bab i pendahuluan a. latar...
Post on 13-Aug-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal penetapan hak dan kewajiban seseorang dalam hukum sebagai
warga negara, hal yang amat fundamental adalah menetapkan terlebih dahulu
perihal kewarganegaraannya. Kewarganegaraan seseorang merupakan suatu
hal yang dianggap urgensi dan memiliki banyak kaitan terhadap hak dan
kewajiban seseorang dimata hukum dan pemerintahan, seperti halnya hak
politik dan hak dipilih dalam pemerintahan. Kewarganegaraan dalam arti
yuridis adalah ikatan hukum (de rechtband) antara negara dengan orang –
orang pribadi (natuurlijke personen) yang karena ikatan itu menimbulkan
akibat, bahwa orang – orang tersebut jatuh di bawah lingkungan kuasa pribadi
dari negara yang bersangkutan atau dengan kata lain warga dari negara itu. Jadi
yang penting dari pengertian kewarganegaraan secara yuridis adalah adanya
ikatan dengan negara dan tanda adanya ikatan tersebut antara lain dalam bentuk
pernyataan secara tegas seorang individu untuk menjadi anggota suatu negara
atau warga negara dari negara tersebut atau dalam bentuk konkritnya dapat
dinyatakan dalam bentuk surat – surat, baik keterangan maupun keputusan
sebagai bukti adanya keanggotaan dalam negara itu.1
Sebagaimana kita ketahui, pada masa kekuasaan orde baru kurang lebih
pada tahun 1966 sampai dengan tahun 1998, kemerdekaan bersuara serta
1 Winarno, 2009, Kewarganegaraan Indonesia – Dari Sosiologis Menuju Yuridis, Alfabeta,
Bandung, hlm. 52.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
menyatakan suatu pendapat tidak sama sekali diperkenankan di Indonesia.
Tidaklah mungkin suatu negara dapat berdiri tanpa adanya warga negara yang
memiliki kebebasan untuk bersuara dan menentukan pilihannya. Apabila
dalam suatu negara tidak mengkehendaki kebebasan warga negara untuk
berbicara, maka secara psikologis warga negara tersebut tidak akan merasakan
kenyamanan dalam menjalani kehidupan sehingga negara secara mendasar
tidak melindungi kebebasan warga negaranya sehingga dapat menyebabkan
negara tidak memiliki rakyat, dan negara tidak dapat dianggap sebagai suatu
subjek hukum internasional seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 Montevideo
Convention 1933 : On The Rights and Duties of States, yang berbunyi :2
“The state as a person of international law shouldposses the following
qualifications: a permanent population, a defined territory, a
government, a capacity to enter into relations with other states.
Negara sebagai subjek hukum internasional harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: rakyat yang permanen, wilayah yang
tertentu, pemerintahan, kapasitas untuk terjun ke dalam hubungan
dengan negara-negara lain.”
Berangkat dari pengalaman tersebut, para reformis menyuarakan kebebasan,
oleh karena itu sebabnya semangat perubahan Undang-Undang Dasar 1945
mulai disuarakan guna mengakomodir beberapa tindakan Pemerintah yang
dianggap tidak menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia pada era tersebut. Pasal
28E Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 19453 dalam ketiga
ayatnya menyatakan bahwa :
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
2 Koerniatmanto Soetoprawiro, 1996, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian
Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Dalam ketentuan dan amanah Undang-Undang Dasar RI tahun 1945
diatas, kebebasan untuk memilih kewarganegaraan merupakan sesuatu hak
yang diatur dengan tegas dalam Undang – Undang RI tahun 1945 memberikan
hak untuk menentukan keluar atau tidak dari kewarganegaraan Indonesia. Hal
tersebut menjadikan dasar bagi para warga negara Indonesia untuk menentukan
keluar dari wilayah Indonesia, dan melepaskan kewarganegaraan Indonesia.
Akan tetapi secara tegas harus digaris bawahi perihal kata – kata “memilih”.
Secara harfiah, memilih memiliki arti bahwa terdapat dua hal, dan harus
menentukan salah satu dari kedua pilihan tersebut, tidak dapat menentukan
kedua - duanya. Namun pada kenyataannya, mereka yang telah menentukan
melepaskan kewarganegaraan Indonesia menginginkan kembali kepada
kewarganegaraan Indonesia tanpa melepaskan kewarganegaraan asingnya.
