artikel penambahan tepung kulit biji kedelai...
Post on 09-Mar-2019
261 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ARTIKEL
PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BIJI KEDELAI DALAM RANSUM
PAKAN TERHADAP BOBOT BADAN AYAM BROILER
Oleh:
INTAHA RO’IS
14.1.04.01.0057
Dibimbing oleh :
1. Erna Yuniati, S. Pt., MP.
2. Lukman Hakim,S.Pt, M.Pt
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2019
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 2||
PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BIJI KEDELAI DALAM RANSUM
PAKAN TERHADAP BOBOT BADAN AYAM BROILER
INTAHA RO’IS
NPM. 14.1.04.01.0057
F.Peternakan - Prodi Peternakan
umas rois
1. Erna Yuniati, S.Pt., M.P.
2. Lukman Hakim,S.Pt, M.Pt UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2017 yang bertempat
di peternakan ayam broiler Bapak Kosim Desa Sumbersari, Kecamatan Ngronggot,
KabupatenNganjuk
Kulit biji kedelai merupakan limbah industri tempe yang diperoleh setelah melalui
proses perebusan dan perendaman kecang kedelai kacang kedelai. Setelalah melalui proses ini
kulit ari dipisahkan dengan melakukan penginjakan atau dengan mesin pembelah biji akan
mengapung dan dibuang begitu saja.
Penelitian ini dilatar belakangi Pakan merupakan kebutuhan yang paling utama dalam
usaha peternakan, terutama dalam peternakan unggas dimana dalam pemeliharaan secara
instensif biaya pakan mencapai 70% sehingga biaya pakan sangat menentukan biaya
produksi. Agar dapat menekan biaya produksi diperlukan bahan baku yang harganya murah,
mudah didapat dan mempunyai gizi yang cukup.
.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit bij
ikedelai dalam pakan terhadap bobot badan ayam broiler. Penelitian ini menggunakan 80
ekor ayam broiler, dan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan,
setiap kandang berisi 5 ekor ayam. Perlakuan yang diberikan adalah PO= pakan tanpa
tambahan tepung kulit biji kedelai (kontrol), P1= pakan control dengan 5% tepung kulit biji
kedelai, P2= pakan control dengan 10% tepung kulit biji kedelai, P3= pakan control dengan
15% tepung kulit biji kedelai.
Perubahan yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan
konversi pakan. Data dianalisis menggunakan Sidik Ragam. Hasil penelitian diperoleh bahwa
penggunaan tepung kulit biji kedelai dalam pakan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap
konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah Konsumsipakan, pertambahan bobot badan dan
konversi menunjukkan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Tepung kulit biji kedelai bisa
ditambahkan kedalam pakan ayam broiler sebanyak 10%. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut Penambahan tepung kulit biji kedelai terbaik terdapat pada
perlakuan (P2) yaitu penambahan 10% dengan konsumsi tertinggi (P2) 10967gram, bobot
badan tertinggi (P2) 49013,75 gram.
KATA KUNCI : Tepung kulit biji kedelai, bobot badan, ayam broiler.
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 3||
I. LATAR BELAKANG
Ayam broiler merupakan salah satu
sumber protein hewani yang dibutuhkan
masyarakat. Menurut kecepatan
pertumbuhannya, periode pemeliharaan
ayam broiler dibagi menjadi dua yaitu
periode starter dan finisher. Periode starter
dimulai umur 1-21 hari dan periode
finisher dimulai umur 22-35 atau umur dan
bobot potong yang diinginkan (Murwarni,
2010).
Salah satu faktor penentu keberhasilan
suatu usaha peternakan adalah faktor
pakan, disamping faktor genetic dan
tatalaksana pemeliharaan. Biaya pakan
dalam suatu usaha peternakan khususnya
ayam broiler merupakan komponen
terbesar dari total biaya produksi yaitu
sekiar 60 sampai 70 persen (Budiansyah,
2010). Oleh karena itu, agar usha
peternakan ayam broiler dapat berhasil
dengan baik, ayam dapat tumbuh dan
berproduksi dengan optimal dengan tingkat
keuntungan yang maksimum, maka faktor
pakan harus mendapat perhatian yang
cukup serius, terutama kualitas dan harga
pakan. Umumnya peternak ayam broiler
menggunakan ransum komersial untuk
memenuhi kebutuhan pakan ternak, karena
ransum komersial telah disusun
sedemikian rupa sehingga memenuhi
standart kebutuhan zat makanan yang telah
ditetapkan, dan ransum tersebut banyak
tersedia di pasaran. Salah satu usaha untuk
menekan biaya pakan adalah
memanfaatkan bahan alternatif.
