analisis usaha ternak kelinci sejahtera farm … · analisis usaha . ternak kelinci sejahtera farm...
Post on 27-Mar-2019
436 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS USAHA TERNAK KELINCI SEJAHTERA FARM
KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
SKRIPSI
KUSWANTO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PETERNAKAN BOGOR
2012
i
RINGKASAN
Kuswanto. D14070293. 2012. Analisis Usaha Ternak Kelinci Sejahtera Farm
Kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si.
Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si.
Kelinci dikenal sebagai ternak penghasil daging bergizi tinggi dengan
produktivitas memadai dan sumber pendapatan peternak di pedesaan. Penelitian ini
bertujuan untuk menggali informasi mengenai karakterisitik produksi dan pemasaran
kelinci di Sejahtera Farm, Desa Gunung Leutik, Kelurahan Pabuaran Sawah,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pengamatan dilakukan pada 201 ekor
kelinci, 190 ekor kelinci lokal, 6 ekor kelinci Rex dan 5 ekor kelinci Angora.
Manajemen pemeliharan, produktivitas, dan pemasaran dianalisis secara deskriptif.
Pemeliharaan kelinci memperhatikan kondisi lingkungan dengan melakukan
modifikasi desain atap kandang lebih tinggi, dinding terbuat dari bambu sehingga
sirkulasi udara cukup baik. Pemberian pakan disesuaikan dengan status ternak.
Jumlah pakan untuk kelinci pejantan sama dengan kelinci betina dewasa yaitu
sebesar 120g/ekor/hari konsentrat, serta rumput sebanyak 500g/ekor/hari, pakan
untuk kelinci bunting sama dengan kelinci laktasi, sebesar 250g/ekor/hari konsentrat
serta rumput 500g/ekor/hari. Kelinci muda diberikan konsentrat 70g/ekor/hari. Bobot
badan rataan pejantan, induk laktasi dan induk bunting berturut-turut sebesar
1,73±0,10 kg, 1,77±0,15 kg dan 2,05±0,26 kg. Produk kelinci yang dihasilkan adalah
anakan kelinci, kelinci dara dan kelinci dewasa serta pupuk kandang (urine dan
feces). Penerimaan yang diperoleh peternak selama setahun besarnya
Rp140.125.000,00, sedangkan pengeluaran (biaya) besarnya Rp69.727.166,00.
Pendapatan peternak Sejahtera Farm adalah Rp70.397.834,00. Nilai penerimaan
berbanding pengeluaran (R/C ratio) pada peternakan kelinci Sejahtera Farm adalah
1,99 artinya usaha tersebut layak untuk dilanjutkan.
Kata-kata kunci : kelinci, sejahtera farm, analisis usaha peternakan.
ii
ABSTRACT
Analysis of Rabbit Farming in Sejahtera Farm District Ciampea Bogor
Kuswanto, H. Nuraini, and L. Cyrilla
Rabbits are known as producer of highly nutritious meat with adequate productivity
and income of rural farmers. This study aimed to explore the characteristics of rabbit
production and marketing at Sejahtera Farm, Gunung Leutik Village, Pabuaran
Sawah, District Ciampea, Bogor Regency. Observations were carried outon 201
rabbits that consist of 190 heads of local rabbits, 6 heads Rex rabbits and 4 heads
Angora rabbits. Maintenance management, productivity, and marketing were
analyzed descriptively. Maintenance of rabbits considering the environment by roof
design modifying so the enclosure is higher,walls made of bamboo so that air
circulation was good enough. Feeding adjusted with status of livestock. Feeding for
buck same as a doe about of 120g/head/day for concentrates and forage about of
500g/head/day. Feeding for pregnancy same as a lactation about of 250g/head/day
for concentrates and farages 500g/head/day. Feeding form of concentrates were
given about of 70g/head/day for kits. The average body weight of male, lactation doe
and pregnancy doe were 1.73±0.10kg, 1.77±0.15kgand2.05±0.26kg, respectively.
The products of rabbit farm were rabbit pups, young and adults rabbits as well as
manure (urine and feces).This product provided R/C ratio1.99.
Keywords: rabbit, sejahtera farm, farm income analysis.
iii
ANALISIS USAHA TERNAK KELINCI SEJAHTERA FARM
KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
KUSWANTO
D14070293
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
v
Judul : Analisis Usaha Ternak Kelinci Sejahtera Farm Kecamatan
Ciampea Bogor
Nama : Kuswanto
NIM : D14070293
Menyetujui,
Pembimbing Utama
(Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si)
NIP. 19640202 198903 2 001
Pembimbing Anggota
(Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si)
NIP. 19630705 198803 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.)
NIP: 19591212 198603 1 004
Tanggal ujian : 2 Agustus 2012 Tanggal lulus :
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Nopember 1987 di Gresik, Jawa Timur.
Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Yadi dan Ibu
Karti.
Penulis mengawali pendidikan dasar di SDN 1 Tambak Rejo pada tahun 1994
dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan Lanjutan Menengah Pertama di-
tempuh Penulis pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 1
Duduk Sampeyan. Pendidikan Menengah Atas ditempuh Penulis di SMAN 1 Manyar
Gresik pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007 dan pada tahun 2008
diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknoogi Peternakan.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler yaitu
Keluarga Silat Nasional Perisai Diri Institut Pertanian Bogor (SILAT PD IPB)
(2009/2011) dan Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER)
Fakultas Peternakan (2009/2010) sebagai anggota Divisi Unggas. Penulis pernah
mengikuti kegiatan magang kerjadi PT Lembu Jantan Perkasa, Banten, Jawa Barat,
pada tahun 2009. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Ruminansia Besar
(2009/2010), dan menjadi panitia pada berbagai acara yang diselenggarakan oleh
Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Peternakan dan IPB.
vi
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan sehingga Penulis memperoleh kemudahan dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsi yang berjudul Analisis Usaha Ternak Kelinci
Sejahtera Farm Kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Sejahtera Farm merupakan salah satu tempat peternakan kelinci dimana
usahanya berperan meningkatkan gizi masyarakat yang diperoleh dari daging kelinci
hasil pemeliharaannya. Selain sumber protein hewani yang diperoleh dari daging
kelinci, ternak kelinci juga bisa menambah pendapatan masyarakat hasil penjualan
ternak kelinci.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan menganalisa
manajemen pemeliharaan kelinci yang dilakukan di Sejahtera Farm. Sehingga
harapannya tulisan ini dapat menjadi bahan atau referensi yang dapat memberikan
informasi bagi pembaca, khususnya yangtertarik untuk beternak kelinci.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, sehingga Penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh daripada sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk peternak
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Bogor, September 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ………………………………………………………… i
ABSTRACT ………………………………………………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………... iii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………....... iv
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………….... v
KATA PENGANTAR ……………………………………………........ vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….. xi
PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
Latar Belakang ………………………………………………... 1
Tujuan …………………………………………………………. 2
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………. 3
Klasifikasi Kelinci ……………………………………………. 3
Pemilihan Bibit Ternak ……………………………………….. 3
Perkandangan …………………………………………………. 4
Pakan ………………………………………………………….. 5
Produktivitas ………………………………………………….. 6
Dewasa Kelamin ……………………………………… 6
Kebuntingan …………………………………………... 6
Litter Size ……………………………………………... 7
Sex Ratio …………………………………………........ 7
Penyapihan ……………………………………………. 7
Penyakit Kelinci ………………………………………. 8
Bobot Lahir ………………………………………........ 8
Pemasaran …………………………………………….. 8
Pendapatan ……………………………………………………. 8
Analisis Pendapatan …………………………………………... 9
MATERI DAN METODE ……………………………………………. 10
Lokasi dan waktu …………………………………………....... 10
Materi …………………………………………………………. 10
Ternak …………………………………………………. 10
Peralatan ………………………………………………. 10
Prosedur ……………………………………………………….. 10
Rancangan dan Analisis Data ………………………………….
Rancangan ……………………………………………..
11
11
vii
Analisis Data ………………………………………….. 11
Analisis Pendapatan …………………………………... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………….. 14
Keadaan Umum Sejahtera Farm ……………………………… 14
Lokasi Peternakan …………………………………………….. 14
Suhu dan Kelembaban ……………………………………........ 15
Total Populasi Ternak di Sejahtera Farm ................................... 16
Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Kelinci ............................... 17
Pemilihan Bibit ………………………………………... 17
Perkawinan dan Reproduksi …………………………... 18
Pakan ………………………………………………….. 20
Perkandangan ……………………………………......... 22
Bobot Badan dan Konsumsi Pakan ………………........ 24
Penanganan Kesehatan Kelinci ……………………….. 26
Penanganan Limbah …………………………………... 27
Pemasaran ……………………………………………………... 27
Analisis Pendapatan ………………………………………....... 29
Penerimaan Usaha Ternak Kelinci ………………......... 29
Biaya Usaha Ternak Kelinci ………………………….. 30
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….. 33
Kesimpulan ……………………………………………………. 33
Saran …………………………………………………………... 33
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………….. 34
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 35
LAMPIRAN …………………………………………………………... 38
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Ciri-ciri Kelinci yang Sehat …………………………………….. 4
2. Kebutuhan Nutrien Kelinci pada Berbagai Status Fisiologis …... 5
3. Form Analisis Pendapatan …………………………………….... 12
4. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban di Lokasi Penelitian…….. 16
5. Kriteria Calon Bibit …………………………………………….. 17
6. Kadar Nutrien Ransum Kelinci di Sejahtera Farm……………... 20
7. Kebutuhan Nutrien Pakan Kelinci……………………………..... 21
8. Ukuran-ukuran Kotak dan Jumlah Kandang Kelinci di Sejahtera
Farm ……………………………………………………………..
23
9. Rataan Bobot Badan Kelinci di Sejahtera Farm ………………... 24
10. Rataan Konsumsi Pakan Kelinci di Sejahtera Farm ………….... 25
11. Jenis Antibiotik yang Diberikan pada Kelinci ………………….. 26
12. Kisaran Harga Kelinci di Sejahtera Farm ………………………. 28
13. Rata-rata Penerimaan per Tahun Usaha Ternak Kelinci di
Sejahtera Farm ………………………………………………......
30
14. Rata-rata Biaya Usaha Ternak Kelinci per Tahun di Sejahtera
Farm ……………………………………………………………..
31
15. Rata-rata Pendapatan Keluarga dan Nilai R/C Ratio dari Usaha
Ternak Kelinci …………………………………………………..
32
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Lokasi Peternakan Sejahtera Farm ……………………………….. 14
2. Kandang Kelinci di Sejahtera Farm …………………………….... 22
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Lembar Kuisioner………………………………………………… 39
2. Data Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban Udara Bulan
Maret………………………………………………………………
42
3. Data Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban Udara Bulan
April ……………………………………………………………… 43
4. Foto Selama PenelitianFoto Selama Penelitian (a) Ternak Kelinci
(b) Kandang Kelinci (c) Kebun diSamping Peternakan (d) Rumah
Pemilik Peternakan (e) Sungai di Samping Lokasi Peternakan (f)
Lingkungan Sekitar Peternakan .…………………………………
44
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan peternakan kelinci di Indonesia saat ini sudah mulai dikenal oleh
masyarakat, namun sebagian besar masih dalam bentuk peternakan rakyat skala
kecil. Padahal sebenarnya ternak kelinci merupakan sumber protein hewani yang
cukup menjanjikan. Daging kelinci yang bernilai gizi tinggi diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, terutama bagi masyarakat pedesaan yang
ekonominya lemah. Selain itu, dari peternakan tersebut masyarakat dapat
memperoleh tambahan pendapatan yang berasal dari hasil penjualan kelinci, baik
kelinci hidup maupun berupa daging.
