bab 5 hasil penelitian dan pembahasan
Post on 23-Oct-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
50
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
“Hubungan Perilaku Dalam Mengkonsumsi Kopi Dengan Kualitas Tidur
Mahasiswa Semester 6 Fakultas Teknik di Universitas Muhammadiyah
Ponorogo”. Penelitian ini dilakukan pada Maret-Juni 2021 dengan jumlah
responden sebanyak 56 responden. Hasil penelitian diklasifikasikan menjadi
dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum merupakan data
demografi dari mahasiswa. Data demografi mahasiswa meliputi: umur, jenis
kelamin, riwayat penyakit dan intensitas konsumsi kopi. Data khusus
merupakan data tentang perilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi dan
kualitas tidur mahasiswa.
5.1 Karakteristik Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik di Universitas
Muhammadiyah di Jalan Budi Utomo No. 10, Kabupaten Ponorogo Jawa
Timur. Universitas Muhammadiyah Ponorogo merupakan Universitas di
wilayah Kabupaten Ponorogo yang letaknya setrategis, memiliki masjid Al-
manar yang setiap minggunya digunakan untuk pengajian ahad pagi, namun
saat Covid 19 ini pengajian dilakukan secara online, disebelah masjid Al-
manar ada Dome untuk kegiatan mahasiswa,Universitas Muhammadiyah
ponorogo memilikiberbagai macam fakultas dan fasilitas, salah satunya
fakultas teknik yang memiliki jumlah mahasiswa semester 6 sejumlah 124
mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik yang terletak di
51
jalanBudi Utomo No. 10 Kecamatan Siman KabupatenPonorogo.Fakultas
Teknikmemiliki20 ruang yang terdapat di gedung Rektorat lantai 3 dan 4, dan
dapat diakses menggunakan lift. Laboratorium Teknik terdapat di Gedung
Terpadu lantai 1 yang mudah diakses. Jam kuliah dimulai dari jam 7 pagi - 4
sore. Hampir keseluruhan mahasiswaFakultas Teknik Mesin semester 6
sejumlah 123 mahasiswa laki-laki dan 1 mahasiswa perempuan .Fakultas
Teknik dekat dengan perpustakaan, ruang LPPM, dan ruang laboratorium.
Kegiatan mahasiswa teknik yaitu : UKM BEM, UKM HMJ, dan laboratorium
seperti merancang mobil listrik, las listrik..
5.2 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari masih terdapat kelemahan dan keterbatasan
dalam penelitian ini diantaranya ialah : Pengukuran perilaku mahasiwa dalam
mengkonsumsi kopi dengan hanya mengandalkan pada kuesioner yang dibuat
dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti sehingga
diharapkan dapat mewakili jawaban responden sebenarnya tanpa melakukan
observasi terus menerus bagaimana hubungan perilaku mahasiwa dalam
mengkonsumsi kopidengankualitastidur.
5.3 Hasil Penelitian
Pada bagian ini disajikan hasil penelitian mengenai “Hubungan
Perilaku Dalam Mengkonsumsi Kopi Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa
Semester 6 Fakultas Teknik di Universitas Muhammadiyah Ponorogo”.
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan tabulasi dalam bentuk data
umum dan data khusus untuk memudahkan analisis dan pembahasan dengan
hasil sebagai berikut:
52
5.3.1 Data Umum
Data umum terkait dengan demografi mahasiswa. Demografi
mahasiswa meliputi: umur, jenis kelamin, riwayat penyakit dan intensitas
konsumsi kopi sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Mahasiswa
Semester 6 Fakultas Teknik
DiUniversitasMuhammadiyahPonorogo April 2021
UmurMahasiswa Frekuensi Prosentase (%)
21tahun
22 tahun
23tahun
24 tahun
5
43
5
3
8,9
76,8
8,9
5,4
Total 56 100
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.1diatas dapat diinterpretasikan bahwa hampir
sebagian besar (76,8%) atau 43 responden mahasiswa berusia 22 tahun dan
sebagian kecil (5,4%) atau 3 responden mahasiswa berusia 24 tahun.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Mahasiswa Semester 6 Fakultas Teknik
DiUniversitasMuhammadiyahPonorogo April 2021.
JenisKelamin Frekuensi Prosentase (%)
Laki-laki
Perempuan
56
0
100
0
Total 56 100
Sumber : Data primer
53
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diinterpretasikan bahwa seluruh
responden mahasiswa berjenis kelamin laki-laki (100%) atau 56 responden
dan tidak ada satupun responden perempuan.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit
Mahasiswa Semester 6 Fakultas Teknik
DiUniversitasMuhammadiyahPonorogo April 2021.
RiwayatPenyakit Frekuensi Prosentase (%)
Pusing
Magh
Perutkembung
Typus
Asamlambung
Tidakada
8
4
1
1
2
40
14,3
7,1
1,8
1,8
3,6
71,4
Total 56 100
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diinterpretasikan bahwa
sebagian besar (71,3%) atau 40 responden mahasiswa tidak memiliki
riwayat penyakit, sedangkan riwayat penyakit terbanyak yang di alami
mahasiwa adalah pusing (14,3%) atau 8 responden dan sebagian kecil
mahasiswa memiliki riwayat penyakit typus dan perut kembung yang
masing-masing (1,8%) atau 1 responden.