Pakan altenatif diharapkan dapat
menurunkan biaya produksi pemeliharaan
ayam broiler. Pakan alternatif yang telah
digunakan saat ini dalam penelitian antara
lain fermetasi ampas tahu, kulit kedelai,
kulit kecambah, bungkil kedelai, bungkil
kelapa dan lain-lain. Kediri sebagai
penghasil tahu memiliki banyak limbah
antara lain ampas tahu dan kulit kedelai
hasil samping dari produksi tahu. Selama
ini ampas tahu telah dijadikan pakan
tambahan untuk ternak ruminansia (sapi,
kambing, domba dll), sedangkankan kulit
kedelai belum banyak dimanfaatkan.
(Iriyani, 2001).
Kulit biji kedelai merupakan limbah
industri tempe yang diperoleh setelah
melalui proses perebusan dan perendaman
kecang kedelai kacang kedelai. Setelalah
melalui proses ini kulit ari dipisahkan
dengan melakukan penginjakan atau
dengan mesin pembelah biji akan
mengapung dan dibuang begitu saja. Kulit
ari kedelai ini masih sangat potensial
dimanfaatkan sebagai pakan ternak
mengingat protein dan energinya yang
cukup tinggi. Bahwa kulit ari biji kedelai
ini mengandung protein kasar 17,98 %,
lemak kasar 5,5 %, serat kasar 24,84 %,
1
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 1||
dan energy metabolis 2898 kkal/kg
(Anonim, 2013). Disamping itu, kulit ari
kedelai mengandung senyawa isoflavon
yang merupakan ikatan sejumlah asam
amino dengan vitamin dan beberapa zat
gizi lainnya dalam biji kedelai yang
membentuk flavonoid. Isoflavon pada
hewan ternak bermanfaat meningkatkan
reproduksi, karena pada senyawa isoflavon
ini termasuk senyawa fitoestrogen.
Pemberian fitoestrogen ini merupakan
pakan alami yang mengandung hormone
yang dikenal dengan fitohormon yang
banyak dikembangkan saat ini (Hernawati,
2010).
Berdasarkan latar belakang dan fungsi
tepung kulit biji kedelai tersebut maka
perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pemberian tepung
kulit biji kedelai pada ayam broiler
terhadap pertambahan bobot badan ayam
broiler fase pemeliharaan atau starter
sampai finisher hingga dipasarkan.
II. METODE
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan
November sampai Desember 2017 yang
bertempat di peternakan ayam broiler
Bapak Kosim Desa sumbersari, kecamatan
ngronggot, kabupaten nganjuk dengan
judul “ Penambahan Tepung Kulit Biji
Kedelai Dalam Pakan Terhadap Bobot
Badan Ayam Broiler “.
B. Materi Penelitian
1. Ayam Broiler
Penelitian ini menggunakan ternak
unggas ayam broiler fase starter
umur 14 hari sampai panen
sebanyak 80 ekor.
2. Kandang
Kandang yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kandang litter
dengan ukuran panjang 300 cm dan
lebar 200 cm per petak, berjumlah
16 petak dan setiap petak diisi 5
ayam broiler. Pakan dan minum
berada didalam kandang.
C. Pakan
Pakan yang digunakan yaitu konsentrat
masterfeed MBR – 1 SP dan tepung
kulit biji kedelai.
D. Alat dan Bahan yang digunakan
1. Alat
a. Tempat pakan dan minum
b. Timbangan untuk
menimbang
c. Buku, alat tulis dan
kalkulator
14
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 2||
d. Timba sebagai tempat
mengaduk pakan.
