analisis tingkat kesehatan bank dengan metode rgec pada
Post on 20-Nov-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IQTISHODUNA
Vol. 17 (1), 2021
P-ISSN: 1829-524X, E-ISSN: 2614-3437
65
Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Pada BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah
Andriani1* , Indah Permatasari2
1,2 IAIN Kediri, Indonesia
*Corresponding Author
E-mail: andriani@iainkediri.ac.id
Abstract: This research is motivated by the development of increasingly rapid Islamic banking and increasing public trust in banks. Bank health services are one of the management controls because bank health is a reflection of the bank's performance. This study aims to see, describe and compare the soundness level of banks at BCA Syariah and Panin Dubai Syariah using the RGEC method (Risk Profile, GCG, Earning, Capital) with new SEOJK Number 10 / SEOJK.03 / 2014. The results show that the NPF BCA Syariah and Panin Dubai Syariah are in a very healthy position. FDR BCA Syariah is in a fairly healthy position and Panin Dubai Syariah is in an unhealthy position. ROA BCA Syariah and Panin Dubai Syariah are in a fairly healthy position. NOM BCA Syariah and Panin Dubai Syariah are in a healthy position. CAR BCA Syariah and Panin Dubai Syariah are in a very healthy position. The BCA Syariah GCG Report is in a very healthy position and the Panin Dubai Syariah GCG Report is in a healthy position. The analysis results show a significant difference between the performance of BCA Syariah and Panin Dubai Syariah, especially in the NPF, FDR, NOM and CAR variables, while there is no difference in the ROA variable.
Keywords: Bank Soundness Level; RGEC, Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat dan kepercayaan masyarakat yang semakin meningkat terhadap bank. Sehingga, pentingnya penilaian kesehatan bank sebagai salah satu kontrol manajemen karena kesehatan bank merupakan cerminan dari kinerja bank tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan membandingkan tingkat kesehatan bank pada BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah menggunakan metode RGEC (Risk Profile, GCG, Earning, Capital) dengan pedoman SEOJK Nomor 10/SEOJK.03/2014. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa NPF BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah berada diposisi sangat sehat. FDR BCA Syariah berada diposisi cukup sehat dan Panin Dubai Syariah berada diposisi
Andriani, Indah Permatasari
66 | IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
kurang sehat. ROA BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah berada diposisi cukup sehat. NOM BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah berada diposisi sehat. CAR BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah berada diposisi sangat sehat. Laporan GCG BCA Syariah berada diposisi sangat sehat dan Laporan GCG Panin Dubai Syariah berada diposisi sehat. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah terutama pada variabel NPF, FDR, NOM dan CAR sedangkan pada variabel ROA tidak terdapat perbedaan.
Kata Kunci: likuiditas, profitabilitas, leverage, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, kualitas laba
| Draft awal Januari 2021 |Diterima April 2021 | Terbit April 2021 | | DOI: https://doi.org/10.18860/iq.v17i1.11521
Cara mencitasi: Andriani & Permatasari, I. (2021). Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Pada BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah. Iqtishoduna, 17 (1), 65-80.
Pendahuluan
Sistem ganda dalam perbankan merupakan salah satu bukti bahwa
pesatnya perkembangan sektor keuangan Indonesia di bidang perbankan,
yang mana semakin banyak pilihan masyarakat dalam menggunakan jasa
perbankan. Dual banking system itu sendiri merupakan sistem perbankan
syariah dan perbankan konvensional yang secara sinergi menunjang
pergerakan dana lebih luas dan meningkatkan kapasitas pembiayaan di zona
perekonomian nasional. Pada penilaian Global Islamic Finance Report dalam
indeks keuangan Islami tahun 2019 Indonesia meraih peringkat pertama
dengan skor 81,93 (Komite Nasional Keuangan Syariah, 2019).
Perkembangan keuangan syariah di Indonesia telah memperoleh berbagai
pencapaian yang memuaskan. Indonesia mempunyai lembaga keuangan
syariah terbesar di dunia, yaitu lebih 4.000 lembaga. Selain itu,
bersumberkan data OJK per 30 Juni 2019, aset keuangan syariah diperoleh
sebesar US$94,44 miliar dengan pangsa pasar 8,29%.
Bank adalah lembaga intermediasi keuangan yang tugasnya untuk
menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat Ismail (2010).
Untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank, bank
haruslah mampu menjaga kesehatan kinerjanya dikarenakan kesehatan bank
IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 |67 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Analisis Tingkat Kesehatan Bank .....
ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan
masyarakat yang notabene merupakan calon nasabah dalam lembaga
perbankan itu sendiri maupun sebagai investor (Irianti & Saifi, 2017).
Dimana masyarakat sebagai nasabah akan percaya untuk menabung atau
meletakkan sebagian dana mereka untuk disimpan dan dikelola pada bank
tersebut dalam bentuk dana pihak ketiga serta masyarakat yang berperan
sebagai investor pada pasar modal dan uang akan percaya bahwa terdapat
harapan prospek perbankan kedepannya yang untung dimana mereka juga
akan mendapat keuntungan dari investasi mereka di pasar modal dan uang
kepada bank tersebut (Hapsari, 2008).
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan bank adalah dengan
melihat laporan keuangan bank (Kasmir, 2012). Informasi yang diperoleh
dari laporan keuangan tahun lalu bisa dijadikan tolak ukur sebuah bank
untuk memprediksi kinerja bank di masa depan. Pada Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No.04/POJK.03/2016 dan Peraturan Bank Indonesia
No.13/1/PBI/2011 dalam peraturan tersebut tidak memberi panduan yang
khusus mengenai penilaian tingkat kesehatan bank, baik itu untuk bank
syariah ataupun bank konvensional. Penilaian kesehatan bank telah
mengalami beberapa kali modifikasi, metode yang pertama kali dipakai
dalam menilai kesehatan suatu bank adalah Metode CAMEL, kemudian
metode CAMEL dimodifikasi menjadi metode CAMELS. Selanjutnya, metode
CAMELS dimodifikasi menjadi metode RGEC. Perubahan metode tersebut
didasarkan pada Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2014 yang
menerangkan bahwa, metode CAMELS dinyatakan sudah tidak berlaku
(Eriyanti & Rokhlinasari, 2017; Utami, 2015).
Perubahan peraturan atas penilaian tingkat kesehatan bank di atas,
akan memperkuat dalam praktik manajemen risiko serta memperkuat
assessment profile risiko bank dengan tingkat yang lebih terkonsolidasi
karena metode RGEC mengambil strategi analitikkah dan melihat ke depan
dengan tujuan dapat mengidentifikasi masalah secara dini. Hal ini di dasari
pada sifat dari metode itu sendiri, dimana metode dengan menggunakan
CAMELS hanya terfokus pada permodalan dan laba, sedangkan pada metode
RGEC berfokus pada sisi permodalan, laba serta risiko yang akan muncul
sekarang atau di kemudian hari (Pambudi & Darmawan, 2018; Rachman &
Fadhilah, 2016; Stella & Puspitasari, 2020).
BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah adalah bank yang termasuk dalam
kategori BUKU 2 dengan modal inti Rp 1 triliun sampai dengan kurang dari
Andriani, Indah Permatasari
68 | IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Rp. 5 triliun. Perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat dan
kepercayaan masyarakat yang semakin meningkat terhadap bank.
Pengukuran atas perbedaan kinerja keuangan antara BCA Syariah dengan
Panin Dubai Syariah penting dilakukan mengingat penilaian akan tingkat
kesehatan bank merupakan hal yang penting untuk mengontrol
manajemen demi kelanjutan bank.
Kajian Pustaka
Bank Syariah
Perbankan Syariah atau yang lebih dikenal dengan Bank Syariah
merupakan lembaga keuangan formal dengan menerapkan asas-asas hukum
islam dalam kegiatan jasa keuangan seperti menghimpun dan menyalurkan
dana atau jasa keuangan lainnya. Dalam operasionalnya, bank syariah
menerapkan prinsip-prinsip hukum islam seperti terbebas dari transaksi
yang mengandung riba, maysir, gharar dan bathil, serta dalam penyaluran
pembiayaannya hanya pada usaha-usaha yang berkegiatan halal (Ascarya &
Yumanita, 2015).
Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank merupakan tingkat kesanggupan bank dalam
melaksanakan kegiatan usaha dan kewajibannya di dalam melakukan usaha,
dimana ini tercermin dalam laporan keuangan yang diterbitkannya dengan
standar yang tetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan serta Bank Indonesia
selaku pemangku regulasi (Kasmir, 2012). Hal ini bertujuan dalam menilai
kesehatan bank tersebut, apakah bank tersebut dalam keadaan sehat atau
sakit sehingga bisa segera di mitigasi (Kasmir, 2010), yang mana merupakan
amanat dari Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 mengenai Perbankan
Syariah dimana terdapat kewajiban bank dalam menjaga kepercayaan
nasabah dengan menjaga tingkat kesehatan banknya (Kementerian Hukum
dan HAM RI, 2008).
