artikle zat kimia
Post on 29-Dec-2015
57 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ARTIKEL TENTANG BAHAN KIMIA BERCUN DAN
BAHAYA BAHAN KIMIA PADA KESEHATAN MANUSIA
DAN LINGKUNGAN
1. Zat-zat Kimia Beracun Yang Sering Dimakan Manusia
Sering tidak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi sehari-
hari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun, baik itu sebagai
pewarna, penyedap rasa dan dan bahan campuran lain. Za-zat kimia ini
berpengaruh terhadap tubuh kita dalam level sel, sehingga kebanyakan kita
akan mengetahui dampaknya dalam waktu yang lama.Dampak negatif yang
bisa terjadi adalah dapat memicu kanker, kelainan genetik, cacat bawaan
ketika lahir, dan lain-lain.Tidak ada cara untuk menghindar 100% dari bahan-
bahan kimia itu dalam kehidupan kita sehari-hari, yang perlu kita lakukan
adalah meminimalkan penggunaannya sehingga tidak melewati ambang batas
yang disarankan. Karena selain banyak tersedia di pasaran, bahan-bahan
tersebut juga harganya yang relatif sangat murah.Berikut adalah contoh bahan-
bahan yang bersifat racun yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari :
1.Sakarin Saccharin)
Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis, kira-kira
550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh karena itu ia sangat populer
dipakai sebagai bahan pengganti gula.Tikus-tikus percobaan yang diberi
makan 5% sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa
kandung kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang
dewasa seumur hidup).Sekalipun hasil penelitian ini masih kontroversial,
namun kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin
memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih pada manusia
kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum laki-laki.
Food and Drug Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk
membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan
obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.
2. Siklamat (Cyclamate)
Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-kira 30 kali lebih
mains dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat kira-kira 0,17%). Bilamana
kadar larutan dinaikkan sampai dengan 0,5%, maka akan terasa getir dan
pahit.Siklamat dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel leukosit
dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom sel-sel
tersebut pecah. Tetapi hewan percobaan yang diberi sikiamat dalam jangka
lama tidak menunjukkan pertumbuhan ganda.
Di Inggris penggunaan siklamat untuk makanan dan minuman sudah dilarang,
demikian pula di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
3. Nitrosamin
Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau sedikit semu
kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-butir atau bongkahan dan
tidak berbau. Garam ini sangat digemari, antara lain untuk mempertahankan
warna asli daging serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju,
kornet, dendeng, ham, dan lain-lain.Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya
kandungan sodium nitrit tidak melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan
pengawet daging dan pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150 – 500
ppm.
Sodium nitrit adalah precursor dari nitrosamines, dan nitrosammes sudah
dibuktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan. Oleh
karena itu, pemakaian sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh melampaui
500 ppm.Makanan bayi sama sekali dilarang mengandung sodium nitrit.
4. Zat Pewarna Sintetis
Dari hasil pengamatan di pasar-pasar ditemukan 5 zat pewarna sintetis yang
paling banyak digemari di Indonesia adalah warna merah, kuning, jingga,
hijau dan coklat. Dua dari lima zat pewarna tersebut, yaitu merah dan kuning
adalah Rhodamine-B dan metanil yellow. Kedua zat pewarna ini termasuk
golongan zat pewarna industri untuk mewarnai kertas, tekstil, cat, kulit dsb.
dan bukan untuk makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian kedua zat warna tersebut kepada tikus dan mencit
mengakibatkan limfoma.Selain itu, boraks, juga merupakan zat pewarna
favorit yang sering digunakan oleh produsen makanan
5. Monosodium Glutamat (MSG)
Monosodium glutamat (MSG) atau vetsin adalah penyedap masakan dan
sangat populer di kalangan para ibu rumahtangga, warung nasi dan rumah
makan. Hampir setiap jenis makanan masa kini dari mulai camilan untuk
anak-anak seperti chiki dan sejenisnya, mie bakso, masakan cina sampai
makanan tradisional sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan padang
sudah dibubuhi MSG atau vetsin.Pada hewaan percobaan, MSG dapat
menyebabkan degenerasi dan nekrosi sel-sel neuron, degenerasi dan nekrosis
sel-sel syaraf lapisan dalam retina, menyebabkan mutasi sel, mengakibatkan
kanker kolon dan hati, kanker ginjal, kanker otak dan merusak jaringan lemak.
Bahaya di Masa Mendatang
Dari beberapa contoh bahan kimia beracun yang sehari-hari dipergunakan
sebagai zat tambahan dalam makanan dan dipakai secara meluas di kalangan
masyarakat, maka bahaya dalam jangka panjang sudah dapat perkirakan.
Untuk mencegah hal ini, pemerintah harus sudah berani melakukan tindakan
preventif mulai sekarang dan jangan menunggu-nunggu kalau sudah ada
korban.
Hal lain yang perlu diingatkan, cara pemakaian MSG atau vetsin yang sudah
sangat meluas dan berlebihan pada saat ini perlu mendapat perhatian khusus,
karena MSG sangat mutagenik dan karsinogenik, khusus terhadap hati, kolon,
ginjal, otak dan lain-lain.
Zat Aditif MakananSekitar bulan Oktober 2007 ini, penulis dengan beberapa dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung telah melakukan suatu survei tentang tingkat pengetahuan masyarakat mengenai zat aditif (bahan tambahan) yang dikhususkan pada penggunaan zat aditif makanan/bahan tambahan pangan (BTP) di beberapa penduduk desa di Lampung Timur, Provinsi Lampung. Sebelum menginformasikan lebih lanjut beberapa hasil survei, penulis akan menginformasikan terlebih dahulu tentang apa itu zat aditif makanan.
Zat Aditif Makanan
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya.
Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada
umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.
Beberapa Contoh Zat Aditif
Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif :
Zat aditif Contoh Keterangan
Pewarna
Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)
Pewarna alami
Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll
Pewarna sintesis
PengawetNatrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit
Penyedap
Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar
Penyedap alami
Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
Penyedap sintesis
AntioksidanButil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol
Mencegah Ketengikan
PemutihHidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit
-
Pemanis bukan gula
Sakarin, Dulsin, SiklamatBaik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen
Pengatur keasaman
Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat
Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan
Anti GumpalAluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida
Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk
Penutup
Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwasanya telah dilakukan survei tentang tingkat pengetahuan masyarakat desa di Lampung Timur mengenai zat aditif. Dari hasil observasi yang penulis lakukan (diluar kesimpulan riset secara umum), diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat mengenai zat aditif sangat rendah sekali, walaupun terdapat kesadaran yang mumpuni dari masyarakat untuk menggunakan dosis zat aditif secukupnya. Tetapi kabar gembiranya adalah terdapat kecenderungan dari masyarakat desa (walaupun didominasi dengan latar pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD)) untuk tidak masa bodoh terhadap informasi-informasi mengenai zat aditif. Kabar ini merupakan peluang bagi para kimiawan untuk melakukan penyuluhan lebih intensif mengenai zat aditif kepada masyarakat di daerahnya masing-masing.
Bentuk-bentuk penyuluhan yang tepat guna dalam penyebarluasan informasi zat aditif ini dapatlah disesuaikan dengan sosio-kultural masyarakat setempat dan kemampuan dari team penyuluh. Sosio-kultural yang dimaksud disini adalah dengan mempertimbangkan latar pendidikan masyarakat, kehidupan sosial masyarakatnya, dan latar belakang dari pekerjaan penduduk. Diharapkan masyarakat akan dapat lebih cerdas dalam penggunaan dosis atau takaran dari penggunaan zat aditif dan dapat mengetahui zat-zat aditif mana saja yang dapat dikonsumsi dan zat mana saja yang berbahaya bagi manusia.
4 Bahan Kimia berbahaya dalam Makanan & Minuman Yang
Sering Dijumpai!!
Sebagai konsumen produk makanan atau minuman Kita harus teliti, jangan hanya tertarik dengan penampilan luar baik warna, bentuk, kekenyalan dsb. Jangan-jangan makanan atau minuman tersebut sudah ditambahi dengan bahan-bahan kimia berbahaya supaya menarik.
Karena produsen makanan tahu betul kelemahan konsumen yang sering tergoda dengan penampilan makanan, warna, bau dan rasa. Karenanya produsen makanan membuat makanan yang berwana cerah, bau yang dominan, dan rasa yang kuat.
Sebagai konsumen Kita harus lebih cerdas dari produsen makanan tsb. Dengan cara berhati-hati dalam memilih.
4 bahan kimia berbahaya yang dilarang antara lain:
1. Formalin
Bahan kimia yang biasanya digunakan untuk pembalseman (pengawetan mayat), pembasmi hama penyakit tanaman dalam pertanian’, dan untuk membasmi lalat, serta serangga lainnya. Oleh produsen makanan yang tidak bertanggung jawab digunakan sebagai bahan tambahan untuk pengawet: ikan asin, ikan basah, mie basah, tahu, ayam, buah-buahan dan lain-lainnya. Ciri-ciri produk berformalin
diantaranya:
Warnanya bersifat cerah Meskipun sudah lama disimpan, produk ini tidak akan cepat busuk (lebih
awet) Formalin pada ikan asin menyebabkan ikan asin tidak berbau khas ikan
asin dan struktur tubunya tidak mudah hancur Tidak dihinggapi lalat meskipun diletakkan ditempat terbuka.
Pada mie basah, tahu, ikan basah, formalin menimbulkan aroma menyengat, karena pengaruh formalin pada bahan makanan tersebut.
2. Boraks
Merupakan senyawa kimia yang berbahaya yang biasanya digunakan untuk bahan pembuat deterjen, mengurangi kesadahan air, dan bersifat antiseftic. Boraks
biasanya dijumpai dalam : kerupuk, mie basah, bakso, dan lain-lain.
3. Metanyl Yellow (Pewarna Kuning)
Metanyl Yellow adalah zat pewarna sintetis yang biasanya untuk perwna tekstil dan zat. Metahnyl Yellow biasanya dijumpai dalam : kerupuk, tahu, mie, pisang
goring, ubi goring dan pangan jajanan lain yang berwarna kuning
4. Rhodamin B (Pewarna Merah)
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas. Rhodamin biasa ditemui pada : kerupuk, es puter, es sirop dan lain-lainnya.
Bahan Kimia KorosifPosted on June 25, 2011
Pada dasarnya, korosif adalah peristiwa terkikisnya suatu zat oleh zat lain yang merupakan rangkaian dari reaksi oksidasi reduksi, dimana zat yang termakan sebagai reduktor dan zat korosif sebagai oksidator.
Kalau masalah batas pH dari suatu asam lemah yang tidak korosif, tergantung pada zat/unsut yang ditetesi oleh asam tersebut. ada zat yang memerlukan pH yang rendah untuk dapat terjadi peristiwa korosi, adap pula zat yang dapat berkorosi dengan pH yang tidak terlalu asam.
Bahan kimia korosif jika bersentuhan dengan kulit dapat menimbulkan kerusakan berupa rangsangan atau iritasi dan peradangan. Oleh karena itu, bahan korosif biasa dikatakan pula sebagai bahan iritan. Selain kulit, bagian tubuh yang lembab atau berlendir seperti mata dan saluran pernapasan merupakan bagian yang rawan. Bahan korosif dapat dikelompokkan berdasarkan wujudnya: cair, padat dan gas (Hala, dkk., 2005).
Bahan Korosif Cair
Dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi langsung dengan kulit, proses pelarutan (denaturasi) protein pada kulit akibat gangguan keseimbangan membran dan tekanan osmosis pada kulit. Pengaruhnya akan bergantung pada konsentrasi dan lamanya kontak dengan kulit. Asam sulfat pekat dapat menimbulkan luka yang sulit untuk dipulihkan.
