bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/1378/2/bab...
Post on 03-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seniman merupakan manusia yang mampu mewarnai peradaban manusia.
Kehadirannya sangat berarti, yaitu sebagai kunci pembedah peradaban suatu kelompok.
Predikat untuk menjadi seorang seniman sangat berat karena seorang seniman harus
memiliki energi kegilaan yang luar biasa. Tanpa energi kegilaan ini tidak mungkin seniman
mampu melahirkan karya kreatif dan besar.
Sebuah pendapat menyatakan bahwa “Seniman-seniman yang mampu
mengungkapkan ciptanya kedalam suatu bentuk seni biasanya disebut seniman kreatif,
sedangkan seniman yang mampu mengungkapkan cipta orang lain disebut seniman
penyaji atau seniman timbal” (Suwaji Bastomi, 1992: 97-98).
Dalam mempelajari suatu ilmu harus berpikir secarakritis. Demikian pula,
saatmempelajari Seni Rupa. Cara berfikir kritis tersebut dapat dituangkan dalam bentuk kritik
seni. Mengkritik dapat mengapresiasikan suatu karya seniman. Kita dapat mengetahui
bagaimanakan karya seni tersebut dapat tercipta ditangan seniman.
Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti alur kehidupan Titut Edi
Purwanto biasa dipanggil Edi Titut yang dianggap menarik untuk dikaji, sebagai objek
penelitiannya. Nama yang cukup popular di Banyumas dan sekitarnya. Beliau dikenal sebagai
seniman yang nyentrik, selain prestasinya dalam penelitian ini mengharapkan agar
masyarakat mengenal bahwa ada seniman hebat di Banyumas. Bukan itu saja tetapi juga
sifatnya yang ramah sopan santun dan berjiwa sosiali yang tinggi kepada masyarakat
sehingga ia dihormati.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
2
Seniman pendiri sanggar seni Cowong Sewu tersebut tinggal di Jalan Lemah Urug
No.1, desa Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas ini dikenal suka
berbuat aneh-aneh, ia sering mengadakan atraksi dengan mengumpulkan sejumlah pelukis
untuk melukis dengan cara yang tidak biasa. Umumnya melukis dengan kuas ini justru
menggunaakan tubuhnya yang berguling untuk menorehkan catnya di kanvas sehingga
membentuk obyek lukisan.
Salah satu karya beliau sebagai seniman adalah cowong sewu yang awalnya ritual
mistik, kemudian diubah menjadi sebuah kesenian khas Banyumasan, yang mempunyai nilai
seni pertunjukan yang tinggi. Titut Edi Purwanto pernah berkesempatan mengikuti festival
karya seni di Banyumas, hasil karya beliau sering menjadi juara, contohnya yaitu Cowong
Sewu yang menjadi juara 1 festival karya seni Banyumas. Pada awalnya ritual Cowong Sewu
diciptakan oleh para leluhur karena adanya rasa prihatin karena terjadinya kemarau panjang
yang menyebabkan tanaman mati, kekeringan dan jika tidak diupayakan suatu upaya
permohonan kepada sang Pencipta maka akan terjadi kelaparan dan kematian. Ritual minta
hujan ini pada saat itu bukan menjadi hal yang salah karena pada kenyataannya masyarakat
zaman dahulu belum mengerti tentang agama dan kepercayaan. Sehingga para leluhur berdoa
meminta hujan dengan melakukan ritual cowongan. Seiring berkembangnya zaman agar
kebudayaan ini tidak hilang, salah satu tokoh budayawan Banyumas Titut Edi Purwanto
menjadikan kebudayaan cowongan ini sebagai suatu seni pertunjukkan yang disebut dengan
nama Cowong Sewu. Kemudian berawal dari ritual memanggil hujan dibuah Kesenian ini
mempertunjukkan tradisi cowongan dengan tujuan memperkenalkannya kepada masayarakat
agar tetap lestari dan tidak punah.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti alur kehidupan Titut Edi
Purwanto yang dianggap menarik untuk dikaji. Peneliti memilih Titut Edi Purwanto sebagai
objek penelitiannya, selain dikarenakan prestasinya yang membanggakan keluarga dan warga
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
3
Banyumas pada umumnya, tetapi juga karena keunikan beliau yang membedakan dari
seniman lukis lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menulis
penelitian ini yang akan mengkaji tentang kehidupan tokoh tersebut menyangkut latar
belakang keluarga, latar belakang pendidikan, dan kehidupan sosial budayanya serta
memaparkan bagaimana perjalanan seniman Titut Edi Purwanto hingga seperti sekarang ini.
B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan diteliti sebagai berikut:
1. riwayat kehidupan Titut Edi Purwanto sebagai tokoh seniman
2. kiprah Titut Edi Purwanto sebagai seniman lukis di Banyumas dan sekitarnya
3. prestasi Titut Edi Purwanto sebagai seniman
C. Tujuan Penelitian
Dari Permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini
bermaksud untuk memaparkan:
1. mengetahui riwayat kehidupan Titut Edi Purwanto sebagai tokoh seniman
2. menjelaskan kiprah Titut Edi Purwanto sebagai seniman di Banyumas dan sekitarnya
3. mengetahui prestasi Titut Edi Purwanto sebagai seniman
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini sebagai Dasar pengambilan judul untuk dijadikan penyusunan
Tugas Akhir Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas FKIP Universitas Muhammadiyah
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
4
Purwokerto. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
memperkaya wawasan tentang seniman lokal khususnya seni lukis. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna sebagai salah satu referensi dalam menganalisis biografi seorang
tokoh dan perannya dalam masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi masyarakat
maupun pembaca lainnya tentang pentingnya menghargai hasil karya seorang seniman. Hasil
penelitian ini diharapkan berguna untuk membina karakter berseni/ gairah sehingga
munculnya seniman-seniman muda yang berprestasi.
