bab i pendahuluan a. latar belakang - portal...
Post on 09-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan seni dan desain era sekarang yang lebih cair dan tanpa batas
telah menjadi tantangan baru dalam desain tekstil. Desain tekstil tidak lagi berkutat
dengan olahan motif konvensional seperti dahulu, tetapi sekarang lebih berani
menggabungkan praksis artistik lain seperti seni lukis, seni grafis, fotografi, dan
juga eksperimen visual lewat pengolahan digital (Goode dan Townsend, 2011).
Perkembangan-perkembangan tersebut telah merombak industri tekstil dan berhasil
mewadahi kebutuhan pasar akan ide-ide kreatif untuk memenuhi kebutuhan tekstil
masa kini yang kian baragam.
Perkembangan konsep di atas sejalan dengan kemajuan teknologi dan
perkembangan aspirasi konsumen masa kini. Perkembangan tersebut membuka
berbagai peluang baru dalam dunia pembuatan produk tekstil, tidak terkecuali batik
yang seiring waktu menjadi sebuah produk yang mengikuti dinamika selera modern
dan teknologi (Asti dkk., 2011). Batik berkembang dinamis dengan
mempertimbangkan perkembangan resepsi pengguna batik (konsumen) era
sekarang yang bisa menerima keragaman visual batik dan memiliki kecintaan
terhadap citarasa visual dan penghargaan terhadap ekspresi yang unik dan relevan
dengan gaya hidup masa kini (Setyawan, dkk, 2013).
Perancangan batik tulis bertema bahari dengan gaya doodle ini didorong
oleh beragam perkembangan di atas. Batik tulis yang dikembangkan adalah batik
2
tulis kreasi baru (batik modern, batik kontemporer) agar bisa mewadahi ekspresi-
ekspresi kebaharuan seperti doodle. Batik kreasi baru sendiri adalah batik yang
berkembang dari segi gaya, motif, serta pengembangan teknik-teknik batik. Motif
dan isen tergantung kepada si pencipta. Satu hal yang menjadi ciri batik kreasi baru
tidak memiliki keterkaitan dengan tradisi tertentu (Sewan,1980). Mengambil
garapan batik kreasi baru juga mempertimbangkan pemikiran Biranul Anas dkk,
batik kreasi baru mampu menjawab tuntutan zaman yang menuntut sesuatu
mengandung kebaruan, mempunyai karakter khusus (unik), dan sesuai dengan
semangat zaman mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai
oleh kesementaraan atau trend (Anas, dkk, 1997).
Batik kreasi baru menjadi pijakan utama perancangan ini karena batik kreasi
baru (batik kontemporer) membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam batik
dari segi visual dan semangat penciptaan yang tidak terkungkung oleh batasan-
batasan yang selama ini dianggap pakem dalam batik. Pemilihan tema bahari karena
kekayaan laut Indonesia memiliki potensi yang luar biasa baik dari segi
keberagaman hasil laut maupun kuantitas yang dihasilkan. Secara historis kekayaan
bahari juga telah mewarnai kasanah tekstil tradisi Indonesia, dalam hal ini batik.
Batik pesisiran yang berkembang di daerah seperti Kudus, Pekalongan, Gresik,
Lasem, dan Cirebon banyak mengolah kekayaan bahari untuk motif batik.
Gaya visual doodle dipilih untuk mengembangkan batik kreasi baru karena
secara visual doodle bisa memberi gaya baru dalam corak dan motif batik. Doodle
dalam bahasa Indonesia berarti mencoret. Visual doodle yang simple, spontan, dan
mengandalkan garis-garis yang repetitif dalam bidang gambar maupun background
sangat tepat dijadikan motif batik. Dari segi visual dan estetis, doodle untuk motif
3
batik menawarkan visual unik berupa alur-alur garis ritmis dan repetitif yang dapat
memberikan efek ilusif bagi yang melihat maupun yang memakainya. Selama ini
belum ada batik kreasi baru yang mengolah visual doodle sebagai motif batik.
Pemilihan gaya visual doodle untuk motif batik bisa menjadi kekuatan
desain dan nilai diferisiansi produk pada perancangan ini. Muara dari perancangan
ini adalah membuat produk batik kreasi baru yang mengedepankan inovasi,
kompetitif, dan mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai
oleh kesementaraan (trend). Mengingat persaingan di dunia tekstil makin terbuka,
usaha dibidang batik harus berani memunculkan diversifikasi produk inovatif. Agar
lebih fokus maka perancangan ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tekstil
untuk fesyen remaja putri. Pemilihan pasar remaja ini dengan pertimbangan remaja
lebih dinamis, selalu up to date akan hal-hal baru, dan bisa menerima perubahan-
perubahan secara cepat.
B. Studi Pustaka
Selama ini motif batik batik yang mengambil tema bahari sudah banyak
ditemui. Garapan motif batik bertema bahari tersebut banyak berkembang di
daerah-daerah yang memunculkan batik pesisir. Namun, batik bertema bahari
dengan gaya visual doodle belum ada yang mengeksplorasi maupun mengadopsi
menjadi motif batik. Dalam studi pustaka ini akan dipilih beberapa tulisan dari hasil
penelitian berupa buku, jurnal penelitian, maupun tulisan ilmiah lain yang
berhubungan dengan doodle, batik, dan tema bahari dalam batik baik yang dicetak
maupun yang berada di website.
4
1. Batik Tulis
Keindahan tekstil tradisional Indonesia telah menarik perhatian warga
dunia. Dan, salah satu dari produk tekstil tersebut adalah batik. Bila para ahli
membicarakan batik, itu berarti Indonesia atau lebih spesifik lagi, Jawa. Sebagai
teknik menghias, batik bukan hanya ada di Indonesia. Akan tetapi, dunia mengakui
bahwa di Jawa-lah batik mengalami pencanggihan dalam pengolahan corak ragam
hias, teknik pewarnaan, dan teknis pembuatan paling sempurna dibandingkan batik
dari daerah lain (Ninuk, 2000: 236).
Hal yang menarik dari batik yaitu batik mencakup konsep yang kompleks
baik dari segi teknik, estetis, maupun etimologinya. Banyak makna yang bisa
disematkan pada batik sejalan dengan sejarah dan konteks daerah yang
mengembangkannya. Secara etimologi kata “Batik” berasal dari bahasa Jawa. Dari
kata “amba” yang berarti menggambar dan “tik” yang berarti titik. Seperti misalnya
terdapat dalam kata-kata Jawa lainnya,yakni “klitik” (warung kecil), dan “bentik”
(persinggungaan kecil antara dua benda), “klithik” (kutu kecil) dan sebagainya
(Suwarto, dkk, 1998:8). Dalam bahasa Jawa “batik” ditulis dengan “bathik”,
mengacu pada huruf Jawa “tha” yang menunjukkan bahwa batik adalah rangkaian
dari titik-titik yang membentuk gambaran tertentu. Namun sampai saat ini belum
ada kesepakatan tentang apa sebenarnya arti kata batik. Ada yang mengatakan
bahwa sebutan batik berasal dari kata “tik” yang terdapat dalam kata titik, yang
berarti juga tetes. Dan memang, di dalam membuat kain batik dilakukan pula
penetesan malam di atas kain putih (Handayani, 2009).
