bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ums.ac.id/68772/2/bab i.pdfuntuk mewujudkan...
Post on 31-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang sangat strategis dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan di suatu
Negara bisa dilihat dari kualitas sumber daya manusianya, karena lembaga
pendidikan yang baik memiliki kualitas output yang baik pula. Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.1 Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan harkat
dan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi
kemanusiaan (afektif, kognitif, psikomotorik) dapat berkembang secara
optimal.
Pendidikan inilah yang menjadi investasi untuk masa depan, yang
dampaknya akan dirasakan masyarakat bukan dalam jangka waktu yang
pendek, tetapi akan terasa setelah sepuluh atau dua puluh tahun mendatang.
Dengan demikian, menjadi hal yang lumrah apabila pemerintah Indonesia
melakukan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan diwujudkan dalam
program wajib belajar dua belas tahun. Peningkatan mutu pendidikan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui
1 Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
1
2
olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam
menghadapi tantangan global.
Sebuah negara dapat dikatakan sebagai maju salah satu indikatornya
adalah banyak memiliki warga negara yang berpendidikan dengan pendidikan
yang berkualitas. Sebab pendidikan itu sendiri identik dengan perkembangan
zaman, dan persaingan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan salah
satu faktor dalam menunjang suatu negara untuk terus bisa berkembang dan
maju. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
tertuang dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 yaitu “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, dalam tatanan mikro
pendidikan harus mampu mengahasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan professional sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum
dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 diatas, termasuk di dalamnya
kebutuhan dunia kerja dan respon terhadap perubahan masyarakat setempat.
Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia yang
berkualitas secara berlahan namun pasti semakin meningkat dari tahun ke
3
tahun. Hal ini sejalan dengan perkembangan tantangan dunia kerja yang tidak
hanya membutuhkan sumber daya manusia yang berorientasi untuk kebutuhan
dunia industri. Sumber daya manusia yang dibutuhkan saat ini adalah sumber
daya manusia yang memiliki kompetensi unggulan terutama dalam hal
kemampuan berfikir.
Berbicara masalah sumber daya manusia, sebenarnya dapat dilihat dari
dua aspek, yaitu aspek kuantitas dan kualitas. Pengembangan sumber daya
manusia merupakan pekerjaan penting yang membutuhkan waktu relative
lama, dan harus dilakukan melalui proses dengan sistem pendidikan yang
berkualitas. Masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada setiap jenis
dan jenjang pendidikan, baik dilihat dari segi proses maupun hasil. Ini bisa
dilihat dari lulusan siswa maupun mahasiswa yang masih sulit bersaing dalam
ajang kompetisi ilmiah, kesempatan kerja karena masih rendahnya kemampuan
teknis serta moral lulusan lembaga pendidikan nasional.2
Dengan adanya tuntutan tersebut, maka pemerintah akan berusaha
untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, salah satunya melalui sumber
daya manusiaya. Karena sumber daya manusia dalam pendidikan (Pendidik
dan Tenaga Kependidikan) merupakan unsur aktif, sedangkan unsur lainnya
merupakan unsur pasif. Dengan demikian, pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan unsur paling penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Pendidik
dan tenaga kependidikan merupakan hal yang paling urgent dalam
2Nur Kholis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), hlm. 260
4
meningkatkan mutu pendidikan. Pendidik merupakan salah satu unsur di
bidang pendidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat
yang semakin berkembang.
Dalam hal ini, pendidik tidak hanya sebagai pengajar yang melakukan
transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan
transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan
pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Kedudukan pendidik sebagai
tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan UU No. 20
Tahun 2003 yang telah dijelaskan diatas.3
Menurut Janawi, pendidik dalam konteks pendidikan mempunyai
peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena pendidik menjadi
subjek terdepan dalam proses pelaksanaan pendidikan. Pendidik adalah sosok
yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam mentransfer ilmu
pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik dengan nilai-nilai konstruktif.
Dengan demikian, pendidik mengemban misi dan tugas yang berat, sehingga
profesi pendidik dipandang sangat mulia.4
Berdasarkan pendapat Janawi diatas, pendidik sangat menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar, karena berhubungan dengan siswa, guru
dituntut untuk memenuhi standar kompetensi yang memadai. Jika tidak siswa
3 Undang-Undang No.14 Tahun 2005 4 Janawi, Kompetensi Guru: Citra Guru Profesional, (Bandung:Alfabeta, 2011), hlm.
10
5
menjadi korban dan mengalami kerugian. Bahkan yang menanggung
kerugiannya bukan hanyalah siswa, melainkan masa depan bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwasannya menjadi
seorang pendidik haruslah memiliki kompetensi. Menurut Mulyasa dalam
bukunya Muhammad Fahturrahman yang dimaksud dengan kompetensi
pendidik adalah perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,
sosial dan spiritual, yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi
guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.5
Untuk menjadi seorang pendidik yang professional tidaklah mudah, karena ia
harus memiliki beberapa kompetensi keguruan. Beberapa kompetensi tersebut
adalah kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi
pedagogik dan kompetensi sosial. Ketika seorang pendidik sudah memiliki
empat kompetensi tersebut, maka pendidik mampu menjalankan tugasnya
dengan professional.
Selain pendidik, faktor penting dalam keberhasilan pendidikan tidak
lain karena adanya tenaga kependidikan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional, “Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
5 Muhammad Fahturrohman, Sulistyorini, Meretas Pendidikan Berkualitas dalam
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 110
6
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan,
hal ini tercantum dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 Pasal 39 ayat 1”.6
Pendidik dan tenaga kependidik merupakan unsur penting dalam
sebuah pendidikan. Untuk itu, dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan
misi pendidikan nasional, diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh
setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria
dan kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaran
pendidikan. Acuan dasar tersebut merupakan Standar Nasional Pendidikan
yang dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan
pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan
layanan pendidikan yang bermutu. Selain itu, Standar Nasional Pendidikan
juga dimaksudkan sebagai perangkat yang berfungsi guna mendorong
terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan
sistem pendidikan nasional.
Pendidik dan tenaga kependidikan dalam prakteknya juga termasuk
dalam salah satu Standar Nasional Pendidikan. Standar pendidik dan tenaga
kependidikan sendiri adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik
maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
6Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2012), hlm. 233
7
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
mewujudkam tujuan pendidikan nasional.7
Kualifikasi akademis di atas dimaksud adalah tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan
ijazah dan atau sertifikat yang relevan, yaitu kualifikasi akademik minimum
Sarjana (S-1) atau Diploma empat (D-4) yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.8 Selain kualifikasi tersebut, seorang
pendidik juga harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Dengan adanya kualifikasi
tersebut, maka pendidik dan tenaga kependidikan merupakan sebagai pihak
yang berkepentingan secara operasional dan mental yang harus disiapkan dan
ditingkatkan profesionalitasnya, karena dengan demikian maka kinerja mereka
bisa efektif. Apabila standar pendidik dan tenaga kependidikan sudah efektif,
maka tujuan pendidikan akan tercapai.