E. Kajian Pustaka Dan Penelitian yang Relevan
1. Kajian Pustaka
a. Seniman
Seni merupakan bentuk aktivitas manusia untuk menciptakan suatu karya
apapun, yang kemudian sebagai cipta seniman akan menyampaikan ungkapan perasaan
tentang perkembangan lingkungan masyarakat dan fenomena-fenomena alam yang terjadi
di sekitar kepada orang lain. Seni bukan hanya semata-mata kegiatan jasmani saja,
melainkan aktivitas jasmani maupun rohani. Achdiat Karta Miharja menyatakan: “Seni
adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realita dalam suatu karya yang berkat
bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam
pengalaman rohani si penerimanya” (dalam Suwaji Bastomi, 1992: 20).
Sebuah karya seni akan menimbulkan kembali perasaan dari pencipta apabila
penikmat seni mampu menangkap, menerima dan menelaah filosofis apa yang terkandung
dalam seni tersebut. Mengingat bahwa setiap manusia memiliki kemampuan dan daya
tangkap yang berbeda-beda, maka perasaan yang ditangkap oleh penikmat seni juga akan
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
5
berbeda-beda satu sama lain. Untuk itu seorang seniman dituntut memiliki sebuah
kreativitas yang mampu menyamakan persepsi penikmat seni yang bertujuan agar
penikmat seni mampu menerima dan menganalisis pesan filosofis yang terkandung
dalam sebuah karya seni sesuai dengan maksud dari pencipta karya seni tersebut.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa kegiatan seni merupakan
salah satu bahasa batin yang bersifat filosofis yang mampu menyikapi perkembangan
lingkungan masyarakat dan fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitar kita melalui
sebuah bentuk karya seni yang kemudian disuguhkan kepada para penikmat seni. Pada
dasarnya seniman adalah seorang spesialis, artinya seorang yang memiliki kekhususan,
kekhususan dalam hal memiliki daya dan kemampuan menciptakan seni atau
menghasilkan seni (Suwaji Bastomi, 1992: 98).
Seniman merupakan manusia yang mampu mewarnai peradaban manusia.
Kehadirannya sangat berarti, yaitu sebagai kunci pembedah peradaban suatu kelompok.
Predikat untuk menjadi seorang seniman sangat berat karena seorang seniman harus
memiliki energi kegilaan yang luar biasa. Tanpa energi kegilaan ini tidak mungkin seniman
mampu melahirkan karya kreatif dan besar.
Sebuah pendapat menyatakan bahwa “Seniman-seniman yang mampu
mengungkapkan ciptanya kedalam suatu bentuk seni biasanya disebut seniman kreatif,
sedangkan seniman yang mampu mengungkapkan cipta orang lain disebut seniman
penyaji atau seniman timbal” (Suwaji Bastomi, 1992: 97-98).
Seniman adalah istilah subyektif yang merujuk kepada seseorang yang kreatif, atau
inovatif, atau mahir dalam bidang seni, Penggunaan yang paling kerap adalah untuk
menyebut orang-orang yang menciptakan seni, seperti lukisan, patung, seni peran, seni tari,
sastra, film dan musik. Seniman menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
6
karya dengan nilai estetik. Ahli sejarang seni dan kritikus seni mendefinisikan seniman
sebagai seseorang yang menghasilkan seni dalam batas-batas yang diakui.
Pada diri seniman, potensi seni terkait erat dengan fungsi yang disandangnya, antara
lain sebagai media pewarisan budaya, sarana pendidikan, media hiburan masyarakat, aset
pendapatan devisa nasional, fungsi ekonomi masyarakat, dan fungsi politik tertentu. Dari
berbagai potensi tersebut, muncul berbagai macam dampak, baik dampak yang positif
maupun yang negatif.
Kata seni berasal dari kata sani yang kurang lebih artinya ”jiwa yang luhur atau
ketulusan jiwa”. Menurut kajian ilmu di Eropa, seni disebut art (artivisual) yang artinya
kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Menurut Suharto mojo Rijoat
dalam buku Ethnologie, kesenian adalah segala sesuatu ciptaan manusia untuk memenuhi
atau untuk menunjukkan rasa keindahan. Keseniaan merupakan hasil dari unsur budaya
manusia, yaitu rasa. Kesenian selalu mewakili sesuatu dan mengomunikasikan informasi.
Komunikasi di dalam kesenian berbeda dengan komunikasi lain. Komunikasi di dalam
kesenian harus diubah ke dalam bentuk kiasan atau pernyataan simbolik (Mulyadi 69-68).
Berdasarkan penelitian para ahli, seni atau karya seni sudah ada kurang lebih sejak
60.000 tahun yang lalu. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan.
Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan
warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak atau bukti ini mirip lukisan
modern yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebasan mengubah bentuk
(Mulyadi 69). Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatar
belakangi oleh keadaan social budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian.
Keberadaannya lahir melalui proses pewarisan, maka kesenian menjadi tradisi turun temurun.
Kesenian tidak berdiri sendiri, melainkan didukung oleh unsure - unsur seni lainnya.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
7
Misalnya seni rupa tidak akan lepas dari unsur seni musik dan seni tari bahkan seni sastra dan
drama.
Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatar belakangi oleh
keadaan social budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian. Keberadaannya
lahir melalui proses pewarisan, maka kesenian menjadi tradisi turun temurun. Kesenian tidak
berdiri sendiri, melainkan didukung oleh unsur-unsur seni lainnya. Misalnya seni rupa tidak
akan lepas dari unsur seni musik dan seni tari bahkan seni sastra dan drama.
Seni pada dasarnya adalah suatu bahasa komunikasi yang disampaikan melalui suatu
media. Seniman sebagai sumber komunikasi, sedangkan karya seni sebagai media
komunikasi dan pengamat atau masyarakat sebagai penerima. Oleh karena itu, suatu karya
seni memiliki beberapa fungsi, bukan saja bersifat pribadi tetapi juga bersifat sosial. Herbert
Read dalam bukunya yang berjudul The Meaning of Art, menyebutkan bahwa seni
merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk
yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan
perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu
kesatuan dari bentuk yang disajikan (Darsono, 2004: 2).
Seni murni adalah seni yang dikembangkan untuk dinikmati keindahannya. Estetika
bentuk merupakan faktor utama dibandingkan fungsi dari benda itu sendiri, karya seni murni
lebih banyak dimanfaatkan sebagai barang pajangan atau koleksi. Proses pembuatannya yang
dikerjakan secara satuan menjadi nilai jual untuk karya seni murni. Karya seni murni
biasanya dibuat dalam jumlah satuan, sehingga menjadi gengsi tersendiri bagi para kolektor
untuk memilikinya. Sebagai contoh karya seni murni diantaranya Lukisan, Kaligrafi, dan
Patung.
b. Seni lukis
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
8
Seni Lukis merupakan cabang dari seni rupa yang cara pengungkapannya diwujudkan
melalui karya dua dimensional dimana unsur-unsur pokok dalam karya dua dimensional
adalah garis dan warna. Menurut pengertian umum Melukis adalah kegiatan mengolah
medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu.
Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, kain dan bahkan film
di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa
bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang
digunakan. Bahan yang diproses untuk melukis kain katun yang dapat menyerap atau
meresap warnanya (Soedarso Sp, 1990: 11).
Lukisan adalah karya seni yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan
berbagai warna, dengan kedalaman warna "pigmen" dalam pelarut (atau medium) dan gen
pengikat (lem) untuk pengencer air, gen pegikat berupa minyak linen untuk cat minyak
dengan pengencer terpenthin, pada permukaan (penyangga) seperti kertas, kanvas, atau
dinding. Ini dilakukan oleh seorang pelukis, dengan kedalaman warna dan cita rasa pelukis,
definisi ini digunakan terutama jika ia merupakan pencipta suatu karya lukisan.Manusia telah
melukis selama 6 kali lebih lama berbanding penggunaan tulisan. Sebagai contoh lukisan-
lukisan yang berada di gua-gua tempat tinggal manusia prasejarah.
Manusia berkomunikasi melalui bahasa verbal dan bahasa non-verbal. Bagi seniman,
untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya, kekesalannya, harapannya, mau tidak mau
ia harus berbicara dengan bahasa non-verbal, yaitu dengan gestur, ekspresi, ataupun sorot
mata. Bagi seniman, bahasa non-verbal sangatlah penting untuk mewakili semua perasaan
yang ia ingin keluarkan karena seniman mengekspresikan perasaannya melalui karya.
Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa yang pada saat ini mengalami
perkembangan begitu pesat, demikian pula mengenai batasan-batasan pengertiannya. Secara
umum seni lukis diartikan sebagai suatu penggunaan warna pada sebuah bidang permukaan
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
9
untuk menciptakan maksud tertentu dari sebuah imajinasi. Sebuah pendapat menyatakan
bahwa: “Seni lukis merupakan salah satu hasil karya seni rupa dwi matra, di samping
seni grafis, ilustrasi, desain komunikasi visual gambar dan sketsa” (Edy Tri Sulistyo,
2005:1. b).
Bermacam pendapat dari para ahli mengenai pengertian seni lukis yang hingga
sekarang ini masih berkembang secara elementer, maka dipertegas dalam Ensiklopedia
Indonesia: “Seni lukis adalah bentuk lukisan pada bidang 2 dimensi, berupa hasil
pencampuran warna yang mengandung arti”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pengertian seni lukis dapat disimpulkan
sebagai hasil aktivitas manusia yang dituangkan dalam bidang dua dimensi dalam arti
mempunyai ukuran panjang dan lebar dengan melandaskan fisioplastis dan ideoplastis
menggunakan medium seni rupa sehingga menghasilkan karya seni lukis yang
mempunyai nilai artistik guna mencapai ekspresi dan imajinasi.
Di dalam seni lukis pada hakekatnya terdapat kegiatan melukis untuk
menuangkan ide kreatif yang terdapat unsur ekspresivitas dan kreativitas. Sebuah pendapat
menyatakan:
“Melukis dapat dikatakan sebagai kegiatan menggambar, jika ungkapan
perasaan (ekspresi) merupakan aspek yang paling dominan, oleh karenanya melukis
dapat dikatakan dengan istilah menggambar ekspresi. Jadi, melukis berarti usaha
seseorang (sebut: seniman) untuk menyalurkan ungkapan perasaandengan
menggunakan media seni rupa lazimnya adalah media cat minyak di atas kanvas
atau cat air di atas kertas” (Edy Tri Sulistyo, 2005: 1-2. b)
Penelitian kali ini mengangkat biografi dari seorang seniman yang menganut aliran
surealisme. Aliran surealisme yaitu aliran yang erat kaitannya dengan dunia fantasi, seolah -
olah kita melukis dalam dunia mimpi. Lukisan surealisme juga biasanya memiliki bentuk
atau lukisan yang tidak logis serta seperti khayalan.
