asfiksia perinatal

Post on 26-Dec-2015

51 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

asfiksia

TRANSCRIPT

ASFIKSIA PERINATAL / NEONATORUM PADA

PREEKLAMPSIA BERAT

PEMBIMBING : dr Christofel P, Sp.OG(K)FM 

DISUSUN OLEH : Marelno Zakanito

030.07.153Farida Apriani

030.07.089

Perubahan fisiologis terberat yang terjadi pada neonatus adalah

Latar Belakang

transisi dari sirkulasi janin atau plasenta

respirasi independen

Stress normal yang terjadi menyebabkan perubahan pola

◦ Pertukaran gas plasenta,

◦ Peseimbangan asam basa darah,

◦ Aktivitas kardiovaskular pada bayi.

Faktor–faktor yang mempengaruhi transisi normal ini atau yang meningkatkan asfiksia

◦ mempengaruhi penyesuaian janin terhadap kehidupan eu

Keadaan hipoksemia

AsidosisHiperkapnia

Kematian perinatal dianggap mencerminkan kesehatan ibu sebelum hamil yang meliputi ◦ Kesehatan ibu, ◦ Obstetrik, ◦ Perawatan bayi baru lahir.

Secara global, sekitar 5,9 juta kematian perinatal terjadi setiap tahun, ◦ dimana 3,2 juta bayi lahir mati (StillBirth) ◦ dan 2,7 juta kematian neonatal dini (Early

Neonatal Death/END). Angka tertinggi kematian perinatal di

negara-negara berkembang yang mencapai sekitar 98% dari semua kematian(4,5).

Tanzania seperti negara-negara Afrika Sub Sahara lainnya, memiliki angka kematian perinatal yang tinggi diperkirakan 69/1000 kelahiran pada tahun 2004.

Sebuah survei nasional baru-baru ini melaporkan kematian perinatal untuk kehamilan berlangsung tujuh bulan atau lebih menjadi 36/1000, berkisar antara 24/1000 dan 60/1000 di zona yang berbeda(3).

Dalam studi, perkiraan kematian perinatal di Tanzania bervariasi tergantung pada wilayah geografis, jenis studi, dan informasi yang dikumpulkan, sekitar 27-124 mati/1000 yang lahir(2)

Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intrinsik dengan ◦ Kesehatan ibu ◦ Perawatan yang diterima sebelum, selama dan

setelah melahirkan.

Asfiksia neonatorum dan trauma kelahiran pada umumnya disebabkan oleh ◦ Manajemen persalinan yang buruk ◦ Kurangnya akses ke pelayanan obstetri.

Bayi dapat berada pada fase antara apnue primer dan apnue sekunder. (xpf)

Seringkali keadaan yang membahayakan ini dimulai sebelum atau selama persalinan.

Respon pernapasan yang ditunjukkan akan dapat memperkirakan kapan mulai terjadi keadaan yang membahayakan itu.

ASFIKSIA NEONATORUM

Suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

Definisi

Sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen (hipoksia) dan tidak dapat mengeluarkan karbondioksida (hiperkapnu) ditubuhnya. (asidosis)

Secara global, sepertiga dari semua bayi lahir mati (1,2 juta) diperkirakan terjadi saat persalinan / melahirkan, sementara sepertiga dari semua kematian neonatal dini (0,9 juta) disebabkan oleh asfiksia.

Etiologi dan Faktor Resiko

Pada janin, kegagalan pernapasan disebabkan oleh beberapa hal◦ Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin,

diantaranya disebabkan oleh beberapa hal berikut : Gangguan aliran pada tali pusat, Adanya pengaruh obat, misalnya pada tindakan SC

yang menggunakan narkosa.

Pembagian penyebab kegagalan pernapasan menurut Dewi (2011) adalah sebagai berikut :

Faktor dari ibu selama hamil.◦ Gangguan his, misalnya karena atonia uteri yang

dapat menyebabkan hipertoni.◦ Adanya perdarahan pada plasenta previa

dan solusio placenta yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah secara mendadak.