Contoh bahan korosif yang berwujud cair:
Asam mineral: asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam fosfat, asam florida
Asam organik: asam formiat, asam asetat, asam monokloro asetat Pelarut organik : petroleum, hidrokarbon tetraklorinasi, karbondisulfida,
terpentin
Bahan Korosif Padat
Sifat korosif dan panas yang ditimbulkan akibat proses pelarutan adalah penyebab iritasi yang sangat tergantung pada kelarutan zat pada kulit yang lembab. Contoh zat korosif yang berwujud padat adalah :
Basa: NaOH, KOH, Natrium silikat, asam karbonat, CaO, CaC2, Ca(CN)2
Asam: trikloroasetat Lain-lain: fenol, natrium, kalsium, fosfat, perak, nitrat
Bahan Korosif Gas
Bentuk gas paling berbahaya dibandingkan dengan bahan padat atau cair, karena bahan gas akan menyerang saluran pernapasan yang ditentukan oleh kelarutan gas dalam permukaan saluran yang lembab atau berlendir. Jenis iritan dapat
digolongkan pada kecilnya kelarutan yang juga menetukan daerah serangan pada alat pernapasan sebagai berikut:
Kelarutan tinggi, dengan daerah serangan pada bagian atas saluran pernapasan: amoniak, HCl, HF, formaldehid, asam asetat, sulfur klorida, tionil klorida, sulfuril klorida
Kelarutan sedang, efek pada saluran pernapasan bagian atas dan lebih dalam (bronchin) : belerang oksida, klorin, arsen tri klorida, fosforpentaklorida
Lain-lain, efek iritasi oleh mekanisme bukan pelarutan: akrolein, dikloroetil sulfida, dikloro metil eter, dimetil sulfat, kloro pikrin
KEPMENAKER 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN
KIMIA BERBAHAYA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I.
NO.KEP. 187/MEN/1999
TENTANG
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA
MENTERI TENAGA KERJA R.I.
1. Menimbang a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,
mengedarkan, mengangkut dan mempergunakan bahan-
bahan kimia berbahaya akan terus meningkat sejalan
dengan perkembangan pembangunan sehingga berpotensi
untuk menimbulkan bahaya besar bagi industri, tenaga
kerja, lingkungan maupun sumber daya lainnya.
b. bahwa untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, akibat penggunaan Kahan kimia berbahaya di tempat
kerja maka perlu diatur pengendaliannya.
c. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep. 612 / Men /
1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah tidak sesuai
lagimaka perlu disempurnakan.
d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Mengingat 1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Lembaran Negara tahun 1970 No.1,
Tambahan Lembaran Negara No. 2918).
2. Keputusan Presiden No. 122 / M tahun 1998 tentang Pembentukan
Kabinet Reformasi Pembangunan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02 / Men / 1980
2 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/Men/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04 / Men / 1995 tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK
INDONESIA TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA
BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar
kuantitas bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan
kimia di tempat kerja.
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan
bahan kimia berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja
dan lingkungan .
d. Lethal Dose 50 (LD 50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada
50%
binatang percobaan.
e. Lethal Concentration 50 (LC 50) adalah konsentrasi yang menyebabkan
3
kematian pada 50% binatang percobaan.
f. Pengusaha adalah :
1. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri.
2. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
3. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu
kegiatan kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
h. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada tempat kerja dengan
menerima
upah.
i. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang
seri
ng dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya.
j. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian
khusus dan luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
k. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian
khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menaker sebagaimana dimaksud
dalam pasal I ayat 4 UU No. 1 tahun 1970.
m. Menteri adalah Menteri yang membidangi ketenagakerjaan.
Pasal 2
Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi
dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan
bahan
kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat
kerja.
Pasal 3
Pengendalian berbahaya kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2
meliputi :
a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. /PT
BAB II
PENYEDIAAN DAN PENYAMPAIAN LEMBAR DATA
KESELAMATAN BAHAN DAN LABEL
Pasal 4
(1) Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
huruf a
meliputi keterangan tentang :
a. identitas bahan dan perusahaan.
b. komposisi bahan.
c. identifikasi bahaya.
d. tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
e. tindakan penanggulangan kebakaran.
f. tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
g. penyimpanan dan penanganan bahan.
h. pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.
i. sifat fisika dan kimia.
j. stabilitas dan reaktifitas bahan.
k. informasi toksikologi.
5
l. informasi ekologi.
m. pembuangan limbah.
n. pengangkutan bahan.
o. informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
p. informasi lain yang diperlukan.
(2) Rincian isi lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
seperti tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
Pasal 5
Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi keterangan
mengenai:
a. nama produk.
b. identifikasi bahaya.
c. tanda bahaya dan artinya.
d. uraian resiko dan penanggulangannya.
e. tindakan pencegahan.
f. instruksi dalam hal terkena atau terpapar.
g. instruksi kebakaran.
h. instruksi tumpahan atau bocoran.
i. instruksi pengisian dan penyimpanan.
j. referensi.
k. nama, alamat dan no. telepon pabrik pembuat dan atau distributor.
Pasal 6
Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan
Label
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diletakkan ditempat yang mudah
diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.
BAB III
PENETAPAN POTENSI BAHAYA INSTALASI
Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama, Sifat dan
Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja dengan mengisi formulir
sesuai contoh seperti tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri ini
kepada Kantor Departemen /Dinas Tenaga Kerja setempat dan tembusannya
disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.
Pasal 8
(2) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2)
Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat menetapkan kategori
potensi bahaya perusahaan atau industri yang bersangkutan.
(3) Potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. bahaya besar.
b. bahaya menengah
(4) Kategori potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan
Nama, Kriteria serta Nilai Ambang Kuantitas (NAK) Bahan Kimia Berbahaya
di tempat kerja.
Pasal 9
Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3)
terdiri
dari :
a. bahan beracun.
7
b. bahan sangat beracun.
c. cairan mudah terbakar.
d. cairan sangat mudah terbakar.
e. gas mudah terbakar.
f. bahan mudah meledak.
g. bahan reaktif.
h. bahan oksidator.
Pasal 10
(1) Bahan kimia termasuk kriteria bahan beracun atau sangat beracun
sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf a dan b, ditetapkan dengan memperhatikan
sifat
kimia, fisika dan toksik.
(2). Sifat kimia, fisika dan toksik, bahan kimia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1),
ditetapkan sebagai berikut :
a. bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD 50 > 25 atau < 200
mg/kg berat badan atau Kulit : LD 50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan
atau
Pernafasan : LC 50 > 0,5 mg/1 dan < 2 mg/l.
b. bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD 50 25
mg/kg berat badan atau Kulit : LD 50 50 mg/kg berat badan, atau
pernafasan : LC 50 0,5 mg/1.
Pasal 11
(1). Bahan kimia termasuk kriteria cairan sangat mudah terbakar, cairan
sangat mudah
terbakar dan gas mudah terbakar, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf c,
d, dan e ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia dan fisika.
8
(2). Sifat fisika dan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sebagai
berikut:
a. cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala > 21OC dan < 55 OC pada
tekanan
1 (satu) atmosfir.
b. cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21OC dan titik didih >
20OC pada tekanan 1 (satu) atmosfir.
c. gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20 OC pada tekanan 1 (satu)
atmosfir.
Pasal 12
(1) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria mudah meledak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf f apabila reaksi kimia bahan tersebut
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi,
sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
(2) Bahan kimia termasuk kriteria reaktif sebagaimana dimaksud dalam pasal
9
huruf g apabila bahan tersebut:
a. bereaksi dengan air mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar,
atau
b. bereaksi dengan asam mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau beracun atau korosif.
(3) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria oksidator, sebagaimana
dimaksud
dalam pasal 9 huruf h apabila reaksi kimia atau penguraiannya menghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran.
Pasal 13
Nilai Ambang Kuantitas ( NAK ) bahan kimia yang termasuk kriteria beracun
atau
9
sangat beracun, sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) dan ayat (2),
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran III Keputusan Menteri ini.
Pasal 14
Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia selain yang dimaksud dalam pasal
13
ditetapkan sebagai berikut :
a. bahan kimia kriteria beracun : 10 ton.
b. bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton.
c. bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton.
d. bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton.
e. bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton.
f. bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton.
g. bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton.
h. bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton.
Pasal 15
(1) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya
dengan
kuantitas melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi
bahaya besar.
(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya
dengan
kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas ( NAK )
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai
perusahaan
yang mempunyai potensi bahaya menengah.
BAB IV
KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS
Pasal 16
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya besar sebagai
mana
dimaksud pada pasal 15 ayat (1) wajib :
a. mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja non shift sekurang kurangnya 2 (dua) orang dan apabila
dipekerjakan dengan sistem kerja shift sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b. mempekerjakan ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang.
c. membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar.
d. melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan
kimia,
proses dan modifikasi instalasi yang digunakan.
e. melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
f. melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali.
g. melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang kurangnya 1
(satu) tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e
dan f dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.
Pasal 17
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah
sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (2) wajib :
a. mempunyai petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja yang non shift sekurangkurangnya 1 (satu) orang dan
11
apabila dipekerjakan dengan mempergunakan shift sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang.
b. membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah.
c. melaporkan setiap terjadi peruhahan mengenai nama bahan kimia dan
kuantitas bahan kimia, proses dan modifikasi instalasi yang digunakan.
d. melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
e. melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali.
f. melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang kurangnya 1
(satu) tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d
dan e dapat dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.
Pasal 18
Hasil pengujian faktor kimia dan instalasi sebagai mana dimaksud pada pasal
16 ayat
(2) dan 17 ayat (2) dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan
pengendalian bahan
kimia berbahaya ditempat kerja.
Pasal 19
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 16 ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya memuat :
a. identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko.
b. kegiatan tehnis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi.
c. kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja.
d. prosedur kerja aman
(2) Tata cara pembuatan dan rincian isi dokumen pengendalian instalasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan
keputusan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 20
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 19 ayat (1) disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga
Kerja dengan tembusan kepada Kantor Departemen / Dinas Tenaga Kerja
setempat.
(2) Dokumen pengendalian potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 ayat (2) disampaikan kepada Kantor Departemen /Dinas
Tenaga
Kerja setempat.
Pasal 21
(1) Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Departemen/ Dinas
Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
menerima dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud dalam pasal 20
ayat
(1) dan (2) melakukan penelitian kebenaran isi dokumen tersebut.
(2) Kebenaran isi dokumen sebagaimana tersebut pada ayat (1) harus
dinyatakan
secara tertulis dengan membubuhkan tanda persetujuan.
(3) Dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah
dinyatakan kebenarannya sesuai ayat (2) digunakan sebagai acuan
pengawasan
pelaksanaan K3 di tempat kerja.
BAB V
PENUNJUKKAN PETUGAS K3 KIMIA
DAN AHLI K3 KIMIA
Pasal 22
(1) Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat ( I ) huruf a
pasal 17 ayat (I) huruf a mempunyai kewajiban :
a. melakukan identifikasi bahaya.
b. melaksanakan prosedur kerja aman.
c. melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
d. mengembangkan pengetahuan k3 bidang kimia.
(2) Untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas K3 Kimia ditetapkan :
a. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan.
b. tidak dalam masa percobaan.
c. hubungan kerja tidak didasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT).
d. telah mengikuti kursus tehnis K3 Kimia.
(3) Kursus tehnis Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d,
dilaksanakan oleh perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3 atau instansi yang
berwenang dengan kurikulum seperti yang tercantum dalam lampiran IV
Keputusan Menteri ini.
(4) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebelum melakukan
kursus
harus melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada Kantor
Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat
Pasal 23
a. Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b
mempunyai kewajiban :
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang¬undangan K3
bahan kimia berbahaya.
b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugasnya.
c. merahasiakan segala keterangan yang berkaitan dengan rahasia
perusahaan atau instansi yang didapat karena jabatannya.
d. menyusun program kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di
tempat kerja.
e. melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko.
f. mengusulkan pembuatan prosedur kerja aman dan penanggulangan
keadaan darurat kepada pengusaha atau pengurus.
b. penunjukan Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 24
(1) Penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 21
ditetapkan berdasarkan permohonan tertulis dari Pengusaha atau Pengurus
kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) harus melampirkan :
a. daftar riwayat hidup.
b. surat keterangan berbadan sehat dari dokter.
c. surat keterangan pernyataan beketja penuh dari perusahaan yang
bersangkutan.
d. fotocopy ijasah atau surat tanda tamat belajar terakhir.
e. sertifikat kursus teknis petugas K3 Kimia.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan me1aksanakan pengawasan terhadap
ditaatinya
Keputusan Menteri ini.