c. Seni Pertunjukan.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
10
Kata seni pertunjukan mengandung pengertian untuk mempertunjukakan sesuatu yang
bernilai seni tetapi senantiasa berusaha untuk menarik perhatian bila ditonton. Kepuasan bagi
yang menikmatinya tergantung sejauh mana aspek jiwa melibatkan diri di dalam pertunjukan
itu dan kesan yang diperoleh setelah menikmati sehingga menimbulkan adanya perubahan
dalam dirinya sendiri, seperti merasa memperoleh wawasan baru, pengalaman baru, dan
kedalaman atau kepekaan dalam menangkap sesuatu sehingga bermakna (M Jazuli 1994 :
60).
Menurut Seodarsono (2003 : 1) mengatakan bahwa seni pertunjukan adalah salah satu
cabang seni yang selalu hadir dalam kehidupan masyarakat. Seni pertunjukan sebagai seni
yang hilang dalam waktu,karena hanya bisa kita nikmati apabila seni tersebut sedang di
pertunjukkan. Menurut RM. Soedarsono dalam Endang Caturwati (2007 : 36) seni
pertunjukan memiliki fungsi primer dan sekunder yang berbeda. Fungsi primer seni
pertunjukan adalah apabila seni tersebut jelas siapa penikmatnya. Secara garis besar fungsi
primer memiliki tiga: yaitu (1) sebagai sarana upacara, (2) sebagai ungkapan pribadi dan (3)
sebagai presentasi estetis. Adapun fungsi sekunder apabila seni pertunjukan bertujuan bukan
untuk dinikmati, tetapi untuk kepentingan yang lain. Ini berarti fungsi pertunjukan menjadi
multifungsi, tergantung dari perkembangan masyarakat pendukungnya. Multifungsi itu antara
lain : sebagai pengikat kebersamaan, media komunikasi, interaksi, ajang gengsi, bisnis dan
mata pencaharian.
Bentuk penyajian seni pertunjukan tradisional pada umumnya sederhana dan spontan,
penuh improvisasi,baik dalam pemeranan, tarian, maupun jalan cerita. Tidak ada latihan dan
persiapan yang sifatnya khusus. Dengan demikian sifat seni pertunjukan jenis ini, amat
dinamik dan cepat sekali berkembang sesuai dengan perubahan-perubahan masyarakatnya.
Apabila masyarakat berubah atau menerima unsur-unsur budaya baru, maka seni pertunjukan
ini pun menyesuaikan diri dengan perubahan.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
11
Dalam pertunjukan seni tradisional, tari merupakan bentuk visual yang dapat
memberikan nuansa keindahan. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar pertunjukan seni
tradisional di dalamnya terdapat adanya unsur gerak tari. Dari pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa seni pertunjukan adalah sesuatu yang bernilai seni dan berusaha menarik
perhatian penonton dan saat disajikan hendaknya secara utuh sehingga dapat dinikmati
langsung oleh masyarakat pendukung maupun penikmatnya.
2. Penelitian yang Relevan
Penelitian dan penulisan biografi seorang tokoh masyarakat memang sudah sering
dilakukan oleh para sejarawan. Pada dasarnya penulisan biografi tokoh yang terkenal maupun
tokoh yang berjasa dalam suatu lingkup masyarakat, mempunyai alur pemikiran yang
terfokus pada alur kehidupan tokoh dan prestasi yang diraihnya tersebut maupun pemikiran-
pemikirannya yang bermanfaat bagi masyarakat. Berikut ini beberapa penelitian yang
menjadi refrensi peneliti adalah sebagai berikut:
Darmawan Kristianto (2007) dengan judul skripsi Studi Tentang Seni Lukis Realis
Karya Agus Wiryawan Periode Tahun 2001-2003. Agus Wiryawan adalah salah satu seniman
dari Surakarta yang beraliran realisme yang masih aktif dalam berkarya. Sebagian karya lukis
realis yang dibuat juga nampak seperti potret. Agus Wiryawan dalam berkarya
dipengaruhi oleh kepuasan batin sebagai faktor utama yang kemudian didukung oleh
latar belakang lingkungan keluarga, latar belakang pendidikan dan latar belakang
lingkungan masyarakat. Agus Wiryawan melukis dengan tema aktivitas kehidupan
manusia, khususnya aktivitas kaum perempuan. Dari penelitian terdahulu tersebut peneliti
menjadi terdorong dan tertarik untuk melakukan penelitian tentang tema yang sama dari
refrensi penelitian tersebut.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
12
Oktaviani Peni (2015) dengan skripsi berjudul Seni Cowong. Seni Cowong/cowongan
adalah kesenian khas Banyumasan yang digelar dalam rangka upacara meminta hujan.
Namun di desa Pangebattan kesenian Cowongan juga digelar untuk sarana syair islam.
Kartikasari (2013) dengan skripsinya yang berjudul Lukisan Realistik Karya Nasirun.
Dalam skripsinya menjelaskan bahwa lukisan Nasirun, pergulatan budaya sinkretis Jawa
Islam itu tampil unik karena didekati dengan olah rupa yang ekspresif, mendalam sekaligus
penuh permainan. Ekspresif lahir dari spontanitas mengola ingatan budaya dan
menerjemahkannya dalam elemen visual cair mengalir. Lukisan Nasirun yang berjudul Imaji
Baraq Jawa adalah lukisan surealisme yang bermula dari cerita yang didapatkannya waktu
kecil ketika ibunya mendongeng yang kemudian divisualisasikan ke dalam gambar.