54
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Banyaknya Konsumsi
Kopi Mahasiswa Semester 6 Fakultas Teknik
DiUniversitasMuhammadiyahPonorogo April 2021.
Konsumsi Kopi Frekuensi Prosentase (%)
1 cangkir
2 cangkir
3 cangkir
4 cangkir
15
28
9
4
26,8
50,0
16,1
7,1
Total 56 100
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diinterpretasikan bahwa
sebagian besar (50%) atau28 responden mahasiswa mengkonsumsi kopi
dengan jumlah 2 cangkir, dan sebagian kecil (7,1%) atau 4 responden
mahasiswa mengkonsumsi kopi 4 cangkir.
5.3.2 Data Khusus
Data khusus yang dapat disajikan dalam penelitian ini
meliputiPerilaku Dalam Mengkonsumsi Kopi dengan Kualitas Tidur
Mahasiswa Semester 6 Fakultas Teknik di Universitas Muhammadiyah
Ponorogo adalah sebagai berikut:
55
1. Perilaku Dalam Mengkonsumsi Kopi
Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanPerilaku Mahasiswa
Dalam Mengkonsumsi Kopi pada Mahasiswa Semester 6
Fakultas Teknikdi Universitas MuhammadiyahPonorogoApril
2021
PerilakuMahasiswa Frekuensi Prosentase (%)
Buruk
Baik
30
26
53.6
46.4
Total 56 100
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.5diatas dapat diinterpretasikan
bahwasebagian besar (53,6%) atau 30 responden mahasiswa memiliki
perilaku buruk dalam mengkonsumsi kopi, dikatakan buruk karena jawaban
responden ≤7.Dan sebagian kecil (46,4%) atau 26 responden mahasiswa
memiliki perilaku baik dalam mengkonsumsi kopi, dikatakan perilaku baik
karena jawaban responden >7.
2. KualitasTidur Mahasiswa
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan KualitasTidur
Mahasiswa Semester 6 Fakultas Teknik
DiUniversitasMuhammadiyahPonorogo April 2021.
KualitasTidurMahasiswa Frekuensi Prosentase (%)
Negatif
Positif
24
32
42,9
57,1
Total 56 100%
Sumber : Data primer.
Berdasarkan tabel 5.6diatas dapat diinterpretasikan bahwa
sebagian besar (57,1%) atau 32 responden mahasiswa dengan kualitas
tidur yang positif, dikatakan positif karenan sesuai dengan jawaban
responden T>MT. Dan hampir setengahnya (42,9) atau 24 responden
56
mahasiswa dengan kualitas tidur yang negatif, dikatakan negatif karena
sesuai dengan jawaban responden yaitu T<MT.
3.Hubungan Perilaku Dalam Mengkonsumsi Kopi Dengan Kualitas
Tidur Mahasiswa Semester 6 Fakultas Teknik Di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Dalam
Mengkonsumsi Kopi Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa
Semester 6 Fakultas Teknik di Universitas Muhammadiyah
Ponorogo April 2021.
PerilakuMahasiswa
DalamKonsumsi
Kopi
KualitasTidurMahasiswa
NegatifPositif
N % N %
Jumlah % uji
chi-
squa
re
Buruk
Baik
21 37.5 % 9 16.1 %
3 5.4 % 23 41.1 %
30 53.6%
26 46.4 %
P=0,
000
Total 24 42,9 % 32 57,1 % 56 100 %
Sumber : Uji Chi-Square p-value 0,000
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui dari 56 responden
didapatkan perilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi yang buruk
dalam kualitas tidur mahasiswa negatif sebanyak 21 responden (37.5%),
mahasiswa yang memiliki perilaku konsumsi buruk dalam kualitas tidur
positif sebanyak 9 responden (16.1%), mahasiswa yang memiliki perilaku
konsumsi kopi baik dalam kualitas tidur yang negatif sebanyak 3 responden
(5.4%), mahasiswa yang memiliki perilaku konsumsi kopi baik dan kualitas
tidur yang positif sebanyak 23 responden (41,1%).
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji statistik Chi-
Square dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui hubungan kedua
57
variabel tersebut. Maka didapatkan hasil p value (0,000) < α (0,05) dengan
demikian dapat dikatakan H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan perilaku dalam mengkonsumsi kopidengan kualitastidur
mahasiswa semester 6 fakultas teknik diuniversitasmuhammadiyahponorogo,
yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan Chi-Square dengan
menggunakan SPSS didapatkan hasil p value 0,000 dengan alpha 0,05.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah p value (0,000) < α (0,05) yang
berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan perilaku
dalam mengkonsumsi kopidengan kualitastidur mahasiswa semester 6
fakultas teknik diUniversitasMuhammadiyahPonorogo.
