tuna rungu wicara

25
TUNA RUNGU WICARA I. PENDAHULUAN Kenyataan dalam kehidupan di masyarakat membuktikan bahwa anak-anak yang berkelainan tidak selalu mempunyai perumusan kategori-kategori yang tepat. Mereka dengan gangguan pendengaran, pengelihatan, mental, dan sosial prilaku yang dialami menyebabkan masing-masing memiliki perbedaan-perbedaan individual yang memerlukan layanan kebutuhan khusus yang spesifik pula. Layanan tersebut menjadi sangat esensial terutama bagi anak-anak yang memiliki jenis kelainan kategori berat (yang memiliki lebih dari satu jenis kelainan). Anak-anak semacam ini atau disebut tuna ganda lebih heterogen dibandingkan dengan anak-anak yang hanya mengalami satu jenis kelainan dalam hal layanan kebutuhan khusus yang dibutuhkan, termasuk pendidikannya. 1 Manusia memiliki tiga sifat penting sifat atau tritunggal yaitu mampu mendengar, mampu berfikir sebagai manusia, dan mampu bercakap-cakap. Ketiga fungsi itu mempunyai hubungan yang sangat erat. Fungsi pendengaran tergolong yang paling tua dan mempengaruhi fungsi berfikir, sedangkan fungsi berfikir itu sendiri melatih dan mempergunakan fungsi berbicara sebagai alat untuk 1

Upload: fadel-bilondatu

Post on 30-Jun-2015

2.956 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUNA RUNGU WICARA

TUNA RUNGU WICARA

I. PENDAHULUAN

Kenyataan dalam kehidupan di masyarakat membuktikan

bahwa anak-anak yang berkelainan tidak selalu mempunyai perumusan kategori-

kategori yang tepat. Mereka dengan gangguan pendengaran, pengelihatan, mental,

dan sosial prilaku yang dialami menyebabkan masing-masing memiliki perbedaan-

perbedaan individual yang memerlukan layanan kebutuhan khusus yang spesifik pula.

Layanan tersebut menjadi sangat esensial terutama bagi anak-anak yang memiliki

jenis kelainan kategori berat (yang memiliki lebih dari satu jenis kelainan). Anak-

anak semacam ini atau disebut tuna ganda lebih heterogen dibandingkan dengan

anak-anak yang hanya mengalami satu jenis kelainan dalam hal layanan kebutuhan

khusus yang dibutuhkan, termasuk pendidikannya.1

Manusia memiliki tiga sifat penting sifat atau tritunggal yaitu mampu

mendengar, mampu berfikir sebagai manusia, dan mampu bercakap-cakap. Ketiga

fungsi itu mempunyai hubungan yang sangat erat. Fungsi pendengaran tergolong

yang paling tua dan mempengaruhi fungsi berfikir, sedangkan fungsi berfikir itu

sendiri melatih dan mempergunakan fungsi berbicara sebagai alat untuk menyatakan

kepada dunia luar apa yang tersembunyi dalam alam pikirannya.2

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting

dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran

yang ringan atau parsial saja dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk berbicara

dan memahami bahasa. Bagi anak-anak, pendengaran dan kemampuan berbahasa

adalah alat yang sangat penting untuk belajar, bermain dan membangun kemampuan

sosial. Anak belajar untuk berkomunikasi dengan meniru suara yang mereka dengar.

Jika mereka memiliki gangguan pendengaran yang tidak diketahui sebelumnya dan

tidak ditangani, informasi untuk perkembangan bahasa dari lingkungan mereka akan

1

Page 2: TUNA RUNGU WICARA

terbuang sia-sia. Hal ini akan mengakibatkan lambatnya perkembangan kemampuan

verbal serta menimbulkan masalah soaial dan akademik. 3,4

Penanganan yang paling efektif untuk mengatasi masalah pendengaran dan

bahasa diperoleh melalui intervensi dini. Bayi dengan gangguan pendengaran yang

tak terdeteksi hingga umur 6 bulan akan mengalami perlambatan perkembangan

bicara dan bahasa. Intervensi sebelum umur tersebut akan dapat membantu anak yang

