bab 1m
Post on 24-Apr-2015
33 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa depan,
yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Visi Depkes 2010-2014 adalah masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan (Depkes, 2009,172).
Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata diperlukan sikap
respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi
kenyamanan dan menghindari resiko yang akan terjadi seperti resiko kehamilan
dan persalinan.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 kondisi
derajat kesehatan Indonesia masih sangat memprihatinkan, antara lain ditandai
dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu yang menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 berkisar 226/100.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Bayi baru lahir yaitu 26/1000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Ibu dan bayi merupakan barometer pelayanan kesehatan di suatu
negara. Jika Angka Kematian Ibu dan bayi masih tinggi, berarti pelayanan
kesehatan ibu dan bayi belum baik. Sebaliknya jika Angka Kematian Ibu dan bayi
rendah, berarti pelayanan kesehatan ibu dan bayi sudah baik (Affandi, 2000).
1
Berdasarkan penelitian WHO tahun 2007, di seluruh dunia terdapat
kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya
neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Di Indonesia, menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 mengungkapkan rata-rata
pertahun terdapat 401 bayi di Indonesia yang meninggal dunia sebelum umurnya
mencapai 1 tahun. Bila dirinci terdapat 157.000 bayi meninggal dunia per tahun,
atau 430 bayi per hari. Penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh sepsis
(infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan akut (Riset
Kesehatan Dasar Depkes, 2007).
Persalinan merupakan suatu hal yang fisiologis bagi seluruh wanita di
dunia, walaupun sebagian besar calon ibu terutama primigravida merasa tegang,
takut dan menyakitkan menghadapi proses persalinan. Persalinan atau partus
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat hidup
kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Williams,
2006. hlm . 274). Adanya kontraksi rahim pada persalinan menimbulkan rasa
nyeri pada persalinan (Prawirohardjo,1997, hlm.180).
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari
4.000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang
melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah
5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.( Arvin Behman Kliekmen.1996,
Ilmu Kesehatan Anak ³ Nelson ³edisi15volume 1. Jakarta )
2
Nyeri adalah perasaan tertekan, menderita atau kesakitan yang disebabkan
oleh stimulasi ujung-ujung saraf tertentu (O’Toole,1997 dalam Myles, 2009:416).
Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang
dibanding suatu penyakit manapun. Nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial (Bare dan Smeltzer, 2001, hal. 212).
Faktor- Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu : a) usia wanita,
b) primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan
multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan
penurunan cepat pada persalinan Kala II, c) wanita yang mempunyai pelvis kecil,
bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal, d) wanita yang mempunyai riwayat
dismenorea dapat mengalami peningkatan persepsi nyeri, kemungkinan karena
produksi kelebihan prostaglandin, e)kecemasan f) faktor sosial dan budaya
dimana beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya)
sedang budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan
(Walsh, 2007, hlm. 261).
Hal ini menunjukkan bahwa makrosomia berpengaruh terhadap
peningkatan rasa nyeri . Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti
tentang makrosomia berpengaruh pada peningkatan rasa nyeri kala I persalinan si
Rumah Sakit Charitas Maret-Juni pada tahun 2012. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Analitik untuk melakukan penelitian.
3
B. Rumusan Masalah
1. Masalah Umum
Apakah ada pengaruh makrosomia terhadap peningkatan rasa nyeri pada
Kala I persalinan?
2. Masalah Khusus
a. Apakah ada pengaruh antara usia wanita dengan peningkatan rasa nyeri
Kala I persalinan?
b. Apakah ada pengaruh antara primipara dengan peningkatan rasa nyeri
Kala I persalinan?
c. Apakah ada pengaruh antara wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi
dengan presentasi abnormal dengan peningkatan rasa nyeri Kala I
persalinan?
d. Apakah ada pengaruh antara wanita yang mempunyai riwayat
dismenorea dengan peningkatan rasa nyeri Kala I persalinan?
e. Apakah ada pengaruh antara kecemasan dengan peningkatan rasa nyeri
Kala I persalinan?
f. Apakah ada pengaruh faktor sosial dan budaya dengan peningkatan rasa
nyeri Kala I persalinan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya bahwa makrosomia berpengaruh terhadap peningkatan
rasa nyeri pada Kala I persalinan
4
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengaruh antara usia wanita dengan peningkatan rasa nyeri
Kala I persalinan.
b. Diketahuinya pengaruh antara primipara dengan peningkatan rasa nyeri
Kala I persalinan.
c. Diketahuinya pengaruh antara wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi
dengan presentasi abnormal dengan peningkatan rasa nyeri Kala I
persalinan.
d. Diketahuinya pengaruh antara wanita yang mempunyai riwayat
dismenorea dengan peningkatan rasa nyeri Kala I persalinan.
e. Diketahuinya pengaruh antara kecemasan dengan peningkatan rasa nyeri
Kala I persalinan.
f. Diketahuinya pengaruh faktor sosial dan budaya dengan peningkatan rasa
nyeri Kala I persalinan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pada
mata kuliah asuhan kebidanan khususnya ASKEB II (Persalinan).
