angga pratama uas phi
Post on 22-Nov-2015
48 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
Realisme Dan Pandangan Terhadap Perang
Dunia Ke Dua
Disusun oleh:
Angga Pratama Praditya 170210130095
Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran 2014
-
Realisme Dan Pandangan Terhadap Perang
Dunia Ke Dua
Sejarah Realisme
Walaupun Studi hubungan Internasional sebagai ilmu baru diwujudkan pada paska
Perang dunia pertama, namun prinsip realisme pertama diutarakan Pada kisah
Tuchydides pada zaman yunani kuno pada dialognya The Peloponnesian War. Dalam
dialog, tersebut penggambaran paling tepat mengenai Realisme ada pada dialog
Melian, yaitu antara Pasukan Athena yang datang Ke Pulau Malos, Dengan Melian,
Polis atau city state yang ada di Pulau Tersebut. Pasukan Athena yang mempunyai
kekuatan militer yang jauh lebih superior dibanding Melian, mencoba
bernegosiasi .Tunduk pada Athena dengan damai dan dibiarkan tetap hidup, atau
Melawan dan Dimusnahkan. Para Pemimpin Melian mencoba berargumen dengan
membawa masalah hukum, Nurani dan etika. Namun Athen dengan Kekuatan
Militer yang Superiornya dapat menekan Polis Melian untuk tunduk. Melian yang
tidak memiliki kekuatan militer yang berarti, jelas tidak dapat mencegah Invasi
Athena. Hal ini menyiratkan Prinsip dasar Realis yang menganggap bahwa Dunia
adalah anarki, dan hanya yang terkuat yang bisa bertahan. Selain Tuchydides,
Niccol Machiavelli dan Thomas Hobbes merupakan tokoh yang penting dalam
membangun fondasi Realisme.
Realisme sebagai Teori dalam hubungan internasional itu sendiri berawal dari
Penolakan terhadap Ide-Ide dari Kaum Idealis pada masa Inter-war ( Periode antara
Perang Dunia Ke 1 dan Perang Dunia Ke 2). Kaum Idealis pada saat itu menganggap
Bahwa manusia pada dasarnya baik dan rasional, dan Fokus Ilmu Hubungan
Internasional haruslah untuk memahami penyebab dari perang dan mencegah
terjadinya perang di masa yang akan datang. Realist dimasa itu menganggap bahwa
-
pandangan kaum Idealis ini memiliki beberapa kesalahan, diantaranya adalah
Mengabaikan peran dari Kekuasaan / Power, Terlalu percaya pada tingkat
rasionalitas manusia, dengan salah meyakini bahwa setiap Negara memiliki
Kesamaan Kepentingan (Common Interest) sehingga dapat hidup damai bersama,
dan yang terakhir kaum idealis sangatlah yakin bahwa Umat Manusia telah
merasakan kehancuran dari perang sehingga perang skala besar tidak akan terulang
kembali. Pecahnya Perang dunia Kedua pada 1939 dengan telak mematahkan
argumen kaum idealis.
Pendekatan Realisme pada lebih banyak dianut oleh penstudi HI setelah Teori
Idealis terbantahkan dengan pecahnya perang dunia ke dua. Dan nantinya pada
akhir 1930an sampai awal 1940an ini akan memunculkan The Great Debate antara
Kaum Idealis inter-war dan Para penulis Realis generasi baru seperti E.H Carr, Hans J
Morgenthau dan lain sebagainya, yang lebih menitikberatkan pada pentingnya
Power dan Persaingan antar negara. Pada akhirnya Great Debate Ini dimenangkan
Oleh Para Realis, dan banyak dari kebijakan Negara-Negara barat diambil dari sudut
pandang realis. Realisme Mengajarkan Pemimpin Amerika Serikat untuk lebih
mengejar Kepentingan bangsa (National Interest) dibandingkan dengan Ideologi.
