askep tuna rungu
Post on 09-Feb-2016
653 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Anak tunarungu (ATR) merupakan individu yang unik, pada umumnya memiliki
potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan demi tercapainya keseimbangan, keserasian
dan berintekrasi terhadap lingkungan, apakah itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Potensi tersebut akan dapat diarahkan dan dikembangkan
seoptimal mung-kin. Hal ini tentu sangat erat keterkaitannya dengan bahasa yang
digunakan .Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting di dalam berinteraksi
dengan orang lain. Selain itu, dengan bahasa manusia dapat mengemukakan pendapatnya dan
mengekspresikan perasaannya.
Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
alat-alat pendengaran. Anak dengan tuna rungu adalah anak yang mengalami kekurangan
atau kehlangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam
perkembangan bahasa (Suryanah, 1996).
Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa.
Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan
kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi sdengan orang lain secara lisan. Kehilangan
pendengaran pada seorang anak juga berpengaruh pada perkembangan kognitifnya, karena
anak tunarunggu mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang bersifat verbal
terutama konsep-konsep yang bersifat abstrak yang memerlukan penjelasan. Pemahaman
konsep dan proses pembentukan pengertian betapa pun sederhananya diperlukan
keterampilan berbahasa yang memadai sebab bahasa merupakan alat berfikir. Anak tuna
rungu mengalami kesulitan dalam berbahasa secara lisan, oleh karena itu anak tuna rungu
mengalami kesulitan dalam mengikuti program pendidikan.
1 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
Di dalam jurnal yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Metode Jari Magic terhadap
Hasil Belajar Siswa Tuna Rungu Kelas II SDLB-B Karya Mulia I Surabaya” dijelaskan salah
satu permasalahn pada anak tuna rungu yaitu minimnya pemahaman anak tuna rungu
terhadap materi pelajaran, termasuk pada mata pelajaran matematika mengenai operasi hitung
perkali karena kurang berfungsinya indera pendengaran. Sebagian siswa tunarungu
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal perkalian matematika, selain itu siswa
tunarungu yang mampu menyelesaikan soal perkalian merasa bosan dengan cara
penyelesaian yang lama.
Siswa tunarungu mengalami hambatan dalam memahami hal-hal yang bersifat abstrak
karena keterbatasan persepsi dengarnya. Hal ini yang menyebabkan siswa tunarungu
mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat abstrak. Diperkuat
oleh pendapat Soedjadi dalam Heruman (2010:1) bahwa beberapa karakteristik yang dimiliki
ilmu matematika yang perlu diketahui dan salah satunya adalah obyek yang dipelajari bersifat
abstrak.
Didalam jurnal ini peneliti mencoba mengajarkan terapi jari magic kepada anak tuna
rungu untuk membantu anak tuna rungu memahami pelajaran matematika, dimana jarimagic
ini memiliki kelebihan yang dapat membantu anak tuna rungu memahami soal perkalian.
Dimana kelebihan dari jari magic diajarkan pada siswa tunarungu dapat membuat siswa tuna
rungu merasa senang mengadakan kontak fisik dengan jari-jarinya sehingga siswa tidak
bosan untuk menyelesaikan soal perkalian. Selain itu, jarimagic diajarkan kepada siswa
dengan cara anak diajak belajar sambil bermain dengan menggunakan jari-jarinya sendiri
yang asyik dan menyenangkan. Sehingga itu dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa
untuk mempelajari perkalian.
Pernyataan tersebut bisa dibuktikan dengan peningkatan hasil tes yang telah
diberikan, dari hasil rekapitulasi pre tes dan post tes mengalami peningkatan pada saat pos tes
setelah diberikan intervensi. Dengan demikian terbukti bahwa metode jari magic merupakan
intervensi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar perkalian pada siswa tunarungu.
Selain memiliki kelebihan jarimagic juga memiliki kelemahan yaitu di dalam aspek
menghitung hasil menggunakan langkah-lamgkah jarimagic,ada beberapa siswa yang
mengalami kesulitan sehingga membutuhkan bantuan / instruksi. Sehingga dalam
2 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
menerapkan jarimagic ini di butuhkan bantuan dan motivasi lebih dari guru untuk melatih
secara berulang-ulang karena apabila tidak sering diulang-ulang siswa akan lupa sehingga
materi atau metode yang disampaikan dapat diterima dan diserap oleh siswa secara maksimal.