Semua sekolah untuk semua jenjang yang ada di Indonesia memiliki
keharusan untuk mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, terutama sekolah
yang berada dibawah kemetrian pendidikan dan kebudayaan agar mampu
menghasilkan lulusan yang diharapkan, termasuk Sekolah Islam Terpadu.
Sekolah Islam Terpadu merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki
kekhasan dalam beberapa aspek penyelenggaraan pendidikannya, yaitu
7 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), hlm. 197 8 Muhamad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), hlm. 134
8
terdapat muatan Islam terpadu didalamnya. Untuk itu, menurut Muhab dkk,
Jaringan Sekolah Islam Terpadu menyusun format baru dalam pengelolaan
berupa standar mutu Sekolah Islam Terpadu. Standar mutu ini didasari
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
yang selanjutnya menjadi rujukan bagi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
sebagai lembaga pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. Untuk
melahirkan Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu. Dalam standar mutu
tersebut, Sekolah Islam Terpadu didefinisikan sebagai “Sekolah Islam yang
diselenggarakan dengan memadukan secara integrative nilai dan ajaran islam
dalam bangunan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan
pelibatan yang optimal dan kooperatif antara guru dan orang tua, serta
masyarakat untuk membina karakter dan kompetensi peserta didik.9
Standar mutu SIT dijabarkan dalam berbagai komponen standar
yaitu:(a) Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan;(b) Standar
Sarana dan Prasarana;(c) Standar pembiayaan;(d) Standar Kurikulum;(e)
Standar Pengelolaan Sekolah Islam Terpadu;(f) Standar Kerjasama;(g) Standar
Proses;(h) Standar Penilaian;(i) Standar Pembinaan Peserta Didik;(j) Standar
Pendidikan Agama Islam; dan(k) Standar Kompetensi Kelulusan Sekolah Islam
Terpadu.
Sekolah Islam Terpadu (SIT) adalah sekolah yang memadukan
kurikulum nasional dengan kurikulum keagamaan. Hal tersebut berimplikasi
9 Muhab dkk, Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu, (Jaringan Sekolah Islam
Terpadu, 2010), hlm. 36
9
dengan adanya pertambahan mata pelajaran yang diajarkan serta jam
kepulangan sekolah yang semakin sore. Jam yang panjang di sekolah membuat
peserta didik maupun tenaga pendidik harus merelakan waktunya lebih banyak
dihabiskan di sekolah daripada di rumah maupun di lingungan masyarakat.
Terlepas dari polemik yang dihadapi oleh tenaga pendidik di Sekolah
Islam Terpadu untuk menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, tenaga
pendidik di Sekolah Islam Terpadu masih tetap dituntut untuk terus mengikuti
perkembangan serta kemajuan dunia pendidikan yang ada. Selain itu juga
terdapat tuntutan untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki.
Peningkatan kualitas ini tercantum dalam standar mengenai profil
pendidik dan tenaga kependidikan di SIT. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Islam Terpadu (SIT).
Dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan SIT salah satu kompetensi
kepribadian yang harus dimiliki dan dicapai adalah dapat membaca Al-Qur’an
dengan fasih dan mampu menghafalkan Al-Qur’an, mampu meningkatkan diri
dengan mengikuti kegiatan tarbiyah, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi
hal-hal lainnya dan menjadi teladan dalam akhlaq mulia.10
Dari penjabaran kompetensi kepribadian diatas, hal itu pulalah yang
menjadikan ciri khas bagi pendidik dan tenaga kependidikan di SIT. Karena
seorang pendidik dan tenaga kependidikan akan menjadi contoh bagi siswa-
siswinya. Dalam perspektif Islam, sosok seorang guru adalah orang yang
10 Fahmi Alaydrois dkk, Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu, (. Hlm. 16
10
mempunyai komitmen dengan landasan agamanya. Maka seorang guru
hendaknya berbicara yang baik dan benar, amanah, memiliki semangat untuk
belajar dan mencari ilmu, dan keluasan berfikir yang senantiasa dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.11
Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Hidayah dan Insan Mulia Surakarta
merupakan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang berada di Surakarta yang
tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia. Kedua
SDIT ini menerapkan standar mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, dimana
di dalam standar mutu tersebut ada ke-khasannnya tersendiri dari pada Sekolah
Dasar Islam yang lainnya. Ke-khasan SIT pada pendidik dan tenaga
kepandidikannnya adalah diharuskan mempunyai bekal agama. Meskipun
hanya guru kelas taupun guru mapel selain PAI, namun di SIT diharapkan bisa
mendalami ilmu agama, karena seorang pendidik ataupun tenaga kependidikan
juga akan membantu anak dalam pembentukan karakter yang sesuai dengan
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mulia dan Nur Hidayah Surakarta
dalam proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan akan
memperhatikan kepribadian seorang pelamar, karena dengan kepribadian akan
terlihat figurnya seorang pelamar tersebut. Kekhasan di SDIT Nur Hidayah dan
SDIT Insan Mulia Surakarta setiap kali open recruitment pendidik dan tenaga
kependidikan pasti ada syaratnya bisa membaca Al-Qur’an dan memiliki
11 Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), hlm. 240
11
akhlaq yang baik, persyaratan itu berlaku untuk semua pendidik ataupun tenaga
kependidikan, tidak hanya seorang pendidik saja yang bisa membaca Al-
Qur’an dan mempunya akhlaq yang baik.
Penentuan kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan di SIT
memiliki standar yang dibuat oleh JSIT dalam buku Standar Mutu Kekhasan
Sekolah Islam Terpadu se-Indonesia yang mana di dalamnya mengacu pada
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Selain itu standar ini mengacu pada Permendiknas No. 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah dan Permendiknas No. 13 Tahun 2007
tentang Standar Akademik dan Kompetensi Guru. Tetapi setiap Sekolah Islam
Terpadu juga memiliki standar internal sendiri.
Oleh karena itu, dengan adanya standar internal yang berbeda pada
masing-masing SIT perlu diadakan evaluasi guna mengetahui sejauh mana
implementasinya di lembaga masing-masing. Evaluasi dan penilaian pendidik
dan tenaga kependidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa baik performa seseorang tenaga kependidikan dalam melaksanakan
tugas pekerjaannya dan seberapa besar potensinya untuk berkembang.
Performa ini mencakup prestasi kerja, cara kerja dan pribadi; sedangkan
potensi untuk berkembang mencakup kreativitas dan kemampuan
mengembangkan karir.
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul “EVALUASI
12
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN
MODEL CIPP PADA SEKOLAH ISLAM TERPADU DI SDIT NUR
HIDAYAH SURAKARTA DAN SDIT INSAN MULIA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana evaluasi standar pendidik dan tenaga kependidikan dengan
model CIPP di SDIT Insan Mulia dan SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun
pelajaran 2017/2018 ?