5.4. PEMBAHASAN
Setelah hasil pengumpulan data dengan cara menyebarkan kuisoner
dan observasi secara langsung kepada responden kemudian diiterpretasikan
dan dianalisis, maka berikut ini disajikan pembahasan tentang perilaku dalam
mengkonsumsi kopidengan kualitastidur mahasiswa semester 6 fakultas teknik
diUniversitasMuhammadiyahPonorogo.
1. PerilakuMahasiswa DalamMengkonsumsi Kopi
Berdasarkan perilaku mahasiswa di dapatkan perilaku baik dalam
mengkonsumsi kopi, sejumlah 26 responden atau hampir
setengahnya(46,4%). Hasil perilaku mahasiswa yang baik di tunjukkan
pada jawaban kuisoner yang tertinggi 43 di tunjukkan pada soal nomor 7
dan 9 dengan pernyataan (Saya senang mengkonsumsi kopi karena banyak
inspirasi) dan (Saya merasa mudah mengerjakan tugas ketika berkumpul
bersama teman sambil minum kopi) Berdasarkan teori kopi yang
58
mengandung kafein dapat di kombinasikan dalam minuman berenergi
untuk meningkatkan kinerja pikiran mental lebih baik menurut (Agha
Aghili et al.,2014) sedangkan menurut American College Of support
(2016) menyatakan, bahwa sering mengkonsumsi kopi dapat mengurangi
perasaan lelah serta meningkatkan kinerja selama berdiskusi dan lebih
banyak wawasan luas yang dapat menginspirasi. Peneliti berpendapat
bahwa perilaku mahasiswa baik dalam mengkonsumsi kopi tersebut,
karena mahasiswa beranggapan mengkonsumsi kopi dapat menambah
energi dan meningkatkan inspirasi, hal tersebut sesuai ketika observasi
pada mahasiswa tekhnik dengan banyaknya tugas di akademik membuat
para mahasiswa lebih sering mengkonsumsi kopi sambil mengerjakan
tugas dan memanfaatkan waktu sekaligus untuk berkumpul bersama
teman, dan saling bertukar fikiran ketika mencari solusi tugas akademik.
Perilaku baik mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi dipengaruhi
oleh usia. Hal itu di dukung oleh data tabulasi silang sebagian kecil
(35,7%) atau 20 responden berusia 22 tahun memiliki perilaku yang baik.
Berdasarkan teori. Peneliti berpendapat bahwakonsumsi kopi saat ini
menjadi tren di kalangan anak muda, pelajar dan mahasiswa Indonesia
untuk memberikan stimulasi, menambah energi dan menghilangkan kantuk
saat menjelang ujian, Menurut peneliti, semakin dewasa usia, kopi akan
lebih sering dikonsumsi karena usia dewasa lebih membutuhkan kopi
untuk meningkatkan produktivitas kerja
Perilaku baik mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi dipengaruhi
oleh riwayat penyakit. Hal itu di dukung oleh data tabulasi silang bahwa
59
sebagian kecil (28,6%) atau 16 responden tidak memiliki riwayat penyakit
sama sekali. Berdasarkan teori bahwa permasalahan yang berkaitan
dengan remaja saat ini dibagi menjadi beberapa bagian yang pertama
adalah permasalahan tentang kesehatan fisik dan yang kedua tentang
permasalahan perilaku remaja, mengenai permasalahan kesehatan fisik
remaja antara lain pusing, magh, jerawat, gangguan kesehatan mata
kecemasan tidak setabilan emosi dan lain-lain (Endang Ekowarni, 2001).
Berdasarkan teori Studi deskriptif menunjukkan bahwa 34,3% peminum
minuman energi yang mengandung kafein mengaku mengalami efek
samping diantaranya gangguan kardiovaskuler, palpitasi, insomnia, nyeri
kepala, tremor, gelisah, serta mual dan muntah. Selain itu, konsumsi kafein
secara rutin dapat menimbulkan ketergantungan (Bawazeer and Alsobahi,
2013). Peneliti berpendapat minuman kopi dipergunakan sebagai
penambah semangat meningkatkan konsentrasi, menghilangkan
kebosananserta menghilangkan rasa lelah, kopi merupakan salah satu
sumber kafein yang dominan tersebar luas dan dapatdiperoleh secara
bebas, disamping produk lain seperti minuman energi, cocoa dansoftdrink.
Pengaruh gaya hidup dan semakin maraknya cafe serta kedai
kopimemberikan kontribusi dalam peningkatan jumlah konsumen kopi.
Banyaknya jumlah mengkonsumsi kopi juga mempengaruhi
perilaku baik mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi. Hal itu di dukung
oleh data tabulasi silang bahwa sebagian kecil (21,4%) atau 12 responden
mengkonsumsi kopi 2 cangkir dalam satu hari. Berdasarkan teori bahwa
jumlah mengkonsumsi kopi masih dalam dosis yang lazim yaitu 200 mg,
60
dimana terdapat perbedaan bermakna yaitu tentang semangat belajar atau
bekerja responden dan pengaruh pada aspek psikologis (kecemasan,
letih,lesu, tidak bersemangat) menurut Notoatmodjo, Soekidjo(2007).