Kemudian menggambarkannya keadaan tersebut di atas kanvas. Dengan sebuah imajinatif
yang ada di dalam pikirannya.
Sandra (2014) dengan skripsinya yang berjudul Biografi Yakut: Kiprah dan Prestasi
Dalang Muda dari Banyumas. Sandra menyimpulkan bahwa tidak semua dalang itu
berkiprah ketika sudah tua, tetapi menjadi dalang juga bisa ketika usia masih muda, hal ini
karena tergantung pada minat dan bakat pada seseorang jika orang tersebut bakat sejak kecil
maka dalam usia mudapun sudah bisa mempertjunjukan dirinya sebagai dalang dan tidak
harus menunggu sudah tua. Hal ini bisa menjadi inspirasi untuk generasi penerus.
Menurut Endah Puji Lestari (2005) dalam skripsinya yang berjudul Biografi Karsinah
(Mantan Lengger) di Desa Kalisabuk, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap,
menyimpulkan bahwa Karsinah sudah menjadi lengger di umur belasan tahun. Kesenian
lengger merupakan bakatnya dan untuk menyalurkan bakatnya itu ia mempelajari lengger
dari salah satu seniornya, kemudian ia juga tidak segan untuk berbagi ilmu kepada anak-anak
atau orang yang ingin mempelajari lengger seperti dirinya. Saat sudah menikah ia kemudian
menghentikan kegiatannya sebagai seorang legger demi mengurusi keluarga, suami, dan
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
13
anak-anaknya. Padahal pada saat itu usianya yang masih produktif untuk berkarya. Saat
menjadi lengger, Karsinah pernah tampil di depan tamu Negara dan para turis mancanegara.
Artikel pada jurnal Humaniora volume XIX. No. 2/2007 yang ditulis oleh A. Adaby
Darban yang berjudul “Mengungkap Biografi Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo”
menyimpulkan bahwa Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo salah seorang murid HOS
Cokroaminoto kawan Sokearno yang menjadi pemimpin Sarekat Islam (SI). Marijan
Kartosuwiryo yang meliputi lain masa kecil dan pendidikannya, perkenalannya dengan dunia
politik dan temu jodohnya, perjuangannya di luar kepartaian, pergerilyaannya melawan
Belanda, serta perang segi tiga dan berdirinya NII. Sekarmaji, sebuah nama asli yang
diberikan oleh orang tuanya ketika ia lahir di Cepu pada tanggal 7 Februari 1905, sedangkan
Marijan Kartosuwiryo adalah nama ayahnya, seorang pegawai gubernemen Hindia Belanda
dengan jabatan Mantri Kehutanan. Pada usia 6 tahun ia dimasukkan sekolah Tweede
Inlandsche School, kemudian dipindah ke HIS. Setelah lulus HIS, ia melanjutkan ke
Europeeshe Legere School (ELS), kemudian melanjutkan ke Hogere Burgelijks School
(HBS), dan lebih lanjut meneruskan pendidikannya di Nedelandsche Indische Artsen School
(NIAS), yaitu sekolah ilmu kedokteran di Surabaya. Di Surabaya inilah Sekarmaji M.
Kartosuwiryo bergabung dengan Haji Omar Said Cokroaminoto (pemimpin Sarekat Islam)
yang kemudian dijadikan pembimbing rohani.
Penelitian terdahulu tersebut menjadi referensi bagi peneliti untuk melakukan
tindakan. Beberapa penelitian terdahulu tersebut memanglah berbeda dari segi objek dan
penelitiannya, namun pada dasarnya penelitian biografi suatu tokoh mempunyai tujuan yang
sama yaitu untuk memaparkan kehidupan suatu tokoh masyarakat yang mempunyai
pengaruh.
Dari beberapa contoh peneliti diatas yang merupakan sebuah penelitian seniman atau
seni lukis maka peneliti biografi kali ini merupakan jenis biografi seniman atau seni lukis.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
14
Penelitian ini memaparkan kehidupan dari suatu tokoh masyarakat yang tergolong mampu
menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi remaja. Kemampuannya dalam bidang
melukis menginspirasi agar kita sebagai penduduk asli Indonesia untuk menghargai sebuah
karya dari seorang seniman, agar mereka mampu berkembang dan membanggakan nama
Indonesia dikancah dunia dengan hasil karya-karyanya.
F. Kerangka Teoritis dan Pendekatan Penelitian
1. Kerangka Teoretis
Biografi dalam Historiografi jarang sekali ditulis oleh sejarawan. Sebagian besar yang
menulis biografi adalah para jurnalis atau wartawan. Biografi dalam penulisan sejarah dapat
memberikan sumbangan berupa psiko-history, yaitu sejarah kejiwaan tokoh-tokoh sejarah,
khususnya para pelaku dan penyaksi. Tokoh-tokoh yang layak ditulis riwayat hidupnya
adalah orang-orang besar dalam sejarah yang sesuai kiprahnya (Priyadi,2011:98)
Biografi adalah sejarah, sama halnya dengan sejarah kota, negara atau bangsa. Sayang
banyak biografi ditulis tidak oleh sejarawan tetapi oleh pengarang dan jurnalis, padahal
biografi lebih marketable dari pada buku-buku sejarah biasa. Ladang yang subur ini belum
mendapat ladang perhatian yang memadai dari sejarawan dan mahasiswa sejarah. Mungkin
karena kesulitan mencari sumber, sebab wawancara untuk sebuah historiografi memerlukan
kepercayaan yang tinggi dari narasumber yang dipengaruhi mahasiswa atau sejarawan muda.