Warga negara yang melepaskan kewarganegaraan Indonesia tersebut tetap
membawa nama baik Indonesia diluar negeri, dan memberikan kontribusi
positif terhadap bangsa Indonesia. Pada era saat ini, muncul-lah isu dan
pergerakan warga negara Indonesia yang telah melepas warga negaranya dan
menginginkan pengembalian kewarganegaraan Indonesia-nya tanpa melepas
kewarganegaraan asingnya, mereka pada saat ini dikenal dengan nama
“Diaspora”. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Lestari P. Marsudi
menyatakan bahwa Diaspora Indonesia menyebar diseluruh Indonesia dengan
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
perkiraan jumlah diaspora sebanyak 6-8 Juta orang yang hidup diberbagai
belahan dunia, dengan berbagai profesi dari mahasiswa/ pelajar, akademisi,
pengusaha hingga Tenaga Kerja Indonesia (TKI).4
Diaspora pada mulanya dikemukakan dalam Alkitab Septuagint, kata
diaspora mengacu pada disperse bersejarah (pergerakan dan penyebaran
manusia di masa lampau) tetapi diterjemahkan dalam beberapa kata Yunani
seperti apoikia (imigrasi), paroikia (penyelesaian di luar negeri), metoikia
(emigrasi), metoikesia (transportasi), aikhmalosia (tahanan masa perang), dan
apokalupsis (wahyu)5. Dalam alkitab tersebut mengemukakan bahwa diaspora
ada berdasarkan hal – hal tersebut diatas. Berdasarkan pengertian diaspora
menurut Wikipedia6 adalah istilah diaspora (bahasa Yunani kuno διασπορά,
"penyebaran atau penaburan benih") digunakan (tanpa huruf besar) untuk
merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau
terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka; penyebaran
mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan
karena penyebaran dan budaya mereka. Istilah Diaspora mulai dikenal pada
pertengahan abad ke-20, tepatnya pada tahun 1965 merupakan tahun
kemunculan istilah Jewish Diaspora dan Black/African Diaspora. Pada tahun
1986, Gabriel Sheffer mendefinisikan diaspora modern, yaitu kelompok etnis
minoritas migran asal yang bertempat tinggal dan bertindak di negara tuan
4 Imelda Bachtiar, 2015, Diaspora – Bakti Untuk Negeriku, Kompas Media Nusantara,
Jakarta, hlm. ix. 5 M. Iman Santoso, 2014, Diaspora – Globalisme, Keamanan dan Keimigrasian, Pustaka
Reka Cipta, Bandung, hlm. 2. 6 Wikipedia, Diaspora, https://id.wikipedia.org/wiki/Diaspora, diakses 05 Mei 2015.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
rumah, tetapi mempertahankan hubungan sentimental dan material yang kuat
dengan tanah air atau negara asal mereka.7
Istilah diaspora mulai dikenal dengan latar belakang yang dikemukakan
oleh Robin Cohen dan dikelompokan dalam 5 (lima) kategori, ia membagi
fenomena diaspora seperti terminologi berkebun. yaitu :8
1. Wedding (menyiangi)
Diaspora model wedding merujuk pada fenomena penyebaran penduduk
karena mereka menjadi korban atau mengungsi karena konflik sosial
maupun politik. Diaspora orang – orang Yahudi, Afrika, Armenia, Palestina,
dan Irlandia masuk dalam kategori ini;
2. Sowing (menabur benih)
Sowing merujuk diaspora karena kolonialisme seperti yang terjadi pada
orang – orang Yunani Kuno, Inggris, Rusia, Spanyol, Portugis, dan Belanda.
3. Transplanting (menyetek)
Merupakan tipe diaspora yang berkaitan dengan tenaga kerja dan pelayanan
seperti berlaku pada orang – orang India, China, Jepang, Sikh, Turki dan
Italia.
4. Layering (melapisi)
Diaspora Layering adalah penyebaran penduduk karena perdagangan, bisnis
dan kerja professional, hal ini merujuk pada orang – orang Venesia,
Lebanon, Cina, India dan Jepang.
5. Cross-pollinating (membiakan serbuk)
Cross-pollinating adalah diaspora yang berkaitan dengan faktor budaya dan
fenomena masyarakat postmodernisme seperti yang terjadi pada orang –
orang Karibia, China, dan India.
Isu diaspora telah merambah ke berbagai negara yang memiliki warga
negara dengan jumlah yang cukup besar diluar negaranya. Amerika Serikat
yang digadang – gadangkan sebagai negara superpower merupakan salah satu
negara yang memiliki diaspora dan memberlakukan sistem hukum
dwikewarganegaraan bagi warga negaranya. Beberapa negara yang
mengizinkan adanya dwikewarganegaraan ialah Republik Tiongkok (Cina).