Peneliti berpendapat bahwa teori diatas sesuai dengan jawaban responden,
bahwa mengkonsumsi kopi memiliki efek negatif maupun positif, apabila
responden mengkonsumsi kopi yang melebihi takaran maka memiliki efek
negatif bagi kesehatan begitu juga sebaliknya, mengkonsumsi kopi
alangkah baiknya menggunakan takaran yang pas sehingga tidak memiliki
dampak negatif bagi tubuh, hal tersebut sesuai saat peniliti menyebarkan
kuisoner bahwa perilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi sangat
baik sehingga tidak memiliki dampak buruk bagi kesehatan atau efek
negatif bagi riwayat kesehatan mahasiswa.
Berdasarkan perilaku buruk mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi
dapat di tunjukkan berdasrakan tabel tabulasi silang bahwa sebagian besar
(53.6%) atau 30 responden mahasiswa memiliki perilaku yang buruk
dalam mengkonsumsi kopi, hal ini di tunjukkan pada jawaban responden
dengan jumlah kuisoner terendah yaitu 43 di tunjukkan pada nomor 2 dan
3 dengan pernyataan (saya merasakan pusing ketika tidak mengkonsumsi
kopi) dan (saya merasa bosan ketika tidak mengkonsumsi kopi).
Berdasarkan Teori kafein adalah zat psikoaktif yang paling banyak
dikonsumsi di dunia, di indonesia lebih dari 50% dan di Amerika Serikat
diperkirakan 85% mengkonsumsi minuman berkafein sehari-hari (Mitchell
etal., 2014).Kafein adalah stimulansia terhadap CNS (SSP) yang banyak
ditemukan dalamminuman seperti kopi dan teh dikonsumsi oleh
61
masyarakat luas. Peneliti berpendapat minuman kopi dan teh umumnya
dipergunakan sebagai penambah semangat meningkatkan konsentrasi,
menghilangkan kebosananserta menghilangkan rasa lelah, kopi merupakan
salah satu sumber kafein yang dominan tersebar luas dan dapatdiperoleh
secara bebas, disamping produk lain seperti minuman energi, cocoa
dansoftdrink. Pengaruh gaya hidup dan semakin maraknya cafe serta kedai
kopimemberikan kontribusi dalam peningkatan jumlah konsumen kopi.
Perilaku buruk mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi dipengaruhi
oleh usia. Hal itu di dukung oleh data tabulasi silang sebagian kecil (1,8%)
atau 1 responden berusia 24 tahun memiliki perilaku yang buruk dalam
mengkonsumsi kopi. Berdasarkan teori menurut National Coffee
Association United States tahun 2011, terdapat peningkatan konsumsi kopi
harian pada remaja usia 18-24 tahun. Hal ini didukung oleh survei yang
dilakukan CareerBuilder (2012) yang menunjukkan bahwa 64% responden
responden dengan rentang umur 18-24 tahun mengaku kurang produktif
jika tidak mengkonsumsi kopi. Hal itu juga dinyatakan oleh 58%
responden dengan rentang umur 25-34 tahun. Menurut peneliti, semakin
dewasa usia, kopi akan lebih sering dikonsumsi karena usia dewasa lebih
membutuhkan kopi untuk meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini tidak
sesuai dengan jawaban responden, bahwa dimana usia dewasa kopi
berpengaruh dapat menurunkan efektivitas kerja dengan kurangnya tidur,
sehingga membuat para mahasiswa sering kehilangan konsentrasi pada
saat jam pembelajaran dimulai.
62
Perilaku buruk mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi dipengaruhi
oleh riwayat penyakit. Hal itu di dukung oleh data tabulasi silang bahwa
sebagian kecil (3,6%) atau 2 responden memiliki riwayat penyakit magh.
Berdasarkan teori Studi deskriptif menunjukkan bahwa 34,3% peminum
minuman energi yang mengandung kafein mengaku mengalami efek
samping diantaranya gangguan kardiovaskuler, palpitasi, insomnia, nyeri
kepala, tremor, gelisah, serta mual dan muntah. Selain itu, konsumsi kafein
secara rutin dapat menimbulkan ketergantungan (Bawazeer and Alsobahi,
2013). Peneliti berpendapat Kafein yang bekerja dalam tubuh dapat
memberikan efek positif maupun efek samping, menurut peneliti tidak
semua orang bisa mengkonsumsi kopi, dimana kafein dengan dosis yang
sesuai tidak memiliki efek samping namun bila mengkonsumsi kopi secara
berlebih akan memiliki efek samping yang mengganggu kesehatan
meskipun kopi ada efek positif nya dengan catatan mengkonsumsi dengan
batas tertentu.