Pasal 26
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri
Tenaga
Kerja No.Kep.612/Men/1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya
Terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 27
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 29-9-1999
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
FAHMI IDRIS
16
Lampiran I : Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia
Nomor : Kep. 187//VIen/1999
Tanggal : 29-9-1999
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
1. Identitas Bahan dan Perusahaan Nama bahan
Rumus kimia
Code produksi
Synonim
Nama perusahaan (pembuat) atau distributor atau importir :
a. Nama perusahaan (pembuat)
Alamat
Phone
b. Nama distributor
Alamat
Phone
c. Nama importir
Alamat
Phone
2. Komposisi Bahan
Bahan … % berat CAS No…. Batas pemajanan ………..
3. Identifikasi Bahaya
Ringkasan bahaya yang penting :
Akibatnya terhadap kesehatan :
o Mata
17
o Kulit
o Tertelan
o Terhirup
o Karsinogenik
o Teratogenik
o Reproduksi
4. Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Terkena pada :
Mata
Kulit
Tertelan
Terhirup
5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
a. Sifat-sifat bahan mudah terbakar : ……………
Titik nyala : ……..OC (……OF)
b. Suhu nyala sendiri : ……….OC
c. Daerah mudah terbakar :
Batas terendah mudah terbakar : ……………%
Batas tertinggi mudah terbakar : ……………%
d. Media pemadaman api : ……………
e. Bahaya khusus : ……………
f. Instruksi pemadaman api : ……….........
6. Tindakan Terhadap Tumpahan dan Kebocoran
a. Tumpahan dan kebocoran kecil
b. Tumpahan dan kebocoran besar
c. Alat pelindung diri yang digunakan
18
7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Penanganan bahan
b. Pencegahan terhadap pemajanan
c. Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan
d. Penyimpanan
e. Syarat khusus penyimpanan bahan
8. Pengendalian Pemajanan dan Alat Pelindung Diri
a. Pengendalian teknis
b. Alat pelindung diri :
o Pelindung pemajanan, mata, kulit, tangan, dll.
9. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
a.Bentuk : padat/cair/gas
b.Bau :
c. Warna :
d. Masa jenis :
e. Titik didih :
f. Titik lebur :
g. Tekanan uap :
h. Kelarutan dalam air :
i. P H :
10. Reaktifitas dan Stabilitas
a. Sifat reaktifitas :
b. Sifat stabilitas :
c. Kondisi yang harus dihindari :
d. Bahan yang harus dihindari (incompatibility) :
e. Bahan dekomposisi :
19
f. Bahaya polimerisasi :
11. Informasi Toksikologi
a. Nilai Ambang Batas (NAB) : …………….. ppm
b. Terkena mata :
c. Tertelan LD 50 (mulut) :
d. Terkena kulit :
e. Terhirup LC 50 (pernafasan) :
f. Efek lokal :
g. Pemaparan jangka pendek (akut) :
h. Pemaparan jangka panjang (kronik) :
Karsinogen
Teratogen
Reproduksi
Mutagen
12. Informasi Ekologi
a. Kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan
b. Degradasi lingkungan
c. Bio akumulasi
13. Pembuangan Limbah
14. Pengangkutan :
a. Peraturan internasional
b. Pengangkutan darat
c. Pengangkutan laut
d. Pengangkutan udara
15. Peraturan Perundang-undangan
16. Informasi lain yang diperlukan
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 29-9-1999
-----------------------------------------
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
FAHMI IDRIS
Diposkan oleh Gresby di 02:45
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Entri Populer
SKENARIO SIMULASI TANGGAP DARURAT
SKENARIO SIMULASI PENANGANAN KEADAAN DARURAT
KEBAKARAN. 1. Lokasi kejadian Keadaan darurat kebakaran terjadi di
ge...
PROSEDUR PELAPORAN KECELAKAAN
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat
berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pe...
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM TANGGAP DARURAT
1. KOORDINATOR a. Mewakili pihak manajemen untuk mengkoordinir
keadaan tanggap darurat. b. Mengkoo...
PROSEDUR EVAKUASI
Segera tinggalkan gedung sesuai dengan petunjuk team evakuasi tanggap
darurat atau ikuti arah jalur evakuasi/arah tanda kelua...
PROSEDUR KERJA DI KETINGGIAN
Pekerja boleh mengerjakan pekerjaan di ketinggian dengan syarat : a.
Dipasang pijakan kaki dan penghalang yang cukup kuat at...
KEPMENAKER 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP.
187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA
BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENA...
PROSEDUR KEBAKARAN
1. Setiap karyawan yang melihat kebakaran di area pabrik jangan panik
dan harus teriak minta tolong (kebakaraaan.., kebakaraaan.....
PROSEDUR GEMPA BUMI
1. Segera berlindung dibawah meja atau bagian lain perabotan yang kuat,
yang dapat memberikan perlindungan dan udara segar. ...
PROSEDUR KEBAKARAN
1. Setiap karyawan yang melihat kebakaran di area pabrik jangan panik
dan harus teriak minta tolong (kebakaraaan.., kebakaraaan..!, ke...
MSDS ARGON (Ar)
Argon (Ar) Argon adalah suatu unsure yang pada suhu dan tekanan
atmosfir berbentuk gas. Kandungan argon dalam udara kurang lebih 0.9%
vo...
Arsip Blog
April (13) Juli (8) Agustus (1)
Tampilan slide
KEPMENAKER 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN
KIMIA BERBAHAYA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I.
NO.KEP. 187/MEN/1999
TENTANG
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA
MENTERI TENAGA KERJA R.I.
1. Menimbang a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,
mengedarkan, mengangkut dan mempergunakan bahan-
bahan kimia berbahaya akan terus meningkat sejalan
dengan perkembangan pembangunan sehingga berpotensi
untuk menimbulkan bahaya besar bagi industri, tenaga
kerja, lingkungan maupun sumber daya lainnya.
b. bahwa untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, akibat penggunaan Kahan kimia berbahaya di tempat
kerja maka perlu diatur pengendaliannya.
c. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep. 612 / Men /
1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah tidak sesuai
lagimaka perlu disempurnakan.
d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Mengingat 1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Lembaran Negara tahun 1970 No.1,
Tambahan Lembaran Negara No. 2918).
2. Keputusan Presiden No. 122 / M tahun 1998 tentang Pembentukan
Kabinet Reformasi Pembangunan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02 / Men / 1980
2 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/Men/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04 / Men / 1995 tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK
INDONESIA TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA
BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar
kuantitas bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan
kimia di tempat kerja.
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan
bahan kimia berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja
dan lingkungan .
d. Lethal Dose 50 (LD 50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada
50%
binatang percobaan.
e. Lethal Concentration 50 (LC 50) adalah konsentrasi yang menyebabkan
3
kematian pada 50% binatang percobaan.
f. Pengusaha adalah :
1. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri.
2. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
3. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu
kegiatan kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
h. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada tempat kerja dengan
menerima
upah.
i. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang
seri
ng dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya.
j. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian
khusus dan luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
k. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian
khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menaker sebagaimana dimaksud
dalam pasal I ayat 4 UU No. 1 tahun 1970.
m. Menteri adalah Menteri yang membidangi ketenagakerjaan.
Pasal 2
Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi
dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan
bahan
kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat
kerja.
Pasal 3
Pengendalian berbahaya kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2
meliputi :
a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. /PT
BAB II
PENYEDIAAN DAN PENYAMPAIAN LEMBAR DATA
KESELAMATAN BAHAN DAN LABEL
Pasal 4
(1) Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
huruf a
meliputi keterangan tentang :
a. identitas bahan dan perusahaan.
b. komposisi bahan.
c. identifikasi bahaya.
d. tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
e. tindakan penanggulangan kebakaran.
f. tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
g. penyimpanan dan penanganan bahan.
h. pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.
i. sifat fisika dan kimia.
j. stabilitas dan reaktifitas bahan.
k. informasi toksikologi.
5
l. informasi ekologi.
m. pembuangan limbah.
n. pengangkutan bahan.
o. informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
p. informasi lain yang diperlukan.
(2) Rincian isi lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
seperti tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
Pasal 5
Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi keterangan
mengenai:
a. nama produk.
b. identifikasi bahaya.
c. tanda bahaya dan artinya.
d. uraian resiko dan penanggulangannya.
e. tindakan pencegahan.
f. instruksi dalam hal terkena atau terpapar.
g. instruksi kebakaran.
h. instruksi tumpahan atau bocoran.
i. instruksi pengisian dan penyimpanan.
j. referensi.
k. nama, alamat dan no. telepon pabrik pembuat dan atau distributor.
Pasal 6
Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan
Label
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diletakkan ditempat yang mudah
diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.
BAB III
PENETAPAN POTENSI BAHAYA INSTALASI
Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama, Sifat dan
Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja dengan mengisi formulir
sesuai contoh seperti tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri ini
kepada Kantor Departemen /Dinas Tenaga Kerja setempat dan tembusannya
disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.
Pasal 8
(2) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2)
Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat menetapkan kategori
potensi bahaya perusahaan atau industri yang bersangkutan.
(3) Potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. bahaya besar.
b. bahaya menengah
(4) Kategori potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan
Nama, Kriteria serta Nilai Ambang Kuantitas (NAK) Bahan Kimia Berbahaya
di tempat kerja.
Pasal 9
Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3)
terdiri
dari :
a. bahan beracun.
7
b. bahan sangat beracun.
c. cairan mudah terbakar.
d. cairan sangat mudah terbakar.
e. gas mudah terbakar.
f. bahan mudah meledak.
g. bahan reaktif.
h. bahan oksidator.
Pasal 10
(1) Bahan kimia termasuk kriteria bahan beracun atau sangat beracun
sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf a dan b, ditetapkan dengan memperhatikan
sifat
kimia, fisika dan toksik.
(2). Sifat kimia, fisika dan toksik, bahan kimia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1),
ditetapkan sebagai berikut :
a. bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD 50 > 25 atau < 200
mg/kg berat badan atau Kulit : LD 50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan
atau
Pernafasan : LC 50 > 0,5 mg/1 dan < 2 mg/l.
b. bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD 50 25
mg/kg berat badan atau Kulit : LD 50 50 mg/kg berat badan, atau
pernafasan : LC 50 0,5 mg/1.
Pasal 11
(1). Bahan kimia termasuk kriteria cairan sangat mudah terbakar, cairan
sangat mudah
terbakar dan gas mudah terbakar, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf c,
d, dan e ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia dan fisika.
8
(2). Sifat fisika dan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sebagai
berikut:
a. cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala > 21OC dan < 55 OC pada
tekanan
1 (satu) atmosfir.
b. cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21OC dan titik didih >
20OC pada tekanan 1 (satu) atmosfir.
c. gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20 OC pada tekanan 1 (satu)
atmosfir.
Pasal 12
(1) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria mudah meledak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf f apabila reaksi kimia bahan tersebut
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi,
sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
(2) Bahan kimia termasuk kriteria reaktif sebagaimana dimaksud dalam pasal
9
huruf g apabila bahan tersebut:
a. bereaksi dengan air mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar,
atau
b. bereaksi dengan asam mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau beracun atau korosif.
(3) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria oksidator, sebagaimana
dimaksud
dalam pasal 9 huruf h apabila reaksi kimia atau penguraiannya menghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran.
Pasal 13
Nilai Ambang Kuantitas ( NAK ) bahan kimia yang termasuk kriteria beracun
atau
9
sangat beracun, sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) dan ayat (2),
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran III Keputusan Menteri ini.
Pasal 14
Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia selain yang dimaksud dalam pasal
13
ditetapkan sebagai berikut :
a. bahan kimia kriteria beracun : 10 ton.
b. bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton.
c. bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton.
d. bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton.
e. bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton.
f. bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton.
g. bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton.
h. bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton.
Pasal 15
(1) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya
dengan
kuantitas melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi
bahaya besar.
(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya
dengan
kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas ( NAK )
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai
perusahaan
yang mempunyai potensi bahaya menengah.
BAB IV
KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS
Pasal 16
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya besar sebagai
mana
dimaksud pada pasal 15 ayat (1) wajib :
a. mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja non shift sekurang kurangnya 2 (dua) orang dan apabila
dipekerjakan dengan sistem kerja shift sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b. mempekerjakan ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang.
c. membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar.
d. melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan
kimia,
proses dan modifikasi instalasi yang digunakan.
e. melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
f. melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali.
g. melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang kurangnya 1
(satu) tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e
dan f dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.
