bab 1m

68
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa depan, yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi- tingginya di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi Depkes 2010-2014 adalah masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan (Depkes, 2009,172). Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata diperlukan sikap respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi kenyamanan dan menghindari resiko yang akan terjadi seperti resiko kehamilan dan persalinan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 kondisi derajat kesehatan Indonesia masih sangat 1

Upload: puji-lestari

Post on 24-Apr-2015

33 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

bab 1m

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1m

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa depan,

yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup

dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Visi Depkes 2010-2014 adalah masyarakat sehat

yang mandiri dan berkeadilan (Depkes, 2009,172).

Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata diperlukan sikap

respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi

kenyamanan dan menghindari resiko yang akan terjadi seperti resiko kehamilan

dan persalinan.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 kondisi

derajat kesehatan Indonesia masih sangat memprihatinkan, antara lain ditandai

dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu yang menurut Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 berkisar 226/100.000 kelahiran hidup

dan Angka Kematian Bayi baru lahir yaitu 26/1000 kelahiran hidup. Angka

Kematian Ibu dan bayi merupakan barometer pelayanan kesehatan di suatu

negara. Jika Angka Kematian Ibu dan bayi masih tinggi, berarti pelayanan

kesehatan ibu dan bayi belum baik. Sebaliknya jika Angka Kematian Ibu dan bayi

rendah, berarti pelayanan kesehatan ibu dan bayi sudah baik (Affandi, 2000).

1

Page 2: BAB 1m

Berdasarkan penelitian WHO tahun 2007, di seluruh dunia terdapat

kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya

neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Di Indonesia, menurut Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 mengungkapkan rata-rata

pertahun terdapat 401 bayi di Indonesia yang meninggal dunia sebelum umurnya

mencapai 1 tahun. Bila dirinci terdapat 157.000 bayi meninggal dunia per tahun,

atau 430 bayi per hari. Penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh sepsis

(infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan akut (Riset

Kesehatan Dasar Depkes, 2007).

Persalinan merupakan suatu hal yang fisiologis bagi seluruh wanita di

dunia, walaupun sebagian besar calon ibu terutama primigravida merasa tegang,

takut dan menyakitkan menghadapi proses persalinan. Persalinan atau partus

adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat hidup

kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Williams,

2006. hlm . 274). Adanya kontraksi rahim pada persalinan menimbulkan rasa

nyeri pada persalinan (Prawirohardjo,1997, hlm.180).

Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari

4.000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang

melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah

5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.( Arvin Behman Kliekmen.1996,

Ilmu Kesehatan Anak ³ Nelson ³edisi15volume 1. Jakarta )

2

Page 3: BAB 1m

Nyeri adalah perasaan tertekan, menderita atau kesakitan yang disebabkan

oleh stimulasi ujung-ujung saraf tertentu (O’Toole,1997 dalam Myles, 2009:416).

Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala

atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang

dibanding suatu penyakit manapun. Nyeri adalah pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial (Bare dan Smeltzer, 2001, hal. 212).

Faktor- Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu : a) usia wanita,

b) primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan

multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan

penurunan cepat pada persalinan Kala II, c) wanita yang mempunyai pelvis kecil,

bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal, d) wanita yang mempunyai riwayat

dismenorea dapat mengalami peningkatan persepsi nyeri, kemungkinan karena

produksi kelebihan prostaglandin, e)kecemasan f) faktor sosial dan budaya

dimana beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya)

sedang budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan

(Walsh, 2007, hlm. 261).

Hal ini menunjukkan bahwa makrosomia berpengaruh terhadap

peningkatan rasa nyeri . Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti

tentang makrosomia berpengaruh pada peningkatan rasa nyeri kala I persalinan si

Rumah Sakit Charitas Maret-Juni pada tahun 2012. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode Analitik untuk melakukan penelitian.

3

Page 4: BAB 1m

B. Rumusan Masalah

1. Masalah Umum

Apakah ada pengaruh makrosomia terhadap peningkatan rasa nyeri pada

Kala I persalinan?

2. Masalah Khusus

a. Apakah ada pengaruh antara usia wanita dengan peningkatan rasa nyeri

Kala I persalinan?

b. Apakah ada pengaruh antara primipara dengan peningkatan rasa nyeri

Kala I persalinan?

c. Apakah ada pengaruh antara wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi

dengan presentasi abnormal dengan peningkatan rasa nyeri Kala I

persalinan?

d. Apakah ada pengaruh antara wanita yang mempunyai riwayat

dismenorea dengan peningkatan rasa nyeri Kala I persalinan?

e. Apakah ada pengaruh antara kecemasan dengan peningkatan rasa nyeri

Kala I persalinan?

f. Apakah ada pengaruh faktor sosial dan budaya dengan peningkatan rasa

nyeri Kala I persalinan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya bahwa makrosomia berpengaruh terhadap peningkatan

rasa nyeri pada Kala I persalinan

4

Page 5: BAB 1m

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengaruh antara usia wanita dengan peningkatan rasa nyeri

Kala I persalinan.

b. Diketahuinya pengaruh antara primipara dengan peningkatan rasa nyeri

Kala I persalinan.

c. Diketahuinya pengaruh antara wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi

dengan presentasi abnormal dengan peningkatan rasa nyeri Kala I

persalinan.

d. Diketahuinya pengaruh antara wanita yang mempunyai riwayat

dismenorea dengan peningkatan rasa nyeri Kala I persalinan.

e. Diketahuinya pengaruh antara kecemasan dengan peningkatan rasa nyeri

Kala I persalinan.

f. Diketahuinya pengaruh faktor sosial dan budaya dengan peningkatan rasa

nyeri Kala I persalinan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pada

mata kuliah asuhan kebidanan khususnya ASKEB II (Persalinan).

