bab 2 tinjauan pustaka - digilib.ui.ac.iddigilib.ui.ac.id/file?file=digital/123749-s-5506-risiko...
Post on 18-Jan-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
57
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas seputar ergonomi, faktor risiko pada
juru masak terhadap kejadian MSDs dan metode penilaian ergonomi. MSDs sendiri
merupakan gangguan yang terjadi pada sistem rangka. Faktor risiko terhadap MSDs
dibagi menjadi tiga faktor risiko yaitu faktor risiko pekerjaan, faktor risiko personal
dan faktor risiko lingkungan. Faktor risiko pekerjaan meliputi faktor risiko postur
tubuh, beban kerja, frekuensi dan durasi. Faktor karakteristik individu meliputi masa
kerja, usia pekerja, merokok, jenis kelamin. Faktor risiko lingkungan yaitu vibrasi
dan temperatur. Metode penilaian ergonomi yang dipakai untuk menilai risiko
pekerjaan pada penelitian ini yaitu metode REBA (Rapid Entire Body Assesment).
2.1. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang berarti kerja
dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi menurut IEA (International
Ergonomics Assosiation) adalah studi yang mempelajari aspek anatomi, psikologi
dan fisiologi manusia dengan lingkungan kerja yang memberikan perhatian optimal
terhadap efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan pada lingkungan kerja
sehingga dibutuhkan studi interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan kerja
dengan tujuan terwujudnya kesesuaian tugas dan kemampuan manusia.
2.1.1. Antropometri
Istilah antropometri berasal dari kata “antro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Dengan demikian antropometri memiliki arti telaah
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
58
tentang ukuran tubuh manusia dan mengupayakan evaaluasi untuk melaksanakan
kegiatanya dengan mudah dan gerakan-gerakan sederhana. Antropometri adalah
suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik ukuran
tubuh manusia dan bentuk serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan
masalah desain (Nurmianto, 2003).
Antropometri merupakan bidang yang berhubungan dengan dimensi-dimensi
tubuh manusia, seperti volume, pusat titik berat dan masa (Pheasant, 1999).
Pengukuran bagian tubuh ini terbagi menjadi 2 kelompok secara fungsional, yaitu
statis dan dinamis. Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk
dan ukuran tubuhnya karena dipengaruhi olhe berbagai faktor seperti umut, jenis
kelamin, suku dan jenis pekerjaan. Antropometri sangat penting untuk diperhatikan
terutama dalam mendesain tempat kerja. Engineering antropometri biasanya
berhubungan dengan berbagai aplikasi berdasarkan data yang digunakan untuk
mendesain alat yang akan digunakan oleh manusia.
2.1.1.1 Ukuran Meja Kerja dan Tempat Duduk
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap tubuh. Grandjean (1993) berpendapat bahwa bekerja dengan posisi duduk
mempunyai keuntungan antara lain pembebanan pada kaki, pemakaian energi dan
keperluan untuk sirkulasi darah berkurang. Namun sikap duduk yang terlalu lama
dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung
sehingga cepat lelah.
Sikap duduk yang tegang dan kaku akibat kursi yang tidak sesuai dengan
antropometri pemakai dapat menambah tekanan yang terjadi dan merupakan
penyebab utama adanya masalah-masalah punggung (Grandjean, 1993).
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
59
Departemen Tenaga Kerja memberikan pedoman ukuran tempat duduk yang baik :
a. Tinggi tempat duduk, diukur dari lantai sampai pada permukaan atas bagian
depan alas duduk.
Kriteria : Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut
sampai ke telapak kaki
b. Panjang alas duduk, diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan
sandaran duduk dengan permukaan atas alas duduk.
Kriteria : harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis punggung
c. Lebar tempat duduk, diukur pada garis tengah alas duduk melintang
Kriteria : harus lebih besar dari pinggul
d. Sandaran pinggang
Kriteria : bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang
belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul
e. Sudut alas duduk
Kriteria : alas duduk harus sedimikian rupa sehingga memberikan kemudahan
pada pekerja untuk melaksanakan pemilihan-pemilihan gerakan dan posisi
f. Bila keadaan memungkinkan, penyediaan tempat duduk yang ukurannya daoat
diatur dianjurkan
Tinggi permukaan meja harus disesuaikan sehingga dapat mengurangi
tekanan pada tulang belakang, otot leher dan otot bahu serta dapat meningkatkan
kenyamanan saat bekerja. Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang akan
membungkuk ke depan dan jika terlalu tinggi bahu akan terangkat dari posisi rileks
sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman.
Departemen Tenaga Kerja memberikan pedoman ukuran meja kerja yang baik :
a. Tinggi meja kerja
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
60
Kriteria : tinggi permukaan meja kerja dibuat setinggi siku dan sesuaikan dengan
sikap tubuh pada saat bekerja.
Untuk sikap berdiri, ukuran-ukuran yang diusulkan :
Pada pekerjaan-pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian tinggi meja adalah
10-20 cm lebih rendah dari tinggi siku
Pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan penekanan pada tangan, tinggi meja
adalah 10-20 cm lebih rendah dari tinggi siku
b. Tebal daun meja
Kriteria : tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kebebasan bergerak pada kaki
c. Permukaan meja
Kriteria : rata dan tidak menyilaukan
d. Lebar meja, diukur dari pekerja ke arah depan
Kriteria : tidak melebihi jarak jangkauan tangan
2.1.2. Biomekanik
Merupakan elemen-elemen mekanik pada mahluk hidup, biomekanik
pekerjaan lebih menitikberatkan pada karakteristik mekanik dan pergerakan dari
tubuh manusia dan elemen-elemennya. Biomekanik pekerjaan sebagai bidang ilmu
yang mempelajari hubungan antara pekerja dan peralatan kerja, lingkungan kerja dan
lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja dengan mengurangi terjadinya
ganggguan otot rangka. Biomekanik pekerjaan merupakan ilmu terapan dari
berbagai disiplin ilmu, antara lain ilmu teknik, fisik dan biologi. Aspek-aspek yang
tercakup dalam occupational biomechanics adalam modeling, antropometri,
kinesologi, bioinstrumentasi, kerja mekanik dan evaluasi kapasitas kerja manusia
(Pulat, 1997).