Pasal 17
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah
sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (2) wajib :
a. mempunyai petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja yang non shift sekurangkurangnya 1 (satu) orang dan
11
apabila dipekerjakan dengan mempergunakan shift sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang.
b. membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah.
c. melaporkan setiap terjadi peruhahan mengenai nama bahan kimia dan
kuantitas bahan kimia, proses dan modifikasi instalasi yang digunakan.
d. melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
e. melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali.
f. melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang kurangnya 1
(satu) tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d
dan e dapat dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.
Pasal 18
Hasil pengujian faktor kimia dan instalasi sebagai mana dimaksud pada pasal
16 ayat
(2) dan 17 ayat (2) dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan
pengendalian bahan
kimia berbahaya ditempat kerja.
Pasal 19
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 16 ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya memuat :
a. identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko.
b. kegiatan tehnis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi.
c. kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja.
d. prosedur kerja aman
(2) Tata cara pembuatan dan rincian isi dokumen pengendalian instalasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan
keputusan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 20
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 19 ayat (1) disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga
Kerja dengan tembusan kepada Kantor Departemen / Dinas Tenaga Kerja
setempat.
(2) Dokumen pengendalian potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 ayat (2) disampaikan kepada Kantor Departemen /Dinas
Tenaga
Kerja setempat.
Pasal 21
(1) Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Departemen/ Dinas
Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
menerima dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud dalam pasal 20
ayat
(1) dan (2) melakukan penelitian kebenaran isi dokumen tersebut.
(2) Kebenaran isi dokumen sebagaimana tersebut pada ayat (1) harus
dinyatakan
secara tertulis dengan membubuhkan tanda persetujuan.
(3) Dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah
dinyatakan kebenarannya sesuai ayat (2) digunakan sebagai acuan
pengawasan
pelaksanaan K3 di tempat kerja.
BAB V
PENUNJUKKAN PETUGAS K3 KIMIA
DAN AHLI K3 KIMIA
Pasal 22
(1) Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat ( I ) huruf a
pasal 17 ayat (I) huruf a mempunyai kewajiban :
a. melakukan identifikasi bahaya.
b. melaksanakan prosedur kerja aman.
c. melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
d. mengembangkan pengetahuan k3 bidang kimia.
(2) Untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas K3 Kimia ditetapkan :
a. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan.
b. tidak dalam masa percobaan.
c. hubungan kerja tidak didasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT).
d. telah mengikuti kursus tehnis K3 Kimia.
(3) Kursus tehnis Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d,
dilaksanakan oleh perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3 atau instansi yang
berwenang dengan kurikulum seperti yang tercantum dalam lampiran IV
Keputusan Menteri ini.
(4) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebelum melakukan
kursus
harus melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada Kantor
Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat
Pasal 23
a. Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b
mempunyai kewajiban :
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang¬undangan K3
bahan kimia berbahaya.
b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugasnya.
c. merahasiakan segala keterangan yang berkaitan dengan rahasia
perusahaan atau instansi yang didapat karena jabatannya.
d. menyusun program kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di
tempat kerja.
e. melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko.
f. mengusulkan pembuatan prosedur kerja aman dan penanggulangan
keadaan darurat kepada pengusaha atau pengurus.
b. penunjukan Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 24
(1) Penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 21
ditetapkan berdasarkan permohonan tertulis dari Pengusaha atau Pengurus
kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) harus melampirkan :
a. daftar riwayat hidup.
b. surat keterangan berbadan sehat dari dokter.
c. surat keterangan pernyataan beketja penuh dari perusahaan yang
bersangkutan.
d. fotocopy ijasah atau surat tanda tamat belajar terakhir.
e. sertifikat kursus teknis petugas K3 Kimia.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan me1aksanakan pengawasan terhadap
ditaatinya
Keputusan Menteri ini.
Pasal 26
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri
Tenaga
Kerja No.Kep.612/Men/1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya
Terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 27
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 29-9-1999
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
FAHMI IDRIS
16
Lampiran I : Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia
Nomor : Kep. 187//VIen/1999
Tanggal : 29-9-1999
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
1. Identitas Bahan dan Perusahaan Nama bahan
Rumus kimia
Code produksi
Synonim
Nama perusahaan (pembuat) atau distributor atau importir :
a. Nama perusahaan (pembuat)
Alamat
Phone
b. Nama distributor
Alamat
Phone
c. Nama importir
Alamat
Phone
2. Komposisi Bahan
Bahan … % berat CAS No…. Batas pemajanan ………..
3. Identifikasi Bahaya
Ringkasan bahaya yang penting :
Akibatnya terhadap kesehatan :
o Mata
17
o Kulit
o Tertelan
o Terhirup
o Karsinogenik
o Teratogenik
o Reproduksi
4. Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Terkena pada :
Mata
Kulit
Tertelan
Terhirup
5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
a. Sifat-sifat bahan mudah terbakar : ……………
Titik nyala : ……..OC (……OF)
b. Suhu nyala sendiri : ……….OC
c. Daerah mudah terbakar :
Batas terendah mudah terbakar : ……………%
Batas tertinggi mudah terbakar : ……………%
d. Media pemadaman api : ……………
e. Bahaya khusus : ……………
f. Instruksi pemadaman api : ……….........
6. Tindakan Terhadap Tumpahan dan Kebocoran
a. Tumpahan dan kebocoran kecil
b. Tumpahan dan kebocoran besar
c. Alat pelindung diri yang digunakan
18
7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Penanganan bahan
b. Pencegahan terhadap pemajanan
c. Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan
d. Penyimpanan
e. Syarat khusus penyimpanan bahan
8. Pengendalian Pemajanan dan Alat Pelindung Diri
a. Pengendalian teknis
b. Alat pelindung diri :
o Pelindung pemajanan, mata, kulit, tangan, dll.
9. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
a.Bentuk : padat/cair/gas
b.Bau :
c. Warna :
d. Masa jenis :
e. Titik didih :
f. Titik lebur :
g. Tekanan uap :
h. Kelarutan dalam air :
i. P H :
10. Reaktifitas dan Stabilitas
a. Sifat reaktifitas :
b. Sifat stabilitas :
c. Kondisi yang harus dihindari :
d. Bahan yang harus dihindari (incompatibility) :
e. Bahan dekomposisi :
19
f. Bahaya polimerisasi :
11. Informasi Toksikologi
a. Nilai Ambang Batas (NAB) : …………….. ppm
b. Terkena mata :
c. Tertelan LD 50 (mulut) :
d. Terkena kulit :
e. Terhirup LC 50 (pernafasan) :
f. Efek lokal :
g. Pemaparan jangka pendek (akut) :
h. Pemaparan jangka panjang (kronik) :
Karsinogen
Teratogen
Reproduksi
Mutagen
12. Informasi Ekologi
a. Kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan
b. Degradasi lingkungan
c. Bio akumulasi
13. Pembuangan Limbah
14. Pengangkutan :
a. Peraturan internasional
b. Pengangkutan darat
c. Pengangkutan laut
d. Pengangkutan udara
15. Peraturan Perundang-undangan
16. Informasi lain yang diperlukan
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 29-9-1999
-----------------------------------------
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
FAHMI IDRIS
Diposkan oleh Gresby di 02:45
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Entri Populer
SKENARIO SIMULASI TANGGAP DARURAT
SKENARIO SIMULASI PENANGANAN KEADAAN DARURAT
KEBAKARAN. 1. Lokasi kejadian Keadaan darurat kebakaran terjadi di
ge...
PROSEDUR PELAPORAN KECELAKAAN
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat
berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pe...
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM TANGGAP DARURAT
1. KOORDINATOR a. Mewakili pihak manajemen untuk mengkoordinir
keadaan tanggap darurat. b. Mengkoo...
PROSEDUR EVAKUASI
Segera tinggalkan gedung sesuai dengan petunjuk team evakuasi tanggap
darurat atau ikuti arah jalur evakuasi/arah tanda kelua...
PROSEDUR KERJA DI KETINGGIAN
Pekerja boleh mengerjakan pekerjaan di ketinggian dengan syarat : a.
Dipasang pijakan kaki dan penghalang yang cukup kuat at...
KEPMENAKER 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP.
187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA
BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENA...
PROSEDUR KEBAKARAN
1. Setiap karyawan yang melihat kebakaran di area pabrik jangan panik
dan harus teriak minta tolong (kebakaraaan.., kebakaraaan.....
PROSEDUR GEMPA BUMI
1. Segera berlindung dibawah meja atau bagian lain perabotan yang kuat,
yang dapat memberikan perlindungan dan udara segar. ...
PROSEDUR KEBAKARAN
1. Setiap karyawan yang melihat kebakaran di area pabrik jangan panik
dan harus teriak minta tolong (kebakaraaan.., kebakaraaan..!, ke...
MSDS ARGON (Ar)
Argon (Ar) Argon adalah suatu unsure yang pada suhu dan tekanan
atmosfir berbentuk gas. Kandungan argon dalam udara kurang lebih 0.9%
vo...
Arsip Blog
April (13) Juli (8) Agustus (1)
Tampilan slide
KEPMENAKER 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN
KIMIA BERBAHAYA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I.
NO.KEP. 187/MEN/1999
TENTANG
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA
MENTERI TENAGA KERJA R.I.
1. Menimbang a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,
mengedarkan, mengangkut dan mempergunakan bahan-
bahan kimia berbahaya akan terus meningkat sejalan
dengan perkembangan pembangunan sehingga berpotensi
untuk menimbulkan bahaya besar bagi industri, tenaga
kerja, lingkungan maupun sumber daya lainnya.
b. bahwa untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, akibat penggunaan Kahan kimia berbahaya di tempat
kerja maka perlu diatur pengendaliannya.
c. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep. 612 / Men /
1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah tidak sesuai
lagimaka perlu disempurnakan.
d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Mengingat 1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Lembaran Negara tahun 1970 No.1,
Tambahan Lembaran Negara No. 2918).
2. Keputusan Presiden No. 122 / M tahun 1998 tentang Pembentukan
Kabinet Reformasi Pembangunan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02 / Men / 1980
2 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/Men/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04 / Men / 1995 tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK
INDONESIA TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA
BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar
kuantitas bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan
kimia di tempat kerja.
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan
bahan kimia berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja
dan lingkungan .
d. Lethal Dose 50 (LD 50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada
50%
binatang percobaan.
e. Lethal Concentration 50 (LC 50) adalah konsentrasi yang menyebabkan
3
kematian pada 50% binatang percobaan.
f. Pengusaha adalah :
1. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri.
2. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
3. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu
kegiatan kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
h. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada tempat kerja dengan
menerima
upah.
i. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang
seri
ng dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya.
j. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian
khusus dan luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
k. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian
khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menaker sebagaimana dimaksud
dalam pasal I ayat 4 UU No. 1 tahun 1970.
m. Menteri adalah Menteri yang membidangi ketenagakerjaan.
Pasal 2
Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi
dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan
bahan
kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat
kerja.
Pasal 3
Pengendalian berbahaya kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2
meliputi :
a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. /PT
BAB II
PENYEDIAAN DAN PENYAMPAIAN LEMBAR DATA
KESELAMATAN BAHAN DAN LABEL
Pasal 4
(1) Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
huruf a
meliputi keterangan tentang :
a. identitas bahan dan perusahaan.
b. komposisi bahan.
c. identifikasi bahaya.
d. tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
e. tindakan penanggulangan kebakaran.
f. tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
g. penyimpanan dan penanganan bahan.
h. pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.
i. sifat fisika dan kimia.
j. stabilitas dan reaktifitas bahan.
k. informasi toksikologi.
5
l. informasi ekologi.
m. pembuangan limbah.
n. pengangkutan bahan.
o. informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
p. informasi lain yang diperlukan.
(2) Rincian isi lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
seperti tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
Pasal 5
Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi keterangan
mengenai:
a. nama produk.
b. identifikasi bahaya.
c. tanda bahaya dan artinya.
d. uraian resiko dan penanggulangannya.
e. tindakan pencegahan.
f. instruksi dalam hal terkena atau terpapar.
g. instruksi kebakaran.
h. instruksi tumpahan atau bocoran.
i. instruksi pengisian dan penyimpanan.
j. referensi.
k. nama, alamat dan no. telepon pabrik pembuat dan atau distributor.
Pasal 6
Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan
Label
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diletakkan ditempat yang mudah
diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.