Biografi atau catatan tentang seseorang itu, meskipun sangat mikro menjadi bagian
dalam mosaik sejarah yang lebih besar. Malah ada pendapat bahwa sejarah adalah
penjumlahan dari beberapa biografi. Dengan adanya biografi dapat dipahami para pelaku
sejarah, zaman yang menjadi latar belakang biografi dan lingkungan sosial politiknya. Akan
tetapi sebenarnya sebuah biografi tidak perlu menulis tentang hero yang menentukan jalan
sejarah, cukup partisipan, bahkan the unknown. Namun tidak memiliki tokoh itu tentu
mempunyai resiko tersendiri (Kuntowijoyo, 2003:203-204).
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
15
Biografi dibedakan menjadi tiga macam yaitu biografi yang komperhensif, biografi
yang topikal, dan biografi yang diedisikan. Biografi yang komperhensif adalah biografi yang
panjang dan bersegi banyak. Biografi komperhensif memiliki tema penelitian lebih dari satu
dan sifat pembahasannya lebih umum. Apa bila isinya pendek dan sangat khusus sifatnya,
biografi tersebut disebut biografi topical. Biografi topical memuat satu kajian atau tema
penelitian dan isinya khusus. Sedangkan biografi yang diedisikan adalah biografi yang
disusun oleh pihak lain (siti komariah:2002).
Ada dua macam biografi yaitu portrayal (portait) dan sctientific (ilmiah), yang
masing-masing mempunyai metodelogi sendiri. Biografi disebut portrayal bisa hanya
mencoba memahami. Biografi yang termasuk kategori ini adalah biografi politik, bisnis,
olahraga, dan sebagainya serta prosopography yaitu biografi kolektif. Dalam biografi yang
scientific orang berusaha menerangkan tokohnya berdasarkan analisis ilmiah. Dalam hal ini
penggunaan koonsep dan teori dari psychohistory (sejarah kejiwaan) (Kuntowijoyo,
2003:208).
Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang benar-benar ada
dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para pembacanya, baik mengenal tokoh tersebut
maupun tidak. Hikmah yang dapat dipetik tidak pada prestasi yang diraih tokoh tetapi juga
kegiatan-kegiatan yang dihadapinya serta cara mengatasi masalah. Tokoh ini bisa saja sudah
meninggal atau masih hidup. Pada biografi tokoh-tokoh sejarah, misalnya, pahlawan tidak
diabaikan sebagai model dari manusia Indonesia yang menunjukan sifat-sifat utama dalam
pengabdiannya terhadap nusa bangsa (Kartodirdjo, 1982: 254).
Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang.
Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri
yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya.
Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
16
terkenal. Namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu
atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh
sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis
secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-
tema utama tertentu (misalnya masa-masa awal yang susah atau ambisi dan pencapaian).
Selain biografi, pengetahuan tentang otobiografi, memorie dan prosopography
diperlukan dalam penelitian ini agara peneliti biografi pada tokoh ini menghasilkan kualitas
yang baik. Bedanya dengan auto biografi,sebuah biografi tidak ditulis sendiri oleh tokoh
yang bersangkutan melainkan orang lain. Penelitian biografi juga sama dengan penelitian
lainnya yang dimiliki kelebihan dan kelemahan yang masih menjadi perdebatan pemikira
tentang kelebihan dan kelemahan.
Menurut pemikiran Sartono Kartodirdjo (1992:76-77) biografi dipandang memiliki
kelemahan pada teknik penulisan. Teknik penulisan biografi membutuhkan kemahiran dalam
pemakaian bahasa dan retorik tertentu, pendeknya seni menulis. Disamping itu biografi juga
mempunyai fungsi penting dalam pendidikan apa bila biografi yang ditulis dengan baik
sangat mampu membangkitkan inspirasi kepas pembaca.
Beberapa penjelasan mengenai biografi sudah dipaparkan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa penulisan biografi sangat mudah dibedakan dengan penulisan penelitian
lainnya. Penulisan biografi mempunyai kekhasan penulisan tersendiri dilihat dari ciri-ciri teks
biografinya. Setiap penulisan biografi mempunyai ciri-cii khas yang pertama dengan struktur
teks meliputi orientasi, peristiwa atau masalah, dan reorientasi. Teks orientasi merupakan
bagian dari pengenalan tokoh yang berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku didalam
teks biografi. Bagian teks peristiwa atau masalah yang dialami tokoh berisi penjelasan
peristiwa yang terjadi atau dialami tokoh. Teks reriontasi merupakan bagian penutup yang
berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
17
Hal yang menarik bagi peneliti sehingga melakukan penelitian biografi yaitu karena
mengungkapkan sesuatu yang nyata (tidak fikfif) dan mengandung pelajaran berharga
sekalipun peneliti sama sekali belum mengenal tokoh yang diceritakan serta tidak tahu
banyak yang mengenai bidang yang ditekuni tokoh tersebut. Sebuah biografi menceritakan
proses mulai dari kanak-kanak tokoh tersebut termasuk latar belakang lingkungan dan
keluarga, timbulnya cita-cita dalam benak sang tokoh untuk terjun dlam bidang yang
disukainya, awal karir sang tokoh berikut berbagai masalah yang muncul, sampai saat ia
berhasil mewujudkannya.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan sosial dan
antropologi budaya. Pendekatan sosial digunakan untuk mengkaji hubungan antara individu
dengan masyarakat luas. Pendekatan sosial yang digunakan dalam penelitian ini karena
berdarkan ilmu-ilmu sosial yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan ilmu-ilmu
sosial yang ada dalam masyarakat dan kemudian diterapkan dengan pendekatan kebudayaan
yang selaras dengan tema penelitian mengenai tokoh masyarakat dalam bidang kesenian
merupakan suatu perpaduan yang baik. Ilmu sosial yang digunakan saat tokoh masyarakat ini
berinteraksi dengan masyarakat dalam pertunjukan seninya dan juga dalam kehidupan sehari-
hari. Sehingga dalam penerapan ada masyarakat luas untuk bekerja sama (Miftah Toha, 2010
:46). Dalam penelitin kali ini adalah seorang seniman. Seniman merupakan seseorang yang
mempunyai kekhususan dalam menciptakan atau menghasilkan seni. Seniman dituntut daya
kreativitasannya karena untuk berinteraksi dengan para penikmat seni agar setiap karya seni
yang diciptakan mampu diterima dan dianalisi oleh penikmat seni ataupun orang biasa.