Banyaknya jumlah mengkonsumsi kopi juga mempengaruhi
perilaku buruk mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi. Hal itu di dukung
oleh data tabulasi silang bahwa sebagian kecil (1,8%) atau 1 responden
mengkonsumsi kopi 4 cangkir dalam satu hari. Berdasarkan teori hal ini
sesuai dengan survei CareerBuilder (2012), dari 4152 pekerja penuh waktu
yang berusia 17 tahun keatas didapatkan hasil yaitu 63% pekerja rata-rata
minum 2 cangkir per hari, sedangkan sisanya yaitu 28% responden minum
3 cangkir per hari. Mayoritas responden memilih minum kopi dengan
alasan untuk membantu produktivitas serta meningkatkan semangat pagi
63
saat di tempat kerja. Peneliti berpendapat dengan mengkonsumsi kopi
kurang dari 3 cangkir maka akan meningkatkan semangat beraktivitas dan
produktivitas kerja setiap harinya, selain itu peneliti berpendapat bahwa
kopi sebagai pengganti sarapan, dimana seseorang minum kopi ketika
hormon kortisol sedang tinggi, maka akan menyebabkan tubuh
meningkatkan toleransi terhadap kafein, sehingga kebutuhan minum kopi
setiap paginya akan meningkat. Hormon kortisol membantu mengubah
cadangan energi menjadi gula yang nantinya dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh sebagai bahan bakar. Peneliti berpendapat bahwa minum kopi pada
pagi hari jam 8-9 WIB, saat siang jam 12-13 WIB, dan malam jam 18-19
WIB merupakan waktu yang tepat karena hormon kortisol sedang tidak
tinggi.
2. KualitasTidurMahasiswa
Berdasarkan kualitas tidur mahasiswa di dapatkan kualitas tidur
yang positif, sejumlah 32 responden atau sebagian besar (57,1%). Hasil
kualitas tidur mahasiswa yang positif di tunjukkan pada jumlah jawaban
kuisoner yang tertinggi yaitu 204 di tunjukkan pada soal nomor 1 dengan
pernyataan (Berapa jam saudara tidur dimalam hari) dengan jawaban
responden Tidak pernah >8 jam, dan jumlah jawaban kuisoner yang
tertinggi yaitu 210 di tunjukkan pada soal nomor 6 dengan pernyataan
(Apakah Anda merasa lemah/lelah saat beraktivitas pada pagi hari) dengan
jawaban responden Tidak pernah. Berdasarkan teori tidur adalah
kebutuhan individual dan dapat berbeda dari orang ke orang. Orang
dewasa tidur selama 7-9 jam per malam (Hirshkowitzet al.,
64
2015).Durasitidur yang baik yang dibutuhkansetiap orang berbeda-beda,
MenurutNational Sleep Foundation (2014), bayibarulahir (usia 0-3 bulan)
membutuhkanwaktutidursekitar 14-17 jam, balita (usia 1-2 tahun)
butuhsekitar 11-14 jam, anak (usia 6-13 tahun) butuh 9-11 jam, remaja
(usia 14-17 tahun) butuh 8-10 jam, dewasamuda(usia 18- 25 tahun) butuh
7-9 jam, dan pada lansia (usia> 65 tahun) butuh tidur selama 7-8 jam.
Kualitas tidur merupakan gambaran secara subyektif yang menjelaskan
tentang kemampuan untuk mempertahankan waktu tidur serta tidak adanya
gangguan yang dialami selama periode tidur yang secara subyektif diukur
dengan menggunakan kuesioner standar dan pengukuran secara obyektif
dengan menggunakan polygraph atau berdasarkan observasi (Arifin,
2011). Menurut penelitian Yuli Amran (2012), Diperkirakan setiap tahun
terdapat 20%–40% orang dewasa mengalami gangguan tidur dan 17%
diantaranya mengalami masalah serius. Peneliti berpendapat gangguan
tidur dapat menimbulkan beberapa efek seperti bekerja lebih lambat,
membuat banyak kesalahan dalam suatu pekerjaan, sulit berkonsentrasi,
dan mengingat sesuatu. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
produktivitas kerja sehari-hari dan dapat menyebabkan kecelakaan, hal
tersebut sesuai saat melakukan penelitian, bahwa dimana mahasiswa yang
memilki perilaku konsumsi yang buruk saat minum kopi dapat menggangu
kegiatan proses belajarnya, terbukti saat mahasiswa belajar sering sekali
merasakan kantuk, dan sulit tidur, konsentrasi menurun saat dosen
menjelaskan mata kuliah. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
pola tidur diantaranya stress, kecemasan tentang masalah pribadi atau
65
situasi dapat mengganggu tidur seseorang. Lingkungan fisik tempat
seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tidur dan
tetap tertidur, kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang
meletihkan membuat sulit tidur, kemudian setiap penyakit yang
menyebabkan nyeri, tidak nyaman fisik dapat menyebabkan masalah tidur.
Kualitas tidur Positif mahasiswa dipengaruhi oleh usia. Hal itu di
dukung oleh data tabulasi silang hampir setengahnya (46,4%) atau26
berusia 22 tahun. Berdasarkan teori faktor kualitas dan kuantitas tidur
merupakan salah satu faktor yang harus kita perhatikan karena jika
terdapat gangguan kualitas dan kuantitas tidur seseorang akan
mendapatkan tidur yang tidak cukup, sehingga kualitas dan kuantitas tidur
yang tidak cukup akan mengganggu aktifitas keseharian seseorang (Fenny,
2016). Peneliti berpendapat kuantitas tidur yang kurang juga dapat
menghasilkan suatu peningkatan pada morbiditas dan mortalitas suatu
penyakit. Kurang tidur dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan pada
fungsi kekebalan tubuh, masalah psikologis dan masalah metabolisme.