Seperti yang terjadi pada Perang dingin, yang sebenarnya merupakan Konflik
Kepentingan dibanding konflik Ideologi. Pandangan Realis yang memberi panduan
untuk mengejar Kepentingan Nasional dalam kondisi dunia yang Kompetitif
membuat Pandangan Realis menjadi pandangan yang sering dianut oleh para
pemimpin dunia.
Teori Realisme seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, berasal dari Pemikiran
Klasik yang dapat dirunut dari tokoh-tokoh terkenal dalam Ilmu Politik dimasa
lampau seperti Tuchydides, (460-406 SM), Nicolo Machiavelli (1469-527, Thomas
Hobbes (1588-1679), dan Rosseau (1712-1778). Para Tokoh-Tokoh Ini memilki suatu
kesamaan pandangan. Yaitu bahwa setiap pemimpin negara harus Mengedepankan
-
National Interest dalam Interaksi antar negara untuk menjaga Keamanan/Security
negara itu sendiri dari Ancaman Negara Lain. Karena Realis menganggap Dunia ini
penuh dengan negara negara yang saling mengejar National Interest nya masing
masing dan sering kali kepentingan tersebut saling bertabrakan, dan pada akhirnya
mengakibatkan perang. Patut Digaris bawahi bahwa bagi realis, perang dianggap
sebagai Instrumen yang legal untuk mempertahankan Kepentingan Nasional serta
eksistensi dari negara itu sendiri. Dengan Pandangan Realis terhadap dunia yang
begitu kejam ini maka timbul masalah tentang bagaimana Intepretasi National
Interest dan Realisme Klasik Secara keseluruhan bila dihadapkan dengan Isu Moral
dan Etika yang ada pada Politik Internasional.
Realis memandang skeptis terhadap Isu moral dan etika universal, dan menentang
usaha untuk mengorbankan National Interest demi masalah Etika semata. Realis
bahkan menganjurkan bahwa kebutuhan suatu negara untuk Bertahan hidup,
pemimpin negara perlu menjauhkan diri dari Norma dan etika yang berlaku. Hal ini
dikemukakan oleh Machiavelli. Namun yang dimaksud realis ini adalah Standar
moral ganda, yaitu negara bersifat baik terhadap penduduk dan warganya, namun
dapat melakukan hal-hal kotor bila berhubungan dengan negara lain (Seperti
Pembunuhan, Intelejen dan lain sebagainya). Namun Realisme tidaklah sebagai
suatu teori yang Kejam dan tidak bermoral. Pendukung dari Raison detat
(National Interest) berpendapat bahwa eksistensi negara sendiri sebagai suatu
Komunitas Politik yang ada untuk mempertahankan Moral, etika dan order.
Sehingga Mempertahankan eksistensi negara tersebut merupakan suatu tugas mulia
bagi Pemimpinnya.
-
Walaupun pada nantinya realisme klasik berkembang menjadi teori lain seperti
Realisme Struktural dan Neo Realisme, Namun ada beberapa kesamaan antara teori-
teori tersebut. Diantaranya adalah Statism (Dominasi Negara), Survival
(Keberlangsungan hidup), dan Self-Help (Kemandirian). Konsep-Konsep inilah yang
membentuk Realisme.
Fokus Level Analisis Realisme adalah pada tingkat negara, dan negara sebagai aktor
yang paling utama dalam politik internasional. Realisme berargumen demikian
karena Negara dianggap sebagai Instrumen Politik yang telah mendapat legitimasi
dari rakyat. Sehingga dapat menggunakan kekuasaannya baik ke dalam negeri
maupun ke luar. Namun di Luar Negara, Realis menganggap bahwa Politik
Internasional merupakan anarki, dimana tidak ada otoritas Internasional yang
memiliki otoritas yang mutlak kepada negara negara lain. Sehingga setiap negara
perlu meningkatkan keamanannya masing.