Pendekatan antropologi budaya memiliki hubungan erat dengan seni lukis tersebut.
Pada umumnya orang awam mengartikan antropologi budaya secara sempit yaitu sebagai
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
18
pengertian dari kebudayaan itu sendiri. Pengertian itu seperti kebudayaan adalah hasil seni,
keindahan dan warna. Sebaliknya banyak pula antropolog yang meberikan arti dalam
cangkup yang luas terhadap kebudayaan. Sedangkan pengertian antropologi budaya itu
sendiri. Menurut Koentjaraningrat Antropologi merupakan studi tentang umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari berbagai warna, bentuk fisik masyarakat dan budaya yang
dihasilkan. Menurut antropologi, arti kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990 : 193).
Dalam perkembangannya seni lukis berkembang dengan sangat pesat dari yang
semula hanya sebuah gambar, simbol-simbol, dan warna yang terdapat di dinding-dinding
goa ataupun di dinding-dinding perbukitan. Sekarang seni lukis sudah menjadi sebuah karya
seni yang indah dan inovatif. Dengan pendekatan antropologi budaya seni lukis dapat
berkembang dengan pesat tergantung daya kreatifitasan seniman itu sendiri untuk membuat
sebuah karya seni yang bisa diterima oleh penikmat seni.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha mengungkap sejarah perjalanan hidup seorang tokoh. Guna
membantu membantu proses penelitian ini, peneliti membutuhkan suatu metode penelitian.
Metode yang tepat dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis atau metode
penelitian sejarah. Metode historis atau metode penelitian sejarah adalah suatu cara seorang
sejarawan mendekati objek penelitian dengan langkah-langkah yang terstruktur sehingga
akan mempermudah dalam memperoleh data sejarah (Priyadi, 2013 : 111).
Menurut Gottschalk, metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara
kritis terhadap rekaman atau peninggalan masa lampau. Kemudian data-data yang teruji dan
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
19
dianalisis diususn kembali menjadi sebuah kisah sejarah. Pencapaian metode historis ini
meliputi empat tahapan, yaitu:
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Pengumpulan sumber atau heuristik merupakan langkah untuk memperoleh dan
menampilkan sumber-sumber sejarah. Upaya peneliti untuk mendapatkan data yang akurat
yaitu melalui dokumentasi dan wawancara interview.
Dalam memasuki tahap pengumpulan sumber (heuristik), seorang penulis sejarah
memasuki lapangan (medan) penelitian. Kerja penelitian secara aktual dimulai. Di lapangan
penelitian ini kemampuan teoritik yang bersifat deduktif-spekulatif sebagai tertuang dalam
proposal atau rancangan penelitian yang akan diuji secara induktif-empirik atau pragmatik
(Daliman, 2012 :51).
Penulis pada penelitian ini menggunakan wawancara untuk mendapatkan sumber
lisan yang asli atau otentik, wawancara dilakukan secara intensif kepada Titut Edi Purwanto
dan keluarganya untuk memperoleh data yang diperlukan. Kemudian diuji kebenarannya agar
mendapat data yang valid. Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap narasumber tentu
harus berkali-kali. Wawancara pertama merupakan upaya penjajakan peneliti dan perkenalan
narasumber. Pelaku atau narasumber dalam hal ini masih ragu-ragu dalam memberikan
keterangan atau penjelasan, serta kisah sejarah kepada peneliti. Pertama-tama ada
kemungkinan, pelaku atau narasumber itu tidak berterus terang meskipun tidak berbohong.
Pelaku masih belum memahami maksud wawancara itu. Pelaku bisa berpikir bahwa jangan-
jangan wawancara itu dimaksudkan untuk membuka rahasia atau kedok kejahatan, kesalahan,
kebodohan, dan berbagai perilaku lain yang menyebabkan peristiwa yang buruk itu terjadi.
Sejarawan atau peneliti ketika menemui keragaman sikap para pelaku harus selalu
menjelaskan tujuan wawancara untuk menutupi kekurangan sumber dokumen dan manfaat
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
20
sumber sejarah lisan dalam merekonstruksi sebuah sejarah atau peristiwa yang tidak ada
sumbernya (Priyadi, 2014: 91).