7 M. Iman Santoso, Op.Cit,, hlm. 2-3. 8 Ibid, hlm. 7.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Banyak ahli hukum berpendapat bahwa Republik Tiongkok tidak mempunyai
undang - undang kewarganegaraan sendiri serta nampaknya Republik
Tiongkok melanjutkan penerapan Undang-undang Kewarganegaraan 1929.
Dalam Undang-undang itu tidak ada cara bagi seorang Tionghoa untuk dapat
menanggalkan kewarganegaraan Cina kecuali meminta izin dari Menteri
Dalam Negeri Cina, tetapi kementerian hanya akan memberikan izin kalau
calon telah memenuhi kewajiban terhadap Angkatan Bersenjata Cina.9 Artinya
setiap orang yang terlahir dari orang tua berkewarganegaraan Cina atau hanya
keturunan Cina dapat memperoleh kewarganegaraan Cina tersebut.
Pada hakikatnya, mayoritas latar belakang diaspora adalah terletak pada
proses perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain, dan lebih terfokus
terhadap perpindahan dari satu negara ke negara lain yang bukan merupakan
negaranya (Transnational Migration). Migrasi orang merupakan cikal bakal
tumbuhnya diaspora itu. Isu diaspora Indonesia mulai dikenal dan diekspos
melalui berbagai media massa baik lokal maupun internasional yang
mengangkat mengenai diaspora Indonesia di dunia. Awal mula munculnya dan
mencuatnya istilah diaspora Indonesia adalah pada saat dilakukannya Congress
of Indonesian Diaspora pertama di Los Angeles, Amerika Serikat pada bulan
Juli 2012. Diaspora mulai menjadi isu yang ditanggapi serius oleh pemerintah
Indonesia, baik dalam kekuasaan eksekutif maupun kekuasaan legislatif. Isu
diaspora memang saat ini masih menjadi pembahasan politik
9 Syaidin Simbolon, Kewarganegaraan Ganda Yang Dianut Oleh RRC,
http://rajawalinews.com/8066/kewarganegaraan-ganda-yang-dianut-oleh-rrc/, diakses pada tanggal
20 September 2015.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
dikalangan kekuasaan Legiaslatif, isu yang dibicarakan hanya mengenai
potensi yang diberikan diaspora Indonesia yang memegang paspor Indonesia
diluar negeri yang memberikan kontribusi penerimaan devisa negara sekitar 7,
1 Miliar dollar Amerika Serikat ( sekitar 70 triliun rupiah) per tahun berupa
Remittance yang dikirim oleh sekitar 2,5 juta Tenaga Kerja Indonesia (World
Bank, 2011).10 Kemudian isu diaspora diperkuat oleh Dino Patti Djalal yang
pada saat tahun 2010 – 2013 menjadi Duta Besar Indonesia di Washington DC,
Amerika Serikat. Dino Patti Djalal mengatakan dalam tulisan yang dimuat
dalam kolom Media Massa Kompas dengan judul “Diaspora Indonesia”
tanggal 2 Juli 2012 sebagai berikut :
“ Diaspora Indonesia mancakup setiap orang Indonesia yang berada di luar
negeri, baik yang berdarah maupun yang berjiwa Indonesia, apapun
status hukum, bidang pekerjaan, latar belakang etnis dan kesukuannya
dan tidak membedakan antara pribumi maupun nonpribumi. Ciri
Diaspora Indonesia dijabarkan setiap orang yang berada di luar negeri
dan memegang paspor Indonesia, setiap orang yang berdarah Indonesia
dan bukan Warga Negara Indonesia, orang Indonesia yang menikah
dengan bangsa asing, maupun yang bukan orang Indonesia sama sekali –
baik ikatan darah maupun kewarganegaraan – namun memiliki
kepedulian dan ikatan batin dengan Indonesia.”
Dengan jumlah Diaspora Indonesia yang mencapai 6-8 Juta berdasarkan
pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia diatas, maka efek atas permintaan
kebutuhan materiil maupun immateriil secara politik dan hukum menjadikan
pemerintah sebagai penentu kebijakan memberikan fokusnya terhadap
keinginan – keinginan yang disuarakan para diaspora Indonesia tersebut. Rasa
cinta terhadap Indonesia serta rasa pamrih yang telah diberikan kepada
10 Ibid., hlm. iii.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Indonesia menjadi latar belakang munculnya desakan pemberian dwi
kewarganegaraan bagi diaspora Indonesia di berbagai belahan dunia. Dari
pernyataan Dino Patti Djalal yang dimuat dalam kompas tanggal 17 Mei 2012
dinyatakan bahwa “pada tahun ini tercatat ada 150.000 orang Indonesia di
Amerika Serikat, mereka tersebar diberbagai kota, mulai dari Washington DC,
New York, Boston, Houston, Chicago, Los Angeles, sampai San Fransisco.