Kualitas tidur yang tidak baik juga dapat mempengaruhi neuro kognitif
seseorang.
Kualitas tidur positif mahasiswa dipengaruhi oleh riwayat penyakit.
Hal itu di dukung oleh data tabulasi silang bahwa hampir setengahnya
(37,5%) atau 21 responden tidak memiliki riwayat penyakit. Berdasarkan
teori bahwa mekanisme kopi yang mempengaruhi tubuh dapat memblokir
reseptor adenosin sehingga menyebabkan peningkatan serotonin efek dari
inilah dapat merangsang sistem syaraf pusat percepatan denyut jantung
66
dan fasodilatasi darah, salah satu efek kardiofaskuler dari kafein adalah
hypertensi, selain itu juga kandungan dalam kopi memberikan efek
merangsang skresi asam lambung dan mempengaruhi proses metabolisme
dalam tubuh menurut (Kemenkes R: 2014). Peneliti berpendapat bahwa
kebiasan atau gaya hidup masyrakat yang menginginkan kepraktisan juga
dialami oleh generasi muda termasuk mahasiswa, dimana mahasiswa
memiliki perilaku baik saat mengkonsumsi kopi hal itu ditunjukan bahwa
mahasiswa tidak memiliki riwayat penyakit apapun sehingga kualitas tidur
mahasiswa positif yang tidak terbangun ditengah malam dan mengaku
tidak mengalami gangguan mood disiang hari hal itu diketahui karena
mahasiswa tidak memiliki riwayat pusing maupun magh atau riwayat
penyakit yang lain.
Banyaknya jumlah mengkonsumsi kopi juga mempengaruhi
kualitas tidur positif mahasiswa. Hal itu di dukung oleh data tabulasi
silang bahwa hampir setengahnya (32,1%) atau 18 responden
mengkonsumsi kopi 2 cangkir perhari. Berdasarkan teori penelitian di
Amerika Serikat yang menyatakan ada sekitar 75-9% dari remaja yang
mengkonsumsi setidaknya satu minuman berkafein sehari dengan 31%
melaporkan lebih dari dua minuman perhari (National Sleep Fondation,
2006). Peneliti berpendapatbahwa minum kopi dengan jumlah tertentu
dapat meningkatkan stabilitas dan kinerja untuk menghilangi rasa kantuk
dan menjaga tetap optimal dalam menemani mahasiswa mengerjakan
tugas akademik baik siang ataupun pagi.
67
Berdasarkan kualitas tidur negatif mahasiswa dapat
diinterpretasikan bahwa sebagian besar (42,9%) atau 24 responden
mahasiswa memiliki kualitas tidur negatif hal ini di tunjukkan pada jumlah
jawaban responden terendah yaitu 142 pada soal nomor 2 dengan
pernyataan (Berapa lama waktu saudara butuhkan di tempat tidur sebelum
akhirnya tertidur) dengan jawaban Sering sekitar 16-30 menit . dan
jumlah jawaban responden terendah yaitu 180 pada soal nomor 5 dengan
pernyataan (Apakah saudara merasa puas atau nyenyak tidur di malam
hari) dengan jawaban responden yaitu Sering merasa tidak puas.
Berdasarkan teori bahwa semakin banyak mengkonsumsi kopi dan takaran
melebihi batas akan mengalami kualitas tidur yang buruk dan selain itu
penelitian menunjukkan kafein dapat memperpanjang waktu seseorang
sulit tidur menurut (Feele, 2002). Peneliti berpendapat bahwa semakin
banyak mengkonsumsi kopi maka akan memiliki kualitas tidur malam
yang buruk sperti sulit tidur terbangun tengah malam sehingga
menghasilkan keadaan cemas saat siang hari, serta merasa jengkel karena
kesulitan tidur di malam hari.
Kualitas tidur Negatif mahasiswa dipengaruhi oleh usia. Hal itu di
dukung oleh data tabulasi silang bahwa sebagian kecil (3,6%) atau2
responden berusia 21 tahun dan 24 tahun. Berdasarkan teori menurut
National Sleep Foundation 2015, untuk usia dewasa muda (18-25 tahun)
kualitas tidur yang baik adalah pada rentang waktu 7-9 jam setiap harinya.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Husnul (2017), yaitu
sebanyak 45 (61,6%) responden memiliki kualitas tidur cukup baik.
68
Rentang usia muda adalah usia dimana seseorang sedang aktif untuk
menjalin hubungan sosial. Pada usia dewasa muda seseorang akan masuk
kedalam masa transisi, baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual,
serta transisi peran sosial. Dewasa muda adalah masa peralihan dari masa
remaja. Pada usia yang lebih dewasa muda, otak akan berkembang lebih
besar, artinya seorang dewasa muda mampu menangkap segala sesuatu
untuk dikonversikan sebagai tindakan, sehingga rasa penasaran dewasa
muda sangat besar dan lebih mudah terpengaruhi secara tindakan sebagai
bentuk respon yang diterima (Russel, 2011). Sehingga peneliti
berpendapat, mahasiswa dengan usia yang lebih muda masih dapat
mempertahankan kualitas tidurnya dengan baik.