Proses memberikan terapi jari magic ini juga memiliki hambatan dalam penyerapan
dan pemahaman metode jarimagic diajarkan. Dimana hasil belajar merupakan prestasi belajar
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
perkalian dapat dilihat dari 2 faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor
dari luar diri siswa (ekstrenal).
Faktor dalam diri siswa meliputi intelegensi/ kecerdasan, minat dan bakat serta
motivasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa siswa belum bisa menyelesaikan soal perkalian
dengan cepat karena siswa belum terbiasa melakukan hitungan dengan cepat untuk
menyelesaikan soal-soal perkalian, maka dari itu siswa perlu diberi latihan-latihan soal
perkalian agar siswa terbiasa mengerjakan soal perkalian sehingga waktu pengerjaannya juga
bisa lebih cepat. Sedangkan faktor yang berasal dari luar siswa meliputi faktor
guru,metode,alat dan lingkungan. Dimana dibutuhkan guru, metode dan alat serta lingkungan
yang mendukung dan apabila itu tidak mendukung akan menjadi hambatan dalam meberikan
bantuan untuk melatih jarimagic ini.
Melihat masih terdapatnya kekurangan dan hambatan dalam pelaksanaan metode ini,
makan diperlukan perbaikan terhadap strategi pembelajarannya atau memberikan bantuan
atau bimbingan kepada siswa dalam bentuk remidial agar siswa mendapatkan layanan khusus
untuk memperbaiki hasil belajarnya. Selain itu, hal ini juga memberikan motivasi terhdap
siswa agar siswa merasa lebih bersemangat untuk belajar dan dapat berprestasi juga seperti
anak normal.
Dari latar belakang di atas maka penulis menganalisis tentang asuhan keperawatan
yang tepat terhadap anak dengan tuna rungu agar dapat meningkatkan kemampuannya dan
tidak mengalami gangguan psikologi sosial di tengah masyarakat.
3 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
BAB II
ANALISIS KEKUATAN DAN HAMBATAN PADA TUNA RUNGU
2.1 Kekuatan (Strength)
Berdasarkan jurnal penelitian di atas, maka kekuatan yang dimiliki oleh seorang
tunarungu adalah sebagai berikut :
a. Positive thinking (Berpikir positif)
Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat
pendengaran. Tunarungu tidak akan pernah mendengar pengaruh buruk di
masyarakat, baik dari interaksi social seperti cemoohan, gossip, kata-kata kasar
maupun dari pengaruh media televisi sehingga pemikirannya tidak akan
terkontaminasi. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh orang dengan
kecacatan (impairment) selain tunarungu. Selain itu, perawat akan lebih mudah
masuk ke dalam kehidupannya.
b. Diam dan Lebih Banyak Berpikir
Tunarungu memiliki keterbatasan kosa kata dikarenakan ketidakmampuan dalam
menerima stimulus bahasa sejak masa anak. Tunarungu akan cenderung diam.
Diam merupakan kesempatan yang besar baginya untuk berpikir. Sehingga,
sebagian besar waktunya akan dihabiskan untuk memberikan kesibukan diri seperti
belajar, membaca buku, browsing, dan sebagainya. Hal ini dapat mengasah otak
kirinya yang salah satunya adalah kemampuan matematika.
2.2 Hambatan
Hambatan yang dihadapi oleh seorang tunarungu adalah
a. Sulit berkomunikasi
Asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian sampai evaluasi. Meskipun saat
pengkajian dapat dilakukan dengan pendekatan data dari orang terdekat, seperti
orangtua, namun saat implementasi, perawat tetap berhadapan langsung dengan klien.
Solusi yang dapat dilakukan adalah pelatihan khusus bagi perawat agar mampu
4 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
berkomunikasi dengan tetap mempertahankan komunikasi teraupetik terhadap
tunarungu dan hal ini tidak semua perawat dapat lakukan.
3. Cara Mengatasi
a. Perawat yang melakukan intervensi adalah perawat yang telah mengikuti pelatihan
khusus komunikasi seperti bahasa isyarat dengan tuna rungu
b. Pendekatan yang bisa dilakukan saat melakukan proses keperawatan adalah
pendekatan orang terdekat klien. Misalnya ibu atau ayah atau sanak saudara lain.
