analisis struktur musik kompang dalam · pdf file1.4 konsep dan teori ... bugis, jawa,...
Post on 05-Feb-2018
290 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA
MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN
KATEMAN, RIAU
OLEH:
NAMA :ANDI FARHAN
NIM : 100707001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2014
ii
ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA
MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN
KATEMAN, RIAU
OLEH:
NAMA : ANDI FARHAN
NIM : 100707001
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs.Fadlin, M.A. Arifninetrirosa, SST , M.A. NIP 196102201989031003 NIP 196502191994032002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2014
iii
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk
melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin
Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan
Pada Tanggal :
Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU,
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A.
NIP 195110131976031001
Panitia Ujian: Tanda Tangan
1. Drs, Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. ( )
2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. ( )
3.Drs. Fadlin, M.A. ( )
4.Drs. Bebas Sembiring M.Si. ( )
5. Arifninetrirosa, SST., M.A. ( )
iv
DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196512211991031001
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Medan, 2014
Andi Farhan NIM 100707001
vi
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul “Analisis Struktur Musik Kompang Dalam Upacara Mengantar Pengantin Di Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, Riau”
Di Sungai Guntung kompang mempunyai berbagai macam fungsi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: Mengiringi aktivitas vokal seperti nyanyian solo atau nasyid, Mengantar pengantin, Barzanji, Khatam Al-Quran dan acara-acara resmi penyambutan para petinggi-petinggi daerah. Dari berbagai macam fungsi musik kompang di atas, masyarakat di Sungai Guntung juga menggunakan kompang dalam acara perkawinan (pernikahan).Dahulunya kompang ini hanya dimainkan oleh etnis Melayu saja di Sungai Guntung Provinsi Riau, kini seiring dengan banyaknya etnis pendatang (selain etnis Melayu) yg tinggal menetap di Sungai Guntung, mereka kini juga mengunakan musik kompang dalam berbagai macam kegitan atau tradisi etnis mereka.
Sehubungan dengan perkembangan waktu saya selaku putra pribumi di daerah Sungai Guntung ini, merasa kompang ini menjadi menarik untuk di teliti.Dan tujuan penelitian ini adalah melihat bagaimana guna dan fungsi kompang di daerah Sungai Guntung.Metode pengumpulan data nantinya akan di lakukan dengan cara obserpasi, wawancara dan perekaman.Dalam proses pentranskripsianya nanti saya selaku penulis akan mentranskripsikannya kedalam notasi balok.
Kata kunci: kompang, masyarakat Melayu, Kecamatan Kateman
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Struktur Musik Kompang Dalam Upacara Mengantar Pengantin Di
Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, Riau”penulis telah banyak menerima
bimbingan, saran, motivasi serta do’a, dari berbagai pihak selama penulisan
skripsi ini.
Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni
pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.Pada kesempatan ini penulis ingin mempersembahkan skripsi ini dan
mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai,
Ayahanda tercinta Abdul Buyung Alina dan Ibunda Maisuri. Terimakasih buat
segala cinta dan ketulusan kasih sayang yang kalian berikan selama ini sehingga
saya bisa seperti sekarang, terimakasih buat perhatian yang tak pernah putus-putus
khususnya selama pengerjaan skripsi ini, terimakasih buat motivasi-motivasi yang
kalian berikan sehingga saya tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini,
terimakasih buat doa-doa yang kalian panjatkan sehingga saya dapat
menyelesaikan tulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
kakak, abang, dan adik-adik yang saya sayangi Rita Zaharah, Nurmala Citra,
Sulastri Dewi, Hastomo Hardi, Tri Sepwanto, Rian Hidayat dan
Senia.Terimakasih buat doa dan semangat yang telah kalian berikan kepada saya.
viii
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat Bapak
Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak Drs.
M. Takari, M.Hum sebagai Ketua departemen Etnomusikologi, Dosen
pembimbing I dan II saya BapakDrs.Fadlin, M.A. dan ibu Arifninetrirosa, SST.,
M.A. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih untuk nasehat-nasehat, ilmu serta pengalaman yang telah
bapak berikan selama saya berkuliah.Kiranya Allah SWT selalu membalaskan
semua kebaikan yang bapak dan ibu berikan.
Kepada yang terhormat Ibu Drs. Heristina Dewi, M.Pd selaku sekretaris
departemen Etnomusikologi.Terimakasih untuk nasehat-nasehat, ilmu serta
pengalaman yang telah ibu berikan selama saya berkuliah.Kiranya Tuhan selalu
membalaskan semua kebaikan yang ibu berikan.
Kepada seluruh dosen di etnomusikologi USU, Bapak Prof.Drs. Mauly Purba,
M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A.,
Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si, Bapak Drs.
Dermawan Purba, M.Si, Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, Bapak Drs. Kumalo
Tarigan, M.A. Bapak Drs. Prikuten Tarigan, M.Si. Terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak-ibu sekalian yang telah membagikan ilmu dan pengalaman
hidup bapak-ibu sekalian.Sungguh ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya
ucapkan karena telah belajar dari orang-orang hebat seperti bapak-ibu
sekalian.Biarlah kiranya ilmu yang penulis dapatkan dari bapak-ibu sekalian bisa saya
aplikasikan dalam kehidupan dan pendidikan selanjutnya.Semoga Allah SWT
membalaskan semua jasa-jasa bapak-ibu sekalian.
ix
Terimakasih penulis sampaikan kepada bapak H. Mastar Abbas dan
keluarga yang telah memberikan banyak informasi kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga data yang diperoleh mendukung
penulisan skripsi ini.