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih
menekankan pada tehnik wawancara, khususnya wawancara mendalam (M. Djunaidi Ghoni
dan Fauzan 2012 : 175). Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitihan ini adalah
tehnik wawancara terpimpin yang sifatnya pribadi. Karena dalam wawancara ini berhadapan
langsung dengan orang yang diwawancarai, dengan pedoman pertanyaan yang sudah
dipersiapkan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Kritik Sumber (verifikasi)
Dalam penelitian sejarah identik dengan kritik sumber, yaitu kritik ekstern yang
mencari otentitas atau keotentikan (keaslian) sumber dan kritik interen yang menilai apakah
sumber itu kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak (Priyadi, 2001 : 75). Tujuan
dari penelitian ialah bahwa setelah peneliti berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam
penelitiannya, peneliti tidak menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada
sumber-sumber itu. Langkah selanjutnya peneliti harus menyaring secara kritis, terutama
terhadap sumber-sumber pertama, agar terjarung fakta yang menjadi pilihannya. Langka-
langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber
maupun substansi (isi) sumber (Helius Sjamsuddin, 2007 :131). Sumber tertulis dikritik
dengan cara membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lainnya yang sudah
terkumpul, baik dari segi isi, bahasa, maupun segi fisiknya. Sementara sumber lisan dikritik
dengan cara membandingkan informasi-informasi yang sudah dikumpulkan dari para
informan, dan kondisi fisik informan tersebut, apakah masih keturunan atau bukan.
Pada dasarnya pengumpulan (heuristik), dan kritik (verifikasi) sumber, bukanlah
merupakan dua langkah kegiatan yang terpisah secara sekat satu dengan lainnya. Bersamaan
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
21
dengan ditemukannya sumber sejarah sekaligus dilakukan uji verifikasi sumber (Daliman,
2012: 64).
3. Interpretasi (Penafsiran)
Interpretasi adalah upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka
rekonstruksi realitas masa lampau. Fakta-fakta sejarah yang jejak-jejaknya masih nampak
dalam berbagai peninggalan dan dokumen hanyalah merupakan bagian dari fenomena realitas
masa lampau, dan yang harus didasari bahwa fenomena itu bukan realitas masa lampau itu
sendiri. (Daliman, 2012: 83).
Pada tahap analisis, nantinya penulis menguraikan secara detail tiga fakta, yaitu
mentifact, sociofact, dan artifact dari berbagai sumber atau data baik itu tertulis maupun lisan
yang didapat dari narasumber Titut Edi Purwanto beserta keluarganya sehingga unsur-unsur
terkecil dalam fakta tersebut akan menampakkan kohesinya (Priyadi, 2011: 92).
4. Historiografi
Historiografi yaitu langkah terakhir dalam metode sejarah atau penulisan dan
penyusunan cerita sejarah. Ketika sejarawan mengerahkan seluruh daya pikirnya, bukan saja
keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama
penggunan pikiran-pikiran kritis dab analisanya karena ia pada akhirnya harus menghasilkan
suatu sintesis dari seluruh hasil penelitianya atau penemuanya itu dalam suatu penulisan utuh
yang di sebut historigrafi. Keberartian (signifikasi) semua fakta yang dijaring melalui metode
kritik baru dapat dipahami hubunganya satu sama lain setelah semuanya di tulis dalam suatu
keutuhan bulat historiografi (Helius S, 2007:156).
Pada tahap penulisan, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga
akhir, yang meliputi masalah-masalah yang harus di jawab. Tujuan penelitian adalah
menjawab masalah-masalah yang telah di ajukan. Pada hakikatnya, penyajian hitoriografi
meliputi pengantar, hasil penelitian, dan simpulan (Priyadi, 2011:92).
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
22
H. Sistematika Penyajian
Penyusunan yang dilakukan dalam sebuah penelitian secara ilmiah harus sesuai
dengan sistematika penulisan yang telah di tentukan. Tujuan dari sistematika penyajian ini
adalah agar peneliti yang dilakukan dan hasil yang di peroleh dapat sistematik dan terinci
dengan baik. Adapun sistematika dalam penelitian ini peneliti membagi dalam beberapa
bagian.
Bab satu pendahuluan, pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, landasan teori dan
pendekatan, metode penelitian dan sistematika penyajian.
Bab dua membahas rumusan masalah yang pertama yaitu mengenai riwayat hidup
Titut Edi Purwanto, bab inimenyajikan tentang latar belakang kehidupannnya, yang meliputi
latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, serta kehidupan sosial budaya. Latar belakang
kelurga, riwayat pendidikan dan kehidupan sosial budaya tokoh dijabarkan secara kronologis.
Bab tiga membahas rumusan masalah yang kedua yaitu mengenai kiprah Titut Edi
Purwanto sebagai seorang seniman lukis dari Banyumas. Bab ini terdiri dari masa mendirikan
Padepokan Cowong Sewu dan mengenal lukisan, eksistensi Titut Edi Purwanto dalam dunia
seniman lukis, budayawan di Banyumas, dan seni melakkan seni pertunjukan sebagai
seniman lukis di Banyumas.
Bab empat membahas rumusan masalah yang ketiga yaitu mengenai prestasi Titut Edi
Purwanto sebagai seniman yang dari aktif melukis dan berkesenian sampai sekarang.
Bab lima sebagai penutup yang berisi simpulan dari uraian pada bab sebelumnya dan
berisi jawaban masalah yang telah di rumuskan.
Daftar Pustaka, Berisi referensi yang digunakan peneliti selama melakukan penelitian.
Lampiran – lampiran, baik itu surat-surat yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan, denah atau peta, pedoman wawancara, daftar narasumber, ataupun foto-foto
dokumentasi kegiatan penelitian.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
top related