2. Bagi pelayanan kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dalam

mengatasi nyeri pada persalinan kala I fase aktif.

5

Page 6: BAB 1m

3. Bagi peneliti

Peneliti mendapat pengalaman bagaimana cara membuat proposal

untuk suatu penelitian dengan metode penelitian dan teori statistik, dan

juga mendapat pengetahuan yang lebih banyak tentang metode penelitian

sehingga nantinya dapat diaplikasikan dan dikembangkan di tempat kerja.

Untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang sebab-sebab

dan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.

6

Page 7: BAB 1m

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekadar menjawab

pertanyaan (Notoatmodjo, 2005). Beberapa tingkat pengetahuan

yaitu:

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau si ibu tentang apa yang telah di pelajari. Antara lain ibu bisa menyebutkan, menguraikan, menyatakan bahwa persiapan persalinan sangat penting.

b. Memahami (Komprehesion)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahuinya seorang atau ibu yang telah paham dengan materi yang di berikan dia harus menyebutkan contoh, menjelaskan, mengumpulkan tentang materi yang di pelajari misalnya: menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisa (Analysis)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen -komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat

7

Page 8: BAB 1m

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Syintesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi - formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian - penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Usia

Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang kehamilannya.

b. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang di perkenalkan.

8

Page 9: BAB 1m

c. Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis.

d. Intelegensi

Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu - ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.

e. Sosial-Ekonomi

Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.

f. Sosial Budaya

Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai - nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya.

g. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman. (http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/08/pengetahuan-dan-prilaku-ibu tentang.html)

B. Definisi ASI dan ASI Eksklusif

9

Page 10: BAB 1m

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Arifin, 2004).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. (menurut WHO).

Sedangkan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, tanpa jadwal, dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur enam bulan. ( Purwanti, 2004: 3).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak lahir. Dengan kata lain pemberian susu formula, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan. ( Saleha, 2009: 10)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI bagi bayi tanpa tambahan asupan apapun, baik itu susu sapi (susu formula), apalagi makanan. Jadi, sang bayi hanya mengkonsumsi ASI untuk kebutuhan nutrisinya. (http://susirahmawati.multiply.com/journal/item/73/ASI_Eksklusif)

ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi mengakibatkan pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Prasetyono, 2009).

Menurut Utama Roesli, begitu bayi keluar dari rahim, sebaiknya bayi langsung ditaruh diperut ibunya. Biarkan diputing susu si ibu, biarkan inisiasi ini berlangsung selama 30 menit hingga 1 jam (Roi, 2004).

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama, ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

C. Manfaat ASI

10

Page 11: BAB 1m

1. Bagi Bayi

a. ASI Sebagai Nutrisi

Air  susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk

bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan

bayi prematur komposisinya akan berbeda dengan ibu yang

melahirkan bayi cukup bulan. ASI merupakan sumber gizi yang

sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan

dengan pertumbuhan kebutuhan bayi yang paling sempurna, baik

kualitas maupun kuantitasnya.

b. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari - ari. Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar propektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan.  Pada saat kadar  zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka  akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, virus, parasit, dan jamur.

c.   ASI Eksklusif Meningkatkan KecerdasanDengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi

berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutren yang ideal dengan komposisi yang tepat. Serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.

d.   ASI Eksklusif Meningkatkan Jalinan Kasih SayangBayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu

akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman tenteram, terutama karena masih  dapat mendengar detak jantung ibunya yang sudah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan

11

Page 12: BAB 1m

terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

a. Mengurangi angka kematian bayi baru lahir

Unicef memperkirakan, pemberian ASI eksklusif sampai usia enam bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah lima tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan jurnal Pediatrics menunjukkan, 16 persen kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22 persen jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.

b. Anak menjadi lebih sehat

Karena mendapatkan nutrisi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan usianya, sang anak menjadi lebih sehat, baik di masa bayi hingga dewasa. Kesehatan yang lebih baik juga diakibatkan ASI selalu fresh dan higienis dibandingkan susu formula.( Eny Retna Ambarwati dan Dian Wulandari, 2009)

2. Bagi ibu

a.   Mengurangi Pendarahan Setelah MelahirkanApabila bayi segera di susui setelah dilahirkan, maka

kemungkinan terjadi pendarahan post partum berkurang. Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oxitosin yang berguna untuk kontriksi / penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan akan cepat berhenti.

b.   Mengurangi Terjadinya AnemiaMengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau

anemia karena kekurangan zat besi menyusui mengurangi pendarahan.

c.   Menjarangkan Kehamilan

12

Page 13: BAB 1m

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman murah dan cukup berhasil.

d.   Mengecilkan RahimKadar oxitosin ibu menyusui yang meningkat sangat

membantu rahim kembali keukuran sebelum hamil.

e.   Lebih Cepat Langsing KembaliOleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.  Dengan demikian berat badan akan kembali seperti sebelum hamil.

f.    Lebih Ekonomis / MurahDengan memberikan ASI berarti menghemat untuk

pengeluaran susu formula perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum susu formula.

c. Tidak Merepotkan Dan Hemat Waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari.