2. Bagi pelayanan kebidanan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dalam
mengatasi nyeri pada persalinan kala I fase aktif.
5
3. Bagi peneliti
Peneliti mendapat pengalaman bagaimana cara membuat proposal
untuk suatu penelitian dengan metode penelitian dan teori statistik, dan
juga mendapat pengetahuan yang lebih banyak tentang metode penelitian
sehingga nantinya dapat diaplikasikan dan dikembangkan di tempat kerja.
Untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang sebab-sebab
dan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.
6
BAB IITINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekadar menjawab
pertanyaan (Notoatmodjo, 2005). Beberapa tingkat pengetahuan
yaitu:
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau si ibu tentang apa yang telah di pelajari. Antara lain ibu bisa menyebutkan, menguraikan, menyatakan bahwa persiapan persalinan sangat penting.
b. Memahami (Komprehesion)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahuinya seorang atau ibu yang telah paham dengan materi yang di berikan dia harus menyebutkan contoh, menjelaskan, mengumpulkan tentang materi yang di pelajari misalnya: menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa (Analysis)
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen -komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat
7
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Syintesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi - formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian - penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi
dengan anak yang kekurangan gizi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Usia
Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang kehamilannya.
b. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang di perkenalkan.
8
c. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis.
d. Intelegensi
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu - ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
e. Sosial-Ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.
f. Sosial Budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai - nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya.
g. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman. (http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/08/pengetahuan-dan-prilaku-ibu tentang.html)
B. Definisi ASI dan ASI Eksklusif
9
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Arifin, 2004).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. (menurut WHO).
Sedangkan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, tanpa jadwal, dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur enam bulan. ( Purwanti, 2004: 3).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak lahir. Dengan kata lain pemberian susu formula, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan. ( Saleha, 2009: 10)
ASI eksklusif adalah pemberian ASI bagi bayi tanpa tambahan asupan apapun, baik itu susu sapi (susu formula), apalagi makanan. Jadi, sang bayi hanya mengkonsumsi ASI untuk kebutuhan nutrisinya. (http://susirahmawati.multiply.com/journal/item/73/ASI_Eksklusif)
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi mengakibatkan pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Prasetyono, 2009).
Menurut Utama Roesli, begitu bayi keluar dari rahim, sebaiknya bayi langsung ditaruh diperut ibunya. Biarkan diputing susu si ibu, biarkan inisiasi ini berlangsung selama 30 menit hingga 1 jam (Roi, 2004).
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama, ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
C. Manfaat ASI
10
1. Bagi Bayi
a. ASI Sebagai Nutrisi
Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk
bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan
bayi prematur komposisinya akan berbeda dengan ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan. ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan
dengan pertumbuhan kebutuhan bayi yang paling sempurna, baik
kualitas maupun kuantitasnya.
b. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari - ari. Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar propektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, virus, parasit, dan jamur.
c. ASI Eksklusif Meningkatkan KecerdasanDengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutren yang ideal dengan komposisi yang tepat. Serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.
d. ASI Eksklusif Meningkatkan Jalinan Kasih SayangBayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu
akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman tenteram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang sudah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan
11
terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
a. Mengurangi angka kematian bayi baru lahir
Unicef memperkirakan, pemberian ASI eksklusif sampai usia enam bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah lima tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan jurnal Pediatrics menunjukkan, 16 persen kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22 persen jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
b. Anak menjadi lebih sehat
Karena mendapatkan nutrisi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan usianya, sang anak menjadi lebih sehat, baik di masa bayi hingga dewasa. Kesehatan yang lebih baik juga diakibatkan ASI selalu fresh dan higienis dibandingkan susu formula.( Eny Retna Ambarwati dan Dian Wulandari, 2009)
2. Bagi ibu
a. Mengurangi Pendarahan Setelah MelahirkanApabila bayi segera di susui setelah dilahirkan, maka
kemungkinan terjadi pendarahan post partum berkurang. Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oxitosin yang berguna untuk kontriksi / penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan akan cepat berhenti.
b. Mengurangi Terjadinya AnemiaMengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau
anemia karena kekurangan zat besi menyusui mengurangi pendarahan.
c. Menjarangkan Kehamilan
12
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman murah dan cukup berhasil.
d. Mengecilkan RahimKadar oxitosin ibu menyusui yang meningkat sangat
membantu rahim kembali keukuran sebelum hamil.
e. Lebih Cepat Langsing KembaliOleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh
mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan akan kembali seperti sebelum hamil.
f. Lebih Ekonomis / MurahDengan memberikan ASI berarti menghemat untuk
pengeluaran susu formula perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum susu formula.
c. Tidak Merepotkan Dan Hemat Waktu
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari.
h. Portabel dan PraktisMudah dibawa kemana-mana sehingga saat bepergian tidak
usah membawa berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat untuk menghangatkan susu. ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan minum, serta dalam suhu yang selalu tepat. ( Eny Retna Ambarwati dan Dian Wulandari 2009 )
3. Bagi keluarga
a. Aspek ekonomi
Asi tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga sebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
13
b. Aspek psikologi
Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang yang harus dibersihkan serta segera minta pertolongan orang lain. ( Eny Retna Ambarwati dan Dian Wulandari, 2009 )
4. Bagi negara
a. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lainnya.
b. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
c. Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit
hanya sedikit.
d. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka
kematian.
e. Melindungi lingkungan karena tidak ada pohon yang digunakan
sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu, dan peralatannya.
f. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkualitas untuk membangun negara, karena anak yang mendapat
ASI dapat tumbuh kembang secara optimal (Prasetyono, 2009)
D. Pembagian ASI
1. Colostrum
a. Pengertian
Colostrum adalah cairan yang pertama kali di sekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dari kelenjar payudara sebelum dan
14
sesudah masa puerpurium. ( Eny Retna Ambarwati dan Dian Wulandari, 2009 )
b. Manfaat
1) Sebagai pembersih selaput usus besar BBL sehingga saluran
pencernaan siap untuk menerima makanan.
2) Dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
3) Melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk
jangka panjang waktu sampai 6 bulan.
c. Komposisi
1) Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur,
tetapi berlainan dengan ASI matur. Pada colostrum protein
yang utama adalah globulin (gamma globulin)
2) Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI
yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai
umur 6 bulan.
3) Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibadingkan dengan
ASI matur.
4) Mineral terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ASI matur.
5) Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur,
hanya 58 kal/100ml kolostrum.
6) Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan
dengan susu matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
7) Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin
dibandingan dengan ASI matur.
8) Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein didalam
usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak
menambah antibodi pada bayi.
9) Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.
15
2. Air susu masa peralihan
a. Pengertian
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi (Soejiningsih, 2001).
b. Komposisi
1) Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan
lemak makin tinggi.
2) Volume juga meningkat
3. Air susu matur
Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ketiga sampai kelima komposisinya baru konstan. Merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan, berupa cairan berwarna putih kekuning - kuningan, karena mengandung caseinat, riboblaum dan karoten. Tidak menggumpal bila dipaskan, volume 300-850 ml/24 jam. Terdapat antimikro bacterial factor yaitu : antibody terhadap bakteri dan virus cell (phageocrye, granu locyle, macropage, lymphocyle tipe t), enzim, (lysozime, lactoperoxidese), protein, (laktoferin, B12 , dinding protein). Faktor resisten terhadap stophylacocus, complecement (C3 dan C4). (Siregar Arifin, (2004)
4. Nilai nutrisi ASI
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang
termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak
sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral.
a. Karbohidrat
Laktosa adalah kabohidrat utama dalam ASI dan berfungsi
sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang
terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibandingkan laktosa
yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Namun
16
demikian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang
mendapat ASI. Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih
baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula.
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya
berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein
dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yaitu protein susu
yang sulit digumpalkan, protein dengan asam amino paling
lengkap, serta mengandung BCAA paling tinggi dibandingkan
sumber alami lainnya, protein yang lebih mudah diserap oleh usus
bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein
yaitu protein yang bergumpal dan lebih sulit dicerna oleh usus
bayi.
(http://www.livestockreview.com/2011/07/apa-itu-whey-protein)
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkann dengan
susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang lebih tinggi ini
dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat
selama masa bayi. ASI juga mengandung asam lemak rantai
panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam
arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan
saraf dan retina mata.
d. Karnitin
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan
energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi
dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
17
e. Vitamin
Vitamin terdiri dari :
1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang
berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
2) Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang pada bayi.
Walaupun pada ASI vitamin D sedikit tetapi tidak perlu
dikhawatirkan karena bayi dijemur pada pagi hari maka bayi
akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar
matahari.
3) Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah.
ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada
kolostrum dan ASI transisi awal.
4) Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A
juga berfungsi untuk pembelahan sel, kekebalan tubuh dan
pertumbuhan.
f. Mineral
Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik
dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang
terdapat di dalam susu formula (IDAI, 2008).
5. Cara penyimpanan ASI
a. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/ plastik, termasuk plastik
klip, ± 80-100 cc.
b. ASI yang disimpan dalam frezzer dan sudah dikeluarkan sebaiknya
tidak digunakan lagi setelah 2 hari.
c. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 derajat
Celcius.
18
d. ASI beku tidak boleh dimasak/ dipanaskan, hanya dihangatkan
dengan merendam dalam air hangat.fadlie.web.id
e. Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI di rumah :
f. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
g. Setelah diperas, ASI dapat disimpan dalam lemari es/ frezzer.
h. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas.
6. Volume produksi ASI
Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningkat pada hari 10-14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa enam bulan volume pengeluaran air susu mulai menurut (Prasetyono, 2009).
7. Masalah – masalah dalam menyusui menurut Perinansia (2003)
a. Masa Antenatal
Pada masa antenatal masalah yang sering timbul adalah kurang
atau salah informasi dan puting susu datar atau terbenam.
1) Kurang atau salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan juga masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh banyak ibu atau petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa:
a) Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer,
sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali
petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui.
Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum
memang demikian karena kolostrum bersifat laksans
19
( pencahar) yaitu mengandung banyak antibodi, dan
menjadi living factor yang memproteksi usus bayi
menyebabkan peristaltik bayi meningkat sehinga mencegah
kuning.
(http://sekarsaripratiti.wordpress.com/2011/04/29/masalah-
asi-dan-solusinya)
b) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi
dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang
lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori
dan cairan yan dapat mempunyai persediaan kalori dan
cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman
selama beberapa hari.
c) Menentukan apakah produksi ASI cukup atau tidak.
2) Puting susu datar atau terbenam
Puting yang kurang menguntungkan ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah hiasapan langsung bayi yang kuat.
E. Mitos – mitos tentang menyusui
1. Menyusui merubah bentuk payudara
Ini tidak benar, mitos yang mengatakan bahwa menyusui dapat
mempengaruhi atau merubah bentuk payudara secara permanen. Yang
merubah bentuk payudara adalah kehamilan. Kehamilan yang
menyebabkan dikeluarkanya hormon-hormon dan menyebabkan
terbentuknya air susu yang mengisi payudara. Payudara yang sudah
terisi air susu tentu berbeda bentuknya dengan payudara yang sebelum
terisi air susu. Jadi yang menyebabkan perubahan bentuk payudara
adalah kehamilan bukan menyusui. Besarnya perubahan bentuk
payudara sangat tergantung dari turunan (hereditas), usia dan oleh
penambahan berat badan pada waktu kehamilan.
20
2. Menyusui dapat menyebabkan kesukaran penurunan berat badan
Tidak benar, menyusui dapat membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada yang tidak memberikan ASI secara ekslusif. Sebab dengan menyusui timbunan lemak yang terjadi pada waktu hamil akan dipergunakan dalam proses menyusui. Sedangkan wanita yang tidak menyusui akan sukar menghilangkan timbunan lemak yang khusus dipersiapkan oleh tubuh untuk menyusui.
3. Asi yang pertama kali keluar harus dibuang karena kotor
ASI yang keluar padahari pertama sampai hari ke 5 dinamakan kolostrum atau susu jolong. Cairan jernih kekuningan itu mengandung zat putih telur atau protein dalam kadar yang tinggi. Zat anti infeksi atau zat daya tahan tubuh (immunoglobulin) dalam kadar yang lebih tinggi dari pada susu mature, disamping itu juga mengandung laktosa atau hidrat arang dan lemak dalam kadar yang rendah sehingga mudah dicerna. Selain sebagai nutrisi, kolostrum melindungi bayi terhadap penyakit-penyakit infeksi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi premature dan bayi sakit. Apabila kolostrum dibuang, bayi kurang atau tidak mendapatkan zat-zat pelindung terhadap penyakit infeksi.
4. Asi belum keluar pada hari-hari pertama sehingga tidak perlu
disusukan pada bayi.
Pada hari pertama sebenarnya bayi tidak memerlukan cairan atau makanan, sehingga tidak atau belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan lain, sebelum ASI, keluar “ cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi pada usia 30 menit harus disusukan pada ibunya, bukan untuk memberikan nutrisi, tetapi untuk belajar menyusui atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna mempersiapkan ibu untuk memulai memproduksi ASI. Gerakan reflek untuk menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu berusia 20-30 menit, sehingga apabila terlambat menyususi reflek ini akan berkurang dan tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian. Pemberian prelactal feeding sebetulnya tidak diperlukan karena hanya akan merugikan ibu, yaitu ASI ibu akan lebih lambat terbentuk karena bayi tidak cukup kuat menghisap, dan merugikan bayi sebab bayi akan kurang mendapat kolostrum. Bila bayi kurang atau tidak mendapat kolostrum akan sering menderita mencret atau penyakit lain, terutama bila susu formula atau cairan frelactal / lainya
21
tercemar. Selain itu bila cairan prelaktal diberikan pada dot, kemungkinan bayi akan mengalami kesukaran minum pasa putting susu atau bingung puting.
5. Ibu bekerja tidak dapat memberikan asi eksklusif 6 bulan
Tidak benar. Ibu bekerja dapat memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dengan cara memerah ASI minimum 4 x 15 menit. Memerah ASI sebaiknya hanya menggunakan jari tangan, tidak menggunakan pompa yang membentuk terompet. ASI perah tahan 6-8 jam diudara luar, 24 jam dalam termos es berisi es batu, 48 jam dalam lemari es dan 3 bulan dalam freezer.
6. Payudara kecil tidak menghasilkan cukup asi
Tidak benar, besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak atau sedikitnya produksi ASI. Karena payudara yang besar sehingga banyak mengandung jaringan lemak. Di banding dengan payudara kecil. ASI dibentuk oleh jaringan kelenjar pembentuk air susu (alveoli) dan bukan jaringan lemak. Jadi besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak sedikitnya produksi ASI.