2. Apa analisis titik kelebihan dan kelemahan standar pendidik dan tenaga
kependidikan di SDIT Insan Mulia dan SDIT Nur Hidayah Surakarta tahun
pelajaran 2017/2018 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi standar pendidik dan tenaga
kependidikan dengan model CIPP di SDIT Insan Mulia dan SDIT Nur
Hidayah Surakarta tahun pelajaran 2017/2018.
13
2. Untuk mengetahui analisis titik kelebihan dan kelemahan standar pendidik
dan tenaga kependidikan di SDIT Insan Mulia dan SDIT Nur Hidayah
Surakarta tahun pelajaran 2017/2018.
Manfaat Penelitian
1. Teoritik
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia
pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya tentang
evaluasi standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
islam terpadu.
2. Praktis
Penelitian ini akan menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi
yang ingin mengetahui lebih dalam tentang standar kompetensi pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah dasar islam terpadu.
D. Telaah Pustaka
Setelah melakukan penelitian terdahulu kemudian menemukan judul
yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
1. Penelitian yang disusun oleh Warsono mahasiswa Universitas Sebelas
Maret, tesisinya yang berjudul: EvaluasiSistem Pembelajaran Islam
Terpadu Dalam Pembentukan Karakter dan Peningkatan Prestasi Siswa
dengan Model CIPP (Studi Kasus di SDIT Insan Kamil Karanganyar)
tahun 2016. Penelitian ini mengevaluasi sistem pembelajaran Islam
terpadu dalam pembentukankarakter dan peningkatan prestasi siswa
14
dengan model CIPP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar
belakang berdirinya SDIT Insan Kamil Karanganyar(konteks), (2) input
siswa yang masuk di SDIT Insan Kamil Karanganyar (input), (3)penerapan
sistem pembelajaran Islam Terpadu di SDIT Insan Kamil Karanganyar
dalam rangka pembentukan karakter siswa (proses), (4) mengetahui
penerapan sistem pembelajaran Islam Terpadu di SDIT Insan Kamil
Karanganyar dalam upaya peningkatan prestasi siswa (proses), (5)
pencapaian hasil belajar siswa (karakter dan prestasi) dari SDIT Insan
Kamil Karanganyar (produk), (6) parameter keberhasilan sistem
pembelajaran Sekolah Islam Terpadu di SDIT insan Kamil Karanganyar
(produk).Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembelajaran islam
terpadu dapat membentuk karakter siswa dan meningkatkan prestasi siswa
dilihat dalam aspek konteks,input, proses dan produk. Relevansi penelitian
ini dengan penelitian yang akan dikaji adalah evaluasi menggunakan
metode CIPP. Perbedaannya adalah penelitian Warsono mengevaluasi
sistem pembelajaran Islam Terpadu, sedangan penelitian yang akan dikaji
meneliti tentang evaluasi standar pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah Islam Terpadu.
2. Penelitian yang disusun oleh Joko Triyanto mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta, tesisnya yang berjudul: “Manajemen
Pengelolaan Sumber Daya Pendidikan di Madrasah Ibtida’iyah
Muhammadiyah Innovative Gonilan Kartosuro”. Penelitian ini berisi
15
tentang model pengelolaan sumber daya pendidik yang meliputi
kompetensi guru, proses belajar mengajar, kegiatan ekstrakulikuler, dan
sarana prasarana yang ada di Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah
Innovative Gonilan Kartosuro. Hasil penelitian ini adalah analisis
manajemen pengelolaan sumber daya pendidikan di Madrasah Ibtida’iyah
Muhammadiyah Innovative Gonilan Kartosuro, (1) Kompetensi guru yang
bagus, (2) Metode proses belajar dan mengajar, (3) Sarana prasarana
memadai, (4) Kegiatan ekstrakulikuler. Relevansi penelitian Joko Triyanto
dengan penelitian yang akan dikaji berkaitan dengan pendidik dan tenaga
pendidik (sumber daya pendidikan), sedangkan perbedaannya adalah
penelitian Joko Triyanto mengkaji manajemen pengelolaan sumber daya
pendidik sedangkan penelitian yang akan dikaji adalah evaluasi pendidik
dan tenaga kependidikan.
3. Penelitian yang disusun oleh Sri Lestari mahasiswi Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, tesisnya yang berjudul: “Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di
Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Abu Bakar Yoyakarta”.
Penelitian ini berisi tentang manajemen pengembangan sumber daya
manusia pendidik dan tenaga kependidikan di Sekolah Menegah Pertama
Islam Terpadu Yogyakarta, fokus penelitiannya adalah manajemen
pengembangan sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di
SMPIT Abu Bakar Yogyakarta, keberhasilan manajamen pengembangan
16
sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di SMPIT Abu
Bakar Yogyakarta, faktor penghambat dan penghubung pengembangan
sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di SMPIT Abu
Bakar Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah manajemen pengembangan
sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan di SMPIT Abu
Bakar Yogyakarta dengan beberapa tahapan yaitu : 1) Perencanaan
kegiatan : PKG, fungsional ketenagaan, pembagian tugas mengajar,
peningkatan profesi guru dan karyawan, pembinaan mental dan spiritual,
laporan ketenagaan, administrasi ketenagaan, usulan kenaikan pangkat,
supervise, usaha kesejahteraan guru dan karyawan, studi kelanjutan,
seminar, pelatihan, workshop, publikasi ilmiah, 2) Pengorganisasian :
guru/pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah, pengawas dalam
mengelola pengemabangan sumber daya manusia pendidik dan tenaga
kependidikan, 3) Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia
pendidik dan tenaga kependidikan, 4) Pengawasan yang dilakukan oleh
kepala sekolah dan pengawas. Relevansi penelitian Sri Lestari dengan
penelitian yang akan dikaji berkaitan dengan pendidik dan tenaga
kependidikan, perbedaannya adalah penelitian Sri Lestari mengkaji
menejemen pengembangan sumber daya manusia pendidik dan tenaga
kependidikan, sedangkan penelitian yang akan dikaji adalah evaluasi
standar pendidik dan tenaga kependidikan.
17
4. Penelitian yang di teliti oleh Ika Nur Shifiyana mahasiswi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tesisnya yang berjudul
“Manajemen Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Sekolah
Tingi Agama Islam Yogyakarta (Analisis proses rekrutmen dan
pengembangan profesionalitas dosen dan tenaga kependidikan)”.