BAB III
PENETAPAN POTENSI BAHAYA INSTALASI
Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama, Sifat dan
Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja dengan mengisi formulir
sesuai contoh seperti tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri ini
kepada Kantor Departemen /Dinas Tenaga Kerja setempat dan tembusannya
disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.
Pasal 8
(2) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2)
Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat menetapkan kategori
potensi bahaya perusahaan atau industri yang bersangkutan.
(3) Potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. bahaya besar.
b. bahaya menengah
(4) Kategori potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan
Nama, Kriteria serta Nilai Ambang Kuantitas (NAK) Bahan Kimia Berbahaya
di tempat kerja.
Pasal 9
Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3)
terdiri
dari :
a. bahan beracun.
7
b. bahan sangat beracun.
c. cairan mudah terbakar.
d. cairan sangat mudah terbakar.
e. gas mudah terbakar.
f. bahan mudah meledak.
g. bahan reaktif.
h. bahan oksidator.
Pasal 10
(1) Bahan kimia termasuk kriteria bahan beracun atau sangat beracun
sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf a dan b, ditetapkan dengan memperhatikan
sifat
kimia, fisika dan toksik.
(2). Sifat kimia, fisika dan toksik, bahan kimia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1),
ditetapkan sebagai berikut :
a. bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD 50 > 25 atau < 200
mg/kg berat badan atau Kulit : LD 50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan
atau
Pernafasan : LC 50 > 0,5 mg/1 dan < 2 mg/l.
b. bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD 50 25
mg/kg berat badan atau Kulit : LD 50 50 mg/kg berat badan, atau
pernafasan : LC 50 0,5 mg/1.
Pasal 11
(1). Bahan kimia termasuk kriteria cairan sangat mudah terbakar, cairan
sangat mudah
terbakar dan gas mudah terbakar, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf c,
d, dan e ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia dan fisika.
8
(2). Sifat fisika dan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sebagai
berikut:
a. cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala > 21OC dan < 55 OC pada
tekanan
1 (satu) atmosfir.
b. cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21OC dan titik didih >
20OC pada tekanan 1 (satu) atmosfir.
c. gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20 OC pada tekanan 1 (satu)
atmosfir.
Pasal 12
(1) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria mudah meledak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf f apabila reaksi kimia bahan tersebut
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi,
sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
(2) Bahan kimia termasuk kriteria reaktif sebagaimana dimaksud dalam pasal
9
huruf g apabila bahan tersebut:
a. bereaksi dengan air mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar,
atau
b. bereaksi dengan asam mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau beracun atau korosif.
(3) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria oksidator, sebagaimana
dimaksud
dalam pasal 9 huruf h apabila reaksi kimia atau penguraiannya menghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran.
Pasal 13
Nilai Ambang Kuantitas ( NAK ) bahan kimia yang termasuk kriteria beracun
atau
9
sangat beracun, sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) dan ayat (2),
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran III Keputusan Menteri ini.
Pasal 14
Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia selain yang dimaksud dalam pasal
13
ditetapkan sebagai berikut :
a. bahan kimia kriteria beracun : 10 ton.
b. bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton.
c. bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton.
d. bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton.
e. bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton.
f. bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton.
g. bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton.
h. bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton.
Pasal 15
(1) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya
dengan
kuantitas melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi
bahaya besar.
(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya
dengan
kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas ( NAK )
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai
perusahaan
yang mempunyai potensi bahaya menengah.
BAB IV
KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS
Pasal 16
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya besar sebagai
mana
dimaksud pada pasal 15 ayat (1) wajib :
a. mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja non shift sekurang kurangnya 2 (dua) orang dan apabila
dipekerjakan dengan sistem kerja shift sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b. mempekerjakan ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang.
c. membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar.
d. melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan
kimia,
proses dan modifikasi instalasi yang digunakan.
e. melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
f. melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali.
g. melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang kurangnya 1
(satu) tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e
dan f dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.
Pasal 17
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah
sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (2) wajib :
a. mempunyai petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja yang non shift sekurangkurangnya 1 (satu) orang dan
11
apabila dipekerjakan dengan mempergunakan shift sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang.
b. membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah.
c. melaporkan setiap terjadi peruhahan mengenai nama bahan kimia dan
kuantitas bahan kimia, proses dan modifikasi instalasi yang digunakan.
d. melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
e. melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali.
f. melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang kurangnya 1
(satu) tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d
dan e dapat dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.
Pasal 18
Hasil pengujian faktor kimia dan instalasi sebagai mana dimaksud pada pasal
16 ayat
(2) dan 17 ayat (2) dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan
pengendalian bahan
kimia berbahaya ditempat kerja.
Pasal 19
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 16 ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya memuat :
a. identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko.
b. kegiatan tehnis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi.
c. kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja.
d. prosedur kerja aman
(2) Tata cara pembuatan dan rincian isi dokumen pengendalian instalasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan
keputusan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 20
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud
dalam
pasal 19 ayat (1) disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga
Kerja dengan tembusan kepada Kantor Departemen / Dinas Tenaga Kerja
setempat.
(2) Dokumen pengendalian potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 ayat (2) disampaikan kepada Kantor Departemen /Dinas
Tenaga
Kerja setempat.
Pasal 21
(1) Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Departemen/ Dinas
Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
menerima dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud dalam pasal 20
ayat
(1) dan (2) melakukan penelitian kebenaran isi dokumen tersebut.
(2) Kebenaran isi dokumen sebagaimana tersebut pada ayat (1) harus
dinyatakan
secara tertulis dengan membubuhkan tanda persetujuan.
(3) Dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah
dinyatakan kebenarannya sesuai ayat (2) digunakan sebagai acuan
pengawasan
pelaksanaan K3 di tempat kerja.
BAB V
PENUNJUKKAN PETUGAS K3 KIMIA
DAN AHLI K3 KIMIA
Pasal 22
(1) Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat ( I ) huruf a
pasal 17 ayat (I) huruf a mempunyai kewajiban :
a. melakukan identifikasi bahaya.
b. melaksanakan prosedur kerja aman.
c. melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
d. mengembangkan pengetahuan k3 bidang kimia.
(2) Untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas K3 Kimia ditetapkan :
a. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan.
b. tidak dalam masa percobaan.
c. hubungan kerja tidak didasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT).
d. telah mengikuti kursus tehnis K3 Kimia.
(3) Kursus tehnis Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d,
dilaksanakan oleh perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3 atau instansi yang
berwenang dengan kurikulum seperti yang tercantum dalam lampiran IV
Keputusan Menteri ini.
(4) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebelum melakukan
kursus
harus melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada Kantor
Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat
Pasal 23
a. Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b
mempunyai kewajiban :
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang¬undangan K3
bahan kimia berbahaya.
b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugasnya.
c. merahasiakan segala keterangan yang berkaitan dengan rahasia
perusahaan atau instansi yang didapat karena jabatannya.
d. menyusun program kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di
tempat kerja.
e. melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko.
f. mengusulkan pembuatan prosedur kerja aman dan penanggulangan
keadaan darurat kepada pengusaha atau pengurus.
b. penunjukan Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 24
(1) Penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 21
ditetapkan berdasarkan permohonan tertulis dari Pengusaha atau Pengurus
kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) harus melampirkan :
a. daftar riwayat hidup.
b. surat keterangan berbadan sehat dari dokter.
c. surat keterangan pernyataan beketja penuh dari perusahaan yang
bersangkutan.
d. fotocopy ijasah atau surat tanda tamat belajar terakhir.
e. sertifikat kursus teknis petugas K3 Kimia.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan me1aksanakan pengawasan terhadap
ditaatinya
Keputusan Menteri ini.
Pasal 26
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri
Tenaga
Kerja No.Kep.612/Men/1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya
Terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 27
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 29-9-1999
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
FAHMI IDRIS
16
Lampiran I : Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia
Nomor : Kep. 187//VIen/1999
Tanggal : 29-9-1999
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
1. Identitas Bahan dan Perusahaan Nama bahan
Rumus kimia
Code produksi
Synonim
Nama perusahaan (pembuat) atau distributor atau importir :
a. Nama perusahaan (pembuat)
Alamat
Phone
b. Nama distributor
Alamat
Phone
c. Nama importir
Alamat
Phone
2. Komposisi Bahan
Bahan … % berat CAS No…. Batas pemajanan ………..
3. Identifikasi Bahaya
Ringkasan bahaya yang penting :
Akibatnya terhadap kesehatan :
o Mata
17
o Kulit
o Tertelan
o Terhirup
o Karsinogenik
o Teratogenik
o Reproduksi
4. Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Terkena pada :
Mata
Kulit
Tertelan
Terhirup
5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
a. Sifat-sifat bahan mudah terbakar : ……………
Titik nyala : ……..OC (……OF)
b. Suhu nyala sendiri : ……….OC
c. Daerah mudah terbakar :
Batas terendah mudah terbakar : ……………%
Batas tertinggi mudah terbakar : ……………%
d. Media pemadaman api : ……………
e. Bahaya khusus : ……………
f. Instruksi pemadaman api : ……….........
6. Tindakan Terhadap Tumpahan dan Kebocoran
a. Tumpahan dan kebocoran kecil
b. Tumpahan dan kebocoran besar
c. Alat pelindung diri yang digunakan
18
7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Penanganan bahan
b. Pencegahan terhadap pemajanan
c. Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan
d. Penyimpanan
e. Syarat khusus penyimpanan bahan
8. Pengendalian Pemajanan dan Alat Pelindung Diri
a. Pengendalian teknis
b. Alat pelindung diri :
o Pelindung pemajanan, mata, kulit, tangan, dll.
9. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
a.Bentuk : padat/cair/gas
b.Bau :
c. Warna :
d. Masa jenis :
e. Titik didih :
f. Titik lebur :
g. Tekanan uap :
h. Kelarutan dalam air :
i. P H :
10. Reaktifitas dan Stabilitas
a. Sifat reaktifitas :
b. Sifat stabilitas :
c. Kondisi yang harus dihindari :
d. Bahan yang harus dihindari (incompatibility) :
e. Bahan dekomposisi :
19
f. Bahaya polimerisasi :
11. Informasi Toksikologi
a. Nilai Ambang Batas (NAB) : …………….. ppm
b. Terkena mata :
c. Tertelan LD 50 (mulut) :
d. Terkena kulit :
e. Terhirup LC 50 (pernafasan) :
f. Efek lokal :
g. Pemaparan jangka pendek (akut) :
h. Pemaparan jangka panjang (kronik) :
Karsinogen
Teratogen
Reproduksi
Mutagen
12. Informasi Ekologi
a. Kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan
b. Degradasi lingkungan
c. Bio akumulasi
13. Pembuangan Limbah
14. Pengangkutan :
a. Peraturan internasional
b. Pengangkutan darat
c. Pengangkutan laut
d. Pengangkutan udara
15. Peraturan Perundang-undangan
16. Informasi lain yang diperlukan
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 29-9-1999
-----------------------------------------
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
FAHMI IDRIS
Diposkan oleh Gresby di 02:45
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Entri Populer
SKENARIO SIMULASI TANGGAP DARURAT
SKENARIO SIMULASI PENANGANAN KEADAAN DARURAT
KEBAKARAN. 1. Lokasi kejadian Keadaan darurat kebakaran terjadi di
ge...
PROSEDUR PELAPORAN KECELAKAAN
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat
berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pe...
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM TANGGAP DARURAT
1. KOORDINATOR a. Mewakili pihak manajemen untuk mengkoordinir
keadaan tanggap darurat. b. Mengkoo...
PROSEDUR EVAKUASI
Segera tinggalkan gedung sesuai dengan petunjuk team evakuasi tanggap
darurat atau ikuti arah jalur evakuasi/arah tanda kelua...
PROSEDUR KERJA DI KETINGGIAN
Pekerja boleh mengerjakan pekerjaan di ketinggian dengan syarat : a.
Dipasang pijakan kaki dan penghalang yang cukup kuat at...
KEPMENAKER 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP.
187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA
BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENA...
PROSEDUR KEBAKARAN
1. Setiap karyawan yang melihat kebakaran di area pabrik jangan panik
dan harus teriak minta tolong (kebakaraaan.., kebakaraaan.....