h.   Portabel dan PraktisMudah dibawa kemana-mana sehingga  saat bepergian tidak

usah membawa berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat untuk menghangatkan susu. ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan minum, serta dalam suhu yang selalu tepat. ( Eny Retna Ambarwati dan Dian Wulandari 2009 )

3. Bagi keluarga

a. Aspek ekonomi

Asi tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga sebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

13

Page 14: BAB 1m

b. Aspek psikologi

Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang yang harus dibersihkan serta segera minta pertolongan orang lain. ( Eny Retna Ambarwati dan Dian Wulandari, 2009 )

4. Bagi negara

a. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu

formula dan peralatan lainnya.

b. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.

c. Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit

hanya sedikit.

d. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka

kematian.

e. Melindungi lingkungan karena tidak ada pohon yang digunakan

sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu, dan peralatannya.

f. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan

berkualitas untuk membangun negara, karena anak yang mendapat

ASI dapat tumbuh kembang secara optimal (Prasetyono, 2009)

D. Pembagian ASI

1. Colostrum

a. Pengertian

Colostrum adalah  cairan yang pertama kali di sekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dari kelenjar payudara sebelum dan

14

Page 15: BAB 1m

sesudah masa puerpurium. ( Eny Retna Ambarwati dan Dian Wulandari, 2009 )

b. Manfaat

1) Sebagai pembersih selaput usus besar BBL sehingga saluran

pencernaan siap untuk menerima makanan.

2) Dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.

3) Melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk

jangka panjang waktu sampai 6 bulan.

c. Komposisi

1) Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur,

tetapi berlainan dengan ASI matur. Pada colostrum protein

yang utama adalah globulin (gamma globulin)

2) Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI

yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai

umur 6 bulan.

3) Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibadingkan dengan

ASI matur.

4) Mineral terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika

dibandingkan dengan ASI matur.

5) Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur,

hanya 58 kal/100ml kolostrum.

6) Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan

dengan susu matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air

dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

7) Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin

dibandingan dengan ASI matur.

8) Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein didalam

usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak

menambah antibodi  pada bayi.

9)  Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.

15

Page 16: BAB 1m

2. Air susu masa peralihan

a. Pengertian

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi (Soejiningsih, 2001).

b. Komposisi

1) Kadar protein makin rendah sedangkan kadar  karbohidrat dan

lemak makin tinggi.

2) Volume juga meningkat

3. Air susu matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ketiga sampai kelima komposisinya baru konstan. Merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup  untuk bayi sampai umur 6 bulan, berupa cairan berwarna putih kekuning - kuningan, karena mengandung caseinat, riboblaum dan karoten. Tidak menggumpal bila dipaskan, volume 300-850 ml/24 jam. Terdapat antimikro bacterial factor yaitu : antibody terhadap bakteri dan virus cell (phageocrye, granu locyle, macropage, lymphocyle tipe t), enzim, (lysozime, lactoperoxidese), protein, (laktoferin, B12 , dinding protein). Faktor resisten terhadap stophylacocus, complecement (C3 dan C4). (Siregar Arifin, (2004)

4. Nilai nutrisi ASI

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang

termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak

sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral.

a. Karbohidrat

Laktosa adalah kabohidrat utama dalam ASI dan berfungsi

sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang

terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibandingkan laktosa

yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Namun

16

Page 17: BAB 1m

demikian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang

mendapat ASI. Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih

baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula.

b. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya

berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein

dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yaitu protein susu

yang sulit digumpalkan, protein dengan asam amino paling

lengkap, serta mengandung BCAA paling tinggi dibandingkan

sumber alami lainnya, protein yang lebih mudah diserap oleh usus

bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein

yaitu protein yang bergumpal dan lebih sulit dicerna oleh usus

bayi.

(http://www.livestockreview.com/2011/07/apa-itu-whey-protein)

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkann dengan

susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang lebih tinggi ini

dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat

selama masa bayi. ASI juga mengandung asam lemak rantai

panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam

arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan

saraf dan retina mata.

d. Karnitin

Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan

energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.

Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi

dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

17

Page 18: BAB 1m

e. Vitamin

Vitamin terdiri dari :

1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang

berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah

terjadinya perdarahan.

2) Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang pada bayi.

Walaupun pada ASI vitamin D sedikit tetapi tidak perlu

dikhawatirkan karena bayi dijemur pada pagi hari maka bayi

akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar

matahari.

3) Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah.

ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada

kolostrum dan ASI transisi awal.

4) Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A

juga berfungsi untuk pembelahan sel, kekebalan tubuh dan

pertumbuhan.

f. Mineral

Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik

dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang

terdapat di dalam susu formula (IDAI, 2008).

5. Cara penyimpanan ASI

a. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/ plastik, termasuk plastik

klip, ± 80-100 cc.

b. ASI yang disimpan dalam frezzer dan sudah dikeluarkan sebaiknya

tidak digunakan lagi setelah 2 hari.

c. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 derajat

Celcius.

18

Page 19: BAB 1m

d. ASI beku tidak boleh dimasak/ dipanaskan, hanya dihangatkan

dengan merendam dalam air hangat.fadlie.web.id

e. Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI di rumah :

f. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

g. Setelah diperas, ASI dapat disimpan dalam lemari es/ frezzer.

h. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas.

6. Volume produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningkat pada hari 10-14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa enam bulan volume pengeluaran air susu mulai menurut (Prasetyono, 2009).

