asuhan keperawatan dengan pasien diabetes melitus tipe ii
Post on 24-Jul-2015
3.143 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II
DI SUSUN OLEH :
LENI APRIANI
0910 711 068
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
DESEMBER 2011
BAB I
LANDASAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
Dalam proses metabolisme,insulin memegang peran yang sangat penting yaitu
bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan
oleh sel beta di Pankreas.
a. Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di
dalamnya terdapat kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel
beta. Sel beta mngeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah.
Selain sel beta ada juga srl alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya
dengan insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang
mngeluarkan somastostatin.
b. Kerja Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa
ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel, glukosa itu dimetabolismekan menjadi
tenaga.
2. Pengertian
Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh karena
terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas.
Keadaan ini akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali.
3. Etiologi
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga (herediter)
d. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
e. Kurang gerak badan
4. Patofisiologi
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak
tetapir e sep to r i n su l i n yan g t e r dap a t pada pe r mukaan s e l ku rang .
Re sep to r inulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
Padakeadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
k u n c i n y a ( i n s u l i n ) b a n y a k , t e t a p i k a r e n a l u b a n g k u n c i n y a
( r e s e p t o r ) ku rang , maka g lukosa yang masuk s e l akan s ed ik i t ,
s eh ingga s e l akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah akan meningkat.
Dengandemikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1. Perbedaanya adalahDM
Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal.
Keadaan ini disebut resistensi insulin.
5. Manifestasi klinik
Kelelahan yang luar biasa merupakan gejala yang paling awal dirasakan oleh
penderita diabetes melitus tipe 2. Pasien akan merasakan tubuhnya lemas walaupun tidak
melakukan aktifitas yang tidak terlalu berat. Jadi, bila anda selalu merasa lelah dan
mengantuk meskipun sebelumnya anda tidak begadang, ada baiknya anda segera
menemui dokter.
Penurunan berat badan secara drastis. Jika anda memakan makanan yang
berlebihan maka tubuh anda akan semakin gemuk. Kelebihan lemak dalam tubuh akan
menyebabkan resistensi tubuh terhadap insulin meningkat. Pada orang yang telah
menderita diabetes, walaupun ia makan makanan secara berlebihan tubuhnya tidak
menjadi gemuk dan malah mengurus hal ini disebabkan karena otot tidak mendapatkan
cukup energi untuk tumbuh.
Gangguan penglihatan. Kadar gula yang tinggi dalam darah akan menarik cairan
dalam sel keluar, hal ini akan menyebabkan sel menjadi keriput. Keadaan ini juga terjadi
pada lensa mata, sehingga lensa menjadi rusak dan penderita akan mengalami gangguan
penglihatan. Gangguan penglihatan ini akan membaik bila diabetes melitus berhasil
ditangani dengan baik. Bila tidak tertangani, gangguan penglihatan ini akan dapat
memburuk dan menyebabkan kebutaan.
Sering terinfeksi dan bila luka sulit sekali sembuh. Keadaan ini bisa terjadi karena
kuman tumbuh subur akibat dari tingginya kadar gula dalam darah. Selain itu, jamur juga
sangat menikmati tumbuh pada darah yang tinggi kadar glukosanya.
6. Komplikasi
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila kadar
glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada
siang atau malam hari. Kejadian ini dapat terjadi sebeum makan, khususnya jika
makan yang tertunda atau bila pasien lupa makan camilan.
b. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup
jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang penting pada diabetes
ketoasidosis :
1) Dehidrasi
2) Kehilangan elektrolit
3) Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang, maka jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Selain itu prroduksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua
faktor tersebut akan mengakibatkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa dalam tubuh, ginjal akan mensekresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (natriun dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh
urinasi yang berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit.
c. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hipergklikemia
yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of Awareness). Keadaan
hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan
cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan
berpindah dari intrasel keruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi,
maka akan dijumpai keadaan hipernatremia dan peningkatan osmolaritas.
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi (jika diperlukan)
e. Pendidikan
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Diagnose Keperawatan
a. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer)
d. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1) Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
4) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
5) Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
6) Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
7) Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
8) Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
9) Kolaborasi dengan ahli diet.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
2) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
3) Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
5) Pantau masukan dan pengeluaran
6) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung
7) Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
8) Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak
teratur
9) Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer)
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
1) Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi
ganti balut.
2) Kaji tanda vital
3) Kaji adanya nyeri
4) Lakukan perawatan luka
5) Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
6) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
d. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
1) Hindarkan lantai yang licin.
2) Gunakan bed yang rendah.
3) Orientasikan klien dengan ruangan.
4) Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
5) Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan
bagaimana respon pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, ME Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2 Jakarta : EGC, 2000
http://nursingbegin.com/askep-dm/
http://www.blogdokter.net/2008/08/09/tanda-dan-gejala-kencing-manis-diabetes-melitus-tipe-2/
http://askep-askep-motivasi.blogspot.com/2010/06/askep-diabetes-mellitus.html
top related