Pada awalnya, tingkat kesehatan bank di ukur dalam berapa indikator
diantaranya CAMEL (Capital, Asset, Management, Equity, Liability) yang
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 (Bank Indonesia,
2004) kemudian terdapat modifikasi pada pengukuran kesehatan bank yang
diatur pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum, terdapat pembaharuan indikator menjadi
CAMELS (Capital, Asset, Management, Equity, Liability, Sensitivity to Market
IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 |69 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Analisis Tingkat Kesehatan Bank .....
Risk) (Bank Indonesia, 2011). Setelah perpindahan kewenangan BI kepada
Otoritas Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan menetapkan pengaturan
mengenai tingkat kesehatan Bank melalui Peraturan OJK Nomor
8/POJK.03/2014. Dimana dalam Peraturan OJK Nomor 8/POJK.03/2014
pasal 1 ayat 6, menjelaskan tentang risiko terkait penerapan prinsip syariah
dan kinerja bank atau disebut dengan risk-based bank rating. Pada pasal 5
ayat 1 menjelaskan jika diperoleh perbedaan antara penilaian tingkat
kesehatan bank yang dilakukan oleh OJK dengan hasil self assessment oleh
bank itu sendiri, maka OJK harus melaksanakan prudential meeting dengan
baik. Jika sesudah melaksanakan prudential meeting tetap diperoleh kelainan
dalam penilaian, maka yang berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan
bank yang dilaksanakan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan, 2014a); (Otoritas
Jasa Keuangan, 2014b).
Indikator Metode RGEC dalam mengukur Tingkat Kesehatan Bank
Profil Risiko (Risk Profile)
Merupakan penilaian terhadap risiko-risiko yang ada dalam kegiatan
usaha perbankan yang meliputi risiko atas pembiayaan, risiko atas pasar,
risiko atas likuiditas, risiko atas operasional, risiko atas hukum, risiko atas
strategik, risiko atas kepatuhan, dan risiko atas reputasi. Dari kedelapan
risiko tersebut dua diantaranya yaitu risiko atas pembiayaan dan risiko atas
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan kedua
risiko ini bisa diukur dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan
kejelasan akan kriteria pemeringkatan.
Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance)
Merupakan salah satu indikator dalam mengukur kesehatan bank
dengan meninjau kualitas pengelolaan atau manajemen yang ada di lembaga
keuangan tersebut dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(Ikatan Bankir Indonesia, 2014). Hal ini sejalan dengan amanat Peraturan
Bank Indonesia, mengenai Good Corporate Governance di industri perbankan
syariah, maka semakin penting untuk dilaksanakan karena bertambah
luasnya pelayanan perbankan syariah dan semakin banyak macamnya
produk perbankan yang menandakan industri perbankan syariah saat ini
berkembang pesat (Bank Indonesia, 2009).
Terdapat 11 Faktor dalam Good Corporate Governance yang harus
dipenuhi oleh bank diantaranya: Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab
Dewan Komisaris; Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan
Andriani, Indah Permatasari
70 | IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Komisaris; Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Direksi; Kelengkapan
dan Pelaksanaan Tugas Komite; Penanganan Benturan Kepentingan;
Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank; Penerapan Fungsi Audit Intern;
Penerapan Fungsi Audit Ekstern; Penerapan Fungsi Manajemen Risiko dan
Pengendalian Intern; Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur
Besar; Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank, Laporan
pelaksanaan GCG (Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, 2016). “
”Rentabilitas (Earning)
Merupakan salah satu indikator dalam mengukur kesehatan bank
dengan ditinjau dari kemampuan bank dalam mendapatkan
keuntungan/profit dari modal-modal yang digunakan dalam kegiatan usaha,
serta digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha (Kasmir, 2012).
Terdapat banyak komponen yang bisa digunakan dalam mengukur
rentabilitas bank, salah satunya Return of Asset dan Net Operation Margin
(Setiawan, & Sari, 2018).
Permodalan (Capital)
Merupakan salah satu indikator dalam mengukur kesehatan bank
dengan ditinjau dari segi modal yang dimiliki oleh bank untuk melakukan
kegiatan usahanya yang mana secara tidak langsung memberikan keamanan
bagi nasabah bank tersebut.
Hipotesis Penelitian
H0 = Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara BCA
Syariah dengan Panin Dubai Syariah.
