bab 3 metode penelitian 1.1 ruang lingkup penelitian
Post on 27-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
45
BAB 3
METODE PENELITIAN
1.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji secara empiris
tentang pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan sistem pengendalian
internal dengan komitmen SKPD sebagai pemoderasi terhadap penerapan SAP
berbasis akrual sesuai PP No.71 Tahun 2010 pada SKPD Kabupaten Ponorogo.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
yang sistematif, terencana, dan terstruktur. Menurut Sugiyono (2016) metode
pendekatan kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme. Sumber atau jenis data penelitian ini adalah data primer.
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk
dijawab (Sugiyono, 2016). Sedangkan, metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang merupakan analisis
mengenai beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen (Santoso,
2015).
Objek penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Ponorogo. Hal ini karena SKPD Kabupaten Ponorogo merupakan
lembaga Pemerintahan Daerah yang melakukan penyusunan Laporan Keuangan
menggunakan SAP yang berbasis akrual. Penelitian ini terfokuskan pada
bagaimana pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan sistem pengendalian
46
internal terhadap SAP berbasis akrual dengan komitmen SKPD sebagai
pemoderasi yang mengharuskan Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk membuat
dan menyajikan laporan keuangan dengan baik berdasarkan SAP basis akrual.
1.2 Populasi dan Sampel Penelitian
1.2.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan kumpulan dari elemen – elemen yang
mempunyai karakteristik tertentu yang dapat digunakan untuk
membuat kesimpulan. Elemen tersebut dapat berupa orang, auditor,
manajer, perusahaan, peristiwa, dan yang lain yang menarik untuk
diamati/ diteliti (Chandrarin, 2017: 125). Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ASN (Aparatur Sipil Negara) pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Kabupaten Ponorogo yang terlibat dalam proses
pencatatan keuangan berbasis akrual. Jumlah SKPD di Kabupaten
Ponorogo adalah 48 SKPD yang terdiri atas 1 Sekretariat Daerah, 1
Sekretariat DPRD, 1 Inspektorat, 16 Dinas, 5 Badan, 1 Satpol PP, 1
RSUD, 21 Kecamatan, dan 1 KPU (BKPSDM Kabupaten Ponorogo,
2020). Oleh karena itu, jumlah populasi pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Ponorogo dapat dilihat dalam tabel berikut:
47
Tabel 3.1 Daftar Populasi SKPD Kabupaten Ponorogo
No. Unit Kerja
Jumlah
Populasi
(Pegawai)
1. Sekretariat Daerah 34
2. Sekretariat DPRD 28
3. Inspektorat 29
4. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan
Permukiman 10
5. Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan
Pangan 12
6. Dinas Pendidikan 6
7. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan
Olahraga 10
8. Dinas Kesehatan 8
9. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil 9
10. Dinas Tenaga Kerja 6
11. Dinas Perdagangan, Koperasi Dan Usaha Mikro 7
12. Dinas Perhubungan 8
13. Dinas Komunikasi, Informatika Dan Statistik 11
14. Dinas Lingkungan Hidup 7
15. Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga
Berencana 6
16. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa 11
17. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu 8
18. Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan 9
19. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak 8
20. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia 9
21. Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan
Asset Daerah 15
22. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Penelitian Dan Pengembangan 6
23. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 7
24. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 5
25. Satuan Polisi Pamong Praja 5
26. RSUD Hardjono 10
27. Kecamatan Babadan 4
28. Kecamatan Badegan 4
29. Kecamatan Balong 5
30. Kecamatan Bungkal 4
31. Kecamatan Jambon 5
32. Kecamatan Jenangan 4
48
33. Kecamatan Jetis 4
34. Kecamatan Kauman 4
35. Kecamatan Mlarak 4
36. Kecamatan Ngebel 4
37. Kecamatan Ngrayun 5
38. Kecamatan Ponorogo 8
39. Kecamatan Pudak 5
40. Kecamatan Pulung 5
41. Kecamatan Sambit 4
42. Kecamatan Sampung 5
43. Kecamatan Sawoo 5
44. Kecamatan Siman 4
45. Kecamatan Slahung 5
46. Kecamatan Sooko 4
47. Kecamatan Sukorejo 5
48. KPU 5
Jumlah 386
Sumber: Data diolah oleh BKPSDM Kabupaten Ponorogo, 2020
1.2.2 Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2018) sampel adalah bagian dari populasi
yang mewakili populasi tersebut atau representatif. Pada penelitian ini
teknik yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu Purposive
Sampling, dimana penentuan sampel berdasarkan pada kriteria tertentu
(Sugiyono, 2018). Adapun responden yang ditetapkan pada penelitian
ini adalah ASN yang menjabat sebagai Kepala SKPD, Kasubid
Akuntansi, dan Kasubid Penataan Aset dengan kriteria yang ditetapkan
adalah sebagai berikut:
1. Kepala SKPD, selaku pimpinan dan penanggungjawab atas
pengelolaan keuangan daerah.