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
61
Biomekanika dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan tindakan otot
berbeda-beda dalam tubuh. Dalam keadaan sehari-ahri, para pekerja bidang
kesehatan meneliti kombinasi otot antara tegangan, tekanan, membengkokan (seperti
huruf S), puntiran dan melentur. Secara umum ada lima tingkatan tindakan yang
berbeda pada tubuh :
a. Tegangan, memuat gaya yang mana beban sama dan beban kebalikan adalah
menjauh dari permukaan struktur, menghasilkan pembatasan dan perpanjangan
b. Tekanan, digambarkansebagai satu gaya yang mana beban sama dan beban
kebalikan diterapkan ke arah permukaan struktur yang menghasilkan pelebaran
dan pemendekan
c. Membengkokan (seperti huruf S) adalah suatu gaya dimana satu beban yang
diterapkan paralel sampai permukaan struktur, menyebabkan kelainan bentuk
bersudut internal
d. Puntiran, digambarkan sebagai gaya dimana satu beban diberlakukan bagi satu
struktur dalam suatu cara-cara tertentu yang menyebabkan sampai ke
pergelangan tangan
e. Melentur adalah suatu gaya dimana satu beban diberlakukan bagi satu struktur
dalam suatu cara yang menyebabkannya menekuk sekitar satu poroe, sehingga
membentuk kombinasi tegangan dan tekanan
(www.ohsah.bc.ca)
2.2. Pengertian MSDs
Musculoskeletal Disorders atau disingkat MSDs adalah cidera atau gangguan
pada jaringan lunak (seperti otot, tendon, ligament, sendi, dan tulang rawan) dan
sistem saraf dimana cidera atau gangguan ini dapat mempengaruhi hampir semua
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
62
jaringan termasuk saraf dan sarung tendon (OSHA, 2000). Terdapat perbedaan
istilah MSDs pada beberapa negara. Di Amerika MSDs lebih dikenal Cumulative
Trauma Disorders (CTD). Di Inggris dan Australia disebut dengan Repetitive Strain
Injury (RSI). Dan di Jepang dan Skandinavia lebih dikenal dengan Occupational
Cervicobrachial Disorders (OCD).
Penyakit MSDs ini diterjemahkan sebagai kerusakan trauma kumulatif.
Terjadinya akibat proses penumpukan cidera/kerusakan kecil-kecil pada sistem
muskuloskeletal akibat trauma berulang yang setiap kalinya tidak dapat sembuh
sempurna, sehingga membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa
sakit (Humantech, 1995).
Gangguan pada sistem musculoskeletal ini hampir tidak pernah terjadi
langsung, tetapi lebih merupakan suatu akumulasi dari benturan-benturan kecil
maupun besar, terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang realtif lama, bisa
dalam hitungan hari, bulan atau tahun, tergantung dari berat ringannya trauma,
sehingga akan terbentuk cidera yang cukup besar yang diekspresikan sebagai rasa
sakit atau kesemutan, nyeri tekan, pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau
kelemahan pada jaringan anggota tubuh yang terkena trauma.
Trauma jaringan timbul karena kronisitas atau berulang-ulangnya proses
penggunaan tenaga yang berlebihan (overexertion), peregangan berlebihan
(overstretching) atau penekanan lebih (overcompression) pada suatu jaringan.
Jaringan yang terkena bisa tendon, sarung tendon, saraf, pembuluh darah, ligamen
dari pada tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, leher, pinggang, pangkal paha,
lutut dan pergelangan kaki.
MSDs dapat dibedakan menurut beratnya gangguan yaitu ringan, sedang dan
berat (NIOSH, 1997). Adapun kondisi-kondisi yang termasuk gangguan
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
63
musculoskeletal diantaranya sebagai berikut : bursitis, tendinitis, tenosinovitis,
trigger finger, tension neck syndrome, dequervain’s syndrome, carpal tunnel
syndrome, guyon’n tunnel syndrome, serta low back pain. Berikut contoh jenis-jenis
MSDs :
a. Carpal tunnel syndrome yaitu tekanan pada syaraf di pergelangan tangan yang
dapat menyebabkan pernutup sendi/urat ataupun urat sendi mengalami iritasi
b. Tendinis merupakan peradangan hebat atau iritasi pada urat/sendi yg berkembang
ketika otot secara berulang-ulang terpajan oleh penggunaan berlebih dan
kejanggalan penggunaan tangan, pergelangan, lengan dan bahu
c. Tenosynovitis adalah sebuah peradangan hebat atau irirtasi pada penutup
urat/sendi yang berhubungan dengan gerakan flexion dan extension dari
pergelangan tangan
d. Synovitis adalah peradangan atau iritasi lapisan synovial (lapisan tulang sendi)
e. DeQuervain’s disease adalah tipe synovitis yang terjadi pada ibu jari kaki
f. Bursitisis adalah peradangan atau iritasi yang terjadi pada jaringan penyambung
di sekitar sendi, biasanya terjadi pada bahu
g. Epicondylitis, sakit pada siku yang berhubungan dengan rotasi berlebih dari
lengan bawah atau membengkokan pergelangan tangan secara berlebih
h. Thoracic Outlet syndrome adalah tekanan pada system syaraf atau saluran
pembuluh darah antara tulang iga pertama, clavicle (tulang leher), otot-otot
thorax dan bahu
i. Cervical radiculopathy adalah tekanan dasar system saraf pada leher
j. Ulnar nerve entrapment adalah tekanan pada syaraf ulnar pada pergelangan
(Sluiter et al, 2001)
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
64
2.3. Material Manual Handling
2.3.1. Pengertian Material Manual Handling
Setiap kegiatan yang membutuhkan penggunaan tenaga yang dikeluarkan
oleh seseorang untuk mengangkat atau menurunkan , mendorong atau menarik,
membawa atau memindahkan, memegang atau menahan benda hidup atau tidak
hidup (National Occupational Health and Safety Commision, National Standard for
Manual Handling. Canbera:AGPS, 1990). Manual handling tidak hanya berarti
mengangkat atau membawa sesuatu saja, namun manual handling meliputi
mendorong, membawa, menggapai, memegang dan tindakan ringan yang berulang
(OS&S, 2003). Berdasarkan hal tersebut, maka menjadi jelas bahwa masalah manual
handling merupakan aktivitas yang dominan dalam melaksanakan tugas keseharian
di lingkungan kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan mangangkat dan membawa adalah:
a. Beban, jarak membawa dan intensitas pembebanan
b. Kondisi lingkungan kerja, yaitu keadaan lantai yang licin, kasar, naik turun , dll
c. Ketrampilan pekerja
d. Peralatan bekerja beserta keamanannya
2.3.2. Faktor-faktor Risiko Material Manual Handling terhadap MSDs
Faktor risiko dari MSDs ini yaitu aktivitas kerja fisik dalam kondisi yang
berisiko, sehingga menyebabkan rusaknya jaringan untuk waktu yang lama.
