bab i pendahuluan -...
Post on 31-Oct-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan kota pada akhirnya akan menuntut
ketersediaan ruang lebih yang disebabkan oleh perkembangan dan
pertumbuhan penduduk serta kegiatan fungsionalnya dan interaksi antar
kegiatan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan kota dapat berjalan dengan
sendirinya tetapi pada suatu saat dapat menimbulkan masalah yang sulit untuk
diatasi yang bersifat keruangan, struktural dan fungsional. Secara alamiah,
gejala perubahan iklim global telah memberi dampak pada berbagai aspek
kehidupan di berbagai tempat, termasuk di Indonesia sendiri.
Termasuk dengan adanya urbanisasi yang membuat kebutuhan akan
tersedianya fasilitas fisik di perkotaan semakin meningkat. Tidak jarang
pembangunan fisik perkotaan yang disusun secara baik, kurang mampu
mengimbangi tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana
fisik yang semakin meningkat. Pertumbuhan kota yang cukup tinggi
membawa dampak dalam berbagai bidang kehidupan, tidak hanya terbatas
pada masalah fisik saja, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan
politik. Kota sebagai lingkungan kehidupan perkotaan dapat tumbuh dan
berkembang melalui dua macam proses yaitu: (1) Proses perubahan yang
terjadi dengan sendirinya (proses alamiah). (2) Proses perubahan yang
dibentuk, diarahkan, dikendalikan melalui proses perencanaan kota.
2
Pembangunan kota pada umumnya dihadapkan pada tata kota yang tidak
dapat mengantisipasi cepatnya pertumbuhan di berbagai bidang dengan baik.
Berbagai bentuk dan ketersediaan ruang (misalnya ruang publik, jalan raya,
pasar, terminal, maupun perumahan) tidak mampu mengejar pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat. Kebijakan-kebijakan pembangunan kota pada
umumnya sulit untuk mengatur dan melembagakan pengembangan kota secara
vertikal atau menyediakan ruang yang cukup longgar. Setidaknya ada dua
faktor utama yang sulit untuk dipenuhi, yaitu mengubah budaya hidup dari
warga yang tinggal di dalamnya dan tingginya biaya untuk melakukan upaya
perluasan ruang yang diperlukan bagi berbagai fasilitas kota.
Transportasi berbagai kota di Indonesia pun semakin padat, semrawut dan
tidak efisien. Minimalnya sarana angkutan kota yang aman dan nyaman telah
memaksa warga kota memilih sarana transportasi pribadi. Tingginya harga
BBM tampaknya juga tidak akan dapat menekan kepadatan transportasi,
kecuali jika pemerintah kota memberikan alternatif sarana transportasi umum
yang memadai. Lebih jauh, masalah ini juga terkait dengan perluasan jalan
raya yang tidak memadai untuk memberikan ruang yang cukup bagi
kendaraan dan pejalan kaki. Kebijakan pembangunan kota terlalu sering
mengorbankan sarana dan prasaran umum yang cenderung condong terhadap
masyarakat menengah kebawah dan tidak dapat menjamin kelestarian dan
perluasannya. Sebagai contoh, pembangunan jalan seringkali diikuti dengan
penebangan pohon-pohon perindang yang membutuhkan waktu berpuluh
tahun untuk membesarkannya. Pembangunan berbagai fasilitas perdagangan
3
dan pertokoan pun tidak disertai dengan perencanaan yang matang.
Sepertihalnya di Jakarta pada kasus penutupan Terminal Lebak Bulus
sebagaimana mestinya terminal lebak bulus adalah terminal untuk bus-bus
antar provinsi yang mudah dijangkau tersebut dialihkan ke tiga terminal,
antara lain ke Terminal Pulo Gadung dan Kampung Rambutan di Jakarta
Timur serta Terminal Kalideres di Jakarta Barat yang menurut para
masyarakat pengguna jasa bus tersebut terlalu jauh dan sulit di jangkau,
pengalihan tersebut diakibatkan adanya pengerjaan depo dalam proyek mass
rapid transit. Contoh kasus yang lainnya adalah di Surabaya pada kasus
pengalihan trayek bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dari Terminal
Purbaya agar dikembalikan ke Terminal Tambak Oso Wilangun lagi yang
lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Contoh lainnya yaitu di Kota Malang
pada kasus pemindahan Pasar Tradisional Dinoyo ke Pasar Tradisional
Merjosari hanya demi proyek pembangunan Pasar Modern atau yang sering
disebut dengan Mall di daerah kawasan pasar dinoyo tersebut. Dan kasus yang
penulis teliti untuk tugas akhir ini adalah pengalihan Terminal Gadang menuju
Terminal Hamid Rusdi yang menurut kami sangatlah tidak efisien,
dikarenakan terlalu jauhnya lokasi terminal yang baru, kurang adanya paktor
penarik agar para konsumen tersebut mau sampai pada terminal tersebut.