Inilah gambaran secara garis besar bagaimana Realis memandang Dunia. Keadaan
dunia yang Anarki ini berkesimpulan bahwa Tujuan utama bagi pemimpin ialah
menjaga Keamanan dan Ekistensi negaranya (Survival). Karena tidak ada pihak lain
yang dapat menjamin keamanan negara tersebut. Kejadian ini sudah dialami Oleh
Polandia dimana Polandia telah dijajah dan dikuasai 4 kali kali selama kurun waktu 3
abad terakhir. (Karena dikepung Oleh Kekaisaran Rusia, Jerman dan Austria,
Kekuatan besar di Eropa). Serupa dengan kisah Tuchydides yang telah dipaparkan
sebelumnya, dimana Negara Yang lemah akan dimakan oleh negara yang kuat.
Sementara Self-Help menjelaskan bahwa karena Prinsip dari hubungan internasional
sendiri adalah Anarki dan tidak ada semacam Organisasi global yang dapat
menjamin Keamanan dan Eksistensi Suatu negara, maka Suatu negara harus dapat
membangun kekuatan dan kapabilitas mereka secara mandiri, karena organisasi
-
Internasional seperti PBB menurut Realis tidak dapat diandalkan mencegah hasrat
ekspansionis negara negara besar. Namun Tidak semua negara memiliki Kapabilitas
yang mumpuni untuk membangun Kekuatan Detterent Terhadap negara lain. Ada
beberapa negara yang secara ekonomi tidak begitu besar sehingga tidak dapat
membangun pertahanan yang tangguh seperti Luxembourg, Belgia dan Belanda
pada Masa Perang dingin, dan Eksistensi Mereka terancam dengan Hegemoni Uni
Soviet dan Negara Bonekanya.
Lalu bagaimana solusinya? Realis memberi solusi agar negara kecil tersebut
Bergabung dan membentuk aliansi dengan Negara Besar. maka keamanan negara
(Luxembourg, Belgia dan Belanda pada akhirnya bergabung dengan NATO, North
Atlantic Treaty Organisation). Mekanisme Ini yang sebenarnya merupakan hal yang
paling penting bagi Realis Untuk mempertahankan Perdamaian, yaitu Balance Of
Power Atau perimbangan Kekuatan. Untuk mencegah dominasi dari suatu Negara
atau Koalisi yang mengancam, maka negara negara yang terancam perlu untuk
membangun koalisi bersama untuk menangkal ancaman tersebut. Hal Ini Terjadi
pada Masa Perang dingin, Dimana NATO didirikan untuk mencegah Ekspansi Dari
Uni Soviet dan Pakta Warsawa di eropa. Dan pada akhirnya Konsep Balance of
power ini terbukti berhasil mencegah terjadinya perang terbuka Di Eropa. Karena
kedua pihak baik NATO maupun Pakta warsawa memahami bahwa kekuatan militer
kedua kubu relatif setara, Jika salah satu pihak memulai perang, maka bisa
dipastikan Keduanya akan Hancur. Walau kondisi eropa relatif damai, namun perang
di berbagai belahan negara di dunia tetaplah terjadi dalam bentuk proxy war
sebagai akibat dari persaingan Pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Runtuhnya Uni Soviet dan Sekutunya dan berakhirnya Perang dingin dengan damai,
serta perkembangan dunia saat ini seperti banyak menafikan penjabaran yang telah
dilakukan oleh kaum realis sebelumnya. Realis menyebutkan bahwa national
interest adalah hal paling utama yang diburu setiap negara, namun banyak negara
-
yang pecah akibat dari perang saudara, lalu anggapan realis bahwa Negara adalah
sebagai Aktor paling utama dalam Hubungan Internasional juga diragukan setelah
muncul Aktor-aktor non negara yang juga memiliki pengaruh yang kuat dalam
kancah politik internasional seperti Perusahaan Multinasional dan Non Govermental
Organisation (NGO).
Namun munculnya fenomena baru dalam hubungan internasional ini tidak serta
merta mematikan Peran dan kredibilitas dari Teori Realis itu sendiri. Konsep
realisme seperti Balance Of Power, National Interest dan Anarki dalam Hubungan
Internasional terbukti masih diterapkan oleh Negara negara di dunia saat ini.