Kualitas tidur Negatiff mahasiswa dipengaruhi oleh riwayat
penyakit. Hal itu di dukung oleh data tabulasi silang bahwa tidak ada
satupun (0%) atau responden yang tidak memiliki riwayat penyakit.
Berdasarkan teori durasi tidur yang pendek kurang dari 7jam dapat
meningkatkan risiko kematian dan telah dilaporkan sebagai faktor risiko
penting yang dapat merugikan sistem kardiofaskuler endokrin, sistem
imun dan sistem saraf, sperti obesitas, hypertensi, gangguan mood
kecemasan, diabetes. Menurut (Johnson et, al 2008, Knotson et al, 2009).
Peneliti berpendapat tidur sangat penting untuk menjaga baik kesehatan
fisik, mental, dan kesehatan emosional, bahwa terdapat berbagai macam
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dan durasi tidur diantaranya
adalah pengaruh konsumsi kafein atau pun kopi.
69
Banyaknya jumlah mengkonsumsi kopi juga mempengaruhi
kualitas tidur negatif mahasiswa. Hal itu di dukung oleh data tabulasi
silang bahwahampir setengahnya (3,6%) atau 2 responden mengkonsumsi
kopi 4 cangkir perhari. Berdasarkan teori bahwa mengkonsumsi kopi ada
batas takaran dan juga tauran, semakin banyak mengkonsumsi kopi yang
melebihi kapastitas takaran maka akan mengganggu kesehetan menurut
(Ibrahim, 2017). Peneliti berpendapat bahwa kulitas tidur yang kurang
dapat menyebabkan masalah psikologis, kecemasan, dan kurang fress, hat
tersebut sesuai saat peneliti memberikan wawancara dan kuisoner pada
mahasiswa bahwa mahasiswa sebagian merasakan kantuk, wajah kurang
fress dan juga gelisah maupun cemas di siang hari serta wajah tampak letih
lesu kurang bersemangat saat pembelajaran di perkuliahan, hal itu terbukti
karena mahasiswa yang sering tidur larut malam efek dari mengkonsumsi
kopi sehingga memiliki kesulitan tidur.
3. Hubungan Perilaku DalamMengkonsumsi Kopi Dengan Kualitas
Tidur Mahasiswa
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui dari 56 responden
didapatkan perilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi kopi yang buruk
dalam kualitas tidur mahasiswa negatif sebanyak 21 responden (37.5%),
mahasiswa yang memiliki perilaku konsumsi buruk dalam kualitas tidur
positif sebanyak 9 responden (16.1%), mahasiswa yang memiliki perilaku
konsumsi kopi baik dalam kualitas tidur yang negatif sebanyak 3 responden
(5.4%), mahasiswa yang memiliki perilaku konsumsi kopi baik dan kualitas
tidur yang positif sebanyak 23 responden (41,1%).
70
Kafein biasanya memperpanjang latensi tidur, mengurangi total
waktu tidur, efisiensi tidur, dan memperburuk kualitas tidur. Aktivitas Slow
wave sleep dan Electroencephalographic (EEG) Slow wave sleep biasanya
berkurang, sedangkan tahap 1 meningkat (Clark dan Landolt, 2017).
Kualitas tidur merupakan gambaran secara subyektif yang menjelaskan
tentang kemampuan untuk mempertahankan waktu tidur serta tidak adanya
gangguan yang dialami selama periode tidur yang secara subyektif diukur
dengan menggunakan kuesioner standar dan pengukuran secara obyektif
dengan menggunakan polygraph atau berdasarkan observasi (Arifin, 2011).
Tidur adalah kebutuhan individual dan dapat berbeda dari orang ke orang.
Orang dewasa tidur selama 7-9 jam per malam (Hirshkowitz et al., 2015).
Manfaat tidur tidak hanya tergantung pada total waktu tidur, tetapi
juga kualitas tidur, yang diukur dengan variabel seperti efisiensi tidur, dan
latensi tidur. Pada orang dewasa ada sejumlah studi eksperimental yang
menyelidiki asupan kafein dan pengaruhnya pada tidur, dan penelitian
eksperimental sebelumnya menemukan bahwa konsumsi kafein dapat
berdampak pada kualitas tidur. Penelitian eksperimental di laboratorium
telah menunjukkan bahwa ketika minuman yang mengandung kafein
dikonsumsi satu sampai tiga jam sebelum waktu tidur mengurangi efisiensi
tidur, mengurangi waktu tidur total, dan meningkatkan latensi tidur (Watson
et al., 2016).