Penelitian in berisi tentang pentingnya sumber daya dosen dan tenaga
kependidikan yang ada di Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta untuk
mencapai tujuan dari lembaga tersebut. Hasil penelitian ini adalah proses
rekrutmen dosen dan tenaga kependidikan di STAIYO dilakukan melalui
langkah-langkah berikut: a) menganalisis kebutuhan dosen dan tenaga
kependidikan, b) menentukan kriteria-kriteria yang diharapkan, c)
mengumumkan formasi lowongan dan syarat yang dipenuhi, d) melakukan
seleksi administrasi yang dilanjutkan tes wawancara bagi yang lolos
seleksi administrasi, e) menentukan hasil seleksi (dilakukan oleh ketua dan
dosen senior), dan f) mengumumkan hasil seleksi melalui surat. 2) upaya
pengembangan profesionalitas dosen dan tenaga kependidikan di STAIYO
ditempuh dengan cara berikut:a) setiap dosen diwajibkan membuat
jurnal/karya ilmiah/handout/diktat, b) mengadakan program stadium
general di setiap awal semester yang sekaligus sebagai pembukaan kuliah,
c) mengadakan workshop dosen dan tenaga kependidikan, d)
mengikutsertakan dosen dan tenaga kependidikan dalam diklat-diklat
kependidikan yang diadakan oleh lembaga eksternal, e)memberikan
18
kesempatan dan dukungan bagi para dosen dan tenaga kependidikan untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang yang lebih tinggi baik dengan
biaya mandiri ataupun beasiswa. 3)faktor-faktor yang mempengaruhi
upaya pengembangan profesionalitas dosen dan tenaga kependidikan yang
terdiri dari dua faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor
pendukung terdiri dari: a)adanya kesamaan dan kejelasan visi misi,
b)adanya pemimpin yang bijaksana, c)adanya hubungan kerja dengan
lembaga-lembaga lain, d)adanya dukungan dari masyarakat luas, e)adanya
kebijakan yang bersifat desentralisasi pendidikan, f)tersedianya jumlah
dosen dan tenaga kependidikan yang cukup ideal. Sedangkan faktor
penghambat meliputi : a)minimnya dana, b)masih adanya dosen dan
tenaga kependidikan yang belum sepenuhnya mau mengembangkan diri
dan kompetensi yang dimiliki, c)sebagai dosen dan tenaga kependidikan
yang dimiliki kurang produktif. Relevansi penelitian Ika Nur Shiffiyana
dengan penelitian yang akan dikaji adalah sama-sama mengkaji pendidik
dan tenaga kependidikan, sedangkan perbedaannya adalah tesis Ika Nur
mengkaji manajemennya, sedangkan penelitian yang akan dikaji meneliti
tentang evaluasi pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Penelitian dalam bentuk jurnal oleh Heather Glowocki & Donald G
Hackmam tahun 2016 dengan judul The Effectiveness Of Special
Education Teacher Evaluation Processes: Perspectives From Elementary
Principals. Penelitian ini menguji persepsi kepala sekolah dasar di Illinois
19
mengenai efektivitas sistem evaluasi distrik sekolah mereka untuk guru
pendidikan khusus dalam mempromosikan pengembangan profesional dan
akuntabilitas kinerja pekerjaan. Menggunakan kuesioner online, 330 dari
1.551 kepala sekolah dasar negara bagian menanggapi item yang berkaitan
dengan latar belakang pendidikan khusus mereka dan penilaian diri dari
kemampuan mereka untuk mengevaluasi guru pendidikan umum dan
khusus. Responden melaporkan sistem evaluasi distrik mereka agak efektif
dalam mengevaluasi guru pendidikan umum dan khusus. Kepala sekolah
yang memegang sertifikasi pendidikan khusus secara signifikan lebih
mungkin melaporkan kemahiran dengan memberikan umpan balik kepada
guru pendidikan khusus di tujuh bidang tanggung jawab utama yang
diidentifikasi oleh Dewan untuk Anak-Anak Luar Biasa.
6. Penelitian dalam bentuk jurnal Exceptional Children Vol. 82 Tahun 2015
oleh Leko, Melinda M, Marty T dkk dengan judul Envisioning the Future
of Special Education Personnel Preparation in a Standards-Based Era.
Para penulis mempertimbangkan masa depan persiapan tenaga
kependidikan khusus dengan menanggapi pertanyaan menyeluruh:
Kerangka apa yang mungkin digunakan pendidik guru sebagai dasar untuk
mempromosikan kinerja efektif guru pendidikan khusus sekarang dan di
masa depan? Dalam menjawab pertanyaan ini, mereka merangkum tren
saat ini dalam konteks pendidikan sekolah dan khusus (yaitu, Standar
Negara Inti Umum [CCSS], sistem dukungan multi-tier [MTSS]) dan apa
20
yang diminta konteks ini dari guru pendidikan khusus. Para penulis
mengusulkan model berbasis praktik untuk mendorong kinerja guru
pendidikan khusus yang efektif. Beralas dalam ilmu pembelajaran, model
tersebut memasukkan pendekatan dalam pendidikan guru yang selaras
dengan literatur ini. Implikasi untuk menerapkan model disediakan, yang
mengakui kendala saat ini di sekolah dan perguruan tinggi pendidikan,
untuk lebih mempromosikan model ini untuk mendorong kinerja yang
efektif.
7. Jurnal yang oleh Joyce VanTassel-Baska, Susan K.Johnsen tahun 2007
berjudul “Teacher Education Standards for the Field of Gifted Education:
A Vision of Coherence for Personnel Preparation in the 21st Century”.
Bidang pendidikan berbakat telah bekerja dari serangkaian standar,
awalnya dikembangkan oleh Dewan untuk Anak-anak Luar Biasa,
Asosiasi untuk Divisi Berbakat (TAG) (CEC-TAG) pada tahun 1985, yang
menyediakan lebih dari 100 standar untuk program-program untuk
memenuhi, banyak yang lebih fokus pada masalah pendidikan khusus dan
bahasa. Mengingat kelanjutan yang terus menerus dan signifikan dari
kelompok-kelompok tertentu yang menerima layanan pendidikan untuk
yang berbakat dan berbakat, itu penting bahwa standar menekankan
persiapan guru yang mendukung pembelajaran semua siswa berbakat dan
tidak hak beberapa kelompok atas orang lain (Asosiasi untuk Berbakat,
2001). Negara yang tidak memiliki mandat untuk mempersiapkan guru
21
dalam pendidikan berbakat atau hanya persyaratan minimal akan ingin
memeriksa standar-standar baru ini dan menggunakannya sebagai
pengaruh untuk mengubah peraturan dan kebijakan yang tidak memadai
yang melemahkan program dan layanan berkualitas untuk siswa berbakat
dan berbakat.