Aktivitas kerja fisik dapat menyebabkan cidera ringan pada jaringan otot dan tendon.
Cidera ini terjadi akibat penurunan aliran darah atau adanya ketegangan pada
jaringan, hal ini dapat menyebabkan tekanan pada syaraf, kerusakan tendon,
ketegangan otot atau kerusakan sendi. Cidera pada otot dapat disebabkan oleh
tekanan langsung pada otot akibat adanya trauma maupun akibat ketegangan otot.
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
65
Ketegangan otot dapat terjadi secara mendadak ataupun kronis secar terus-menerus
yang dapat menyebabkan nyeri menjadi progresif, cidera otot biasanya menyebabkan
pembengkakan, kerusakan jaringan dan pendarahan.
Faktor risiko MSDs ini dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Faktor pekerjaan
Secara garis besar dibagi menjadi aspek fisik dan aspek organisasional.
Aspek fisik meliputi postur kerja, beban, durasi, frekuensi, desain tempat kerja
seperti ketinggian, jangkauan, jarak dan penanganan ganda. Sementara aspek
organisasional berhubungan dengan organisasi kerja, dukungan tempat kerja,
pengontrolan selama bekerja, target kerja dan lainnya.
1) Postur tubuh
Postur adalah posisi relatif bagian tubuh tertentu pada saat bekerja yang
ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan task requirements serta
ukuran perlatan/benda lainnya yang digunakan saat bekerja (Pulat, 1992). Postur
dan pergerakan memegang peranan penting dalam ergonomi. Salah satu
penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur janggal (awkward posture).
Hal-hal yang dapat mempengaruhi postur tubuh ketika bekerja adalah karateristik
pekerjaan (kebutuhan pekerja), desain tempat kerja dan faktor personal pekerja
seperti yang ditunjukkan pada bagan berikut ini :
Gambar 2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh dalam bekerja
(Bridger, 1995)
Task requirements
Working posture
Workspace Personal factor
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
66
Tabel 2.3. Faktor yang mempengaruhi postur tubuh (Bridger, 1995)
Faktor Contoh
Karakteristik pengguna
(faktor personal)
Umur
Antropometri
Berat badan
Kebugaran (olah raga)
Pergerakan sendi (banyaknya persendian)
Masalah musculoskeletal terbaru
Cidera atau operasi awal
Penglihatan
Handedness
Kegemukan
Kebutuhan
pekerjaan/kegiatan
Kebutuhan visual
Kebutuhan manual (posisi tenaga)
Masa waktu
Periode istirahat
Pekerjaan yang mobile/tidak atau kecepatan
dalam bekerja
Desain tempat kerja Dimensi tempat duduk
Dimensi permukaan tempat kerja
Desain tempat duduk
Dimensi ruang kerja (ruang untuk kepala,
ruang untuk kaki)
Keleluasaan pribadi
Kualitas dan tingkat iluminasi
Postur normal atau yang sering disebut juga postur netral yaitu postur dalam
proses yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau
penekanan pada bagian penting tubuh, seperti organ tubuh, saraf, tendon, otot,
dan tulang, membuat keadaan menjadi rileks dan menyebankan kelelahan system
musculoskeletal/sistem tubuh lainnya (Satrya, 1999).
Postur janggal adalah deviasi (pergeseran) dari gerakan tubuh/anggota gerak
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
67
yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktivitas dari postur/posisi normal
secara berulang-ulang dan dalam waktu yang relatif lama. Gerakan postur
janggal ini adalah salah satu faktor untuk terjadinya gangguan, penyakit, atau
cidera pada sistem muskuloskeletal (Humantech, 1995).
Menurut Weiner (1992), postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung
lama dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan stres pada bagian
tubuh tertentu, yang disebut dengan postural stress akibat dari postur tubuh yang
jelek.
Tabel 2.3. Postur-postur janggal dan alokasi kemungkinan terjadinya sakit
Postur Janggal Alokasi kemungkinan terjadinya sakit
atau gejala lainnya
Berdiri
Duduk tanpa dukungan lumbar
Duduk tanpa dukungan punggung
Duduk tanpa footrest (tumpuan kaki)
yang baik dengan ketinggian yang
sesuai
Duduk dengan mengistirahatkan bahu
pada permukaan alat kerja yang terlalu
tinggi
Tangan meraih sesuatu yang sulit
terjangkau (jauh/tinggi)
Kepala mendongak
Posisi membungkuk, punggung yang
mengarah ke depan
Semua posisi tegang
Posisi ekstrim yang terus-menerus pada
setiap sendi
Pada kaku, region lumbal
Pada region lumbar
Pada otot-otot punggung
Pada lutut, kaki, dan region lumbar
Pada bahu dan otot-otot leher
Pada bahu dan lengan bagian atas
Pada region leher
Pada region lumbar dan otot-otot
punggung
Pada semua otot (karena semua otot
terlibat)
Pada semua sendi (karena semua sendi
terlibat)
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
68
Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama
dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut
dengan “postural stress”. Gejala yang timbul yaitu kelelahan, nyeri, gelisah atau
tidak tenang. Postur kerja yang baik menjamin kerja otot statis seminimal
mungkin, sehingga memungkinkan seseorang melakukan pekerjaan dengan
seefektif mungkin tanpa kerja otot tambahan. Postur kerja bervariasi lebih baik
dari postur kerja yang monoton, dan postur kerja yang statis dan santai lebih baik
daripada postur kerja yang statis dan tegang.
Kegiatan juru masak terkait postur tubuh yang tidak seimbang yaitu kepala
menunduk kebawah saat memasak, jangkauan yang berlebihan saat menyiapkan
makanan, jangkauan saat mengambil bumbu-bumbu, ditambah lagi area dapur
yang kecil sehingga tidak dapat bergerak dengan nyaman.