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan akibat aktivitas
ekonomi, sosial, dan sebagainya. Transportasi merupakan tulang punggung
perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di
pedesaan, Harus diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem
4
jaringan dimana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh
integrasi dan keterpaduan jaringan. Menurut Abbas Salim (1993), transportasi
adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu
tempat ke tempat lain. Dimana dalam transportasi terdapat dua unsur penting
yaitu pemindahan / pergerakan, secara fisik tempat dari barang (komoditi) dan
penumpang ke tempat lain.1
Menurut Utomo, transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan. Didalam transportasi, terdapat unsur-unsur yang
terkait erat dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri. Unsur-unsur
tersebut adalah :
1. Manusia yang membutuhkan
2. Barang yang dibutuhkan
3. Kendaraan sebagai sarana/ alat
4. Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi
5. Organisasi (pengelola transportasi)
Salah satu jenis transportasi yang paling sering dan umum digunakan oleh
seluruh lapisan masyarakat adalah transportasi darat. Transportasi darat sendiri
adalah segala bentuk transportasi yang menggunakan jalan untuk mengangkut
penumpang atau barang. Bentuk awal dari transportasi darat adalah
menggunakan kuda, keledai atau bahkan manusia untuk membawa barang
melewati jalan setapak seiring dengan perkembangan perdagangan, jalan
diratakan atau dilebarkan untuk mengakomodir aktivitas.2 Transportasi darat
sendiri sangat identik dengan yang namanya terminal. Hal ini di karenakan
sektor transportasi darat yang khususnya dalam hal ini adalah terminal
1 Sallim,Abbas. 1993. Manajemen Transportasi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Hlm 35
2 http://wikipedia.org/wiki/trasnportasi_darat. Diakses pada tanggal 16 Desember 2014 pkl 11.30
5
merupakan suatu sarana transportasi yang sangat penting dan dibutuhkan oleh
seluruh lapisan masyarakat, yang cenderung lebih didominasi oleh masyarakat
kelas menengah kebawah. Tanpa sarana transportasi yang memadai maka sulit
untuk menghubungkan seluruh daerah yang ada di Negara kita ini.
Secara umum terminal didefinisikan sebagai tempat berakhirnya dan
berawalnya suatu perjalanan dengan menggunakan berbagai jenis moda
angkutan seperti bus, truk, pesawat udara, kapal laut, kereta api dan moda
angkutan lainnya. Terminal juga sebagai tempat perpindahan orang atau barang
dari moda angkutan satu ke moda angkutan yang lain sehingga titik / tempat
dimana penumpang dan barang masuk serta barang keluar dari system
merupakan komponen penting dalam system transportasi.3 Terminal ini bukan
saja merupakan komponen fungsional utama dari system transpostasi tetapi
juga sering merupakan prasarana pemberhentian suatu moda transportasi.
