bab 2 tinjauan pustaka 2.1 perilaku 2.1.1 definisi perilaku 2.pdf · tidakmendapatkan perawatan...
Post on 24-Oct-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup)yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis,membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).Perilaku adalah
merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,yang merupakan hasil
bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik factor internal maupun
eksternal.Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap
dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012.)
2.1.2 Pengertian Perilaku Mencuci Tangan
Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit yang
menjadi program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Sekolah (Kemenkes
RI, 2011).PHBS merupakan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru
dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran.Sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.Cuci
tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain itu mencuci
tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit
-
6
permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah air
yang mengalir (Potter, 2005) Menurut Garner dan Fayero (1986) dalam Potter dan
Perry (2005), mencuci tangan paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan
mikroorganisme transient paling banyak dari kulit, jika tangan tampak kotor,
dibutuhkan waktu yang lebih lama.
Menurut Depkes (2009), cuci tangan pakai sabun adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air
dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit.Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.Penggunaan
sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari
dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran
di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau
wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah
menggunakan sabun.
Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan kebiasaan yang bermanfaat
untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab
penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan
beberapa peralatan berikut : sabun antiseptic, air bersih, dan handuk atau lap
tangan bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20-
30 detik (PHBS-UNPAD, 2010). Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006),
terdapat 2 teknik mencuci tangan, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan
mencuci tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol.
-
7
2.1.3 Waktu yang Tepat untuk CuciTangan
Menurut Depkes (2011), waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah:
1. Sebelum dan setelah makan
2. Sebelum memegang makanan
3. Sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata
4. Setelah bermain/berolahraga
5. Setelah BAK dan BAB
6. Setelah buang ingus
7. Setelah buang sampah
8. Setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan peliharaan
9. Sebelum mengobati luka
2.1.4 Cara Cuci Tangan yangBenar
Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air
yang mengalir.Sedangkan menurut Depkes (2009), langkah-langkah teknik
mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut.
1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan.
3. Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari.
4. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya)
dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan
kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
5. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling
mengunci.
6. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar.
Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
-
8
7. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan
ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
8. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan
memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
9. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
10. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan kran,
tutup kran dengan tissue.
2.1.5 Hubungan Cuci Tangan denganKesehatan
Menurut Depkes (2009) penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
mencuci tangan dengan sabun adalah:
1. Diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak
balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan
bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare
hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air,
namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran
manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab
diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat
manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah
menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan
peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan
tempat makannya yang kotor.
2. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak
balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran
-
9
pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen
pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dengan
menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic)
yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit
pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik
menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan/ buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi.
3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah
membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan
sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata
seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
2.1.6 Hubungan Cuci Tangan dengan JenisKelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang, antara laki-
laki dan perempuan terdapat perbedaan kebiasaan mengenai pola hidup bersih
(Cupuwatie, 2010). Penelitian yang dilakukan di tujuh kota di Korea Selatan
dengan 2800 responden yang diobservasi, Jeong et al (2007) menemukan bahwa
63,4% responden mencuci tangannya setelah menggunakan kamar mandi umum
dan yang lebih sering mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi umum
adalah yang berjenis kelamin perempuan. Penelitian lain oleh Johnson, et al
(2003) mengemukakan bahwa tingginya angka cuci tangan pada wanita dibanding
pria dipengaruhi oleh perilaku penglihatan. Pada penelitian yang dilakukan,
Johnson, et al memasang tanda peringatan yang mengingatkan orang untuk
mencuci tangan di kamar mandi umum, hasil observasi pada 175 responden (95
-
10
wanita dan 80 pria) didapatkan 61% wanita dan 37% pria mencuci tangan pada
keadaan ada tandaperingatan.