-
Jenis-Jenis Realisme
Jenis Jenis Realisme dapat dibagi berdasarkan Periodisasi atau pembagian
berdasarkan urutan waktu, yang pertama adalah Realisme Klasik. Dimulai dari abad
ke 4 sebelum masehi oleh Tuchydides dan bertahan sampai awal abad ke 20.
Realisme Klasik menekankan bahwa Politik Internasional dipengaruhi oleh sifat
pribadi dari pemimpin sebuah negara. Lalu Kemudian dilanjutkan dengan Realisme
Struktural atau Neorealis yang dipelopori oleh Jean Rosseau pada abad ke 18 dan
Kenneth Waltz pada tahun 1979. Realisme Struktural ini menekankan bahwa situasi
politik internasional lebih dipengaruhi pada Mekanisme Hubungan Antar negara dan
Sifat anarki dari Hubungan Internasional itu sendiri. Dan Pemimpin negara hanya
mengikuti Struktur yang ada. Yang terakhir ialah Realisme Neoklasik yang dicetuskan
oleh Fareed Zakaria pada tahun 1998. Menurut Realisme Neoklasik Sejalan dengan
realisme klasik, namun lebih mendetail pada penjelasan tentang Power, Balance of
Power Dan Variabel Variable lainnya. Berikut penjelasan mengenai ketiga teori
tersebut.
Realisme Klasik
Realisme klasik merupakan bentuk paling awal dari Teori realisme itu sendiri,
walaupun Hubungan internasional sebagai Disiplin Ilmu baru diadopsi paska perang
dunia pertama, namun akar dari Realisme klasik sudah ada sejak jaman yunani.
seperti yang sudah disebutkan diatas mengenai Kisah Tuchydides mengenai Perang
Peloponesia. Inti dari kisah Tuchydides adalah politik sebagai kepanjangan tangan
dari hasrat manusia atau Pemimpin untuk saling menguasai dan menaklukkan. Dan
Perang merupakan refleksi dari Nafsu manusia jika tidak dapat menundukkan lawan
dengan damai.
-
Tulisan dari Tuchidides ini kemudian dianggap oleh para Realis Klasik Selanjutnya
Seperti Machiavelli dan Morgenthau sesuai seperti kondisi mereka. Seperti
Kerawanan Republik Florence, asal Machiavelli akan bahasa nafsu ekspansionisme
dari tetangga mereka yang lebih besar seperti Kerajaan Prancis Atau Kerajaan
Austria. Dan di Era Morgenthau, dimana Nafsu Ekspansionisme dan kekuasaan
Negara negara Besar seperti tepat yang digambarkan oleh Realisme klasik. Sebagai
contoh Invasi Uni Soviet Ke Hungaria tahun 1956 untuk memadamkan gerakan pro
demokrasi dan Expansi Nazi Jerman ke Chekoslovakia dan Polandi yang
menyebabkan dimulainya perang Dunia Kedua. Rangkaian Peperangan ini seperti
membenarkan teori Realisme tentang Sifat Alami manusia yang agresif. Morgenthau
Menulis The drives to live, to propagate and to dominate all common to all men
(Morgenthau 1955:30) atau dapat diartikan bahwa Hasrat untuk Hidup, berkembang
biak dan menguasai manusia lainnya sudah seperti sifat dasar semua manusia.
Lalu bagaimana seorang pemimpin negara bisa bertindak seperti manusia jika
setiap negara bertindak Anarki dan hanya mementingkan Kepentingan Nasional
mereka? Morgenthau Percaya bahwa efek buruk anarki dalam hubungan antar
negara dapat di minimalisir dengan memperjuangan National Interest yang
kompatibel dengan Aturan dan Norma Internasional. Morgenthau percaya jika
Setiap negara bertindak Egois dengan terus mengejar National Interest Tanpa
mengindahkan aturan dan norma Internasional maka negara tersebut akan hancur
dengan sendirinya.Seperti Nazi Jerman yang sangat mengutamakan doktrin
Lebensraumnya, akhirnya kalah setelah dikepung oleh sekutu dari seluruh penjuru
mata angin.