Dari data yang dikemukakan Oleh United Nations, Department of Economics
and Social Affairs, Population Division (2013). Trends in International
Migrant Stock : Migrants by Destination and Origin tentang Indonesian-Born
Population Overseas menjumlahkan besaran perkiraan sebaran orang
kelahiran Indonesia diseluruh dunia yaitu sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah Besaran Orang Kelahiran Indonesia11
Wilayah Jumlah
Amerika Utara 124.117
Amerika Latin dan Karibia 1.898
Eropa 185.512
Afrika 22.855
Asia 2.558.631
Ocenia dan Pasifik 99.537
Total 2.992.550
Pergerakan demi pergerakan telah terjadi dalam menyuarakan pemberian
dwikewarganegaraan bagi para diaspora Indonesia diluar negeri, dalam suatu
artikel yang memuat tentang keuntungan – keuntungan negara – negara yang
telah merubah asas kewarganegaraannya menjadi dwikewarganegaraan (dual
11 Imelda Bachtiar, Op. Cit., hlm. 16.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
citizenship), antara lain adalah bukti kenaikan Pendapatan Produk Domestik
Bruto (PDB). PDB ialah nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya
per tahun)12, adapun negara – negara dimaksud antara lain13 :
1. Ghana (Negara kecil di Afrika) – kenaikan sekitar $4-8 milyar per tahun;
2. India di tahun 2009 – tercatat kenaikan sekitar $35-$40 milyar per tahun.
Jumlah tersebut sekitar 35% dari total PDB India;
3. Jamaica – mengalami kenaikan sekitar 40% total PDB per tahun;
4. Sri Lanka juga telah mengikuti Kewarganegaraan Ganda dan
mengabulkannya pada tanggal 17 may 2012 dan saat ini sudah menunjukkan
kenaikan sekitar 5% total PDB per tahun;
5. Zambia – mengalami kenaikan sekitar 7.1% total PDB per tahun;
6. Haiti – mengalami kenaikan sekitar 23% total PDB per tahun;
7. Pakistan – mengalami kenaikan sekitar 20% total PDB per tahun.
Data tersebut merupakan suatu penyajian data secara ilmiah yang
menyatakan bahwa suatu kebijakan tentang sistem hukum kewarganegaraan
yang menganut dwikewarganegaraan merupakan hal yang membawa
keuntungan terhadap bangsa dan negara melalui sektor ekonomi. Kemudian
muncul suatu pergerakan dengan menggunakan pemberian petisi secara
elektronik dalam laman http://www.petisidkindonesia.com/ dengan jumlah
petisi sebanyak 6000 petisi yang telah diserahkan kepada Wakil Ketua DPR
RI. Dalam laman tersebut dipampang secara jelas mengenai visi dan misi para
diaspora Indonesia, antara lain dikatakan bahwa misinya ialah “Diaspora
Indonesia tetap menjadi bagian, dan mempertahankan hubungan yang kuat
12 Wikipedia, Produk domestik bruto, https://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto,
diakses pada tanggal 12 September 2015. 13 Renny Damayanti Mallon, Kenaikan PBD Sejak Diberlakukannya Dwi Kewarganegaraan
di Beberapa Negara, http://www.petisidkindonesia.com/kenaikan-pbd-sejak-diberlakukannya-dwi-
kewarganegaraan-di-beberapa-negara/, diakses pada tanggal 12 September 2015.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
dengan negara Indonesia. Ini dilakukan baik secara sosial dan budaya maupun
sebagai salah satu aktor dalam memajukan ekonomi, bisnis, pendidikan,
kesehatan, dan teknologi di Indonesia; serta meningkatkan hubungan bilateral
antara Indonesia dengan negara dimana mereka berdomisili”, kemudian misi
para diaspora Indonesia ialah “Mendapatkan Dwi Kewarganegaraan Indonesia
sesuai dengan Hukum Hak Asasi Manusia yang diakui secara Internasional dan
memelihara serta menjaga rasa cinta terhadap Indonesia untuk generasi-
generasi selanjutnya”.14 Diterangkan bahwa merubah sistem hukum
kewarganegaraan Indonesia menjadi dwikewarganegaraan memiliki 2 (dua)
sisi yang berbeda, Pro dan Kontra, antara lain :15
1. Pro :
o Pemegangnya mempunyai kesempatan untuk bekerja, membangun karir,
dan membuka usaha di negara tempat ia tinggal;
o Penyatuan keluarga;
o Kemudahan perjalanan;
o Brain circulation and asset circulation
o Promosi pembangunan ekonomi dan investasi negara jangka panjang
melalui brain circulation, potensi u-turn migration, dan asset/networks
circulation
2. Kontra:
o Kewajiban ganda dalam hal pajak, pelayanan militer, namun hal ini
biasanya diselesaikan melalui perjanjian bilateral;
o Berpotensial untuk membuat migran bingung, yang berakibat pada
rendahnya tingkat partisipasi dalam segala bidang (Yang, 1994);
o Potensi mensponsori orang lain untuk bermigrasi lebih besar;
o Loyalitas yang terbagi pada negara asal dan negara baru.