8. Penelitian dalam bentuk jurnal oleh Maimun Aqsha Lubis dan Ismail
Suardi Wekke tahun 2009 yang berjudul “Integreted Islamic Education In
Brunei Darussalam: The Hopes and The Challenges”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengindentifikansikan implementasi sistem pendidikan
islam terpadu dan untuk mengevaluasi faktor yang diperlukan untuk
mendukung sistem Pendidikan Islam Terpadu. Didahului dengan definisi
pendidikan islam terpadu, yaitu sebuah upaya untuk mengintegrasikan
antara subyek ilmu pengetahuan dan bukan pengetahuan (islam) yang
berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah dalam rangka membentuk pola pikir
yang komprehensif sehingga siswa mampu mengimplementasikan nilai-
nilai islam dalam setiap aspek kehidupan. Penelitian ini merupaka
penelitian kualitatif untuk mengetahui implementasi Pendidikan Islam
Terpadu di Brunei Darussalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
model pendidikan Islam Terpadu di Brunei telah dirintis sejak tahun 1972
oleh commissioner of education Brunei yang membuat proposal mengenai
urgensi pendidikan Islam Terpadu di sekolah. Langkah ini kemudian
ditindaklanjuti dengan membuat kurikulum Islam Terpadu oleh
departemen pengembangan kurikulum Brunei sampai tahun 1985.
22
Terdapat beberapa aspek yang menentukan implementasi pendidikan Islam
Terpadu yaitu: guru, pengembangan dan distribusi buku, ketentuan yang
berlaku pada guru, aktivitas kurikulum. Sedangkan tantangan dan harapan
keberhasilan pendidikan Islam Terpadu ditentukan oleh: 1) Implementasi
pendidikan Islam Terpadu secara menyeluruh. Dalam hal ini tantangan
terbesar adalah bagaimana menciptakan lingkungan pembelajaran yang
kondusif bagi penerapan nilai-nilai islam dan semanagat berislam dalam
kehidupan siswa sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah, 2)
Kapabilitas pendidikan dalam menyiapkan dan melaksanakan
pembelajaran di kelas yang bermuatan nilai-nilai islam.
E. Kerangka Teori
Standar pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Islam Terpadu
mengacu kepada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional. Selain itu juga, standar ini juga engacu pada
permendiknas No.13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah dan
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Selain ketentuan perundang-undangan diatas, JSIT
mengembangkan standar pendidik dan teaga kependidikan dengan
berdasarkan kekhasan JSIT, sebagai berikut12:
12 Fahmy Alaydroes, Sukro Muhab dkk, Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam
Terpadu, (Jakarta, 2014), Hlm. 15-18
23
1. Standar Pendidik
a. Kualifikasi akademik pendidik minimal lulus S1 (sesuai bidangnya atau
serumpun)
b. Khusus untuk guru Al-Qur’an dimungkinkan lulusan SMA/MA dengan
hafalan 30 juz yang dibuktikan dengan sertifikat
c. Pendidik memiliki kompetensi profesional :
1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung materi pembelajaran
2) Menguasai kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu
3) Mengembangkan kurikulum sesuai dengan standar isi sekolah islam
terpadu
4) Mengembangkan dan mengintegrasikan materi pembelajaran dengan
nilai-nilai islam
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
d. Memiliki kompetensi pedagogik sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran dalam sistem pendidikan islam terpadu yaitu :
1) Menguasai karakteristik peserta didik
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai
dengan nilai islam
3) Mampu menganalisis kurikulum untuk menentukan perencanaan
pembelajaran
4) Melakukan kegiatan pembelajaran yang islami
24
5) Penggembangan kompetensi peserta didik
6) Melakukan interaksi edukatif dengan peserta didik
7) Melakukan penilaian dan evaluasi pembelajaran secara holistik
e. Memiliki kompetensi kepribadian islam yaitu :
1) Menjadi teladan dalam aklaq mulia
2) Mampu meningkatkan diri dengan mengikuti kegiatan tarbiyah secara
rutin
3) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi hal-hal yang merusak diri
4) Dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil
5) Mampu menghafalkan Al-Qur’an minimal juz 30
f. Mempunyai kompetensi kesalihan sosial
1) Menjadikan profesi pendidik sebagai misi dakwah berbasis
pendidikan
2) Mampu berinteraksi positif dengan warga sekolah
3) Mampu berinteraksi positif dengan orang tua siswa dan masyarakat
sekitar sekolah
4) Mampu berinteraksi positif dengan berbagai pihak dalam rangka
meningkatkan profesinya.
2. Standar Tenaga Kependidikan
a. Kepala Sekolah
1) Memenuhi standar kompetensi pendidik SIT
2) Memiliki pengalaman sebagai pendidik minimal 3 tahun di SITatau 5
tahun di sekolah lain
25
3) Memahami standar mutu SIT
4) Mampu melaksanakan fungsi kepala sekolah sebagai emaslime
(educator, managerial, administrator, supervisor, leader, innovator,
motivator, entrepreneur)
5) Mampu memimpin misi dakwah berbasis pendidikan di sekolah
6) Memiliki visi pengembangan pendidikan islam di masa depan
7) Mampu membangun jejaring dengan berbagai pihak dalam dan luar
negeri.
b. Tenaga Tata Usaha, Labiratorium, Perpustakaan dan UKS
1) Kualifikasi akademik minimal lulusan D3 (sesuai bidangnya atau
serumpun)
2) Memiliki kompetensi professional sesuai dengan bidang tugasnya
3) Memiliki kompetensi kepribadian islam
a) Menjadi teladan dalam akhlaq mulia
b) Mampu meningkatkan diri dengan mengikuti kegiatan tarbiyah
c) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi hal-hal yang merusak diri
d) Dapat membaca Al-Qur’an dengan baik
e) Mampu menghafal Al-Qur’an minimal 10 surat pendek.
4) Mempunyai kompetensi kesalihan sosial
a) Mampu berinteraksi secara positif dengan warga sekolah
b) Mampu berinteraksi secara positif dengan orang tua siswa dan
masyarakat sekitar sekolah
26
c) Mampu berinteraksi secara positif dengan berbagai pihak dalam
rangka meningkatkan profesinya.
c. Penjaga Sekolah, Petugas Keamanan, Tukang Kebun, Tenaga
Kebersihan, Sopir, Pesuruh
1) Kualifikasi akademik minimal SMP/MTs
2) Memiliki ketrampilan sesuai dengan bidangnya
3) Memiliki kompetensi kepribadian dalam islam
a) Menjadi teladan dalam akhlaq mulia
b) Mampu meningkatkan diri dengan mengikuti kegiatan tarbiyah
c) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi hal-hal yang merusak
diri
d) Dapat membaca Al-Qur’an dengan baik
e) Mampu menghafal Al-Qur’an minimal 10 surat pendek.
4) Mempunyai kompetensi kesolihan sosial
a) Mampu berinteraksi secara positif dengan warga sekolah
b) Mampu berinteraksi secara positif dengan masyarakat sekitar
sekolah.