-
Neo Realisme
Neo Realis pada hakikatnya setuju dengan pandangan Realis Klasik, bahwa inti
Politik Internasional adalah Perebutan Kekuasaan (Power). Namun mereka tidak
setuju pada anggapan bahwa penyebab dari Hal tersebut adalah karena Hasrat
manusia. Namun lebih karena kompetisi antar negara, Lemahnya Otoritas diatas
negara (PBB) dan Distribusi kekuatan besar pada politik Internasional (Seperi
Amerika Serikat dengan Uni Soviet atau China)
Neorealisme menganggap bahwa Struktur Internasional terdiri dari tiga elemen,
yaitu Prinsip dasar, Anarki, dan Pembagian kekuatan pada tatanan dunia
( Berdasarkan pada Jumlah Negara Great Power ) . Prinsip dari anarki disini adalah,
di dalam tatanan dunia Internasional, tidak ada Pemerintahan Global yang dapat
mengatur negara-Negara di dunia, dan Setiap negara Berkedudukan Sejajar. Dan
negara negara ini bertindak atas kepentingan nasionalnya sendiri dan tidak akan
mau memenuhi Kepentingan negara lain
Negara dianggap minimal akan mengutamakan keselamatan negaranya sendiri
sebelum mengejar Kepentingan yang lain. Kebutuhan untuk bertahan hidup ini
menjadi faktor utama dalam setiap perilaku negara dan membuat suatu negara
membangun kekuatan Militernya sebagai upaya untuk mempertahankan diri serta
menginvasi negara lainnya. Hal ini dilakukan karena suatu negara tidak dapat
dengan pasti mengetahui maksud dari negara lainnya. sehingga negara harus dalam
keadaan waspada akan invasi atau perang dengan negara yang lain. Rasa Curiga
antar negara yang didasari oleh ketidakpastian disebut Security Dilemma.
-
Negara rata rata memiliki kebutuhan yang sama. (Seperti Kebutuhan Akan Minyak
Bumi, Mineral, dan barang tambang) Namun tidak semua negara memiliki hal
tersebut. Namun distribusi dari kebutuhan tersebut yang tidak merata seringkali
menimbulkan konflik. Untuk mencegah Konflik, setiap negara akan berusaha
meningkatkan kekuatan Militernya sendiri. Namun peningkatan kekuatan, baik
militer maupun ekonomi tersebut akan di ikuti negara rivalnya sehingga Keadaan
menjadi Seimbang atau muncul Balance of power, Seperti yang sudah diutarakan
sebelumnya. Penyeimbangan atau Balancing Dibagi menjadi dua bagian. Yang
pertama adalah Internal Balancing atau menyeimbangkan kekuatan dengan
meningkatkan kapabilitas negaranya sendiri, yang kedua adalah External Balancing
atau menyeimbangkan kekuatan dengan cara bergabung dengan Negara Atau
Aliansi yang lebih kuat.
Neorealis menganggap ada 3 jenis sistem Tatanan Dunia berdasarkan distribusi
kekuatan negara. Berdasarkan pada Jumlah Negara Superpower yang ada di dunia.
Pertama adalah Unipolar world dimana hanya ada satu kekuatan besar atau
superpower , lalu Ada Bipolar World, diman ada dua superpower yang saling
berlawanan, yang terakhir adalah Multi Polar World, dimana ada lebih dari dua
negara superpower yang mendominasi tatanan dunia. Menurut Realis, dunia Bipolar
akan lebih stabil dan damai jika dibandingkan dengan Uni-polar dan Multipolar.
Karena dalam bipolar ini keseimbangan kekuatan dapat dicapai.