2.1.7 Hubungan Cuci Tangan dengan SumberInformasi
Sumber informasi dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang, disebabkan
karena sumber informasi tertentu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang untuk cuci tangan dengan benar (Cupuwatie, 2010). Salah satu sumber
informasi yang dapat meningkatkan tingkat kepatuhan cuci tangan adalah orang
tua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Catalina Lopez, et al kepada
anak-anak dengan jumlah sampel 645 menunjukkan bahwa anak-anak mencuci
tangan setelah mendapat informasi dari orang tua sebesar 88,5%, dari sekolah
66,7%, dari media 56,8%. Selain itu, siswa yang mendapat informasi dari orang
tua cenderung dua kali lebih benar dalam mencuci tangan dibandingkan dengan
tidak mendapat informasi dari orang tua (Nutbeam,1998).
2.1.8 Pertumbuhan dan Perkembangan anak
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupn individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram),ukuran panjang (cm, meter), umur tulang
dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development)adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat di ramalkan,, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
-
11
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Memahami pertumbuhan dan perkembangan normal membantu perawat
memperkirakan,mencegah dan mendeteksi penyimpangan dari bentuk yang
diharapkan klien. Perkembangan adalah perubahan bentuk yang dimulai saat
konsepsi dan terus berlanjut sepanjang satu masa masa kehidupan(Santrock,
2007.) bentuk ini termasuk perubahan bioligis, kognitif, dan emosional yang
terjadi selama masa kehidupan individu. Perkembangan bersifat dinamis dan
melibatkan progesivitas dan penurunan. Sebagai contoh perkembangan kognitif,
pada usia lanjut dapat dilihat dari sikap bijaksana dalam mengambil keputusan
karena adanya factor pengalaman, tetapi mereka sulit bertindak seperti orang
muda saat dibutuhkan kecepatan dalam memproses imformasi(Baltes dan
Kunzmann 2004 ; Santrock, 2007.) pertumbuhan mencangkup perubahan fisik
yang terjadi sejak periode prenatal sampai masa dewasa lanjut yang dapat berupa
kemajuan atau kemunduran. Anak yang berusia muda prtumbuhannya lebih cepat
dibanding anak yang lebih tua, dan pada waktu dewasa pertumbuhan tinggi badan
berhenti. Memasuki usia lanjut akan terjadi penurunan tinggi badan yang diikuti
penyusutan tulang dan otot.(Berger, 2005.)
Individu memiliki bentuk pertumbuhan dan perkembangan tertentu.
Kemajuan dalam setiap fase perkembangan akan mempengaruhi kesehatan
individu, keberhasilan atau kegagalan dalam suatu fase akan mempengaruhi
kemampuannya untuk menyelesaikan fase berikutnya. Jika individu mengalami
perkembangan yang berulang, akan terjadi kecacatan sebaliknya, jika individu
-
12
mengalami keberhasilan yang berulang, akan meningkatkan kesehatan. Seorang
anak yang belajar berjalan pada usia 20 bulan menunjukan keterlambatan
perkembangan motorik kasar. Seorang anak yang usia 10 hulan yang sudah bisa
berjalan, akan mampu meningkatkan pembelajarannya melalui eksplorasi
lingkungan. Perawat perlu mengambil suatu perspektif masa hidup dari
perkembangan manusia yang menempatkannya dalam perhitungan semua
tingkatan kehidupan. Secara tradisional perkembangan difokuskan pada masa
anak-anak tetapi secara keluruan perkembangan mencangkup juga perubahan
yang terjadi pada usia dewasa(Elder danShanahan 2006). Perawat juga
mempertimbangkan pengaruh budaya dan konteksnya saat mengkaji pertumbuhan
dan perkembangan klien.
Perkembangan adalah perubahan yang dialami individu menunju ke tingkat
kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf,
2002). Kemudian menurut Depkes (2005) perkembangan adalah bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
2.2 Konsep Diare
2.2.1 Pengertian Diare
Diare adalah suatu kondisi di mana buang air besar ( BAB) encer atau
bahkan dapat berupa air saja (mencret) biasanya lebih dari 3 kali dalam sehari
(Ayu Putri Ariani 2012 )
-
13
Diare atau pennyakit diare (Diarrheal Disease) berasal dari bahasa yunani
yaitu diarroi yang artinya mengalir terus adalah keaadaan abnormal dari
pengeluaran tinja (Ayu Putri Ariani 2012 )
Diare adalah penyakit yang di tandai dengan meningkatnya frekuensi buang
air besar (BAB) 3 kali sehari di sertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi
lebih cair atau setengah padat) dengan atau tanpa lendir dengan darah
Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar (BAB)
dengan konsisten lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebi) dalam satu hari (Ayu Putri Ariani).