Sacara istilah batik mencakup bermacam pengertian. Berkaitan dengan
pengertian batik, para seniman batik berlomba-lomba mendeskripsikan batik. Batik
5
adalah cara membuat bahan sandang berupa tekstil yang bercorak pewarnaan
dengan menggunakan lilin sebagai penutup untuk mengamankan warna dari
perembesan warna yang lain didalam pencelupan (Murtihadi, 1979). Batik adalah
suatu kegiatan yang berawal dari menggambar suatu bentuk misalnya ragam hias
di atas sehelai kain dengan menggunakan lilin batik (malam), kemudian diteruskan
dengan pemberian warna (Karmila, 2010). Istilah batik juga bisa mengacu lukisan
atau gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat berupa canting.
Orang melukis atau menggambar atau menulis pada mori memakai canting disebut
membatik. Membatik menghasilkan batik atau batikan berupa macam-macam motif
dan mempunyai sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri (Hamzuri,
1985: VI) .
Pengertian batik juga mencakup dalam proses pembuatannya, Arini dkk
menjelaskan cara pembuatan batik secara garis besar yaitu dengan cara ditulis
dengan canting disebut batik tulis dan batik dengan cara dicetak dengan cap disebut
batik cap (Arini, dkk. 2008). Menurut Ismunandar batik lebih mengacu pada proses
pemberian lilin (malam) batik untuk mencapai pewarnaan tertentu pada bidang kain
(Ismunandar, 1985). Pewarnaan pada latar dilakukan dengan cara celupan,
sedangkan pada bagian pola dalam beberapa warna dilakukan secara coletan atau
gabungan dari kedua cara pewarnaan tersebut (Wulandari, 2011).
Kekhasan batik tulis adalah kerumitan yang menuntut tingkat ketelitian
dan kesabaran yang sangat tinggi. Bukan hanya dalam hal kerumitan gambar,
namun proses pengerjaannya yang sifatnya bertingkat-tingkat dan berlapis-lapis
juga menjadi kerumitan tersendiri. Semua proses yang ada di dalam batik
menyimpan pengetahuan-pengetahuan khas yang diturunkan dari ingatan
6
keingatan. Kenyataan inilah yang membuat batik begitu manusiawi, semua
keindahannya datang dari sanubari manusia, roh yang tak tertirukan oleh mesin
tercanggih sekalipun. Setiap lembar kain batik yang dihasilkan mempunyai makna
dan filosofi tersendiri. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar
belakang kebudayaan, kepercayaan, adat-istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam
lingkungan, cita rasa, tingkat keterampilan dan lain-lain. Makna yang terkandung
dalam batik inilah yang menjadikan batik sebagai wahana untuk menanamkan nilai-
nilai luhur, doa, harapan, dan ungkapan kasih (Herawati, 2010).
Industri batik di Indonesia secara tidak langsung telah muncul sejak
adanya tradisi membatik di Nusantara. Lewat perjalanan yang panjang, industri
batik Indonesia tetap eksis hingga sekarang. Bahkan dengan adanya pengukuhan
dari PBB bahwa batik adalah warisan budaya dunia asli dari Indonesia, muncul
semangat baru untuk melestarikan dan mengembangkan batik (Wulandari, 2011).
Batik tidak lagi sekedar masalah produk tradisi dalam arti sempit, namun batik juga
menyangkut permasalahan menciptakan berbagai peluang pengembangan gagasan,
nilai, identitas, praktek, dan arah perubahan sosial, Iptek dan media-media baru
(Ninuk, 2000). Dalam arus perubahan ini, batik perlu dikembangkan sesuai dengan
konteks perkembangan zaman. Langkah pengembangan ini perlu agar batik tidak
sekedar menjadi warisan tradisi masa lampau yang menjadi fenomena residual,
anakronisme, dan perlahan-lahan akan punah (Walker, 2010).
Kain batik adalah kain tradisional di pulau Jawa yang cukup populer
dibandingkan dengan kerajinan tekstil tradisional Indonesia lainnya. Motif-motif
batik tradisonal pada awalnya mendapat pengaruh dari luar, terutama daerah pesisir
utara, seperti Kudus, Pekalongan, Gresik , Lasem, Cirebon dan daerah-daerah lain
7
sehingga muncul batik pesisir. Dengan motif-motif batik ini, dapat memperkaya
batik Indonesia. Batik kita kaya motif, kaya warna. Salah satu penyumbang budaya
yang memberi warna warni pada batik adalah budaya yang dibawa bangsa Cina.
Lalu lintas perdagangan antar benua pada akhirnya membawa pengaruh budaya.
Para pedagang dari Cina yang kemudian menetap di Jawa berhasil mengembangkan
bisnis mereka, dan salah satu bidang usaha yang mereka tangani ialah pertekstilan
(Jusuf, 2010).
2. Motif Batik dan Perkembangannya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia motif adalah pola, corak hiasan
yang indah pada kain, bagian rumah dan sebagainya. Bagian-bagian bentuk,
berbagai macam garis/elemen, yang terkandung begitu kuat dipengaruhi oleh
bentuk-bentuk stilisasi alam, benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri. Untuk
batik, motif adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan
(Susanto, 1980). Motif merupakan corak, ragam yang mempunyai ciri tersendiri
yang menghiasi kain batik. Pengertian motif batik adalah kerangka gambar yang
mewujudkan batik secara keseluruhan (Riyanto, 1997).
Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai
macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh
bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri. Setiap motif
dibuat dengan berbagai bentuk dan dasar atau berbagai macam gaya, misalnya garis
berbagai segi (segitiga, segiempat), garis ikal atau spiral, melingkar, berkelok-kelok
(horizontal dan vertikal), garis yang berpilin-pilin dan saling jalin-menjalin, garis
yang berfungsi sebagai pecahan (arsiran) yang serasi, garis tegak, miring, dan
sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa motif adalah dasar dari penciptaan suatu
8
bentuk ornamen penghias baik pada benda fungsional maupun non fungsional
kedalam bidang maupun ruang (Suhersono, 2004).
Menurut Sewan Susanto (1980) susunan motif batik memiliki unsur-unsur
tersendiri yang dibagi menjadi dua bagian utama yaitu:
Pertama Ornamen motif batik, hal ini dibedakan lagi atas ornamen utama
dan ornamen pengisi bidang atau ornamen tambahan. Ornamen utama adalah suatu
ragam hias yang menentukan motif tersebut. Ornamen-ornamen utama ini
mempunyai arti tersendiri, sehingga susunan ornamen utama dalam suatu motif
membuat jiwa atau arti dari pada motif itu. Sedangkan ornamen tambahan tidak
mempunyai arti dalam pembentukan motif dan fungsi sebagai pengisi bidang.