-
Melihat Strategi Adolf Hitler Dan Sekutu Dari Sudut Pandang
Realisme
Sebelum menganalisis Perang dunia ke dua kedalam Teori realis, maka perlu untuk
mengidentifikasi aktor aktor pelakunya dengan menggunakan State Level Analysis
dan Individual Level Analysis. Individual level Of analysis Juga dimasukkan karena
peran beberapa Individual dalam Perang Dunia Kedua Ini Sangat Penting Peran
orang orang seperti Adolf Hitler Pemimpin Nazi Jerman , Winston Churcill Perdana
Menteri Inggris dan Franklin D Rosevelt Presiden Amerika Serikat Saat Itu tidak
dapat dinafikan.
Sudut Pandang Jerman
Bibit awal perang dunia kedua sudah dapat dilihat sejak Jerman kalah pada perang
dunia Pertama dan Menandatangani Perjanjian Versailles. Perjanjian Versailles
Sangat ini sangat merugikan jerman, dimana salah satu klausulnya adalah Mengganti
seluruh kerugian material yang dihasilkan oleh perang kepada negara negara Sekutu,
Sebesar 132 Miliar Reichmark sekitar 31 Miliar Dollar Saat itu ( $442 Miliar Dollar
Untuk Hitungan Saat Ini). Ganti rugi yang jumlahnya sangat fantastis ini terbukti
menyebabkan kehancuran Ekonomi Jerman, atau saat itu Disebut Republic Weimar.
Jerman Mengalami Hyperinflasi dimana Kurs Dollar Amerika ke mark (mata Uang
Jerman) mencapai 1 dollar per 4,210,500,000,000 Marks.
Walaupun akhirnya Hyperinflasi di Jerman selesai pada tahun 1924. Namun dampak
dari Hyperinflasi ini terus tersimpan dalam benak warga Jerman. Warga jerman
menganggap bahwa negara mereka Sukses di Hancurkan oleh kekuatan Asing,
sentimen inilah yang membuat ideologi Fasis Nazi Adolf Hitler Disukai dan di elu
elukan Oleh warga Jerman saat itu.
-
Seperti yang seringkali terjadi, Krisis Ekonomi, Kesulitan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup, akan dengan cepat menyuburkan gerakan-gerakan
Radikal. Gerakan Radikal mendapat dukungan masyarakat karena masyarakat
membutuhkan Kambing Hitam untuk permasalahan Ekonomi yang mereka alami.
Seperti Nazi Contohnya, Nazi menggunakan Sentimen Anti Semit (Anti Yahudi)
sebagai kambing hitam bagi seluruh permasalahan yang dialami Oleh Jerman Paska
perang dunia pertama. Adolf Hitler, yang saat itu pempimpin NSDAP (NAtional
soZIalistische Deutsche Arbeiterpartei ) atau nazi, pada mulanya naik ke tampuk ke
kuasaan dengan cara demokrasi, Mengikuti Mekanisme Pemilu. Bukan dengan
Kudeta (Walau sebelumnya hitler pernah mencoba Kudeta lalu gagal). Dengan
Menjual Sentimen Nasionalisme Fasisme dan Anti Semit kepada warga Jerman.
Warga Jerman yang sudah lelah akan krisis ekonomi dan lemahnya kekuatan Negara
Jerman Termakan dengan janji janji kampanye tersebut dan Pada akhirnya
Memuluskan usaha Hitler untuk menduduki kursi kekuasaan Jerman.
Setelah Hitler dan Partai Nazi menguasai Jerman Secara Keseluruhan, Dimulailah
Usaha Jerman Untuk merebut kembali wilayah Jerman yang sudah dianekanisasi
oleh tetangganya. Untuk memuluskan niatannya itu, hitler memulai dengan
merekonstruksi Ekonomi Jerman Secara besar besaran. Industri Berat diekspansi,
Jalan dan Infrastruktur Baru dibangun, Termasuk Autobahn yang merupakan
pendahulu dari Jalan Tol modern saat ini. Kekuatan Militer Perlahan Dibangun walau
dengan rahasia sebagai akibat dari larangan memiliki angkatan bersenjata oleh
perjanjian versailles. Tujuan Hitler adalah untuk memperluas Ruang hidup bagi
bangsa jerman. Inilah yang menjadi dasar dari doktrin Lebensraum
-
Doktrin Lebensraum ini adalah komponen penting pada Ideologi Nazi Jerman.