5 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK TUNA RUNGU
2.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan anomaly kongenital, harapan
yang tidak terpenuhi
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan perlambatan dalam pemenuhan
tugas perkembangan danperilaku atau nilai sosial yang tidak diterima.
2.2 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan 1 :
Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan anomali congenital dan harapan
yang tidak terpenuhi.
NOC : Harga diri
Kriteria Hasil :
1. Mengungkapkan penerimaan diri
2. Komunikasi terbuka
3. Mengetahui kekuatan diri
4. Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri
NIC : Peningkatan harga diri
1. Pantau frekuensi pengungkapan diri yang negatif
2. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap
perkembangan konsep diri yang positif pada anak.
3. Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien.
4. Tekanan kekutan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien
5. Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam pencapain
tujuan
6. Bantu pasien mengidentifikasi dampak teman sebaya terhadp perasaan
penghargaan terhadap diri.
6 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
Diagnosa Keperawatan 2 :
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan perlambatan dalam pemenuhan
tugas perkembangan dan perilaku atau nilai sosial yang tidak diterima.
NOC : Keterlibatan Sosial
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga, anggota keluarga.
2. Memulai berhubungan dengan orang lain.
3. Mengembangkan hubungan satu sama lain.
4. Mengembangkan keteramplan sosial yang dapat mengurangi isolasi.
5. Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.
NIC : Peningkatan Sosialisasi
1. Dentifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan isolasi
sosial.
2. Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dan tujuan
yang sama.
3. Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan teman-teman untuk
berinteraksi.
4. Kurangi stigma isolasi dengan menghormati martabat pasien.
5. Berikan umpan balik tentang peningkatan dalam penampilan diri, atau aktivitas
lainnya.
6. Anjurkan sabar dalam membangun hubungan baru
7. Anjurkan menghargai hak orang lain.
8. Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik
berkomunikasi.
9. Kaji pola interaksi pasien dengan orang lain.
7 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
DAFTAR PUSTAKA
Suryanah.1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
8 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
LAMPIRAN
9 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
PENGARUH PENERAPAN METODE JARIMAGIC TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA TUNARUNGU KELAS III SDLB-B KARYA MULIA I SURABAYA
Maruli Andria Puspasari
Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
Lack of auditory functioning in students with hearing impairment caused delayed
language development and contributes to the understanding of hearing impairment children
on the subject matter, including the math multiplication on the count operation. Arithmetic
multiplication operation is as important as other arithmetic operations that children need to
learn in order to solve problems in daily life. In the completion of the count operation of
abstract multiplication for hearing impairment children need special methods that suitable
for the needs.
The purpose of this study was to determine the effect of the application of the method
fingermagic on multiplication learning outcomes of hearing impairment students in third
grade SDLB-B Karya Mulia I Surabaya.
Conclusion the ZH value = 2.08> 1.98, then the result can be concluded Ho is
rejected and Ha accepted or there is significant influence between the application of
fingermagic methods to multiplication learning outcomes of students with hearing
impairment SDLB-B Karya Mulia I Surabaya.
Keywords: fingermagic, learning outcomes, students with hearing impairment
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di Sekolah
Dasar. Banyak siswa yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang paling sulit.
Walau demikian matematika harus dipelajari karena matematika merupakan sarana untuk
memecahkan masalah berhitung dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam
bahasa,membaca dan menulis ( Abdurrahman dalam Bandi 2009:1).
Banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit
dan membosankan, namun di satu sisi beberapa siswa menilai bahwa matematika adalah mata
pelajaran yang asyik dan menantang. Ada beberapa faktor tertentu yang mendasari pemikiran
siswa terhadap mata pelajaran matematika. Pada umumnya siswa menyukai matematika
karena faktor pola pengajaran guru atau orang tua yang menyenangkan dan kreatif.
10 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
Sebaliknya, siswa tidak suka belajar matematika karena malas menghafal sehingga nilainya
menjadi jelek kemudian timbul trauma pada matematika. Selain itu kebanyakan para siswa
kurang menyukai proses yang sistematis,mereka lebih suka cara praktis. Salah satu yang
dipelajari dalam matematika yaitu operasi hitung. Operasi hitung yang dimaksud yaitu
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Yang diteliti dalam penelitian ini
adalah operasi hitung perkalian.