Kedua, Isen-isen Motif Batik, Isen-isen motif berupa titik-titik, garis-
garis, gabungan titik dan garis, yang berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen
dari motif atau mengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Tetapi sering
kali kita dapati bahwa pada suatu motif, tidak dapat dibedakan mana yang ornamen
utama dan mana yang ornamen tambahan sehingga hanya mempunyai susunan
yang indah saja dan tidak mempunyai jiwa yang mendalam.
Pola atau motif batik Indonesia dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pola,
yaitu:
1) Unsur-unsur pokok pola, berupa gambar-gambar bentuk tertentu, bisa
di sebut ornamen. Karena merupakan unsur pokok, maka disebut
dengan ornamen pokok.
2) Biasanya dalam pola terdapat gambar-gambar yang dibuat untuk
mengisi bidang, bentuknya lebih kecil dan tidak turut membentuk arti
atau jiwa pola tersebut, ini biasa disebut dengan ornamen pengisi.
9
3) Untuk memperindah pola secara keseluruhan, baik ornamen pokok
maupun ornamen pengisi diberi hiasan yang berupa titik-titik, garis-
garis, gabungan titik dan garis, yang disebut isen. Biasanya isen dalam
seni batik mempunyai bentuk dan nama tertentu, sedang jumlahnya
banyak sekali. Diantaranya terdapat yang tinggal nama saja artinya
sudah jarang dijumpai dalam susunan motif batik. Bentuk-bentuk isen
yang masih banyak dijumpai dalam motif-motif berkembang sampai
saat ini, antara lain: cecek-cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek-sawut,
cecek sawut daun, harangan, sisik, gringsing, sawut, galaran,
rambutan atau rawan, sirapan, cacah gori. (Susanto, 1880).
Dalam perkembangannya apabila ditinjau dari segi gaya, menurut Susanto
(1980), batik terbagi dalam dua jenis yaitu batik gaya klasik dan gaya modern.
Adapun uraian tentang gaya batik adalah sebagai berikut:
1) Gaya Klasik Batik dengan gaya klasik yaitu semua jenis batik yang
semua macam ataupun jenis batik tersebut dengan menggunakan motif
dan mengikuti aturan tertentu dan dengan menggunakan isen-isen
tertentu serta dengan fungsi tertentu pula. Batik klasik ini telah
mencapai puncak perkembangannya pada abad ke 20, 23 adapun batik
yang telah berkembang pada zaman tersebut adalah kawung, semen,
sidoluhur, dan sidomukti.
2) Gaya Modern Batik dengan gaya modern ini selalu mengikuti
perkembangan zaman, sehingga penerapan motif pada batik ini susunan
motifnya tidak terikat pada aturan yang telah berlaku dalam pembatikan
(pakem). Dalam perkembangannya batik mempunyai motif dan
10
susunan yang lebih bervariasi, maka timbullah beberapa jenis batik
dalam batik modern ini antara lain:
a) Gaya Abstrak Dinamis, misalnya menggambarkan burung terbang,
ayam tarung, garuda melayang, ledakan senjata, dan sebagainya.
b) Gaya Gabungan, pengolahan dan stilirisasi ornamen dari berbagai
daerah menjadi suatu rangkaian yang indah.
c) Gaya Lukisan, menggambarkan yang serupa lukisan, serta
pemandangan, bentuk bangunan, dan sebagainya. Diisi dengan isen-
isen yang telah diatur rapi, sehingga menghasilkan suatu hasil yang
seni dan indah.
d) Gaya Khusus dari Cerita Lama, misalnya diambil dari Ramayana
atau Maha Barata. Gaya ini kadang seperti campuran real dan
abstrak (Sewan Susanto 1980).
Dari uraian tersebut diatas batik dapat dilihat dari segi teknik dan gayanya,
akan tetapi batik juga dapat dilihat dari segi sifatnya adalah sebagai berikut:
1) Batik Tradisional Batik tradisional merupakan batik yang dikerjakan
secara turun-temurun, dan dalam proses pembuatannya batik ini
membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada batik tradisional tersebut
susunan motifnya terikat pada suatu ikatan tertentu atau pakem, dan
biasanya mempunyai makna tertentu. Misalnya motif parang,
mempunyai makna bahwa motif parang hanya dipakai oleh golongan
prajurit atau kesatria saja.
2) Batik Modern Batik modern merupakan batik yang telah mengikuti
perkembangan zaman dan dengan model yang selalu mengikuti mode.
11
Batik tersebut berkembang tidak mengikuti aturan pembatikan
melainkan batik dapat berkembang dengan mengikuti selera pasar atau
mode yang sedang berkembang. Adapun susunan motif tersebut tidak
terikat pada aturan tertentu dan penerapannya secara bebas (Susanto,
1980: 15)
Jika dikaitkan dengan bahari, ada pula Batik pesisiran adalah batik yang
berkembang di kawasan Pantai Utara Pulau Jawa. Kemunculannya dengan
membawa ciri yang sangat kuat membuat para pengamat batik di zaman
pendudukan Belanda dengan tegas mengelompokkan batik Jawa menjadi dua, yaitu
batik Vorstenlanden dan batik pesisiran (Kusrianto, 2013).
Gambar 1. Motif Sisik dari Tanjung Bumi.
Koleksi Batik Zulpah berusia lebih dari 62 tahun.
(Sumber : Kusrianto,A. 2013 “Batik : Filosofi, Motif & Kegunaan”)
3. Unsur Desain, Azas Desain, dan Prinsip Desain
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menjelaskan tentang
desain berarti kerangka, bentuk atau rancangan. Secara etimologis kata desain
berasal dari kata designo (Itali) yang artinya gambar (Jervis dalam Sachari, 2002:
12
2). Sedangkan dari bahasa latin berasal dari kata designore, yang artinya membuat
suatu rancangan berupa gambar, sketsa yang melibatkan unsur-unsur visual seperti
garis, bentuk tekstur, warna dan nilai (Prawira, 1989).
Desain adalah penataan atau penyusunan berbagai garis, bentuk, warna,
dan fitur yang diciptakan agar mengandung nilai-nilai keindahan. Jika disimpulkan,
ada 4 bentuk dasar desain , yaitu:
Bentuk alami, bentuk desain ini sangat kuat dipengaruhi oleh bentuk alam
benda, atau bentuk yang bersifat dan berwujud dari alam, yang penggambarannya
sangat serupa dengan objek alam benda seperti daun, buahbuahan, bunga,
tumbuhan, batu, kayu, kulit, awan, pelangi, bintang, bulan, matahari, dan berbagai
figur (binatang dan manusia).
Bentuk dekoratif, bentuk desain yang berbentuk dari alam,
ditransformasikan ke dalam bentuk dekoratif dengan stilasi (gubahan) menjadi
mode dan khayalan (biasanya didukung oleh berbagai variasi serta susunan nuansa
warna yang indah dan serasi).
Bentuk geometris, bentuk desain ini berdasarkan elemen geometris, seperti
persegi panjang, lingkaran, oval, kotak, segitiga, segienam (berbagai segi), kerucut,
jajaran genjang, silinder, dan berbagai garis.