2. Kasubid Akuntansi yang bertugas menyusun anggaran,
mencatat transaksi, dan membuat laporan keuangan.
49
3. Kasubid Penataan Aset, yaitu orang yang bertugas secara
langsung dalam pencatatan aset dan inventarisasi.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sesuai dengan populasi yang dipilih yaitu sebanyak
99 responden. Masing-masing responden yang dipilih akan diberikan
kuisioner yang memuat variabel penelitian yaitu dua variabel independen
yang meliputi pemanfaatan teknologi informasi dan sistem pengendalian
internal dengan variabel dependen yaitu penerapan SAP berbasis akrual di
SKPD Kabupaten Ponorogo serta variabel moderasi yaitu komitmen
SKPD. Adapun distribusi sampel pada penelitian ini disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Daftar Distribusi Sampel
No. Unit Kerja
Jumlah
Jumlah
Populasi Kepala
SKPD
Kasubid
Akuntansi
Kasubid
Penataan
Aset
1. Sekretariat
Daerah
1 1 - 2 orang
2. Sekretariat
DPRD
1 1 - 2 orang
3. Inspektorat 1 1 - 2 orang
4.
Dinas
Pekerjaan
Umum,
Perumahan dan
Kawasan
Permukiman
1
1
-
2 orang
5.
Dinas
Pertanian,
Perikanan dan
Ketahanan
Pangan
1
1
-
2 orang
6. Dinas
Pendidikan
1 1 - 2 orang
50
7.
Dinas
Kebudayaan,
Pariwisata,
Pemuda, dan
Olahraga
1
1
-
2 orang
8. Dinas
Kesehatan
1 1 1 3 orang
9.
Dinas
Kependudukan
Dan Pencatatan
Sipil
1
1
-
2 orang
10. Dinas Tenaga
Kerja
1 1 - 2 orang
11.
Dinas
Perdagangan,
Koperasi Dan
Usaha Mikro
1
1
-
2 orang
12. Dinas
Perhubungan
1 1 - 2 orang
13.
Dinas
Komunikasi,
Informatika
Dan Statistik
1
1
-
2 orang
14.
Dinas
Lingkungan
Hidup
1
1
-
2 orang
15.
Dinas
Pengendalian
Penduduk Dan
Keluarga
Berencana
1
1
-
2 orang
16.
Dinas
Pemberdayaan
Masyarakat
Dan
Desa
1
1
1
3 orang
17.
Dinas
Penanaman
Modal Dan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
1
1
-
2 orang
18.
Dinas
Perpustakaan
Dan Kearsipan
1
1
-
2 orang
19.
Dinas Sosial,
Pemberdayaan
Perempuan Dan
1
1
-
2 orang
51
Perlindungan
Anak
20.
Badan
Kepegawaian
dan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
1
1
-
2 orang
21.
Badan
Pendapatan,
Pengelolaan
Keuangan Dan
Asset Daerah
1
1
1
3 orang
22.
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah,
Penelitian Dan
Pengembangan
1
1
-
2 orang
23.
Badan
Kesatuan
Bangsa dan
Politik
1
1
-
2 orang
24.