2) Frekuensi
Gerakan yang berulang-ulang jika dilakukan secara terus-menerus (setiap
beberapa detik) untuk durasi yang lama seperti 8 jam akan mendorong fatique
dan ketegangan oto tendon. Ketegangan otot tendon akan dapat dipulihkan bila
ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. Dampak dari
gerakan yang berulang-ulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan
dengan postur janggal dan beban yang berat. Frekuensi gerakan postur janggal ≥
2x/menit merupakan faktor risiko terhadap siku, bahu, leher, punggung dan kaki.
Kegiatan mencincang dan memotong saat menyiapkan makanan memerlukan
gerakan yang berulang yang dapat menjadi salah satu risiko MSDs. MSDs
terkait dengan repetitive, gerakan dalam waktu singkat. Kejadian penyakit telah
ditemukan pada pekerjaan dengan tingkat pengulangan yang tinggi dan
memerlukan pengerahan tenaga yang besar.
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
69
Tabel 2.3 Tipe pekerjaan yang menyebabkan MSDs
Tipe pekerjaan Jenis Penyakit
Ekstensi berulang dari pergelangan tangan
dan atau jari-jari
Gerakan ”memeras pakaian” (fleksi/ekstensi
dengan pronation/supination dan genggaman
bertenaga) berulang
Penyimpangan radial dan ulnar berulang,
terutama dengan genggaman kuat
Pronation/supination berulang dengan
penyimpangan ulnar pergelangan tangan,
contoh memutar dengan tang
Gerakan menggenggam berulang dengan
fleksi pada pergelangan tangan
Fleksi/ekstensi berulang pada pergelangan
tangan, terutama jika dikombinasikan dengan
pinch grip atau power grip
Tekanan lama pada siku, terutama jika siku
dalam keadaan fleksi
Aplikasi berulang dari tekanan pada tangan,
dengan pergelangan tangan dalam posisi
ekstensi
Peralatan yang menyebabkan penyimpangan
radial pada pergelangan tangan, terutama jika
dikombinasikan dengan ekstensi dan
pronation
Peralatan dengan pelatuk, terutama jika
pegangan terlalu luas sehingga terjadi
ekstensi pada tulang sendi proximal
interphalangeal
Tennis elbow
Tenosynovitis, terutama De
Quervain’s
Tenosynovitis, terutama De
Quervain’s
Tenosynovitis, terutama De
Quervain’s, tennis elbow, carpal
tunnel syndrome
Tenosynovitis
Carpal tunnel syndrome
Ulnar nerve entrapment pada siku
Ulnar nerve entrapment pada
pergelangan tangan
Tennis elbow
Tenosynovitis
Hal yang tidak mungkin untuk menentukan secara tepat tingkat gerakan berulang
secara berarti meningkatkan risiko, karena banyak faktor yang terlibat. Namun
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
70
sebagai gambaran kasar, bahwa ada kemungkinan peningkatan kejadian dari
MSDs dalam pekerjaan dengan karakteristik :
• Lebih dari 1500-2000 gerakan berulang tiap jam
• Waktu putaran kurang dari 30 detik, terutama jika lebih dari setengah
dilakukan oleh rangkaian tunggal dari gerakan berulang
(Pheasant, 1991)
3) Durasi
Pekerjaan yang menggunakan otot yang sama untuk durasi yang lama dapat
meningkatkan potensi timbulnya fatique dan menyebabkan MSDs, bila waktu
istirahat/pemulihan tidak mencukupi. Durasi terjadinya postur janggal yang
berisiko bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik (Humantech,
1995).
4) Beban
Istilah beban tidak sama dengan berat, beban menunjuk kepada tenaga.
Dalam penilaian risiko, berat hanyalah salah satu aspek dari beban terhadap
tubuh, beban maksimal yang diperbolehkan untuk diangkat oleh orang dewasa
yaitu 23-25 kg untuk pengangkatan single (tidak berulang). Bentuk dan ukuran
objek ikut mempengaruhi hal tersebut, semakin kecil objek semakin baik agar
dapat diletakkan sedekat mungkin dari tubuh. Ukuran objek yang dapat
membebani otot pundak/bahu dengan lebar lebih dari 300-400 mm, panjang lebih
dari 350 mm dan ketinggian lebih dari 450 mm.
Bentuk objek harus mempunyai pegangan, tidak ada sudut tajam dan tidak
dingin atau panas saat diangkat. Mengangkat objek tidak boleh hanya
mengandalkan kekuatan jari karena kemampuan jari terbatas sehingga dapat
menyebabkan cidera pada jari (Baiduri, 2004). Pekerjaan yang menggunakan
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
71
tenaga besar dapat membebani otot, tendon, ligament dan sendi. Semakin besar
tenaga yang digunakan maka semakin besar kerja otot yang diikuti oleh beberapa
perubahan fisiologi yang penting untuk meningkatkan tenaga tersebut, aspek lain
yang dapat emempengaruhi beban ialah :
Jarak beban dari tubuh
Ketinggian beban
Jarak pengangkatan
Postur pengangkatan
Kecepatan pergerakan
Pekerja dapur banyak melakukan kegiatan terkait dengan membawa objek
dengan berbagai tingkatan beban, contohnya membawa bungkusan bahan
makanan, memindahkan peralatan masak atau menempatkan peralatan masak dan
peralatan makan seperti gelas dan piring ke dalam rak.
b. Faktor karakteristik individu
1) Umur
Pertambahan umur menyebabkan penurunan kemampuan kerja jaringan tubuh
(otot, tendon, sendi dan ligament). Penurunan elastisitas tendon dan otot
meningkatkan jumlah sel mati sehingga terjadi penurunan fungsi dan kapabilitas
otot, tendon, ligament yang akan meningkatkan respon stres mekanik sehingga
tubuh menjadi lebih rentan terhadap MSDs. Dengan demikian terdapat
kecenderungan umum bahwa risiko MSDs meningkat seiring dengan
pertambahan umur.
2) Masa kerja
Penyakit MSDs ini merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama
untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
72
semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka semakin besar
pula risiko untuk mengalami MSDs (Guo, 2004).
3) Jenis kelamin
Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dibandingkan dengan
pria. Sehingga wanita lebih berisiko mengalami MSDs dibandingkan wanita.