Cara pemeliharaan kelinci relatif cukup mudah karena tidak memerlukan
lahan yang luas. Pemeliharaan ternak ini dapat dilakukan di pekarangan rumah.
Efisiensi lahan tersebut dapat dimaksimalkan apabila kandang dibangun dengan tipe
battery (kandang yang tiap satu ruangan hanya diisi satu ekor kelinci) sehingga
masyarakat dapat membangun tipe kandang tersebut di sekitar rumah yang memiliki
lahan sempit.
Peternak di pedesaan sebagian besar masih menganggap beternak kelinci
sebagai usaha sampingan, yaituhanya sebatas tambahan pendapatan diluar sumber
penghasilan utama sebagai petani. Manajemen pemeliharaan ternak kelinci pada
umumnya dilakukan secara sederhana, yaitu kelinci dimasukkan ke dalam kandang
atau kotak yang terbuat dari kayu dan bambu tanpa memperhatikan kenyamanan
ternak. Pakan yang diberikan berasal dari lingkungan sekitar yaitu berupa rumput
lapang dan hijauan limbah pertanian dan kadang-kadang diberi limbah pabrik berupa
dedak padi atau ampas tahu.
Salah satu peternak kelinci yang berlokasi di Kecamatan Ciampea Kabupaten
Bogor adalah Sejahtera Farm. Populasi kelinci di peternakan ini relatif paling banyak
diantara peternak lain di kecamatan tersebut. Evaluasi terhadap usaha peternakan
Sejahtera Farm perlu dilakukan untuk mengetahui hasil dan kemajuan yang telah
dicapai. Aspek-aspek usaha yang perlu dievaluasi adalah sistem pemeliharaan,
pemasaran dan tingkat keuntungan atau pendapatan ternak kelinci yang dapat dicapai
peternak. Sistem pemeliharaan mencakup pemilihan bibit, perkandangan, pakan,
perkawinan dan pengendalian penyakit. Analisis usaha tersebut selanjutnya dapat
2
dijadikan dasar pengambilan keputusan bahwa usaha tersebut layak dilanjutkan atau
tidak.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen pemeliharaan ternak
kelinci yang diterapkan dan analisis usaha pada peternakan kelinci Sejahtera Farm,
Kelurahan Pabuaran Sawah Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Kelinci
Kelinci (Oryctologus cuniculus) diklasifikasikan dengan dunia Animalia,
filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Legomorpha, famili Leporidae,genus
Oryctologus dan spesies cuniculus (Muslih et al., 2006). Kelinci dikembangkan
untuk tujuan penghasil daging, kesayangan, hias, fur dan pets (Brahmantiyo &
Raharjo, 2005).
Kromosom kelinci berjumlah 44 buah, umur selama hidupnya (life span) 5-10
tahun dengan umur produktif 2-3 tahun dan jumlah beranak 10 kali per tahun. bobot
lahir kelinci antara 30-100 g/ekor (rataan 50-70 g/ekor), bobot dewasa 5-10 kg per
ekor, laju pertumbuhan sampai umur 8 minggu sebesar 15-20 g/ekor/hari dan umur
8-16 minggu mencapai 100-150 g/minggu/ekor (Brahmantiyo & Raharjo, 2005).
Suhu tubuh kelinci mencapai 38-40oC, dengan bobot tulang sebesar 7-8 persen dari
bobot tubuh. Kelinci beraktivitas secara umum pada tengah malam dan dikala hari
mulai senja tetapi dapat menyesuaikan diri terhadap pengaruh lingkungan (Muslih et
al., 2006).
Pada umur empat bulan kelinci sudah dapat mencapai dewasa kelamin dan
dapat dikawinkan, tiap pejantan dapat dikawinkan dengan 8-10 betina dengan tingkat
kesuksesan pembuahan 95 persen (Brahmantiyo dan Raharjo, 2005). Lama bunting
kelinci rata-rata 31-32 hari, rataan jumlah anak per kelahiran 6-7 ekor dengan
tingkat keselamatan 85-95 persen, anak kelinci disapih oleh induknya rata-rata pada
umur 6-8 minggu, segera setelah melahirkan, induk kelinci dapat dikawinkan
kembali (Cheeke et al., 1987).
Hasil penelitian Raharjo (1988) menyatakan bahwa kelinci memiliki
kemampuan beranak setiap 40 hari dengan jumlah anak sekelahiran (litter size at
birth) lebih dari 8 ekor. Tingginya tingkat kematian (23-43%) masih saja terjadi pada
masa menyusui. Pemeriksaan post-mortem membuktikan kejadian yang tertinggi
akibat enteritis.
Pemilihan Bibit Ternak
Pemilihan bibit ternak sebaiknya adalah bibit ternak yang baik. Bibit ternak
yang baik berasal dari keturunan, penampilan produksi, reproduksi, dan kesehatan-
nya yang baik. Data dan informasi tersebut dapat diketahui dari recording dan brosur
4
yang dikeluarkan pembibit (Rahardi et al., 1993). Menurut Sarwono (2002), bibit
kelinci yang baik memiliki tato pada telinga serta sertifikat kelahiran. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peternak jujur dalam mempertanggungjawabkan kemurnian
bibitnya. Menurut Raharjo (2005), pemilihan bibit didasarkan pada jenis ternak,
turunan, dan postur. Bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan yang memiliki
catatan kinerja tetuanya dengan kriteria-kriteria baku dari bibit tersebut dan sesuai
harapan konsumen. Bibit harus tidak mengandung penyakit, terlihat sehat dan
mampu berkembangbiak sebaik tetuanya. Ciri-ciri kelinci yang sehat dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri-ciri Kelinci yang Sehat
Bagian Tubuh Karakteristik
Kepala Seimbang dengan ukuran badannya
Telinga Tegak, bersih, tebal, panjang, dan tampak seimbang
Mata Bulat bercahaya, bersih, pandangan mata cerah dan jernih
Kaki Kuat, kokoh, berkuku pendek, dan lurus tidak bengkok
Badan Bulat, berdada lebar, dan padat
Bulu Bersih, licin, halus, mengkilat dan rata
Ekor Tegak, lurus ke atas, menempel pada punggung
Hidung, moncong dan Mulut Kering dan bersih
Dubur Bersih kering dan tidak terdapat tanda bekas diare
Sumber : Sarwono, 2002
Perkandangan
Bangunan kandang dan peralatan perlu direncanakan untuk menghemat
tenaga kerja. Bangunan kandang dan peralatan yang diperlukan tergantung pada
lokasi peternakan kelinci, besar peternakan dan besar modal dalam investasi
(Herman, 2002). Kandang yang baik memiliki ciri-ciri sirkulasi udara lancar, lantai
tidak lembab, atap tidak kotor, tiang penyangga kokoh dan cukup lama daya
tahannya, sederhana dan murah, disesuaikan dengan jenis ternak, dapat melindungi
ternak dari pengaruh kurang menguntungkan, dan dapat mempermudah penanganan
ternak (Rahardi et al., 1993).
Berdasarkan penempatannya, kandang kelinci dibedakan atas kandang di
dalam ruangan, kandang di luar ruangan, dan kandang yang bisa dipindah-pindah.
5
Sedangkan berdasarkan pengelolaannya dapat dibedakan menjadi kandang battery,
postal, dan ranch. Kandang battery adalah kandang yang tiap ruangan diisi satu ekor
kelinci. Kandang ini biasa digunakan bagi induk yang beranak dan mengasuh anak,
untuk mengawinkan kelinci betina yang sewaktu-waktu dimasukkan ke kandang
jantan dan untuk tempat pembesaran secara berkelompok hingga anak kelinci lepas
sapih. Kandang postal adalah kandang yang tiap ruangannya diisi beberapa kelinci
kandang ini diisi untuk anak kelinci lepas sapih atau kelinci yang seumur dan
besarnya seragam, jenis dan rasnya juga sama. Kandang ranch adalah kandang yang
ruangannya terbagi-bagi menjadi tempat tidur dan tempat bermain (Sarwono, 2002).
Pakan
Keberhasilan suatu usaha ternak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya
genetik, pakan dan manajemen pemeliharaan (Suryani, 2002). Ternak membutuhkan
nutrisi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu kebutuhan hidup pokok dan
produksi, kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan nutrisi untuk memenuhi proses-
proses hidup tanpa adanya produksi, sedangkan kebutuhan produksi adalah
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan, kebuntingan, produksi susu dan kerja (Blakely
& Bade, 1991). Kebutuhan nutrien kelinci dalam berbagai status fisiologis dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Kelinci pada Berbagai Status Fisiologis
Nutrien Status fisiologis kelinci
Pertumbuhan Pemeliharaan Bunting Laktasi
Protein Kasar (%) 15 13 18 18
Lemak (%) 3 3 3 5
Serat Kasar (%) 14 15-16 14 12
Kalsium (%) 0.5 0.6 0.8 1.1
Pospor (%) 0.3 0.4 0.5 0.8
TDN (%) 65 55 58 70
DE (kkal/kg) 2500 2200 2500 2700
Sumber: Chekeeet al.(1987)
6
Produktivitas
Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan
(Lukefahr & McNitt, 1983). Suhu, kelembaban udara dan curah hujan merupakan
faktor penting karena berhubungan erat dengan iklim yang berpengaruh terhadap
produktivitas ternak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang
terlihat langsung pada ternak seperti menurunnya nafsu makan ternak dikarenakan
terjadi kenaikan suhu lingkungan yang menyebabkan suhu tubuh ternak meningkat
sehingga ternak merasa panas. Kenaikan suhu tubuh ini mengakibatkan ternak
depresi sehingga mengganggu proses reproduksi. Pengaruh tidak langsung pada
ternak seperti kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia bagi ternak,
perkandangan, penyakit dan manajemen pemeliharaan. Kesulitan beradaptasi dengan
lingkungan akan menyebabkan menurunnya produktivitas (Williamson & Payne,
1993).
Dewasa Kelamin
Kelinci mencapai dewasa kelamin pada umur 4-8 bulan tergantung pada
bangsa, makanan dan kesehatan. Kelinci yang mendapat makanan dengan kualitas
baik dapat mencapai dewasa kelamin yang lebih dini. Kelinci betina tipe ringan
mencapai dewasa kelamin pada umur enam bulan, tipe sedang 5-6 bulan dan untuk
tipe berat 7-8 bulan (Herman, 1995).
Dewasa kelamin betina dicapai ketika pertumbuhan tubuhnya mencapai 70-
75% dari dewasa tubuhnya, tetapi biasanya perkawinan ditunda sampai bobot
hidupnya 80% dari bobot hidup dewasa. Kelinci jantan lebih lambat mencapai
dewasa kelamin meskipun telah memperlihatkan aktivitas seksual pada umur dini,
perkawinan yang fertile tidak tercapai sebelum 8-10 minggu (Herman, 1995).
Kebuntingan
Lama bunting dihitung sejak betina kawin sampai beranak. Lamanya berkisar
antara 29-33 hari dengan rata-rata 31 hari. tetapi terdapat juga anak yang lahir pada
hari ke 28 dan kadang-kadang setelah hari ke 35. Kebuntingan yang lebih dari 35
hari tidak umum, kecuali terjadi kesulitan pada induk. Terdapat korelasi negatif
antara lama bunting dan jumlah anak yang dilahirkan. Jumlah anak yang banyak
menyebabkan masa bunting menjadi lebih singkat dan sebaliknya jumlah anak yang
rendah menyebabkan masa bunting lebih lama (Herman, 1995).