2.2.2 Insiden KejadianDiare
Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai denganperubahan bentuk dan
konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak
lebih dari biasanya(umumnyatiga atau lebih dalam sehari).Penyakit ini dapat
digolongkan penyakit ringan, tetapi jika terjadi secara mendadak dan
tidakmendapatkan perawatan yang tepat maka diare dapat berakibat fatal terutama
apabila diare tersebut terjadi pada anak-anak.Penyakit diare yang ditangani di
Kota Surabaya pada tahun2015 sebanyak 65.447 kasus dari 60.960 perkiraan
kasus yang ada Atau sebesar 107,36%. Semua kasus diare yang ditemukan telah
mendapatkan penanganan sesuai standar
Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan
penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi kematian 3,5%. Sedangkan
berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-
3 setelah TB dan Pneumonia (Kemenkes RI, 2011). Prevalensi diare dalam
-
14
riskesdas tahun 2007 diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi
di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 18,9% dan terendah di
Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta sebesar 4,2%. Beberapa provinsi yang
mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan
Papua).
Data dari laporan hasil riskesdas Provinsi Banten tahun 2007, menunjukkan
prevalensi diare di Provinsi Banten pada kelompok umur 5– 14 tahun yang pernah
didiagnosis diare oleh tenaga kesehaan dalam satu bulan terakhir sebesar 4,8%,
sedangkan yang menyatakan pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut
pernah menderita buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan kotoran
lembek/cair sebesar 10,3%, serta yang menderita diare sudah minum oralit atau
cairan gula garam sebesar33,8%.
2.2.3 Etiologi Diare
Menurut Setyowati dan Hurhaeni dalam (Ayu Putri Ariani 2012) faktor
penyebab diare dibedakan atas:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yangmerupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,dll
b) Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus,dll
c) Infestasi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur
-
15
2) Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar pencernaan, seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis
dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
b. Faktormalabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida dan Monosakarida. Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa
2. Malabsorbsi lemak.
3. Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan:
1. Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis:
1. Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama
pada anak yang lebih besar.Penyebab yang sering ditemukan di lapangan
ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan
(Depkes RI, 2011).
2.2.4 Cara Penularan dan FaktorRisiko
Menurtu Subagyo B dan Nurtjahjo BS (2010), cara penularan diare melalui
cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau
kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5F =
faeces, flies, food, fluid, finger). Berdasarkan penelitian Budi (2006), faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian diare pada anak adalah sebagai berikut:
-
16
1. Sumber Air
Di dapatkan ada hubungan yang signifikan antara sumber air dengan kejadian
diare. Penyakit seperti diare, disentri, dan paratipus dapat dipengaruhi oleh
sumber air.Penggunaaan air minum dari sumber air yang tercemar, dapat
menyebarkan banyak penyakit salah satunya diare.Dan jika pipa air minum dan
persediaan air kita disambung kurang benar, berarti kita membuka diri sendiri
terhadap banyak penyakit seperti diare, disentri, paratipus dan lain
sebagainya.Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah.
2. Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap
penyakit diare.Jamban yang baik sebaiknya berjauhan dengan sumber air
minum, paling sedikit 10 meter.
a. KebiasaanJajan
Kebiasaan jajan anak usia sekolah dasar sangat berpengaruh pada penyakit
diare. Demikian pula dengan anak jalanan yang sebagian besar berusia usia
sekolah dasar. Mereka lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Tidak
banyak anak yang memperoleh kesempatan mempunyai uang saku yang
banyak, karena itulah mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah,
biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah pula
kualitasnya. Hal ini berakibat digunakannya bahan-bahan makanan yang
kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman.Itulah sebabnya anak-
anak yang telah mulai suka jajan sering terkena penyakit diare.