PROSEDUR GEMPA BUMI
1. Segera berlindung dibawah meja atau bagian lain perabotan yang kuat,
yang dapat memberikan perlindungan dan udara segar. ...
PROSEDUR KEBAKARAN
1. Setiap karyawan yang melihat kebakaran di area pabrik jangan panik
dan harus teriak minta tolong (kebakaraaan.., kebakaraaan..!, ke...
MSDS ARGON (Ar)
Argon (Ar) Argon adalah suatu unsure yang pada suhu dan tekanan
atmosfir berbentuk gas. Kandungan argon dalam udara kurang lebih 0.9%
vo...
Arsip Blog
April (13) Juli (8) Agustus (1)
Tampilan slide
Bahaya Merokok bagi Kesehatan Tubuh Manusia
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok (perokok pasif bisa mendapat dampak negatif yang lebih mengerikan jika asap rokok dihirup mereka).
1. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.
2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.
3. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.
4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa.
5. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.
6. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki persepsi yang berbeda dalam hal ini.
Kesimpulan :
Jadi dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan kegiatan bodoh yang dilakukan manusia yang mengorbankan uang, kesehatan, kehidupan sosial, pahala, persepsi positif, dan lain sebagainya. Maka bersyukurlah anda jika belum merokok, karena anda adalah orang yang smart / pandai.
Ketika seseorang menawarkan rokok maka tolak dengan baik. Merasa kasihanlah pada mereka yang merokok. Jangan dengarkan mereka yang menganggap anda lebih rendah dari mereka jika tidak ikutan ngerokok. karena dalam hati dan pikiran mereka yang waras mereka ingin berhenti merokok.
Read more: http://www.catatanteknisi.com/2011/05/bahaya-merokok-bagi-kesehatan-tubuh.html#ixzz1UE7tpBZc
Zat Kimia Dalam WewangianParfum atau pewangi telah digunakan sejak zaman dahulu kala terutama oleh kaum wanita. Penggunaanya mulai dari upacara keagamaan, pernikahan atau bahkan kematian dimana setiap moment memiliki aroma tersendiri. Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan ini semakin berkembang. Pewangi atau parfum digunakan pada setiap produk, mulai dari produk kebutuhan wanita, hingga produk kebutuhan rumah tangga seperti cairan pembersih bahkan obat anti nyamuk. Produk yang memiliki wewangian yang khas dan menarik memang cukup digemari oleh masyarakat, karena memang kesan bersih, segar dan menyenangkan akan ditimbulkan dari wewangian tersebut.
Namun apakah penambahan zat pewangi atau parfum pada beberapa produk harian atau kosmetik tersebut aman bagi penggunanya? Bagaimana dengan ibu hamil yang mengirupnya apakah wangi tersebut benar-benar murni terbuat dari campuran bunga dan buah seperti yang dicantum pada kemasan atau pada iklan produk tersebut. Mungkinkah kita mendapatkan wewangian yang benar-benar asli dan aman dengan harga yang sangat murah? Dibawah ini akan kita lihat beberapa tabel yang memberikan informasi tentang kandungan wewangian sintesis serta beberapa efek samping yang akan ditimbulkan jika terhirup dalam jumlah yang banyak dan kontinyu.
AromaBahan Yang di Kandung
(% Berat Bersih)
Tanda Keracunan
Jeruk , lemon
Fruity-fragrance 86-173
Limonin > 50%
kanker, peradangan pada mata dan kulit
LavenderLavender-fragrance 93-054
Linalool 10-50%
Gangguan pernafasan
TomatTomato Oil 010
Propilin glikol > 50%
Peradangan pada mata dan kulit, jika tertelan dan terhirup dapat menyebabkan pingsan dan tak sadar
PepermintSpearmint oil 660
Karvon > 50%
Menyebabkan peradangan pada mata dan kulit.
Musim bunga
Spring Flowers Fragrance 5975
Karbitol 10 – 50%
Gangguan pernafasan dan sistem saraf, peradangan mata.
PepermintPeppermint 501
1-Menthol 10 – 50%
Lesu lemah mual, muntah, sakit perut, vertigo, hilang keseimbangan pergerakan anggota badan, mengantuk dan koma
Buah-buahan
Bergamont Oil 100
Linalil asetat, lomonin, linalool, 10 – 50%
Gangguan pernafasan, peradangan mata dan kulit.
Bunga-bungaan
Bouquet Floral 3881
Benzal asetat 10 – 50%
Kanker pankreas, peradangan mata, saluran pernafasan dan batuk.
Kulit Kayu Manis
Cinnamon Oil 950
Sinamik Aldehid > 50%
Peradangan sistem pernafasan dan kulit, mengantuk. Jika tertelan menyebabkan muntah, sakit perut dan diare.
Wangi Cemara
Alpha Pinene P & F
a-Pinen 97.5%
Mengganggu sistem pernafasan, kerusakan paru-paru, vertigo, denyutan jantung meningkat, pusing, halusinasi, kebakaran dan kesan terbakar pada kulit, konjunktivitas, merusakkan sistem pertahanan badan.
LilaAlpha Terpineol P & F, FCC
a-Terpineol 88.5%
Peradangan lapisan mucus pada-paru, pneumonitis, susah bernafas, kehilangan koordinasi anggota badan, sakit kepala.
Kandungan Wangian
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase kandungan bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari jenis produknya. Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di dalam produk wangian adalah bahan kimia sintetik yang berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzena, aldehid atau zat yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang menangani masalah kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun dari 815 sampel yang mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991 menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah diketahui bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang tinggi.
Selain itu juga terdapat pengharum yang beraroma musk, yang dicurigai mengakibatkan sakit kepala dan juga bersifat karsinogenik meskipun pada kandungan yang lemah. Berdasarkan riset dari FDA pada tahun 1968-1972, bahan kimia seperti alfa-terpineol, benzil asetat, benzil alcohol, limonin, lioanalol yang sering terdapat dalam kosmetik, bahan-bahan ini dicurigai sering memberikan efek samping pada kulit pemakai.
Bahaya Kesehatan
Salah satu ciri keracunan yang disebabkan oleh bahan kimia yang terdapat dalam zat pewangi yang ditambahkan dalam suatu produk pembersih dan kosmetik adalah asma, kanker, cacat janin pada bayi dalam kandungan, keguguran, gangguan pada syaraf, seperti Parkinson , alzeimer, dll. Identifikasi ini dapat ditemukan baik dalam jangka panjang atau pendek
Pada tahap awal keracunan dapat diidentifikasi melalui reaksi seseorang terhadap suatu produk tertentu yang dicurigai mengandung bahan pewangi sintetik yang mengandung zat kimia yang berbahaya. Walaupun pada tahap ini hanya sebagian orang yang sensitif yang menunjukkan tanda-tanda keracunan, sama bentuknya seperti seseorang yang alergi terhadap debu. Sedangkan sebagian individu yang lain bisa jadi tidak menunjukkan reaksi apapun pada tahap awal pemakaian produk. Namun pada pemakaian produk yang sama dalam jangka waktu lama dan berulang-ulang barulah terlihat gejala keracunan dengan kondisi yang akut dan sulit disembuhkan seperti kanker atau penyakit berat lainnya. Produk yang dapat memberikan efek langsung kepada pemakai sehingga dapat diidetifikasi tanda keracunan adalah produk yang biasanya berkontak langsung dengan sistem pernafasan, seperti pengharum ruangan, colone, minyak wangi semprot, hairspray, kuteks, dan lain-lain . Efek akan lebih berbahaya terutama pemakaian yang bersifat semburan pada bagian tubuh dalam bentuk gas, sehingga terjadi kontak langsung pada sistem pernafasan mulai dari bagian hidung, faring, laring, paru-paru dan seterusnya keanggota tubuh bagian lain yang disalurkan melalui sistem peredaran darah. Untuk produk yang digunakan pada bagian luar yaitu pada kulit seperti sabun, shampoo, krim pencukur, pemutih pakaian, detergen, pelembut pakaian, dan lain sebagainya proses keracunan terjadi saat produk yang dipakai menyerap pada pori-pori kulit dan memasuki aliran darah dan seterusnya pada bagian anggota tubuh bagian dalam.
Dibawah ini table bahan kimia dan efek samping yang biasa di rasakan oleh manusia, yang terkandung dalam produk rumah tangga dan kosmetik yang mengandung parfum atau pewangi seperti minyak wangi, deodorant, colone, penyegar udara, sabun pencuci piring, hairspray, detergent dan lain sebagainya.
Kandungan Bahan Kimia Tanda keracunan / Efek samping
3-Butane-2-one Peradangan pada kulit dan sistem pernafasan
AsetonMenganggu sistem saraf pusat, kekeringan pada mulut dan tenggorokan, pusing, lesu, hilang keseimbangan, tidak sadarkan diri, dan koma.
Siklopentana(g)-2-benzopiran
Peradangan pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
EtanolLesu, Peradangan pada mata dan bagian atas sistem pernafasan, pusing, penglihatan yang kabur, hilang keseimbangan, kesemutan..
Etil asetat Sakit kepala, kulit kering dan pecah-pecah, kekurangan
darah, kerusakan hati dan ginjal, Peradangan pada mata dan saluran pernafasan
Fenol, Ester Gangguan sistem saraf, kanker
Hidrosinamaldehid, p-tert-butil-alfa-metil
Pingsan, sulit bernafas, gangguan sistem reproduktif pada pria
Metilen Kloridakanker, sesak nafas (karena dimetabolisme karbon monoksida), sakit kepala, pusing, lelah, sensitif
Phenol, 2,60bis(1,1-dimetileti)-4-metil
Gangguan pada janin dan sistem reproduksi.
BenzaldehidMengganggu sistem saraf pusat, peradangan pada mulut, tenggorokkan, mata, kulit, paru-paru, lesu, sakit perut dan kerusakan ginjal.
Kamper (kapur barus)Alergi pada kulit, Peradangan pada mata, hidung dan tenggorokkan, pusing, lesu dan tak sadarkan diri.
Benzil alkoholPeradangan pada sistem pernafasan, pusing, lesu, muntah, tekanan darah rendah, gangguan sistem saraf, kesulitan bernafas.
KarbitolPeradangan pada mata, kulit, saluran pernafasan paru-paru.
Tanda Keracunan
Pada umumnya keracunan zat pewangi di tandai oleh beberapa gejala berikut berdasarkan departemen kesehatan di Kanada (tahun 1990) yaitu mata berair, penglihatan berganda, bersin, sesak nafas, alergi ringitis, sinusitis, tinunitus, pusing, vertigo, batuk, bronkitis, sulit bernafas, sesak nafas, asma, anafilaksis, migrain, disorientasi, kehilangan ingatan bertahap, ketegangan, alergi akut, kemurungan, perubahan tingkah laku, memar pada kulit, peradangan otot dan sendi, sakit, lemah, denyutan jantung yang tidak teratur atau lebih cepat. Oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk membaca label pada produk yang akan dibeli untuk mengetahui kandungan kimia yang digunakan apakah zat yang terkandung cukup aman untuk manusia, dan sebaiknya jauhkan pemakian produk yang mnegandung zat kimia yang berbahaya pada anak-anak dan juga ikuti cara pemakaian dan keselamatan pada kemasan yang tertera. Jjadi ingatlah, tidak semua produk pewangi aman buat manusia !
Bahan kimia berbahaya dalam kehdupan sehari-hari* * * 3 pemilih14,234 views | May 3, 2010
oleh adit
Bahan kimia adalah bahan yang menyusun suatu zat. Bahan kimia itu dapat dikelompokan berdasarkan sifatnya, yaitu:• Mudah sekali terbakar• Mudah sekali meledak• Korosif (bahan yang menyebabkan pengikisan)• Serta Beracun
Sifat-Sifat Bahan KimiaSifat bahan kimia dapat dikenali dari kemasannya, yaitu sebagai berikut.1. Berbahan kertas: zat padat yang mengandung bahan kimia tetapi tidak berbahaya. Botol atau kaleng: zat cair yang mengandung bahan kimia berbahaya.2. Kaleng atau botol yang tidak tembus pandang: bahan kimianya mudah sekali rusak karena adanya pengaruh dari cahaya atau sinar Matahari langsung.3. Botol bermulut sempit dan tertutup rapat: zat yang mudah menguap.