Badan
Penanggulanga
n Bencana
Daerah
1
1
-
2 orang
25. Satuan Polisi
Pamong Praja
1 1 - 2 orang
26. RSUD
Hardjono
1 1 - 2 orang
27. Kecamatan
Babadan
1 1 - 2 orang
28. Kecamatan
Badegan
1 1 - 2 orang
29. Kecamatan
Balong
1 1 - 2 orang
30. Kecamatan
Bungkal
1 1 - 2 orang
31. Kecamatan
Jambon
1 1 - 2 orang
32. Kecamatan
Jenangan
1 1 - 2 orang
33. Kecamatan
Jetis
1 1 - 2 orang
34. Kecamatan
Kauman
1 1 - 2 orang
52
35. Kecamatan
Mlarak
1 1 - 2 orang
36. Kecamatan
Ngebel
1 1 - 2 orang
37. Kecamatan
Ngrayun
1 1 - 2 orang
38. Kecamatan
Ponorogo
1 1 - 2 orang
39. Kecamatan
Pudak
1 1 - 2 orang
40. Kecamatan
Pulung
1 1 - 2 orang
41. Kecamatan
Sambit
1 1 - 2 orang
42. Kecamatan
Sampung
1 1 - 2 orang
43. Kecamatan
Sawoo
1 1 - 2 orang
44. Kecamatan
Siman
1 1 - 2 orang
45. Kecamatan
Slahung
1 1 - 2 orang
46. Kecamatan
Sooko
1 1 - 2 orang
47. Kecamatan
Sukorejo
1 1 - 2 orang
48. KPU 1 1 - 2 orang
Jumlah 48 48 3 99 orang
Sumber: BKPSDM Kabupaten Ponorogo, 2020
1.3 Jenis dan Metode Pengambilan Data
1.3.1 Jenis Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan pendekatan ilmiah
yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial dan
ekonomi. Penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan istrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/stastistik, dengan tujuan untuk menguji
53
hipotesis yang telah ditetapkan. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data primer. Data primer adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari hasil kuesioner yang
dibagikan kepada responden (Sugiyono, 2016).
1.3.2 Metode Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan data dengan
kuesioner. Penelitian ini menggunakan kuisoner yang berisikan
pernyataan-pernyataan untuk mendapatkan bukti empiris terhadap
perbedaan peresepsi antara Pegawai SKPD di Kabupaten Ponorogo yang
berada dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Ponorogo terhadap faktor-
faktor yang membedakan penerapan SAP berbasis akrual di SKPD
Kabupaten Ponorogo. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pernyataan kepada
responden. Skala pengukuran untuk kuesioner menggunakan skala likert 1
sampai 5. Hasil data dari skala likert tersebut termasuk dalam skala rasio
karena data yang dihasilkan berupa angka yang beda, menunjukkan
tingkatan, dan dapat dibandingkan.
Tabel 3.2 Skala Likert
Kategori Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2016)
54
1.4 Definisi Operasional Variabel
1.4.1 Variabel Independen
Variabel independen biasa disebut juga dengan istilah variabel
bebas. Menurut Sugiyono (2016) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang mempengaruhi timbulnya variabel dependen
(variabel terikat). Variabel independen pada penelitian ini adalah:
1.4.1.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi (X1)
Teknologi informasi merupakan teknologi komputer
yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi
serta teknologi komunikasi yang digunakan mengirimkan
informasi (Sari, Suprasto, dan Dwirandra, 2016). Dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemanfaatan teknologi informasi yang
dimaksud adalah penggunaan aplikasi komputer akuntansi pada
pengelolaan keuangan daerah. Indikator pemanfaatan teknologi
informasi menurut Pratiwi (2018) adalah:
1. Perangkat keras (hardware)
2. Perangkat lunak (software)
3. Jaringan (network)
4. Perangkat membantu akuntan pemerintah
5. Hardware, software, dan network mempermudah akuntan
pemerintah
1.4.1.2 Sistem Pengendalian Internal (X2)
Menurut Mahmudi (2011) Sistem Pengendalian Internal
(SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
55
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Indikator
yang digunakan dalam mengukur SPI menurut Mahmudi (2011)
adalah:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian risiko
3. Aktivitas pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan
1.4.1.3 Komitmen SKPD (X3)
Komitmen SKPD merupakan sikap, motivasi, dan
keyakinan yang tangguh dalam memegang prinsip kuat untuk
mencapai tujuan dalam penerapan SAP berbasis akrual yang
dimiliki oleh Aparatur SKPD (Nasution, Erlina, dan Sari 2015).
Menurut Oktavianti (2017) indikator komitmen SKPD meliputi:
1. Komitmen afektif
2. Komitmen berkelanjutan
3. Komitmen normatif
1.4.2 Variabel Dependen
Menurut Chandrarin (2017: 83) Variabel dependen merupakan
variabel utama yang menjadi daya tarik atau fokus peneliti. Adapun
56
variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerapan SAP berbasis
akrual.
1.4.2.1 Penerapan SAP Berbasis Akrual
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 8, SAP
berbasis akrual adalah penerapan SAP yang mengakui pendapatan,
beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis
akrual. Indikator penerapan SAP berbasis akrual menurut Pratiwi
(2018) meliputi:
1. Pengakuan pendapatan
2. Pengakuan beban
3. Pengakuan aset
4. Pengakuan utang
5. Pengakuan ekuitas
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah stastistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum. Termasuk dalam stastistik deskriptif antara lain adalah
penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram,
perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral),
perhitungan desil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-
rata dan standar deviasi, perhitungan persentase (Sugiyono 2016).