2. Bahan
a. Konsentrat dan tepung kulit
biji kedelai
b. Air minum
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan
dan 4 ulangan, masing-masing terdiri
dari 5 ekor ayam broiler berjumlah 80
ekor.
Perlakuan yang diberikan
adalah:
P0 = pakan tanpa tambahan tepung
kulit biji kedelai (kontrol).
P1 = pakan kontrol dengan 5%
tepung kulit biji kedelai.
P2 = pakan kontrol dengan 10% tepung
kulit biji kedelai.
P3 = pakan kontrol dengan 15% tepung
kulit biji kedelai.
Model Matematika Rancangan Alat
Lengkap (RAL) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + α + εij
Keterangan :
i : 1,2,3,…P (jumlah perlakuan) dan j =
1,2,3,…1 (jumlah ulangan)
Yij : Nilai pengamatan pada suatu
percobaan
I : Nilai tengah umum
Ai : pengaruh perlakuan taraf ke i
Gij : Galat percobaan pada suatu
percobaan ulangan ke – j perlakuan ke – i
Data yang diperoleh dan dianalisa
dengan menggunakan sidik ragam. Jika
( p>0,05) maka dilakukan Uji Berganda
Duncan atau Duncan Multiple Range
Test (DMRT).
F. Parameter Penelitian
1. Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum dihitung
berdasarkan jumlah ransum yang
diberikan pada awal minggu dikurangi
sisa ransum pada akhir minggu, dalam
satuan gram/ekor/minggu.
2. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan
dihitung berdasarkan berat
akhir minggu dikurangi dengan
berat awal minggu yang
dihitung tiap minggunya, dalam
satuan gram/ekor/minggu.
No
Kode
bahan
KandunganZatMakanan
BK
(%)
Abu*
(%)
PK*
(%)
SK*
(%)
LK*
(%)
P1 5% 90,15 7,22 20.38 7,04 12,27
P2 10% 90,19 7,20 20.98 7,76 11,80
P3 15% 90,01 7,09 20.38 8,54 11,72
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 3||
3. Konversi Ransum
Konversi ransum dihitung berdasarkan
perbandingan antara konsumsi ransum
dengan pertambahan bobot badan tiap
minggunya.
III. HASIL DAN KESIMPULAN
A. Hasil Uji Analisis Proksimat
Hasil uji analisis proksimat
penelitian Pengaruh Penambahan
Tepung Kulit Biji Kedelai Dalam
Ransum Pakan Terhadap Bobot
Badan Ayam Broiler terlihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Hasil uji analisis proksimat
penambahan tepung kulit biji kedelai
Sumber: Laboratorium Nutrisi Universitas
Muhammadiyah Malang
Tabel 2. Kandungan nutrisi konsentrat
Masterfeed MBR-1 SP
Air Maks.
12%
Protein kasar 20,5-
22,5%
Lemak kasar Min. 5%
Serat kasar Maks. 5%
Abu Maks. 7%
Kalsium 0,8-1,1%
Phosphor Min 0,5%
Coccidiostat +
Antibiotika +
Enzim +
sumber : PT.POKPHAN
COMFEEED SURABAYA Indonesia, tbk
Tabel 3. Standart Deviasi
P0 P1 P2 P3
Konsumsi 0,2175 ±
sd
0,009574
0,1725
± sd
0,005
0,2125 ±
sd 0,005
0,215 ±
sd
0,068557
Bobot
badan
48412,5
± sd
406,622
48842,5
± sd
197,336
49013,75
± sd
690,10114
48570 ±
sd
596,6155
konversi 0,2175 ±
sd
0,009574
0,1725
± sd
0,005
0,2125 ±
sd 0,005
0,215 ±
sd
0,068557
B. Konsumsi Ransum
Dari analisis ragam menunjukkan
bahwa penggunaan tepung kulit biji
kedelai dalam pakan sebagai campuran
memberikan pengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap konsumsi pakan.