7. Masalah – masalah dalam menyusui menurut Perinansia (2003)

a. Masa Antenatal

Pada masa antenatal masalah yang sering timbul adalah kurang

atau salah informasi dan puting susu datar atau terbenam.

1) Kurang atau salah informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan juga masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh banyak ibu atau petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa:

a) Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer,

sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali

petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui.

Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum

memang demikian karena kolostrum bersifat laksans

19

Page 20: BAB 1m

( pencahar) yaitu mengandung banyak antibodi, dan

menjadi living factor  yang memproteksi usus bayi

menyebabkan peristaltik bayi meningkat sehinga mencegah

kuning.

(http://sekarsaripratiti.wordpress.com/2011/04/29/masalah-

asi-dan-solusinya)

b) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi

dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang

lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori

dan cairan yan dapat mempunyai persediaan kalori dan

cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman

selama beberapa hari.

c) Menentukan apakah produksi ASI cukup atau tidak.

2) Puting susu datar atau terbenam

Puting yang kurang menguntungkan ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah hiasapan langsung bayi yang kuat.

E. Mitos – mitos tentang menyusui

1. Menyusui merubah bentuk payudara

Ini tidak benar, mitos yang mengatakan bahwa menyusui dapat

mempengaruhi atau merubah bentuk payudara secara permanen. Yang

merubah bentuk payudara adalah kehamilan. Kehamilan yang

menyebabkan dikeluarkanya hormon-hormon dan menyebabkan

terbentuknya air susu yang mengisi  payudara. Payudara yang sudah

terisi air susu tentu berbeda bentuknya dengan payudara yang sebelum

terisi air susu. Jadi yang menyebabkan perubahan bentuk payudara

adalah kehamilan  bukan menyusui. Besarnya perubahan bentuk

payudara  sangat tergantung dari turunan (hereditas), usia dan oleh

penambahan berat badan pada waktu kehamilan.

20

Page 21: BAB 1m

2. Menyusui dapat menyebabkan kesukaran penurunan berat badan

Tidak benar, menyusui dapat membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada yang tidak memberikan ASI secara ekslusif. Sebab dengan menyusui timbunan lemak yang terjadi pada waktu hamil akan dipergunakan dalam proses menyusui. Sedangkan wanita yang tidak menyusui akan sukar menghilangkan timbunan lemak yang khusus dipersiapkan oleh tubuh untuk menyusui.

3. Asi yang pertama kali keluar harus dibuang karena kotor

ASI yang keluar padahari pertama sampai hari ke 5 dinamakan kolostrum atau susu jolong. Cairan jernih kekuningan itu mengandung zat putih telur atau protein  dalam kadar yang tinggi. Zat anti infeksi atau zat daya tahan tubuh (immunoglobulin) dalam kadar yang lebih tinggi dari pada susu mature, disamping itu juga mengandung laktosa atau hidrat arang dan lemak dalam kadar yang rendah  sehingga mudah dicerna. Selain sebagai nutrisi, kolostrum melindungi bayi terhadap penyakit-penyakit infeksi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi premature dan bayi sakit. Apabila kolostrum dibuang, bayi kurang atau tidak mendapatkan zat-zat pelindung terhadap penyakit infeksi.

4. Asi belum keluar pada hari-hari pertama sehingga tidak perlu

disusukan pada bayi.

Pada hari pertama sebenarnya bayi tidak memerlukan cairan atau makanan, sehingga tidak atau belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan lain, sebelum ASI, keluar “ cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi pada usia 30 menit harus disusukan pada ibunya, bukan untuk memberikan nutrisi, tetapi untuk belajar menyusui atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna mempersiapkan ibu untuk memulai memproduksi ASI. Gerakan reflek untuk menghisap pada bayi baru lahir  akan mencapai puncaknya pada waktu berusia 20-30 menit, sehingga apabila terlambat menyususi reflek ini akan berkurang dan tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian. Pemberian prelactal feeding sebetulnya tidak diperlukan karena hanya akan merugikan ibu, yaitu ASI ibu akan lebih lambat terbentuk karena bayi tidak cukup kuat menghisap, dan merugikan bayi sebab bayi akan kurang mendapat kolostrum. Bila bayi kurang atau tidak mendapat kolostrum akan sering menderita mencret atau penyakit lain, terutama bila susu formula atau cairan frelactal / lainya

21

Page 22: BAB 1m

tercemar. Selain itu bila cairan prelaktal diberikan pada dot, kemungkinan bayi akan mengalami kesukaran minum pasa putting susu atau bingung puting.

5. Ibu bekerja tidak dapat memberikan asi eksklusif 6 bulan

Tidak benar. Ibu bekerja dapat memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dengan cara memerah ASI minimum 4 x 15 menit. Memerah ASI sebaiknya hanya menggunakan jari tangan, tidak menggunakan pompa yang membentuk terompet. ASI perah tahan 6-8 jam diudara luar, 24 jam dalam termos es berisi es batu, 48 jam dalam lemari es dan 3 bulan dalam freezer.

6. Payudara kecil tidak menghasilkan cukup asi

Tidak benar, besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak atau sedikitnya produksi ASI. Karena payudara yang besar sehingga banyak mengandung jaringan lemak. Di banding dengan payudara kecil. ASI dibentuk oleh jaringan kelenjar pembentuk air susu (alveoli) dan bukan jaringan lemak. Jadi besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak sedikitnya produksi ASI.