14 http://www.petisidkindonesia.com/category/artikel-indonesia/, diakses pada tanggal 12
September 2015. 15 Nuning Hallet, Prinsip dasar Dwi Kewarganegaraan (DK),
http://www.petisidkindonesia.com/prinsip-dasar-dwi-kewarganegaraan-dk/, diakses pada tanggal
12 September 2015
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Dari seluruh data yang disajikan diatas, timbul permasalahan ketika
ditautkan pada pertanyaan bagaimana status kewarganegaraan mereka dilihat
dari perspektif norma hukum kewarganegaraan di Indonesia apabila terdapat
desakan terhadap pemerintah Indonesia bagi mereka yang telah kehilangan
kewarganegaraan Indonesia-nya akan tetapi berharap mendapatkan kembali
kewarganegaraan Indonesia tanpa melepaskan kewarganegaraan asing-nya
(dwikewarganegaraan). Jauh sebelum munculnya isu hukum tentang diaspora
Indonesia, Isu dwikewarganegaraan di Indonesia mulai dikenal pada saat
dilakukannya perjanjian Dwikewarganegaraan oleh Republik Indonesia
dengan RRT yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958
tentang Persetujuan Antara Republik Indonesia Dan Republik Rakyat
Tiongkok Mengenai Soal Dwikewarganegaraan yang disetujui pada tanggal 11
Januari 1958. Peraturan hukum pertama Republik Indonesia yang mengatur
perihal kewarganegaraan diatur dalam ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 3 tahun 1946 tentang Warganegara dan penduduk Indonesia. Kemudian
setelah masa kemerdekaan, dalam konferensi antara Indonesia dengan Belanda
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 27 desember 1949 disepakati
beberapa hal mengenai warga negara, antara lain adalah :16
1. Orang Belanda yang tetap berkewargaan Belanda, tetapi terhadap
keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6
bulan sebelum 27 desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat
memilih kewarganegaraan Indonesia yang disebut juga “Hak Opsi” atau hak
untuk memilih kewarganegaraan;
2. Orang – orang yag tergolong kawula Belanda (orang Indonesia asli) berada
di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak tinggal
16 Asas Kewarganegaraan, https://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2014/05/04/bab-i-
asas-kewarganegaraan/, diakses pada tanggal 12 September 2015.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
di Suriname / Antiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda dan dapat
memilih kewarganegaraan Indonesia;
3. Orang – orang Eropa dan Timur Asing, maka terhadap mereka dua
kemungkinan yaitu: jika bertempat tinggal di Belanda, maka dtetapkan
kewarganegaraan Belanda, maka yang dinyatakan sebagai WNI dapat
menyatakan menolak dalam kurun waktu 2 tahun;