7
Litter size
Litter size adalah banyaknya anak yang hidup dengan jumlah berkisar antara
1-13 ekor (Lebas et al., 1986). Jumlah anak perkelahiran yang dihasilkan induk
kelinci berbeda-beda, menurut Fielding (1991), umumnya 8-10 ekor. Litter size ini
bervariasi karena faktor genetik, musim, umur induk, dan periode beranak dewasa.
Musim dingin induk kelinci menghasilkan litter size lebih banyak dan bobot hidup
yang lebih berat, sedangkan musim panas induk kelinci menghasilkan litter size lebih
menurun. Rendahnya litter size banyak dipengaruhi oleh umur induk yang mudah
dan karena induk beranak pertama (Syaifullah, 1993).
Induk pada periode beranak pertama menghasilkan litter size yang rendah
(Rathor et al., 2000). Litter size dipengaruhi oleh parameter yang sangat umum,
diantaranya rata-rata ovulasi, fertilisasi dan ketahanan embrio (Fortune, 1998).
(Soeparman S, 1996) hasil studi litter size pada kelinci dengan perbaikan mana-
jemen, menunjukkan bahwa kelinci persilangan yang diberi pakan 25,50 g dan 75 g
konsentrat dengan rumput lapang (ad libitum), rataan jumlah anak yang dilahirkan
berkisar antara 4,50±1,91 sampai 5,50±1,29 ekor, bobot sapih yang dicapai dengan
penambahan konsentrat 25 g adalah 506,6±157,3 g; 521,3±138,0 g dengan
penambahan 50 g konsentrat dan 531,85±59,5 pada penambahan konsentrat 75 g.
Sex ratio
Pada umumnya perbandingan kelinci jantan dan betina yang dianjurkan
adalah 1:10 (Damron, 2003). Sex ratio merupakan faktor penting untuk manajemen
pengganti induk dan pejantan yang sudah tidak produktif, karena dengan mengetahui
sex ratio maka petani dapat menentukan jumlah ternak unggul yang akan digunakan
sebagai pengganti. Sex ratio tidak berpengaruh pada bobot lahir, pertumbuhan bobot
harian dan bobot sapih (Adjisoedarmoet al., 1985; Lukefahr & McNitt, 1983).
Penyapihan
Penyapihan anakkelinci pada umur 6-9 minggu menghasilkan yang terbaik
(Arrington dan Kelly, 1976). Menurut Cheeke et al., (1982), penyapihan sebaiknya
dilakukan pada umur anak kelinci 28 hari. Penyapihan dilakukan dengan mem-
biarkan anak kelinci dikandang awal dan membawa induk kelinci ke kandang baru
sehingga dapat mengurangi stres pada anak kelinci saat penyapihan, karena kelinci
hewan teritorial yang biasa menetapkan daerah tempat tinggalnya.
8
Penyakit Kelinci
Penyakit kelinci dapat timbul akibat kelengahan dalam menjaga sanitasi
kandang, pemberian pakan yang kurang dalam jumlah maupun gizinya, tertular
kelinci yang sakit dan perubahan cuaca. Kelinci yang sakit mempunyai gejala seperti
lesu, nafsu makan kurang, mata sayu, dan suhu badan naik turun, kelinci yang
menunjukkan gejala seperti itu sebaiknya dipisahkan di kandang karantina untuk
dirawat terpisah. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci yang
menimbulkan kematian antara lain enteritis complex, pasteurellosis, young doe
syndrome, scabies, dan coccidiosis (Farrell & Raharjo, 1984). Penyakit lain yang
biasa menyerang kelinci adalah pilek, sembelit, pneumonia, kudis, kanker telinga,
ringworm, favus, radang mata, cacingan, kaki bengkok, makan bulu, dan kanibal.
Ternak kelinci yang sudah terkena penyakit, sebaiknya dipisahkan dari ternak
lainnya (Suryani, 2002; Febriliany, 2008).
Bobot Lahir
Bobot lahir dipengaruhi oleh jumlah anak sekelahiran, umur induk dan lama
bunting, serta pakan yang diberikan (Sanford & Woodgate, 1979). Herman (1989)
menyatakan bahwa anak dengan bobot lahir yang tinggi memiliki tenaga yang cukup
kuat untuk mengisap air susu dalam jumlah yang banyak. Anak dengan bobot lahir
yang tinggi memiliki daya hidup yang tinggi, kondisi tubuh menjadi lebih baik dan
lebih tahan terhadap serangan penyakit (Khalil & Soliman,1989). Rata-rata bobot
lahir untuk setiap individu akan turun dengan bertambahnya jumlah anak yang
dilahirkan, tetapi bobot lahir total akan meningkat (Afifi et al., 1989). Soeparman
(1996) melaporkan bahwa rataan bobot lahir pada beranak pertama sebesar
50,36±6,36 g.
Pemasaran
Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan mencipta-
kan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai
dengan orang lain. Pemasaran ini menentukan sekali sukses atau tidaknya sebuah
usaha, dimana kesuksesan finansial sering bergantung pada kemampuan pemasaran.
Finansial, operasi, akuntansi, dan fungsi lainnya tidak akan berarti jika tidak ada
9
cukup permintaan akan produk dan jasa sehingga perusahaan bisa menghasilkan
keuntungan (Kotler & Keller, 2009).
Analisis Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antar penerimaan total dan biaya-biaya.
Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani yang diperoleh
selama satu periode yang dihitung dari hasil penjualan dan penaksiran kembali
(Soekartawi et al.,1986).
Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiaan produksi yang
jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu yang meliputi biaya sewa, biaya
penyusutan, pajak, dan lain sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah
totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan yang meliputi
bahan baku dan tenaga kerja langsung (Boediono, 1998). Biaya tetap meliputi
penyusutan bangunan, peralatan, dan bibit ternak sedangkan biaya variabel meliputi
pakan, perlengkapan, asuransi, dan biaya lainnya McNitt et al.,(2002).
Besarnya biaya pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal serta faktor manajemen. Faktor internal meliputi umur petani;
pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan; jumlah tenaga kerja
keluarga; luas lahan; dan modal. Faktor eksternal meliputi input seperti ketersediaan
dan harga serta output seperti permintaan dan harga. Faktor manajemen meliputi
penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga dengan
memperhatikan ketiga faktor tersebut akan diperoleh manfaat setinggi-tingginya
(Febriliany, 2008).
Tingkat pendapatan petani untuk setiap komoditas pertanian yang diusahakan
berbeda-beda. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi,
salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan R/C
ratio (Pasaribu, 2007).
10
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2011
di peternakan kelinci Sejahtera Farm yang berlokasi di Kelurahan Pabuaran Sawah,
Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 201 ekor kelinci (Oryctologus cunicuus), terdiri
atas 83 ekor kelinci Lokal (umur ≤ 50 hari), 13 ekor kelinci muda jantan (umur 1,5-2
bulan), 14 ekor kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan), 10 ekor kelinci jantan
dewasa dan 70 ekor kelinci betina dewasa. Kelinci Rex terdiri atas tiga ekor kelinci
muda jantan (umur 1,5-2 bulan), satu kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan) dan dua
ekor kelinci betina dewasa. Kelinci Angora terdiri atas satu ekor kelinci muda jantan
(umur 1,5-2 bulan), tiga ekor kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan) dan satu ekor
kelinci betina dewasa.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah timbangan kapasitas 5 kg (skala 20 g), alat
tulis, lembar kuesioner, dan kamera.
Prosedur
Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan
pemilik peternakan kelinci Sejahtera Farm. Data sekunder diperoleh dari instansi
terkait meliputi data keadaan geografis dan topografis lokasi meliputi peta lokasi,
suhu, kelembaban, curah hujan, dan data kependudukan. Data yang dikumpulkan
meliputi data karakteristik peternak, produksi ternak dan manajemen pemeliharaan
kelinci. Secara rinci data yang akan dikumpulkan adalah:
1. Identitas peternak meliputi nama, umur, latar belakang pendidikan, jumlah
anggota keluarga dan pekerjaan.
2. Identitas kelinci, meliputi kelinci, jenis kelamin, umur, dan jenis kelinci
(selain kelinci lokal).
3. Jumlah pakan dan air minum yang diberikan, meliputi sistem pemberian air
minum, jenis pakan (hijauan maupun konsentrat), perbandingan antara
11
pemberian hijauan dan konsentrat, frekuensi pemberian, dan jumlah yang
diberikan per hari.
4. Sistem perkandangan, meliputi bentuk kandang (battery, postal, dan ranch),
ukuran kandang, keadaan sekitar kandang, jenis bahan bedding, volume
bedding, frekuensi penambahan dan penggantian bedding, keberadaan
kandang dari pemukiman penduduk, peralatan yang tersedia di kandang dan
biaya pembuatan serta perawatan kandang.
5. Pengelolaan limbah ternak, meliputi cara pembersihannya, waktu pem-
bersihan, frekuensi pembersihan, dan jumlah rata-rata feses.
6. Proses pengolahan feses yang meliputi produksi (berkaitan dengan
pembersihan kandang), pengumpulan feses, pengangkutan feses, pengolahan
feses, penyimpanan, dan penggunaannya
7. Kebersihan kandang dan lingkungan sekitar, meliputi kebersihan dalam
kandang (pembersihan kandang kelinci, peralatan yang digunakan,
pembersihan lantai kandang, frekuensi pembersihan) dan kebersihan di
sekitar kandang (letak pembuangan limbah ternak, pembersihan tanaman
disekitar kandang, frekuensi pembersihan).
Rancangan dan Analisis Data
Rancangan
Penelitian ini didesain sebagai suatu studi kasus. Kasus yang diteliti adalah
Peternakan kelinci Sejahtera Farm. Peternakan ini dipilih sebagai lokasi penelitian
karena memiliki populasi kelinci paling banyak dari seluruh peternakan kelinci di
wilayah Kecamatan Ciampea.
Analisis data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ditabulasikan dan dianalisis
secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pemeliharaan
kelinci secara keseluruhan.
Data juga dianalisis secara statistik sederhana menggunakan rumus berikut
(Walpole, 1995):
12
Keterangan:
= Rataan sampel
µi = Data sejumlah i
= Ukuran sampel
Keterangan:
S = Simpangan Baku
X1 = Data
= Rata-rata
n = Jumlah data ke-i
Analisis Pendapatan
Analisis ini dikalukan untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang
diperoleh usaha ternak selama satu tahun. Besarnya pendapatan diperoleh dari
pengurangan peneriman dan biaya-biaya yang dikeluarkan dari usaha ternak kelinci.
Tabel 3. Form Analisis Pendapatan
Uraian Nilai (Rupiah)
Penerimaan usaha ternak
Biaya variabel (-)
Biaya tetap (-)
Pendapatan usaha ternak
Sumber: Soekartawi et al,.(1986)
Selanjutnya dilakukan analisis R/C ratio untuk mengetahui tingkat
pendapatan usahaternak kelinci yang dijalankan menguntungkan atau mengalami
kerugian karena pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang
tinggi. Analisis ini menggunakan rumus:
R/C Ratio =
13
R/C > 1 Maka usaha tersebut menguntungkan
R/C = 1 maka usaha tersebut impas
R/C < 1 maka usaha tersebut mengalami kerugian
Dengan Kriteria :
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Sejahtera Farm
Lokasi Peternakan
Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pabuaran Sawah, Desa Gunung Leutik,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1).
Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Dramaga, Kecamatan
Tenjolaya, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan
Rancabungur. Luas kecamatan Ciampea ± 2800 ha, ketinggian 300 m diatas
permukaan laut (dpl) dengan suhu berkisar antara 25-280C. Dirjen Peternakan (2008)
mengemukakan bahwa suhu optimum untuk beternak kelinci adalah 15-20oC. Hal
tersebut menunjukkan bahwa suhu di Kecamatan Ciampea belum sesuai untuk
mengembangbiakkan ternak kelinci. Sari (2007) dalam penelitiannya menyatakan
suhu lingkungan di lima Kecamatan di Magelang dalam kisaran 26-27oC, suhu
tersebut tidak ideal untuk pemeliharaan ternak kelinci, tercatat bahwa jumlah
populasi kelinci di Magelang sebesar 524 ekor. Hal ini juga menjadi penyebab
sedikitnya peternak kelinci di Kecamata Ciampea.
Melimpahnya sumber pakan hijauan adalah faktor pendukung utama yang
memungkinkan bagi peternak pemula yang ingin memulai usaha ternak kelinci.
Potensi tersebut tidak diikuti dengan jumlah bibit kelinci, dimanabibit kelinci cukup
sulit didapatkan karena keterbatasan peternak kelinci di wilayah Ciampea yang
hanya berjumlah empat peternak saja.
Gambar 1. Lokasi Peternakan Sejahtera Farm
15
Lokasi kandang berimpitan dengan rumah pemilik peternakan. Dirjen
Peternakan (2008) menyatakan lokasi usaha peternakan kelinci hendaknya berjarak
sekurang-kurangnya 10 meter dari rumah penduduk. Letak, luas dan topografi lokasi
terhadap wilayah sekitarnya memperhatikan kesehatan lingkungan, sehingga kotoran
dan limbah cair yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. Lokasi kandang
kelinci di Sejahtera Farm ini terlalu dekat dengan tempat tinggal, dikhawatirkan akan
mempengaruhi kesehatan keluarga, apalagi kurangnya sanitasi terhadap lingkungan
peternakan.
Sanitasi terhadap lingkungan peternakan tidak pernah dilakukan oleh
peternak, karena menurut peternak tidak pernah terjadi kasus adanya anggota
keluarga atau penduduk sekitar terjangkit penyakit disebabkan oleh ternak
kelincinya. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dirjen Peternakan
(2008) yang menyatakan bahwa disuatu peternakan harus ada tindakan pengamanan
penyakit, antara lain: 1) melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan
terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap kuman-kuman lainnya dengan
menggunakan desinfeksi yang ramah lingkungan atau terdaftar, 2) melakukan
pembersihan dan desinfeksi kandang baik terhadap kandang yang dikosongkan
maupun sebelum dimasukkan ternak baru ke dalam kandang, 3) menjaga kebersihan
dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat higiene
yang dapat dipertanggungjawabkan dan 4) melakukan tindakan pencegahan
(vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit sesuai dengan tatacara yang berlaku.
Suhu dan Kelembaban
Pencatatan curah hujan, suhu dan kelembaban dilakukan selama dua bulan
yaitu bulan Maret dan April. Hasil pencatatan curah hujan, suhu dan kelembaban
penelitian menunjukkan bahwa curah hujan di lokasi penelitian yaitu 00,00-34,00
mm dengan rataan 5,19 mm pada bulan Maret dan bulan April 00,00-60,00 mm
dengan rataan 9,40 mm, sedangkan rataan umum curah hujan bulan Maret sampai
April adalah 7,26 mm. Curah hujan ini termasuk cukup kecil karena pengukuran
curah hujan dilakukan pada musim pancaroba, yaitu peralihan dari musim kemarau
ke musim hujan sehingga intensitas cahaya matahari relatif tinggi.
Hasil pencatatan suhu udara di lokasi penelitian yaitu 24-26oC dengan rataan
25,7oC pada bulan Maret dan pada bulan April 25-26
oC dengan rataan 25,8
oC,
16
sedangkan rataan umum suhu udara adalah 25,8oC. Pencatatan kelembaban udara di
lokasi penelitian sekitar 76-91% pada bulan Maret dengan rataan 82% dan pada
bulan April berkisar 73-92% dengan rataan 84%. Rataan kelembaban secara umum
dilokasi penelitian adalah 83%. Kisaran suhu dan kelembaban tersebut lebih tinggi
dari suhu dan kelembaban hasil penelitian Limbong (2008) yang ideal untuk beternak
kelinci di daerah tropis yaitu 18-21oC dengan kelembaban 60-90%. Data hasil
pencatatan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban di Lokasi Penelitian
Pengukuran Bulan Rataan Minimum Maksimum
Curah Hujan
(mm)
Maret 5,19±8,13 00,00 34,00
April 9,40±12,84 00,00 60,00
Rataan 7,26±11,07 00,00 60,00
Suhu (oC)
Maret 25,70±0,73 23,80 27,00
April 25,80±0,63 24,90 26,90
Rataan 25,80±0,68 23,80 27,00
Kelembaban (%) Maret 82,00±3,31 76,00 91,00
April 84,00±4,67 73,00 92,00
Rataan 83,00±4,06 73,00 92,00
Usaha peternak untuk mengatasi masalah suhu dan kelembaban ini adalah
dengan memodifikasi lingkungan mikro (kandang) agar dapat mengurangi cekaman
suhu dan kelembaban yaitu mendesain atap bangunan kandang lebih tinggi yang
terbuat dari fiber dan kayu, di tengah kandang dibiarkan terbuka, sehingga menjamin
sirkulasi udara dengan baik, didukung juga dengan dinding bangunan yang terbuat
dari bilik bambu. Saat malam hari atau saat suhu sekitar kandang dingin (ketika
hujan deras) maka tirai (terpal) dipasang di setiap sisi kandang, gunanya untuk
menjaga perubahan suhu agar tetap nyaman bagi ternak.
Populasi Ternak di “Sejahtera Farm”
Total populasi ternak kelinci di Sejahtera Farm saat dilakukannya penelitian
ini adalah 201 ekor yang terdiri atas 10 ekor pejantan, 24 ekor induk laktasi, 49 ekor
induk bunting, 35 ekor lepas sapih dan kelinci muda 83 ekor.
17
Kelinci yang diamati sebagai calon induk dalam program replacement stock
biasanya diseleksi semenjak umur 1,5- 2 bulan, seleksi dilakukan oleh pemilik.
Peternak sudah mempunyai kriteria calon bibit yang ada di peternakannya.
Ternak pejantan di Sejahtera Farm umumnya berasal dari luar peternakan,
biasanya berasal dari daerah Tenjolaya, Depok, Ciawi, Cibatok dan Cimanggis. Hal
ini dilakukan dengan alasan agar tidak ada kasus inbreeding sehingga faktor genetik
dan performa kelinci tetap terjaga.
Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Kelinci
Pemilihan Bibit. Pada awal usahanya, peternak membeli bibit kelinci jantan
dan betina dewasa dari peternak lain yang sudah lama berkecimpung di usaha
peternakan kelinci di luar lokasi penelitian. Bibit tersebut berasal dari daerah
Tenjolaya, Ciawi, dan Cibatok. Kadang-kadang memperoleh kelinci secara cuma-
cuma dari teman atau kerabat peternak. Kelinci yang dibeli rata-rata berumur enam
sampai tujuh bulan. Karena umur tersebut sudah mencapai dewasa kelamin dan siap
untuk dikawinkan.
Bibit kelinci tersebut kemudian dipelihara sampai menghasilkan anak.
Anakan tersebut setelah mencapai umur jual (satu sampai satu setengah bulan)
dipilih satu sampai dua ekor untuk dijadikan bibit sehingga jumlah ternaknya terus
bertambah. Anak yang akan dijadikan bibit oleh peternak berasal dari induk yang
mempunyai litter size minimal enam ekor, sifat maternal ability yang bagus, anak
memiliki postur tubuh paling besar diantara anak-anak yang lain. Kriteria calon bibit
kelinci yang dibeli atau berasal atau dari peternakan lain ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Calon Bibit Jantan dan Betina Jenis Lokal
Bagian Tubuh Karakteristik
Telinga Bersih, lebar dan tegak
Badan Dada lebar
Mata Bersih dan cerah
Bulu Bersih, halus dan licin
Ekor Tegak dan lurus ke atas
Kaki Kuku pendek dan lurus tidak bengkok
Sumber : Sejahtera Farm, 2011
18
Tabel 5 menunjukan bahwa kriteria calon bibit kelinci dari Sejahtera Farm sudah
sesuai dengan pernyataan Sarwono (2002) mengenai ciri-ciri kelinci sehat.
Perkawinan dan Reproduksi. Kelinci yang dihasilkan merupakan silangan
antara pejantan lokal dengan betina lokal, betina Rex atau betina Angora. Pergantian
induk betina dilakukan apabila sudah mencapai umur 3,5 tahun, induk juga akan
diganti ketika litter size yang dihasilkan kurang dari empat ekor dalam dua kali
periode beranak dan ada induk yang dijual ke konsumen.
Peternak mengawinkan kelinci pertama kali pada umur enam bulan untuk
betina dan tujuh bulan untuk pejantan. Menurut Abidin (2003) menyatakan bahwa
kelinci biasa dikawinkan kapan saja asal sudah dewasa kelamin (berumur 4-6 bulan).
Menurut Sarwono (2002) kelinci mempunyai dewasa kelamin berbeda-beda ter-
gantung dari jenis kelamin dan tipe kelinci. Kelinci betina lebih cepat dewasa
kelamin dibandingkan dengan kelinci jantan. Kelinci tipe kecil (bobot 0,9-1 kg)
mempunyai umur dewasa kelamin berkisar 3-4 bulan, tipe sedang (bobot 2-4 kg)
berkisar 5-6 bulan, dan tipe besar (bobot 5-8 kg) berkisar 7-8 bulan. Pemeriksaan
birahi dilakukan dengan melihat pada bagian kelamin betina yaitu vulva
membengkak, basah dan berwarna merah, ini menunjukkan bahwa kelinci betina
sudah siap dikawinkan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan teliti agar periode
birahi tidak terlewat. Jika birahi terlewat maka harus menunggu sampai siklus
berikutnya. Hal ini merugikan peternak karena menambah biaya produksi.
pemeriksaan birahi dilakukan kembali pada induk yang baru menyapih dan saat masa
menyusui.
Proses mengawinkan di peternakan ini adalah dengan cara alami dan
dilakukan pada pagi hari (pukul 07.00-08.00 WIB), sore hari (pukul 16.00-17.00
WIB) dan kadang-kadang pada malam hari. Frekuensi kawin dilakukan sebanyak dua
kali per tiap birahi. hal ini sesuai dengan Sarwono (2002) bahwa perkawinan yang
ideal dilakukan pada malam, pagi, atau sore hari karena saat itu suhu udara sejuk dan
merupakan kondisi terbaik untuk aktifitas kelinci. Menurut Limbong (2008),
pengulangan perkawinan sekitar delapan jam kemudian baik hasilnya, karena
pembuahan sel telur berlangsung sekitar 1-2 jam setelah ovulasi.
Manajemen yang dilakukan untuk menjaga kesehatan induk kelinci pada
masa kebuntingan (gestation period) meliputi, perhitungan masa kebuntingan dan
19
waktu melahirkan (partus), pemberian ransum selama kebuntingan dan persiapan
induk menjelang kelahiran. Selama kebuntingan harus diberikan pakan yang mampu
memenuhi kebutuhan induk dan fetus yang sedang berkembang dengan cepat. Induk
kelinci yang telah bunting tersebut segera dipindahkan dari kandang koloni ke
kandang individu 7-3 hari sebelum beranak dan pemberian kotak sarang. Hal tersebut
bertujuan agar induk tidak mengalami stres dan tertindih oleh induk itu sendiri
dengan indukan lain. Pemeliharaan induk yang akan beranak harus diperhatikan
setiap saat untuk mencegah kematian anak kelinci yang baru lahir akibat tertindih
oleh induk, terserang oleh semut dan kanibalisme oleh induk.
