aspek ideologis undang-undang bpjs : analisis nilai ... · amerika serikat dan brazil memberikan...
Post on 04-Feb-2020
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Aspek Ideologis Undang-undang
BPJS : Analisis Nilai, Preferensi dan
Interest Anggota DPR Periode 2009-
2014 dalam Penyusunan RUU
Dumilah Ayuningtyas
Dep. Administrasi & Kebijakan Kesehatan, FKM UI
Disampaikan dalam Forum Nasional II : Jaringan
Kebijakan Kesehatan Indonesia
Hotel Horison Makasar, 28 September 2011
Rabu, 28 September 2011
Latar Belakang
BPJS merupakan amanat UU SJSN NO.40/2004 Pasal 1 ayat 2 yang tak kunjung terlaksana, melampaui batas waktu yang ditetapkan.
Pembahasan RUU tentang BPJS ini tak kunjung selesai dan memperlihatkan kuatnya tarik menarik antara pemerintah dengan DPR atau bahkan di antara anggota/fraksi-fraksi DPR sendiri (P Demokrat VS PDIP)
Mendapatkan perhatian “Istimewa”
Inpres No. 1 thn 2010 bahwa UU BPJSharus selesai akhir desember 2010.
Kedua, menugaskan 8 menteri untukmengawal proses UU ini.
Rabu, 28 September 2011
Latar Belakang
Proses penetapan kebijakan tidak lepas dari adanya nilai-
nilai, preferensi, kepentingan atau aspek ideologi yang
dimiliki oleh para elit yang terlibat (Apter; & Charlotte
Bretherton and Geoffrey Ponton Political Behavior &
Ideology
Amerika Serikat dan Brazil memberikan contoh
bagaimana nilai, kepentingan dan pilihan elit
mempengaruhi kebijakan yang ada pada negara tersebut
termasuk dalam kebijakan jaminan sosial Presiden Lula
da Silva : melejitkan kesejahteraan rakyat dengan
program-program seperti layanan kesehatan gratis,
tunjangan sosial, Bolsa Familia
Presiden Barack Obama: UU Reformasi Kesehatan
(Jaminan kesehatan: universal coverage, potongan untuk
Usila, jaminan bagi 30 juta warga miskin)Rabu, 28 September 2011
Pertanyaan & Tujuan Penelitian
Bagaimana proses politik,
konstelasi & interaksi elit
yang terlibat
pembahasan RUU BPJS,
mengapa berlangsung
lama & berlarut-larut,
bagaimana aspek
ideologis (nilai,
preferensi & kepentingan
(Anggota DPR Masa
Bakti 2009-2014)
mempengaruhi proses
tersebut
Mengetahui proses
politik yang terjadi dalam
pembahasan RUU BPJS
termasuk konstelasi dan
interaksi elit yang terlibat
di dalamnya
Mengetahui bagaimana
aspek ideologis (nilai,
preferensi & kepentingan
(Anggota DPR Masa Bakti
2009-2014)
mempengaruhi Proses
Pembahasan RUU BPJS.
Rabu, 28 September 2011
Metode Penelitian Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif
eksplanatoris. Teknik pengambilan data adalah dengan
wawancara mendalam (indepth interview), analisis
„statement‟ informan yang diberitakan di media massa,
telaah catatan rapat serta observasi jalannya persidangan
( 3(tiga) kali sidang dilakukan sebagai bentuk triangulasi
Pengisian „self assessment questionaire‟ oleh anggota
Pansus adalah upaya konfirmasi (konfirmatori) untuk
mempertajam analisis nilai, preferensi dan kepentingan
anggota DPR periode 2009-2014 dalam pembahasan
RUU BPJS.
Rabu, 28 September 2011
Tinjauan Teori Charlotte Bretherton and Geoffrey Ponton
falsafah dasar yang menjadi acuan arah & tujuan negara,
berangkat dari pemahaman tentang relasi negara dan
warganegara, penghormatan & paradigma tentang hak-
hak individu di satu sisi dengan sistem komunitas dan
kesetaraan sosial yang terbangun di sisi lain (pengaturan
kontrol negara vs masyarakat/komunitarian dan hak
individu vs kesetaraan sosial
David Apter pendekatan Behavioralisme, Ideologi
merupakan kombinasi dari nilai, interest, dan
kepentingan.
Allport ( 1937, 1961, 1968) nilai, sikap dan karakter
seorang aktor penetap atau pelaku kebijakan dapat
mempengaruhi proses formulasiRabu, 28 September 2011
Kerangka Teori
James Anderson empat kategori nilai yang membantu & mengarahkan perilaku para pembuat keputusan
Penelitian ini menggunakan pendekatan behavioralisme yakni kajian yang mengkaitkan produk kebijakan dalam sebuah sistem politik dengan pendekatan behavioralisme yang memandang politik dari segi apa adanya (what it is) yang berupaya menjelaskan mengapa gejala politik tertentu terjadi seperti itu, dan kalau mungkin memperkirakan juga gejala politik apa yang akan terjadi.