4) Merokok
Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru sehingga kemampuan
untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila perokok dituntut melakukan
tugas dengan pengerahan tenaga yang besar maka akan lebih mudah mengalami
kelelahan karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pebakaran karbohidart
terhambat dan terjadi penumpukan asam laktat dan terjadilah nyeri otot.
5) Riwayat penyakit MSDs
Seseorang dengan riwayat low back pain mempunyai kecenderungan untuk
mengalami kejadian lanjutan.
c. Faktor lingkungan
1) Temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara
Dalam temperatur dan kelembapan yang tinggi dapat mempengaruhi
kesehatan dan kenyamanan pekerja dapur dan berkontribusi terjadinya heat stress
dan menyebabkan kondisi yang cepat lelah. Pekerja yang melakukan aktivitas
material manual handling akan lebih berisiko jika lingkungan kerja bersuhu tidak
nyaman (dibawah 19º C atau diatas 26ºC) (Pulat, 1997).. Dalam dapur
diperlukan system ventilasi yang baik dan memelihara kualitas udara dengan
pembersihan secara teratur dan memelihara alat ekstrasi asap. Sementara itu
pekerja dapur juga berisiko terpajan dalam temperature yang rendah pada
kegiatan menyimpan dan mengambil persediaan bahan makanan ke dalam freezer
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
73
yang besar. Temperatur dingin dapat meningkatkan risiko ketegangan otot dan
hilangnya daya ketangkasan/kecekatan.
2) Vibrasi
Vibrasi dari peralatan seperti mixer menjadi faktor risiko jika pekerja
terpapar secara terus-menerus atau berada pada intensitas tinggi, yang mungkin
didapat dari penggunaan peralatan, Pekerja yang mengalami vibrasi dapat
menyebabkan perubhan sirkulasi sehingga menyebabkan mati rasa pada tangan
sehingga membutuhkan tenaga lebih saat menggeggam.
2.3.3. Pekerjaan Pelayanan Makanan yang Berisiko Terhadap MSDs :
a. Manual handling dengan beban berat
1) Mengangkat atau memindahkan bahan makanan
2) Jangkauan tangan yang berlebihan (over-stretching) saat menjangkau item
yang berat dan besar dari rak atas
3) Postur yang tidak tepat saat mengangkat beban berat
b. Memotong makanan
1) Meja kerja yang tidak sesuai dengan tinggi pekerja
2) Penggunaan tenaga berlebihan saat memotong makanan
3) Penggunaan perkakas dan pisau yang desainnya tidak ergonomis sesuai
dengan kenyamanan dan meningkatkan power grip
4) Penggunaan pisau yang tumpul dapat meningkatkan penggunaan tenaga yang
berlebih
5) Tindakan berulang pada lengan bawah saat memotong
c. Penanganan objek yang panas dan berat
1) Hal ini terutama saat jika objek yang diangkat mengandung cairan sehingga
akan bergerak dan merubah pusat gravitasi objek
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
74
d. Memutar badan saat memasak
1) Pergerakan tangan yang cepat dan berulang saat mencampur
bahan/mengaduk
e. Menyediakan masakan
1) Penggunaan tenaga yang berlebihan saat menyajikan banyak muatan dalam
papan
2) Menyediakan makanan hanya dengan satu tangan
3) Jangkauan yang berlebihan saat menyajikan makanan di meja
f. Mengangkat dan memindahkan kursi/meja
g. Mengumpulkan dan merapikan makanan
1) Menangani nampan yang kelebihan peralatan makanan
2) Mengumpulkan banyak nampan tanpa bantuan mesin
h. Membersihkan peralatan masak
Risiko terkait pekerjaan mencuci peralatan masak dengan menggunakan mesin
yaitu :
1) Berdiri lama saat membersihkan peralatan masak
2) Duduk tanpa sandaran terlalu lama saat membersihkan peralatan
3) Membungkuk saat membersihkan makanan di bak cuci yang dalam
4) Kegiatan mengangkat dan membawa tumpukan piring dan peralatan masak
yang berat
5) Punggung pekerja berulang kali dalam posisi twisting dan bending
menghadap bak cuci
6) Jangkauan janggal sepanjang kegiatan mencuci menghadap bak cuci
7) Menggenggam piring dan peralatan masak menggunakan ujung jari (pinch
grips)
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
75
8) Posisi berdiri atau jongkok dalam waktu yang cukup lama
9) Pergerakan bahu dan pergelangan tangan yang berulang-ulang saat
menggosok panci dan sejenisnya
10) Penggunaan tenaga yang berlebihan pada tangan saat menggosok panci dan
peralatan masak lainnya
i. Penyimpanan
Piring, panci dan makanan akan ditempatkan dalam rak di tempat penyimpanan
dingin dan kering. Risiko yang mungkin timbul yaitu :
1) Pengangkatan dengan tenaga yang besar pada objek yang berat
2) Jangkauan janggal dan berulang atau bending pada rak yang lebih tinggi
maupun yang lebih rendah
j. Berdiri atau duduk terlalu lama
1) Juru masak, kasir, pelayan dan bar-tender berdiri dalam waktu yang lama
selama bekerja
http://www.labour.gov.hk/
2.4. Metode-metode Ergonomi
a. The HSE Manual Handling Assesment Chart (MAC)
Metode ini dikembangkan oleh HSE/HSL didasarkan pada metode
pemeriksaan pekeraan manual handling yang telah ada sebelumnya yaitu : QEC,
REBA, OWAS, The 1991 NIOSH Lifting Equation. Garis besar metode MAC
adalah asumsi bahwa risiko MSDs dari pekerjaan manual handling dapat dinilai
dengan menggunakan model penambahan.
b. Revised NIOSH Lifting Equation
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
76
Institut Nasional untuk Kesehatan dan Keselamatan yang berasal dari
Amerika (National Institute for Occupational Safety and Health)
mengembangkan suatu perhitungan pengangkatan yang menentukan batas dari
berat beban yang direkomendasikan (Recommended Weight Limit) dengan
mengalikan suatu rangkaian nilai-nilai. Perhitungan ini mempertimbangkan
mulai dari awal dan akhir dari ringgi pengangkatan, jarak pengangkatan secara
vertikal, jarak raih, penggantian jarak, frekuensi pengangkatan (berdasarkan rata-
rata mengangkat dalam pengangkatan per menit dan jangka waktu dalam jam),
derajat genggaman tangan.
c. Quick Exposure Checklist (QEC)
QEC terdiri dari checklist yang mudah digunakan dan lembar penilaian untuk
menilai pekerja. Postur pekerja, pergerakan punggung, bahu dan tangan, berat
dari beban yang sedang diangkat, dan waktu yang disediakan untuk bekerja akan
dievaluasi untuk menentukan paparan dari risiko fisik cedera bagian belakang.