◦ Vasikonstriksi arteria pada kasus hipertensi kehamilan dan pre eklampsia dan eklampsia

◦ Kasus solusio placenta yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas

Faktor risiko antepartum Faktor risiko intrapartum Faktor risiko janin

Primipara

Penyakit pada ibu:

Demam saat kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan

Anemia

Diabetes mellitus

Penyakit hati dan ginjal

Penyakit kolagen dan

pembuluh darah

Perdarahan antepartum

Riwayat kematian neonatus

sebelumnya

Penggunaan sedasi, anelgesi atau

anestesi

Malpresentasi

Partus lama

Persalinan yang sulit dan

traumatik

Mekoneum dalam ketuban

Ketuban pecah dini

Induksi Oksitosin

Prolaps tali pusat

Prematuritas BBLR Pertumbuhan

janin terhambat Kelainan

kongenital

Faktor risiko asfiksia neonatorum

Dari total bayi 1.958 yang lahir mati dan kematian neonatal dini di atas 500 g antara bulan Juli 2000 dan Oktober 2010 yang terdaftar di Medical Birth Registry dan registry neonatal di Kilimanjaro Christian Medical Centre (KCMC) di Tanzania Utara.

Kematian diklasifikasikan menurut klasifikasi kematian Neonatal dan Intrauterine menurut Etiologi (NICE).

Epidemiologi

Di daerah Afrika secara keseluruhan kematian perinatal adalah 57.7/1000 (1958 dari 33 929), 1219 (35.9/1000) yang mati saat dilahirkan dan 739 (21.8/1000) dari kematian neonatal dini.

Epidemiologi

Penyebab utama kematian perinatal adalah ◦ Asfiksia yang tidak jelas penyebabnya (n = 425,

12.5/1000), ◦ Komplikasi obstetrik (n = 303, 8.9/1000), ◦ Penyakit ibu (n = 287, 8.5/1000),

Epidemiologi

Persalinan macet / lama merupakan kondisi tersering (251/303, 82,8%) di antara komplikasi kebidanan.

Preeklampsia / eklampsia juga menjadi penyebab utama (253/287, 88,2%) di antara kondisi ibu.

Patofisiologi

Mekanisme yang terjadi pada bayi baru lahir mengalami gangguan di dalam kandungan atau pada masa perinatal

-Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. –Setelah periode awal pernapasan yang cepat maka periode selanjutnya disebut apnu primer

Rangsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan

pernapasan. Walaupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan melakukan beberapa usaha bernapas megap-megap dan kemudian terjadi apnu

sekunder,

Gambar 1. Perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah selama apnu

Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ vital seperti otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak.

Perubahan dan redistribusi aliran terjadi karena penurunan resistensi vaskular pembuluh darah otak dan jantung serta meningkatnya resistensi vaskular di perifer.

Komplikasi Pasca Hipoksia

Pada asfiksia neonatus, gangguan fungsi susunan saraf pusat hampir selalu disertai dengan gangguan fungsi beberapa organ lain (multiorgan failure).

  Sistem Pengaruh

Sistem Saraf Pusat Ensefalopati Hipoksik-Iskemik, infark, perdarahan intrakranial, kejang-kejang,

edema otak, hipotonia, hipertonia

Kardiovaskular Iskemia miokardium, kontraktilitas jelek, bising jantung, insufisiensi trikuspid,

hipotensi

Pulmonal Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, sindrom kegawatan pernafasan

Ginjal Nekrosis tubuler akut atau korteks

Adrenal Perdarahan adrenal

Saluran Cerna Perforasi, ulserasi, nekrosis

Metabolik Sekresi ADH yang tidak sesuai, hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia,

mioglobinuria

Kulit Nekrosis lemak subkutan

Hematologi DIC

Pengaruh Asfiksia

Anamnesis Pada anamnesis didapatkan

gangguan/ kesulitan bernapas waktu lahir dan lahir tidak bernafas/menangis.

Penegakan Diagnosis

Denyut jantung janin◦ Frekuensi normal adalah antara 120-160 denyut semenit,

selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Apabila frekuensi turun sampai bawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur. Hal itu merupakan tanda bahaya.

Mekanisme dalam air ketuban◦ Mekoneum dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pH darah janin◦ Darah ini diperiksa pH nya. Adanya asidosis

menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,1 hal ini dianggap sebagai tanda bahaya

◦ 1. Hipertensi Gestasional Didapatkan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg Untuk pertama

kalinya setelah umur kehamilan 20 minggu, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah kembali normal < 12 minggu pasca persalinan.

◦ 2. Preeklampsia Ringan

Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria ≥ 300mg/24 jam atau dipstick ≥ 1+

Berat Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg Setelah umur kehamilan 20

minggu, disertai dengan proteinuria > 2gr/24 jam atau dipstick ≥ 2+ sampai 4+

◦ 3. Eklampsia Kejang-kejang pada preeklampsia disertai koma

Berdasarkan pedoman pengelolaan hipertensi dalam kehamilan di Indonesia (2005):

◦ 4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia Timbulnya proteinuria ≥ 300mg/24 jam pada wanita

hamil yang sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu.

