lagi bermain di kompetisi teratas Indonesia. Kota Solo yang
mempunyai cerita panjang tentang sejarah olahraga sepakbola juga ikut
menghilang dari berita sepakbola Nasional kalah dari kota lainnya semacam
Bandung, Jojakarta, Surabaya, Malang dan Makassar. Hampir 1 dekade di 1980
an kota Solo hilang dari panggung sepakbola Nasional.
2. Perpindahan Arseto ke Kota Surakarta
Setelah Persis Solo tidak mempunyai prestasi dan bahkan ada di Divisi II
Nasional, kota Surakarta kemudian sepi dengan gemuruh olahraga terutama
Sepakbola. Untk mengatasi hal tersebut PSSI dan pemerintah sepakat
memindahkan klub Arseto milik putra Soeharto yaitu Ari Sigit pindah ke
Surakarta. Sebuah klub yang didirikan putra Presiden Soeharto yaitu Arseto yang
semula bermarkas di Jakarta kemudian atas ijin PSSI pindah home base ke kota
Surakarta pada tahun 1983. Sebuah klub milik keluarga Cendana, lebih tepatnya
milik Sigit Haryoyudanto. Klub ini sebenarnya bermarkas di Jakarta dan
kemudian pindah ke Surakarta karena tidak ada klub yang bermain di level atas
Liga Indonesia. Klub ini salah satu yang disegani di kompetisi Galatama dengan
materi pemain yang mumpuni dan langganan timnas Indonesia semcam Ricky
17
Wawancara dengan Hong Widodo, pemain Persis tahun 1960 dan
pengurus Persis Solo pada tanggal 23 Februari 2016.
16
Yakobi, Eddy Harto, Edu Tjong, Nasrul Kotto, Yunus Mochtar dan Inyong
Lolombulan. Beragam presatasi dicatat oleh Arseto dan yang paling bergengsi
diraih di dekade 1990 an, salah satunya adalah ikut serta di Liga Champions Asia
dan juara Liga Sepakbola Antar Klub di ASEAN.
Klub Arseto pada awal dekade 1990 an mempunyai segudang prestasi baik
tingkat Nasional maupun Internasional. Namun seiring dengan tidak terurusnya
klub oleh yayasan, klub ini perlahan-lahan mulai mengalami kemunduruan.
Kemunduruan tersebut tepatnya setelah penggabungan kompetisi Perserikatan dan
kompetisi Galatama pada tahun 1994.18
PSSI melakukan hal tersebut untuk bisa
menggabungkan fanatisme penonton klub Perserikatan dan pengeolaan
profesional klub Galatama Klub ini kemudian dinyatakan membubarkan diri pasca
Soeharto lengser sebagai Presiden karena kerusuhan Mei 1998.19
Setelah Arseto bubar, pada jeda tahun tersebut menjadi momentum ketika
memasuki era millenium 2000. Kota Surakarta yang penuh dengan gemilang
sejarah olahraga, sepakbola dan prestasi silih berganti menjadi sebuah kota yang
memiliki daya tarik tersendiri ketika dijadikan home ground klub Sepakbola bagi
tim yang bukan asli Kota Surakarta. Tim-tim yang masih kurang diperhatikan di
tempat asalanya tersebut mrncoba mencari peruntungan dan penghidupan klub
yang layak di kota Bengawan. Faktor-faktor seperti adanya antusiasme penonton
yang fanatik, tersedianya infrstruktur yang memadai, masyarakat yang ramah,
18
Kompas, “Liga Indoensia Menjadi Liga Dunhill”, tanggal 1 September
1994.
19
Solopos, “Tim Arseto Dibubarkan”, tangga 29 Mei 1998.
17
infrasturktur kota yang maju dan stadion berstandar Internasional membuat
beberapa klub Nasional ber home base di kota Surakarta.20
3. Kepindahan Pelita Manstrans ke Kota Surakarta
Setelah Arseto yang asli Jakarta pindah ke Solo tahun 1983 sampai 1998,
giliran Pelita Jaya yang kemudian ber home base di kota Surakarta. Klub milik
Bakrie ini kurang mendapat sambutan di Jakarta walau penuh dengan prestasi
bersejarah. Klub ini hijrah di Solo pada tahun 2000 namun klub ini hanya
bertahan pada musim 2000 dan 2001. Pada musim 2002 klub ini sudah tidak lagi
bermarkas di kota Surakarta.Walau hanya 2 musim di Solo namun prestasi Pelita
sangat bagusdengan mempersembahkan juara 4 kompetisi Ligina tahun 2000.
Bahkan dampak positif kedatangan Pelita ke Solo membuat para pecinta
sepakbola di Solo memutuskan untuk membuat sebuah perkumpulan suporter
untuk mendukung Pelita yang dinamai Pasoepati yang merupakan singkatan
Pasukan Suporter Pelita Sejati dan kemudian diubah singkatnnya semenjak Pelita
pergi dari kota Solo menjadi Pasukan Suporter Paling Sejati.21
Pada tahun 2001 Pelita akhirnya meninggalkan kota Solo dan pindah Ke
Cilegon, Namun Surakarta tidak lantas sepi peminat, klub milik Bea Cukai asal
Jakarta Timur yaitu JFC atau Persjatim memutuskan untuk ber home base di kota
Surakarta. Sama seperti Pelita Bakrie yang kurang dihargai dan sepi penonton di
20
Wawancara dengan Mayor Haristanto, Pendiri Pasoepati dan Presiden
pertama Pasoepati.