Setelah pengawinan kelinci selanjutnya dilakukan pemeriksaan kebuntingan
seminggu setelah pengawinan. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah penga-
winan yang dilakukan berhasil atau kelinci tersebut bunting. Cara yang dilakukan
adalah memasukkan kembali induk kelinci kedalam kandang pejantan, apabila induk
betina tersebut tidak mau dikawini berarti kemungkinan besar betina tersebut bunting
(Limbong, 2008).
Apabila induk akan beranak, biasanya akan menunjukkan tanda-tanda seperti
gelisah, nafsu makan berkurang, vulva merah dan bengkak serta mengeluarkan
lendir, dan puting susu membesar. Tata Laksana yang dilakukan setelah anak kelinci
lahir yaitu menunggu lendir kering setelah anak lahir dan kemudian ditaruh di kotak
anakan setelah mendapatkan kolostrum.
Indukan di lokasi penelitian dapat melahirkan anak antara 6-9 ekor namun
yang paling sering terjadi 6-8 ekor. Anak kelinci yang baru lahir akan dipisahkan
dari induknya dan ditempatkan pada kotak anakan sampai umur 20-30 hari.
Pemisahan ini bertujuan untuk menghindari serangan semut pada anak kelinci yang
baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian. Anak kelinci di lokasi penelitian
disapih pada umur 30-40 hari. Menurut peternak kelinci lepas sapih sudah kuat daya
tahan tubuhnya bila disapih pada umur 30-40 hari.
Pencatatan (recording) ternak kelinci yang dilakukan di lokasi penilitian
adalah sebatas tanggal perkawinan, tanggal beranak dan kelinci pejantan yang
dikawinkan. Pencatatan ini masih kurang lengkap karena masih banyak hal yang
perlu dicatat diantaranya: litter size, tanggal penyapihan, bobot lahir dan bobot sapih.
Menurut peternak dengan jumlah kelinci yang ada, peternak masih dapat mengingat
20
tanpa melakukan pencatatan. Namun dikhawatirkan inbreeding berpeluang besar
terjadi akibat recording yang kurang baik.
Pakan. Pakan yang digunakan di lokasi penelitian yaitu konsentrat dan
hijauan. Jenis pakan dibedakan berdasarkan kelas kelinci dan umur kelinci yaitu
kelinci muda, dewasa, pejantan, induk bunting dan laktasi. Pemberian pakan pada
kelinci dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Konsentrat
diberikan pada pagi hari (08.00 WIB) setelah pembersihan kandang dan rumput
diberikan pada sore hari (16.00 WIB). Rumput yang akan diberikan terlebih dahulu
dilayukan dengan cara dijemur atau diangin-anginkan di atas kandang kelinci atau di
samping pakan konsentrat. Hal ini dikawatirkan akan mempengaruhi kualitas
konsentrat karena air dari rumput bisa masuk ke pakan dan nantinya dapat
menimbulkan jamur pada konsentrat. Tidak adanya bangunan sebagai gudang pakan
dapat menjadi penyebab turunnya kualitas pakan kelinci. Pelayuan bertujuan untuk
menurunkan kadar air hijauan yang masih segar, hijauan yang masih segar dapat
mengakibatkan kembung dan mencret (enteritis) pada kelinci (Belanger, 1977).
Jumlah pakan untuk kelinci pejantan sama dengan kelinci betina dewasa yaitu
sebesar 120g/ekor/hari untuk konsentrat, serta rumput sebanyak 500g/ekor/hari,
pakan untuk kelinci bunting sama dengan kelinci laktasi, sebesar 250g/ekor/hari
konsentrat serta rumput 500g/ekor/hari. Kelinci muda diberikan konsentrat
70g/ekor/hari. Air minum tidak diberikan menurut peternak kebutuhan air terpenuhi
dari rumput lapang dengan kadar air masih cukup tinggi. Sanford (1979) menyatakan
air sangat diperlukan untuk melancarkan makanan dalam saluran pencernaan,
terlebih lagi terkait dengan produksi susu bagi induk yang sedang menyusui. Nutrien
pakan kelinci disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Kadar Nutrien Pakan Kelinci di Sejahtera Farm
Bahan
Pakan
Nutrien %
Bahan
Kering Abu
Protein
Kasar
Lemak
Kasar
Serat
Kasar BETN Ca NaCl
Rumput
Lapang 93,60 12,48 19,60 1,17 25,39 34,70 2,12 0,64
Konsentrat 86,32 16,69 9,23 3,02 24,98 32,40 1,14 0,28
Sumber: Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, 2011
21
Kebutuhan bahan kering pakan berdasarkan periode pemeliharaan berturut-
turut kelinci muda bobot badan (1,8-3,2 kg) 112-173 g/ekor/hari, dewasa bobot
badan (2,3-6,8 kg) 92-204 g/ekor/hari, induk bunting bobot badan (2,3-6,8 kg)115-
251 g/ekor/hari dan induk laktasi dengan tujuh anak bobot badan 4,5 kg (520
g/ekor/hari). (National Research Council, 1977 dalam Ensminger, 1991). Menurut
Cheekeet al. (1987), kebutuhan protein kelinci berkisar antara 12-18%, tertinggi pada
fase laktasi (18%) dan terendah pada dewasa (12%), kebutuhan serat kasar induk
menyusui, bunting dan muda adalah (10-12%), kebutuhan serat kasar kelinci dewasa
(14%) sedangkan kebutuhan lemak pada setiap periode pemeliharaan tidak berbeda
(2%). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa pakan kelinci
yang digunakan pada lokasi penelitian sudah memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci,
mengingat bobot badan kelinci tersebut berkisar antara 1,7-2,3 kg. Kebutuhan nutrien
kelinci dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kebutuhan Nutrien Pakan Kelinci
Status Kebutuhan gizi (%)
Protein Lemak Serat kasar
Bunting 18(1)
3(1)
14(1)
15 (2)
2 (2)
10-12 (2)
15-17 (3)
3-6 (3)
12-16(3)
Menyusui 18 (1)
5 (1)
12 (1)
17 (2)
2 (2)
10-12 (2)
24-26 (3)
3-6 (3)
12-16 (3)
Dewasa 13 (1)
3 (1)
16 (1)
12 (2)
2 (2)
14 (2)
12-15 (3)
2-4 (3)
16-22) (3)
Muda 15(1)
3(1)
14(1)
16 (2)
2 (2)
10-12 (2)
16-18 (3)
3-6 (3)
12-16 (3)
Sumber:(1) : Lebas (1980) dalam Cheeke et al. (1987);(2): Cheeke et al. (1987);(3): Ensminger
(1991)
Perkandangan. Kandang kelinci yang digunakan di Sejahtera Farm adalah
tipe battery. Menurut peternak penggunaan kandang ini untuk menghemat lahan
22
yang luasnya terbatas. Kandang tersebut difungsikan induk betina untuk melahirkan
dan mengasuh anak, bagi pejantan digunakan untuk mengawini betina dan pem-
besaran secara kelompok bagi anak lepas sapih. Hal ini sesuai pernyataan Sarwono
(2002) bahwa kandang tersebut mempunyai keuntungan yaitu mempermudah
melakukan sanitasi, mencegah perkelahian dan kanibalisme, program pengem-
bangbiakan dan pemuliaan dapat diatur lebih mudah, memperkecil kematian anak
kelinci karena tidak ada gangguan dari kelinci lain, biaya murah dan peman-
faatannya ekonomis.
(a) (b)
(c)
Gambar 2. Kandang Kelinci di Sejahtera Farm, (a) Kandang tipe battery, (b)
Kandang beranak, (c) Kandang anak kelinci
Atap kandang yang dibuat tinggi dan ventilasi udara yang banyak berfungsi
menurunkan suhu udara dalam kandang. Total kandang yang terdapat di lokasi
penelitian sebanyak delapan unit kandang bentuk battery (Gambar 2a) dengan
jumlah kotak antara 8-15 kotak tiap unitnya. Selain itu disediakan pula sarana
23
kandang seperti kotak sarang (Gambar 2b) dan kotak anak kelinci (Gambar 2c).
Jumlah kotak beranak di Sejahtera Farm yaitu 19 buah dengan ukuran 40x25x20cm
sedangkan kotak anak kelinci ada empat buah yang dibuat dari bekas kotak/dus
buah-buahan dengan ukuran 35x47x15cm.
Kotak beranak digunakan pada waktu kelinci memasuki usia kebuntingan tua
dan menjelang beranak atau ketika induk kelinci terlihat merontokkan rambutnya
sebagai ciri akan beranak. Ketika anak kelinci yang lahir pada kulitnya sudah terlihat
kering kemudian dipindahkan ke kotak anak kelinci. Fungsi kotak anak kelinci ini
untuk menghindari gigitan semut yang akan menyerang bayi kelinci yang baru lahir
dan menghindari bayi kelinci dari injakan induk kelinci. Anak-anak kelinci ini akan
disatukan kembali dengan induk-induk mereka pada waktu menyusui dan akan
ditempatkan di kandang pada saat usia lepas sapih. Ukuran-ukuran kotak dan jumlah
kandang kelinci di Sejahtera Farm ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Ukuran-ukuran Kotak dan Jumlah Kandang Kelinci di Sejahtera Farm
Ternak Kelinci Ukuran
Kandang (cm3)
Tipe Kandang Banyaknya
Kotak
Jumlah
Kandang
Induk bunting dan
menyusui 45 x 45 x 60 Individu 8 3
45 x 50 x 60 Koloni 14 1
50 x 50 x 60 Koloni 12 1
45 x 50 x 60 Koloni 15 2
Pejantan 50 x 50 x 60 Individu 10 1
Kotak Beranak 40 x 25 x 20 Koloni 19 -
Anak Kelinci 35 x 47 x 15 Koloni 4 -
Sumber : Sejahtera Farm, 2011
Ukuran kandang tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Raharjo (2005),
yaitu ukuran kandang kelinci induk minimal 75x70x40 dan lebih besar lebih baik,
kandang ini bisa digunakan untuk anak lepas sapih, atau 2-3 ekor anak umur 3-4
bulan. Sehingga ukuran kotak tersebut belum sesuai untuk kenyamanan kelinci dan
bisa menurunkan prokduktivitasnya, mengingat kotak tersebut diisi 2-3 ekor kelinci
dewasa Usaha untuk menjaga kesehatan atau penanganan ternak kelinci yang terlihat
sakit di Sejahtera Farm dengan memberikan obat sesuai penyakit yang terlihat dan
memindahkan kelinci tersebut ke kotak terpisah dan dijauhkan dari kelinci yang
24
sehat. Kelinci yang memperlihatkan gejala sakit dipindahkan dan ditukar tempatnya
dengan kelinci yang sehat, karena di Sejahtera Farm tidak ada kandang karantina.
Bobot Badan dan Konsumsi Pakan. Bobot badan kelinci di Sejahtera Farm
tergolong kecil karena jenis kelinci yang dibudidayakan adalah kelinci lokal, dimana
kelinci jenis ini memiliki bobot badan berkisar antara 1,8-2,3 kg (Adjisoedarmo et al.
1985), sedangkan konsumsi pakan masing-masing kelompok ternak berbeda-beda
sesuai status fisiologisnya, konsumsi pakan ini dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas,
sedangkan palatabilitas pakan tergantung pada bau, rasa, tekstur dan temperatur
pakan yang diberikan (Church & Pond, 1988). Rataan bobot badan kelinci
diperlihatkan pada Tabel 9.