terganggu pendengarannya untuk dapat berkembang dengan normal dalam hal

bahasa. Diagnosis dini dan pemberian program pendidikan khusus lebih awal dapat

membantu memaksimalkan pendenran anak.3,4

Tuna rungu wicara biasanya terjadi yang diawali dengan tuna rungu

(gangguan pendengaran) pada awal anak tersebut lahir, baik dapatan ataupun

kongenital. Selanjutnya tuna rungu ini, anak dengan tuna rungu ini disertai dengan

gangguan keterbelakangan mental, gangguan emosional, gangguan bahasa atau bicara

(tuna wicara). Gangguan pendengaran dibedakan antara tuli sebagian (hearing

impaired) dan tuli total (deaf). Tuli sebagian (hearing impaired) adalah keadaan

fungsi pendengaran berkurang namun masih dapat dimanfaatkan untuk

berkomunikasi dengan atau tanpa bantuan alat bantu dengar, sedangkan tuli total

(deaf) adalah keadaan fungsi pendengaran yang sedemikian terganggunya sehingga

tidak dapat berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan bunyi (amplikasi).5

Data Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian

mengungkapkan di negara maju, angka tuli kongenital atau tuli yang dibawa sejak

lahir berkisar antara 0,1 - 0,3 % kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia berdasarkan

survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan di tujuh Provinsi pada tahun 1994

- 1996 tercatat sebesar 0,1 %. Tuli kongenital di Indonesia diperkirakan sebanyak

214.100 orang dari jumlah penduduk sebesar 214.100.000 juta (Profil Kesehatan

2005). Jumlah ini akan bertambah setiap tahun dengan adanya pertambahan

penduduk akibat tingginya angka kelahiran sebesar 0,22 persen. Di lain pihak, Badan

2

Page 3: TUNA RUNGU WICARA

Kesehatan Dunia WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 38.000 anak tuli lahir di

Asia Tenggara. 6

II. DEFINISI

Menurut sejarah, istilah bisu-tuli digunakan untuk mengidentifikasi seseorang

yang tuli dan tidak dapat berbicara. Dulu, istilah bisu-tuli diterima secara social untuk

menggambarkan orang-orang yang menggunakan bahasa isyarat. Namun saat ini

istilah bisu-tuli lebih bermakna konotasi. Istilah bisu-tuli pertama kali di disebutkan

dalam Kode Hammurabi, sebuah undang-undang hokum timur pada tahun 1700 SM.

Selanjutnya, istilah bisu tuli digunakan untuk merujuk pada orang-orang tuli yang

tidak dapat berbicara.7 Di Indonesia, bisu-tuli diperhalus dengan “Tuna Rungu

Wicara”

Menurut Aristoteles, orang yang bisu dan tuli adalah orang yang tidak dapat

mendengar juga tidak dapat mengajar, belajat dan berfikir sebagaimana seseorang

yang normal. Menurutnya, jika seseorang tidak dapat berbicara maka orang tersebut

juga tidak mampu membangun kemampuan kognitifnya. Beberapa tahun selanjutnya

terjadi perubahan bahwa seseorang yang menderita ketulian tidak berarti dia tidak

mampu berkomunikasi sama sekali. Mereka menggunakan bahasa isyarat, membaca

gerak bibir dan berbagai cara lain untuk tetap berkomunikasi dengan yang lainnya.8

Defenisi penyandang tuna rungu wicara menurut dinas Sosial adalah

seseorang yang tidak dapat mendengar dan berbicara dengan baik sehingga menjadi

hambatan dalam melakukan kegiatan sehari – hari secara layak / wajar dengan

kriteria :9

1. Tidak dapat mendengar atau memahami perkataan yang disampaikan pada

jarak 1 meter tanpa alat bantu dengar.

2. Tidak dapat bicara sama sekali atau berbicara tidak jelas ( pembicaraannya

tidak dapat dimengerti ).

3. Mengalami hambatan atau kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

3

Page 4: TUNA RUNGU WICARA

III. ANATOMI TELINGA

Gambar 1 Anatomi Telinga Secara Umum

Dikutip dari kepustakaan 10

Secara anatomi telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan

telinga dalam.5

1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri daun telinga (aurikula) dan liang telinga (meatus

akustikus eksternus) sampai membrane timpani. Aurikula terdiri dari kulit dan

tulang rawan elastin yang dilindungi oleh perikondrium. Meatus akustikus

eksternus (MAE) berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga

luar, sedangkan pada dua pertiga bagian dalam terdiri dari tulang. Panjangnya kira-

kira 2,5-3 cm. MAE pada anak lebih pendek dan lurus sehingga membrane timpani

lebih mudah diperiksa tanpa menggunakan spekulum. Pada sepertiga kulit telinga

terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut.

Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian

dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.5

2. Telinga Tengah

4

Page 5: TUNA RUNGU WICARA

Telinga tengah berbentuk kubus (kotak). Dinding posteriornya lebih luas

daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut berbentuk baji dengan batas-

batas sebagai berikut :5

Batas luar : membrane timpani

Batas depan : tuba eustachius

Batas bawah : vena jugularis

Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas : tegmen timpani

Batas dalam : kanalis semisirkularis horizontalis,kanalis fasialis, tingkap

lonjong, tingkap bundar dan promontorium

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosessus

longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan

inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang

menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.5

3. Telinga Dalam

Terdiri dari koklea yang berupa 2,5 lingkaran dan vestibuler yang terdiri

dari 3 buah kanalis semisirkularis. Puncak koklea disebut helikotrema, yang

merupakan pertemuan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Pada irisan

melintang koklea tampak skala vestibule disebelah atas, skala timpani di sebelah

bawah dan skala media diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi

perilimfa dan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibule disebut membran

Reissner sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membrane

ini terdapat organ corti.5

5

Page 6: TUNA RUNGU WICARA

Gambar 2 Koklea

Dikutip dari kepustakaan 11

IV. FISIOLOGI PENDENGARAN DAN BICARA

Suara sebagai gelombang getaran akan diterima oleh membrana tympani dan

getaran ini akan diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, dan

stapes) di rongga telinga tengah. Selanjutnya akan diterima oleh "oval window" dan

diteruskan ke rongga cochlea serta dikeluarkan lagi melalui "round window". Rongga

cochlea terbagi oleh dua sera menjadi tiga ruangan, yaitu scala vestibuli, scala

tympani dan scala perilimfe dan endolimfe. Antara scala tympani dan scala medial

terdapat membran basilaris, sel-sel rambut dan serabut afferen dan efferen nervus

cochlearis. Getaran suara tadi akan menggerakkan membrana basilaris, dimana nada

tinggi diterima di bagian basal dan nada rendah diterima di bagian apeks. Akibat

gerakan membrana basilaris maka akan menggerakkan sel-sel rambut dan terjadi

perubahan dari energi mekanik ke chemoelectrical potensial dan akan dibawa oleh

serabut afferen nervus cochlearis ke inti dorsal dan ventral. Kemudian menginhibisi

input, bagian kontralateral bersifat mengeksitasi input. Tetapi ada juga yang langsung

ke nukleus lemniskus lateral. Dari kompleks olivari superior serabutnya berjalan ke

nukleus lemniskus lateralis dan sebagaian langsung ke colliculus inferior. Serabut-

seravut ini membentuk lemniskus lateralis. Dari colliculus inferior serabutnya

berlanjut lagi ke corpus genikulatum mediale (CGM) sebagai brachium colliculus

inferior. Dari CGM ini serabutnya berjalan ke korteks serebri di area acustikus (area

Broadmann, 41,42) dan disadari sebagai rangsang pendengaran.5,12

Proses perkembangan bicara melibatkan banyak fungsi khusus yang

terintegrasi. Diperoleh fungsi pendengaran untuk menerima informasi dari luar,

6

Page 7: TUNA RUNGU WICARA

fungsi saraf perifer untuk penghantaran, saraf pusat untuk pengolahan informasi,

fungsi luhur, komponen motorik serta otot-otot yang kesemuanya bekerja dengan

baik. Yang bertanggung jawab untuk kemampuan berbicara adalah daerah broca

yang terletak di lobus frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah korteks dan

mengontrol otot-otot penting untuk artikulasi. Sedangkan daerah yang bertanggung

jawab untuk pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan adalah daerah wernicke

bertanggung jawab untuk memformulasikan pola pembicaraan koheren yang

disalurkan melalui seberkas serat ke daerah brocca yang kemudian mengontrol

artikulasi pembicaraan. Daerah wernicke menerima masukan dari korteks auditorius

di lobus temporalis yang merupakan suatu jalur yang penting untuk memahami

bahasa lisan.13

Urutan proses yang terlibat sewaktu mendengar dan berbicara adalah sebagai

berikut :14

1. Sinyal bunyi mula-mula diterima oleh area auditorik primer yang natinya

akan menjadikan sinyal tadi dalam bentu kata-kata.