Dimana bagi Nazi Ekspansi teritorial diperbolehkan dan sudah merupakan Hukum
alam bagi bangsa jerman yang rasnya dianggap lebih superior, untuk mengusir Ras-
Ras yang lebih Inferior dari mereka seperti bangsa Slav (Bangsa Rusia, Polandia dan
eropa timur lainnya). Ini merupakan keharusan karena menurut Hitler, Jerman
Mengalami Kelebihan Penduduk dan kekurangan sumber daya alam untuk
menghidupi penduduknya. Sehingga Ekspansi Teritorial menjadi sesuatu yang
dibenarkan dan kebutuhan yang tak ter elakkan.
Di dalam Doktrin Tersebut ada kebijakan bagi Nazi Untuk membunuh, Mendeportasi
atau memperbudak orang Polandia, Ukraina, Rusia dan keturunan bangsa Slavic
Lainnya, Yang mereka anggap sebagai Ras yang Inferior, dan menduduki tanah
mereka dengan orang orang Jerman. Nazi akan membiarkan mereka mati kelaparan,
sehingga Surplus dari produksi gandum Dapat dikirim untuk memberi makan bangsa
Jerman. Kebijakan Lebensraum juga Menganggap Bahwa bangsa Jerman adalah
bangsa yang paling superior dan bagian dari Bangsa Arya, Sehingga berhak untuk
mengusir ras lain yang lebih rendah derajatnya. Lebensraum juga mengajarkan
bahwa sebagai Ras yang paling superior di dunia, maka kemurnian Ras Jerman Harus
dijaga. Nazi Juga mendukung kebijakan Lebensraum yang dilakukan negara lain,
Seperti Mussolini di Italia dan Jepang di Asia Timur.
Dari Sudut Pandang Realis, Lebensraum ini adalah Bagian Dari Raison detat atau
Kepentingan nasional dari Nazi Jerman. Sesuai dengan penjelasan Teori Realis
Klasik , Nazi Jerman menjadikan Lebensraum Sebagai kepentingan nasionalnya
Secara resmi dan mempraktekkannya dengan menginvasi Negara negara di eropa.
Namun Raison detat Nazi ini tidak kompatibel dengan Kepentingan Nasional Negara
lain sebaliknya Justru Sangat Bertentangan Dengan moral dan prinsip Dunia
Internasional saat itu. Sehingga seperti yang diutarakan ahli realis, negara yang
mengejar Self Interest nya tanpa mengindahkan sama sekali Interest dari negara lain
-
seringkali hancur dan hilang. Hal ini sesuai akhir dari Nazi Jerman, Dimana pada
akhirnya nazi Jerman Kalah Setelah Diperangi oleh hampir semua negara negara di
dunia.
.
Sudut Pandang Sekutu
Menurut Sudut Pandang Inggris dan sekutu, keberadaan Nazi Jerman dan Sifat
Ekspansinya Tidak dapat dibiarkan. Karena akan merendahkan Posisi Inggris Sendiri
Sebagai salah Satu Superpower Dunia. Selain Itu Inggris dan Prancis Juga Memiliki
Perjanjian pertahanan Dengan Polandia, sehingga saat Jerman Menyerang Polandia,
Inggris menghormati Perjanjian Tersebut dengan mendeklarasikan perang terhadap
Jerman. Dan Juga Negara Negara sekutu banyak yang memiliki koloni dikawasan Asia
Tenggara (Belanda dengan Hindia Belanda, Prancis dengan Indochina, Inggris yang
Malaya dan India dan Amerika Serikat dengan Koloni Di Filipina) . Keseluruhan Koloni
Tersebut Terancam Dengan Kebijakan Ekspansionisme dari Imperial Jepang yang
merupakan Sekutu dari Nazi Jerman.