Perkalian merupakan operasi dasar berhitung utama yang harus dipelajari oleh siswa
setelah mereka mempelajari operasi penambahan dan pengurangan. Perkalian adalah
penjumlahan berulang dengan angka yang sama. Operasi perkalian yang terdapat pada mata
pelajaran matematika pada sekolah dasar, termasuk di sekolah luar biasa untuk siswa
tunarungu yang kurang memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Hal ini ditegaskan pula oleh
Runtukahu yang menyebutkan bahwa operasi perkalian sama dengan operasi hitung lainnya
yang perlu dipelajari agar anak dapat memecahkan masalah berhitung dalam kehidupan nyata
(1996:109). Dilihat dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat pada objek
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang
abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas
materi yang diberikan guru. Hal ini diperkuat oleh Ruseffendi yang menyatakan bahwa dalam
menyelesaikan soal perkalian sebelum sampai pada angka-angka (model simbol) diperagakan
dulu model kongkrit atau model gambarnya,baru kemudian di ubah dalam simbol (1990 : 38).
Tujuannya yaitu agar siswa dapat memahami kalimat matematika yang ditulis dengan simbol
tersebut.
Menurut Somantri (2007:93) mengatakan bahwa tunarungu diartikan sebagai suatu
keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai rangsangan dengar. Kurang berfungsinya indera pendengaran yang dialami anak
tunarungu merupakan faktor utama minimnya pemahaman anak tuna rungu terhadap materi
pelajaran, termasuk pada mata pelajaran matematika mengenai operasi hitung perkalian.
Sebagian siswa tunarungu mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal perkalian
matematika, selain itu siswa tunarungu yang mampu menyelesaikan soal perkalian mereka
bosan dengan cara penyelesaian yang lama.
Siswa tunarungu mengalami hambatan dalam memahami hal-hal yang bersifat abstrak
karena keterbatasan persepsi dengarnya. Hal ini yang menyebabkan siswa tunarungu
mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat abstrak. Diperkuat
oleh pendapat Soedjadi dalam Heruman (2010:1) bahwa beberapa karakteristik yang dimiliki
ilmu matematika yang perlu diketahui dan salah satunya adalah obyek yang dipelajari bersifat
11 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
abstrak. Pembelajaran matematika yang baik adalah dimulai dari hal yang konkret menuju
yang abstrak (konkret, semikonkret, semi abstrak,abstrak).
Jarimagic diajarkan pada siswa tunarungu agar anak merasa senang mengadakan
kontak fisik dengan jari-jarinya, dimana jarimagic merupakan teknik berhitung yang
menyenangkan karena sifatnya yang teratur, sistematis, logis serta dinamis. Maksud
jarimagic diajarkan kepada siswa yaitu anak diajak belajar sambil bermain dengan
menggunakan jari-jarinya sendiri yang asyik dan menyenangkan.
Dengan hambatan yang dialami siswa tunarungu dalam memahami hal yang bersifat
abstrak,yang dalam hal ini perkalian matematika, serta pemahaman tentang materi yang
diberikan dalam kegiatan belajar mengajar maka secara tidak langsung akan mempengaruhi
hasil belajar anak tunarungu. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dalam penguasaan
materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian yang berkarakter. Pembelajaran yang berkarakter dalam hal ini misalnya siswa
mau mencoba mengerjakan soal ke depan, siswa gigih dalam mengerjakan soal yang
diberikan guru, serta teliti dalam menyelesaikan soal perkalian.
Bila dilihat secara fisik, siswa tunarungu tidak berbeda dengan siswa normal lainnya.
Mereka tidak memiliki masalah dalam menulis dan melihat,bedanya yaitu pada
perkembangan bahasanya. Bahasa matematika tidaklah sama dengan bahasa konvensional.
Sifat bahasanya praktis dan mudah dipahami. Hal itulah yang menjadikan peneliti yakin
bahwa jarimagic mudah dipahami dan praktis. Siswa normal dapat menyerap informasi yang
didengarnya, sedangkan siswa tunarungu kesulitan menyerap informasi yang didapat dari
lingkungannya karena hambatan pada pendengarannya. Anak menyerap segala yang
didengarnya dan segala sesuatu yang didengarnya itu merupakan suatu latihan berpikir,
dalam penelitian ini dengan bahasa matematika akan melatih siswa untuk berfikir praktis.