2. Kata-kata lalu diinterpretasikan di area wernicke.

3. Penentuan buah pikiran dan kata-kata yang akan diucapkan juga terjadi di

dalam area wernicke.

4. Penjalaran sinyal-sinyal dari area wernicke ke area broca melalui fasikulus

arkuatus.

5. Aktivitasi program keterampilan motorik yang terdapat di area broca untuk

mengatur pembentukan kata.

6. Penjalaran sinyal yang sesuai ke korteks motorik untuk mengatur otot-otot

bicara.

V. ETIOPATOGENESIS

7

Page 8: TUNA RUNGU WICARA

Tuna rungu wicara merupakan akibat gangguan pendengaran pada anak,

sedangkan gangguan pendengaran pada anak dibedakan menjadi penyebab pada masa

prenatal, perinatal dan postnatal.5

1. Masa Prenatal

a. Genetik Herediter, bila salah satu dari orang tua menderita jenis ketulian

yang bersifat dominan, kemungkinan 50% dari anak-anak akan tuli. Hal ini

terdapat pada 10% dari semua jenis ketulian yang bersifat herediter,

sedangkan 90% lainnya bersifat resesif. Pada sindrom Waardenburg (tuli

herediter) kedua iris warnanya berbeda (heterokrimia iridum), jarak kedua

mata lebih lebar akibat lipatan kulit epikantus yang lebih jelas dan terdapat

sekelompok rambut putih di bagian muka dari kepala. Sindrom Tietz,

merupakan tuli herediter dengan fenilketonuria, biasanya disertai retardasi

mental.15

b. Non Genetik seperti gangguan/kelainan pada masa kehamilan, kelainan

struktur anatomi dan kekurangan zat gizi ( misalnya defesiensi Jodium).5

Kehamilan trimester I merupakan periode penting karena infeksi bakteri

maupun virus akan berakibat terjadinya ketulian. Infeksi yang sering mempengaruhi

pendengaran antara lain adalah infeksi TORCHS (Toksoplasmosis, Rubella,

Cytomegalovirus, Herpes, dan Sifilis), campak dan gondong. Beberapa jenis obat

ototoksik dan teratogenik seperti salisilat, kina, gentamycin, streptomycin, dan lain-

lain, juga mempunyai potensi menyebabkan terjadinya gangguan proses

pembentukan organ dan sel rambut pada rumah siput (koklea). Malformasi struktur

anatomi yang dikenal sebagai penyebab ketulian antara lain adalah atresia liang

telinga dan aplasia koklea.5

2. Masa Perinatal

8

Page 9: TUNA RUNGU WICARA

Penyebab ketulian pada saat lahir antara lain lahir prematur, berat

badan kurang dari 1500 gram, tindakan dengan alat pada saat proses kelahiran

(ekstraksi vakum, forcep), dan bayi kuning (hiperbilirubinemia), bayi yang lahir

tidak langsung menangis (asfiksia), dan hipoksia otak (nilai Apgar kurang dari 5

pada 5 menit pertama. Biasanya jenis ketulian yang terjadi akibat faktor prenatal

dan perinatal ini adalah tuli syaraf dengan derajat ketulian umumnya berat atau

sangat berat terjadi pada kedua telinga (bilateral).5

3. Masa Postnatal

Adanya infeksi bacterial/viral seperti rubella, campak, parotis, infeksi otak

(meningitis, ensefalitis), perdarahan pada telinga tengah, trauma temporal dapat

menyebabkan tuli syaraf atau tuli konduktif.5

VI. GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS

Menurut Am Joint Comintte of infant Hearing Statement (1994) menetapkan

bayi yang berisiko tinggi terhadap ketulian antara lain oleh :16

1. Terdapat riwayat keluarga dengan tuli.

2. Adanya infeksi Torchs (Toxoplasma Rubella Cytomegalo Herpes simplex

Siphilis) terutama pada trisemester pertama.