7. Asi  ibu kurang gizi, kualitasnya kurang baik

Bayi dan ASI sebenarnya bersifat parasit bagi ibu. Sampai dengan batas keadaan tertentu kualitas dan kuantitas ASI  akan tetap dipertahankan,  walaupun harus dengan mengorbankan gizi ibu. Kualitas ASI baru berkurang apabila ibu mnderita kekurangan gizi tingkat ke 3, bahkan sering kali kualitas ASI masih tetap dipertahankan sampai tingkat kekurangan gizi ibu lebih dari derajat ini.

8. Asi tidak cukup

Bayi tidak cukup dapat ASI karena rakus/minumnya banyak. Dari sebuah penelitian didapatkan data bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu-ibu yang mengatakan produksi ASInya kurang, sebenarnya mempunyai cukup ASI, tetapi kurang mendapat informasi tentang manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui yang tepat, serta terpengaruh mitos-mitos tentang meyusui,  yang umumnya dapat menghambat produksi ASI. Bila bayi kurang minum, sebenarnya bukan ibunya yang tidak dapat memproduksi ASI tetapi bisa disebabkan berbagai hal misalnya karena posisi menyusui yang tidak benar. (www//http:kaskus.com/mitos-mitos tentang menyusui)

22

Page 23: BAB 1m

F. Berbagai masalah ibu pada saat menyusui

1. Pada ibu

a. Puting susu yang datar atau terbenam

Dengan menggunakan pompa puting, puting susu yang datar atau terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat di kecap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat di mulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Dengan usaha yang tekun dan kerjasama yang baik antara ibu dan bayi. Ibu akan mampu mengatasi masalah ini. Jika payudara penuh oleh ASI, puting akan semakin datar sehingga bayi sulit mencekapnya. Untuk kondisi semacam ini, ASI  dapat diperas terlebih dahulu sebelum bayi mulai menghisapnya.

b. Puting lecet

Puting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah. Biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir. Masalah ini dapat hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara baik dan teratur dengan cara : 1) Mengoles puting susu dengan ASI  setiap kali hendak  dan

sesudah  menyusui untuk mempercepat sembuhnya lecet dan

menghilangkan rasa perih.

2) Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.

3) Jangan membersihkan puting susu dan daerah-daerah areola

dengan sabun, alkohol dan obat-obatan yang dapat merangsang

kulit/ puting susu.

4) Posisi menyusui hendaknya variasi. Jika selalu menyusui

dengan posisi yang sama dapat membuat trauma yang terus

menerus ditempat yang sama sehingga memudahkan terjadinya

luka lecet.

5) Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara

benar yaitu dengan menahan dagu bayi meletakkan jari

kelingking ibu ke sudut mulut bayi dan menekanya sampai

lepas dari payudara.

23

Page 24: BAB 1m

c. Payudara bengkak

Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena  produksi yang berlebihan, sementra kebutuhan bayi pada hari-hari pertama setelah lahir masih sedikit. Selain itu dapat terjadi karena bayi menyusui secara terjadwal, bayi tidak menyusi dengan kuat, posisi menyusui yang salah atau karena puting susu datar atau terbenam.

d. Saluran susu tersumbat

Keadaan ini dapat timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui, pemakaian penyokong payudara yang terlalu ketat atau adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres dengan air hangat sebelum menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak.

e. Sindrom ASI kurang

Ibu sering mengeluh bahwa ASI-nya kurang atau tidak mencukupi kebutuhan bayi. Umumnya keluhan ini timbul karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang apa yang terjadi.

f. Ibu sakit

Pada umumnya ibu sakit masih tetap menyusui bayinya karena bayi telah dihadapkan pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan dirasakan oleh ibu.  Disamping itu, antibodi ibu yang diterima bayi melalui ASI akan melindungi bayi dari penyakit. Seandainya ibu terpaksa dirawat terpisah dari bayinya. ASI harus tetap dikeluarkan setiap 3 jam sekali atau jika terasa penuh. Ini dilakukan untuk menjamin kelangsungan produksinya. Jika telah sembuh ibu dapat menyusi bayinya kembali.

g. Ibu sering meninggalkan ASI sehingga tidak bisa memberikan ASI

ekslusif.

Ibu yang sering meninggalkan bayinya  tetap bias menyusui bayinya secara ekslusif. Misalnya pada ibu yang bekerja di kantor selama dikantor, di keluarkan ASI setiap 3 jam sekali untuk disimpan dilemari es dan dibawa pulang untuk kebutuhan dirumah

24

Page 25: BAB 1m

selama jam kerja. Berikan ASI memakai sendok, bila menggunakan botol bayi akan bingung puting dengan perubahan antara puting susu dan dot botol.

2. Pada bayi

a. Bayi bingung puting susu

Istilah bingung puting diartikan untuk bayi yang mengalami hipple confusion karena diberi susu formula dalam botol bergantian menyusu pada ibu. Tanda-tanda  bayi bingung puting bayi mengisap puting seperti mengisap dot mengisapnya sebentar-sebentar, bayi menolak menyusu pada ibu. Untuk mencegah bingung puting, bayi hanya menyusu pada ibu, cara menyusu yang benar, menyusui lebih sering.