4. Berdasarkan undang – undang nomor 62 tahun 1958.
Sebelum adanya Konferensi Meja Bundar, Presiden membuat suatu aturan
hukum yang mendefinisikan seseorang yang dimaksud sebagai warga Negara
Indonesia adalah sebagai berikut :17
a. Orang yang aseli dalam daerah Negara Indonesia;
b. Orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut diatas akan tetapi turunan
dari seorang darigolongan itu, yang lahir dan bertempat kedudukan dan
kediaman di dalam daerah NegaraIndonesia, dan orang bukan turunan dari
golongan termaksud, yang lahir dan bertempatkedudukan dan kediaman
selama sedikitnya 5 tahun berturut-turut yang paling akhir di dalamdaerah
Negara Indonesia, yang telah berumur 21 tahun, atau telah kawin, kecuali
jika iamenyatakan keberatan menjadi Warga Negara Indonesia karena ia
adalah warga negaraNegeri lain;
c. Orang yang mendapat kewargaan Negara Indonesia dengan cara
naturalisasi;
d. Anak yang sah, disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh bapanya,
yang pada waktulahirnya bapanya mempunyai kewargaan Negara
Indonesia;
e. Anak yang lahir dalam 300 hari setalah bapanya, yang mempunyai
kewargaan NegaraIndonesia, meninggal dunia;
f. Anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah, yang pada waktu
lahirnya ibunyamempunyai kewargaan Negara Indonesia;
g. Anak yang diangkat dengan cara yang sah oleh seorang Warga Negara
Indonesia;
h. Anak yang lahir di dalam daerah Negara Indonesia, yang oleh bapaknya
ataupun oleh ibunya tidak diakui dengan cara yang sah;
Berbicara tentang pengertian tersebut, maka kita berbicara tentang suatu
norma hukum yang mengikat dalam hal kewarganegaraan. Hukum memiliki
definisi sendiri, definisi hukum sendiri Menurut Jan Gijssels dan Mark Van
17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1946 Tentang Warga Negara dan
Penduduk Negara Indonesia.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Hoecke, adalah hukum sebagai lembaga normatif adalah merupakan bagian
dari proses sosial yang lebih besar dan dengan demikian merupakan penekanan
dari hubungan-hubungan yang berlangsung dalam masyarakat. Hukum tidak
otonom. Analisis mengenai isi ideologi dari hukum merupakan salah satu topik
sentral teori hukum dewasa ini.18 Artinya suatu aturan hukum yang terbentuk
merupakan suatu proses bagaimana masyarakat memandang suatu
kesepahaman sikap, tindakan dan cara sehingga menciptakan aturan yang
disetujui secara bersama (komunal). Sehingga, Hukum positif negara harus
dibentuk melalui proses yang cukup panjang serta menyelaraskan kesepakatan
bersama masyarakat itu sendiri. Hukum wajib memberikan keamanan dan
kenyamanan atas intuisi kebersamaan masyarakat secara mayor. Satjipto
Rahardjo mengatakan bahwa konsep tentang orang dalam hukum memegang
kedudukan sentral, oleh karena semua konsep yang lain, seperti hak,
kewajiban, penguasaan, pemilikan, hubungan hukum dan seterusnya, pada
akhirnya berpusat pada konsep mengenai orang ini. Orang inilah yang menjadi
pembawa hak, yang bisa dikenai kewajiban dan seterusnya, sehingga tanpa ia
semuanya tidak akan timbul.19 Oleh karenanya, diaspora Indonesia memiliki
kedudukan dan status dalam hubungannya secara batiniyah dengan Indonesia
dapat mendorong pergerakan perubahan Undang-Undang Kewarganegaraan
Indonesia yaitu Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang
18 Satjipto Rahardjo, 2010, Sosiologi Hukum (Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah),
Genta Publishing, Yogyakarta, hlm. 74. 19 Satjipto Rahardjo, 2012, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 66.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
Kewarganegaraan yang masih menganut sistem kewarganegaraan tunggal
menjadi sistem kewarganegaraan dwikewarganegaraan.
Hukum kewarganegaraan Indonesia dari masa ke masa hingga sampai saat
ini telah mengalami banyak perubahan. Peraturan yang telah lahir mengenai
kewarganegaraan sejak era pasca kemerdekaan antara lain Undang-undang No.
3 tahun 1946 tentang Warganegara dan penduduk Indonesia sebagaimana telah
diubah melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 yang secara eksplisit
merubah perihal siapakah warga negara Indonesia, kemudian lahir Undang-
Undang Nomor 2 tahun 1958 tentang Persetujuan antara RI-RRT mengenai
Dwi kewarganegaraan dimana secara garis besar mengatur antara
kewarganegaraan Indonesia atau Cina kemudian dicabut dengan Undang-
Undang Nomor 4 tahun 1969, lalu dibuat Undang-Undang No. 62 tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Indonesia yang secara garis besar mengatur
mengenai ketentuan-ketentuan siapa yang menjadi warga negara
Indonesia,status anak dan cara-cara kehilnagan kewarganegaraan, lalu pada
tahun 1976 dibuat Undang-Undang Nomor 3 tahun 1976 tentang Perubahan
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Secara garis besar diatur melalui Pasal 17 huruf k Undang-
Undang Nomor 62 tahun 1958 memberikan kewajiban bagi warganegara RI
yang bertempat tinggal di luar negeri lain daripada untuk menjalankan dinas
negara, guna menyatakan keinginan untuk tetap menjadi warga negara
Republik Indonesia dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yang pertama dan
selanjutnya untuk setiap 2 (dua) tahun. Sehingga pada saat ini, segala hal yang
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
mengatur perihal kewarganegaraan diatur dalam ketentuan – ketentuan Undang
– Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan sebagaimana
yang telah dijelaskan diatas.