Akan tetapi, hal tersebut tidak dialami oleh siswa tunarungu maka peneliti memasukkan
bahasa matematika dalam operasi hitung. Di samping itu, bahasa merupakan kunci masuknya
berbagai ilmu pengetahuan sehingga keterbatasan dalam kemampuan berbahasa menghambat
siswa tunarungu untuk memahami berbagai pengetahuan lainnya.
Dari hasil pengamatan data lapangan di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya melalui
observasi, ditemukan bahwa hasil belajar yang diperoleh dalam mata pelajaran matematika
dalam hal perkalian masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat melihat rata-rata nilai
ulangan harian matematika dengan materi perkalian kelas III yaitu 66,sedangkan batas
minimum yang ditentukan sekolah 70. Dalam pembelajaran siswa dalam menyelesaikan
perkalian matematika masih menggunakan penjumlahan beruntun sehingga memerlukan
12 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
waktu yang lama dalam penyelesaian soal perkalian. Mereka kurang mampu menerima dan
memahami konsep dari materi pembelajaran tanpa adanya metode pembelajaran khusus.
Metode jarimagic belum diterapkan di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya khususnya dibidang
mata pelajaran matematika,sebelumnya pernah menggunakan metode jarimatika namun
belum mendapatkan hasil yang memuaskan karena materi yang diberikan langsung pada
perkalian diatas bilangan 6 dan posisi jari berubah-ubah sehingga siswa cepat lupa.
Berdasarkan teori dan fakta dilapangan maka perlu dilakukan penelitian ulang dan
mengembangkan penemuan-penemuan yang sudah ada,maka peneliti akan melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Metode Jarimagic Terhadap Hasil Belajar Perkalian
Siswa Tunarungu Kelas III SDLB-B Karya Mulia I Surabaya”.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang digunakan
berupa angka matematis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen,
khususnya jenis penelitian pra-eksperimen. Dalam rancangan pra eksperimen berupaya
untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat hanya dengan cara melibatkan satu kelompok
subyek. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain “one group pre test post test
design”. Yakni sebuah penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok tanpa
menggunakan kelompok control atau pembanding. Satu kelompok akan diberi pre test,
intervensi dan post test dengan waktu yang ditentukan. Menurut Arikunto (2006 : 85), desain
penelitian one group Pre-test adalah 01 – X - 02. Tes yang dilakukan intervensi (01) disebut
pre-test, tes yang dilakukan sesudah intervensi (02) disebut post-test. Perbedaan antara (01)
dan (02) yaitu 01 – 02 diasumsikan sebagai efek dari eksperimen yang dilakukan atau
pemberian treatment.Menurut Arikunto, (2006 : 85) rancangan one group pretest posttest
design dengangambaransebagai berikut
Prosedurnya O1 = pre tes untuk mengukur hasil prestasi belajar sebelum subyek
`menggunakan metode jarimagic dalam penyelesaian soal perkalian matematika. X =
intervensi atau pemberian perlakuan menggunakan metode jarimagic untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam penyelesaian soal perkalian matematika O2 = post tes untuk
13 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
O1 X O2
Pre-test Perlakuan Pos-test
mengukur hasil prestasi belajar setelah subyek menggunakan metode jarimagic dalam
penyelesaian soal perkalian matematika
Adapun lokasi dalam penelitian ini yakni SDLB-B Karya Mulia 1 Surabaya. Sampel
penelitian yang diambil yakni 6 siswa tunarungu kelas III SDLB-B Karya Mulia 1 Surabaya.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampel yang artinya
sampel dipilih berdasarkan maksud dan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh metode
jarimagic terhadap peningkatan hasil belajar perkalian pada siswa kelas III SDLB-B Karya
Mulia I Surabaya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Metode
tes,dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar anak
sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi. Tes yang digunakan ada dua
yaitu pre-test untuk mengetahui hasil belajar perkalian siswa tunarungu sebelun diberikan
intervensi dengan menggunakan metode jarimagic. Kemudian post-test untuk mengetahui
hasil belajar perkalian anak tunarungu setelah diberikan intervensi dengan menggunakan
metode jarimagic. (2) Metode observasi,observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai
metode pendukung dalam memperoleh informasi demi kekakuratan data. Peneliti. Tujuan
menggunakan observasi yakni untuk mendapatkan data aktual mengenai pelaksanaan metode
jarimagic melalui lembar pengamatan.