b. Bayi enggan menyusu

Bayi perlu mendapat perhatian khusus jika enggan menyusu terutama jika bayi muntah, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang.  Bayi enggan menyusu menyebabkan pilek, moniliasis adalah candida yaitu genus jamur menyerupai ragi yang umumnya merupakan bagian dari flora normal mulut, kulit, saluran pencernaan dan vagina, namun dapat menyebabkan infeksi, terlambat dimulainya menyusu, bayi binggung putting, bayi dengan preeloctal feeding, tehknik menyusu yang salah. ASI kurang lancar atau terlalu deras, bayi dengan freenulum linguae (tali lidah) pendek yang disebut chort tonguetie.

c. Bayi sering menangis

Bayi sering menagis mungkin karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah/ kotor atau sakit. Dari penyebab tersebut dapat ditanggulangi dengan cara menyusui bayi dengan tehnik yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan. Kecuali jika bayi itu sakit, perlu mendapat penanganan tersendiri.

d. Bayi berat lahir rendah

Kemampuan menghisap, menelan serta mencerna bayi tidak sama. Biasanya bayi membutuhkan gizi lebih banyak dan volume cairan relative lebih besar sehingga minuman perlu diberikan dalam jumlah sedikit yang frekuensinya lebih sering. Khususnya terhadap bayi premature  yang dilahirkan sebelum 33 minggu yang

25

Page 26: BAB 1m

reflek menghisap dan menelannya lemah dan tidak ada sama sekali.

e. Bayi kembar

Ibu yang hamil atau baru melahirkan bayi kembar ia akan mampu memproduksi ASI bagi anak kembarnya. Produksi ASI akan lebih banyak karena perangsangan-perangsangan/isapan oleh bayi kembar lebih sering. Jika salah seorang bayi kembar terpaksa harus di tinggalkan dirumah sakit, ibu dapat menyusui yang satu dan memompa ASI untuk yang lain. Kedua bayi menentek pada kedua payudara secara bergantian supaya terangsang untuk kedua payudara sama.

f. Bayi sumbing

Bayi sumbing langit-langit lembek (palatum nole) dapat menyusu tanpa kesulitan. Dengan memberikan posisi tegak atau berdiri agar ASI tidak masuk kedalam hidung bayi. Bila sumbing pada bibir saja bayi dapat menyusu sambil menutup sumbing tersebut dengan jari agar bayi dapat menghisap dengan sempurna. (Mellyana Huliyana,2003)

G. Faktor – fakor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI

eksklusif.

1. Menurut Santosa 2004

Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara ekslusif kepada bayinya, beberapa penelitian yang telah dilakukan didaerah perkotaan maupun perdesaan di Indonesia dan Negara berkembang lainnya, menunjukan bahwa faktor sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI secara ekslusif, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pernberian ASI ekslusif itu sendiri. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun positif dalam memperlancar pemberian ASI eksklusif.

2. Menurut Soetjiningsih 1997

Faktor sosial budaya ekonomi ( pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut kehilangan daya

26

Page 27: BAB 1m

tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.

3. Menurut Utami Roesli 2004

Fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui.

4. Menurut Diana 2007

Pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap

dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di

kemudian hari.

5. Menurut Perinasia 2003

Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui

bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di

lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di

perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan

pertimbangan lebih modern dan praktis.

H. Langkah – langkah keberhasilan pemberian ASI ekslusif

1. Mempersiapkan payudara ibu jika diperlukan.

2. Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui.

3. Menciptakan dukungan keluarga teman dan  sebagainya.

27

Page 28: BAB 1m

4. Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “ Rumah sakit

sayang bayi” atau “ rumah bersalin yang sayang bayi”.

5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

ekslusif.

6. Cara menyusui serta menerapkan ASI dini dan ekslusif.

7. Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi ( on demand).

8. Rawat gabung.

9. Tidak memberikan makanan/ asupan apapun selain ASI pada bayi baru

lahir.

10. Membantu ibu meyusukan bayinya 30 menit setelah melahirkan.

I. Teknik Menyusui Yang Baik Dan Benar

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).

1. Pembentukan dan Persiapan ASI

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :

a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel

yang lepas tidak menumpuk.

b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk

memudahkan isapan bayi.

c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau

dengan jalan operasi.

28

Page 29: BAB 1m

2. Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Gambar 1. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

29

Page 30: BAB 1m

Gambar 2. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)

Gambar 3. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

Gambar 4. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

30

Page 31: BAB 1m

Gambar 5. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

3. Langkah-langkah menyusui yang benar

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.

Gambar 6. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

31

Page 32: BAB 1m

Gambar 7. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 8. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

32

Page 33: BAB 1m

Gambar 9. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

Gambar 10. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)

4. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Bayi tampak tenang.

b. Badan bayi menempel pada perut ibu.

c. Mulut bayi terbuka lebar.

33

Page 34: BAB 1m

d. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.

e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih

banyak yang masuk.

f. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

g. Puting susu tidak terasa nyeri.

h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

i. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 11. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)

5. Lama dan frekuensi menyusui

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan / kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi

34

Page 35: BAB 1m

tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

Gambar 12. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui (Perinasia, 2004)

J. Reliabilitas dan Validitas

35

Page 36: BAB 1m

Masalah reliabilitas (keterandalan) dan validitas pengukuran

(kesahihan) merupakan 2 hal pokok dalam penelitian yang tidak boleh

ditinggalkan. Reliabilitas didefinisikan sebagai keterandalan alat ukur

yang dipakai dalam suatu penelitian. Apakah kita benar-benar dapat

mengukur dengan tepat sesuai dengan alat atau instrumen yang dimiliki.

Dikenal beberapa jenis reliabilitas, yaitu berikut ini.

1. Intercoder dan intracoder, yaitu pemberian kode dari luar dan dari

dalam.

