antibiotik profilaksis2
Post on 30-Nov-2015
210 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFERAT
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
Disusun oleh
Azhar A Wijaya G0002039
Rossy Marlina Ngahu G0006220
Yusuf Allan Pascana G9911112148
Shaumy Saribanon G9911112129
Pembimbing
dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2012
1
HALAMAN PENGESAHAN
Referat ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret RSUD Dr Moewardi
Surakarta Referat ini telah disetujui dan dipresentasikan pada
Hari
Tanggal
Oleh
Azhar A Wijaya G0002039
Rossy Marlina Ngahu G0006220
Yusuf Allan Pascana G9911112148
Shaumy Saribanon G9911112129
Mengetahui dan menyetujui
Pembimbing Referat
dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
2
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
petunjuk dan rahmat-Nya referat Ilmu Penyakit Dalam berjudul ldquoAntibiotik
Profilaksisrdquo dapat diselesaikan
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelah Maret RSUD Dr Moewardi Surakarta
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
1 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta
2 dr Dhani Redhono SpPD FINASIM atas bimbingan dan masukannya dalam
pembuatan referat ini
3 Segenap staf bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta atas
bimbingan pengarahan dan sarana yang diberikan kepada kami
4 Semua pihak yang telah membantu penulisan referat ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih banyak terdapat
kekurangan namun kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembacanya
Surakarta Juli 2012
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI4
BAB I PENDAHULUAN5
BAB II ANTIBIOTIK PROFILAKSIS6
A Definisi antibiotik profilaksis 6
B Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis6
C Antibiotik profilaksis pada pembedahan 8
D Antibiotik profilaksis untuk berbagai kondisi medis15
BAB IV PENUTUP22
DAFTAR PUSTAKA23
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur
antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik
itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis
(Permenkes 2011)
Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang
dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan
yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi
pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan
penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan
obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan
antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia
diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap
kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)
Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah
penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat
berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba
terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan
antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi
karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau
digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis
untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip
penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan
penggunaannya secara bijak
5
6
BAB II
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
1 Definisi Antibiotik Profilaksis
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang
belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk
mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi
pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan
tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme
sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi
2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang
memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas
tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis
telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang
dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan
prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)
Indikasi
Umum
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi
yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional
2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau
organ target sebelum tindakan invasive dimulai
3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang
tinggi dalam darah dan jaringan
4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme
penyebab infeksi atau bakterimia
5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada
kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi
Profilaksis
pada
1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas
atau mortalitas yang tinggi
7
pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang
tinggi
3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril
4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic
Efek yang
tidak
diharapkan
1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik
2 Adanya risiko super infection
3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik
Kontraindikasi
antibiotik
Profilaksis
1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang
efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu
kecil
2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan
penyakit
3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri
pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang
bersifat paling patogen
Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)
a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu
b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung
atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia
misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain
c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang
sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi
pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah
infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi
pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik
profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan
tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan
sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian
antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding
8
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
HALAMAN PENGESAHAN
Referat ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret RSUD Dr Moewardi
Surakarta Referat ini telah disetujui dan dipresentasikan pada
Hari
Tanggal
Oleh
Azhar A Wijaya G0002039
Rossy Marlina Ngahu G0006220
Yusuf Allan Pascana G9911112148
Shaumy Saribanon G9911112129
Mengetahui dan menyetujui
Pembimbing Referat
dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
2
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
petunjuk dan rahmat-Nya referat Ilmu Penyakit Dalam berjudul ldquoAntibiotik
Profilaksisrdquo dapat diselesaikan
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelah Maret RSUD Dr Moewardi Surakarta
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
1 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta
2 dr Dhani Redhono SpPD FINASIM atas bimbingan dan masukannya dalam
pembuatan referat ini
3 Segenap staf bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta atas
bimbingan pengarahan dan sarana yang diberikan kepada kami
4 Semua pihak yang telah membantu penulisan referat ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih banyak terdapat
kekurangan namun kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembacanya
Surakarta Juli 2012
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI4
BAB I PENDAHULUAN5
BAB II ANTIBIOTIK PROFILAKSIS6
A Definisi antibiotik profilaksis 6
B Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis6
C Antibiotik profilaksis pada pembedahan 8
D Antibiotik profilaksis untuk berbagai kondisi medis15
BAB IV PENUTUP22
DAFTAR PUSTAKA23
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur
antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik
itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis
(Permenkes 2011)
Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang
dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan
yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi
pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan
penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan
obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan
antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia
diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap
kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)
Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah
penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat
berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba
terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan
antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi
karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau
digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis
untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip
penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan
penggunaannya secara bijak
5
6
BAB II
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
1 Definisi Antibiotik Profilaksis
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang
belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk
mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi
pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan
tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme
sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi
2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang
memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas
tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis
telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang
dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan
prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)
Indikasi
Umum
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi
yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional
2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau
organ target sebelum tindakan invasive dimulai
3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang
tinggi dalam darah dan jaringan
4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme
penyebab infeksi atau bakterimia
5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada
kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi
Profilaksis
pada
1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas
atau mortalitas yang tinggi
7
pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang
tinggi
3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril
4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic
Efek yang
tidak
diharapkan
1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik
2 Adanya risiko super infection