Konsep” black box of policy making process “ dapat dilihat sebagai gambaran pola perilaku manusia menyangkut aspek behavioralisme lainnya yaitu berupa kekuasaan, konflik, dan fungsionalisme.Secara singkat faktor-faktor tersebut dianggap pula sebagai penentu partisipasi politik.
Rabu, 28 September 2011
Hasil Penelitian
Terbagi menjadi bagian :
1. Evaluasi peran negara dalam kewajiban
pemenuhan jaminan sosial
2. Proses & konstelasi politik (peta kekuatan
& „kubu-kubu‟ yang ada)
3. Aspek ideologis (nilai, preferensi dan
kepentingan) dalam pembahasan RUU
BPJS.
Rabu, 28 September 2011
Evaluasi Peran Negara Di Mata Elit
Dalam Kewajiban Pemenuhan Jaminan
Sosial jawaban normatif para informan tentang
peran negara dalam pemenuhan
kewajibannya (masih sangat minim &
belum optimal)
:“ .. sangat bergantung pada konstelasi
politik yang ada, kan ada beragam
kepentingan, nilai dan pilihan yang sangat
mempengaruhi” .
Rabu, 28 September 2011
Peran Negara Pada Kewajiban Penjaminan
Sosial konfirmatori : Jawaban Ekstrim
Sangat Setuju & sangat Tidak Setuju
No. Pertanyaan
35 Kegagalan negara dalam menyediakan jaminan sosial seharusnya menjadi
dasar pengajuan impeachment pada pemerintah
Ideologi pengaturan kontrol negara VS
masyarakat/komunitarian dan hak individu VS
kesetaraan sosial
No. Pertanyaan
1 Setiap warga negara berhak untuk hidup sehat dan sejahtera, karena itu
adalah tugas pemerintah menjamin agar setiap anggota masyarakat hidup
layak.
6 Masyarakat miskin karena tidak memiliki cukup akses terhadap pendidikan,
kesehatan dan perekonomian
7 Negara berkewajiban memberdayakan masyarakat miskin untuk meningkatkan
akses masyarakat miskin terhadap pelayanan sosial, kesehatan dan
perekonomian yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara.
9 Negara menanggung beban ekonomi yang sangat berat karena hutang luar
negeri yang sangat besar, harga minyak dunia yang semakin melonjak tajam,
beban subsidi yang tinggi, angka pengangguran yang tinggi dan angka
kemiskinan yang tinggi sementara pertumbuhan ekonomi semakin sulit.
Adalah wajar jika pemerintah tidak bisa memberikan jaminan kesehatan
kepada seluruh masyarakat
Konstelasi Politik
“...Kubu di pemerintah terbagidua. Nomor satu kubu yang ditunjuk adalah Menkeu, sehingga bercerita tentangfiskal. Sedangkan objek yang akan diatur adalah menteriBUMN. Dua menteri ini tidakmungkin. Bertemu dengan Kubu Menteri BUMN, yang mengatakan bahwa Depkes jugamau mengelola Jamkesmas. Polisi juga mengatakan bisamengelola BPJS.
“... Kubu di DPR dan kubupemerintah. Kubu DPR setalahlama tahu, sebenarnya kalau maubilang ideologi, akhir-akhir initidak ada masalah. Dua kububerargumentasi, Perekatnyaadalah uang, di sini tidak ada uangsama sekali. “( Wawancara dengan N dari F-PD, Anggota Pansus RUU BPJS)
Tidak ada yang berani
secara eksplisit
menyatakan menolak
RUU ini. Jelas itu, tapi
memang jelas terlihat
kubu-kubu. Ada yang pro,
kontra, dan yang
ditengah-tengah. Partai
pemerintah, pemenang,
oposan dan
selainnya.”(Wawancara
dengan L dari F-PKS,
Anggota Pansus RUU
BPJSRabu, 28 September 2011
Nilai Pribadi, Partai, Politik,
Kebijakan “... alhamdulillah di pansus tdk
lagi mempermasalahkan
partai apa. Kami melepaskan
baju partai dan baju fraksi.
Kami berterimakasih kepada
Setgab, teman fraksi lain
bahkan ditekan oleh
pimpinan, mereka siap jika
PAW.
...” Terlalu kecil jika ini ditarik
menjadi kepentingan PDIP.
Sebenarnya persoalan yang
meluas bukan soal PDIP, tapi
soal tanggung jawab negara
(R dari F-PDIP),
“ kami ini, khususnya
Demokrat, tentu ada
arahan kebijakan,
pertimbangan kapasitas
fiskal, kemampuan negara.