Bentuk abstrak adalah suatu bentuk yang tidak lazim, atau perwujudan
bentuk yang tidak ada kesamaan dari berbagai objek, baik objek alami ataupun
Bentuk Abstrak, bentuk abstrak adalah imajinasi bebas yang terealisasi dari objek
buatan manusia. Dengan kata lain, bentuk abstrak adalah sebuah desain bentuk yang
dibentuk (tidak nyata) (Suhersono, 2004).
13
a. Unsur- unsur Desain
Dalam menggambar motif batik harus mengetahui dahulu apa itu unsur-
unsur desain. Berikut ini unsur-unsur desain diantaranya garis, bidang, bangun,
tekstur, dan warna. unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut yakni:
1) Garis (lines)
Garis merupakan titk-titik yang digabungkan, titik-titik yang dihubungkan
akan membentuk ilusi garis, sedangkan perwujudan garis bermacam dari yang
sederhana dan putus-putus sampai pada yang rumit (Rizali,N. 2013).
Garis merupakan unsur rupa yang terbuat dari rangkaian titik yang terjalin
memanjang menjadi satu (Setyobudi, 2006).
2) Bidang/Bentuk (Form)
Garis yang dihubung-hubungkan akan membentuk suatu daerah yang
disebut bentuk (Rizali, 2013). Segala macam bentuk yang memiliki dimensi
panjang dan lebar dapat disederhanakan sebagai bidang. Sebuah garis yang
bertemu ujung pangkalnya akan membentuk sebuah bidang (Sipahelut, 2004).
Bidang merupakan unsur rupa yang terjadi karena pertemuan dari beberapa garis
(Setyobudi, 2006).
3) Bangun (Shape)
Setiap benda, baik benda alam maupun benda buatan, mempunyai bentuk.
Istilah bentuk dalam bahasa Indonesia dapat berarti bangun (shape). Bangun ialah
bentuk benda yang polos seperti yang terlihat oleh mata (Sipahelut, 2004). Shape
(bidang) yang terjadi: shape yang menyerupai wujud alam (figur), dan shape yang
tidak sama sekali menyerupai wujud alam (non figur). Keduanya akan terjadi
menurut kemampuan senimannya dalam mengolah objek. Didalam pengolahan
14
objek akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan selera maupun latar belakang
sang senimannya. Perubahan wujud tersebut antara lain: stilisasi, distorsi,
transformasi, dan deformasi.
a) Stilisasi
Merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan
cara menggayakan objek dan atau benda yang digambarkan, yaitu dengan cara
menggayakan setiap kontur pada objek atau benda tersebut. Contohnya motif batik,
tatah sungging kulit, lukisan tradisional bali.
b) Distorsi
Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian
karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek
yang digambar.
c) Transformasi
Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian
karakter, dengan cara memindahkan wujud atau figur objek lain keobjek yang
digambar. Penggambaran manusia berkepala binatang pada pewayangan untuk
menggambarkan perpaduan sifat antara binatang dan manusia. Menggambarkan
manusia setengah dewa, semuanya mengarah pada penggambaran wujud untuk
mencapai karakter ganda.
d) Deformasi
Merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi
karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dengan cara menggambarkan objek
tersebut dengan hanya sebagian yang dianggap mewakili, atau penggambilan unsur
15
tertentu yang mewakili karakter hasil interpretasi yang sifatnya sangat hakiki.
Perubahan bentuk semacam ini banyak dijumpai pada seni lukis modern, unsur-
unsur yang dihadirkan merupakan komposisi yang setiap unsurnya menimbulkan
getaran karakter dari wujud ekspresi simbolis (Darsono, 2004).
4) Tekstur
Penampilan yang memberikan arti tersendiri dalam sebuah desain, karena
akan memberikan efek-efek tertentu (Rizali, 2013). Permukaan benda, benda alam
maupun benda buatan, keadaan permukaan benda, tetapi juga menyangkut kesan
yang timbul dalam perasaan dari apa yang terlihat pada permukaan benda
(Sipahelut, 2004).
Tekstur merupakan nilai permukaan suatu benda (halus, kasar, licin, atau
lainnya) (Setyobudi, 2006). Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan, bisa
halus, kassar, licin, dan lain-lain (Nursantara, 2004). Tekstur mempunyai arti nilai
raba suatu permukaan baik benda nyata maupun semu. Tekstur dapat melukiskan
sebuah permukaan obyek/benda, seperti kulit, rambut, kayu plastik, kaca dan bisa
merasakan kasar halusnya, keras lunaknya, teratur tidaknya suatu permukaan obyek
(Purnomo, 2004).
5) Gelap terang
Gelap terang merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan dengan
warna tua dan muda yang disebabkan oleh perbedaan warna atau pengaruh cahaya
(Setyobudi, 2006). Ada pendapat lain dari Nusantara (2004) mengenai gelap terang,
gelap terang terjadi karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh
suatu objek. Suatu objek terbentuk karena adanya gelap terang. Gelap terang
menimbulkan kesan tekstur dan kedalaman.
16
6) Warna
Warna merupakan unsur desain yang paling menonjol. Kehadiran unsur
warna menjadikan benda dapat dilihat, dan melalui unsur warna orang dapat
mengungkapkan suasana perasaan, atau watak benda yang dirancang (Sipahelut
2004).
Warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna). Secara
umum warna dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
Warna pokok/primer dikatakan demikian karena warna ini tidak bisa
didapat dengan mencampurnya, warna primer ada tiga yaitu merah, kuning, biru.
Warna sekunder: warna hasil campuran yang seimbang antara warna
primar dengan warna primer. Warna ungu (violet) campuran dari merah dan biru,
warna orange campuran dari warna merah dan kuning, dan warna hijau
percampuran antara warna kuninng dan biru.
Warna tersier: merupakan hasil campuran warna sekunder dengan warna
primer. Warna merah kebiruan campuran warna merah dengan ungu, warna ungu
kebiruan campuran dari ungu dan biru, warna kuning kehijauan percampuran antara
warna kuning dengan warna hijau, warna merah orange campuran dari warna merah
dan warna orange (Setyobudi 2006).
b. Asas Desain
Berikut ini akan dijelaskan asas desain oleh Darsono (2004: 59-65) sebagai
berikut:
1) Kesatuan (Unity)
Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang
merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam
17
suatu susunan atau komposisi diantara hubungan unsur pendukung karya, sehingga
secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh. Berhasil tidaknya
pencapaian bentuk estetik suatu karya ditandai oleh menyatunya unsurunsur estetik,
yang ditentukan oleh kemampuan memadukan keseluruhan. Dapat dikatakan
bahwa tidak ada komposisi yang tidak utuh (Darsono, 2004: 59).
Kesatuan adalah penyusunan atau pengorganisasian dari unsur-unsur
visual/elemen seni sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan, organik, ada
harmoni antara bagian-bagian dengan keseluruhan (Purnomo, 2004: 58).
2) Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan menurut Darsono (2004: 59) adalah keadaan atau
kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan
seimbang secara visual ataupun secara intensitas kekaryaan.
Keseimbangan adalah stabilitas atau kesan adanya daya tarik yang sama
antara bagian yang satu dengan yang lain tanpa meniadakan aksentuasi/klimaks
atau yang menjadi pusat perhatian pada susunan karya seni (Nursantara, 2007).
Balance adalah seimbang atau tidak berat sebelah. Keseimbangan bisa
didapat dengan menggerombolkan/ mengelompokkan bentuk-bentuk dan warna-
warna disekitar pusat sedemikian rupa sehingga akan terdapat suatu daya perhatian
yang sama pada tiap-tiap sisi dan pusat tersebut (Purnomo, 2004).
Bobot visual ditentukan oleh ukuran, wujud, warna, tekstur, dan kehadiran
semua unsur dipertimbangkan dan memperhatikan keseimbangan. Ada dua macam
keseimbangan yang diperhatikan dalam penyusunan bentuk, yaitu:
18
Keseimbangan Formal (Formal Balance) Keseimbangan formal adalah
keseimbangan pada dua pihak berlawanan dari satu poros. Keseimbangan formal
kebanyakan simetris secara eksak atau ulangan berbalik pada sebelah menyebelah.
Keseimbangan Informal (Informal Balance) Keseimbangan informal
adalah keseimbangan sebelah menyebelah dari susunan unsur yang menggunakan
prinsip susunan ketidaksamaan atau kontras dan selalu asimetris. Keseimbangan ini
mempunyai keunikan yang didasarkan atas perhitungan kesan bobot visual dari
unsur-unsur yang dihadirkan ataupun ukuran bentuk yang dominan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa keseimbangan yaitu persamaan bobot dari unsur-unsur karya.
Secara wujud dan jumlahnya mungkin tak sama, tapi nilainya dapat seimbang.
3) Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan dalam desain pada dasarnya adalah kesederhanaan selektif
dan kecermatan pengelompokan unsur-unsur artistik dalam desain. Adapun
kesederhanaan ini tercakup beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut:
kesederhanaan unsur artinya unsur-unsur dalam desain atau komposisi hendaklah
sederhana, sebab unsur yang terlalu rumit sering menjadi bentuk yang mencolok
dan penyendiri, asing atau terlepas sehingga sulit diikat dalam kesatuan
keseluruhan. Kesederhanaan struktur artinya suatu komposisi yang baik dapat
dicapai melalui penerapan terstruktur yang sederhana, dalam artinya sesuai dengan
pola, fungsi atau efek yang dikehendaki. Kesederhanaan teknik artinya suatu
komposisi jika mungkin dapat dicapai dengan teknik yang sederhana. Kalaupun
memerlukan perangkat bantu, diupayakan untuk menggunakan perangkat apa saja,
bagaimanapun nilai estetik dan ekspresi sebuah komposisi, tidak ditentukan oleh
19
kecanggihan penerapan perangkat bantu teknis yang sangat kompleks kerjanya
(Ahmad Sjafi‟I dalam Darsono, 2004).
4) Aksentuasi (Emphasis)
Desain yang baik mempunyai titik berat untuk menarik perhatian (center
of interest). Ada berbagai cara untuk menarik perhatian kepada titik berat tersebut,
yang dapat dicapai dengan melalui perulangan ukuran serta kontras antara tekstur,
nada warna, garis, ruang, bentuk, atau motif. Susunan beberapa unsur visual atau
penggunaan ruang dan cahaya bisa menghasilkan titik perhatian pada fokus
tertentu. Berbagai macam cara untuk menarik perhatian kepada titik berat suatu
ruang, yaitu dengan beberapa cara. Aksentuasi melalui perulangan, misalnya kain
bermotif dengan beberapa warna hijau, dan biru, didekatkan pada kain polos
berwarna hijau, maka warna hijau dalam kain bermotif akan nampak lebih
menonjol, dan begitupun sebaliknya pada warna biru (Darsono, 2004).
Dengan demikian bahwa perulangan unsur desain dan perulangan warna
dapat memberikan penekanan pada aksentuasi.
c. Prinsip Desain
Hakekat suatu komposisi yang baik, jika suatu proses penyusunan unsur
pendukung motif, senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip komposisi, harmoni,
kontras, keseimbangan, kesatuan, kesederhanaan, aksentuasi, dan proporsi.
Untuk mencapai kesatuan (unity) sebuah desain memiliki kriteria dan
prinsip-prinsip desain antara lain :
1) Irama
Terbentuk karena pengulangan (repetition) dan gerakan (movement).
Pengulangan diwujudkan melalui warna, nada, bidang, garis dan tekstur.
20
Jika bagian-bagian tertentu dihubungkan kembali dengan cara yang
ritmis maka desain akan menghasilkan unity dan keseimbangan pada
sebuah desain. Irama merupakan susunan dalam seluruh desain.
2) Balance
Adalah suatu kondisi atau kesan optis tentang kesan berat, tekanan,
tegangan dan kestabilan. Penciptaan desain dapat diasosiasikan dalam
keseimbangan horizontal, vertikal dan radikal. Faktor atau variabel
pendukung keseimbangan adalah posisi atau penempatan ukuran,
proporsi, kualitas dan arah dari unsur-unsur itu. Pada sebuah desain
terdapat dua jenis kualitas keseimbangan yang berbeda yaitu
keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris.
3) Pusat Perhatian (Emphasis)
Adalah setiap bagian tertentu dari suatu desain hendaknya memiliki
perhatian atau tingkat dominan yang layak atau pantas. Untuk dapat
menarik perhatian tersebut, suatu ciri visual bagian hendaknya
dikontraskan dengan daerah sekitarnya. Bagian yang mendominasi ini
akan menjadi pusat perhatian yang disebarkan dalam suatu ukuran
susunan akan menciptakan tema pokok yang berwujud oleh motif dan
warna serta tekstur (Rizali, 2006)
Beberapa pendapat yang telah mendefinisikan desain melalui sudut
pandangnya tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa desain adalah rancangan
gambar yang tersusun atas garis, tekstur, bentuk, warna (unsur rupa) yang tersusun
dalam suatu komposisi dan proporsi yang diperhatikan keindahan untuk
mengungkapkan sebuah ide atau gagasan dalam menempatkan suatu karya.
21
4. Ide Dasar Perancangan Karya
Setiap penciptaan atau perancangan karya seni, ide dasar penciptaan
mempunyai peranan yang sangat penting karena konsep merupakan ide, rancangan
atau cita-cita dari suatu proses penciptaan. Sadar atau tidak dalam penciptaan karya
seni, seorang seniman berusaha menyampaikan gagasan atau pemahaman hasil
kontemplasi terhadap sesuatu melalui perwujudan gagasan ke dalam bentuk karya
yang nyata. Perwujudan gagasan kedalam bentuk karya yang nyata, didasarkan
pada keyakinan orang lain akan dapat membaca dan berkomunikasi melalui
sinyalsinyal yang ditampilkan dalam bentuk simbol-simbol tertentu. Dari hasil
interaksi itulah diharapkan orang akan mengerti konsepsi yang terkandung dalam
karya seni tersebut. Penciptaan berasal dari kata cipta yaitu kesanggupan pikiran
untuk mengadakan suatu yang baru, angan-angan yang kreatif (Moeliono dalam
Shaman, 1993).