Mekanisme kerja utama kafein yang terkandung di dalam minuman
kopi yaitu menghambat reseptor adenosin untuk terus terjaga. Adenosin
merupakan mediator proses tidur homeostatik. Adenosin menginduksi tidur
71
normal sementara kafein yang menghambat reseptor adenosine di otak dapat
membangunkan orang yang mengantuk dengan menghilangkan pengaruh
inhibitorik adenosine (Sherwood,2009).
Menurut Dr. Elisabeth (2013) waktu tidur yang baik adalah
sebelum pukul 23.00 dan bangun pukul 05.00, karena pada pukul 23.00
sampai 05.00 terjadi regenerasi organ dalam tubuh, bila pada jam tersebut
tubuh masih dalam keadaan terjaga dapat menyebabkan regenarasi tidak
dapat berjalan dengan baik. Melihat profil tidur dari responden tersebut,
dapat disimpulkan bahwa hanya banyak dari mahasiswa/i Universitas
Surabaya yang pola tidurnya kurang baik. Apalagi pada saat tengah malam
sebelum ujian, 39,17% (47) responden mengaku mengkonsumsi kopi ada
yang 1-2 kali seminggu (26,67%), 3-4 kali seminggu (5%), 4-5 kali
seminggu (1,67%), bahkan setiap malam (5,83%). Padahal efek kerja dari
kafein adalah 12 jam dari saat kafein tersebut dikonsumsi, hingga
menguatkan dugaan bahwa waktu konsumsi kafein mempunyai peranan
lebih besar dibanding dosis kafein yang diminum (Pollack et al., 2003)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
adanyahubungan perilaku dalam mengkonsumsi kopidengan kualitastidur
mahasiswa yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan Chi-Square dengan
menggunakan SPSS didapatkan hasil p value 0,000 dengan alpha 0,05.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah p value (0,000) < α (0,05) yang
berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan perilaku
dalam mengkonsumsi kopi dengan kualitas tidur mahasiswa semester 6
fakultas teknik di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
72
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Binti T. Daswin (2013)
terkait pengaruh kafein terhadap kualitas tidur mahasiswa fakultas
kedokteran universitas sumatera utara. Dengan penelitian yang bersifat
ekperimental didapatkan hasil penelitian bahwa kualitas tidur 8 orang
(53,3%) yang mendapat kopi berkafein berkualitas sedang dan 11 orang
(73,3%) orang yang mendapat kopi dekafein berkualitas baik.Penelitian di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh
Rabi’ahtul Adawiyah juga menunjukkan hasil yang sama bahwa terdapat
efek konsumsi kopi terhadap kualitas tidur dengan hasil uji chi square
didapatkan nilai p value (p<0,014) (Adawiyah, 2013).
Berdasarkan dari hasil analisa tabel Correlations bahwa –none-a
menunjukkan bahwa nilai korelasi atau hubungan antara variabel perilaku
mahasiswa dengan mengkonsumsi kopi sebelum dimasukkan variabel
kontrol (kualitas tidur) dalam analisis. Dari output diatas diketahui nilai
koefisien korelasi (correlations) sebesar 0.128 dan nilai Significance (2-
tailed) adalah 0.348 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara perilaku mahasiswa dengan
mengkonsumsi kopi tanpa adanya variabel kontrol (kualitas tidur),
sementara itu nilai Correlations sebesar 0.128 ini masuk dalam kategori
hubungan yang sangat kuat.
Sementara itu pada table output kualitas tidur menunjukkan bahwa
nilai korelasi atau hubungan antara variabel Perilaku Mahasiswa dengan
Mengkonsumsi Kopi setelah memasukkan Kualitas Tidur sebagai variabel
kontrol dalam analisis. Dari table tersebut dapat lihat terjadi penurunan nilai
73
koefisien korelasi (Correlations) menjadi 0,127 (bernilai positif dan kategori
hubungan kuat) dengan nilai Significance (2-tailed) sebesar 0.355 > 0,05,
maka Ho di tolak dan H1 diterima yang berarti bahwa terjadi hubungan
yang signifikan antara Perilaku Mahasiswa, Mengkonsumsi Kopi dengan
Kualitas Tidur.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya
hubungan perilaku maahasiswa minum kopi dengan kualitas tidur.
ditunjukkan dengan hasil perhitungan Chi-Square dengan menggunakan
SPSS didapatkan hasil p value 0,000 dengan alpha 0,05. Kesimpulan pada
penelitian ini adalah p value (0,000) < α (0,05) yang berarti H0 ditolak dan
H1 diterima yang berarti ada hubungan Perilaku Dalam Mengkonsumsi
Kopi dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Semester 6 Fakultas Tekhnik di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Hasil analisa ini sejalan dengan
pendapat Karota Bukit (2003) yang menjelaskan bahwa perilaku mahasiswa
dalam mengkonsumsi kopi sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa
dihindari, sementara itu menurut (Huang et al., 2005) mengkonsumsi kopi
sebelum tidur dapat menurunkan atau mengganggu waktu tidur,
meningkatkan jam tidur dan bangun tidur lebih awal. Kopi yang
mengandung kafein dihubungkan dengan penurunan frekuensi dari
gelombang alpha, beta dan theta selama tidur sehingga akan mempengaruhi
waktu tidur.
top related