Konsumsi ransum dapat dihitung
dengan pengurangan jumlah ransum
yang diberikan dengan ransum yang
tersisa. Dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Grafik 4.2 Konsumsi Penambahan
Tepung Kulit Biji Kedelai pada Ayam
Broiler
Keterangan:
P0= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 0% (kontrol)
P1= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 5%
P2= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 10%
P3= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 15%
Pada Grafik 4.2 menunjukkan
bahwa tingkat konsumsi tertinggi
terdapat pada perlakuan P2 dengan
penambahan tepung kulit biji kedelai
10% sedangkan tingkat konsumsi
terendah terdapat pada perlakuan P1
dengan penambahan Tepung kulit biji
kedelai 5%. Dengan demikian urutan
tingkat konsumsi dari yang tertinggi
sampai terendah secara berurutan yaitu
P2, P0, P3, P1
Konsumsi tinggi pada perlakuan
P2 (10967/g/ekor/Minggu) dengan
pemberian konsentrat dan penambahan
tepung kulit biji kedelai 10% terlihat
bahwa semakin meningkat
penggantian tepung biji kedelai dalam
ransum maka konsumsi ransum akan
meningkat juga, ini sesuai dengan hasil
uji analisa Lab. proksimat, bahwa nilai
ransum terbaik terdapat pada perlakuan
P2, hal ini terlihat kalau tepung kulit
kedelai ini juga disukai ternak.
Menurut Widodo (2009). Konsumsi
pakan dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan, kesehatan ayam,
perkandangan, wadah pakan,
kandungan zat makanan dalam pakan
dan stess yang terjadi pada ternak
unggas.
Konsumsi terendah terdapat pada
perlakuan P1 (8455 g/ekor/minggu),
turunnya konsumsi pakan pada P1
diduga karena daya tahan tubuh ayam
menurun, hal ini diketahui dari
timbulnya suara krok, ngorok pada
ayam bukanlah nama suatu penyakit,
namun merupakan salah satu gejala
klinis dari penyakit yang menyerang
saluran pernafasan ayam menurut
invovit,(2007) Cuaca yang ekstrim
seperti panas yang sangat terik akan
menyebabkan ayam banyak minum dan
sedikit makan. Hal ini menyebabkan
ayam mengalami kekurangan nutrisi
dan stress yang tinggi . dampak dari hal
ini ayam akan ,menurun kekebalan
tubuhnya sehingga mudah terserang
penyakit. Selain itu, tingginya
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 5||
konsumsi air menyebabkan kotoran
akan akan menjadi lebih cair sehingga
kadar amoniak menjadi lebih tinggi.
Tingginya kadar amoniak dalam
kandang ini merusak vili saluran
pernafasan, padahal vili tersebut
merupakan salah satu bagian dari
sistim kekebalan pada saluran
pernafasan. Rusaknya vili tersebut
memunculkan gejala ‘Ngorok/ Cekres/
Cekrek’ dan menurunkan kekebalan
tubuh ayam broiler.
Pada beberapa perlakuan lain
seperti P3 dan P0 tingkat konsumsinya
juga rendah yaitu 10967g/ekor/minggu
dan 10443,75 g/ekor/minggu,hal ini
disebakan perlakuan P3 penambahan
tepung kulit biji kedelai terlalu banyak
dan ayam cenderung memilih - milih
pakan dan akan menyesuaikan
konsumsinya untuk mendapatkan
energi yang cukup. ayam akan berhenti
makan bila kebutuhan energinya
terpenuhi. hal ini sejalan dengan
pendapat Wahyuni (2004) bahwa ayam
cenderung mengurangi makanan
dikarenakan sifat bahan pakanya yang
mengandung energi tinggi sehingga
mengakibatkan cepat kenyang.
Sedangkan pada P0 menunjukkan
konsumsi lebih tinggi dari perlakuan
P3 dan P1 tapi lebih rendah dari P2,
karena dalam pakan tidak ada
campuran tepung kulit biji kedelai dan
bentuk tekstur pakan yang agak lembut
sehingga ayam lebih banyak
mengkonsumsi pakan. Menurut
Muetidjo (1992), bentuk fisik pakan
berpengaruh terhadap konsumsi pakan
ayam, dimana bentuk butiran lebih
disukai dari pada bentuk mash. Faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumsi
pakan adalah kerapatan jenis bahan
pakan, tingkat palabilitas pakan, dan
kandungan energi dalam pakan.