-
17
b. Kebiasaan Cuci Tangan SebelumMakan
Perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan
kejadian diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat
menghindarkan diri dari diare.Apabila kita selalu mencuci tangan, kondisi
tangan kita selalu bersih, sehingga dalam melakukan aktivitas terutama
makan tangan yang kita gunakan selalu bersih sehingga tidak ada kuman
yang masuk ke dalam tubuh.
2.2.5 Jenis dan KlasifikasiDiare
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism(makhluk hidup)yang
bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,
yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik factor
internal maupun eksternal.Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu
pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012).
Menurut Depkes RI (2011), jenis diare ada dua, yaitu diare akut, diare
persisten atau diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari
14 hari, sementara diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung
lebih dari 14 hari. Menurut Hidayat (2005), klasifikasi diare dapat dikelompokkan
menjadi lima yaitu:
-
18
1. Diare Dehidrasi Berat : Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai
berikut letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor
kulit jelek.
2. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan : Diare ini mempunyai tanda seperti
gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulitjelek.
3. Diare Tanpa Dehidrasi : Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda
pada dehidrasi berat atauringan.
4. Diare Persisten : Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari.
5. Disentri : Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan
saluran pencernaan
2.2.6 PatofisiologiDiare
Menurut Setyowati dan Hurhaeni dalam Hidayat (2006), proses terjadinya
diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya:
1. Faktor infeksi : Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
2. Faktor malabsorbsi : Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
-
19
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilahdiare.
3. Faktor makanan : Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian
menyebabkandiare.
4. Faktor psikologis : Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkandiare.
2.2.7 Manifestasi KlinisDiare
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic.Gejala
gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah.Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.Penderita dengan diare cair
mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan
bikarbonat.Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas.Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia.Dehidrasi merupakan keadaan
yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
-
20
2.2.8 KomplikasiDiare
Menurut IDAI (2010), komplikasi dari diare dapat menyebabkan:
1. Gangguanelektrolit
a. Hipernatremia edema otak
b. Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan shigellosis dan pada anak
malnutrisi beratedema
c. Hiperkalemia
d. Hipokalemia kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan
aritmia jantung
2. Kegagalan upaya rehidrasi oral : misalnya pengeluaran tinja cair yang sering
dengan volume yang banyak, muntah yang menetap, tidak dapat minum,
kembung dan ileus paralitik serta malabsorbsiglukosa
3. Kejang, biasanya pada anak yang mengalami dehidrasi
2.2.9 PenatalaksanaanDiare
Menurut Kemenkes RI (2011), berikut penatalaksanaan diare berdasarkan
klasifikasinya.
1. Dehidrasi tanpadehidrasi:
a) Beri cairan lebih banyak daribiasanya
b) Beri Oralit sampai diare berhenti dengan ketentuan: umur > 1 tahun diberi
100-200 ml setiap kali berak. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan
sedikit demisedikit.
-
21
2. Beri obat zinc
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang.
Dengan ketentuan: umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
3. Beri makanan untuk mencegah kuranggizi
a) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anaksehat
b) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsimakan
c) Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.
d) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-
4jam)
e) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2minggu
4. Antibiotic hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya: disentri, kolera, dll
a. Dehidrasiringan/sedang:
1) Jumlah oralit yang diberikan dalam tiga jam pertama adalah 75 ml/kg bb.
Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:
5. PencegahanDiare
Pengobatan diare penting jika seseorang telah menderita diare. Akan
tetapi bagi anak yang masih sehat akan lebih bermakna jika pencegahan diare
dapat dilakukan. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.Menurut
WHO (2009) dalam Ernawati (2012), mencuci tangan dengan sabun telah
terbukti mengurangi kejadian penyakit diare kurang lebih 40%.Mencuci tangan
disini lebih ditekankan pada saat sebelum makan maupun sesudah buang air
-
22
besar.Cuci tangan menjadi salah satu intervensi yang paling cost effective
untuk mengurangi kejadian diare pada anak.Disamping mencuci tangan
pencegahan diare dapat dilakukan dengan meningkatkan sanitasi dan
peningkatan sarana air bersih.Sebab 88% penyakit diare yang ada di dunia
disebabkan oleh air yang terkontaminasi tinja, sanitasi yang tidak memadai,
maupun hygiene perorangan yangburuk.
top related