F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini adalah menggunakan penelitian evaluative
yaitu suatu desain atau prosedur evaluasi dengan mengumpulkan dan
menganalisis data secara sistematis untuk menentukan nilai atau manfaat
dari suatu praktik. Nilai dan manfaat dari suatu praktik didasarkan dari
27
hasil penggumpulan data dengan menggunakan standar atau kriteri
tertetntu yang digunakan secara absolut maupun relative.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian evaluatif yang dirancang untuk
memperoleh informasi yang akurat tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan di SDIT Nur Hidayah dan SDIT Insan Mulia Surakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
evaluatif kuantitatif dengan menggunakan model CIPP. Peneliti akan
menggunakan evaluasi CIPP untuk mengevaluasi standar pendidik dan
tenaga kependidikan di SDIT Nur Hidayah dan SDIT Insan Mulia
Surakarta dilihat dari contexs, input, process dan product pendidik dan
tenaga kependidikan. Context bilihat dari standar pendidik dan tenaga
kependidikannya, input diihat dari kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan, process dilihat dari kegiatan belajar mengajar dan output
dilihat dari nilai UN dan prestasi akademik maupun non akademik.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari
merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpaduan penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif, yaitu hasil dari penelitian kuantitatif
diinterpretasikan/dianalisi ke penelitian kualitatif.
28
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di SDIT Nur Hidayah Surakarta jl. Pisang
No.12 Kerten, Laweyan, Surakarta dan di SDIT Insan Mulia Surakarta jl.
Duku VII, Rt 04/VI, Jajar, Laweyan, Surakarta.
5. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer
adalah sumber data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung
pada subjek sebagai informasi yang dicari.13
Dalam penelitian ini sumber primer adalah data yang diambil dari
lapangan, yaitu hasil dari wawancara dengan informan. Informan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, kepala bidang SDM
yayasan Insan Mulia dan kepala bidang SDM yayasan Nur Hidayah.
Peneliti juga menggunakan kuesioner atau angket dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden yang meliputi pendidik dan
tenaga kependidikan.
Sedangkan sumber data sekunder ini digunakan untuk memperoleh
data lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitian. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data
laporan yang telah tersedia. Sumber data sekunder adalah data yang
diperoleh dari studi pustakaan berupa buku-buku, tesis serta sumber-
13Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),hlm. 91
29
sumber lain yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga
kependidikan.
6. Subjek dan Informan Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah narasumber utama yang dapat memberikan
informasi data yang dibutuhkan atau yang menjadi sasaran penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu pendidik
dan tenaga kependidikan di SDIT Nur Hidayah Surakarta dan SDIT
Insan Mulia Surakarta.
b. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dipandang mengetahui permasalahan
yang akan diteliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti.
Dengan penelitian ini maka yang menjadi informan dalam penelitian
ini adalah Kepala Sekolah, kepala bidang SDM Yayasan SDIT Nur
Hidayah Surakarta dan SDIT Insan Mulia Surakarta.
7. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah :
a. Metode Wawancara
Menurut Burhan Bugin wawancara adalah suatu penelitian
yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan-keterangan tentang
30
kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian
itu merupakn suatu pembantu utama dari metode observasi.14
Menurut Lexy J. Moleong wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.15
Metode ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh data
langsung tentang pendidik dan tenaga kependidikan dari kepala
bidang SDM yayasan Nur Hidayah dan Insan Mulia Surakarta.
b. Metode Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah
dan bukan berdasarkan perkiraan.
Sebagian besar data yang terdapat dalam dokumentasi adalah
berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan
sebagainya. Sifat utama dari data ini tidak terbatas pada ruang dan
waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.16
14 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012)hlm.100 15Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009),hlm.186 16Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012)hlm.125
31
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan seperti data pendidik dan tenaga kependidikan,
peraturan pendidik dan tenaga kependidikan, nilai kelulusan siswa di
SDIT Nur Hidayah dan SDIT Insan Mulia Surakarta.
c. Angket/Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.17 Sedangkan
menurut Sugiyono, angket adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang indikator
standar mutu pendidik dan tenaga kependidikan di SDIT Nur Hidayah
Surakarta dan SDIT Insan Mulia Surakarta tahun pelajaran
2017/2018. Metode ini dipilih karena unit analisisnya adalah sekolah
dengan jumlah subjek yang cukup banyak sehingga diambil sampel
yang dapat mewakili unit analisis tersebut. Angket digunakan untuk
mengungkap data yang berhubungan dengan input, proses. Dalam
penelitian ini digunakan beberapa jenis angket yaitu untuk kepala
sekolah, guru, tenaga administrasi, laboran, pustakawan, tenaga
keamanan dan tenaga kebersihan sekolah.
17Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 199.
32
Dalam angket ini, setiap pertanyaan terdapat empat alternative
jawaban yaitu: selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Cara penskoran
atau penilaian butir bergerak dari 4 ke 1, jawaban butir :
Selalu (SL) = 4
Sering (SR) = 3
Jarang (JR) = 2
Tidak pernah (TP) = 1
Tabel 1.1
Kisi-Kisi Instrumen Angket Pendidik Sekolah Dasar Islam Terpadu
No Variabel Indikator Jumlah No. Item
1.
Kompetensi
Pedagogik
Menguasai karakteristik peserta
didik.
2 1,2
Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang
sesuai dengan nilai islam
2 3,4
Mampu menganalisis kurikulum
untuk menentukan perencanaan
pembelajaran
4 5,6,7,8
Melakukan kegiatan
pembelajaran yang islami
3 9,10,11
Menggembangkan potensi peserta
didik
2 12,13
Melakukan interaksi edukatif
dengan peserta didik
3 14,15,16
Melakukan penilaian dan evaluasi
pembelajaran secara holistik
2 17,18
2. Menjadi teladan dalam akhlaq
mulia
2 19,20
33
Kompetensi
Kepribadian
Tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi hal-hal yang
merusak diri
2 21,22
Dapat membaca Al-Qur’an
dengan tartil
2 23,24
Mampu meningkatkan diri
dengan mengikuti kegiatan
tarbiyah secara rutin
2 25,26
Mampu menghafalkan Al-Qur’an
minimal juz 30
2 27,28
3.
Kompetensi
Profesional
Menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung materi
pembelajaran
2 29,30
Menguasai kompetensi inti dan
kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu
2 31,32
Mengembangkan kurikulum
sesuai dengan standar isi sekolah
islam terpadu
2 33,34
Mengembangkan dan
mengintegrasikan materi
pembelajaran dengan nilai-nilai
islam
2 35,36
Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
2 37,38
4.
Kompetensi
Menjadikan profesi pendidik
sebagai misi dakwah berbasis
pendidikan
2 39,40
Mampu berinteraksi positif 2 41,42
34
Sosial dengan warga sekolah
Mampu berinteraksi positif
dengan orang tua siswa dan
masyarakat sekitar sekolah
2 43,44
Mampu berinteraksi positif
dengan berbagai pihak dalam
rangka meningkatkan profesinya.