Bahan Kimia Nonpangan dalam KehidupanAda beberapa macam bahan kimia non pangan yang sering digunakan, yaitu:1. Bahan kimia pembersihDalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih, di antaranya seperti sabun dan deterjen. Sabun dan deterjen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan deterjen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang dapat bersatu dengan air (hidrofilik) sehingga sabun dan detergen dapat larut dalam air dan bagian yang tidak dapat bersatu dengan air (hidrofobik) akan terlarut dalam minyak atau lemak. Berikut ini adalah macam-macam bahan kimia pembersih sebagi berikut.a. SabunSabun adalah garam basa yang dapat diperoleh dari berbagai asam lemak. Sabun itu fungsinya untuk membersihkan kotoran pada pakaian dan kulit yang sulit dibersihkan dengan menggunakan air. Reaksi penyabunan disebut dengan yang namanya saponifikasi. Sabun yang terbuat dari natrium hidroksida disebut dengan sabun keras, sedangkan sabun yang terbuat dari kalium hidroksida disebut dengan sabun lunak. Pada pembuatan sabun secara modern, selain menggunakan salah satu dari basa NaOH atau KOH, ditambahkan pula bahan lain, seperti kayak krim, parfum, vitamin, pewarna, dan antiseptik. Krim itu fungsinya untuk menghaluskan kulit, kalau parfum memberi aroma wangi pada sabun, sedangkan vitamin berfungsi untuk meremajakan kulit, pewarna untuk menambah daya tarik, dan antiseptik beruna untuk membunuh kuman.
b. DeterjenBahan dasar pembuatan deterjen adalah Alkyl Benzene Sulfonat (ABS). Daya cuci deterjen itu tenyata jauh lebih kuat dibandingkan dengan sabun. Bahkan, deterjen itui dapat bekerja pada air sadah lho…. Kelemahan deterjen
dibandingkan sabun adalah deterjen sukar sekali diuraikan oleh mkroorganisme sehingga dapat mencemari lingkungan di sekitarnyac. Pasta gigiPasta gigi merupakan pembersih yang fungsinya untuk membersihkan gigi dari segala jenis kotoran. Pasta gigi itu dibuat dari kalsium karbonat yang dihaluskan dan dicampurkan dengan gliserin. Sering kali pasta gigi itu ditambahkan zat pewarna, rasa manis, pemberi napas segar, fluoride, dan kalsium.d. SampoSampo itu terbuat dari basa natrium hidroksida (NaOH). Sampo juga sering sekali ditambahkan zat lain, seperti Vitamin E, kondisioner, ekstrak ginseng, urang-aring, seledri, dan zat yang fungsinya untuk mencegah dan mengobati ketombe.
2. Bahan pemutihPemutih biasanya digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sulit sekali dihilangkan pada pakaian/bahan tekstil. Larutan pemutih yang dijual biasanya itu mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCI) sekitar 5%.3. PewangiPewangi merupakan bahan kimia yang biasanya terdapat dalam parfum, pengharum ruangan, pengharum lantai, pengharum pakaian, dan pengharum toilet. Aroma harum pada bahan pewangi dapat diperoleh dari bahan alami, seperti:
a. Fenil alkohol -> terdapat pada bunga mawarb. Sitrat -> buahjerukc. Ambergis -> dari ekstrak usus ikan pausd. Gray amber -> dari sperma ikan hiue. Castorium -> dari kelenjar kaki rusa betina yang ada diAmerika Utaradan Siberiaf. C/Vet -> dari kelenjar musang Ethiopia
Bahan pewangi umumnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu:a. Pewangi padat, misalnya kayak bedak.b. Pewangi cair, misalnyakayak deodoran.c. Pewangi aerosol cair, misalnya kaya parfum. Pewangi berbentuk aerosol cair menggunakan senyawa kimia pendorong (propelan) agar dihasilkan aerosol, yaitu kloroflurokarbon (CFC).
4. Bahan pembasmi seranggaInsektisida ada tiga macam, yaitu:a. Racun pencernaanRacun pencernaan adalah bahan kimia yang jika termakan oleh serangga akan merusak saluran pencernaan sehingga serangga akan mati. Misalnya:• DDT = dikloro difenil trikloretan• BHC = benzena heksa kloridab. Racun luar tubuh
Racun luar tubuh adalah bahan kimia yang akan membunuh serangga jika terjadi kontak langsung antara bahan kimia dan serangga. Misalnya seperti :• DDT• Dieldrin• BHC• Aldrinc. Racun pernapasanRacun pernapasan adalah bahan kimia yang jika terhirup atau dihirup oleh serangga akan merusak saluran pernapasannya sehingga menyebabkan serangga itu mati. Misalnya seperti:• BHC• Asam sianida• Karbon disulfida
5. PupukPupuk buatan yang umum digunakan adalah pupuk nitrogen, pupuk fosfor, dan pupuk natrium. Pemberian pupuk secara beriebihan dapat menimbulkan pencemaran tanah.
Efek Samping Penggunaan Bahan bagi Lingkungan dan Manusia1. Beberapa bahan kimia disinyalir merupakan pemicu kanker dan alergi.2. Penggunaan pemutih gigi dapat menyebabkan gusi mengalami iritasi, bahkan kanker gigi karena kandungan merkuri di dalamnya.3. Kesalahan penggunaan sabun/deterjen dapat mengakibatkan iritasi pada kulit.4. Senyawa klorofluorokarbon (CFC) atau karbon dioksida (C02) dalam aerosol cair atau bahan kimia semprot mengakibatkan penyebab utama penipisan ozon dan efek rumah kaca {green house effect).5. Limbah plastik dan styrofoam tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan pencemaran lingkungan.6. Limbah cair dari kegiatan mencuci menyebabkan terjadinya eutrofikasi (perairan menjadi subur). Ini menyebabkan terjadinya Alga yang melimpah dan akan menjadi sampah organik sehingga perairan kekurangan oksigen.
Pencegahan Efek Samping Bahan Kimia1. Gunakan pupuk secukupnya.2. Gunakan cat yang aman, tidak mengandung merkuri atau timbal yang berbahaya bagi lingkungan.3. Jangan membakar sampah yang mengandung kemasan bahan kimia berbentuk aerosol cair.4. Gunakan sarung tangan ketika menggunakan pembersih kamar mandi.5. Pilihlah sabun, sampo, dan pembersih tubuh yang memilki pH seimbang.6. Jangan mencampur bahan kimia pemutih dengan bahan kimia lain tanpa petunjuk penggunaan yang jelas.7. Gunakan bahan kimia secukupnya saja.8. Selalu membaca label peringatan serta petunjuk penggunaan pada label kemasan.
ARTIKEL TOXIN & DETOXIFIKASI
Pestisida Dalam Makanan
PESTISIDA yang seharusnya untuk membasmi serangga dan hama tanaman, nyata-nyata banyak pula meracuni manusia. Keracunan yang dikarenakan tidak disadari, kebanyakan akibat pemakaian pestisida di lapangan dan di dalam rumah.
Korban keracunan di lapangan sudah tentu adalah para petani atau keluarganya, sedangkan korban keracunan di dalam rumah, siapa lagi kalau bukan mereka yang dengan gegabah menggunakan pembasmi serangga serta mereka yang tidak sadar bahwa beberapa jenis bahan pangan yang mereka beli dari pasar, khususnya buah dan sayuran, mungkin saja mengandung residu pestisida yang membahayakan.
Pestisida juga bisa saja nyasar ke dalam makanan, akibat tindak keteledoran para petani sayur dalam memperlakukan pestisida dengan dosis yang berlebih. Entah karena tidak tahu atau ndableg, merupakan kelaziman bahwa petani kita masih ada saja atau suka menyemprotkan pestisidanya sehari sebelum panen. Sebenarnya penyemprotan tanaman yang mau dipanen mestinya sudah harus dihentikan pada dua minggu hingga sepuluh hari sebelum dipanen.
Tenggang waktu tersebut diperlukan untuk memberikan kesempatan pestisida agar mengalami penguraian sehingga dalam kadar residu yang tidak membahayakan. Makin banyak petani menggunakan dosisnya sudah tentu memerlukan tenggang waktu makin lama. Tetapi kalau petani menyemprotnya baru dua atau tiga hari, itu sama artinya dengan meracuni mereka yang akan menyantap hasil panennya.
Berbagai penelitian para ahli membuktikan, di dalam sayuran yang menggunakan penyemprotan pestisida, ditemukan berbagai jenis residu seperti aldrin, diazinon, dieldrin, finitrothion, fenfoat, dan khlorpyrifos.
Walaupun kadar residu yang ada dalam buah dan sayuran tidak tinggi (masih dibawah nilai ambang yang diperbolehkan), namun bukan berarti tak perlu diwaspadai. Sebab meski yang masuk ke dalam tubuh kita dalam jumlah rendah, toh kalau hal itu berlangsung terus menerus pada gilirannya bisa menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Efek samar
Para ahli menyebut efek samar atau subklinik untuk jenis keracunan seperti ini. Diperkirakan, jumlah masyarakat yang terkena efek ini sangat besar, khususnya di daerah pedesaan, yang notabene masih menggunakan sumber air sembarangan. Selain menempel di tanaman, residu pestisida juga banyak yang sampai ke air dan tanah. Di sini pestisida berpengaruh pada biota air dan tanah, serta tentu saja manusia jika memang menggunakan air tersebut.
Sungguh mengerikan akibat yang bisa timbul oleh efek samar ini yaitu dengan kemungkinan munculnya kerusakan hati, ginjal, paru-paru, kelumpuhan, menjadi steril dan bahkan kerusakan otak.
Ada dua jenis keracunan yang di akibatkan oleh pestisida, yaitu keracunan akut dan sedang. Sesuai namanya, keracunan akut adalah akibat mengkonsumsi residu pestisida (pestisida) dalam jumlah banyak sekaligus. Tentu fatal akibatnya, karena bisa mematikan. Sedangkan keracunan
sedang, biasanya korban tidak sampai dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit karena gejala umumnya hanya sub-klinis, seperti pusing-pusing, mual atau berkeringat berlebihan.
Mengurangi residu
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain dengan mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran.
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50 persen untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.
Selain pencucian, perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.
Tanda keracunan
Apakah semua sayuran yang ada di pasar mengandung residu pestisida? Tentunya kita harapkan tidak demikian adanya, namun kita tetap perlu waspada. Tanda orang yang keracunan pestisida dalam jumlah cukup tinggi bermacam-macam, tergantung jenis pestisida yang digunakan. Namun, pada umumnya berupa sakit kepala, pusing, mual sampai muntah, gemetar, kejang, penglihatan kabur, berair liur banyak, bahkan ada yang sampai kehilangan kesadaran.
Akan halnya keracunan samar-samar, gejala agak sulit dideteksi karena masuknya residu itu secara sedikit-sedikit tetapi berkepanjangan. Namun, yang jelas, kita harus waspada karena bahan aktif pestisida tidak terbuang ke luar melainkan cenderung berakumulasi, terikat dalam jaringan tubuh. Akumulasi yang terus menerus akan menyebabkan bersirat karsinogenik alias berpotensi memicu timbulnya kanker atau tumor. Akumulasi bahan aktif pestisida dalam tubuh juga memungkinkan lahirnya kerusakan hati, ginjal dan paru-paru.
Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Ada baiknya memang kalau kita tahu dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun. ( Rudi Setiadi dan Eulis Kuraesin, A.Ma.Pd.)
Bahaya Styrofoam Bagi Kesehatan
Beberapa tahun lalu, Mc Donalds mengumumkan akan mengganti wadah styrofoam dengan kertas. Para ahli lingkungan menyebutkan keputusan itu sebagai ”kemenangan lingkungan” karena styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Keputusan ini menyusul hal serupa oleh perusahaan-perusahaan makanan siap saji lainnya.
Namun bukan berati styrofoam (polystyrene) jadi berkurang dan hilang. Malahan di Indonesia, penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan makin menjamur. Sangat mudah menemukannya dimana-mana. Mulai dari restoran cepat sampai ketukang-tukang makanan di pinggir jalan, menggunakan bahan ini untuk membungkus makanan mereka. Alasannya, ingin praktis dan tampil lebih baik. Padahal di balik kemasan yang terlihat bersih itu ada bahaya besar yang mengancam.