Ha = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara BCA
Syariah dengan Panin Dubai Syariah
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian perbandingan (casual comparative) (Wirartha, 2006). Sumber data
penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan kinerja keuangan
dari BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah yang diperoleh dari website
masing-masing bank tersebut. Dimana populasi pada penelitian ini adalah
laporan keuangan dari BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah pada tahun
2012 -2019, pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan kriteria tertentu dimana sampel atau yang biasa
IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 |71 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Analisis Tingkat Kesehatan Bank .....
disebut dengan pusposive sampling (Sugiyono, 2011). Kriteria pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah Memiliki data yang lengkap sesuai yang
dibutuhkan dalam perhitungan rasio keuangan serta publikasi laporan
keuangan triwulan, tahunan dan laporan penilaian GCG secara berturut-turut
mulai September 2012 - Desember 2019. Teknik analisa data yang digunakan
adalah teknik analisis laporan keuangan dengan metode RGEC yang
berpedoman pada SEOJK No.10/SEOJK.03/2014. Hal ini dikarenakan
kebaharuan atas metode dalam pengukuran tingkat kesehatan bank di
Indonesia yang telah sesuai dengan kebijakan dari otoritas keuangan di
Indonesia. Selanjutnya, menganalisis data dengan cara me-review data
laporan keuangan, menghitung rasio keuangan kemudian diperbandingkan.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Analisis Kesehatan BCA Syariah periode 2012-2019 Rasio
Keuangan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
NPF(%) 0,0 0,0 0,1 0,52 0,21 0,04 0,28 0,26
Kriteria NPF
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
FDR (%) 79,9 83,5 91,2 91,4 90,1 88,5 89,0 91,0
Kriteria FDR
Sehat Sehat Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
ROA (%) 0,8 1,0 0,8 1,0 1,1 1,2 1,2 1,2 Kriteria
ROA Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
NOM (%) 5,4 5,4 5,0 4,2 1,0 1,2 1,2 1,2 Kriteria
NOM Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Kurang Sehat
Kurang Sehat
Kurang Sehat
Kurang Sehat
CAR (%) 31,5 22,4 29,6 34,3 36,7 29,4 24,3 38,3 Kriteria
CAR Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Berdasarkan Tabel 1, pada BCA Syariah menunjukkan bahwa rasio NPF
pada tahun 2012-2019 dalam kondisi sangat sehat karena nasabah mampu
untuk memenuhi kewajibannya. Sehingga, kerugian yang akan dihadapi oleh
bank sangat kecil. Rasio FDR pada tahun 2012-2013 dalam kondisi sehat.
Namun, pada tahun 2014-2019 dalam kondisi cukup sehat. Hal ini karena
DPK tidak signifikan dengan pembiayaan yang terus meningkat. Rasio ROA
pada tahun 2012-2019 dalam kondisi cukup sehat karena laba yang
diperoleh lebih kecil dari total aset. Rasio NOM pada tahun 2012-2015 dalam
kondisi sehat. Namun, pada tahun 2016-2019 dalam kondisi kurang sehat.
Hal ini karena pendapatan laba bersih yang diperoleh lebih kecil dari aktiva
Andriani, Indah Permatasari
72 | IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
produktif. Rasio CAR pada tahun 2012-2019 dalam kondisi sangat sehat
karena bank mampu memenuhi kecukupan modal untuk menunjang aktiva
yang mengandung risiko.
Tabel 2. Analisis Kesehatan Panin Dubai Syariah Syariah periode 2012-2019
Rasio Keuangan
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
NPF(%) 0,19 0,77 0,29 1,94 1,86 4,83 3,84 2,80
Kriteria NPF
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sehat Sehat Sehat
FDR (%) 123,88 90,40 94,04 96,43 91,99 86,95 88,82 95,72
Kriteria FDR
Tidak Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
ROA (%) 3,29 1,03 1,99 1,14 0,37 (10,77) 0,26 0,25 Kriteria
ROA Sangat Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Kurang Sehat
Kurang Sehat
NOM (%) 6,67 4,26 5,88 0,86 0,05 (11,57) 0,05 0,22 Kriteria
NOM Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Tidak Sehat
Tidak Sehat
Tidak Sehat
Tidak Sehat
Tidak Sehat
CAR (%) 32,20 20,83 25,69 20,30 18,17 11,15 23,15 14,46 Kriteria
CAR Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sehat Sangat Sehat
Sangat Sehat
Berdasarkan Tabel 2, pada bank Panin Dubai Syariah menunjukkan
bahwa rasio NPF pada tahun 2012-2016 dalam kondisi sangat sehat karena
nasabah mampu memenuhi kewajibannya. Sehingga, kerugian yang akan
dihadapi oleh bank sangat kecil. Namun, pada tahun 2017-2019 dalam
kondisi sehat, hal ini disebabkan karena kredit macet, kurang lancar, atau
diragukan akan tetapi kondisi bank masih dalam standar sehat yang telah
ditetapkan oleh BI dan OJK. Rasio FDR pada tahun 2012 dalam kondisi tidak
sehat dan pada tahun 2013-2019 dalam kondisi cukup sehat. Hal ini
disebabkan karena dana pihak ketiga tidak signifikan dengan pembiayaan
yang terus meningkat setiap tahunnya. Rasio ROA pada tahun 2019 dalam
kondisi sehat. Namun, pada tahun 2013-2015 dalam kondisi cukup sehat,
pada tahun 2016 dalam kondisi kurang sehat, pada tahun 2017 dalam
kondisi tidak sehat dan pada tahun 2018-2019 dalam kondisi kurang sehat.
Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih kecil dari total aset. Rasio NOM
pada tahun 2012-2014 dalam kondisi sangat sehat. Namun, pada tahun 2015-
2019 dalam kondisi tidak sehat. Hal ini disebabkan karena pendapatan laba
bersih yang diperoleh lebih kecil dari aktiva produktif. Rasio CAR pada tahun
2012-2016 dalam kondisi sangat sehat. Namun, pada tahun 2017 dalam
kondisi sehat dan pada tahun 2018-2019 dalam kondisi sangat sehat. Hal ini
IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 |73 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Analisis Tingkat Kesehatan Bank .....
disebabkan karena bank mampu memenuhi kecukupan modal untuk
menunjang aktiva yang mengandung risiko.
Tabel 3. Analisis Kesehatan Laporan Pelaksanaan GCG BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah periode 2012-2019
Tahun BCA Syariah Panin Dubai Syariah
Peringkat Komposit
Predikat Peringkat Komposit
Predikat
2012 2 Sehat 1 Sangat Sehat
2013 2 Sehat 1 Sangat Sehat
2014 1 Sangat Sehat 1 Sangat Sehat
2015 1 Sangat Sehat 2 Sehat
2016 1 Sangat Sehat 2 Sehat
2017 1 Sangat Sehat 3 Cukup Sehat
2018 1 Sangat Sehat 2 Sehat
2019 1 Sangat Sehat 2 Sehat
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa laporan pelaksanaan GCG
BCA Syariah pada tahun 2012-2013 dalam kondisi sehat dan pada tahun
2014-2019 dalam kondisi sangat sehat. Hal ini diartikan bahwa bank telah
menerapkan atau melaksanakan prinsip-prinsip GCG, kecukupan tata kelola
atas struktur, proses dan hasil penerapan GCG serta informasi lain yang
berkaitan dengan GCG dijalani dengan sangat baik. Laporan pelaksanaan GCG
Panin Dubai Syariah pada tahun 2012-2014 dalam kondisi sangat sehat, pada
tahun 2015-2016 dalam kondisi sehat. Namun, pada tahun 2017 dalam
kondisi cukup sehat, hal ini disebabkan karena melemahnya beberapa aspek
dalam penilaian GCG. Pada tahun 2018-2019 dalam kondisi sehat, hal ini
diartikan bahwa bank telah menerapkan dan melaksanakan prinsip-prinsip
GCG dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
me-review, menghitung dan menganalisis data laporan keuangan sesuai
peraturan BI dan OJK tentang kesehatan bank.
Tabel 4. Uji Mann-Whitney NPF BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah
Test Statisticsa NPF
Mann-Whitney U 72,500
Wilcoxon W 600,500
Z -5,905
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Andriani, Indah Permatasari
74 | IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Pada variabel NPF, menunjukkan bahwa Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,000 < 0,05. Maka dapat dijelaskan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Demikian bisa dijelaskan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada
variabel NPF.
Tabel 5. Uji Mann-Whitney FDR BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah
Test Statisticsa FDR
Mann-Whitney U 201,000
Wilcoxon W 729,000
Z -4,176
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Pada variabel FDR, menunjukkan bahwa Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,000 < 0,05. Maka dapat dijelaskan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Demikian bisa dijelaskan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada
variabel FDR.
Tabel 6. Uji Mann-Whitney ROA BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah
Test Statisticsa ROA
Mann-Whitney U 506,500
Wilcoxon W 1034,500
Z -,074
Asymp. Sig. (2-tailed) ,941
Pada variabel ROA, menunjukkan bahwa Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,941 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak.
Demikian bisa dijelaskan bahwa tidak adanya perbedaan yang signfikan pada
variabel ROA.
Tabel 7. Uji Mann-Whitney NOM BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah
Test Statisticsa NOM
Mann-Whitney U 360,000
Wilcoxon W 888,000
Z -2,041
Asymp. Sig. (2-tailed) ,041
IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 |75 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Analisis Tingkat Kesehatan Bank .....