Checklist QEC dirancang untuk :
1) Mengidentifikasi faktor risiko untuk pekerjaan terkait dengan cidera bagian
belakang
2) Mengevaluasi level risiko untuk bagian tubuh yang berbeda
3) Menyarankan tindakan-tindakan yang perlu diambil untuk tujuan
menggurangi paparan risiko
4) Mengevaluasi keefektifan intervensi ergonomi di tempat kerja
5) Mendidik para pekerja tentang risiko tulang belakang di tempat kerjanya
d. Rapid Entire Bady Assesment (REBA) Postural Analysis
REBA adalah metode untuk menilai risiko pekerjaan yang berkaitan dengan
cidera tulang belakang. REBA menilai risiko postur dari keseluruhan tubuh
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
77
pekerja, dengan mempertimbangkan postur statis dan dinamis, kemampuan
beban manusia dan konsep gaya berat dalam posisi anggota tubuh bagian atas.
Analisa dapat dilakukan sebelum dan sesudah pengamatan untuk menunjukkan
bahwa perhitungan sudah dikerjakan untuk menurunkan risiko dari cidera.
REBA merupakan pengembangan dari RULA, metode yang diuraikan di atas.
Tetapi mengamati keseluruhan tubuh sehingga juga menilai punggung, kaku dan
lutut.
e. Ovako Working Posture Analysis System (OWAS)
Sistem OWAS memerlukan kegiatan yang aktif untuk diamati, direkam dan
memperkirakan kemampuan yang dapat diterima. Informasi yang dikumpulkan
selanjutnya yaitu membandingkan dengan kategori tindakan, apakah beberapa
tindakan perbaikan perlu dilakukan untuk mengurangi risiko cedera.
f. PLIBEL
Metode ini merupakan identifikasi faktor stress musculoskeletal yang dapat
memberikan efek injuri. Metode ini terdiri dari desain checklist untuk
membantu pengamat menilai faktor risiko di tempat kerja. Bahaya terkait
dengan lima area tubuh.
Tabel 2.4 Perbandingan Metode-metode Penilaian Ergonomi
MAC NIOSH QEC REBA OWAS PLIBEL
Tanggal 2002 1981, 1991 1999 2000 1977 1995
Output Skor risiko Lifting index Tingkat aksi
Tingkat aksi
Kategori aksi
Checklist
Tipe output Additive Multiplicative Jumlah skor
Kode ordinal
Kode ordinal
Dikotomi
Kuantitatif Semi Ya Semi Tidak Tidak Tidak
Fokus Injuri Low back L5/S1 WMSDs WMSDs Sistem muskuloskeletal
5 bagian tubuh
Penilaian Kegiatan, postur, lingkungan
Kegiatan Postur Postur Postur/beban
Postur
Beban Ya Ya 4 kategori 4 kategori 3 kategori 2 kategori Ketinggian 5 kategori Ya 3 kategori NA NA 3 kategori
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
78
mulai mengangkat Ketinggian akhir mengangkat
Tidak Ya NA NA NA 3 kategori
Jarak tangan horizontal
Ya Ya NA NA NA 2 kategori
Jarak pengangkatan
Tidak Ya NA NA NA NA
Ukuran objek NA NA NA NA NA NA Frekuensi Pengangkata
n tiap menit Pengangkatan tiap menit
3 kategori 2 kategori NA NA
Durasi Tidak Ya 3 kategori 2 kategori NA NA Kualitas genggaman
3 kategori 3 kategori NA 4 kategori NA 2 kategori
Permukaan lantai
3 kategori NA NA NA NA 2 kategori
Faktor lingkungan lain
3 kategori NA 4 kategori NA NA Area, peralatan
Fleksi leher NA NA 3 kategori 2 kategori (3 dengan fleksi lateral)
NA 3 kategori
Rotasi leher NA NA 3 kategori 4 kategori NA 3 kategori Fleksi punggung
Kombinasi dengan jangkauan horizontal
NA 3 kategori 4 kategori 2 kategori (3 dengan rotasi punggung)
3 kategori
Asimetri punggung
Punggung berputar/sideway bending
Task asimetri Kombinasi dengan fleksi punggung
2 kategori 2 kategori (3 dengan fleksi punggung)
3 kategori
Postur lengan atas
Kombinasi dengan jangkauan horizontal
NA 3 kategori 6 kategori NA NA
Postur lengan bawah
NA NA 2 kategori NA NA
Postur tangan/pergelangan tangan
NA NA 2 kategori 3 kategori 3 kategori terkait ketinggian bahu
2 kategori
Postur/aksi kaki
NA NA 4 kategori 7 kategori 4 kategori
2.5. Metode Penilaian Ergonomi Rapid Entire Body Assesment (REBA)
Metode REBA digunakan untuk menilai postur pekerjaan berisiko yang
berhubungan dengan musculoskeletal disorders/work related musculoskeletal
disorders (WRMSDs). Metode REBA ini dapat digunakan ketika mengidentifikasi
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
79
penilaian ergonomi di tempat kerja yang membutuhkan analisa postural lebih lanjut.
Rapid Entire Body Assessment (REBA) (Hignett and McAtamney, 2000) telah
mengembangkan metode untuk menilai jenis dari postur pekerjaan yang tidak bisa
diprediksi, ini didapat pada jasa pelayanan kesehatan dan jasa industri lainnya. Data
yang dikumpulkan mengenai postur tubuh, besarnya gaya yang digunakan, tipe dari
pergerakan atau aksi, gerakan berulang dan rangkaian. Hasil dari skor REBA ini
adalah dihasilkan untuk memperlihatkan indikasi dari tingkat risiko dan kondisi
penting untuk tindakan yang akan diambil.