C. Pertambahan Bobot Badan
Berdasarkan pada analisis ragam
pertambahan tepung kulit biji kedelai
menunjukan pengaruh tidak nyata
(P>0,05), perlakuan P2 (10%) lebih
tinggi pertambahan bobot badan
dibandingkan perlakuan P1, P3, dan
P0. Menurut Filawati (2008)
penggunaan tepung kulit kedelai dapat
diberikan sampai taraf tertentu sebagai
pengganti sebagian ransum komersial
tanpa menyebabkan pengaruh yang
negatif terhadap bobot karkas.
Pertambahan bobot dapat dihitung
berdasarkan berat akhir minggu
dikurangi berat awal minggu dalam
satuan gram/ekor/minggu. Dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.3 Penambahan Tepung Kulit
Biji Kedelai pada Ayam Broiler
Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Keterangan:
P0= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 0% (kontrol)
P1= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 5%
P2= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 10%
P3= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 15%
Dilihat pada tabel 4.3
pertambahan bobot tertinggi terdapat
pada perlakuan P2 (49013,75
g/ekor/minggu), penambahan 10%
tepung biji kedelai mencukupi dalam
pakan ayam broiler, hal ini disebabkan
terpenuhinya zat-zat yang dibutuhkan
untuk menambah bobot badan yang
tidak sama dan suhu lingkungan yang
tidak stabil. Suharno dan Nazarudin
(1994), menyatakan bahwa
pertambahan bobot badan dipengaruhi
oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis
ternak, dan gizi yang ada dalam pakan.
Bobot terendah terdapat pada
perlakuan P0 (kontrol) (6703,75
g/ekor/minggu), rendahnya bobot
badan dipengaruhi oleh jenis pakan
yang diberikan. Pada perlakuan P0
tingkat konsumsi pakan sedikit lebih
rendah dari P2 akan tapi lebih tinggi
dari perlakuan P3 dan P1. Konsumsi
pakan tinggi menunjukkan bahwa
belum tentu tubuh ayam menyerap zat-
zat makanan yang tinggi juga, pada
penelitian ini konsumsi pakan bisa
dikatakan tinggi, namun bobot badan
ayam mengalami penurunan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Rasyaf (2012),
bahwa pertambahan bobot badan
dipengaruhi oleh faktor genetik dan
non genetik yang meliputi kandungan
zat makanan yang dikonsumsi, suhu
lingkungan, keadaan udara dalam
kandang, dan kesehatan ayam.
Bobot badan p1 rendah ini dikarenakan
ayam mengalami gejala penyakit
ngorok sehingga konsumsi pakan
rendah dan mengakibatkan bobot
badan juga rendah ini esuai dengan
pendapat kunta adnan (2014) Ayam
broiler secara genetik mempunyai
kemampuan tumbuh lebih cepat
dibanding ayam type lain.
Pertumbuhan badan yang cepat tidak
sebanding dengan perkembangan organ
vital dalam ayam yaitu jantung dan
paru-parunya. Sehingga kedua organ
ini sangat rentan terhadap gangguan
baik dari dalam maupun luar. Hal ini
mengakibatkan ayam broiler timgkat
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 7||
konsumsinya rendah sehingga bobot
badan juga ikut rendah.
D. Konversi Pakan
Hasil keragaman pada lampiran
menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05), yang berarti bahwa
perlakuan P0, P1, P2, dan P3 pada
pakan ayam broiler tidak pengaruh
terhadap konversi ayam broiler,
kemungkinan jumlah ayam broiler di
jenis yang sama dan pakan yang
diberikan juga sama, dan level
pemberian tepung kulit biji kedelai
yang sedikit. Konversi ransum
dipengaruhi oleh genetika, ukuran
tubuh, suhu lingkungan, kesehatan,
tercukupinya nutrien ransum (Rasyaf,
1997).