Pada variabel NOM, menunjukkan bahwa Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,041 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Demikian bisa dijelaskan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada
variabel NOM.
Tabel 8. Uji Mann-Whitney CAR BCA Syariah dan Panin Dubai Syariah
Test Statisticsa CAR
Mann-Whitney U 207,000
Wilcoxon W 735,000
Z -4,095
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Pada variabel CAR, menunjukkan bahwa Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Demikian bisa dijelaskan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada
variabel CAR.
Pembahasan
Dari hasil yang di dapatkan pada hasil penghitungan rasio NPF pada
periode 2012-2019, BCA Syariah mendapatkan peringkat komposit 1 atau
sama dengan predikat sangat sehat pada periode tersebut. Sedangkan,
tingkat rasio NPF pada periode 2012-2019 pada Bank Panin Dubai Syariah
mengalami penurunan selama periode tersebut, dimana 2012-2016 tingkat
rasio NPF pada Bank Panin Dubai Syariah pada peringkat komposit 1 atau
sama dengan predikat sangat sehat pada tahun 2017-2019 mengalami
penurunan menjadi pada tingkat komposit 2 atau sama dengan predikat
sehat. Dari sini bisa di buktikan bahwa perbedaan antara kinerja keuangan
dua bank tersebut memiliki perbedaan yang signifikan pada risiko
pembiayaan dengan di buktikan dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,000 < 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa BCA Syariah selama periode
tersebut pengelolaan akan risiko pembiayaan membaik dibanding Bank
Panin Dubai Syariah.
Pada hasil penghitungan rasio FDR pada periode 2012-2019, BCA
Syariah mengalami penurunan tingkat rasio pada periode tersebut, tercatat
pada paparan data tingkat rasio FDR pada dua tahun awal periode pada
tingkat komposit 2 atau sama dengan predikat komposit sehat pada tahun
Andriani, Indah Permatasari
76 | IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
2013 hingga 2019 bertahan pada tingkat komposit 3 atau sama dengan
predikat komposit cukup sehat. Sedangkan, tingkat rasio FDR pada periode
2012 - 2019 pada Bank Panin Dubai Syariah mengalami perkembangan yang
baik dimana pada tahun awal periode, Bank Panin Dubai Syariah pada tingkat
komposit 5 atau sama dengan tidak sehat, kemudian pada tahun 2013 – 2019
pada tingkat komposit 3 atau sama dengan predikat cukup sehat. Dari sini
bisa di buktikan bahwa perbedaan antara kinerja keuangan dua bank
tersebut pada risiko likuiditas memiliki perbedaan yang signifikan dengan di
buktikan dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini
mengindikasikan bahwa Bank Panin Dubai Syariah selama periode tersebut
pengelolaan akan risiko likuiditas membaik dibanding BCA Syariah
Pada hasil penghitungan rasio ROA pada periode 2012-2019, BCA
Syariah paparan data berada pada tingkat rasio ROA pada tingkat komposit 3
atau sama dengan predikat komposit cukup sehat pada tahun 2012 - 2019.
Sedangkan, tingkat rasio ROA pada periode 2012 - 2019 pada Bank Panin
Dubai Syariah mengalami penurunan dan kenaikan di dua tahun akhir
periode yang mana Pada tahun 2012 Bank Panin Dubai Syariah mencatatkan
kinerja keuangan pada rasio ROA pada tingkat komposit 1 atau sama dengan
predikat komposit sangat sehat, pada tiga tahun berikutnya mengalami
penurunan menjadi tingkat komposit 3 atau sama dengan predikat komposit
cukup sehat. Pada tahun 2016 turun menjadi tingkat komposit 4 atau sama
dengan predikat komposit kurang sehat, pada taun 2017 turun menjadi
tingkat komposit 5 atau sama dengan predikat komposit tidak sehat,
kemudian membaik di dua tahun akhir periode dengan meningkat pada
tingkat komposit 4 atau sama dengan predikat komposit kurang sehat. Dari
sini bisa di buktikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kinerja
keuangan dua bank tersebut pada risiko rentabilitas tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dengan di buktikan dengan nilai Asymp. Sig (2-
tailed) sebesar 0,941 > 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa BCA Syariah dan
Bank Panin Dubai Syariah selama periode tersebut pengelolaan akan risiko
rentabilitas pada sisi laba terhadap total aset tidak banyak terdapat
perbedaan.