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah analisis data statistik non parametrik dengan data kuantitatif dan jumlah sampel
penelitinya kecil yaitu n = 6. Maka rumus yang digunakan adalah “Uji Tanda” (Sign Test).
Pada tahap awal dilakukan pre tes hasil belajar perkalian siswa tuna rungu kelas III sebelum
diberikan intervensi menggunakan metode jarimagic. Berikut hasil rekapitulasi nilai pre tes :
14 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
Nama
Bentuk Soal Total
Skor
Nilai
I II III
AL 5 15 0 20 40
AF 4 20 0 24 48
FA 5 10 0 15 30
PT 6 15 0 21 42
VT 5 10 0 15 30
YZ 6 15 0 21 42
Pada tahap akhir setelah pemberian intervensi dilakukan post tes hasil belajar
perkalian siswa tunarungu kelas III menggunakan metode jarimagic. Berikut hasil
rekapitulasi nilai post tes
Nama
Bentuk Soal Total
Skor
Nilai
I II III
AL 9 20 9 38 76
AF 10 20 11 41 82
FA 7 20 11 38 76
PT 8 15 21 44 88
VT 10 15 10 35 70
YZ 9 20 13 42 84
Setelah didapatkan hasil nilai pre test dan post test, kemudian direkapitulasi dalam
tabel kerja untuk mengetahui perubahan nilai dan perubahan tanda yang terjadi setelah
pemberian intervensi menggunakan metode jarimagic. Tabel kerja perubahan nilai sebagai
berikut :
No. Nama
Nilai Perubahan Tanda
Pre tes (X) Post tes (Y)
1. AL 40 76 +
2. AF 48 82 +
3. FA 30 76 +
4. PT 42 88 +
5. VT 30 70 +
6. YZ 42 84 +
Rata-rata 38,67 79,33 X = 6
Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
positif yang signifikan terhadap hasil belajar perkalian siswa tunarungu kelas III di SDLB-B
Karya Mulia I Surabaya melalui metode jarimagic. Pernyataan tersebut bisa dibuktikan
dengan peningkatan hasil tes yang telah diberikan, dari hasil rekapitulasi pre tes dan post tes
mengalami peningkatan pada saat pos tes setelah diberikan intervensi. Dengan demikian
15 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
terbukti bahwa metode jarimagic merupakan intervensi yang tepat untuk mengoptimalkan
hasil belajar perkalian pada siswa tunarungu.
Dari hasil pengamatan psikomotor siswa dalam menggunakan metode jarimagic
dalam menyelesaikan soal perkalian,dapat dilihat pada pertemuan I,III,V dan VII pada aspek
ketepatan menentukan posisi jari mendapat nilai C presentase sebesar 100% artinya seluruh
siswa masih memerlukan bantuan guru. Sedangkan pada pertemuan ke II,IV,VI dan VIII
berubah mendapat nilai B dengan presentase 100% artinya seluruh siswa sudah mampu
menentukan posisi jari tanpa bantuan guru.
Untuk aspek ketepatan dalam menghitung hasil perkalian pada pertemuan I
didapatkan nilai K dengan presentase 100% artinya seluruh siswa tidak dapat menghitung
hasil dengan bantuan guru. Namun pada pertemuan ke II nilai B dan C sama-sama mendapat
presentase 50% yang artinya sebagian siswa mampu menghitung hasil perkalian tanpa
bantuan guru dan sebagian measih memerlukan bantuan guru. Pertemuan ke III nilai C dan K
memndapatkan presentase sama yaitu 50% yang artinya sebagian siswa masih mampu
menghitung hasil dengan bantuan guru dan sisanya tidak mampu menghitung hasil perkalian.
Pertemuan ke IV prensentase nilai B lebih besar daripada nilai C yaitu 60% dibanding 40%
artinya banyak siswa yang mampu menghitunghasil perkalian dengan bantuan guru. Pada
pertemuan ke V banyak siswa yang masih kesusahan dalam menghitung hasil perkalian, ini
dibuktikan dengan nilai K memperoleh presentase 60% daripada nilai C. Pada pertemuan ke
VI terjadi peningkatan, ini dibuktikan dengan sebanyak 60% siswa mendapat nilai B.