7. Asi ibu kurang gizi, kualitasnya kurang baik
Bayi dan ASI sebenarnya bersifat parasit bagi ibu. Sampai dengan batas keadaan tertentu kualitas dan kuantitas ASI akan tetap dipertahankan, walaupun harus dengan mengorbankan gizi ibu. Kualitas ASI baru berkurang apabila ibu mnderita kekurangan gizi tingkat ke 3, bahkan sering kali kualitas ASI masih tetap dipertahankan sampai tingkat kekurangan gizi ibu lebih dari derajat ini.
8. Asi tidak cukup
Bayi tidak cukup dapat ASI karena rakus/minumnya banyak. Dari sebuah penelitian didapatkan data bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu-ibu yang mengatakan produksi ASInya kurang, sebenarnya mempunyai cukup ASI, tetapi kurang mendapat informasi tentang manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui yang tepat, serta terpengaruh mitos-mitos tentang meyusui, yang umumnya dapat menghambat produksi ASI. Bila bayi kurang minum, sebenarnya bukan ibunya yang tidak dapat memproduksi ASI tetapi bisa disebabkan berbagai hal misalnya karena posisi menyusui yang tidak benar. (www//http:kaskus.com/mitos-mitos tentang menyusui)
22
F. Berbagai masalah ibu pada saat menyusui
1. Pada ibu
a. Puting susu yang datar atau terbenam
Dengan menggunakan pompa puting, puting susu yang datar atau terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat di kecap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat di mulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Dengan usaha yang tekun dan kerjasama yang baik antara ibu dan bayi. Ibu akan mampu mengatasi masalah ini. Jika payudara penuh oleh ASI, puting akan semakin datar sehingga bayi sulit mencekapnya. Untuk kondisi semacam ini, ASI dapat diperas terlebih dahulu sebelum bayi mulai menghisapnya.
b. Puting lecet
Puting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah. Biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir. Masalah ini dapat hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara baik dan teratur dengan cara : 1) Mengoles puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan
sesudah menyusui untuk mempercepat sembuhnya lecet dan
menghilangkan rasa perih.
2) Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
3) Jangan membersihkan puting susu dan daerah-daerah areola
dengan sabun, alkohol dan obat-obatan yang dapat merangsang
kulit/ puting susu.
4) Posisi menyusui hendaknya variasi. Jika selalu menyusui
dengan posisi yang sama dapat membuat trauma yang terus
menerus ditempat yang sama sehingga memudahkan terjadinya
luka lecet.
5) Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara
benar yaitu dengan menahan dagu bayi meletakkan jari
kelingking ibu ke sudut mulut bayi dan menekanya sampai
lepas dari payudara.
23
c. Payudara bengkak
Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementra kebutuhan bayi pada hari-hari pertama setelah lahir masih sedikit. Selain itu dapat terjadi karena bayi menyusui secara terjadwal, bayi tidak menyusi dengan kuat, posisi menyusui yang salah atau karena puting susu datar atau terbenam.
d. Saluran susu tersumbat
Keadaan ini dapat timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui, pemakaian penyokong payudara yang terlalu ketat atau adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres dengan air hangat sebelum menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak.
e. Sindrom ASI kurang
Ibu sering mengeluh bahwa ASI-nya kurang atau tidak mencukupi kebutuhan bayi. Umumnya keluhan ini timbul karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang apa yang terjadi.
f. Ibu sakit
Pada umumnya ibu sakit masih tetap menyusui bayinya karena bayi telah dihadapkan pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan dirasakan oleh ibu. Disamping itu, antibodi ibu yang diterima bayi melalui ASI akan melindungi bayi dari penyakit. Seandainya ibu terpaksa dirawat terpisah dari bayinya. ASI harus tetap dikeluarkan setiap 3 jam sekali atau jika terasa penuh. Ini dilakukan untuk menjamin kelangsungan produksinya. Jika telah sembuh ibu dapat menyusi bayinya kembali.
g. Ibu sering meninggalkan ASI sehingga tidak bisa memberikan ASI
ekslusif.
Ibu yang sering meninggalkan bayinya tetap bias menyusui bayinya secara ekslusif. Misalnya pada ibu yang bekerja di kantor selama dikantor, di keluarkan ASI setiap 3 jam sekali untuk disimpan dilemari es dan dibawa pulang untuk kebutuhan dirumah
24
selama jam kerja. Berikan ASI memakai sendok, bila menggunakan botol bayi akan bingung puting dengan perubahan antara puting susu dan dot botol.
2. Pada bayi
a. Bayi bingung puting susu
Istilah bingung puting diartikan untuk bayi yang mengalami hipple confusion karena diberi susu formula dalam botol bergantian menyusu pada ibu. Tanda-tanda bayi bingung puting bayi mengisap puting seperti mengisap dot mengisapnya sebentar-sebentar, bayi menolak menyusu pada ibu. Untuk mencegah bingung puting, bayi hanya menyusu pada ibu, cara menyusu yang benar, menyusui lebih sering.