◦ 5. Hipertensi Kronik Ditemukannya tekanan darah ≥ 140/90 mmHg

sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang 12 minggu pasca persalinan.

Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami preeklampsia bila mempunyai faktor-faktor predisposisi sebagai berikut ◦ 1. Nulipara ◦ 2. Kehamilan ganda ◦ 3. Usia <20 atau >35 tahun ◦ 4. Riwayat preeklampsia-eklampsia pada kehamilan

sebelumnya ◦ 5. Riwayat dalam keluarga pernah menderita

preeklampsia-eklampsia ◦ 6. Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus

yang sudah ada sebelum kehamilan ◦ 7. Obesitas

Pada pemeriksaan fisis, skor apgar dipakai untuk menentukan derajat berat ringannya

Tabel 3. APGAR

Score Klinis

0 1 2

Warna Kulit

(Appearance)

Biru Pucat Tubuh merah,

ekstremitas biru

Merah seluruh

tubuh

Frekuensi

Jantung (Pulse)

Tidak Ada <100x/ menit >100x/menit

Rangsangan

Refleks

(Grimace)

Tidak Ada Gerakan sedikit Batuk/ Bersin

Tonus Otot

(Activity)

Lunglai Fleksi

ekstremitas

Gerakan aktif

Pernafasan

(Respiratory)

Tidak Ada Menangis lemah/

terdengar seperti

meringis atau

mendengkur

Menangis kuat

1. Skor APGAR 7-10 ( Vigorous Baby). Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

2. Skor APGAR 4-6 (Mild-moderate asphyxia) - Asfiksia sedang. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.

3. A. Asfiksia berat. Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

Prenatal/Dini ◦ Tanda-tanda gawat janin

pemeriksaan DJJ < 120 x/m atau >160 x/m ◦ gerak janin berkurang ◦ air ketuban bercampur mekoneum untuk bayi

presentasi kepala

Pemeriksaan Sejak Dini

Postnatal ◦ Bayi tidak bernafas atau menangis ◦ Pucat atau sianosis ◦ Denyut jantung kurang dari 100x/menit ◦ Tonus otot menurun ◦ Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur

mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi ◦ BBLR

Pemeriksaan Laboratorium ◦ CBC dan Apusan darah tepi :◦ Anemia Hemolitik Mikroangiopatik ◦ Trombositopenia <100.000◦ Hemokonsentrasi sering terdapat pada preeklampsia berat◦ Sistiosit pada Apusan darah tepi ◦ Tes Fungsi liver : Kadar enzim Transaminase yang meningkat ◦ Kadar serum kreatinin meningkat◦ Faktor Koagulasi yang abnormal : Peningkatan PT dan aPTT◦ Asam urat :

Hiperurisemia

Gambaran Radiologi CT-Scan Kepala Ultrasonografi Kardiotokografi

Pemeriksaan Penunjang

Asfiksia Tujuan : untuk mempertahankan kelangsungan

hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuele) Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa :◦ Faktor waktu (Makin lama bayi menderita asfiksia,

perubahan homeostasis yang timbul makin berat, resusitasi sulit + sekuele akan meningkat)

◦ Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki

◦ Riwayat kehamilan dan partus akan memeberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernapasan pada bayi baru lahir.

◦ Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik

Tatalaksana

Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat ialah :◦ Lingkungan yang baik pada bayi + saluran pernapasan

tetap bebas + merangsang timbulnya pernapasan◦ Memberikan bantuan pernapasan secara aktif pada bayi

yang menunjukkan usaha pernapasan lemah◦ Koreksi terhadap asidosis◦ Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik

Menilai bayi◦ Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejala yang

sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi◦ Menilai usaha bernapas◦ Frekuensi denyut jantung◦ Warna kulit

anti konvulsi anti hipertensi Diuretika Kardiotonika Antipiretika Antibiotika Anti nyeri

Obat-obatan

◦ Asfiksia ringan : tergantung pada kecepatan penatalaksanaan

◦ Asfiksia berat : dapat terjadi kematian atau kelainan saraf pada hari-hari pertama. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis permanen, misalnya serebral palsi atau retardasi mental

PROGNOSIS

Terima Kasih

top related