Pada penghitungan NOM, pada periode 2012 – 2019, BCA Syariah
mencatatkan kinerja yang baik namun cenderung menurun ditahun 2012 –
2015 meskipun masih dalam tingkat komposit 1 atau sama dengan predikat
komposit sangat sehat, puncak dari penurunan ini terjadi pada tahun 2016
dimana peringkat komposit 1 atau sama dengan predikat komposit sangat
baik turun menjadi peringkat komposit 3 atau sama dengan predikat
IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 |77 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Analisis Tingkat Kesehatan Bank .....
komposit cukup baik dan pada tahun-tahun berikutnya hingga akhir periode
penghitungan pada tahun 2019. Berbeda dengan Bank Panin Dubai Syariah,
tiga tahun awal bank ini mencatatkan kinerja yang baik pada rasio NOM
dimana peringkat komposit bank ini adalah 1 atau sama dengan predikat
komposit sangat baik. Pada tahun 2015 nilai komposit, Bank Panin Dubai
Syariah turun pada peringkat komposit 5 atau sama dengan predikat
komposit tidak sehat yang mana puncak ini terjadi di tahun 2017. Dari sini
bisa di buktikan bahwa perbedaan antara kinerja keuangan dua bank
tersebut pada pendapatan bersih memiliki perbedaan yang signifikan dengan
di buktikan dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,041 < 0,05. Hal ini
mengindikasikan bahwa BCA Syariah selama periode tersebut pengelolaan
akan pendapatan bersih membaik dibanding Bank Panin Dubai Syariah.
Pada penghitungan rasio CAR pada periode 2012 – 2019, BCA Syariah
mendapatkan peringkat komposit 1 atau sama dengan predikat sangat sehat
pada periode tersebut. Sedangkan, tingkat rasio CAR pada periode 2012-
2019 pada Bank Panin Dubai Syariah mendapatkan peringkat komposit 1
atau sama dengan predikat sangat sehat pada semua tahun di periode 2012 –
2019, kecuali pada tahun 2017, Bank Panin Dubai Syariah berada pada
tingkat komposit 2 atau sama dengan predikat sehat. Dari sini bisa di
buktikan bahwa perbedaan antara kinerja keuangan dua bank tersebut
memiliki perbedaan yang signifikan pada memenuhi kecukupan modal untuk
menunjang aktiva yang mengandung risiko dengan di buktikan dengan nilai
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa
BCA Syariah selama periode tersebut pengelolaan akan risiko pembiayaan
membaik dibanding Bank Panin Dubai Syariah.
Pada penerapan tata kelola perusahaan pada periode penghitungan
2012 – 2019, BCA Syariah menunjukkan kinerja penerapan tata kelola
perusahaan yang baik, dimana dua tahun awal periode mendapatkan
peringkat komposit 2 atau sama dengan predikat sehat kemudian naik ke
peringkat komposit 1 atau sama dengan predikat sangat sehat. Berbeda
dengan Bank Panin Dubai Syariah, dalam penerapan tata kelola perusahaan
Bank Panin Duai Syariah mengalami kecenderungan penurunan peringkat.
Pada tiga tahun awal pada peringkat komposit 1 atau sama dengan predikat
sangat sehat, kemudian turun pada tahun 2015-2016 menjadi peringkat
komposit 2 atau sama dengan predikat sehat, puncaknya turun peringkat
komposit 3 atau sama dengan predikat cukup sehat di tahun 2017. Kemudian
naik pada dua tahun terakhir di peringkat komposit 2 atau sama dengan
predikat sehat. Hal ini mengindikasikan bahwa BCA Syariah dalam
Andriani, Indah Permatasari
78 | IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
menerapkan tata kelola perusahaan lebih unggul dibanding Bank Panin
Dubai Syariah.
Kesimpulan
Dari pemaparan pada pembahasan, bisa disimpulkan dengan
menggunakan metode Analisis penilaian RGEC. Kinerja BCA Syariah lebih
unggul dari Bank Panin Dubai Syariah pada variabel NPF, FDR, NOM, CAR.
Sedangkan pada variabel ROA Bank Panin Dubai Syariah lebih unggul
dibanding BCA Syariah. Dalam menerapkan tata kelola perusahaan BCA
Syariah lebih unggul dibanding Bank Panin Dubai Syariah.
Implikasi secara teoritis, Risiko akan pembiayaan dan risiko akan
likuiditas serta laba yang diperoleh berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
yang berarti bank harus mampu mengendalikan pembiayaan dan tingkat
likuiditas agar tidak menyebabkan turunnya kinerja keuangan. Dalam
pengelolaan tata kelola perusahaan harus dilakukan dengan baik meskipun
tidak memiliki perbedaan signifikan namun tidak menutup kemungkinan
akan menghadirkan permasalahan manajemen sehingga mempengaruhi
kinerja perusahaan.