Tetapi kami merasa,
kesehatan ini perlu. Ini
bagus, fungsinya begitu
bagus, menjadikan saya
termotivasi terus
menerus.”(wawancara
dengan N dari F-PD,)
Rabu, 28 September 2011
Nilai
“....Pemerintah menganggapno point di dalam UU SJSN ini; mudharatnya lebihbanyak daripadamanfaatnya. Bertanya padamenteri, menjawab no point. Bertanya kepadayang lebih tinggi darimenteri, kenapa bapaktidak lakukan ini? Jawabnya? Tidak ada orang yang mengerjakan. Artinya, pemerintah melihat bahwatiada point di sini.” (wawancara dengan N, F-PD, Ketua Pansus RUU BPJS)
“.... Di pansus ini walaupun
ada kecenderungan
mengikuti arahan partai,
tapi anggota pansus lebih
bisa membawa suara
pribadi tanpa ada arahan
khusus dr partai karena
kami merasa hal ini
memang perlu
diperjuangkan. “
(Wawancara dengan L dari
F-PKS, Anggota Pansus
RUU BPJS
Rabu, 28 September 2011
Personal Values
No. Pertanyaan
3 Saya mempunyai nilai-nilai keyakinan yang jelas dan menjadi dasar untuk
menentukan tujuan hidup sehingga membuat saya berjuang sungguh-sungguh
untuk mencapainya.
18 Eksistensi seorang manusia ditentukan oleh kekuasaannya.
19 Kekuasaan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
21 Kedudukan dan jabatan tak pernah didapat cuma-cuma melainkan harus
dikejar dan diperjuangkan dengan bersungguh-sungguh.
22 Jabatan dan kedudukan adalah kekuasaan yang harus dipertahankan, diperkuat
dengan segala cara untuk kelanggengannya.
OrganizationalValues
No Pertanyaan
8 Jabatan yang saya emban mengharuskan saya mendahulukan tujuan
atau arahan kebijakan partai tempat saya bekerja dibandingkan
dengan kepentingan masyarakat.
26 Nilai-nilai dan kebijakan partai selalu menjadi arahan bagi saya dalam
bersikap, termasuk dalam konteks penyusunan RUU BPJS ini.
29 Persetujuan atau penolakan terhadap RUU BPJS didasari oleh
pertimbangan peningkatan jumlah pemilih partai pada pemilu
mendatang
37 Saya tetap mendukung atau menolak UU BPJS meskipun tidak sesuai
dengan kebijakan partai saya.
Nilai Politik & Kebijakan:
No Pertanyaan
2 Dari masa ke masa selalu ada perbedaan kelas sosial ekonomi di
masyarakat, maka perbedaan adalah wajar dan harus diterima.
4 Banyak orang di masyarakat kita yang sibuk memikirkan diri atau
kelompoknya sendiri dan tidak begitu peduli dengan kepentingan
kebanyakan.
5 Hanya orang yang bekerja keras yang akan hidup cukup, kemiskinan
adalah bukti dari kemalasan.
14 Menerapkan prinsip bisnis dalam lembaga pemerintahan dan
menjalankannya seperti selayaknya entitas bisnis dapat meningkatkan
efisiensi dan kualitas pelayanan publik.
Kepentingan
Secara umum informan mengakui bahwa kepentingan baik itu kepentingan politik maupun ekonomi mempengaruhi proses pembahasan RUU BPJS di DPR RI.
“Ada satu menteri yang mengatakan bahwa konsep dariDPR ini seperti “menggorok” menteri. BUMN uangnya beginibanyak, kementerian perlu danamendadak untuk menyehatkanBUMN yang kecil. Jadi ada banyakkepentingan. pada saat yang sama. .Ada buruh-buruh yang tidak mauada BPJS., ada yang demo mendukung, ini semua soal kepentingan (N dari F-PD DPR RI, Ketua Pansus BPJS)
Pertarungan kepentingan bahkan
menjadi penyebab berlarut-
larutnya proses pembahasan
RUU BPJS.
“...Birokrasi harus direformasi,
tarik-menarik kepentingan
membuat proses ini berlarut-
larut. Ada perbedaan sudut
pandang antara pemerintah
dan legislative. Ada ketakutan
pada pihak yang BUMN yang
menangani jaminan kesehatan
askes, taspen, dll.”( L dari F-
PKS, Anggota Pansus RUU
BPJS)Rabu, 28 September 2011
Interest
No Pertanyaan
27 Dalam politik setiap individu tidak dapat terlepas dari kepentingan
pribadi dan kelompoknya.