2. Pretest, yaitu pengujian atau pengukuran perbedaan nilai antara juri-

juri pemberi nilai.

3. Reliabilitas kategori, yaitu derajat kemampuan pengulangan

penempatan data dalam berbagi kategori.

Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam

penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara

atau metode sebagai berikut.

1. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu

studi menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan

variabel.

2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan

peristiwa yang akan datang.

3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang

dipakai dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus korelasi pearson product moment, sebagai berikut :

36

Page 37: BAB 1m

Item Instrumen dianggap Valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid.

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah  rumus Spearman Brown

2 . rb

r 11

1 + rb

Ket :

R 11 adalah nilai reliabilitas

R b adalah nilai koefisien korelasi

Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik).

Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable. Sugiyono (2007: 137) menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan reliable dengan instrument yang valid dan reliable sebagai berikut:

Penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

37

Page 38: BAB 1m

BAB IIIKERANGKA KONSEP,DEFENISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang igin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. ( Notoatmodjo, 2002 )

Menurut Santosa 2004. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara eksklusif kepada bayinya. Faktor sistem

38

Page 39: BAB 1m

dukungan, pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI secara eksklusif, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pernberian ASI ekslusif itu sendiri.

Menurut Soetjiningsih. Faktor sosial budaya ekonomi ( pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.

Menurut Utami Roesli 2004. Fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui.

Menurut Diana 2007. Pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari.

Menurut Perinasia, 2003. Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis.

Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari

teori Santosa (2004), teori Soetjiningsih, teori Utami Roesli (2004), teori

Diana (2007), teori Perinasia (2003). Yang disusun dan dimodifikasi sesuai

kebutuhan peneliti.

Berdasarkan tinjauan pustaka maka dalam penelitian ini dibuat

kerangka konsep sebagai berikut :

39

Page 40: BAB 1m

Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Independen variabel

Variabel Dependen

Keterangan :

Variable yang diteliti =

Variable yang tidak diteliti

40

Pengetahuan

1. Pendidikan

2. Umur

3. Pengalaman

4. Aktivitas

1. Lingkungan

2. Adat istiadat

3. Fasilitas

ASI eksklusif

Page 41: BAB 1m

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasinal Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

I Dependent

ASI eksklusif Pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain

Wawancara Kuesioner - Sangat baik ( 0 – 6

bulan )

- Baik ( 0 – 4 bulan )

- Kurang baik ( 0 – 2

bulan )

- Tidak baik ( 0 bulan )

Rasio

II Independent

Faktor – faktor yang mempengaruhi

Pengetahuan Tingkat pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal.

Wawancara Kuesioner - Sangat mengerti

- Mengerti

- Kurang mengerti

Ordinal

41

Page 42: BAB 1m

- Tidak mengerti

42

Page 43: BAB 1m

Pedidikan Jenjang pendidikan formal ibu yang pernah diselesaikan ibu.

Wawancara Kuesioner - Rendah ( SD )- Sedang ( SMP, SMA )- Tinggi ( Perguruan

Tinggi)

Ordinal

Umur Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai sampai saat berulang tahun.

Wawancara Kuesioner - SD ( 6 tahun – 12 tahun)- SMP ( ≥ 12 tahun – 15

tahun )- SMA ( ≥ 15 tahun – 18

tahun )- PT ( ≥ 18 tahun – 25

tahun )

Rasio

Pengalaman Sesuatu hal yang pernah dialami dan dimiliki oleh seseorang.

Wawancara Kuesioner - Sangat berpengalaman - Berpengalaman - Kurang berpengalaman - Tidak berpengalaman

Ordinal

Aktivitas Kegiatan sehari – hari yang dilakukan oleh ibu.

Wawancara Kuesioner - Sangat sibuk - Sibuk - Tidak sibuk

Ordinal

43

Page 44: BAB 1m

C. Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis didapat yaitu:

1. Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara pengetahuan ibu menyusui dengan rendahnya pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.

2. Hipotesis Minor

a) Ada hubungan antara pendidikan ibu menyusui dengan rendahnya

pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.

b) Ada hubungan antara umur ibu menyusui dengan rendahnya

pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.

c) Ada hubungan antara pengalaman ibu menyusui dengan rendahnya

pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.

d) Ada hubungan antara aktivitas ibu menyusui dengan rendahnya

pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame.

BAB IV

METODE PENELITIAN

44

Page 45: BAB 1m

A. Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif dengan desain “ cross sectional “ dan mengunakan data er dengan sampel quota sampling untuk mengetahui faktor pengetahuan ibu menyusui berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif di desa Sukarame pada bulan Maret sampai bulan Juni kota Palembang tahun.

B. Waktu dan tempat penelitian

1. Waktu penelitian : bulan Maret – Juni 2011

2. Tempat penelitian : di desa Sukarame kota Palembang.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif di desa Sukarame pada bulan Maret sampai bulan Juni Palembang tahun 2011 sebanyak 80 orang. ( Data ibu postpartum yang tidak memberikan ASI eksklusif di desa Sukarame pada bulan Maret sampai bulan Juni kota Palembang tahun 2011) rata – rata 20 / bulan.