b. Bayi enggan menyusu
Bayi perlu mendapat perhatian khusus jika enggan menyusu terutama jika bayi muntah, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang. Bayi enggan menyusu menyebabkan pilek, moniliasis adalah candida yaitu genus jamur menyerupai ragi yang umumnya merupakan bagian dari flora normal mulut, kulit, saluran pencernaan dan vagina, namun dapat menyebabkan infeksi, terlambat dimulainya menyusu, bayi binggung putting, bayi dengan preeloctal feeding, tehknik menyusu yang salah. ASI kurang lancar atau terlalu deras, bayi dengan freenulum linguae (tali lidah) pendek yang disebut chort tonguetie.
c. Bayi sering menangis
Bayi sering menagis mungkin karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah/ kotor atau sakit. Dari penyebab tersebut dapat ditanggulangi dengan cara menyusui bayi dengan tehnik yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan. Kecuali jika bayi itu sakit, perlu mendapat penanganan tersendiri.
d. Bayi berat lahir rendah
Kemampuan menghisap, menelan serta mencerna bayi tidak sama. Biasanya bayi membutuhkan gizi lebih banyak dan volume cairan relative lebih besar sehingga minuman perlu diberikan dalam jumlah sedikit yang frekuensinya lebih sering. Khususnya terhadap bayi premature yang dilahirkan sebelum 33 minggu yang
25
reflek menghisap dan menelannya lemah dan tidak ada sama sekali.
e. Bayi kembar
Ibu yang hamil atau baru melahirkan bayi kembar ia akan mampu memproduksi ASI bagi anak kembarnya. Produksi ASI akan lebih banyak karena perangsangan-perangsangan/isapan oleh bayi kembar lebih sering. Jika salah seorang bayi kembar terpaksa harus di tinggalkan dirumah sakit, ibu dapat menyusui yang satu dan memompa ASI untuk yang lain. Kedua bayi menentek pada kedua payudara secara bergantian supaya terangsang untuk kedua payudara sama.
f. Bayi sumbing
Bayi sumbing langit-langit lembek (palatum nole) dapat menyusu tanpa kesulitan. Dengan memberikan posisi tegak atau berdiri agar ASI tidak masuk kedalam hidung bayi. Bila sumbing pada bibir saja bayi dapat menyusu sambil menutup sumbing tersebut dengan jari agar bayi dapat menghisap dengan sempurna. (Mellyana Huliyana,2003)
G. Faktor – fakor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI
eksklusif.
1. Menurut Santosa 2004
Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara ekslusif kepada bayinya, beberapa penelitian yang telah dilakukan didaerah perkotaan maupun perdesaan di Indonesia dan Negara berkembang lainnya, menunjukan bahwa faktor sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI secara ekslusif, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pernberian ASI ekslusif itu sendiri. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun positif dalam memperlancar pemberian ASI eksklusif.
2. Menurut Soetjiningsih 1997
Faktor sosial budaya ekonomi ( pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut kehilangan daya
26
tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.
3. Menurut Utami Roesli 2004
Fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui.
4. Menurut Diana 2007
Pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap
dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di
kemudian hari.
5. Menurut Perinasia 2003
Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui
bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di
lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di
perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan
pertimbangan lebih modern dan praktis.
H. Langkah – langkah keberhasilan pemberian ASI ekslusif
1. Mempersiapkan payudara ibu jika diperlukan.
2. Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui.
3. Menciptakan dukungan keluarga teman dan sebagainya.
27
4. Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “ Rumah sakit
sayang bayi” atau “ rumah bersalin yang sayang bayi”.
5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara
ekslusif.
6. Cara menyusui serta menerapkan ASI dini dan ekslusif.
7. Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi ( on demand).
8. Rawat gabung.
9. Tidak memberikan makanan/ asupan apapun selain ASI pada bayi baru
lahir.
10. Membantu ibu meyusukan bayinya 30 menit setelah melahirkan.
I. Teknik Menyusui Yang Baik Dan Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
1. Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel
yang lepas tidak menumpuk.
b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau
dengan jalan operasi.
28
2. Posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Gambar 1. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)
29
Gambar 2. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)
Gambar 3. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)
Gambar 4. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)
30
Gambar 5. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)
3. Langkah-langkah menyusui yang benar
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
Gambar 6. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)
31
Gambar 7. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Gambar 8. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
32
Gambar 9. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)
Gambar 10. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)
4. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
33
d. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk.
f. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
g. Puting susu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala bayi agak menengadah.
Gambar 11. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)
5. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan / kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
34
tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
Gambar 12. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui (Perinasia, 2004)
J. Reliabilitas dan Validitas
35
Masalah reliabilitas (keterandalan) dan validitas pengukuran
(kesahihan) merupakan 2 hal pokok dalam penelitian yang tidak boleh
ditinggalkan. Reliabilitas didefinisikan sebagai keterandalan alat ukur
yang dipakai dalam suatu penelitian. Apakah kita benar-benar dapat
mengukur dengan tepat sesuai dengan alat atau instrumen yang dimiliki.
Dikenal beberapa jenis reliabilitas, yaitu berikut ini.
1. Intercoder dan intracoder, yaitu pemberian kode dari luar dan dari
dalam.
2. Pretest, yaitu pengujian atau pengukuran perbedaan nilai antara juri-
juri pemberi nilai.