Table 9. Rataan Bobot Badan Kelinci di Sejahtera Farm
Kelompok Ternak Rataan Bobot Badan (Kg) Minimum Maksimum
Pejantan 1,73±0,10 1,58 1,82
Induk Laktasi 1,77±0,15 1,52 2,1
Induk Bunting 2,05±0,26 1,6 2,75
Betina Lepas Sapih
Lokal 0,44±0,07 0,3 0,55
Rex -
Angora 0,52±0,10 0,4 0,61
Jantan Lepas Sapih
Lokal 0,43±0,08 0,35 0,62
Rex 0,38±0,02 0,36 0,4
Angora -
Sumber : Sejahtera Farm, 2011
Tingginya data konsumsi pakan kelinci, disebabkan pada waktu penimbangan
sisa pakan, tempat pakan banyak yang terguling sehingga banyak pakan yang
terbuang percuma serta tingkah laku kelinci yang mengais-ngais pakan ketika makan
menjadi penyebab sedikitnya sisa pakan yang tersisa. Sedangkan kondisi fisiologis
dan suhu lingkungan yang relatif tinggi menyebabkan rendahnya konsumsi pakan.
Pengaruh kondisi fisiologis ini terlihat dari konsumsi pakan kelinci bunting, rata-rata
konsumsi pakan relatif rendah hal ini disebabkan karena kelinci memasuki masa
25
kebuntingan tua atau tujuh hari sebelum kelahiran (H-7). Konsumsi pakan harian
kelinci di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 10.
Table 10. Rataan Konsumsi Pakan Kelinci di Sejahtera Farm
Kelompok ternak Rataan Konsumsi pakan
(g/hari)
Minimum
(g/hari)
Maksimum
(g/hari)
Jantan 1 104,42±11,90 89,5 120
Jantan 2 112,07±10,47 91 120
Jantan 3 111,92±13,57 84 120
Jantan 4 97,5±10,65 79,5 108,5
Jantan 5 114,35±10,10 95 120
Rataan 108,05±12,45 79,5 120
Betina Laktasi 1 172,35±10,47 155,5 187
Betina Laktasi 2 171,64±10,29 157,5 188
Betina Laktasi 3 177±10,35 160 189
Betina Laktasi 4 181,35±8,83 168 192
Betina Laktasi 5 176±7,85 164,5 185
Rataan 174,8±9,47 155,5 189
Bunting 1 165,92±8,26 155 178,5
Bunting 2 162,28±6,08 154 173
Bunting 3 155±6,43 145 165
Bunting 4 164,14±8,43 148 173
Bunting 5 176,6±8,53 163 184,5
Rataan 164,07±9,7 145 184,5
Sumber : Sejahtera Farm, 2011
Penanganan Kesehatan Kelinci. Peternak tidak melakukan perawatan
kelinci seperti pencukuran rambut (Gimbal dan Panjang), memandikan dan
pemotongan kuku. Hal ini dikarenakan jumlah kelinci hias di lokasi penelitian
berjumlah dua ekor. Apabila ada kelinci yang terjangkit penyakit, tindakan yang
dilakukan adalah memindahkan kelinci yang sakit tersebut ke kandang lain,
kemudian diberikan antibiotik sesuai tanda-tanda yang terlihat. Pemakaian antibiotik
dosisnya disesuaikan menurut umur ternak dan fase produksi kelinci sehingga tidak
terjadi kasus over dosis yang dapat menyebabkan kerugian bagi peternak. Untuk
26
kelinci muda penanganan yang dilakukan adalah dengan pemberian pakan yang
memiliki khasiat menyembuhkan penyakit. Antibiotik yang digunakan adalah
antibiotik yang disuntikkan ke tubuh kelinci, antara lain Tirex, Permethyl 5%,
Wormectin, Vitamin B Kompleks, dan intertrim LA sedangkan antibiotik melalui oral
adalah Rebung-k. Jenis antibiotik yang diberikan pada kelinci disajikan pada Tabel
11.
Tabel 11. Jenis Antibiotik yang Diberikan pada Kelinci
Merk Antibiotik Dosis per kg Bobot Badan
Muda Dewasa Bunting Laktasi Jantan
T-rexml 0 1-2 0 1-2 1-2
Permethyl 5%ml 0 2 0 2 2
Wormectin ml 0 0,02 0 0,02 0,02
Vit. B Kompleksml 0 2-3 0 2-3 2-3
Rebung-k ml 0 0,5 0 0,5 0,5
Sumber: Sejahtera Farm,2011
Kegunaan dari masing-masing antibiotik yaitu, T-rex digunakan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi stress, Permethyl 5% dan Rebung-k
digunakan untuk mengatasi kembung, Wormectin digunakan untuk obat cacing dan
scabies, dan Vit. B Kompleks digunakan untuk mempercepat penyembuhan dari sakit.
Penyakit yang biasa menyerang kelinci di lokasi penelitian adalah kembung, enteritis
complex dan scabies. Enteritis complex atau yang biasa dikenal oleh peternak adalah
diare disebabkan karena cuaca yang tidak bagus dan hijauan yang terlalu basah.
Penyakit ini biasa menyerang saat musim hujan dan banyak menyerang anak kelinci.
Ciri-ciri kelinci terserang penyakit ini adalah kotoran yang dikeluarkan cair dan
umumnya pada bagian dubur kotor serta bau yang terlalu. Tidak ada obat khusus
yang digunakan untuk penyakit tersebut, peternak mengatasinya dengan memberikan
daun singkong. Kembung atau bloat sering menyerang anak kelinci dengan ciri-ciri
perut membesar, nafsu makan turun, susah buang kotoran dan lemas. Obat yang
sering digunakan peternak adalah Rebung-K.
Penyakit scabies atau dikenal kudis disebabkan oleh sanitasi kandang yang
jelek terutama saat musim hujan. Ciri-ciri kelinci terserang scabies yaitu gatal-gatal
pada area kaki sekitar kuku, hidung, telinga dan mulut. Kaki sering diangkat dan
27
terlihat bengkak akibat timbunan kutu penyebab scabies. Apabila terlalu lama
dibiarkan akan menyebabkan kematian karena nafsu makan menurun. Peternak
mengatasi penyakit ini dengan obat Ivomex dan Wormectin dengan cara disuntikan di
bawah kulit (subcutan). Antibiotik tersebut tidak diberikan untuk kelinci yang
berumur muda dan induk yang sedang bunting, menurut peternak kelinci yang masih
muda masih rentan terhadap obat antibiotik sehingga peternak lebih sering
memberikan obat yang alami daripada antibiotik sedangkan kelinci bunting akan
mengalami keguguran apabila diberikan antibiotik.
Penanganan Limbah. Pembersihan kandang kelinci di Sejahtera Farm
dilakukan sehari sekali pada waktu pagi hari (06.00 - 07.00 WIB). Kegiatan yang
dilakukan adalah pembersihan limbah padat (feses), sisa rumput yang menempel di
dalam kandang, kotoran yang ada di lantai kandang serta tempat pakan kelinci. Lama
pekerjaan yang dilakukan kira-kira 1-1,5 jam oleh dua orang pekerja. Kemudian
limbah ini dikumpulkan di samping kandang dekat dengan kebun pemilik Sejahtera
farm.
Limbah yang sudah dikumpulkan kemudian dipergunakan sebagai pupuk
untuk kebun yang terletak disebelah kandang. Pemupukan yang dilakukan sekitar
dua minggu sekali menunggu proses penguraian yang terjadi pada limbah tersebut.
Pupuk yang digunakan adalah bagian yang paling bawah dari tumpukan limbah
kelinci tersebut karena penguraian oleh bakteri waktunya lebih lama dari tumpukan
yang paling atas. Penanganan limbah cair yang berupa urin kelinci dilakukan saat-
saat tertentu saja, yaitu apabila ada pesanan dari konsumen yang membutuhkan
untuk pembuatan pupuk cair. Penanganan yang dilakukan dengan menampung urin
kelinci dalam ember yang diletakan di samping kandang. Kemudian urin tersebut
dimasukkan dalam jerigen plastik berukuran 20 liter atau dalam botol bekas
airmineral ukuran 1,5 liter menggunakan corong yang diberi saringan.
Pemasaran. Hasil usaha ternak kelinci yang diperoleh peternak sebagian
besar berasal dari penjualan kelinci anak sebagai hewan peliharaan. Umumnya
peternak menjual kelincinya kepada pedagang pengumpul, pedagang kelinci,
maupun konsumen langsung yang datang ke kandang atau lokasi peternak. Hal ini
memberikan kemudahan kepada peternak karena peternak tidak harus ke pasar dalam
memasarkan kelincinya. Hal menunjukkan bahwa di Kecamatan Ciampea belum
28
terdapat pasar khusus untuk ternak kelinci.Selain menjadi penjual, peternak juga
berperan sebagai pedagang pengumpul. Hal ini dilakukan apabila jumlah kelinci
yang ada dipeternakan belum memenuhi pesanan, sehingga peternak harus membeli
dari peternak lain untuk memenuhi permintaan tersebut.
Konsumen yang berasal dari luar kecamatan Ciampea umumnya peternak lain
yang tinggal di sekitar Darmaga, pedagang kelinci diKebun Raya Bogor dan Depok,
dan pedagang sate kelinci. Permintaan terbesar datang dari pedagang pengumpul
kelinci yang berupa kelinci anak. Peternak menjual kelinci dewasa dijual hanya
apabila ada permintaan, sedangkan kelinci afkir dijual ke pedagang sate kelinci.
Umumnya konsumen di daerah Bogor banyak datang ke peternakan pada hari Sabtu
dan Minggu, serta saat musim liburan anak sekolah.
Harga kelinci ditetapkan melalui tawar menawar antara peternak dan pembeli
dan sangat bervariasi antara peternak satu dengan lainnya. Hal ini terjadi karena
belum adanya standar harga untuk kelinci. Harga kelinci ditentukan dari bangsa dan
umur ternak. Tabel 12 menyajikan harga beli dan harga jual kelinci di Sejahtera
Farm.
Tabel 12. Kisaran Harga Kelinci di Sejahtera Farm
Kelompok umur Harga Beli (Rp/ekor) Harga Jual (Rp/ekor)
Anak 28-45 hari
Lokal 10.000-15.000 15.000*-20.000
Hias 20.000-35.000 50.000*-60.000
Muda 3-5 bulan
Lokal 20.000-30.000 30.000*-35.000
Hias 40.000-50.000 60.000*-80.000
Dewasa ≥ 5 bulan
Lokal 40.000-55.000 55.000*-60.000
Hias 100.000-150.000 170.000*-250.000
Sumber: Sejahtera Farm, 2011
Keterangan: * harga beli dari peternak lain
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa kisaran harga kelinci cukup besar
khususnya pada kelinci hias dewasa. Hal ini disebabkan oleh perbedaan bangsa dan
performa kelinci, serta harga yang diminta konsumen. Harga tertinggi untuk kelinci
29
Angora yang mencapai harga Rp 250.000 terutama untuk kelinci Angora dengan
kualitas bulu yang bagus.
Potensi ternak kelinci sebagai penghasil daging, kulit-bulu (fur) dan pupuk
organiik di lokasi penelitian belum banyak digali. Begitu juga dengan kotoran dan
urin kelinci belum dikembangkan pasarnya lebih lanjut. Padahal penjualanproduk-
produk sampingan tersebut dapat meningkatkan penerimaan peternak.