Ada banyak terminal di Indonesia, bahkan di tiap daerah di kota besar
terdapat terminal untuk penghubung transportasi baik terminal dengan skala
besar maupun dengan skala kecil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) pengertian terminal adalah perhentian atau penghabisan. Sedangkan
pengertian terminal bedasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 tahun
1995 tentang terminal transportasi jalan menyatakan bahwa terminal
penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan
3 Morlok, K Edward, 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Cetakan ketiga,
Erlangga: Jakarta. Hlm 88
6
dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar modatransportasi
serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.4
Kota Malang adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur Indonesia. Kota
ini berada di dataran tinggi cukup sejuk terletak pada 90 km sebelah selatan
kota Surabaya dan wilayahnya di kelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang
merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur yang memiliki fungsi dan
regional. Peran regional sendiri berfungsi sebagai pusat satuan wilayah
pembangunan, sebagai pusat perdagangan, jasa industri yang telah mengalami
kemajuan pesat. Perkembangan kota Malang yang pesat dari tahun ke tahun
selalu mempengaruhi perkembangan kota Malang dalam jangka waktu yang
panjang sehingga keberadaan rencana tata kota harus dipertahankan dan
dijadikan acuan program pembangunan. Jumlah penduduk Kota Malang
768.000 (data sensus statistik 2010), dengan tingkat pertumbuhan 3,9 % per
tahun. Sebagian besar adalah suku jawa, dengan tingkat pertumbuhan 3,9 %
per tahun. Sebagian besar adalah suku jawa, serta sejumlah suku-suku
minoritas seperti Madura, Arab, dan Tionghoa. Pada tahun 1879 di Kota
Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu Kota Malang berkembang
dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakat semakin meningkat terutama
akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah
perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa kendali,
4 Keputusan Menteri (KEPMEN) Perhubungan No.31 Tahun 1995
7
perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi
pertanian menjadi perumahan dan industri.5
Kota Malang dalam perkembangannya, dihadapkan pada berbagai
masalah, baik masalah fisik spasial, sosial, ekonomi maupun lingkungan.
Kondisi ini berpengaruh terhadap semakin meningkatnya kebuttuhan
penyediaan fasilitas dan sarana prasarana wilayah di Kota Malang. Untuk
itulah diperlukan suatu arahan alokasi yang tertuang dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang menjadi hal yang perlu untuk
segera dilaksanakan, didorong oleh adanya perubahan yang signifikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.6 Peraturan daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang
RTRW Provinsi Jawa Timur maupun perkembangan yang ada di Kota Malang
sendiri.7 Selanjutnya dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang tersebut, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota
dan Pemerintah Kabupaten seluruh Indonesia harus melakukan penyesuaian.
Dengan adanya perencanaan yang lebih rinci terhadap RTRW, pemerintah
kota Malang dalam hal ini perlu bergegas untuk segera menyusun rencana
detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, terutama pada sektor perencanaan
sarana dan prasarana transportasi.
Banyaknya terminal yang ada di kota Malang ini yang terdiri dari
Terminal Arjosari, terminal Gadang, terminal Landungsari dan 2 sub terminal 5http: // profil Kota Malang. Htp diakses pada tanggal 16 Januari 2014 pkl 17.30
6 Undang-undang No. 26 Tahun 2007
7 Peraturan Daerah (PERDA) No. 2 Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur
8
lainnya adalah Sub-Terminal Madyopuro di bagian timur Kota Malang,
tepatnya di daerah Madyopuro (dekat Sawojajar) dan Sub-Terminal Mulyorejo
yang terlatak di sebelah barat daya Kota Malang, tepatnya di daerah
Mulyorejo Kecamatan Sukun.8 Dengan adanya kelima terminal ini,
dimungkinkan sarana transportasi yang ada di kota Malang ini dapat terpenuhi
ke segala tujuan baik dalam kota maupun keluar kota. Kelima terminal ini
tidak hanya memberikan dampak positif bagi transportasi di kota Malang,
melainkan juga menimbulkan dampak negatif.
Pandangan masyarakat Indonesia khususnya Kota Malang masih tergolong
sebagai masyarakat yang menganut disiplin yang relatif rendah dalam semua
lini aktifitas kehidupan, termasuk berdisiplin berlalu lintas di jalan raya dan
berdisiplin untuk menganut dan menerapkan sebuah peraturan yang ada. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh warga
masyarakat kota Malang terutama pengemudi/sopir angkutan kota dan
seringnya warga masyarakat beserta sopir angkutan kota tidak memperdulikan
dan menghiraukan peraturan yang ada. Dari segi penegak hukum, kurangnya
pengawasan di tempat yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan dan kurang
tegasnya para penegak hukum dalam mengatasi para pengemudi/sopir yang
tidak mematuhi peraturan tersebut. Dari segi faktor masyarakat, masih
banyaknya pengemudi/sopir angkutan kota dan bus yang tidak menghiraukan
peraturan tersebut terbukti dengan masih banyaknya pengemudi/sopir
8http://wisatamalangtransport.blogdetik.com/2012/07/27/pemerintah-kota-malang-kota-malang
profil-kota-malang/ diakses pada tanggal 25 Desember 2013 pada pukul 08.30
9
angkutan kota dan bus yang masih berada di sekitar Pasar Induk Gadang atau
yang sering disebut dengan terminal gadang.