Pertemuan ke VII nilai K dan C sama-sama mendapat presentase 50% yang artinya sebagian
siswa masih memerlukan bantuan guru dan sebagian lagi tidak dapat menghitung hasil
perkalian dengan bantuan guru sekalipun. Dan pada pertemuan ke VIII meningkat, nilai B
dan C sama-sama mendapat presentase 50%.
Analisa data pada hasil pengamatan pelaksanaan metode jarimagic dalam aspek
menentukan posisi jari sesuai dengan formasi jari dalam jarimagic menunjukkan bahwa siswa
tidak mengalami kesulitan dalam aspek tersebut. Namun dalam aspek menghitung hasil
menggunakan langkah-lamgkah jarimagic,ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan
sehingga membutuhkan bantuan / instruksi. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa siswa
mengalami kesulitan menghitung hasil dalam materi perkalian jari 16-20. Hal ini terjadi
karena siswa tunarungu belum paham dengan konsep perkalian jari 16-20. Dalam materi
perkalian jari 16-20 tersebut dalam hal rumusan perkalian hampir sama dengan dengan materi
perkalian jari 11-15, namun yang membedakan adalah simbolnya sehingga hasil perkalian
yang diperoleh belum tepat. Seperti yang dikemukakan oleh Hariwijaya (2009:19) agar mahir
16 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
matematika, selain diberikan pemahaman tentang simbol yang berkaitan dengan matematika
anak dianjurkan diajari juga konsep perubahan saat menghitung. Dalam hal ini siswa
tunarungu perlu pemahaman konsep adanya perubahan simbol tambah (+) dan simbol kurang
(-) dalam penyelesaian hasil perkalian jari 16-20. Sehingga ketika menyelesaikan hasil hitung
perkalian menggunakan metode jarimagic siswa salah menghitung hasilnya.
Hasil belajar merupakan prestasi belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar perkalian dapat dilihat dari 2 faktor yaitu
faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (ekstrenal). Faktor dalam
diri siswa meliputi intelegensi/ kecerdasa,minat dan bakat serta motivasi. Hasil penelitian
ditemukan bahwa siswa belum bisa menyelesaikan soal perkalian dengan cepat karena siswa
belum terbiasa melakukan hitungan dengan cepat untuk menyelesaikan soal-soal perkalian,
maka dari itu siswa perlu diberi latihan-latihan soal perkalian agar siswa terbiasa
mengerjakan soal perkalian sehingga waktu pengerjaannya juga bisa lebih cepat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sudjana (2001:2) bahwa hasil belajar tidak hanya menilai bagaimana
kemampuan siswa setelah menempuh pengalaman belajarnya tetapi juga sebagai umpan balik
sebagai upaya memperbaiki proses belajarnya. Misalnya memperbaiki strategi
pembelajarannya atau memberikan bantuan atau bimbingan kepada siswa dalam bentuk
remidial agar siswa mendapatkan layanan khusus untuk memperbaiki hasil belajarnya.
Selain itu dalam penelitian ini ditemukan ada satu siswa yang memang kurang aktif
dalam pembelajaran namun dalam penyelesaian soal perkalian mendapat nilai yang bagus.
Hal ini disebabkan siswa tersebut memang memiliki intelegensi yang tinggi diantara siswa-
siswa yang lain,namun memiliki sifat pendiam sehingg dalam proses pembelajaran kurang
aktif.
Faktor yang berasal dari luar siswa meliputi faktor guru,metode,alat dan lingkungan.
Jarimagic merupakan metode hitung dengan menggunakan bantuan jari untuk menyelesaikan
soal perkalian. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Prasetyo (2009:39) bahwa tanpa alat
hitung kita juga dapat berhitung secara cepat dengan bantuan jari tangan,asalkan kita
mengetahui dasar dan metode berhitung menggunakan jari. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa metode berhitung dengan bantuan jari yang disebut jarimagic dapat
membantu siswa dalam menyelesaikan soal perkalian. Dengan memahami bentuk formasi jari
dan langkah-langkah penyelesaian dalam metode jarimagic maka siswa akan merasa senang
dan mudah belajar perkalian. Faktor luar lainnya seperti latihan yang berulang-ulang juga
merupakan salah satu pendukung keberhasilan suatu materi atau metode yang disampaikan
oleh guru agar dapat diterima dan diserap siswa secara maksimal.