Implikasi secara praktik hendaknya BCA Syariah dan Bank Panin Dubai
Syariah lebih meningkatkan kinerja perusahaan mereka pada rasio likuiditas
dan laba yang diperoleh. hal ini akan membantu mereka dalam menarik
kepercayaan masyarakat agar meletakkan sebagian dana mereka untuk
disimpan dan dikelola pada bank tersebut. Serta mampu menjadi bahan
pertimbangan manajemen, stakeholder untuk mengambil keputusan yang
optimal. Keterbatasan yang ditemukan oleh peneliti adalah terdapat banyak
ukuran kinerja keuangan lainnya yang dapat mencerminkan kinerja
keuangan, penelitian ini hanya menguji dua lembaga pada sektor Perbankan
Syariah khususnya Bank Umum Swasta yang memiliki usaha syariah. Untuk
peneliti selanjutnya lebih memperluas wilayah penelitian, sehingga hasil
penelitian lebih bisa digeneralisasikan.
Daftar Pustaka
Ascarya, & Yumanita, D. (2015). Bank Syariah: Gambaran Umum. Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (2009). Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan
IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 |79 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Analisis Tingkat Kesehatan Bank .....
Unit Usaha Syariah. Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (2011). Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011
Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. In Peraturan Bank Indonesia
1–31.
Eriyanti, E., & Rokhlinasari, S. (2017). Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Umum Syariah di Indonesia dengan Menggunakan Metode Risk-based
Bank Rating tahun 2014-2016. Al-Amwal : Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syari’ah, 9(2), 189–207.
https://doi.org/10.24235/amwal.v9i2.1764
Hapsari, N. (2008). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan
Laba Masa Mendatang pada Perusahaan Sektor Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Diponegoro University.
Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Mengelola Bank Syariah: Modul Sertifikasi
Tingkat II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Irianti, A. S., & Saifi, M. (2017). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan
Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis, 50(1), 56–64.
Ismail. (2010). Manajemen Perbankan. Kencana Prenadamedia Group.
Kasmir. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kemenenteri Hukum dan HAM RI. (2008). Undang-Undang No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah. In Produk Hukum.
Komite Nasional Keuangan Syariah. (2019, October 17). Global Islamic
Finance Report 2019 Menempatkan Indonesia di Posisi Teratas dalam
Pasar Keuangan Syariah Global. Siaran Pers KNKS, 1–2.
Otoritas Jasa Keuangan. (2014a). Peraturan OJK Nomor 8/POJK.03/2014
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
Otoritas Jasa Keuangan. (2014b). Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. In Otoritas Jasa Keuangan, 1689–
1699.
Andriani, Indah Permatasari
80 | IQTISHODUNA Vol. 17 (1), 2021 http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ekonomi
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 55 /POJK.03/2016 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi
Bank Umum.
Pambudi, S., & Darmawan, A. (2018). Analisis Kinerja Bank Umum Syariah
dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating (RBBR) untuk
Mengetahui Tingkat Kesehatan Bank (Studi pada Bank Umum Syariah
yang Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Periode
2014-2016). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 56(1), 127–136.
Rachman Husein, A., & Fadhilah Hasib, F. (2016). Tingkat Kesehatan Bank :
Analisa Perbandingan Pendekatan CAMELS dan RGEC. Jurnal Ekonomi
Syariah Teori Dan Terapan, 3(2), 99–113.
Rivai, V. (2007). Bank dan Financing Intitution Management Conventional dan
Sharia System. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS Pada Statistik Non Parametrik. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Setiawan, S., & Sari, R. M. (2018). Rentabilitas Bank Umum Syariah Sesudah
Spin-Off Berdasarkan Tipe Pemisahannya di Indonesia. Amwaluna:
Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Syariah, 2(1), 69–87.
https://doi.org/10.29313/amwaluna.v2i1.3291
Stella, L. A., & Puspitasari, R. (2020). Analysis of Bank Rating with RGEC
Method. Atlantis Press, 143, 240–245.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
Utami, S. B. (2015). Perbandingan Analisis CAMELS dan RGEC dalam Menilai
Tingkat Kesehatan Bank pada Unit Usaha Syariah Milik Pemerintah
(Studi Kasus PT. Bank Negara Indonesia.Tbk Tahun 2012-2013). Skripsi,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Wirartha, I. M. (2006). Metodologi penelitian Sosial ekonomi (1st ed.).
Yogyakarta: Andi Offset.
top related