Jadi penciptaan adalah proses, perbuatan menciptakan. Konsep penciptaan
karya seni merupakan pemahaman, pandangan atau pemikiran terhadap, sesuatu
yang dapat dinikmati secara inderawi melalui proses manisfestasi kedalam suatu
bentuk karya seni. Karya seni yang dihasilkan, merupakan refleksi pribadi
penciptanya yang diperoleh dari pengalaman estetik, baik pengalaman yang bersifat
eksternal maupun pengalaman yang bersifat internal. Hal itu diharapkan dapat
menjadi transfer of feeling bagi orang lain yang melihatnya. Lebih jauh lagi,
melalui proses situ pula orang akan dapat memahami konsepsi yang terkandung
didalamnya.
Agar konsep dapat dimengerti oleh orang lain, maka perlu dilakukan
upaya-upaya untuk menciptakan suatu bentuk karya yang secara lahiriah dapat
22
diamati dengan panca indera. Mencipta ialah menyatakan apa yang ada dalam
sanubari, tetapi bahannya berasal dari dunia sekeliling kita. Mencipta merupakan
proses asimilasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yang dimaksud
dengan ide yaitu rancangan yang tersusun didalam pikiran/gagasan, cita-cita.
Sedangkan penciptaan diambil dari kata cipta adalah kemampuan pikiran untuk
mengadakan sesuatu yang baru, angan-angan yang kreatif. Sedangkan penciptaan
yaitu proses, cara pembuatan menciptakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Berikut ini akan diterangkan tentang aktivitas mencipta menurut beberapa ahli :
a. Pemahaman Proses Kreatif
1) Tahapan (Stages of the Artistic Process)
Proses mencipta itu terdiri atas 3 tahapan menurut L.H. Champman:
Tahapan awal yang berupa tahapan mencari inspirasi atau ilham, atau
minimal mencari sumber inspirasi. Ilham atau bisikan hati adalah sesuatu, yang
menggerakkan hati untuk mencipta (A.M. Moeliono dalam Sahman, 1993).
Mencari inspirasi adalah upaya seniman mendapatkan the creative impulse.
Agaknya pada tahapan awal seniman memerlukan dorongan yang kuat untuk
mencipta, yang muncul pada saat ditemukannya gagasan.
Tahapan berikutnya adalah mengembangkan dan memantapkan gagasan
awal (elaboration and refinement). Menyempurnakan, artinya mengembangkannya
menjadi gambaran pravisual yang nantinya dimungkinkan untuk diberi bentuk atau
wujud konkrit-lahiriah. Jadi gagasan yang muncul pada tahapan awal itu, pada
tahapan berikutnya masih harus disempurnakan menjadi gagasan sedemikian rupa,
sehingga nantinya pada kerja penuangannya kedalam medium (bahan, dengan
23
bantuan alat dan teknik tertentu), dengan mudah akan bisa memperoleh bentuk
terminalnya (Sahman, 1993).
Tahap terakhir adalah visualisasi kedalam medium (Heention in a medium)
dengan memanfaatkan medium tertentu (bahan, alat, teknik) (R.Mayer dalam
Sahman, 1993). Medium memang harus digunakan, jika kita ingin menuntaskan
proses mencipta sampai kepada tahapan finalnya. Bisa saja terjadi bahwa sudah
pada tahapan awal, si seniman melibatkan peran medium, dalam kerangka
menemukan gagasan, baik yang awal maupun yang dikembangkan pada tahapan
berikutnya. Sebagian besar seniman yang mengawali proses mencipta dengan
membuat sketsa atau model awal. Sehubungan dengan peran medium, harus diingat
bahwa medium pada umumnya hanya berkedudukan sebagai sarana bagi si seniman
untuk mengekspresikan gagasan.
2) Berbagai Pendekatan dalam Mencipta
Sebagai sudah dikemukakan sebelumnya, pada tahapan awal, siseniman
mencoba mendekati sumber inspirasi (sources of inspiration) dalam kerangka
memperoleh gagasan. tujuannya untuk mencatat seluruh sumber inspirasi yang
pernah dimanfaatkan, sebab upaya inventarisasi ini agaknyaa akan bermuara
kepada keseluruhan universum atau jagad raya ini. Namun untuk praktisnya kita
bisa menyebut sumber-sumber sbb: alam belum terjamah (natural evironment)
lingkungan alami, lingkungan buatan (constructed environment): lingkungan yang
telah diubah oleh tangan-tangan manusia), kehidupan rukhaniah dan dunia
imajinasi (inner feelings and imagination) atau dunia fantasi, berbagai pokok
renungan dan system (broad themes and forms of order), dan kehidupan seharihari
(everyday life) (Sahman, 1993).
24
3) Cara-cara Mengembangkan Gagasan
Menurut Champman dalam Sahman (1993) tidak selamanya bahwa karya
itu terlahir secara spontan. Kekhilafan itu biasanya dipersiapkan sebelumnya.
Dicari terlebih dahulu wadah visual yang cocok untuk gagasan yang ingin
disampaikan. Pencarian ini terkadang disebut juga problem solving. Langkah
pencarian wadah yang cocok atau pemecahan masalah ini mencakup: pengamatan
dan pembuatan studi visual (observing and making visual studies), merubah cara
kerja (changing habits of work), menelusuri makna dan symbol (eksploring
meanings and symbolism), mempertimbangkan tujuan dan sarana (considering
purpose and means).
4) Pendekatan terhadap Penggunaan Media
Setiap seniman menggunakan caranya sendiri di dalam memanfaatkan
media. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa para seniman menyadari arti atau
nilai penguasaan media, penyesuaian media dan gagasan, serta gagasan dan media,
seleksi media dari segi makna simboliknya, dan eksperimentasi dengan media.
a) Penguasaan Media (Control)
Penguasaan diperoleh dengan jalan praktek atau latihan. Harry Broundy
(dalam Sahman, 1993), berpendapat bahwa penguasaan itu tak hanya untuk
mencakup kemahiran memanipulatif atau memanfaatkan sesuatu (medium) tetapi
juga pertimbangan yang benar (dexterity in manipulation and sound jugment).
Dengan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian dan penguasaan
medium, lebih dari sekedar koordinasi tangan dan mata, karena juga memerlukan
renungan, pertimbangan, dan pemecahan masalah.