Begitu banyak peluang pasar dari produk hasil ternak kelinci di lokasi
penelitian yang belum dapat dimanfaatkan dengan optimal, itu disebabkan karena
peternak hanya fokus pada penjualan kelinci anakan, tidak adanya insentif bagi
peternak untuk pembesaran anak kelinci, kurangnya pengetahuan dalam mengolah
hasil ternak kelinci, belum adanya pasar untuk kulit-bulu dan pupuk organik (urin)
dari ternak kelinci, serta masih kurangnya pembinaan dari instansi terkait khususnya
dinas peternakan setempat.
Analisis Pendapatan
Pendapatan bersih usaha ternak kelinci adalah selisih antara penerimaan
dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak kelinci selama satu tahun.
Penerimaan dan total biaya tersebut terdiri atas komponen tunai (yang diterima atau
dikeluarkan dalam bentuk uang tunai) maupun komponen yang diperhitungkan atau
tidak tunai.
Penerimaan Usaha Ternak Kelinci. Sumber penerimaan tunai berasal dari
penjualan kelinci hidup, kelinci afkir, dan urin bila ada pesanan. Nilai penjualan
kelinci didapat dari rata-rata jumlah kelinci yang dijual dikalikan dengan rata-rata
harga jual kelinci dalam kurun waktu satu tahun. Kelinci yang dijual terdiri dari
anakan non hias dan hias,dewasa non hias dan hias, serta kelinci afkir. Rincian
penerimaan yang diterima peternak per tahun dapat dilihat pada Tabel 13.
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa peneriman terbesar berasal dari
penjualan kelinci hidup terutama pada penjualan kelinci dewasa non hias. Permintaan
kelinci dewasa ini untuk sebagian pedagang guna memenuhi pesanan dan untuk
dijadikan indukan di peternakannya.akan tetapi permintaan terbesar justru pada
anakan kelinci lebih banyak dari pedagang, hal tersebut karena kelinci anakan
menarik (lucu) bagi anak-anak sehingga permintaannya lebih besar. Penjualan ternak
30
kelinci hidup tidak semuanya hasil produksi pembesaran dari Sejahtera Farm.
Sebanyak 60% kelinci yang dijual adalah kelinci yang dibeli dari peternakan lain.
Tabel 13.Penerimaan per Tahun Usaha Ternak Kelinci di Sejahtera Farm
Uraian Jumlah Nilai (Rp)
Penjualan kelinci (ekor)
Kelinci Anak non Hias 2125 31.875.000,00
Kelinci Dewasa non Hias 1500 90.000.000,00
Kelinci Dewasa Hias 6 1.350.000,00
Subtotal (A) 123.225.000,00
Penjualan Urin (liter) 3380 16.900.000,00
Total Penerimaan (A+B) 140.125.000,00
Biaya Usaha Ternak Kelinci
Biaya usaha ternak kelinci dikelompokkan menjadi biaya variabel dan biaya
tetap. Biaya variabel meliputi biaya pembelian kenci dari peternak lain, biaya pakan,
perlengkapan, serta obat dan vitamin sedangkan biaya tetap meliputi upah tenaga
kerja luar keluarga serta penyusutan kandang dan peralatan. Kepemilikan lahan
dalam usaha ternak kelinci adalah milik sendiri, sehingga tidak dimasukkan sebagai
nilai sewa lahan.
Biaya pakan tunai terdiri dari biaya pembelian kelinci dan biaya pembelian
konsentrat.Harga beli kelinci disajikan pada Tabel 12. Biaya rumputdiperhitungkan
dari upah tenaga pengarit atau pencari rumput dan hijauan lainnya. Harga konsentrat
adalah Rp 3000/kg dan harga rumput diperhitungkan Rp 200/kg. Rumput termasuk
biaya pakan tunai karena peternak memperoleh rumput tersebut dengan cara
membeli. Biaya pakan merupakan biaya terbesar, hal ini disebabkan pakan me-
rupakan kebutuhan biologis yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup kelinci.
Perlengkapan yang digunakan adalah sapu lidi, harga sapu sebesar Rp
3.000,00 dengan kebutuhan untuk membersihan kandang adalah 3 buah. Biaya obat
dan vitamin dikeluarkan oleh peternak sebesarRp 300.000,00. Obat dan vitamin
tersebut digunakan untuk mengobati penyakit (scabies, cacing, kembung),
menambah nafsu makan, dan meningkatkan ketahanan tubuh sedangkan untuk
penyakit lainnya hanya menggunakan obat tradisional.
31
Biaya tenaga kerja luar keluarga dimasukkan ke dalam biaya tetap karena
berapa pun jumlah kepemilikan ternak dan output yang dihasilkan, jumlah pekerja
yang digunakan tidak bertambah yaitu dua orang. Biaya ini hanya dikeluarkan oleh
peternak yaitu sebesar Rp 600.000,00/bln. Aktivitas yang dilakukan pekerja dalam
mengurus ternaknya meliputi membersikan kandang, memberi pakan, mengawinkan
untuk mengecek kebuntingan, merawat kebun dan mengawasi ternak.
Tabel 14. Biaya Usaha Ternak Kelinci per Tahun di Sejahtera Farm
Uraian Jumlah Nilai (Rp)
Biaya Variabel
Pembelian kelinci
Pakan (kg) 38.887.500,00
Konsentrat 7200 21.600.000,00
Rumput 1065 213.000,00
Subtotal 60.700.500,00
Perlengkapan
Sapu lidi 3 9.000,00
Sub total 9.000,00
Obat dan Vitamin 300.000,00
Total Biaya Variabel (A) 61.009.500,00
Biaya Tetap
Tenaga kerja luar keluarga 2 7.200.000,00
Penyusutan kandang (kotak) 90 1.500.000,00
Penyusutan peralatan
Sabit 1 8.333,00
Dus bekas tempat buah 4 4.000,00
Tempat pakan tambahan 16 5.333,00
Subtotal 17.666,00
Total Biaya Tetap (B) 8.717.666,00
Total Biaya (A+B) 69.727.166,00
Penyusutan merupakan penurunan nilai inventaris pada usaha ternak kelinci
yang disebabkan oleh pemakaian selama usia ekonomisnya (useful lifetime).
Penyusutan ini dikelompokkan ke dalam biaya non tunai atau diperhitungkan. Nilai
penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai sisa kandang
32
dan peralatan diakhir umur ekonomisnya sama dengan nol. Umur ekonomis kandang
yang digunakan adalah tiga tahun dengan biaya pembuatan sebesar Rp
80.000,00/kotak. Umur ekonomis tersebut didasarkan pada jenis bahan yang di-
gunakan dan pengalaman peternak. Peralatan yang digunakan adalah, arit/ sabit,
tempat buah bekas, dan tempat untuk pakan tambahan masing-masing berharga Rp
25.000,00, Rp 16.000,00, dan Rp 3.000,00 dengan umur ekonomis masing-asing
adalah dua tahun untuk arit dan tempat pakan tambahan sedangkan tempat buah
bekas umur ekonomisnya empat tahun. Rincian biaya yang dikeluarkan peternak per
tahun disajikan pada Tabel 14.
Tabel 15. Rata-rata Pendapatan Keluarga dan Nilai R/C Ratio Usaha Ternak Kelinci
Sejahtera Farm
Uraian
Penerimaan 140.125.000,00
Biaya Variabel 61.009.500,00
Biaya Tetap 8.717.666,00
Total Biaya (B+C) 69.727.166,00
Pendapatan keluarga(A-B-C) 70.397.834,00
R/C Rasio 1,99
Tabel 15 memperlihatkan pendapatan keluarga di peternakan kelinci
Sejahtera Farm adalah Rp 70.397.834,00/tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa
usaha ternak kelinci layak untuk dikembangkan. Nilai R/C ratio 1,99 menunjukkan
bahwa usaha ternak kelinci layak dijalankan.
33
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara keseluruhan penanganan ternak kelinci di Sejahtera Farm masih perlu
ditingkatkan. Faktor yang penting bagi perkembangan kelinci yang belum mendapat
perhatian antara lain tidak adanya bangunan gudang pakan permanen, karena akan
mempengaruhi kualitas pakan, serta kebersihan kandang belum diperhatikan dengan
baik. Pertambahan bobot badan ternak kelinci masih dapat ditingkatkan. Nilai R/C
ratio yaitu 1,99 menunjukkan bahwa usaha ternak kelinci layak dijalankan.
Saran
Peternak disarankan untuk melakukan pencatatan yang lebih lengkap untuk
keperluan evaluasi yang lebih baik, terutama tentang aspek keuangan seperti biaya
produksi dan hasil pemasaran ternak kelinci. Penelitian selanjutnya sebaiknya
mengevaluasi performa kelinci terutama dalam hal pertambahan bobot badan (pbb)
dan tingkat mortalitas kelinci. Selain itu di kandang kelinci sebaiknya ditempatkan
termohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban kandang sehingga dapat
mengoptimalkan pemeliharaan kelinci disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdullillahirobbil’alamin, puji syukur senantiasa tercurah kehadirat
Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus dan tak terhingga khusus
dipersembahkan kepada kedua orang tua, yaitu Bapak Yadi dan Ibu Karti tercinta
yang selalu memberikan doa yang tulus bagi Penulis serta membimbing pada setiap
langkah hidup.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si
selaku pembimbing utama dan Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MS selaku pembimbing
anggota serta Bapak Ahmad Yani, S.TP, M.Si selaku pembimbing akademik, yang
dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan curahan
tenaga, pikiran serta waktunya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih atas saran yang telah diberikan kepada Ir. Sri
Rahayu, M.Si sebagai dosen pembahas seminar, Dr. Ir. Heri A. Sukria, M.Sc. Agr.
sebagai dosen penguji sidang,dan M. Sriduresta S., S.Pt. M.Sc. sebagai dosen penguji
dan sebagai panitia sidang.
Terima kasih kepada Mat Sholeh sebagai pemilik peternakan.Terima kasih
kepada Hasan afif, Edys Kamaludin, Annisa Oktaviarini dan Gilang Ayu dalam
pengabdian di peternakan kelinci Istiqomah Farm. Sahabat Agung Heri Susantho,
Ari Pradana, Riki Arwarsyam, Bedi Ferlangga, Ihsan Adi Putra, Achmad Kautsar,
Irvan Arasyid dan teman-teman Laboratorium Pemuliaan Genetika. Terima kasih
kepada teman-teman IPTP’44 atas doanya. Kepada semua pihak yang memberikan
bantuan, semoga Allah SWT membalasnya. Tidak lupa Penulis memohon maaf yang
setulusnya atas semua kesalahan selama menyelesaikan studi sarjana. Semoga skripsi
ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan.
Bogor, September 2012
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2003. Bisnis daging kelinci mulai gurih. Infovet 103 : 48-49.
Adjisoedarmo, S., B. Purnomo., S. Haryati., A. Marmono., D. Purwati & A. Sudewo.
1985. Performans produksi dan Reproduksi Kelinci local (bukan ras).
Prosiding seminar peternakan dan Forum Peternak Unggas dan aneka Ternak.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Balibangtan. Bogor.
Afifi, E. A., M. E. Emara & A. E. H. Kadry.1989. Bilth weight in purebred and
croosbreed rabbits, J. Appl Rabbit Research.10 : 133-137.
Arrington, L. R & K. C. Kelly. 1976. Domestic Rabbit Biology and Production.
University of Florida Book. The University Press of Florida Gaiienviile. P :52
Belanger, J. 1977. Raising Small Livestock. Rodale Press. Inc. Book Division,
Emmaus, Pensylvania 18049.
Blakely, J &D. H. Bade, 1998. Ilmu Peternakan. Gadja Mada University Press,
Yogyakarta.
Blakely, J & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadja Mada University,
Yogyakarta
Boediono. 1998. Ekonomi Mikro. BPPE, Yogyakarta.