Konversi dihitung berdasarkan
perbandingan antara konsumsi ransum
dengan pertambahan bobot badan
setiap minggunya. Dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :
Grafik 4.4. Konversi Penambahan
Tepung Kulit Biji Kedelai pada
Ayam Broiler
Keterangan:
P0= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 0% (kontrol)
P1= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 5%
P2= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 10%
P3= Pemberian Konsentrat + Tepung
Kulit Biji Kedelai 15%
Dari tabel 4.4 hasil penelitian
konversi terendah terdapat pada P1 (0,1725
g/ekor/minggu), pada perlakuan P2
konsumsi sebanding dengan pertambahan
bobot badan sehingga konversinya lebih
sedikit dibanding dengan perlakuan yang
lainnya. Sehingga dengan konversi yang
rendah maka penambahan Tepung Kulit
Biji Kedelai bisa digunakan dalam pakan
ayam broiler dan mengurangi biaya.
Rasyaf (2004), menyatakan bahwa bila
hendak memperbaiki sudut konversi,
sebaiknya dipilih angka konversi yang
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 8||
terendah. Akan tetapi, angka itu berada
dari masa awal ke masa akhir karena di
masa akhir pertumbuhan broiler menjadi
lambat atau mulai menurun setelah usia 4
minggu sedangkan ransumnya bertambah
terus.
Tingkat konversi cukup tinggi hal
ini dikarenakan ayam broiler terkena gejala
penyakit ngorok sehingga tinggal
konsumsi pada pakan rendah dan bobot
badan secara otomatis juga rendah, Lacy
dan Vest (2000), menyatakan beberapa
faktor utama yang mempengaruhi
konversi ransum adalah genetik, kualitas
ransum, penyakit, temperatur, sanitasi
kandang, ventilasi, pengobatan, dan
manajemen kandang. Faktor pemberian
ransum, penerangan juga berperan dalam
mempengaruhi konversi ransum, laju
perjalanan ransum dalam saluran
pencernaan, bentuk fisik ransum dan
komposisi nutrisi ransum.
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut : Penambahan
tepung kulit biji kedelai yang baik pada
penelitian terdapat pada perlakuan (P2)
yaitu penambahan 10% dengan konsumsi
tertinggi (P2) 10967 gram, bobot badan
tertinggi (P2) 49013,75 gram.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disarankan sebagai berikut : Penambahan
Tepung Kulit Biji Kedelai yang baik pada
ransum pakan ayam broiler adalah 10%
dalam pakan ayam broiler dan penelitian
lanjutan Tepung Kulit Biji Kedelai dengan
penambahan ransum pakan lain yang
berbeda.
V. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad & Elfawati. 2008 Performans
Ayam Broiler Yang Diberi Sari
Buah Mengkudu (Merinda
Citryfolia). J . Pet. 05: 10-13.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka
Andana, I. B. K. 2009. Ternak Broiler.
Edisi I., Cetakan I. Swasta
Nulus, Denpasar.
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan
Ternak Unggas.Penerbit
Universitas Indonesia.
Anni Faridah dkk. 2008. Patiseri jilid I
Untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Anonim. 2013. 1000 Tanaman Khasiat dan
Manfaatnya.
Arman. 2008. Perencanan &
Pengendendalian Produksi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Astuti, M., H. Mulyadi dan J. Purba. 1979.
Pengukuran Parameter Genetik
Ayam Kampung. Laporan
Penelitian 296/PIT/DPM/ 78.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Ayu, M., Rosmayati, dan Luthfi. 2013.
Pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas kedelai
terhadap inokulasi
bradyrhizobium. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Jurnal Agroekoteknologi 1(2).
ISSN No. 2337- 6597.
Budiansyah, A. 2010. Performan ayam
broiler yang diberi ransum yang
mengandung bungkil kelapa
yang difermentasi ragi tape
sebagai pengganti sebagian
ransum komersial. Jurnal
Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan.
13(5) : 260-268.
Candrawati, D.P.M.A. 1999. Pendugaan
Kebutuhan Energi dan Protein
Ayam Kampung Umur 0-8
minggu. (tesis). Bogor : Institut
Pertanian Bogor
.
Creswell, D.C and B. Gunawan 1982.
Indigenous chicken in
Indonesia: Production
characteristics in an improved
environment. Research
Institute for Animal
Production, Bogor, Indonesia.
Fadillah, R., A. Polana., S. Alam., & E.
Purwanto. 2007. Sukses
Berternak Ayam Broiler.
Agromedia Pustakam Jakarta .