2 45,46
Tabel 1.2
Kisi-Kisi Instrumen Kepala Sekolah
No Indikator Jumlah Soal No. Item
1 Memenuhi standar kompetensi
pendidik SIT
46 1-46
2 Memiliki pengalaman sebagai
pendidik minimal 3 tahun di SIT dan
5 tahun di sekolah lain
2 47,48
3 Memahami standar mutu SIT 2 49, 50
4 Mampu melaksanakan fungsi kepala
sekolah sebagai emaslim (educator,
managerial, administrator,
supervisor, leader, innovator,
motivator dan entrepreneur)
15 51,52,53,54,55,56,
57,58,59,60,61,62,
63,64,65
5 Mampu memimpin misi dakwah
berbasis pendidikan di sekolah
2 66,67
6 Memiliki visi pengembangan
pendidikan islam masa depan
2 68,69
7 Mampu membangun jejaring dengan
berbagai pihak dalam dan luar negeri
3 70,71,72
35
Tabel 1.3
Kisi-kisi Instrumen Angket Tenaga Kependidikan Sekolah Islam Terpadu
No Kompetensi Indikator Jumlah soal No.Item
1 Kompetensi
kepribadian
islam
Menjadi teladan dalam
akhlaq mulia
2 1,2
Mampu meningkatkan diri
dengan mengikuti kegiatan
tarbiyah
2 3,4
Tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi hal-hal yang
merusak diri
2 5,6
Dapat membaca Al-Qur’an
dengan baik
2 7,8
Mampu menghafal Al-
Qur’an minimal 10 surat
pendek
2 9,10
2 Kompetensi
kesholihan
sosial
Mampu berinteraksi secara
positif dengan warga
sekolah
2 11,12
Mampu berinteraksi secara
positif dengan orang tua
siswa dan masyarakat
sekitar sekolah
2 13,14
Mampu berinteraksi secara
positif dengan berbagai
pihak dalam rangka
meningkatkan
Profesinya
2 15,16
3 Kompetensi
secara
umum
Kualifikasi akademik
minimal lulusan D3
2 17,18
Memiliki kompetensi
proesional sesuai dengan
bidangnya
5 19,20,21,22,
23
36
Tabel 1.4
Kisi-Kisi Instrumen Angket Penjaga Sekolah, Petugas Keamanan, Tukang
Kebun, Tenaga Kebrsihan, Sopir, Pesuruh Sekolah Dasar Islam Terpadu
No Kompetensi Indikator Jumlah soal No. Item
1 Kompetensi
kepribadian
islam
Menjadi teladan dalam
akhlaq mulia
2 1,2
Mampu meningkatkan
diri dengan mengikuti
kegiatan tarbiyah
2 3,4
Tidak merokok dan
tidak mengkonsumsi
hal-hal yang merusak
diri
2 5,6
Dapat membaca Al-
Qur’an dengan baik
2 7,8
Mampu menghafal Al-
Qur’an minimal 10
surat pendek
2 9,10
2 Kompetensi
kesholihan
sosial
Mampu berinteraksi
secara positif dengan
warga sekolah
2 11,12
Mampu berinteraksi
secara positif dengan
masyarakat sekitar
sekolah
2 13,14
3 Kompetensi
secara umum
Kualifikasi akademik
minimal lulusan
SMP/MTs
2 15,16
Memiliki ketrampilan
kerja sesuai dengan
bidangnya
5 17,18,19,20,21,
22,23
37
8. Uji Coba Instrumen
Uji coba merupakan salah satu langkah dalam pengembangan
instrumen. Langkah uji coba dilakukan untuk menjamin bahwa alat ukur
yang akan digunakan untuk melakukan pengukuran secara logis dan
empiris memenuhi standar psikometris sehingga apabila digunakan akan
memberikan hasil pengukuran yang sesuai dan dapat diandalkan. Uji coba
instrumen dlakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Pada
penelitian ini uji coba dilakukan di SDIT Taqiyya Rosyida Kartosuro.
a. Validitas instrumen
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukur.18 Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara
uji validitas empirik, yaitu uji coba yang dilakukan untuk mengetahui
keterdalaman instrumen disamping reliabilitasnya. Validitas empirik
digunakan untuk menguji construct validity yaitu untuk mengetahui
sejauh mana instrumen tersebut mengukur sifat bangunan pengertian
atau konstruk tertentu.
Menurut Azwar, istilah validitas empirik menunjuk pada
pengertian bahwa estimasi validitas dinyatakan oleh suatu angka atau
suatu koefisien, atau yang analisisnya dilakukan terhadap data yang
diperoleh secara empirik, yaitu dari score sekelompok subjek yang
18 Azwar, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 5
38
dikenai tes tersebut. Untuk menganalisis data emperik instrumen
dilakukan dengan metode Confirmatory Factor Analiysis (CFA)
dengan program bantuan Lisrel dan Exploratory Factor Analysis
(EFA) dengan bantuan program SPSS 20 yang berfungsi meyakinkan
peneliti bahwa konstruk telah benar-benar mampu mengukur konstruk
variabel.
Analisis faktor merupakan salah satu statistik multivariatif.
Tujuannya adalah untuk mengelompokkan data menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan korelasi antar variabel. Pada penelitian ini,
analisis faktor digunakan untuk mengetahui pengelompokkan individu
sesuai dengan karakteristiknya, maupun untuk menguji validitas
konstruk. Dalam validitas konstruk dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis faktor. Analisis faktor akan menampilkan hasil
ekstraksi butir-butir pertanyaan menjadi beberapa komponen yang
diinginkan peneliti. Prinsip yang digunakan yaitu menggelompokkan
data berdasarkan interkorelasi antarbutir. Sebuah butir/item dinyatakan
pembentukan faktor jika nilai korelasinya lebih besar sama dengan
0,50.
Dengan demikian, menurut Kusnendi tujuan utama dari analisis
faktor adalah untuk mengkonfirmasi model, yaitu model pengukuran
yang perumusannya berasal dari teori. Sesuai dengan hal itu, maka
permasalahan penelitian ini dalam kerangka analsis faktor peling tidak
39
akan membahas antara lain: 1) apakah indikator-indikator yang
dikonsepsikan secara unidimensional, tepat, dan konsisten dapat
menjelaskan konstruk yang diteliti, 2) Indikator-indikator apa yang
dominan membentuk konstruk yang diteliti.19
Sedangkan menurut Ghozali bahwa analisis faktor digunakan
untuk menguji apakah suatu konstruk mempunyai unidimensionalitas
atau apakah indikator-indikator yang digunakan dapat
mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel. Jika masing-asing
indikator merupakan indikator pengukur konstruk, maka akan
memiliki nilai muatan faktor yang tinggi. 20
Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis
faktor untuk uji validitas konstruk menggunakan SPSS adalah data
matriks harus memiliki korelasi yang cukup. Uji Betlet of Sphericity
merupakan uji statistik untuk menentukan ada tidaknya korelasi antar
variabel. Semakin besar sampel, menyebabkan Betlet test semakin
sensitif untuk mendeteksi adanya korelasi antar variabel. Alat uji lain
yang digunakan untuk mengukur tingkat iterkorelasi antar variabel
adalah Kaiser-meyes-Olkin Meansure of Sampling Adequacy (KMO
MSA). Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang
dikehendaki harus >0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor.