Penyebab kemacetan mulai dari tak tertibnya pengendara, hingga
pedagang yang meluber sampai ke jalan. Di perempatan Gadang contohnya,
pengemudi bus jurusan Blitar dan sekitarnya, menaikan dan menurunkan
penumpang seenaknya di ujung barat PIG. Termasuk pos polisi yang ada
disekitar PIG juga nyaris tak berarti. Pengemudi bus dan angkot beralasan
terpaksa menurunkan penumpang diujung barat PIG.
Oleh karena itu, untuk menanggulangi dampak negatif tersebut pemerintah
kota Malang dalam hal ini melakukan proses penataan ulang terhadap terminal
yang ada di kota Malang. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah kota
Malang dalam memberikan pelayanan jasa transportasi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginan masyarakat diwujudkan dengan menata kembali
terminal yang ada di kota Malang ini, salah satu contohnya adalah kebijakan
mengalihkan terminal Gadang menuju terminal Hamid Rusdi sebagai bentuk
upaya pemerintah menanggulangi kemacetan yang ada di sekitar terminal
Gadang. Upaya pemindahan terminal Gadang menuju terminal Hamid Rusdi
yang dilakukan pemerintah kota Malang termuat dalam pasal 14 ayat 3 (c)
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030 yang berbunyi “mengalihkan
Terminal Gadang menuju ke Terminal Hamid Rusdi“.9
9 Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2011
10
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul
tentang “Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011
Tentang Pengalihan Terminal Gadang Menuju Terminal Hamid Rusdi (Study
di Dinas Perhubungan Kota Malang)”.
B. Rumusan Masalah
1. Permasalahan apa saja yang muncul dalam proses Implementasi Kebijakan
pengalihan Terminal Gadang menuju Terminal Hamid Rusdi?
2. Dampak apa saja yang ditimbulkan oleh adanya Kebijakan Pengalihan
Terminal Gadang menuju Terminal Hamid Rusdi?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendekripsikan permasalahan apa saja yang muncul dalam proses
Implementasi Kebijakan Pengalihan Terminal Gadang menuju Terminal
Hamid Rusdi.
2. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan oleh adanya
Kebijakan Pengalihan Terminal Gadang menuju Terminal Hamid Rusdi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Mengembangkan kajian politik untuk menambah referensi bagi jurusan
ilmu pemerintahan FISIP UMM, khususnya bagi Dinas Perhubungan
11
dalam melaksanakan keefektifitasan pengalihfungsian terminal gadang
menuju terminal hamid rusdi.
2. Manfaat Praktis
Memberikan rekomendasi perbaikan kinerja Dinas Perhubungan dalam
pelaksanaan Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun
2011 Tentang Pengalihan Terminal Gadang Menuju Terminal Hamid
Rusdi.
E. Kerangka Teori
Dalam sub bagian ini penulis akan mengembangkan kerangka teori
sebagai bahan analisa dari permasalahan yang di angkat dalam skripsi ini.
Penulis akan mendeskripsikan bagaimana konsep implementasi kebijakan,
tahapan-tahapan implementasi kebijakan, serta evaluasi kebijakan.
1. Konsep Implementasi
Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah
implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya merupakan
pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau para
pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan
tetapi dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting
karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar. Dengan kata lain implementasi
12
merupakan tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal
dan dapat mencapai tujuan kebijakan itu sendiri.
Secara Etimologis, implementasi menurut kamus Webster yang
dikutib oleh Solichin Abdul Wahab adalah sebagai berikut:
“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement.
Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan)
berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk
melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk
menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu (Webster dalam Wahab
(2006:64)”
Definisi lain juga diutarakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul
Sabatier yang menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan
bahwa: Hakikat utama implementasi kebijakan adalah memahami apa
yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau
dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada
masyarakat atau kejadian-kejadian (Mazmanian dan Sabatier dalam
Widodo (2010:87) . Berdasarkan definisi yang disampaikan para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan
atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan
memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari kegiatan
tersebut.
2. Tahapan Implementasi
Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka
diperlukan adanya tahapan-tahapan dari implementasi kebijakan tersebut.