Filawati. 2008. Pengaruh Penggunaan
Bungkil Kelapa yang
Difermentasi dengan Ragi
Tape dalam Ransum Terhadap
Bobot Karkas Ayam Broiler
Jantan. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Peternakan XI:04.
Hernawati. (2010). Perbaikan Kinerja
Reproduksi Akibat Pemberian
Isoflavon dari Tanaman
Kedelai. Bandung: FMIPA UPI
Iryani, N. 2001. Pengaruh Penggunaan
Kulit Ari Biji Kedelai Sebagai
pengganti Jagung Dalam
Ransum Terhadap Kecernaan
Energi, Protein dan Kinerja
Domba. J. Produksi Ternak.
Vol. 2.
Kartika, Bambang. 1988. Pedoman Uji
Inderawi Bahan Pangan,
Yogyakarta: Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi
UGM.
Loekmonohadi, 2010. Kimia makanan.
Semarang: Pendidikan Profesi
Guru LP3 UNNES
Maulisa Salamatul Magfiroh. Pengaruh
Substitusi Tepung Jagung
Pada Pembuatan Coux
Pastry.Semarang,UNNES
Muladno,S. Sjaf, A.Y. Arifin and
Iswandari, 2008. Struktur
Usaha Broiler di Indonesia. PT
Permata wacana lestari,
Cibubur-Cileungsi, Pondok
Gede.
Murwani, R. 2010. Broiler Modern.
Cetakan Pertama. Widya Karya.
Semarang.
Nelwida. 2011. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan. Jambi. Fakultas
Peternakan. Universitas Jambi
Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam Petelur.
Edisi ke X. Penebar Swadaya:
Jakarta
Rasyaf, M. 2005. Beternak Ayam Petelur.
Cetakan ke XX. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Intaha Rois | NPM : 14.1.04.01.0057 F.Peternakan – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Rasyaf, M. 2012. Panduan Beternak Ayam
Petelur. Jakarta: Penebar
Swadaya. Hal: 106-109.
Rasyaf. 2004. Beternak Ayam Kampung.
Penerbit PT Swadaya, Jakarta.
Rasyaf. 2007. Beternak Ayam Broiler.
Penerbit PT Swadaya, Jakarta.
Rasyaf. 2011. Panduan Beternak Ayam
Pedaging. Edisi Ke-15. Kanisius.
Yogyakarta.
Samadi B. 2010. Sukses beternak ayam ras
petelur dan pedaging. Pustaka
Mina. Jakarta.
Santoso, H., & Sudaryani, T. 2009.
Pembesaran Ayam Pedanging
di Kandang Panggung
Terbuka. Cetakan Pertama.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Santoso, U. 2002. Pengaruh tipe
kandang dan pembatasan
pakan di awal pertumbuhan
terhadap performans dan
penimbunan lemak pada
ayam pedanging unsexed. JITV
7(2): 84-89
Santoso, U. 2006. Faktor-faktor yang
memengaruhi pertambahan
berat tubuh unggas.
http://uripsantosa.wordpress.c
om/2008/06/29/faktor-faktor
yang memengaruhi
pertambahan berat tubuh
unggas/. Diakses Tanggal 20
Mei 2014.
Sasongko, W.R. 2006. Mutu karkas
ayam potong. Triyanti.
Prosiding Seminar Nasoinal
Peternakan dan veteriner,
Bogor.
Setiawan Dan Arsa. 2005. Beternak
Kambing Perah Peranakan
Etawa. Penebar Swadaya.
Jakarta
Sudaro, Y. & A. Siriwa. 2007. Ransum
Ayam dan Itik. Cetakan IX.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudaro, Yani dan Anita Siriwa. 2007.
Ransum Ayam dan Itik. Cetakan
IX. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugiarto. 2008. 273 Ramuan Tradisional
Untuk Mengatasi Aneka Penyakit.
Jakarta: AgroMedia
Suprijatna, E. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R,
Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar
Ternak Unggas.Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wahju, J. 2008. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi
Kelima. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Wahyuni, E. T. 2004. Pengaruh
penggunaan wheat pollard (dedak
gandum) terfermentasi terhadap
performan produksi ayam arab.
Skripsi. Jurusan Studi Produksi
ternak. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
top related