3. Berat badan lahir rendah < 1500 gram.

4. Hiperbilirubinemia ( bayi kuning).

5. Asfiksia berat (apgar skore 0 – 4 pada menit pertama, 0 – 6 pada menit

kelima.

6. Pemakaian obat ototoksik (obat yang dapat merusak system pendengaran).

7. Penggunaan alat bantu pernafasan mekanik (ventilator) biasanya dirawat di

ICU> 5 hari.

8. Terdapat sindrom yang berhubungan dengan tuli kongenital.

9

Page 10: TUNA RUNGU WICARA

9. Terdapat kelainan yang terdapat pada kepala leher.

10. Meningitis bakterialis (infeksi selaput otak).

Gangguan pendengaran pada anak dan bayi, umumnya diketahui

keluarganya sebagai pasien yang terlambat bicara (delayed speech) , perhatian yang

kurang atau reaksi sedikit sekali terhadap rangsangan suara. Cukup sulit mendeteksi

dini ketulian pada bayi karena semua bayi mengeluarkan suara primitive yang sama.

Tetapi bayi yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran,

perlu diadakan skrining untuk mendeteksi dini ketulian. Anak yang tuna rungu

wicara, biasanya memiliki emosional yang tinggi.5,15

Perkembangan bicara erat kaitannya dengan tahap perkembangan mendengar

pada bayi, sehingga adanya gangguan pendengaran perlu dicurigai bila: 6

Usia 12 bulan: belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi.

Usia 18 bulan: tidak dapat menyebut satu kata yang mempunyai arti.

Usia 24 bulan: perbendaharaan kata kurang dari 10 kata.

Usia 30 bulan: belum dapat merangkai dua kata

Tahap-tahap perkembangan perlu diketahui oleh orang tua, jika terdapat

tanda-tanda yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan tersebut, maka anak

kemungkinan mengalami gangguan pendengaran. Tahap-tahap perkembangan anak

yang berhubungan dengan fungsi pendengaran dan bicara :4

a. 0-4 bulan :

1. Terbangun atau kaget jika mendengar suara yang keras

2. Terkejut jika berada di suasana yang rebut

10

Page 11: TUNA RUNGU WICARA

3. Tenang jika mendengar suara yang dikenalinya

4. Tersenyum ketika mendengar suara orang tuanya

b. 4-9 bulan :

1. Menolehkan mata kea rah sumber suara ketika mendengar suara yang

dikenalinya.

2. Tersenyum ketika ada yang mengajaknya bicara

3. Member perhatian pada mainan yang bersuara

4. Cara menangis yang berbeda untuk permintaan yang berbeda

5. Mempu mengoceh

6. Mengerti kata-kata sederhana seperti da-da dengan melambaikan tangan

c. 9-15 bulan

1. Mampu mengeluarkan bermacam-macam suara yang berbeda (mengoceh)

2. Merespon ketika namanya dipanggil

3. Mengucapkan “ma-ma” atau “da-da”

4. Memahami permintaan sederhana

5. Mengulangi beberapa suara yang diucapkan orang lain

6. Menggunakan suaranya sendiri untuk menarik perhatian

d. 15-24 bulan

11

Page 12: TUNA RUNGU WICARA

1. Menunjuk objek yang disebutkan

2. Memperhatikan cerita, lagu atau irama music lainnya

3. Menggunakan beberapa kata yang berbeda

4. Mengikuti perintah sederhana

5. Menunjuk pada bagian tubuh saat seseorang memintanya

6. Memberi nama pada objek yang umum

7. Menyebut 2 atau lebih kata secara bersama-sama

Bertumbuhnya bayi menjadi balita, maka tanda-tanda gangguan pendengaran

pada anak adalah sebagai berikut :4

1. Sedikit atau bahkan tidak berbicara

2. Sulit belajar

3. Selalu memperbesar volume TV

4. Gagal merespon percakapan atau menjawab pertanyaan dengan bahasa

yang benar.