3. Reliabilitas kategori, yaitu derajat kemampuan pengulangan
penempatan data dalam berbagi kategori.
Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam
penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara
atau metode sebagai berikut.
1. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu
studi menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan
variabel.
2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan
peristiwa yang akan datang.
3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang
dipakai dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus korelasi pearson product moment, sebagai berikut :
36
Item Instrumen dianggap Valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid.
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah rumus Spearman Brown
2 . rb
r 11
1 + rb
Ket :
R 11 adalah nilai reliabilitas
R b adalah nilai koefisien korelasi
Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik).
Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable. Sugiyono (2007: 137) menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan reliable dengan instrument yang valid dan reliable sebagai berikut:
Penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
37
BAB IIIKERANGKA KONSEP,DEFENISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang igin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. ( Notoatmodjo, 2002 )
Menurut Santosa 2004. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara eksklusif kepada bayinya. Faktor sistem
38
dukungan, pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI secara eksklusif, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pernberian ASI ekslusif itu sendiri.
Menurut Soetjiningsih. Faktor sosial budaya ekonomi ( pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.
Menurut Utami Roesli 2004. Fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui.
Menurut Diana 2007. Pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari.
Menurut Perinasia, 2003. Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis.
Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari
teori Santosa (2004), teori Soetjiningsih, teori Utami Roesli (2004), teori
Diana (2007), teori Perinasia (2003). Yang disusun dan dimodifikasi sesuai
kebutuhan peneliti.
Berdasarkan tinjauan pustaka maka dalam penelitian ini dibuat
kerangka konsep sebagai berikut :
39
Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Independen variabel
Variabel Dependen
Keterangan :
Variable yang diteliti =
Variable yang tidak diteliti
40
Pengetahuan
1. Pendidikan
2. Umur
3. Pengalaman
4. Aktivitas
1. Lingkungan
2. Adat istiadat
3. Fasilitas
ASI eksklusif
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasinal Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
I Dependent
ASI eksklusif Pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain
Wawancara Kuesioner - Sangat baik ( 0 – 6
bulan )
- Baik ( 0 – 4 bulan )
- Kurang baik ( 0 – 2
bulan )
- Tidak baik ( 0 bulan )
Rasio
II Independent
Faktor – faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan Tingkat pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal.
Wawancara Kuesioner - Sangat mengerti
- Mengerti
- Kurang mengerti
Ordinal
41
- Tidak mengerti
42
Pedidikan Jenjang pendidikan formal ibu yang pernah diselesaikan ibu.
Wawancara Kuesioner - Rendah ( SD )- Sedang ( SMP, SMA )- Tinggi ( Perguruan
Tinggi)
Ordinal
Umur Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai sampai saat berulang tahun.
Wawancara Kuesioner - SD ( 6 tahun – 12 tahun)- SMP ( ≥ 12 tahun – 15
tahun )- SMA ( ≥ 15 tahun – 18
tahun )- PT ( ≥ 18 tahun – 25
tahun )
Rasio
Pengalaman Sesuatu hal yang pernah dialami dan dimiliki oleh seseorang.
Wawancara Kuesioner - Sangat berpengalaman - Berpengalaman - Kurang berpengalaman - Tidak berpengalaman
Ordinal
Aktivitas Kegiatan sehari – hari yang dilakukan oleh ibu.
Wawancara Kuesioner - Sangat sibuk - Sibuk - Tidak sibuk
Ordinal
43
C. Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis didapat yaitu:
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara pengetahuan ibu menyusui dengan rendahnya pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.
2. Hipotesis Minor
a) Ada hubungan antara pendidikan ibu menyusui dengan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.
b) Ada hubungan antara umur ibu menyusui dengan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.
c) Ada hubungan antara pengalaman ibu menyusui dengan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.
d) Ada hubungan antara aktivitas ibu menyusui dengan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.
BAB IV
METODE PENELITIAN
44
A. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif dengan desain “ cross sectional “ dan mengunakan data er dengan sampel quota sampling untuk mengetahui faktor pengetahuan ibu menyusui berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame pada bulan Maret sampai bulan Juni kota Palembang tahun.
B. Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu penelitian : bulan Maret – Juni 2011
2. Tempat penelitian : di desa Sukarame kota Palembang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif di desa Sukarame pada bulan Maret sampai bulan Juni Palembang tahun 2011 sebanyak 80 orang. ( Data ibu postpartum yang tidak memberikan ASI eksklusif di desa Sukarame pada bulan Maret sampai bulan Juni kota Palembang tahun 2011) rata – rata 20 / bulan.