Brahmantiyo B & Raharjo Y. C. 2005. Pengembanagan pembibitan kelinci di
pedesaan dalam menunjang potensi dan prspek agibisnis kelinci. Lokakarya
nasional potensi dan peluang pengembangan usaha agibisnis kelinci. Balai
Penelitian Ternak. Bogor
Cheeke, P.R., N.M. Patton, S.D. Lukefahr & J.I. McNitt. 1987. Rabbit Production.
6th Edition. The Interstate Printers and Publishers, Inc., Danville. Illinois.
Cheeke, P. R., N. M. Patton & G. S. Templeton. 1982. Rabbit Production. The
Interstate Printers and Publisher, Inc. Danvile, Illinois.
Church, D. C. & W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd
.
Edition. John Wiley & Sonc, Inc., Canada.
Damron, W. S. 2003. Introduction to Animal Science: global, biological, social, and
industry perspectives. 2nd
Ed. Person Education, Inc. New Jersey, USA
Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Pedoman Budidaya Kelinci yang Baik (Good
Farming Practice). Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia. Jakarta
Ensminger, M.E. 1991. Animal Science. 9th edition. The Interstate Printers. And
Publishers. Inc. Denville, Illinois. USA.
Farrell & Y. C. Raharjo. 1984. Potensi Peternakan Kelinci sebagai Penghasil Daging.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Febriliany, V. 2008. Potensi pengembangan usaha ternak kelinci di kecamatan Ciawi
kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Fielding, D. 1991. Rabbits the Tropical Agriculturalist. Centre For tropical
Veterinary Madicine. University of Edinburgh.
36
Fortune, L. L. 1998. Effect of pre mating energy intake on reproduction performance
of rabbit does. J. Anm. Sci. 66: 263-269
Herman, R. 2002. Pengenalan Kandang dan Peralatan Ternak Kelinci. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Herman, R. 1995. Reproduksi Marmot dan Kelinci. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Herman, R. 1989. Produksi Kelinci. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Khalil, M. H., & A. M. Soliman. 1989. Genetic analysis for sme reproductive traits
in femael rabbits, J. Appl. Rabbit Rsc. 12 : 205-209.
Kotler, P & Keller K. L. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-13. Erlangga.
Jakarta.
Lebas, F., P. Courdert, R. Rouvier & H. de Rochanbeau. 1986. The Rabbit
Husbandry Heal and Production. Food And Agriculture Organization of the
United Nation. Rome.
Limbong, S.R. 2008. Pengaruh frekuensi perkawinan dan Sex Rasio terhadap
lamabunting dan litter size pada kelinci persilangan. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Sumatera Utara, Medan
Lukefarh, S. D. & J. L. Mcnitt. 1983. The Effect of environment on conception rate
and litter size of domestic Rabbit in Oregon and Malawi. J.of. Appl. Rabbit
Rsc. 6(1) ; 18-20
McNitt, J. L., N. M. Patton, S. D. Lukefarh, & P. R. Cheeke. 2002. Rabbit
Production. Eight Editions. Interstate Publishers, Inc, U.S.A.
Muslih, D., I.W. Pasek., Rossuartini dan B Brahmantiyo. 2006. Tatalaksna
pemberian pakan untuk menunjang agribisnis ternak kelinci. Lokakarya
nasional potensi dan peluang pengembangan usaha kelinci. Balai Penelitian
Ternak. Bogor
National Research Council. 1977. Nutient Requerement of Rabbits. 2nd
. National
Academy of science. Washington., D. C.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.Institut
Pertania Bogor, Bogor.
Pasaribu, P. 2007. Analisis pendapatam dan fakto-faktor yang mempengaruhi
produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul,
Kecamatan Bijong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Rahardi, F., I. Satyawibawa & R. N. Setyowati. 1993. Agribisnis Peternakan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Raharjo, Y.C. 2005. Prospek, peluang, dan tantangan agribisnis ternak kelinci.
Lokakarya Nasional Potensi dan Pengembangan Usaha Kelinci. Balai
Penelitian Ternak. Bogor.
37
Raharjo, Y.C. 1988. Breed Alternative untuk Pengembangan Kelinci. Balai
Penelitian Ternak. Bogor
Rathor, Y.S., Y.P. Thaker, N.K. Manuja, S. Katock & K. Gupta. 2000. Performance
of different meat rabbit breeds for litter fraits. Indian Vet. J. 77: 592-594
Sanford, J. C. 1979. The Domestic Rabbit. 3nd
Ed. Granada London, Toronto,
Sydney, New York.
Sanford, J. P. & Woodgate. 1979. Domestic Rabbit Third Edition NPR Past,
Chairman The British Rabbit Comersial Assosiation, London. 258p.
Sari, K. M. 2007. Pola pembibitan kelinci rakyat di paguyuban peternak kelinci di
Kabupaten Magelang. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Sarwono. 2002. Kelinci Potong dan Hias. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Soekartawi, A Soeharo, J. L. Dillon, & J. B. Hardaker. 1986. Ilm Usahatani dan
Penelitian utuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta.
Soeparman, S. 1996. Studi littersizepada kelinci dengan perbaikan manajemen.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertania Bogor, Bogor.
Suryani, I. 2002. Studi pertumbuhan kelinci peranakan New Zealand White sejak
lahir sampai dewasa. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Syaifulah. 1993. Performan produksi dan reproduki tiga varieta kelinci Rek ( White
rek, Black rex, dan Blue rex) hasil dari proses kawin bantu (Force mating)
Karya Ilmiah. Fakultas Peernakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Walpole, R. G. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Williamson, G. & W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Gadja Mada University Press.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Lembar Kuisioner
1. Identitas pemilik :
- Nama pemiliki :..........................................................................................
- Umur :........................................................................................................
- Tingkat pendidikan terakhir pemilik : SD/ SMP/ SMA/ PT (D3/ S1/ S2)/
lainnya.............(lingkari salah satu)
- Sudah berapa lama menjadi peternak di Sejahterah Farm
:...................................................................................................................
- Pekerjaan/ tanggung jawab yang di Sejahterah Farm :.............
.....................................................................................................................
- Kendala selama beternak apa saja :..............................................................
- Selain beternak adakah usaha lain :.............................................................
2. Perkandangan kelinci
- Jenis kandang :.............................................................................................
- Bentuk kandang :..........................................................................................
- Bahan kandang :............................................................................................
- Ventilasi :......................................................................................................
- Lantai kandang :...........................................................................................
- Luas kandang :..............................................................................................
- Saluran pembuangan limbah :.......................................................................
- Gudang pakan(luas,material) :......................................................................
- Unit penolahan limbah :...............................................................................
- Lay out kandang dan peternakan (gambar) :.................................................
- Lokasi kandang dekat perumahan :..............................................................
a. Ya* b. tidak
Ket : * (lanjut ke pertanyaan berikutnya)
Apakah tidak mengganggu kenyamanan penduduk?.......................
Pernahkah mendapat teguran dari masyarakat terhadap
peternakan?.....................................................................................
Pernahkah mengalami ganggun dari hewa lain?..............................
3. Penanganan kesehatan :
- Kondisi kesehatan kelinci :.........................................................................
40
- Penyakit yang sering dialami dan penanganannya :.....................................
- Apakah penyakit kelinci tersebut pernah menular kemanusia :
a. Ya* b. tidak
Ket : * lanjut ke petanyaan berikutnya
Jenis penyakit apa?..........................................................................
Apakah menular ke keluarga?.........................................................
Pernahkah mendapat teguran dari masyarakat? ..............................
- Cara pencegahannya :
- Penanganan lain yang diberikan pada kelinci :
4. Penanganan limbah
Limbah padat :
- Jumlah limbah yang dihasilkan : .......kg/hari
- Tehnik penumpulan :....................................................................................
- Tehnik pengangkutan :..................................................................................
- Tehnik penyimpanan :..................................................................................
- Tehnik penanganan :.....................................................................................
- Penyaluran hasil olahan limbah :.................................................................
5. Keadaan Umum Sejahretah Farm (SF)
- Suhu :..........................................................................................................
- Kelembaban :................................................................................................
- Ketinggian :...................................................................................................
- Sejarah umum :.............................................................................................
- Fasilitas yang ada :......................................................................................
6. Peralatan
- Apa saja peralatan yang digunakan :............................................................
- Berapa sering mengganti peralatan tersebut :...............................................
- Apakah peralatan tersebut aman bagi ternak :..............................................
- Apakah peralatan sering di bersihkan :........................................................
7. Pakan
- jenis pakan yang digunakan :........................................................................
- dalam sehari berapa kali pemberian pakan :.................................................
- apakah sudah memenuhi kebutuhan ternak :...............................................
41
- apakah disesuaikan dengan umur ternak :....................................................
a. ya* b. tidak
ket : * (lanjut ke pertanyaan berikutnya)
berapa jumlah yang di berikan untuk masing-masing umur:
laktasi, bunting, pertumbuhan, dan pemeliharaan?..........................
8. Bibit kelinci
- Bibit diperoleh dari mana saja :...................................................................
- Bagaimana cara memilih bibit kelinci :........................................................
- Pernahkah mencoba usaha pembibitan :......................................................
42
Lampiran 2. Data Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban Udara Bulan Maret
Tanggal Curah Hujan Temperatur Udara Kelembaban Udara
(mm) (oC) (%)
1 18 25,1 82
2 0 25,9 76
3 0 25,2 83
4 0 25,1 82
5 3 24,3 86
6 4 25,1 86
7 0 25,8 81
8 1 25,9 80
9 4 25,3 86
10 8 26,2 82
11 2 25,9 77
12 0 26,6 79
13 1 26,1 85
14 3 27,0 78
15 0 25,9 82
16 19 25,3 78
17 0 26,0 80
18 20 26,2 84
19 9 26,6 80
20 3 27,0 83
21 0 26,8 84
22 16 25,2 84
23 0 25,4 82
24 0 25,6 83
25 34 25,4 86
26 0 25,4 86
27 1 26,2 82
28 0 25,4 81
29 0 26,2 79
30 7 23,8 91
31 8 24,7 88
Rataan 5,19 25,7 82
Keterangan: (0) Tidak ada hujan
43
Lampiran 3. Data Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban Udara Bulan April
Tanggal Curah Hujan Temperatur Udara Kelembaban Udara
(mm) ( ̊oC) (%)
1 21 25,4 83
2 25,2 26,5 78
3 0 26,3 79
4 0 26,5 73
5 0 26,7 78
6 0 26,9 79
7 0 26,3 81
8 4 26,4 82
9 5 25,8 85
10 0 26,8 78
11 0 25,1 89
12 19 24,9 85
13 11 25,4 87
14 6 25,0 87
15 5 25,0 86
16 2 25,0 88
17 0 26,5 78
18 0 25,1 83
19 60 26,7 81
20 17 26,0 84
21 19 25,8 85
22 9 26,1 87
23 3 26,0 86
24 7 25,5 90
25 1 25,5 83
26 11 25,9 87
27 29 25,6 91
28 8 26,5 81
29 1 25,2 92
30 19 25,2 92
Rataan 9,40 25,8 84 Keterangan : (0) Tidak ada hujan
44
Lampiran 4. Foto Selama Penelitian (a) Ternak Kelinci (b) Kandang Kelinci (c)
Kebun di Samping Peternakan (d) Rumah Pemilik Peternakan (e)
Sungai di Samping Lokasi Peternakan (f) Lingkungan Sekitar
Peternakan
(a) Ternak kelinci (b) Kandang kelinci
(c) Kebun disamping peternakan (d) Rumah pemilik peternakan
(e) Sungai di samping lokasi peternakan (f) Lingkungan sekitar peternakan
top related