21
Wawancara dengan Mayor Haristanto. Presiden pertama Pasoepati dan
Pendiri Pasoepati.
18
stadion saat pertandingan. Salah satu dampak sosial kepindahan Pelita ke
Surakarta adalah membangkitkan fanatisme masyarakat pecinta Sepak Bola yang
membentuk sebuah perkumpulan suporter untuk mendukung Pelita yang dinamai
Pasoepati yang mempunyai singkatan Pasukan Suporter Pelita Sejati dan
menjadikan kota Surakarta salah satu kota dengan basis pendukung sepakbola
terbaik di Indonesia.
C. Kepindahan Klub Bea Cukai Persijatim ke Kota Surakarta
Setelah Pelita pergi bukan berarti kota Surakarta sepi dari gegap gempita
sepakbola Nasional. Satu lagi klub berlevel Nasional ingin memakai Kota
Surakarta sebagai home base. Klub Persijatim resmi pindah ke Surakarta pada
tahun 2002. Kepindahan beberapa klub Nasional ke Surakarta juga karena
minimnya prestasi klub asli Surakarta yaitu Persis yang berada di Divisi II
Nasional pada dekade 2000 an awal. Padahal fanatisme penonton dan infrastruktur
Kota Surakarta adalah salah satu yang terbaik di Indonesia jadi mubadzir jika
tidak digunakan untuk kompetisi sepakbola level atas di Indonesia. Tidak seperti
Pelita yang bisa membuat prestasi dengan lolos 8 besar Liga Indonesia pada
musim pertamanya, klub Persijatim yang setelah pindah ke Surakarta berganti
nama menjadi PSFC ini kurang memberikan sebuah torehan prestasi untuk kota
Surakarta. Bahkan pada tahun 2003 dan 2004 manajemen klub ini sempat
bersitegang dengan manajemen klub asli Surakarta yaitu Persis karena dinilai
kepindahannya ke Surakarta tidak membuat dampak posistif bagi perkembangan
19
sepakbola di kota Surakarta.22
Klub ini kemudian hengkang setelah musim 2004
selesai dan dibeli oleh pengusaha asal Palembang dan ber home base di stadion
Jakabaring di kota Palembang dan mengganti namanya menjadi Sriwijaya FC.
Praktis hanya ada klub Persis Solo yang ada di Kota Surakarta, klub yang sedang
dalam perjuangan untuk bisa lolos ke Divisi I dan Utama. Walau ditinggal klub
level atas yang bermain di kompetisi Divisi Utama namun Pasoepati tidak
membubarkan diri. Tujuannya adalah untuk mendukung Persis Solo walau sedang
bermain di Divisi II Nasional saat Persijatim pergi. Namun pada akhinya Persis
Solo bisa berlaga di kompetisi teratas Liga Indonesia pada tahun 2006 setelah
mendapat promosi dari Divisi I Nasional bersama Persebaya Surabaya.23
Kota
Surakarta kembali memeriahkan kompetisi Divisi Utama setelah 2 tahun kota
Surakarta ditinggalkan oleh Persijatim ke Palembang.
Berbagai tim sepakbola Nasional telah mewarnai kota Surakarta pada
dekade 1990 mulai dari klub Arseo yang sudah ada di Surakarta tahun 1983
namun presatasinya baru terlihat ketika pada tahun 1990 an, kemudian tim kaya
raya milik konglomerat Bakrie yaitu Pelita Jaya yang singgah di Surakarta karena
berkualitasnya infrastruktur olahraga dan fanatisme penonton sepakbola yang sia-
sia jika tidak dimanfaatkan bagi tim yang berlaga di Divisi tertinggi sepakbola
Nasional. Tim sepakbola yang terakhir singgah di Surakarta adalah tim milik Bea
Cukai Persijatim yang minim prestasi dan ramai dalam konflik. Sampai pada
akhrinya tim asli asal Surakarta yaitu Persis Solo bisa mengharumkan nama kota
22
Solopos, “Pernyataan itu terlalu dini”, tanggal 1 Agustus 2003. 23
Solopos, “Persis Promosi ke Divisi Utama bersama Persebaya”, tanggal
13 Juli 2006.
20
Surakarta di pentas sepakbola Nasional saat bisa promosi ke Divisi Utama Liga
Indonesia tahun 2006. Kota Surakarta sejatinya telah menjadi magnet sepakbola
Nasional dari jaman kolonial Hindia Belanda. Kota yang penuh sejarah panjang
sepakbola Nasional dan daya tarik tersendiri bagi beberapa klub Nasional yang
pernah ada di kota Surakarta.
top related