M. Irfan Islamy membagi tahap implementasi dalam dua bentuk, yaitu :
13
a) Bersifat self executing atau yang berarti bahwa dengan dirumuskannya
dan disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan
terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu
Negara terhadap kedaulatan Negara lain.
b) Bersifat non – self executing atau yang berarti bahwa suatu kebijakan
publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya
tujuan pembuatan kebijakan tercapai.
3. Evaluasi Kebijakan
Menurut Abidin evaluasi secara lengkap mengandung tiga pengertian
yaitu:
1. Evaluasi awal, sejak dari proses perumusan kebijakan sampai saat
sebelum dilaksanakan.
2. Evaluasi dalam proses pelaksanaan atau monitoring.
3. Evaluasi akhir, yang dilakukan setelah selesai proses pelaksanaan
kebijakan.
Evaluasi dilakukan karena tidak semua program kebijakan public mencapai
hasil yang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Kebijakan publik
seringkali terjadi kegagalan dalam meraih maksud dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Wibawa dkk mengemukakan bahwa evaluasi
kebijakan bermaksud untuk mengetahui 4 aspek yaitu :
1. Proses pembuatan kebijakan.
2. Proses Implementasi.
3. Konsekuensi kebijakan, dan
4. Evektifitas dampak kebijakan.
14
F. Definisi Konsep
Konsep merupakan definisi yang dpakai dalam unsur dari suatu
generalisasi serta fenomena-fenomena tertentu, yang dimaksud konsep adalah:
merupakan suatu definsi dari apa yang kita amati, konsep-konsep yang
dinyatakan antara variabel-variabel mana kita ingin menentukn hubungan
empiris.10
Dengan demikian yng dimaksud dengan definisi konsep adalah
merupakan konsep-konsep yang dinyatakan sebagai variabel-variabel yang
akan penulis pelajari, jadi variabel yang ada merupakan penjabaran dari
konsep itu sendiri, variabel yang terdapat didalam konsep itu adalah:
1. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan
baik individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah atau pihak swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-
tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Dari uraian
10
Singarimbun, Masri dan Sofan Efendi, Metode Penelitian survey, Jakarta: LP3ES, 1981 dan
1995
Pembuatan
kebijakan oleh
Legislatif
Proses
Pelaksanaan
Kebijakan
Evaluasi
Implementasi
Kebijakan
Monitoring Oleh
Dinas Perhubungan
15
tersebut dapat disimpulkan, bahwa kebijakan merupakan aspek yang
penting dari keseluruhan proses kebijakan.
Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses tindakan
administrasi dan politik, hal ini ditegaskan dengan pendapat Peter S.
Cleaves yaitu “ a process of moving towrd a policy objective by means of
dminstrative and political steps”, kemudin dari itu proses implementasi
kebijakan dapat di evaluasi dengan cara mengukur atau membandingkan
antara hasil akhir dari program-program tersebut dengan tujuan-tujuan
kebijakan.11
2. Peraturan Daerah
Menurut Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan
Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan
bersama Kepala Daerah. Definisi lain adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan Kepala Daerah baik di Propinsi maupun di Kabupaten/Kota
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (UU Pemda), Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah Propinsi/Kabupaten/Kota dan tugas pembantuan serta
merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi dengan memperhatikan cirri khas masing-masing daerah. 11
Peter S.Clave, Implementation Amid Scarity and Apathy: Political Power anda Policy Design in
M.S. Grindle (ed), Politiccs and Policy Implementation in the Third World, Princeton University
Press, Princeton, 1980.
16
Sesuai ketentuan Pasal 12 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan
Perda adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menampung kondisi khusus
daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang
lebh tinggi. Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gubernur atau Bupati/Walikota.
Apabila dalam satu kali masa sidang Gubernur atau Bupati/Walikota dan
DPRD menyampaikan rancangan Perda dengan materi yang sama, maka
yang dibahas adalah rancangan Perda yang disampaikan oleh DPRD,
sedangkan rancangan Perda yang disampaikan oleh Gubernur atau
Bupati/Walikota dipergunakan sebagai bahan persandingan. Program
penyusunan Perda dilakukan dalam satu Program Legislasi Daerah 4,
sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan satu
materi Perda.