Permasalahan diaspora Indonesia tidak akan jauh terlepas tentang
bagaimana peraturan serta sistem hukum kewarganegaraan yang Indonesia
jalankan dan diberlakukan. Keinginan diaspora yang dinyatakan oleh para
diaspora dalam Congress of Indonesia Diaspora pertama di Los Angeles ialah
diubahnya peraturan mengenai kewarganegaraan Indonesia khususnya tentang
pengaturan sistem kewarganegaraan tunggal dengan memasukan ketentuan
mengenai dwikewarganegaraan. Hal tersebut dilakukan dikarenakan diasora
Indonesia menganggap bahwa keberadaan mereka di luar negeri akan
membawa nama baik dan keuntungan – keuntungan lainnya bagi Indonesia
seperti telah disebutkan penulis diatas, di ajang internasional baik dari segi
pemikiran, modal, jaringan dan sebagainya. Keadaan dan desakan untuk
memasukan dwikewarganegaraan bagi para diaspora Indonesia memiliki
dampak positif dan negatif bagi negara Indonesia. Perdebatan lahir diseputaran
dampak – dampak positif dan negatif bagi Indonesia dengan merubah sistem
hukum kewarganegaraan Indonesia yang menganut asas kewarganegaraan
tunggal, dengan beberapa pengecualian untuk kewarganegaraan ganda terbatas
menjadi dwikewarganegaraan.
Sistem kewarganegaraan Indonesia dalam Undang – Undang Nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan belum mengatur perihal
dwikewarganegaraan, asas yang masih digunakan adalah asas
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
kewarganegaraan tunggal. Pemberian dwikewarganegaraan bagi para diaspora
Indonesia tentu membawa berbagai polemik dan keuntungan bagi bangsa.
Disatu sisi sebagai suatu polemik ialah apabila Indonesia mengusung sistem
hukum kewarganegaraan dengan sistem dwikewarganegaraan maka tidak
adanya lagi rasa nasionalitas dan cinta tanah air oleh para pemegang
dwikewarganegaraan, dilain sisi dwikewarganegaraan sedikit banyak
memberikan negara Indonesia pendapatan dari sektor ekonomi. Permasalahan
lainnya yang penulis kutip dari media massa elektronik ialah penyataan
Menteri Hukum dan HAM, Bapak Yasonna Laoly yang mengatakan bahwa
“Resistensi dilatarbelakangi oleh berbagai alasan. Dari segi keamanan ada
kekhawatiran bahwa kewarganegaraan ganda bisa mendatangkan potensi
bahaya bagi Indonesia. "Teman-teman dari Polri dan BIN memandangnya dari
aspek keamanan”.20 Hal – hal yang diterangkan diatas menjadikan dasar
penulis melakukan penelitian ini.
Permasalahan berikutnya adalah apabila kebijakan pemerintah yang tidak
mengakomodir dwikewarganegaraan dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia,
dimana Pemerintah Republik Indonesia tidak mengakomodir sistem
kewarganegaraan dengan asas kewarganegaraan ganda. Kemudian selain hal
itu, permasalahan berikutnya adalah tentang bagaimana kedaulatan suatu
negara apabila diberlakukan sistem kewarganegaraan ganda di Indonesia.
20 Triono Wahyu Sudibyo, Jalan Panjang Mengupayakan Dwi Kewarganegaraan Indonesia,
http://news.detik.com/berita/2921957/jalan-panjang-mengupayakan-dwi-kewarganegaraan-
indonesia, diakses pada tanggal 12 September 2015.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
B. Perumusan Masalah
Pada umumnya, penelitian dilakukan guna mencapai sasaran tertentu.