VII. PEMERIKSAAN PENDENGARAN

Karena tuli berat sejak lahir mempunyai dampak luas dalam

perkembangan berbicara berbahasa, gangguan kognitif, perilaku, sosial-emosional

dan kesempatan kerja. Negara bagian Montana di AS merekomendasikan tentang

program 1-3-6 untuk deteksi dan intevensi dini yaitu screening dilakukan sampai

umur satu bulan, diagnosis dilakukan sebelum tiga bulan dan intervensi dilakukan

pada umur enam bulan. Program ini disebut juga Early Hearing Detection and

12

Page 13: TUNA RUNGU WICARA

Intervention (EHDI). Pada prinsipnya pemeriksaan pendengaran pada bayi harus

dilakukan sedini mungkin. 17

Walaupun ketulian yang dialami seseorang bayi/anak ringan, dalam

perkembangan selanjutnya akan mempengaruhi kemampuan berbicara dan berbahasa.

Dalam keadaan normal, seorang bayi telah memiliki kesiapan berkomunikasi yang

efektif pada usia 18 bulan, berarti saat tersebut merupakan pariode kritis untuk

mengetahui adanya gangguan pendengaran. Pendapat lain mengatakan bahwa dalam

proses belajar berbicara masa yang paling penting berlangsung antara 2-3 tahun.15

Teknik pemeriksaan pendengaran pada bayi atau anak, yaitu :

a. Free Field Test

Pemeriksaan ini dilakukan pada ruangan yang cukup tenang (bising

lingkungan tidak lebih dari 60 dB), idealnya pada ruang kedap suara. Sebagai

sumber bunyi sederhana dapat digunakan tepukan tangan, tambur, bola plastic

berisi pasir, remasan kertas minyak, bel, terompet, mainan yang mempunyai

frekuensi tinggi dll. Dinilai kemampuan anak dalam memberikan respon

terhadap sumber bunyi tersebut.5

b. Behavioral Obsevastion (0-6 Bulan)

Prinsip pemeriksaan ini adalah mengamati respon terhadap sumber bunyi

berupa perubahan sikap atau reflex yang terjadi pada bayi yang sedang

diperiksa. Bila tidak ada respon terhadap stimuli bunyi, pemeriksaan diulangi

sekali lagi. Kalau tetap tidak berhasil pemeriksaan ketiga dilakukan 1 minggu

kemudian. Seandainya tetap tidak ada respon, harus dilakukan pemeriksaan

audiologi lanjut yang lebih lengkap.5

c. Conditioned Test (2-4 tahun)

Sebelum pemeriksaan anak dilatih untuk melakukan suatu permaian dan

mendengar stimuli bunyi permaian tersebut. Setelah anak terbiasa, dilakukan

13

Page 14: TUNA RUNGU WICARA

pemeriksaan yang sebenarnya dengan menggunakan sumber bunyi tersebut

yang diketahui frekuensi dan intensitasnya.5

d. Audiometri Nada Murni

Pemeriksaan ini dilakukan pada anak yang berusia lebih dari 4 tahun.

Pemeriksaan ini menggunakan audiometric. Sumber suara berupa nada murni.

Pemeriksaan inidilakukan pada ruang kedap suara. Suara dengan intensitas

terendah dicatat pada audiogram.5

e. BERA (Brain Evoked Respone Audiometry)

Penggunaan BERA sangat objektif, penggunaan yang mudah, tidak invasive

dan dapat dilakuakn pada pasien koma sekalipun. Tes BERA ini menilai

fungsi pendengaran bayi anak yang tidak koperatif dan tidak dapat diperiksa

dengan cara konvensionil. Reaksi yang timbul sepanjang jaras-jaras saraf

pendengaran dapat dideteksi berdasarkan waktu yang dibutuhkan (satuan

milidetik) mulai dari saat pemberian impuls sampai sampai menimbulkan

reaksi dalam bentuk gelombang. 5

f. Ottoaucoustic Emissions (OAE)