2. Sampel

Berdasarkan asumsi yang bisa diharapkan, populasi yang akan peneliti dapatkan dalam kurung waktu dari bulan Maret sampai bulan Juni berjumlah 80 orang. Sampel yang digunakan peneliti yaitu rumus teori Nursalam sebagai berikut :

N. z2 . p.qn =

d.( N – 1 ) + z2 . p.q

Keterangan :N = Besar Populasin = Besar Sampelz2 = Standar deviasi normal ( z = 1.96 )p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% ( p = 0,5 )

45

Page 46: BAB 1m

q = 100% - p ( q = 1 – 0,5 )d = Tingkat kesalahan yang dipilih ( d = 0,01 )

besarnya populasi 80 orang

N. z2 . p.q 80. 1,962 .0,5 . 0,5n = =

d.( N – 1 ) + z2 . p.q 0,01 . 79 + 1.962 . 0,5 . 0,5

76.832 = = 43.893

1.7504

D. Uji coba kuesioner

Sebelum melakukan penelitian dilakukan ujicoba kuesioner untuk variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif dengan mencari tempat yang mirip dengan tempat penelitian. Uji coba dilakukan terhadap 20 responden atau ibu nifas yang bertujuan untuk mengetahui tentang rata – rata waktu yang dibutuhkan selama wawancara, pernyataan yang sulit dimengerti oleh responden, pernyataan yang sulit dijawab responden dengan cepat pertanyaan yang sering ditanyakan oleh responden untuk klasifikasi, pertanyaan yang tumpang tindih dengan pertanyaan lain dan keluhan pewawancara. Uji coba kuesioner untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner.

E. Teknik pengumpulan data

1. Uji validitas kuesioner

2. Sumber data : data primer

3. Menyebarkan kuesioner ( sambil menjelaskan maksud dan tujuan

kuesioner ) pada responden, dengan kriteria :

a. Ibu nifas yang tidak memberikan ASI eksklusif.

b. Ibu dalam keadaan sadar.

c. Ibu yang mampu berkomunikasi.

d. Bahasa ibu bisa dimengerti.

46

Page 47: BAB 1m

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan kepada responden. Cara pengambilan sampel responden berdasarkan quota sampling yaitu sampel yang diambil ditentukan jumlah yang akan diambil. Kalau jumlah tersebut sudah tercapai si pengumpul data berhenti di desa Sukarame sampai dengan jumlah sampel yang telah ditemukan ( 44 responden ), ( Sambri Luknis et al, 2006 ).

F. Tehnik Pengelolahan dan Analisis data

1. Tehnik pengolahan

Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengumpulan data yang harus dilalui. Data yang terkumpul diolah secara manual maupun dengan cara menggunakan komputer dengan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Menyunting data

Memeriksa semua kuesioner yang telah diisi dan diteliti satu persatu untuk mengetahui apakah jawaban sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

b. Mengkode data

Mengklasifikasikan data dan memberi kode masing – masing jawaban dengan tujuan mempermudah dan mempercepat pada saat memasukkan data ke komputer.

c. Memasukkan data

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, juga sudah melewati pengkodean, selanjutnya dilakukan pemprosesan data ( memasukan data ) agar dapat dianalisis, pemprosesan data dilakukan dengan cara memnasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer.

d. Membersihkan data

Merupakan kegiatan membersihkan data dengan cara pengecekan kembali data yang telah masuk kedalam komputer dengan cara yang umum dilakukan, yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel – variabel.

2. Analisis data

47

Page 48: BAB 1m

Data diolah dan dianalisis dengan teknik – teknik tertentu, yaitu dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui proses komputerisasi. Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan penghitungan – penghitungan statistik bila diperlukan uji statistik :

a. Analisis univeriate

Analisis univeriate ini dilakukan untuk mngetahui distribusi frekuensi yang meliputi variabel independent dan variabel dependent, dan melakukan penggabungan katergori jika diperlukan.

b. Analisis bevariat

Analisis bevariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam analisis ini dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain :1) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan

distribusi silang antara dua variabel yang bersangkutan.

2) Analisis dari hasil uji statistik ( chi square test, Z test, t test dan

sebagainya )

3) Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan

melihat nilai Oods Ratio ( OR ).

4) Besar kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya keeratan

hubungan antara dua variabel yang diuji.

48

Page 49: BAB 1m

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Ratna, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Azwar Azrul, 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes RI

Depkes RI. 2004. Ibu berikan ASI Eksklusif. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Ida bagus, Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Nursallam. 2003. Konsep penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Perinasia. 2004. Teknik menyusui yang benar. Jakarta : EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Purwanti, Sri Hubertin. 2004. Konsep penerapan ASI Eksklusif, Buku saku untuk Bidan. Jakarta : EGC

Roesli, Utami. 2003. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC

Suherni, dkk. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

WHO. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; WHO ( Bab XI, hal N23 – N27 )

http://afirmasi.net/undefined/faktor-faktor-penyebab-rendahnya-pemberian-asi/. diakses tanggal 7 Oktober 2011

http/ asuh. Wikia. Com/ wiki / Asi Eksklusif. diakses tanggal 7 Oktober 2011

http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/08/pengetahuan-dan-prilaku-ibutentang Asi Eksklusif.html. diakses tanggal 23 januari 2012

http://sekarsaripratiti.wordpress.com/2011/04/29/masalah-asi-dan-solusinya. diakses tanggal 23 januari 2012

49

Page 50: BAB 1m

http://sobatbaru.blogspot.com/2010/06/pengertian-asi-eksklusif. html. diakses 8 Oktober 2011

http://www.livestockreview.com/2011/07/apa-itu-whey-protein. diakses tanggal 23 januari 2012

www//http:kaskus.com/mitos-mitos tentang menyusui. diakses 8 Oktober 2011

50