57
3.5.2 Uji Kualitas Data
3.5.2.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah tidaknya
suatu kuesioner. Kevalidan sutu kuesioner jika kuesioner tersebut
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
(Jalardi dan Riharjo, 2016). Menurut Santoso (2015: 45) uji
validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan alat ukur
benar-benar mengukur apa yang diukur. Perlu dilakukan uji
korelasi untuk mengetahui apakah suatu kuesioner yang disusun
valid. Uji korelasi dihitung antara skor (nilai) tiap-tiap item
pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Untuk item-item
pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai
sebagai instrument pertanyaan. Jika nilai signifikansinya lebih
kecil dari 0,05 maka butiran pertanyaan tersebut valid dan apabila
nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka butiran pertanyaan
tidak valid. Selain itu, juga dapat dilihat dari nilai r hitung dan r
table dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika nilai r hitung > nilai r table maka item pertanyaan
dinyatakan valid.
b. Jika nilai r hitung < nilai r table maka item pertanyaan
dinyatakan tidak valid.
3.5.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur keandalan
suatu kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel
58
penelitian. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika
jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten dari
waktu ke waktu (Jalardi, 2016). Uji keandalan merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau konsisten jika kembali dilakukan pengukuran.
Menurut Putra dan Ariyanto, (2015) Pengujian reliabilitas
menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan program
SPSS. Suatu kuisioner dikatakan reliable jika cronbach alpha lebih
besar 0,60.
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas, uji multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas.
3.5.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi antara variabel dependen dan variabel independen
memiliki distribusi normal atau tidak (Nasution, 2016). Uji
normalitas dilakukan dengan berasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas data
dapat dilakukan dengan uji statistic non-parametrik dengan uji
Kolmogrov-Smirnov (K-S). Kriteria data dikatakan berdistribusi
normal jika Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0.05 dan jika
Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0.05 maka data variabel tidak
berdistribusi secara normal.
59
3.5.3.2 Uji Multikolonieritas
Menurut Dewi & Purnamawati (2017) uji
multikolonieritas bertujuan untuk membuktikan atau menguji
apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Dalam penelitian jika tidak terjadi
korelasi antara variabel independen, maka dapat dikatakan model
regresi yang baik. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance <
0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
3.5.3.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya penyimpangan dalam uji asumsi klasik. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Pengujian dilakukan dengan uji Glejser yang
meregresi variabel bebas terhadap variabel residual mutlaknya
dengan nilai signifikan 0.05. apabila tidak ada variabel yang
signifikan secara statistik maka regresi tidak mengandung
heterokedastisitas.
3.5.4 Analisis Regresi
3.5.4.1 Analisis Regeresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda
dan dengan regresi moderate karena penelitian ini terdiri dari lebih
dari satu variabel. Berdasarkan pada Ghozali (2013) persamaan
regresi yang digunakan adalah:
60
Y= α+ β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Y = Penerapan SAP Akrual
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X1 = Pemanfaatan Teknologi Informasi
X2 = Sistem Pengendalian Internal
X3 = Komitmen SKPD
e = Kesalahan regresi
3.5.5 Uji Hipotesis
3.5.5.1 Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Uji Stastistik t menunjukkan seberapa jauh pegaruh
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Santoso, 2015: 41). Dalam mengambil suatu
keputusan hipotesis didasarkan pada nilai probabilitas yang
diperoleh dari hasil pengelolaan data melalui program IMB SPSS
Stastistik sebagai berikut:
a. Jika nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima
b. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima Ha ditolak
c. Jika -t hitung > -t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak
d. Jika -t hitung < -t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima
Cara lain untuk dapat menyimpulkan menerima atau
menolak Ho dan Ha yaitu dengan meilihat nilai signifikannya. Jika
nilai signifikan variabel independen dibawah 0,05 maka Ho ditolak
61
dan Ha diterima, sebaliknya jika nilai signifikan variabel
independen diatas 0,05 maka Ho diterima dan Ha diterima.
3.5.5.2 Koefisien Determinan (R2)
Menurut Santoso (2015: 5) Koefisien Determinasi (R2)
adalah uji yang digunakan untuk menentukan seberapa besar
variasi variabel dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen (X). Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0
sampai dengan 1, semakin mendekati 0 besarnya koefisien
determinasi maka semakin kecil pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Sebaliknya, semakin mendekati angka
1 besarnya koefisien determinasi maka semakin besar pengaruh
variabel dependen terhadap variabel dependen.
top related