Menilai fungsi koklea secara obyektif dan dapat dilakukan dalam waktu yang

sangat singkat. Sangat bermanfaat untuk program skrining pendengaran pada

bayi dan anak. Prinsip pemeriksaan ini adalah merekam suara yang terbentuk

pada telinga dalam. Suara dapat terdeteksi pada telinga yang dapat mendengar

dengan normal. Suara ini mencerminkan adanya struktur dan fungsi normal

yang dibutuhkan oleh telinga untuk mendengar. OAE dapat dilakukan dengan

cepat, tidak mahal dan mudah dilakukan dengan pelatihan ringan. Earphone

dipasang pada telinga bayi kemudian mesin akan mencatat stimulus yang

diberikan serta respon yang timbul. 5,18

VIII. PENATALAKSANAAN

14

Page 15: TUNA RUNGU WICARA

Setelah diketahui seorang anak menderita ketulian upaya habilitasi harus

dilakukan sedini mungkin. Usia kritis dalam proses belajar mendengar dan berbicara

adalah sekitas 2-3 tahun.5

Anak dengan tuli saraf berat harus segera memulai memakai alat bantu dengar

(ABD) yang sesuai. Alat ini paling banyak digunakan, biasanya dipasang di dalam

saluran telinga dengan sebuah penutup kedap udara atau sebuah selang kecil yang

terbuka.19

a. Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Badan

Digunakan pada penderita tuli dan merupakan alat bantu dengar yang paling kuat.

Alat ini disimpan dalam saku kemeja atau celana dan dihubungkan dengan sebuah

kabel ke alat yang dipasang di saluran telinga. Alat ini seringkali dipakai oleh bayi

dan anak-anak karena pemakaiannya lebih mudah dan tidak mudah rusak.

b. Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Belakang Telinga

Digunakan untuk penderita gangguan fungsi pendengaran sedang sampai berat.

Alat ini dipasang di belakang telinga dan relatif tidak terlihat oleh orang lain.

c. Alat Bantu Dengar Hantaran Tulang

Alat ini digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai alat bantu dengar

hantaran udara, misalnya penderita yang terlahir tanpa saluran telinga atau jika

dari telinganya keluar cairan (otore). Alat ini dipasang di kepala, biasanya di

belakang telinga dengan bantuan sebuah pita elastis. Suara dihantarkan melalui

tulang tengkorak ke telinga dalam. Beberapa alat bantu dengar hantaran tulang

bisa ditanamkan pada tulang di belakang telinga.

Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat

bilateral atau total bilateral yang tidak dapat mendengar meskipun telah

menggunakan alat bantu dengar. Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang

telinga dan terdiri dari 4 bagian: 19

Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar

15

Page 16: TUNA RUNGU WICARA

Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara

yang tertangkap oleh mikrofon.

Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi menerima sinyal

dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik.

Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan

mengirimnya ke otak.

Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi pendengaran

yang normal, tetapi bisa memberikan pemahaman auditoris kepada penderita tuli dan

membantu mereka dalam memahami percakapan. Implan koklea sangat berbeda

dengan alat bantu dengar. Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan

koklea menggantikan fungsi dari bagian telinga dalam yang mengalami kerusakan.

Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi gelombang listrik

oleh telinga dalam. Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak dan kita menerimanya

sebagai suara. Implan koklea bekerja dengan cara yang sama. Secara elektronik,

implan koklea menemukan bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.

Untk anak yang mengalami tuli berat sejak lahir, sebaiknya implan dipasang pada

usia 2 tahun.19

Sebelum dirujuk ke SLB, sebelumnya anak diperiksa oleh psikolog untuk

menilai tingkat intelejensinya, kemudian dilakukan proses habilitasi di SLB B, untuk

anak tuna rungu, jika disertai dengan retardasi mental, maka dirujuk ke SLB C.

Pendidikan khusus dapat dimulai pada usia 2 tahun. Proses habilitasi untuk anak tuna

rungu membutuhkan kerjasama antara berbagai disiplin, antara lain dokter spesialis

THT, audiologist, ahli terapi wicara, psikolog anak, guru khusus untuk tuna rungu

dan keluarga penderita.5

IX. PROGNOSIS

Screening sebaiknya dilakukan pada semua bayi baru lahir normal maupun

bayi lahir dengan resiko karena telah terbukti 50 persen dengan ketulian terjadi pada

bayi normal tanpa resiko. Yoshinaga-Itano pada tahun 1995 menemukan bahwa

16

Page 17: TUNA RUNGU WICARA

penemuan gangguan pendengaran dibawah enam bulan akan memberikan respon

yang sangat baik terhadap tumbuh kembang anak. Proses habilitasi untuk anak tuna

rungu yang telah dimulai sebelum usia 3 tahun hasilnya lebih baik dibandingkan

dengan sesudahnya.5,17

17