REBA dapat digunakan ketika penilaian tempat kerja mengidentifikasikan bahwa
dibutuhkan analisis postur yang lebih jauh, dimana :
a. Keseluruhan tubuh digunakan
b. Postur yang statis, dinamis, berubah cepat, atau tidak stabil
c. Beban yang bergerak atau tidak bergerak yang ditangani secara sering atau tidak
begitu sering
d. Modifikasi terhadap tempat kerja, peralatan, pelatihan atau perilaku yang berisiko
dari pekerja yang dimonitor saat sebelum dan sesudah perubahan
2.5.1. Prosedur Penilaian REBA
Langkah-langkah pemakaian metode REBA yaitu :
a. Mengamati tugas
Mengamati tugas untuk merumuskan sebuah penilaian tempat kerja ergonomi
yang umum, termasuk akibat dari tata letak dan lingkungan pekerjaan,
penggunaan peralatan, dan perilaku pekerja dengan memperhitngkan risiko. Jika
mungkin, rekam data menggunakan kamera atau video kamera
b. Memilih postur untuk penilaian
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
80
Tentukan postur mana yang akan digunakan untuk menganalisis pengamatan
pada langkah 1. Kriteria berikut ini dapat digunakan :
1) Postur yang paling sering diulang
2) Postur yang lama dipertahankan
3) Postur yang membutuhkan aktivitas otot atau tenaga paling besar
4) Postur yang menyebabkan ketidaknyamanan
5) Postur ekstrim, tidak stabil, terutama ketika tenaga dikerahkan
6) Postur ditingkatkan melalui intervensi, pengukuran kendali atau perubahan
lainnya
Keputusan didasarkan pada satu atau lebih dari criteria diatas. Kriteria untuk
memutuskan postur yang dianalisis harus dilaporkan dengan mencantumkan hasil
atau rekomendasi.
c. Memberi nilai pada postur
Gunakan lembar penilaian dan nilai bagian tubuh untuk menilai postur. Nilai
awal adalah untuk kelompok :
• Kelompok A : punggung, leher, kaki
• Kelompok B : lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan
Untuk postur kelompok B dinilai terpisah untuk sisi kiri dan kanan. Catat poin
tambahan yang dapat ditambahkan atau dikurangi, tergantung pada posisi.
Sebagai contoh, dikelompok B, lengan atas dapat ditunjang pada posisinya,
sehingga nilainya dikurangi 1 dari nilai lengan atas tersebut
d. Memproses nilai
Tabel A digunakan untuk mendapatkan nilai tunggal dari punggung, leher, dan
kaki. Nilai ini dicatat di tabel lembar penilaian dan ditambah dengan nilai beban
untuk mendapatkan nilai A. Untuk Tabel B merupakan penilaian dari lengan
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
81
atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Bagian-bagian dari tabel B yang
diukur yaitu bagian kanan dan kiri. Nilai kemudian ditambahkan dengan nilai
genggaman tangan untuk menghasilkan nilai B. Nilai A dan B dimasukkan ke
dalam tabel C, kemudian didapatkan sebuah nilai tunggal, yaitu nilai C.
kemudian diperoleh nilai REBA sesuai tabel level hasil REBA.
e. Menghitung angka REBA
Jenis aktivitas yang dilakukan diwakili oleh nilai aktivitas yang ditambahkan
dengan nilai C untuk memberi nilai REBA (akhir).
f. Mengkonfirmasi tingkat tindakan dengan memperhitungkan level perubahan dari
pengukuran kendali
Nilai level risiko REBA kemudian dibandingkan dengan nilai level perubahan,
yaitu kumpulan nilai yang saling berhubungan untuk mengetahui tingkat
pentingnya membuat suatu perubahan.
g. Penilaian ulang untuk berikutnya
Jika tugas berubah menjadi pengukuran pengendalian prosesnya dapat diulang.
Nilai REBA yang baru dapat dibandingkan dengan yang sebelumnya untuk
memonitor efektivitas perubahan.
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
82
Gambar 2.5. Metode penilaian REBA
Skor grup A terdiri dari postur (tubuh,leher dan kaki) dan Grup B terdiri dari
postur (lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan) untuk bagian kanan dan
kaki. Untuk masing-masing bagian, mempunyai skala penilaian postur ditambah
dengan catatan tambahan untuk pertimbangan tambahan. Kemudian skor
beban/besarnya gaya dan faktror perangkai/kopling. Hasil akhirnya adalah skor
aktivitas. Skor C adalah dengan melihat Tabel C, yaitu dengan memasukkan Skor A
dan Skor B. Skor REBA adalah penjumlahan dari skor C dan skor aktivitas. Tingkat
risiko didapat pada Table Keputusan REBA.
Tabel 2.5. Hasil dari perhitungan REBA :
Tingkat
Perubahan
Nilai REBA Tingkat Risiko Level Perubahan
0 1 Masih dapat
diterima
Tidak perlu
diubah
1 2-3 Rendah Mungkin butuh
perubahan
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
83
2 4-7 Sedang Butuh perubahan
3 8-10 Tinggi Secepatnya
dirubah
4 11-15 Sangat tinggi Harus dirubah
sekarang
(Stanton, 2005)
2.5.2. Reliabilitas dan Validitas
Reliability REBA dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama melibatkan
tiga ergonomis/fisioterapis secara independen mengkode 144 kombinasi postur.
Mereka berdiskusi menentukan skor postur, kemudian menghitung skor risiko
tambahan untuk beban, genggaman dan kegiatan untuk menghasilkan hasil akhir skor
REBA dalam range 1 sampai 15. Tahap kedua melibatkan dua workshop dengan 14
profesional kesehatan menggunakan REBA untuk mengkode lebih dari 600 contoh
postur kerja dari industri pelayanan kesehatan, manufaktur dan elektronik. Dari
tahap ini menetapkan validitas yang baik dari REBA dan selanjutnya REBA
digunakan secara luas, terutama di industri kesehatan. Sebagai catatan, perubahan
kecil dilakukan pada kode upper-arm selama proses validitas.
