artikel laporan utama

Post on 07-Aug-2015

409 Views

Category:

News & Politics

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

CEKAMAN UNDER OPTIMAL PERTANIAN INDONESIA

Optimalisasi pertanian. Suatu pertanian dikatakan dalam keadaan sedemikian,

secara umum jika mampu memanfaatkan sumber daya yang ada dalam lingkup pertanian

dengan optimal. Indonesia merupakan negara yang sektor pertaniannya masih digadang-

gadang berkontribusi besar pada perekonomian bangsa. Sumber daya alam dan sumber

daya manusia untuk sektor ini mempunyai kapasitas yang cukup tinggi untuk

dimanfaatkan lebih lanjut. Indonesia yang secara langsung sebagai penganut pola

ekonomi pertanian secara nyata justru hanya mampu menghasilkan produk-produk

primer tanpa upaya pengolahan yang amat jauh dari realisasi perekonomian berbasis

ilmu pengetahuan.

Namun dengan kelimpahan sumber daya pertanian yang potensinya begitu besar

tidak otomatis membuat pertanian di negara ini optimal. Keadaan under optimal di sektor

pertanian Indonesia dipicu oleh banyak hal. Menurut Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si,

pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia masih di bawah ambang optimum. Padahal

sumber daya pertanian yang dimiliki Indonesia sangat potensial jika dikelola dengan baik.

Sayangnya, sampai saat ini tata kelola pemanfaatan sumber daya pertanian belum

sepenuhnya menjadi perhatian pemangku kebijakan negeri. Tingkat pengelolaan sumber

daya yang minimum ini membuat pelaku pertanian yang disandang oleh petani di desa

terus menerus terkungkung dalam kemiskinan. Dampak lanjutnya dengan kuantitas

komunitas petani yang banyak dengan tingkat kemiskinan tinggi akan membebani

perekonomian Negara.

Keadaan ini diperparah dengan kondisi di era 90-an yang mana pada periode itu

pertanian diabaikan. Tidak terdapatnya anggaran, program dan prinsip pengembangan

pertanian membuat sektor penyumbang terbesar perekonomian Indonesia ini semakin

tersudut keberadaannya. Belum lagi banyak pihak yang memiliki mindset bahwa

pertanian adalah kuno dan petani tampak bodoh, membuat generasi muda meskipun

berasal dari keluarga petani turut teracuni dengan pemahaman serupa. “Trauma

pertanian tengah menjalari generasi muda Indonesia saat ini. Ia lebih memilih merantau

ke kota besar daripada meneruskan usata tani orang tuanya di desa, padahal ia tidak

memiliki pandangan dan keterampilan apapun tentang pekerjaannya kelak di kota.

Berawal dari sini beban perekonomian bertambah lagi, disebabkan banyaknya tingkat

pengangguran,” ungkap ketua LPPM UNS ini.

Kontinyuitas fragmentasi lahan turut pula menyumbang pada ketidakoptimalan

pertanian. Budaya mewariskan lahan pada keturunan dengan cara dibagi untuk masing-

masing anak berdampak pada merebaknya usahatani skala kecil yang tentunya tidak

efisien. Belum lagi dampak alih fungsi lahan pertanian bagi pemenuhan kebutuhan papan

sumber daya manusia yang kini kian marak. Dari segi teknologi yang mengalami

stagnanansi inovasi menyebabkan pertanian tidak berkembang. Minimnya inovasi

selanjutnya berdampak pada melekatnya budidaya ala revolusi hijau dengan

penggunaan unsur anorganik hingga saat ini. Subjek pertanian sudah terlanjur berada

dalam cekaman anorganik yang sulit untuk kembali ke budidaya berbasis organik.

Untuk terbebas dari pertanian yang under optimal ini Indonesia harus melakukan

langkah penanganan yang mencakup seluruh komponen pertanian, karena pada

dasarnya upaya menuju optimalisasi pertanian merupakan upaya yang holistik. Usaha

bersama dari pemerintah, petani juga praktisi akademik. Pemerintah mengupayakan tata

kelola, dukungan, dorongan dan ruang gerak yang lebih baik bagi pertanian melalui

regulasinya. Petani melakukan langkah untuk degradasi trauma pertanian bagi generasi

mudanya, generasi yang notabene mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang lebih

memadai. Praktisi akademik dapat mendukung terciptanya pertanian yang optimal

dengan adanya pelatihan kewirausahaan di bidang pertanian.

[Arlina Intan Kusumaningrum, Astira Patriyani, Aziz Ihfaningrum]

top related