3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik
Kontraindikasi
antibiotik
Profilaksis
1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang
efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu
kecil
2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan
penyakit
3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri
pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang
bersifat paling patogen
Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)
a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu
b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung
atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia
misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain
c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang
sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi
pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah
infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi
pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik
profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan
tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan
sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian
antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding
8
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
petunjuk dan rahmat-Nya referat Ilmu Penyakit Dalam berjudul ldquoAntibiotik
Profilaksisrdquo dapat diselesaikan
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelah Maret RSUD Dr Moewardi Surakarta
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
1 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta
2 dr Dhani Redhono SpPD FINASIM atas bimbingan dan masukannya dalam
pembuatan referat ini
3 Segenap staf bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta atas
bimbingan pengarahan dan sarana yang diberikan kepada kami
4 Semua pihak yang telah membantu penulisan referat ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih banyak terdapat
kekurangan namun kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembacanya
Surakarta Juli 2012
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI4
BAB I PENDAHULUAN5
BAB II ANTIBIOTIK PROFILAKSIS6
A Definisi antibiotik profilaksis 6
B Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis6
C Antibiotik profilaksis pada pembedahan 8
D Antibiotik profilaksis untuk berbagai kondisi medis15
BAB IV PENUTUP22
DAFTAR PUSTAKA23
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur
antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik
itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis
(Permenkes 2011)
Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang
dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan
yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi
pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan
penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan
obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan
antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia
diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap
kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)
Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah
penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat
berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba
terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan
antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi
karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau
digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis
untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip
penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan
penggunaannya secara bijak
5
6
BAB II
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
1 Definisi Antibiotik Profilaksis
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang
belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk
mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi
pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan
tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme
sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi
2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang
memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas
tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis
telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang
dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan
prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)
Indikasi
Umum
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi
yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional
2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau
organ target sebelum tindakan invasive dimulai
3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang
tinggi dalam darah dan jaringan
4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme
penyebab infeksi atau bakterimia
5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada
kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi
Profilaksis
pada
1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas
atau mortalitas yang tinggi
7
pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang
tinggi
3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril
4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic
Efek yang
tidak
diharapkan
1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik
2 Adanya risiko super infection
3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik
Kontraindikasi
antibiotik
Profilaksis
1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang
efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu
kecil
2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan
penyakit
3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri
pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang
bersifat paling patogen
Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)
a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu
b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung
atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia
misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain
c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang
sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi
pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah
infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi
pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik
profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan
tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan
sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian
antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding
8
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI4
BAB I PENDAHULUAN5
BAB II ANTIBIOTIK PROFILAKSIS6
A Definisi antibiotik profilaksis 6
B Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis6
C Antibiotik profilaksis pada pembedahan 8
D Antibiotik profilaksis untuk berbagai kondisi medis15
BAB IV PENUTUP22
DAFTAR PUSTAKA23
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur
antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik
itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis
(Permenkes 2011)
Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang
dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan
yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi
pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan
penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan
obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan
antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia
diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap
kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)
Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah
penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat
berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba
terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan
antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi
karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau
digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis
untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip
penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan
penggunaannya secara bijak
5
6
BAB II
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
1 Definisi Antibiotik Profilaksis
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang
belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk
mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi
pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan
tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme
sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi
2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang
memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas
tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis
telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang
dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan
prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)
Indikasi
Umum
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi
yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional
2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau
organ target sebelum tindakan invasive dimulai
3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang
tinggi dalam darah dan jaringan
4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme
penyebab infeksi atau bakterimia
5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada
kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi
Profilaksis
pada
1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas
atau mortalitas yang tinggi
7
pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang
tinggi
3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril
4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic
Efek yang
tidak
diharapkan
1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik
2 Adanya risiko super infection
3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik
Kontraindikasi
antibiotik
Profilaksis
1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang
efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu
kecil
2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan
penyakit
3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri
pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang
bersifat paling patogen
Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)
a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu
b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung
atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia
misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain
c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang
sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi
pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah
infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi
pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik
profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan
tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan
sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian
antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding
8
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur
antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik
itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis
(Permenkes 2011)
Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang
dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan
yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi
pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan
penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan
obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan
antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia
diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap
kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)
Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah
penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat
berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba
terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan
antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi
karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau
digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis
untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip
penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan
penggunaannya secara bijak
5
6
BAB II
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
1 Definisi Antibiotik Profilaksis
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang
belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk
mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi
pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan
tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme
sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi
2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang
memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas
tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis
telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang
dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan
prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)
Indikasi
Umum
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi
yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional
2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau
organ target sebelum tindakan invasive dimulai
3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang
tinggi dalam darah dan jaringan
4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme
penyebab infeksi atau bakterimia
5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada
kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi
Profilaksis
pada
1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas
atau mortalitas yang tinggi
7
pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang
tinggi
3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril
4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic
Efek yang
tidak
diharapkan
1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik
2 Adanya risiko super infection
3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik
Kontraindikasi
antibiotik
Profilaksis
1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang
efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu
kecil
2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan
penyakit
3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri
pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang
bersifat paling patogen
Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)
a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu
b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung
atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia
misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain
c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang
sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi
pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah
infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi
pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik
profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan
tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan
sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian
antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding
8
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
6
BAB II
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
1 Definisi Antibiotik Profilaksis
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang
belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk
mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi
pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan
tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme
sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi
2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang
memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas
tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis
telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang
dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan
prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)
Indikasi
Umum
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi
yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional
2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau
organ target sebelum tindakan invasive dimulai
3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang
tinggi dalam darah dan jaringan
4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme
penyebab infeksi atau bakterimia
5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada
kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi
Profilaksis
pada
1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas
atau mortalitas yang tinggi
7
pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang
tinggi
3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril
4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic
Efek yang
tidak
diharapkan
1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik
2 Adanya risiko super infection
3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik
Kontraindikasi
antibiotik
Profilaksis
1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang
efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu
kecil
2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan
penyakit
3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri
pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang
bersifat paling patogen
Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)
a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu
b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung
atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia
misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain
c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang
sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi
pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah
infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi
pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik
profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan
tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan
sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian
antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding
8
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
BAB II
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
1 Definisi Antibiotik Profilaksis
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang
belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk
mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi
pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan
tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme
sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi
2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang
memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas
tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis
telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang
dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan
prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)
Indikasi
Umum
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi
yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional
2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau
organ target sebelum tindakan invasive dimulai
3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang
tinggi dalam darah dan jaringan
4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme
penyebab infeksi atau bakterimia
5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada
kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi
Profilaksis
pada
1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas
atau mortalitas yang tinggi
7
pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang
tinggi
3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril
4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic
Efek yang
tidak
diharapkan
1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik
2 Adanya risiko super infection
3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik
Kontraindikasi
antibiotik
Profilaksis
1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang
efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu
kecil
2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan
penyakit
3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri
pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang
bersifat paling patogen
Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)
a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu
b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung
atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia
misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain
c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang
sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi
pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah
infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi
pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik
profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan
tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan
sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian
antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding
8
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang
tinggi
3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril
4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic
Efek yang
tidak
diharapkan
1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik
2 Adanya risiko super infection
3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik
Kontraindikasi
antibiotik
Profilaksis
1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang
efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu
kecil
2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan
penyakit
3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri
pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang
bersifat paling patogen
Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)
a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu
b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung
atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia
misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain
c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang
sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi
pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah
infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi
pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik
profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan
akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan
tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan
sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian
antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding
8
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah
infeksi (Saifudin 2008)
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai
berikut (Permenkes 2011)
1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang
bersangkutan
2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko
resistensi kuman
3 Memiliki toksisitas rendah
4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi
5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal
6 Harga terjangkau
Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis
tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi
akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang
timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin
2008)
Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam
dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan
operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal
sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi
(Saifudin 2008)
3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a Definisi
Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan
antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah
b Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis
9
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga
menurunkan kematian post operatif
2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan
kesehatan
3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total
antibiotik yang diperlukan
Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis
1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder
2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak
menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi
3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan
4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai
c Prinsip Penggunaan
1 Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi
bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO
dapat diturunkan menjadi 13
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria
bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih
yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius
seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi
kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah
besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest
2 Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda
dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih
antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan
antibiotik untuk tujuan terapi
10
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman
yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan
penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang
cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak
macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan
infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi
efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya
untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi
I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin
generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak
dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)
3 Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar
didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC
(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial
menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang
takarannya 2-4 kali dosis normal
Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat
pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman
4 Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka
sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena
5 Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)
atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat
insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya
Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar
operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta
tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai
kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman
11
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk
mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam
dilakukan insisi
Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin
dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat
lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin
6 Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt
1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh
karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika
operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan
setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau
herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan
sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis
tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja
karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH
(Reksoprawiro 2009)
d Dosis Antibiotik Profilaksis
Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk
anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus
Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax
T12
Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6
kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari
(T12=3)
Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr
3
Dosis Profilaksis = 200 mg
Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc
Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic
profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc
12
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
Dosis Antibiotik Profilaksis
Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g
Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur
Tidak dapat meninumobat po
Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur
Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Cephalexin or cefadroxilOr
Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Azithromycin orClarithromycin
Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po
Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo
Clindamycin orCefazolin
Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur
e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi
Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan
Tingkat rekomendasi
Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil
gram (+) kokus anaerob oral
Cefazolin 1x1 gr 1A
Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefazolin 1x1 gr 1A
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt
Gram (-) enterik basil anaerob
Ceftriaxone 1x1gr 1A
Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob
Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr
1A
Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob
PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum
1A
13
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr
Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral
PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi
Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B
Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil
Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Cefazolin 2x1 gr 1A
Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus
Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr
1A
Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg
1A
Reseksi keganasan kepala dan leher
Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob
Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya
1A
Bedah Ortopedi
Penggantian Sendi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1A
Fraktur Panggul S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama 48 jam
1A
14
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
berikutnya
Fraktur Terbuka S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-)
Poli mikroba
Cefazolin 1g x 1
preoperatif
dilanjutkan setiap 8
jam selama ada
dugaan infeksi
1A
Bedah Saraf
Pemasangan shunt
cairan serebrospinal
S aureus
S epidermidis
Cefazolin 3 x 1 g
setiap 8 jam atau
ceftriaxon 2 x 1g
1A
Kraniotomi S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g atau
Cefotaxime 1x1g
1A
Bedah Spinal S aureus
S epidermidis
Cefazolin 1x1g 1B
Bedah Jantung dan
Thoraks
Bedah Jantung S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
Cefazolin 1g setiap 8
jam selama 48 jam
1A
Bedah Thoraks S aureus
S Epidermidis
Corynebacterium
bakteri gram (-) enterik
Cefuroxime 750 mg
setiap 8 jam selama
48 jam
1A
Bedah Vaskuler
Bedah aorta
abdominal dan
pembuluh darah
ekstremitas bawah
S aureus
S epidermidis
Bakteri gram (-) enterik
Cefazolin 1g saat
induksi dan
dilanjutkan dua
dosis lagi dalam 2x8
jam berikutnya
1B
15
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis
a Pencegahan Demam Rematik Rekuren
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah
faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung
dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara
berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih
merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat
paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam
rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur
dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar
dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp
Carson-Dewytt 2011)
Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap
serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-
hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan
aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan
sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada
penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi
streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi
serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk
tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam
rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini
dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)
Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik
untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau
eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis
tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus
Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik
ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik
jangka panjang (Behrman et al 2006)
Antibiotik Kondisi
16
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
Injeksi benzatin penisilin G
intramuscular 12 juta unit setiap 4
minggu
Pada populasi dengan insiden demam
rematik yang sangat tinggi atau bila
individu tetap mengalami demam
rematik akut rekuren walau sudah
patuh pada rejimen 4 minggua bisa
diberikan setiap 3 minggu
Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi
demam rematik lebih rendah bisa
dipertimbangkan mengganti obat
menjadi oral saat pasien mencapai
remaja akhir atau dewasa muda dan
tetap bebas dari demam rematik
minimal 5 tahun
Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05
ghari untuk pasien dengan BB le 27
kg dan 1 ghari untuk pasien dengan
BB ge 27 kg
Untuk pasien yang alergi penicillin
Profilaksis dengan sulfonamid
dikontraindikasikan pada kehamilan
akhir karena adanya pasase
transplasenta dan kompetisi dengan
bilirubin pada lokasi pengikatannya
di albumin
Antibiotik makrolida (eritromisin
atau klaritromisin atau azitromisin)
Obat-obat ini tidak boleh diberikan
bersama inhibitor sitokrom P450 3A
seperti antijamur azol inhibitor HIV
protease dan beberapa antidepresi
SSRI
Untuk pasien yang alergi penisilin
dan sulfisoksazol
(Permenkes 2011)
b Pencegahan Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang
bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek
septum
17
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis
1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis
infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis
a) Katup jantung prostetik
b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya
c) Penyakit jantung congenital
d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung
2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk
semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau
daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini
tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus
jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti
prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti
ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan
perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut
3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau
kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya
bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi
endokarditis infeksiosa
Rejimen yang dianjurkan
1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum
prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan
sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi
2 Rejimen untuk prosedur gigi
a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa
mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau
seftriakson secara IM atau IV
b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan
sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua
lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila
tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau
seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak
18
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis
angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin
(Permenkes 2011)
c Profilaksis Pada Meningitis
Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen
Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis
Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H
influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif
Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis
mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis
meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak
erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus
ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut
1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit
selama 7 hari)
2) Kontak pada tempat penitipan anak
3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya
melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di
sekitar waktu rumah sakit
Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu
rejimen ini
a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10
mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam
selama 2 hari
b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal
c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg
IM dosis tunggal
Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima
antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
(Permenkes 2011)
d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia
19
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien
neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun
makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten
Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk
mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram
positif
Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens
candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang
resisten terhadap fliconazole
Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap
Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap
direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan
glikokortikoid
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan
mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu
diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi
paparan mikroba pada pasien
Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak
makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur
Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah
infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya
untuk mencegah infeksi Legionella
e Profilaksis Pada Artritis Septik
Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang
serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi
karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada
sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik
sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses
kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya
infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita
20
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang
memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)
Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas
morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via
hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit
sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial
secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih
controversial (Balabaud et al 2007)
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)
profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective
pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien
dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis
pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi
biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran
nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif
pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial
seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit
komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al
2005 Balabaud et al 2007)
Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan
adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk
berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak
diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis
amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg
intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari
pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di
bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek
samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi
fatal (Balabaud et al 2007)
21
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
BAB III
PENUTUP
Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan
tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri
Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki
kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada
infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki
mortalitas tinggi tetapi sering terjadi
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang
kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi
justru merangsang terjadinya resistensi kuman
Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan
profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan
untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren
endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik
22
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
DAFTAR PUSTAKA
Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92
Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445
Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud
Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)
Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI
Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241
Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601
Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC
Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf
Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66
Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59
PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011
23
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo
Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)
Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI
Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill
Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI
24
- REFERAT
- Disusun oleh
- Pembimbing
- dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
- KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
- Mengetahui dan menyetujui
- Penyusun
- DAFTAR ISI
- Halaman
-
top related