19 Kusnendi, Model Persamaan Struktural, (Bandung:Alfabeta, 2008), hlm. 98 20 Ghozali I, Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 135
40
Analisis faktor dalam aplikasi SPSS akan mengelompokkan
indikator yang dianalisis menjadi beberaa faktor yang memiliki nilai
eigen >1. Tiap faktor akan berisi indikator-indikator yang
mengelompokkan pada faktor tersebut. Jika komponen matriks sulit
untuk diinterpretasikan, maka dapat dilakukan rotasi. Penggunaan
SPSS untuk menguji validitas konstruk dilakukan dengan
pertimbangan bahwa unit analisis penelitian ini adalah pendidik dan
tenaga kependidikan Sekolah Islam Terpadu dengan jumlah tidak
mencapai 200 orang (apabila lebih bisa menggunakan program Lisrel).
b. Reliabilitas instrumen
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang
berasal dari kata rely dan ability. Reliabilits dapat juga diartikan
sebagai keterpercayaan, keterandalan, kestabilan dan konsistensi.,
namun ide poko yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Sedangkan
menurut Ghozali reliabilitas sebenernya adalah alat untuk mengukur
suatu suatu instrument yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu instrument dikatakan riliabel atau handal jika jawaban
seseornag terhadap pernyataan adalah konsisiten atau stabil dari waktu
ke waktu.
41
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara :
1) Repeated Meansure (pengukuran ulang): disini seseorang akan
disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda dan
diperbarui dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisiten dengan
jawabannya.
2) One shot (pengukuran sekali saja): disini pengukurannya hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain
atau mengukur korelasi menjawab pertanyaan. SPSS memberikan
fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbroch
Alpha. Suatu instrument dikatakan reliabel jika memiliki nilai
Cronbroch Alpha >0,60.
Mengacu pada metode one shot, maka reliabilitas instrument
dalam penelitian ini diukur menggunakan Cronbroch Alpha dengan
bantuan program SPSS 20. Instrument memiliki reliabilitas tingi jika
alpha 0,61-0,80 dan sangan tinggi apabila alpha 0,81-1,00.
9. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Analisis data digunakan
untuk mengatur urutan data,mengorganisasikannya kedalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar.21 Analisis data dalam sebuah penelitian
merupakan bagian yang sangat penting karena dengan analisis data inilah
21Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 103
42
data yang akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan
masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir dalam penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif yang secara spesifik akan dikaitkan dengan tahap
pengembangan serta didasarkan pada jenis data dan teknik pengumpulan
data yang dilakukan. Analisis data hasil penelitian pendahuluan dilakukan
menggunakan kuantitatif deskriptif dengan narasi yang sesuai dengan
kepentingan penelitian. Sedangkan pada analisis data pada proses
dilakukan dengan deskriptif secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil data dari konstruk teoritik yaitu instrument yang telah diisi
oleh respon pendidik dan tenaga kependidikan kemudian dianalisi secara
kuantitatif yang meliputi: a) menghitung mean, presentase, statistic
deskriptif yang diperlukan, b) membuat table distribusi frekuensi lengkap
dengan kategorisasi dan presentasinya, c) menentukan kriteria standar
pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk mengolah data deskriptif
digunakan excel. Adapun data-data kualitatif berupa hasil pendalaman
melalui wawancara didiskripsikan secara naratif dan digunakan untuk
menjelaskan dan mendukung analisis secara kuantitatif.
Analisi data hasil uji coba instrument digunakan untuk mengetahui
validitas konstruk dan reliabilitas instrument dalam model CIPP. Uji
validitas dilakukan dengan menggunakan CFA dengan bantuan program
SPSS 20, sedangkan uji reliabilitas diketahui melalui parameter
43
Cronbroch Alpha dengan bantuan SPSS 20, rangkuman metode analisis
data dala penelitian ini adalah:
Rangkuman Metode Analisis Data
Metode Analisis
Data
Penggunaan
Statistic deskriptif
dengan program
excel
Menghitung mean, presentase dan penetapan
kriteria yang diperoleh dari penelitian
pendahuluan dan lembar penilaian instrument oleh
responden.
CFA dengan
program SPSS 20
Uji coba konstruk instrumen kompetensi pendidik
dan tenaga kependidikan yang diperoleh dari uji
coba penelitian.
Cronbroch Alpha
dengan program
SPSS 20
Uji reliabilitas instrument yang diperoleh dari uji
coba penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
Guna memudahkan dalam sistematika isi pembahasan Tesis penelitian,
peneliti mencoba merincikan beberapa hal yang dianggap penting dalam
mengolah dan menyusun Tesis ini. Hal demikian juga untuk menghindari
berbagai kesalahpahaman dan kekuranggan dalam memahami maksud dibalik
penyusunan penelitian ini. Oleh sebab itu peneliti memetakan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan. Pembahasan dalam bab ini meliputi: Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah
Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.
BAB II Landasan teori ini berisi tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan di Sekolah Islam Terpadu.
44
BAB III berisi tentang gambaran umum Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Nur Hidayah Surakarta dan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Insan Mulia Surakarta. Pembahasan dalam bab ini meliputi tiga bagian yaitu,
bagian pertama memaparkan gambaran umum Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Nur Hidayah Surakarta yang meliputi identitas sekolah, letak
geografis, visi, misi dan tujuan sekolah, keadaan guru, keadaan pesertadidik
disekolah, serta struktur organisasi disekolah, sarana dan prasarana sekolah.
Bagian kedua memaparkan gambaran umum Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Insan Mulia Surakarta yang meliputi identitas sekolah, letak
geografis, visi, misi dan tujuan sekolah, keadaan guru, keadaan peserta didik
disekolah, serta struktur organisasi di sekolah, sarana dan prasarana sekolah.
Bagian ketiga memaparkan tentang context, input, process dan product
perkembangan dan evalusi standar pendidik dan tenaga kependidikan di SDIT
Nur Hidayah Surakarta dan SDIT Insan Mulia Surakarta tahun pelajaran
2017/2018.
BAB IV Analisis Data. Pembahasan dalam bab ini meliputi analisis data
tentang tentang contextstandar pendidik dan tenaga kependidikan, input
standar pendidik dan tenaga kependidikan, proses perkembangan pendidik dan
tenaga kependidikan dan product standar pendidik dan tenaga kependidikan di
SDIT Nur Hidayah dan SDIT Insan Mulia Surkarta tahun pelajaran
2017/2018.
top related