Suatu penelitian bisa mempunyai kegunaan praktis jika masalah penelitian
yang dipilihnya adalah yang berkenaan dengan yang dijumpai peneliti dalam
lingkungan di mana seseorang hidup. Masalah yang dimaksud dalam konteks
ini ialah sesuatu hal yang dianggap negatif berdasarkan ukuran tertentu.21
Dalam ilmu hukum, kajian terhadap penerapan aturan hukum yang didukung
oleh teori dan konsep-konsep di bidang hukum dihadapkan pada fakta hukum
yang memunculkan ketidakpaduan antara kajian teoritis dengan dengan
penerapan hukum positif tersebut. Ketidakpaduan antara keadaan yang
diharapkan (das sollen) dengan kenyataan (das sein) menimbulkan tanda
Tanya normatif.22 Oleh karena hal-hal tersebut diatas yang telah diterangkan,
maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kedudukan dan status hukum diaspora dalam sistem hukum
kewarganegaraan di Indonesia ?;
2. Apakah dimungkinkan diaspora Indonesia diberikan dwi kewarganegaraan
? Apakah kendala dan permasalahan dalam memberikan dwi
kewarganegaraan ?.
21 Juliansyah Noor, 2011, Metode Penelitian-Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah,
Kencana, Jakarta, hlm. 26. 22 Johnny Ibrahim, 2005, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, hlm. 225.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dikaitkann dengan rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Meneliti, mempelajari dan menganalisis guna mengetahui serta menjawab
pertanyaan tentang bagaimanakah status dan kedudukan hukum diaspora
dalam sistem hukum kewarganegaraan di Indonesia;
2. Meneliti, mempelajari dan menganalisis apakah dimungkinkan atau tidak
diaspora Indonesia diberikan dwikewarganegaraan dalam sistem hukum
kewarganegaraan Indonesia. Serta untuk mengetahui apakah kendala dan
permasalahan Indonesia dalam memberikan dwikewarganegaraan dan
mengetahui rumusan peraturan perundang – undangan tentang
dwikewarganegaraan.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk
memperkaya ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum dibidang
Kewarganegaraan yang terkait pengaturan dwikewarganegaraan bagi
diaspora serta sebagai referensi atau rujukan penelitian berikutnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran
kepada dunia praktisi, bagi Pemerintah sebagai pengambil keputusan
(regulation maker) dalam menentukan status dan kedudukan diaspora
sebagai bahan referensi pengambilan keputusan atau pembuatan peraturan
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
perundang - undangan terkait sistem hukum kewarganegaraan di Indonesia,
khususnya dwikewarganegaraan.
E. Keaslian Penelitian
Penulis menyatakan dalam bagian yang tidak terpisahkan dari penelitian
ini, bahwa data-data dan penulisan ini dibuat dan dikutip berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri. Penulisan tentang diaspora dan
kewarganegaraan memang telah banyak dilakukan oleh para penulis
sebelumnya, akan tetapi rumusan masalah dan pembahasan yang penulis teliti
berbeda secara substansi dan materi dari penelitian – penelitian terdahulu.
Apabila penulis mengutip teori-teori dari referensi yang terkait dengan
pembahasan ini, maka penulis akan menyebutkan sumber atau penulis teori
tersebut, baik berupa literatur buku maupun dari sumber lainnya seperti internet
dan sebagainya.
Penulis mengetahui bahwa terdapat penelitian oleh peneliti sebelumnya
yang membahas perihal diaspora dan kewarganegaraan akan tetapi penelitian
– penelitian tersebut mengambil judul “diaspora orang Minangkabau di
Yogyakarta” yang diteliti oleh saudari Yuhastina. Kemudian terdapat
penelitian yang diteliti oleh Yuanita Aprilandini Siregar dengan judul
“Diaspora India : Studi tentang Identitas, Etnisitas dan Jaringan Sosial
Komunitas Peranakan Muslim India-Pakistan di Perkotaan”, kemudian dari
referensi – referensi berupa literatur buku juga telah banyak mengemukakan
tentang diaspora dan kewarganegaraan. Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan diatas, penulis menegaskan hasil penelitian tersebut berbeda baik
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
judul maupun substansinya dengan penelitian yang sedang penulis lakukan saat
ini.
Sejauh ini sepengetahuan penulis, belum ada penulisan tesis yang dalam
pembahasannya sama persis seperti yang penulis teliti, namun apabila
dikemudian hari diketahui bahwa ternyata terdapat penelitian yang
mengangkat judul dan substansi yang sama dengan apa yang sedang penulis
teliti saat ini, maka penulis mengharapkan bahwasanya penelitian ini ditujukan
sebagai penelitian yang menyempurnakan serta melengkapi penelitian
sebelumnya.
KEDUDUKAN DAN STATUS HUKUM DIASPORA DALAM SISTEM HUKUM KEWARGANEGARAAN DIINDONESIAIKHWAN IZZANUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
top related