3. Pengalihan Terminal Gadang menuju Terminal Hamid Rusdi
Untuk mengatasi dan menghindari kemacetan yang semakin parah di
daerah pasar Gadang tersebut, pemerintah kota Malang mengambil
inisiatif untuk melakukan pemindahan atau pengalihan terminal Gadang
menuju terminal Hamid Rusdi kota Malang dengan tujuan menguraikan
kemacetan yang ada di daerah terminal/pasar Gadang. Hal tersebut
dilakukan dengan pertimbangan luasnya terminal Hamid Rusdi kota
Malang dan jalan menuju terminal Hamid Rusdi juga termasuk luas dan
17
sepi, sehingga apabila para sopir angkutan kota berhenti dipinggiran jalan
sekitar terminal Hamid Rusdi tidak menggangu jalannya kendaraan umum
lainnya dan tidak terjadi kemacetan kembali.
Selain berfungsi untuk mengurangi atau menguraikan kemacetan
yang terjadi di daerah sekitar terminal/pasar Gadang, pengalihan terminal
ini juga bertujuan untuk memberikan sarana dan prasarana yang
bermanfaat dan dapat memuaskan warga masyarakat yang menggunakan
jasa terminal Hamid Rusdi beserta para sopir angkutan kota tersebut.
G. Definisi Operasional
Definsi Operasional adalah menyatakan bagaimana operasi atau kegiatan
yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indicator yang
menunjukkan konsep yang dimaksud.12
Definisi Operasional perlu menetapkan gejala bentuk atau indicator
lainnya, hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang relevan dan dapat
diolah dengan baik. Sedangkan indicator dari penelitian Implementasi
Kebijakan Peraturan Daerah No.14 Tahun 2011 Tentang Pengalihan Terminal
Gadang Menuju Terminal Hamid Rusdi, diantaranya sebagai berikut :
1. Sosialisasi Kebijakan Pengalihan Terminal Gadang menuju Terminal
Hamid Rusdi.
2. Penyediaan kerangka kelembagaan implementasi
a. Siapa yang melaksanakan kebijakan pengalihan terminal.
12
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial (Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial Lainnya). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002. Hlm 29
18
3. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Pengalihan Terminal Gadang
menuju Terminal Hamid Rusdi.
a. Masa uji coba kebijakan pengalihan terminal.
b. Masa pelaksanaan kebijakan pengalihan terminal.
c. Penegakan Hukum
4. Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengalihan Terminal Gadang menuju
Terminal Hamid Rusdi.
a. Faktor yang mendukung berjalannya kebijakan pengalihan terminal.
b. Faktor yang menghambat berjalannya kebijakan pengalihan terminal.
H. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian deskriptif dengan
menggunakan teknis deskriptif. Penelitian deskriptif yang dimaksudkan
yaitu bisa dipahami sebagai serangkaian prosedur yang digunakan dalam
upaya pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/
melukiskan obyek penelitian atau subyek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, nilai-nilai, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya sehingga akan dapat
diperoleh gambaran dan analisis tentang implementasi kebijakan peraturan
daerah no.4 tahun 2011 tentang pengalihan terminal gadang menuju
terminal hamid rusdi.
19
2) Lokasi Penelitian
Pada Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Peraturan Derah No.4
Tahun 2011 Tentang Pengalihan Terminl Gadang Menuju Terminl Hamid
Rusdi, penulis melakukan penelitian di Dinas Perhubungan Kota Malang,
serta di Terminal Gadang dan Terminal Hamid Rusdi.
3) Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian tentang Implementasi Kebijakan Peraturan
Daerah No.4 Tahun 2011 Tentang Pengalihan Terminal Gadang Menuju
Terminal Hamid Rusdi, Adapun yang menjadi subyek dari penelitian ini
yaitu terdiri dari :
a. Ketua Dinas Perhubungan Kota Malang
b. Ketua Bagian Angkutan Dalam Trayek Dinas Perhubungan
c. Sopir Bis atau Angkutan di Terminal Gadang 2 orang
d. Masyarakat disekitar Terminal Gadang dan Terminal Hamid Rusdi 4
orang
4) Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dar sumber-sumber, pihak-
pihak yang menjadi objek penelitian ini, antara lain data yang didapat
langsung dari lapangan yaitu Dinas Perhubungan Kota Malang, Sopir-
20
sopir angkutan di terminal gadang, serta masyarakat yang berada
disekitar terminal gadang.
b. Sumber Data Sekunder
Data ini dapat diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang
ada sebelumnya, terutama berkenaan dengan arsip-arsip laporan, buku-
buku literatur, majalah, internet, dan lain sebagainya yang menunjang
dalam penulisan ini mengenai implementasi kebijakan pengalihan
terminal gadang menuju terminal hamid rusdi.