30 Berlarut-larutnya penyusunan RUU BPJS terjadi karena perbedaan
kepentingan antara DPR, Pemerintah , dan kepentingan industri
termasuk farmasi dan badan penyelenggara perasuransian sebelumnya.
31 Dalam penyusunan undang-undang selalu ada benturan kepentingan,
jika terjadi kebuntuan (dead lock) harus diselesaikan dengan Lobby, dan
pendekatan persuasif serta langkah politis lainnya.
32 Biaya politik dalam penyusunan undang-undang lazim terjadi biasanya
diperoleh dari kelompok yang menginginkan atau tidak menginginkan
disusunnya sebuah undang-undang.
Preferences (Pilihan)Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa sebenarnya menyegerakan RUU BPJS pada akhirnya merupakan pilihan dari sisi policy maker.
“..... Dan banyak ketakutan-ketakutan yang sebenarnyabisa dijawab. Semakin dikajisemakin membuka jalanbahwa memang ini bisadilaksanakan. Misalnya hitung-hitungan tentang fiscal, sebenarnya ini tidak masalah, bisa. Hanya masalahnya mauatau tidak.”( L dari F-PKS, Anggota Pansus RUU BPJS)
“...Ini bukan sanggup tidak
sanggup, tapi soal political will,
bukan kebijakan charity tapi
pada kebijakan yang berbasis
konstitusi.”(R dari F-PDIP,
Anggota Pansus RUU BPJS)
“... Sebenarnya dalam
pembahasan UU BPJS ini,
anggota pansus bersepakat
dalam satu titik bahwa ini
memang harus
diperjuangkan. Ini menjadi
kesadaran dan kesepakatan
bersama, pada akhirnya ”( L
dari F-PKS, Anggota Pansus
RUU BPJS)Rabu, 28 September 2011
Peran Pressure Group Civil
Society Selain peran penting aspek ideologis pada elit dalam hal ini nilai,
kepentingan dan pilihan dalam proses penentapan kebijakan, ada faktor lain yang cukup berperan dalam proses pembahasan RUU BPJS ini, yakni peran kelompok penekan (pressure group) dalam kasus ini diwakili oleh gerakan ekstraparlementer atau fraksi balkon. Hal ini dikemukan oleh salah satu informan.
“... Saya analisa bagaimana ada BPJS, bagaimana buruh mendukungini, pada moment ini kita lihat konsensus yg terjadi tidak hanya diparlemen tapi juga di ektsra parlementer. Buruh berjuang tidakhanya untuk buruh tapi juga untuk rakyat. Ini suatu hal ygmengharukan sekali.” (wawancara dengan R dari F-PDIP, Anggota Pansus RUU BPJS)
“... Tdk ada UU yang dikawal 8 menteri, tidak ada UU lain yg dikawalpublik seperti ini, ada fraksi balkon. Dan itu bukan perjalanan yang gampang untuk membangun konsolidasi sperti itu.”(wawancara dengan R dari F-PDIP, Anggota Pansus RUU BPJS)
Rabu, 28 September 2011
Kesimpulan
Proses pembahasan RUU BPJS dipengaruhi oleh bagaimana ideologi termasuk nilai, kepentingan dan pilihan yang ada pada elit yang terlibat dalam pembahasan RUU BPJS ini.
Kejelasan ideologi sebagai dasar memandang relasi antara negara dan warganegara, pemerintah dan rakyat amat menentukan kebijakan jaminan sosial dalam berbagai bentuk dan aplikasinya. Kejelasan ideologi ini juga mempengaruhi komitmen politik pemerintah
Perbedaan nilai, kepentingan dan pilihan dapat mencapai titik temu, (resolusi dan konsensus) bila terdapat sebuah kepentingan umum yang berlaku universal
Civil society (active citizen) dan hadirnya gerakan LSM sebagai pressure group berperan penting dalam penetapan kebijakan untuk mengontrol terakomodasinya kepentingan rakyat banyak.
Komunikasi politik dan terbangunnya jaringan yang melibatkan bernagai pihak yang berkepentingan menjadi langkah penting dalam penetapan kebijakan .
Rabu, 28 September 2011
Daftar Referensi
Charlotte Bretherton and Geoffrey Ponton (ed), Global
Politics: An introduction (Cambridge, Massachussetts :
Blackwell Publishers, 1996
David E Apter, Introduction to Political Analysis, Prentice
Hall. Winthtop Publisher, Amerika Serikat. 1978:236-
James Anderson, Public Policy Making (2nd Edition) ( New York :
Holt, Renehart and Winston, 1969)
Theda Skocpol, Negara dan Revolusi Sosial : Suatu Analisis
Komparatif Tentang Perancis, Rusia, dan China (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 1991), hlm 25
RamlanSurbakti. Memahami Ilmu Politik. Gramedia,
Jakarta.1992:132-3.Rabu, 28 September 2011
top related