2.5.3. Alasan Penggunaan metode REBA
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode REBA untuk mengukur
tingkat risiko ergonomi pada pekera. Metode REBA relatif mudah digunakan untuk
menganalisa beberapa bagian tubuh manusia yang berisiko mengalami MSDs,
berikut beberapa alasan pemilihan metode ini:
a. Dapat menganalisa semua jenis pekerjaan, terutama pada pekerjaan yang bagian
tubuhnya memiliki postur janggal yang ekstrim tetapi dilakukan tidak lama
b. Pemberian skor cukup rinci, range (jarak) untuk criteria penyimpangan lengkap,
misalnya pada postur janggal membungkuk dari 0°- >60° memiliki empat kriteria
skor
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
84
c. Dapat digunakan untuk menilai postur kerja yang tidak terduga
d. Menilai seluruh postur tubuh
e. Menghitung penanganan beban secara tidak teratur
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
85
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Teori
Faktor risiko dari MSDs yaitu aktivitas kerja fisik dalam kondisi yang
berisiko, sehingga menyebabkan rusaknya jaringan untuk waktu yang lama. Faktor
risiko MSDs ini dapat dikategorikan yaitu faktor pekerjaan, lingkungan dan
karakteristik individu. Faktor pekerjaan meliputi postur tubuh, beban, durasi,
frekuensi, desain tempat kerja dan sebagainya. Faktor lingkungan meliputi
temperatu, kelembapan dan sirkulasi udara serta vibrasi. Faktor karakteristik
individu meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, rokok.
Faktor risiko pekerjaan :
• Postur tubuh
• Frekuensi
• Durasi
• Beban Faktor karakteristik individu :
• Umur
• Masa kerja
• Jenis kelamin
• Merokok
• Riwayat penyakit MSDs
Faktor lingkungan :
• Temperatur,
kelembapan &
sirkulasi udara
• Vibrasi
Keluhan MSDs
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
86
3.2. Kerangka Konsep
Penelitian dilakukan untuk menilai faktor risiko pekerjaan yaitu durasi,
postur, beban, genggaman dan nilai kegiatan dengan menggunakan metode REBA.
Penilaian faktor-faktor risiko tersebut dilakukan terhadap masing-masing tahap
pekerjaan. Pekerjaan penerimaan & penyimpanan bahan makanan, pengangkutan
makanan dan pencucian peralatan masak tidak dilakukan penilaian risiko karena
pekerjaan tersebut tidak dilakukan oleh juru masak di PT. Pusaka Nusantara dan
bahkan dilakukan oleh pekerja sewaan tidak tetap, sementara penelitian ini dilakukan
untuk menilai faktor risiko pekerjaan yang dilakukan juru masak. Kemudian
dilakukan pengukuran keluhan MSDs pada pekerja.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Faktor risiko pekerjaan: • Durasi • Postur Grup A
Leher (neck) Tulang punggung (trunk) Kaki (Legs)
Grup B Lengan atas (upper arms) Lengan bawah (lower arms) Pergelangan tangan (wrist)
• Beban • Genggaman
tangan • Nilai dari kegiatan
Keluhan MSD
Tingkat Risiko MSD Untuk Masing-masing Tahap
Penerimaan & penyimpanan bahan makanan
Pencucian bahan makanan
Peracikan bahan dan bumbu
Pengangkutan makanan
Pemasakan dan penghangatan makanan
Pewadahan makanan
Pencucian peralatan masak
Pemotongan bahan mentah
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
87
3.3. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
a. Durasi Lamanya waktu
melakukan pekerjaan
Pengisian
kuesioner
Kuesioner - Semakin lama durasi pekerjaan lebih berisiko MSDs
- Semakin sedikit durasi pekerjaan menjadi kurang
berisiko MSDs
Postur tubuh b.
Leher Posisi leher saat
melakukan aktivitas
pekerjaan
Observasi Kamera
digital dan
lembar
penilaian
REBA
Jika berputar mendapat tambahan nilai +1
Jika miring ke samping mendapat tambahan nilai +1
Tulang
punggung
Postur tulang
punggung saat
pekerja melakukan
aktivitas pekerjaan
Observasi Kamera
digital dan
lembar
penilaian
REBA
Jika berputar mendapat tambahan nilai +1
Jika miring ke samping mendapat tambahan nilai +1
Kaki Posisi kaki saat
melakukan aktivitas
pekerjaan
Observasi Kamera
digital dan
lembar
penilaian
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
88
REBA
Lengan atas Posisi lengan atas
saat melakukan
aktivitas pekerjaan
Observasi Kamera
digital dan
lembar
penilaian
REBA
Jika bahu diangkat mendapat tambahan +1
Jika bahu disertai lengan abducted/rotated mendapat
tambahan +1
Jika diberi penahan mendapat tambahan -1
Lengan
Bawah
Posisi lengan bawah
saat melakukan
aktivitas pekerjaan
Observasi Kamera
digital dan
lembar
penilaian
REBA
Pergelangan
tangan
Posisi pergelangan
tangan saat
melakukan aktivitas
pekerjaan
Observasi Kamera
digital dan
lembar
penilaian
REBA
Jika terdapat penyimpangan pada pergelangan tangan
mendapat tambahan nilai +1
c. Beban atau
tekanan
Besarnya beban
yang terdapat pada
Observasi Timbangan
dan lembar
0 = < 5 kg
1 = 5-10 kg
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
89
objek yang diangkat penilaian
REBA
2 = > 10 kg
Jika disertai dengan shock atau penambahan kekuatan
dengan cepat maka mendapat tambahan nilai +1
d. Coupling Perangkai alat yang
digunakan saat
bekerja dan
kesesuaian alat
tersebut dengan
tangan
Observasi Kamera
digital dan
lembar
penilaian
REBA
e Aktivitas • Lamanya waktu
yang digunakan
saat melakukan
gerakan dalam
posisi static
• Banyaknya
siklus gerakan
dengan postur
janggal per
satuan me nit
termasuk
gerakan repetitif
Observasi Lembar
penilaian
REBA dan
stop watch
(+1) = Salah satu/ lebih dari anggota tubuh statis > 1
menit
(+1) = Melakukan gerakan berulang > 4 kali dalam
waktu 1 menit
(+1) = perubahan postur dengan cepat/tidak stabil
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
90
f. Tingkat risiko
MSDs
Besarnya
kemungkinan
pekerja terkena
MSDs
Lembar
penilaian
REBA
• Masih dapat diterima (nilai 1)
• Rendah (nilai 2-3)
• Sedang (nilai 4-7)
• Tinggi nilai (8-10)
• Sangat tinggi (11-15)
g. Keluhan
MSDs
Keluhan yang
berhubungan dengan
MSDs berupa rasa
sakit, pegal, mati
rasa, panas, bengkak
atau kaku pada
bagian tubuh yang
terkena dampak
Pengisian
kuesioner
Kuesioner • Ya
• Tidak
Risiko MSDs pada..., Mugi Nursatya, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia
top related