17 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
PENUTUP
Dari hasil penelitian tentang pengaruh metode jarimagic terhadap hasil belajar
perkalian siswa tunarungu kelas III SDLB-B Karya Mulia I Surabaya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut : (1) Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan
teknik analisis statistik non parametrik dengan rumus uji tanda diperoleh ZH = 2,08
sedangkan Ztabel = 1,96. Sehingga ZH > Ztabel , hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh antara
variabel X dan variabel Y. Dengan demikian membuktikan bahwa metode jarimagic
berpengaruh terhadap hasil belajar perkalian pada siswa tunarungu kelas III di SDLB-B
Karya Mulia I Surabaya. (2) Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada dua sisi yaitu pre tes
dan pos tes, diperoleh rekapitulasi data hasil penilaian mengalami peningkatan. Dari
perhitungan pre tes dan pos tes diperoleh tanda positif (+) sebanyak 6 sehingga X=6
menunjukkan bahwa setiap subyek mengalami peningakatan yang positif terhadap hasil
penilaian pos tes. Hal ini membuktikan bahwa ada peningkatan hasil belajar perkalian pada
siswa tunarungu kelas III di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya melalui metode jarimagic.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode jarimagic dapat
meningkatkan hasil belajar perkalian siswa tunarungu kelas III di SDLB-B Karya Mulia I
Surabaya, untuk itu disarankan kepada (1) Guru,sebaiknya menggunakan metode jarimagic
sebagai salah satu metode berhitung alternatif dalam menyelesaikan soal perkalian. (2)
Orang tua, sebaiknya metode jarimagic digunakan sebagai salah satu metode berhitung
alternatif khususnya perkalian pada anak untuk diterapkan di rumah. (3) Mahasiswa, hasil
penelitian ini merupakan dasar dari penelitian yang telah ada untuk dilanjutkan sebagai
pijakan atau sebagai salah satu bahan rujukan dalam sebuah penelitian lanjut baik tentang
peningkatan hasil belajar matematika maupun metode jarimagic.
DAFTAR PUSTAKA
Ariesta, W.D.2010. Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Cepat Melalui Metode
Jarimagic Pada Siswa Kelas IV SDN Kesamben Blitar. Malang : Skripsi Sarjana
Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah UNM. tidak ditertbitkan
Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung :
Rineka Cipta
Auliya, M. Fajar.2009. Jarimagic Berhitung Dahsyat Dengan Jari Jarimagic Penjumlahan
dan Pengurangan. Yogyakarta : Pustaka Widyatama
18 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
Auliya, M. Fajar.2009. Jarimagic Berhitung Dahsyat Dengan Jari Jarimagic Perkalian dan
Pembagian. Yogyakarta : Pustaka Widyatama
Delphie, Bandi.2009. Matematika Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Sleman : KTSP
Delphie, Bandi.2009. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan
Inklusi, Sleman : KTSP
Hariwijaya.2009. Meningkatkan Kecerdasan Matematika. Yogyakarta : Tugu
Heruman.2010. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung : Rosda
Jihad, Asep dan Abdul Haris.2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Press
Kurikulum Pendidikan Luarbiasa. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-
B. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Lutfiana, W.D.2010. Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Cepat Melalui Metode
Jarimagic Pada Siswa Kelas IV SDN Kesamben Blitar. Malang : Skripsi Sarjana
Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah UNM. Tidak diterbitkan
Rasvianty, V.2009. Penerapan Polamatika Pada Operasi Perkalian Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Tunarungu. Bandung : Skripsi. Tidak diterbitkan
Riyanto, Yatim.2007. Metode Penelitian dan Penilaian Pendidikan Kualitatif dan
Kuantitatif. Surabaya : Unesa University Press
Rochyadi, Endang.2005. Pengembangan Program Pembelajaran Individu Bagi Anak
Tunagrahita. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Non Parametrik Edisi 2. Yogyakarta : BPFE
Somantri, Sutjihati.2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama
Sudjana, Nana.2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Sudjana, Nana.2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo
Sunaryo.2007. Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi
Susilowati, Ina.2009. Penggunaan Math Trick Pada Operasi Perkalian Untuk Meningkatkan
Kemampuan Hitung Anak Tunarungu. Bandung : Skripsi PLB UPI. Tidak diterbitkan
Wahyudi, Ari, 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan Luar Biasa. Surabaya : Unesa
University Perss.
19 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
20 | P S I K U N S R I P A L E M B A N G
top related