5) Tekhnik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melalu Tanya jawab
secara langsung dengan responden untuk melengkapi kebutuhan data
yang tidak dapat diperoleh dengan cara observasi. Dalam hal ini Ketua
Bagian Angkutan Dalam Trayek, Dinas Perhubungan Kota Malang dan
para sopir-sopir yang bersangkutan dengan kebijakan pengalihan
terminal gadang menuju terminal hamid rusdi.
b. Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara
melihat dari dekat obyek penelitian. Metode ini dimaksudkan untuk
mengamati tingkah laku yang aktual, dengan menggunakan
penginderaan secara langsung, yang bertujuan untuk memperoleh
21
gambarn penjelasan keadaan wilayah terminal, para sopir-sopir yang
bersangkutan dan srana prasarana yang ada di lokasi penelitian.
c. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan melalui pencatatan terhadap dokumen
yang ada di lapangan yang berfungsi sebagai data pelengkap dan
pendukung kedua teknis diatas, sejauh data tersebut masih berhubungn
dengan masalah-masalah yang diteliti, seperti arsip, catatan-catatan,
buku laporan, monografi, statistik dan sebagainya.
6) Tekhnik Analisa Data : Kualitatif
Tenik analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam penulisan
metode ilmiah, karena dengan analisa data dapat diberikan arti tentang
makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Untuk
penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data kualitatif. Untuk
penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data kualitatif. Menurut
Miles dn Huberman13
analisa data kualitatif terdiri dari :
a. Pengumpulan data
Peneliti mencari dan mengumpulkan semua data yang ada dilapangan
mengenai atau yang sesuai dengan program-program pengentasan
kemiskinan, untuk kemudian dapat dijadikan sebagai tambahan sesuai
judul penulisan.
13
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung Alfabeta. 2005 Hlm. 91
22
b. Reduksi data
Proses penyajian, kompilasi data setelah direduksi kedalam bentuk
symbol yang dapat menggambarkan keseluruhan data utamanya hasil
penelitian terkait program pengalihan terminal gadang menuju terminal
hamid rusdi. Maksudnya penyederhanaan data yang kompleks menjadi
narasi pendek sesuai criteria dn klasifikasi data berdasarkan rumusan
masalah sehngga mudah untuk dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan
Merupakan upaya mengkonstruksikan dan menafsirkan data
menggunakan metode tertentu untuk menggambarkan secara
mendalam dan utuh mengenai masalah yang diteliti. Sehingga data
yang dihasilkan merupakan jawaban atas permasalahan yang ada.
23
I. Daftar Pustaka
Morlok, K Edward, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi,
Cetakan ketiga, Erlangga: Jakarta. 1991.
Peter S.Clave, Implementation Amid Scarity and Apathy: Political Power
anda Policy Design in M.S. Grindle (ed), Politiccs and Policy
Implementation in the Third World, Princeton University Press,
Princeton, 1980.
Sallim,Abbas. Manajemen Transportasi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
1993
Singarimbun, Masri dan Sofan Efendi, Metode Penelitian survey, Jakarta:
LP3ES, 1981 dan 1995
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial (Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial Lainnya). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2002
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung Alfabeta. 2005
Undang-undang No. 26 Tahun 2007
Peraturan Daerah (PERDA) No. 2 Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi Jawa
Timur
Keputusan Menteri (KEPMEN) Perhubungan No.31 Tahun 1995
Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2011
http://wisatamalangtransport.blogdetik.com/2012/07/27/pemerintah-kota-
malang-kota-malang profil-kota-malang/ diakses pada tanggal 25 Desember
2013 pada pukul 08.30
24
http://wikipedia.org/wiki/trasnportasi_darat. Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pkl
11.30
http: // profil Kota Malang. Htp diakses pada tanggal 16 Januari 2014 pkl
17.30
top related