2. Sampel
Berdasarkan asumsi yang bisa diharapkan, populasi yang akan peneliti dapatkan dalam kurung waktu dari bulan Maret sampai bulan Juni berjumlah 80 orang. Sampel yang digunakan peneliti yaitu rumus teori Nursalam sebagai berikut :
N. z2 . p.qn =
d.( N – 1 ) + z2 . p.q
Keterangan :N = Besar Populasin = Besar Sampelz2 = Standar deviasi normal ( z = 1.96 )p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% ( p = 0,5 )
45
q = 100% - p ( q = 1 – 0,5 )d = Tingkat kesalahan yang dipilih ( d = 0,01 )
besarnya populasi 80 orang
N. z2 . p.q 80. 1,962 .0,5 . 0,5n = =
d.( N – 1 ) + z2 . p.q 0,01 . 79 + 1.962 . 0,5 . 0,5
76.832 = = 43.893
1.7504
D. Uji coba kuesioner
Sebelum melakukan penelitian dilakukan ujicoba kuesioner untuk variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif dengan mencari tempat yang mirip dengan tempat penelitian. Uji coba dilakukan terhadap 20 responden atau ibu nifas yang bertujuan untuk mengetahui tentang rata – rata waktu yang dibutuhkan selama wawancara, pernyataan yang sulit dimengerti oleh responden, pernyataan yang sulit dijawab responden dengan cepat pertanyaan yang sering ditanyakan oleh responden untuk klasifikasi, pertanyaan yang tumpang tindih dengan pertanyaan lain dan keluhan pewawancara. Uji coba kuesioner untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner.
E. Teknik pengumpulan data
1. Uji validitas kuesioner
2. Sumber data : data primer
3. Menyebarkan kuesioner ( sambil menjelaskan maksud dan tujuan
kuesioner ) pada responden, dengan kriteria :
a. Ibu nifas yang tidak memberikan ASI eksklusif.
b. Ibu dalam keadaan sadar.
c. Ibu yang mampu berkomunikasi.
d. Bahasa ibu bisa dimengerti.
46
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan kepada responden. Cara pengambilan sampel responden berdasarkan quota sampling yaitu sampel yang diambil ditentukan jumlah yang akan diambil. Kalau jumlah tersebut sudah tercapai si pengumpul data berhenti di desa Sukarame sampai dengan jumlah sampel yang telah ditemukan ( 44 responden ), ( Sambri Luknis et al, 2006 ).
F. Tehnik Pengelolahan dan Analisis data
1. Tehnik pengolahan
Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengumpulan data yang harus dilalui. Data yang terkumpul diolah secara manual maupun dengan cara menggunakan komputer dengan langkah – langkah sebagai berikut:
a. Menyunting data
Memeriksa semua kuesioner yang telah diisi dan diteliti satu persatu untuk mengetahui apakah jawaban sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
b. Mengkode data
Mengklasifikasikan data dan memberi kode masing – masing jawaban dengan tujuan mempermudah dan mempercepat pada saat memasukkan data ke komputer.
c. Memasukkan data
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, juga sudah melewati pengkodean, selanjutnya dilakukan pemprosesan data ( memasukan data ) agar dapat dianalisis, pemprosesan data dilakukan dengan cara memnasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer.
d. Membersihkan data
Merupakan kegiatan membersihkan data dengan cara pengecekan kembali data yang telah masuk kedalam komputer dengan cara yang umum dilakukan, yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel – variabel.
2. Analisis data
47
Data diolah dan dianalisis dengan teknik – teknik tertentu, yaitu dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui proses komputerisasi. Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan penghitungan – penghitungan statistik bila diperlukan uji statistik :
a. Analisis univeriate
Analisis univeriate ini dilakukan untuk mngetahui distribusi frekuensi yang meliputi variabel independent dan variabel dependent, dan melakukan penggabungan katergori jika diperlukan.
b. Analisis bevariat
Analisis bevariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam analisis ini dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain :1) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan
distribusi silang antara dua variabel yang bersangkutan.
2) Analisis dari hasil uji statistik ( chi square test, Z test, t test dan
sebagainya )
3) Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan
melihat nilai Oods Ratio ( OR ).
4) Besar kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya keeratan
hubungan antara dua variabel yang diuji.
48
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Ratna, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Azwar Azrul, 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes RI
Depkes RI. 2004. Ibu berikan ASI Eksklusif. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Ida bagus, Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Nursallam. 2003. Konsep penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Perinasia. 2004. Teknik menyusui yang benar. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Purwanti, Sri Hubertin. 2004. Konsep penerapan ASI Eksklusif, Buku saku untuk Bidan. Jakarta : EGC
Roesli, Utami. 2003. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC
Suherni, dkk. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
WHO. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; WHO ( Bab XI, hal N23 – N27 )
http://afirmasi.net/undefined/faktor-faktor-penyebab-rendahnya-pemberian-asi/. diakses tanggal 7 Oktober 2011
http/ asuh. Wikia. Com/ wiki / Asi Eksklusif. diakses tanggal 7 Oktober 2011
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/08/pengetahuan-dan-prilaku-ibutentang Asi Eksklusif.html. diakses tanggal 23 januari 2012
http://sekarsaripratiti.wordpress.com/2011/04/29/masalah-asi-dan-solusinya. diakses tanggal 23 januari 2012
49
http://sobatbaru.blogspot.com/2010/06/pengertian-asi-eksklusif. html. diakses 8 Oktober 2011
http://www.livestockreview.com/2011/07/apa-itu-whey-protein. diakses tanggal 23 januari 2012
www//http:kaskus.com/mitos-mitos tentang menyusui. diakses 8 Oktober 2011
50
top related