25
b) Adaptasi (Adaptation)
Keterampilan kreatif perlu didukung oleh kemampuan menyesuaikan
media dan gagasan, dan sebagainya gagasan dan media (sarang laba-laba sulit untuk
dipresentasikan dengan bahan tanah liat). Apa yang ingin diwujudkan, ternyata
kemudian perlu diubah agar lebih sesuai dengan bahan yang dipilih. Sebaiknya
siseniman harus membuat rancangan tuntas atau mungkin tanpa rincian terlebih
dahulu jika medium yang dipilih sulit diadaptasi atau dikerjakan (Sahman, 1993).
c) Seleksi (Selection)
Memilih medium yang cocok dengan gagasan, tidak hanya penting bagi
desain benda-benda pakai atau bangunan, tetapi juga bagi seni lukis, seni patung
dan kerajinan.
d) Eksperimentasi (Eksperimentation)
Pada dasarnya ada dua tujuan yang ingin dicapai dengan
bereksperimentasi. Pertama adalah memecahkan masalah khusus umpamanya efek
fisual khusus lewat sapuan kuas. Sapuan-sapuan itu dijadikan objek eksperimen.
Berbagai sapuan dicobakan, sampai ditemukan sapuan dengan efek tertentu yang
katakanlah bisa memberikan kesan tentang suasana sejuk-nyaman, keringgersang,
rapuh-mudah retak. Tujuan kedua adalah penyusunan repertoire teknik dan
kemungkinannya untuk diterapkan di kemudian hari, apabila diperlukan (Sahman,
1993).
b. Tahap Mencipta
Penting sekali dalam memahami seni itu harus secara utuh, atau
melihatnya sebagai proses yang utuh, dari intuisi keseniman sampai kepada
26
apresiasi para pengamat/pemirsanya. Menurut Stephenson-Debrix (dalam Humar
Sahman 1993) aktivitas artistik dapat dibagi menjadi tiga tahapan,
Tahap Pertama, pengalaman atau intuisi si seniman (the artist’s experience
and intuition)
Tahap Kedua, penuangan intuisi tersebut ke dalam karya seni sebagai
media (ekspression of this intuition in an artistic medium)
Tahap ketiga, penikmatan oleh dan berbagai pengalaman dengan
pengamat (enjoyment by, and ideally the kindling of similar experience in an
audience).
Dalam menciptakan motif-motif baru perlu adanya kreativitas, berikut
akan dideskripsikan oleh ip (2008) mengenai kreativitas meliputi tiga hal, yaitu:
1) Kreativitas merupakan kemampuan (ability) untuk membayangkan
atau menemukan sesuatu yang baru.
2) Kreativitas merupakan sikap (attitude) yaitu kemampuan untuk
menerima perubahan dan sesuatu yang baru.
3) Kreativitas merupakan sebuah proses. Orang kreatif adalah orang
yang terus menerus membuat perubahan dan perbaikan dalam pekerjaan mereka.
Kreativitas juga bisa ditinjau dari perspektif yang luas, bukan sekedar
menghasilkan ide-ide baru, yang dapat diterjemahkan dalam kemampuan
memenuhi tuntutan profesi, menciptakan kemungkinan dan terobosan baru, serta
menyelesaikan masalah atau problem. Dengan demikian dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan, proses seseorang dalam
membuat kombinasi, mengembangkan, kemampuan untuk menemukan, sehingga
menghasilkan suatu yang baru.
27
5. Doodle Art
Membahas mengenai Doodle, aktivitas mencoret, aktivitas yang bisa
dilakukan siapapun dan dimanapun asalkan tersedia medianya. Studi menunjukkan
bahwa sketsa dan mencoret-coret meningkatkan pemahaman dan berpikir kreatif
seseorang. Sunni Brown mengatakan : doodlers , bersatu ! Dia membuat kasus
untuk membuka otak Anda melalui pad dan pena .Setelah lelah metode
pembelajaran kuno seperti memberi tanda stabilo, mencatat pada memo kecil,
menghafal, Alat primitif tersebut dilepaskan, dan dia menemukan penyelamatnya:
Doodle. (Sunni Brown – 2011).
Pada zaman dahulu orang-orang menggambar pada atap-atap dan dinding
gua untuk menceritakan sebuah cerita hidup secara turn-temurun. Aktivitas ini
disebut sebagai doodle.
Gambar 2. Lukisan di dinding dalam gua
(Sumber : http://vsa-art.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-doodle-art.html)
Etimologi kata doodle pertama kali muncul pada awal abad ke-17 berarti
bodoh atau bodoh. Berasal Jerman atau Nudeltopf Dusseldorf, berarti bodoh atau
mie (harfiah "minum-minum"). Makna "bodoh " yang dimaksud dalam judul lagu
"Yankee Doodle", awalnya dinyanyikan oleh pasukan kolonial Inggris sebelum
Perang Revolusi Amerika. Ini juga merupakan asal dari kata kerja abad kedelapan
28
belas dini untuk mencoret-coret, yang berarti "untuk menipu atau membodohi". Arti
modern muncul pada 1930-an baik dari makna ini atau dari kata kerja "untuk
berlama-lama", yang sejak abad XVII telah memiliki makna membuang-buang
waktu karena malas.Sebuah doodle adalah gambar tidak fokus atau gambar yang
dibuat secara tidak sadar dimana saat perhatian seseorang sedang tidak pada apa
yang dia lakukan.
"Gambar adalah cara yang bagus untuk menangkap pikiran Anda” - Paul
benney.
Terkadang seseorang tidak menganggap coretan tangan hasil sifat iseng
ketika bosan menunggu adalah sebuah karya seni, sebagian dari mereka hanya
menganggapnya coretan tangan yang tidak punya makna, atau hanya coretan tangan
yang asal-asalan hasil dari senuah keisengan seseorang ketika jenuh. Nyatanya
tidak demikian, " Setiap pelukis mencelupkan kuas dalam jiwanya sendiri, dan cat
alam sendiri ke dalam gambar -Nya “( Henry Ward Beecher).
Gambar 3. Karya Luise von Mecklenburg-Strelitz, Queen of Prussia, c.
1795
(Sumber : http://doodles12.blogspot.co.id/2013/12/sejarah-dan-
pengertian-doodle.html )
29
Di dalam memahami darimana dorongan mencorat-coret berasal, hal
pertama yang perlu dilakukan adalah melihat lebih dekat apa yang terjadi pada otak
ketika ia menjadi bosan , meskipun banyak orang menganggap bahwa otak tidak
aktif ketika mereka bosan , sebaliknya justru tidak demikian. Jika melihat kinerja
otak seseorang ketika bosan ditemukan bahwa pada saat seperti itulah otak
menggunakan banyak energi, otak adalah organ penting di dalam tubuh dan sangat
aktif. Tidak boleh dilupkanbahwa otak memang dirancang untuk terus memproses
informasi . Tapi ketika otak tidak melakukan tanggapan kepada suasana yang sepi,
itu baru masalah (Andrade,2009).
6. Remaja dan Fesyen
Menurut G. Stanley Hall ahli psikologi dan pendidikan remaja merupakan
masa “Strum and Drang”, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi:
antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan otoritas orang
dewasa. Selanjutnya, dia mengemukakan bahwa pengalaman sosial selama remaja
dapat mengarahkannya untuk menginternalisasi sifat-sifat yang diwariskan oleh
generasi sebelumnya (Yusuf , 2000).