Selain itu Negara Sekutu sebagai negara demokrasi sangat membenci Rezim
Totalitarian Hitler karena sangat bertentangan dengan Nilai Nilai Demokrasi yang
dianut negara barat.
Berdasarkan Sudut pandang realis, Konsep sekutu Sendiri dengan bergabung
menjadi Aliansi untuk menangkal Jerman merupakan bentuk dari External Balancing
yang merupakan bagian dari Konsep Balance Of Power. Dimana negara negara yang
terancam dengan Hegemoni Jerman dan Kekuatan Axis Bersatu membangun Koalisi
lain untuk menandingi dari Kekuatan Axis. Selain itu Koalisi Didasarkan pada
Kebutuhan dari Negara Negara Sekutu Untuk mempertahankan Keberlangsungan
Hidup mereka, karena Seperti yang sudah diutarakan Sebelumnya, Tujuan Pertama
-
dan utama Negara bagi Realis adalah Bertahan hidup (Survival), sehingga segala
tindakan negara akan bertujuan untuk mempertahankan eksistensinya.
Kesimpulan
Perjuangan Setiap negara dalam Mengejar National Interest dan menjaga Survival
Negara merupakan Hal yak jamak dilakukan Pada tatanan dunia Internasional. Baik
sejak Abad Pertengahan hingga Saat Ini. Namun apabila National Interest Suatu
negara sudah bersinggungan langsung dengan negara lain, maka Perang bukanlah
sesuatu yang tak mungkin Terjadi.
Pada kasus Perang Dunia ke dua ini, Adolf Hitler begitu bernafsunya untuk
berekspansi atas nama Doktrin Lebensraum dan Keagungan Ras Jerman, karena
mengejar Kepentingannya Sendiri tanpa mengindahkan Kepentingan bangsa lain dan
melanggar norma etika Internasional Saat itu. Pada saat negara yang tertindas Itu
bangkit dan bersatu, Adolf Hitler Akhirnya kalah dan Rezim Nazi Jerman Berakhir
Kesimpulan yang penulis dapat adalah, Jika Negara kita Ingin mengejar Kepentingan
nasionalnya, Haruslah bermain diplomatis dan cerdas, agar tidak bersinggungan
keras dengan negara lain. Karena Bila Perang pecah, Bukan Saja Musuh yang dapat
binasa, Melainkan kita Juga dapat binasa.
-
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
H.W, Koch. Aspects of the Third Reich. London: Macmillan Press, 1985.
Hitler, Adolf. Mein Kampf. Houghton Mifflin, 1971.
Karshaw, Ian. Hitler : A Biography. W.W. Norton and Company, 2008.
Krmer, Gudrun . A History of Palestine: From the Ottoman Conquest to the Founding of the State of Israel. Princeton University Press . 2011
Razel, Friedrich. "Politische Geographic ; Der Lebensraum : Eine Biogeographische
Studie." In German Expansionism, Imperial Liberalism and the United States,
by Jens-Uwe Guettel, 55-56, 67. New York: Cambridge University Press, 2012.
Smith, Neill. American Empire : Roosevelt's Geographer and the Prelude to the
Globalization. California: University of California, n.d.
Machiavelli, Sang penguasa : Surat seorang Negarawan Pada Pemimpin Republik.
Jakarta : PT Gramedia, 1987.
Baylis, John, The globalization of world politics : an introduction to international
relations, England : Oxford University Press, c2008
-
Sumber Lainnya
. Lebensraum: Living Space for the German Race.
n.d. http://www.holocaust-trc.org/the-holocaust-education-program-resource-
guide/lebensraum/ (accessed June 23rd, 2014).
. Merriam-Webster : An Encyclopedia Britannica Company.
n.d. http://www.merriam-webster.com/dictionary/lebensraum (accessed June 22nd, 2014).
--. KSAWERY LISINSKI, E-International Relations : Explaining War: A Comparison of Realism
and Constructivism
http://www.e-ir.info/2012/05/03/explaining-war-a-comparison-of-realism-and-
constructivism/ (Accessed June 24nd, 2014)
top related