Dalam industri, styrofoam sebenarnya hanya digunakan sebagai bahan insulasi. Bahan ini memang bisa menahan suhu, sehingga benda didalamnya tetap dingin atau hangat lebih lama dari pada kertas atau bahan lainnya. Karena bisa menahan suhu itulah, akhirnya banyak yang ’salah kaprah’ menggunakannya sebagai gelas minuman dan wadah makanan.
Berbahaya Bagi KesehatanMengapa styrofoam berbahaya? Styrofoam jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diprosese dengan menggunakan benzana (alias benzene). Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit.
Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization’ s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan sebagai bahan karsinogen(bahan yang dapat menyebabkan kanker)
Makin Berlemak Makin CepatSaat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan.
Penelitian juga membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
Padahal di restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru masak.. Malahan ada gerai makanan cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Terbayang’kan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
Buruk Bagi LingkunganSelain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.
Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan.Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap yang mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara
Bahaya Kimia Industri
Fakta mengenai potensi bahaya yang bersumber dari bahan kimia di dunia industri memang tak terbantahkan. Karena hampir dapat dipastikan setiap jenis industri kimia mempergunakan bahan kimia berbahaya, baik yang berupa gas, cairan maupun padatan.
Tereksposnya tubuh oleh bahan kimia berbahaya bisa berakibat buruk baik terhadap keselamatan maupun terganggunya kesehatan seseorang. Orang yang terkena langsung dengan cairan hidrogen peroksida misalnya, kulitnya akan mengalami oksidasi, berubah warnanya menjadi putih disertai dengan rasa perih dan gatal.
Bahkan pada industri kimia yang menggunakan gas karbon monoksida (CO), potensi bahayanya bisa lebih fatal, yaitu menyebabkan kematian bila sampai menghirup gas karbon monoksida dengan konsentrasi tertentu.
Sedangkan orang yang terus-menerus dalam kurun waktu yang cukup lama menghirup uap pelarut organik tertentu seperti benzene misalnya, akan cenderung memiliki gangguan pada organ ginjalnya. Bahkan mungkin anggota organ dalam tubuh lainnya pun akan mengalami gangguan pula.
Informasi tentang potensi bahaya bahan kimia, baik terhadap keselamatan maupun kesehatan, dapat kita dapatkan dari lembar keselamatan bahan atau MSDS (Material Safety Data Sheet).
Dalam MSDS juga dijelaskan bagaimana menghindari bahaya berkenaan dengan bahan kimia yang dimaksud. Termasuk pula di dalamnya jenis alat keselamatan kerja yang harus dikenakan pada saat kita sedang menangani bahan kimia tersebut. Pemakaian alat keselamatan di tempat kerja (tugas) merupakan upaya menghindari tereksposnya tubuh oleh bahaya kimia
Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerjaBahan Kimia
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti gas beracun), serapaan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan cairan.
Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar). Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik).
Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes), bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel kanker), dan teratogenik.
Zat-zat Berbahaya Yang Terdapat Dalam Produk Kosmetik
7 Januari 2011 oleh Gombhal
Kebanyakan dari kita menggunakan beberapa jenis kosmetik atau produk
perawatan kulit secara rutin. Anda mungkin akan terkejut jika mengetahui
jika lebih dari 90 persen kosmetik setidaknya mengandung satu atau
beberapa bahan kimia dan sintetis yang bias menyebabkan kelainan kulit,
bahkan kanker.
1. Diethanolamine (DEA) bisa ditemukan dalam produk lotion, sabun
dan shampoo. Zat kimia ini tidak berbahaya. Akan tetapi, jika
dikombinasikan dengan bahan lainnya, DEA dapat menjelma sebagai
karsinogen yang disebut nitrosodiethanolamine (NDEA). NDEA dapat
diserap dengan mudah oleh kulit.
2. Parabens pada umumnya dikenal sebagai metil, propil, ethylparaben
atau butylparaben. Beberapa laporan menyebutkan bahwa zat tersebut
memberikan resiko kanker payudara. Sebuah studi yang dilakukan FDA
menyatakan bahwa paraben memang tidak berbahaya pada tingkat
pemakaian yang sangat kecil. Tapi, dengan ribuan dan ribuan produk yang
mengandung paraben, kemungkinan besar parabens akan mengancam
kesehatan dan hidup Anda.
3. Formaldehyde yang juga dikenal sebagai DMDM hydantoin diazolidinyl
urea, Imidazalidol urea Sodium hydroxymethylglycinate, N-
(Hydroxymethyl) glycine, monosodium salt, and quaternium-15, adalah
bahan umum yang digunakan dalam sejumlah produk kecantikan. Beberapa
dari mereka yang digunakan sebagai pengawet alternatif untuk Paraben.
Formaldehida telah dikategorikan sebagai karsinogen sejak pertengahan
tahun 2004. Juga diketahui sebagai penyebab iritasi tenggorokan, mata,
hidung, kanker dan asma.
4. Fenilendiamin (PPD) sering digunakan dalam pewarna kosmetik.
Meskipun PPD tidak disetujui untuk produk yang datang dalam kontak
dengan kulit, pewarna rambut biasanya akan di dahi atau telinga dan Anda
meninggalkannya selama minimal 25 menit.
5. Phthalates terutama dipakai dalam cat kuku. Zat ini menjadi topik
hangat karena diduga mengganggu sistem endokrin yang dapat
menyebabkan efek samping pada reproduksi dan neurologis pria dan wanita.
6. Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Sodium Laureth Sulfate
(SLES) banyak digunakan dalam sabun dan shampoo. SLS dan SLES
menyebabkan iritasi kulit, mata, kulit kepala. Juga menyebabkan
pembengkakan wajah, tangan dan lengan. Ada juga laporan yang
menyebutkan bahwa keduanya mengakibatkan rambut kusut.
7. Petrolatum sering digunakan dalam industri kosmetik karena harganya
murah. Namun, beberapa fakta mengatakan bahwa petrolatum dapat
menimbulkan jerawat dan penuaan dini. Selain itu juga menyebabkan
kekebalan terhadap kontaminasi rendah menurun.
8. Triclosan merupakan bahan aktif yang terdapat di hampir semua sabun
antibakteri cair, pasta gigi, perawatan jerawat dan deodoran. Triclosan
terakumulasi di dalam lemak dan dapat berkembang biak dalam tubuh
manusia dan hewan. Efek negatifnya adalah dapat menyebabkan disfungsi
tiroid dan bereaksi dengan klorin.
9. Toluena, zat pelarut yang digunakan dalam pembuatan cat, bahan kimia,
farmasi, karet dan cat kuku. Toluena adalah racun bagi sistem saraf dan
pernapasan dalam sehingga dapat menyebabkan Anda menderita vertigo
dan sakit kepala. Juga diduga bias menyebabkan keguguran dan bayi lahir.
10. Fragrance terdapat pada tabir surya, perawatan tubuh dan kulit,
shampoo dan beberapa produk bayi. Zat ini mengandung banyak senyawa
yang bersifat karsinogenik atau beracun. Gejala-gejala akibat gangguan
fragrance di antaranya sakit kepala, pusing, ruam, perubahan warna kulit,
batuk, muntah, iritasi kulit dan alergi.
11. Trietanolamina (TEA) digunakan untuk menyeimbangkan PH dan
merupakan bahan kosmetik untuk melembutkan kulit. TEA diserap tubuh
melalui kulit dan sebagai hasilnya bisa menjadi racun. Tanda-tandanya
adalah alergi, rambut dan kulit kering, mata merah dan iritasi
12. Hydroquinone adalah bahan pencerah kulit yang ilegal di Jepang,
Australia, dan Eropa. Bahan kimia ini diperbolehkan dalam produk
perawatan pribadi di Amerika Serikat dengan konsentrasi maksimum 2
persen. Hydroquinone digunakan dalam krim pemutih kulit. Efeknya, selain
mengurangi melanin, juga dapat meningkatkan penetrasi UVA dan UVB
pada kulit.
13. BHA (butil hydroxyanisole) dan BHT (butil hidroksitoluen)
dapat ditemukan dalam produk tabir surya dan lipstik. Anda juga dapat
menemukannya pada beberapa makanan. Keduanya merupakan zat beracun
bagi hati, menurunkan kekebalan tubuh, mengganggu pernapasan dan
sistem saraf.
14. Talc hadir dalam kosmetik sehari-hari seperti rouge dan bedak bayi. US
Department of Health’s National Institutes of Health (NIH) telah mendorong
mengklasifikasikannya sebagai karsinogen, tetapi usaha mereka up to date
telah gagal.
15. Partikelnano adalah bahan yang ditambahkan pada bronzers, eye
shadow, tabir surya dan lotion. Zat ini bisa meresap ke dalam aliran darah.
Dan… dapat mengakibatkan buruknya respon inflamasi, stres oksidatif dan
kerusakan sel.
sumber
Kain – Bahaya Beracun dari pelembut Fabric dan Lembar pengering
Banyak orang akan ingat iklan TV terkenal di mana ras seorang wanita untuk mesin cuci nya pelembut kain di tangan hanya untuk tiba tepat sebagai ujung mencuci. Wanita yang lupa iklan pelembut kain itu benar-benar melakukan dirinya dan keluarganya bantuan.
Meskipun mereka dapat membuat pakaian Anda terasa lembut dan bau segar pelembut kain dan lembaran pengering adalah beberapa produk yang paling beracun di sekitar. Dan kemungkinan bahwa persen mengejutkan orang Amerika yang menggunakan deterjen komersial umum pelembut kain pemutih dan Penghilang noda akan berpikir dua kali jika mereka tahu bahwa mereka mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker dan kerusakan otak.
Layanan Binatu
Berikut ini adalah daftar hanya beberapa bahan kimia yang ditemukan di pelunak kain dan lembaran pengering
Benzil asetat Terkait dengan kanker pankreas
Benzil Alkohol iritasi saluran pernapasan
Atas
Etanol Pada EPA Daftar Limbah Berbahaya Badan Perlindungan Lingkungan dan dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat
Limonene Dikenal karsinogen
A-terpineol Dapat menyebabkan masalah pernapasan termasuk edema fatal dan pusat kerusakan sistem saraf
Etil Asetat Sebuah narkotika di daftar
Berbahaya EPA Limbah
Kamper Penyebab gangguan sistem saraf pusat
Kloroform neurotoksik anestesi dan
karsinogenik
Linalool Sebuah narkotika yang menyebabkan pusat gangguan sistem saraf
Pentana Sebuah kimia yang dikenal berbahaya jika dihirup
Jadi bagaimana mungkin produk dengan nama-nama cantik seperti Mist Samudra Lembut Summer Orchard dan April Segar begitu berbahaya
Dengan kata lain menghapus semua aroma menambahkan bahwa endears orang untuk pelembut kain dan – seperti clich
Apakah Soft Pakaian Worth It
Gangguan sistem saraf pusat
Sakit kepala
Mual
Muntah
Pusing
Tekanan darah pengurangan
Iritasi pada kulit selaput lendir dan saluran pernapasan
Kanker pankreas
Bayi Fabric
Lembutkan Pakaian Anda Aman Dengan ini
Tips
Bahkan jika Anda tidak merasakan efek dari bahan kimia saat ini mereka dapat mempengaruhi Anda secara bertahap dari waktu ke waktu dan anak-anak yang sistem masih berkembang sangat beresiko. Ada benar ada alasan untuk mengekspos diri sendiri untuk bahan kimia ini berisiko ketika alternatif alami ada. Bukan saja mereka lebih aman bagi Anda keluarga Anda dan lingkungan tapi mereka jauh lebih ekonomis juga
Tambahkan seperempat cangkir baking soda untuk mencuci siklus untuk melunakkan kain
Tambahkan seperempat cangkir cuka putih untuk membilas untuk melunakkan kain dan menghilangkan melekat
Periksa kesehatan setempat toko makanan untuk pelembut kain alami yang menggunakan basis alam seperti kedelai ketimbang kimia
Kemungkinan bahwa kain pelembut dan lembaran pengering bukan hanya produk beracun di rumah Anda. Banyak produk rumah tangga yang konsumen anggap aman juga penuh bahan kimia beracun. Artikel sebelumnya kami pada Senyawa PEG dalam Kosmetik dan Fenol dalam Pembersih Rumah Tangga umum adalah dua dari semua waktu artikel yang paling populer di SixWise.com dan akan membuat Anda lebih menyadari pervasiveness bahan kimia berbahaya yang dapat dihilangkan dari rumah Anda.
top related