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa yang disertai dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan, dengan
semakin bertambahnya usia menuju masa dewasa, remaja mulai mencari jati diri
dan mampu berfikir lebih dewasa. Selain itu juga disertai dengan pertumbuhan fisik
yang terus berkembang. Dengan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada
remaja juga mempengaruhi sikap dan perilaku, faktor tersebut bisa terjadi karena
beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya faktor endogen, exogen, dan
interaksi antara endogen dan exogen.
30
Steele mengemukakan teori fesyen yang melihat fesyen sebagai
“perwujudan identitas kontruksi budaya”, karena itu mengemukakan segala bentuk
penciptaan diri, mulai dari gaya jalanan hingga Fesyen bernilai tinggi yang dibuat
oleh para desainer dan fesyenista (orang yang mengikuti tren fesyen)
mengkontruksikan identitas. Sehingga fesyen mewakili dari banyak kalangan
berbeda, dari bermacam-macam status sosial. Hal itu yang pada akhirnya membuat
fesyen mampu membentuk sebuah identitas dari suatu individu maupun kelompok
(Steele, 2005). Simon (Steele, 2005) menjelaskan fesyen memiliki kecenderungan
terhadap kesesuaian dan individualitas jika menyangkut pemilihan terhadap gaya
fesyen seseorang, yaitu individu akan menemukan kesenangan dalam berpakaian
untuk mengekspresikan diri, namun pada saat yang sama juga mendapat dukungan
dari berpakaian yang sama dengan orang lain.
Dalam perjalanannya, gaya fesyen menentukan kelas-kelas dari kelompok
remaja di kehidupan sosial mereka. Kelas-kelas ditunjukkan dari bagaimana sebuah
kelompok berpenampilan dengan fesyen yang mengikuti tren.
Berganti dari kehidupan tradisional menjadi kehidupan modern sering
menyelimuti masyarakat Indonesia. Semua jenis media, baik itu internet, televisi,
film, musik, maupun majalah dan games berpengaruh besar terhadap gaya hidup
remaja masa kini. Kebanyakan media menginformasikan tentang gaya hidup remaja
di perkotaan, yang sebagian besar meniru gaya hidup modern, maka tak heran para
remaja menjadi konsumtif, karena adanya pengaruh dari berbagai media yang telah
menyebar luas. Remaja selalu up-to-date dalam mengikuti perkembangan fesyen
dunia. Para remaja umumnya mulai mencari identitas dirinya dan mereka mulai
memilih-milih mana yang sesuai selera mereka. Para remaja mulai belajar
31
menerapkan gaya hidup yang dianggap sesuai dengan trend mereka yang kian hari
kian cepat berkembang.
Menurut Conger (1991), Walaupun remaja mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri. Namun tekanan
dari kelommpok bisa mempengaruhi perilaku dalam diri remaja. Oleh karena itu,
pada tahap remaja biasanya seseorang mudah terpengaruh dengan sesuatu yang
dianggapnya bagus atau sensasional. Fesyen adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama wanita. Siapa yang tidak kenal
dengan fesyen, semua orang mengenal dan membutuhkanya.
Pakaian merupakan bagian utama dalam fesyen, pakaian adalah cara yang
digunakan individu untuk membedakan dirinya sendiri dengan orang lain dan
menyatakan beberapa bentuk keunikannya. Bahwa dengan pakaian yang langka,
baik karena sudah sangat tua atau sangat baru dapat digunakan untuk menciptakan
dan keunikannya. Karena dengan memakai pakaian tersebut seseorang bisa terlihat
beda dari orang lain, dan perbedaan itu merupakan keunikannya.
Dengan pakaian seseorang dapat mengekspresikan diri sesuai dengan
keinginan dan suasanan hati, dan melalui warna pakaian yang digunakan dapat
diketahui makna dari warna tersebut. Pakaian selain untuk mengekspresikan diri
juga untuk mengungkapkan perasaaan dari pemakainnya sesuai dengan warna yang
digunakan, dengan demikian ekspresi seseorang dapat diungkapkan dengan sebuah
warna dan dapat untuk mewakili perasaan dari pemakainya tanpa harus
menggunakan kata.
Berikut ini dituliskan beberapa karakter warna-warna sebagai
pertimbangan dalam perancangan ini, yaitu:
32
1) Kuning
Kuning adalah warna emosional yang menggerakkan energi dan
keceriaan, kejayaan dan keindahan. Karakternya terang, gembira,
ramah, supel, riang, cerah.
2) Jingga
Karakter warna jingga: memberi dorongan, merdeka, anugerah,
bahaya. Lambang dari warna jingga: kemerdekaan, penganugrahan,
kehangatan, bahaya.
3) Merah
Merah adalah warna paling kuat dan enerjik, merah adalah positif,
agresif dan enerjik. Karakternya kuat, enerjik, marah, berani, bahaya,
positif, agresif, merangsang, panas.
4) Ungu
Ungu memiliki watak keangkuhan, kebebasan, kekayaan.
5) Violet
Wataknya dingin, negatif, diam, melankolis, kesusahan dan kesedihan.
6) Biru
Watak warna biru: dingin, pasif, melankolis, sayu, sendu, sedih,
tenang, jauh, cerah. Melambangkan keagungan, keyakinan, kesetiaan,
kecerdasan.
7) Hijau
Karakter/ watak warna hijau: segar, muda, hidup, tumbuh. Simbol dari
kesuburan, kesegaran, kemudaan, keremajaan, keyakinan,
pengharapan, kepercayaan.
33
8) Putih
Karakter/watak warna putih: positif, merangsang, cerah, tegas,
mengalah. Simbol/lambang, kesucian, kemurnian, kekanak-kanakan,
kejujuran, ketulusan, kedamaian, kesopanan.
9) Coklat
Karakter/watak: kedekatan hati, sopan, hormat, hemat. Melambangkan
kesopanan, kearifan, kehormatan, kebijaksanaan.
10) Abu-abu
Karakter/watak: menyenangkan, mengalah. Simbul/ lambang
kebijaksanaan, mengalah, ragu-ragu, kelabu (Sanyoto, 2005).
C. Fokus Permasalahan
Mengingat persaingan di dunia tekstil makin terbuka, usaha di bidang batik
harus berani memunculkan diversifikasi produk inovatif. Perancangan diarahkan
menghasilkan produk tekstil berupa kain batik tulis doodle yang memiliki
kebaharuan (inovatif), mempunyai orisinalitas, dan unik. Proyek perancangan ini
diharapkan menghasilkaan produk pakaian yang mempunyai nilai pembeda khas
dengan produk lain serta bisa diterima pasar. Untuk mencapai itu maka
perancangan ini diarahkan pada dua fokus permasalahan:
1. Bagaimana merancang batik tulis mengangkat tema kekayaan bahari
Indonesia menggunakan gaya doodle?
2. Bagaimana mengaplikasikan motif batik tersebut untuk busana remaja
putri?
top related