Kepada saudara-saudara penulis Etno 2013, buat Amsal.Terimakasih atas
bantuan transkripnya.Rican Sianturi.S.sn, Jackri Oktora Tobing S.sn. terimakasih
buat beberapa tahun kebersamaan yang telah kita miliki.Bangga bisa menjadi
bagian orang-orang hebat seperti kalian.Sungguh pengalaman yang tidak
terlupakan bisa menjadi bagian hidup kalian.Hal tersebut merupakan kenangan
yang tidak bisa penulis lupakan.penulis percaya kita semua akan menjadi orang-
orang yang hebat. Biarlah jalinan kasih kita tidak terputus dan bisa berlanjut di
masa yang mendatang.Kepada Senior dan junior di Etnomusikologi terutama
stambuk 2008-2014 terimakasih buat hari-hari saya di perkuliahan yang begitu
bersemangat karena kalian semua.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini.Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan dalam bidang Etnomusikologi.
Medan, 2014 Penulis,
Andi Farhan
100707001
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN .................................................................................................... v
ABSTRAKSI ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................ 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian..................................................................... 7
1.4 Konsep dan Teori ................................................................................. 8
1.4.1 Konsep ....................................................................................... 8
2.4.2 Teori ........................................................................................... 10
1.5 Metode Penelitian ................................................................................ 11
1.5.1 Studi Kepustakaan ..................................................................... 12
1.5.2 Penelitian Lapangan .................................................................. 13
1.5.3 Kerja Laboratorium ................................................................... 14
1.6 Lokasi Penelitian .......................................................................... 15
BAB II ETNOGRAFI KEADAAN MASYARAKAT DI SUNGAI
GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN
2.1 Keadaan Geografis Sungai Guntung .................................................. 16
2.2Gambaran Umum Masyarakat Melayu Sungai Guntung ................... 19
2.3 Adat Istiadat Melayu ........................................................................... 20
2.4 Sistem Religi ........................................................................................ 22
2.5 Sistem Kekerabatan ............................................................................. 24
2.6 Kesenian ............................................................................................... 25
xi
BAB III FUNGSI KOMPANGPADA UPACARA PERKAWINAN
MASYARAKAT MELAYU SUNGAI GUNTUNG
KECAMATAN KATEMAN
3.1 Gambaran Umum Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu ........ 28
3.2 Pembagian Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Melayu........... 29
3.2.1Merisik ........................................................................................ 29
3.2.2Jamu Sikut................................................................................... 30
3.2.3 Akat Nikah ................................................................................. 30
3.2.4Malam Berinai, Berinai, Tari Inai Dan Cecah Inai .................. 37
3.2.5Mandi Tepung Tawar ................................................................. 40
3.2.6 Bersanding ................................................................................. 40
3.2.7 Meminjam Pengantin ................................................................ 41
3.2.8 Deskripsi Musik Kompang ....................................................... 41
3.2.9 Pemusik Kompang .................................................................... 43
3.2.10 Teknik Permainan Kompang .................................................. 46
3.2.11 Proses Pembuatan Alat Musik Kompang .............................. 55
3.2.12 Busana Pemusik Kompang ..................................................... 56
3.3 Fungsi Kompang ............................................................................... 59
BAB IV ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL KOMPANG
4.1Teknik Transkripsi ............................................................................. 60
4.2 Siklus Pola Ritem Kompang............................................................. 61
4.3 Meter Pola Ritem Kompang ............................................................. 61
4.4 Kombinasi Warna Bunyi Pola Ritem Kompang ........................... 62
4.5Kombinasi Tangan Kiri Dan Tangan Kanan Pada Permainan
Kompang ............................................................................................. 63
4.6 Ritem Kompang ................................................................................ 64
xii
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 65
5.2 Saran ................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
DAFTAR INFORMAN ..................................................................................... 70
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sungai Guntung adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Indragiri hilir
Provinsi Riau, yang berada di Riau Daratan, dan terletak di antara perbatasan Riau
dan Kepulauan Riau.Di daerah Sungai Guntung ini terkenal dengan penghasilan
kelapa dan perikanannya.Selain itu masyarakat di sini juga terkenal dengan sikap
keramah tamahannya, hal ini dapat di buktikan dengan mudahnya menerima
pendatang untuk menetap di sini.Daerah ini juga berkembang pesat di sektor
pertanianya, dan dalam hal ini juga dapat di buktikan karena sebagian besar
masyarkat di Sungai Guntung ini bekerja sabagai petani kelapa.
Masyarakat yang ada di daerah Pulau Sambu berjarak sekitar 10 km dari
tempat penelitian yang penulis lakukan, berdiri sebuah pabrik pengolahan kelapa
yang megolah kelapa menjadi Santan Kara dan minuman Fatigon Hydro.
Masyarakat di daerah ini menjual hasil pertanian kelapa mereka ke pabrik yang
ada di pulau sambu ada juga masyarakat di sini sebagai pembeli atau penampung
kelapa, kemudian kelapa yang telah di beli akan di jual kembali ke negeri jiran
(Malaysia). Berdasar hasil survei dan pengamatan di lapangan, ada beberapa suku
yang menetap dan tinggal di daerah ini antara lain: Melayu (suku asli), Cina,
Bugis, Jawa, Minang, Batak, dan Tamil. Suku tersebut hidup dengan filsafat
bangsa Indonesia (bhinneka tunggal ika) yaitu walaupun berbeda-beda tetapi tetap
satu juga.
2
Suku Melayu merupakan suku yang menjadikan Islam sebagai agamanya,
sehingga dalam adat istiadat Melayu dikenal istilah ”Adat bersendi Syarak, Syarak
bersendi Kitabullah”. Segala macam adat istiadat harus sejalan dengan Syarak
yang berlaku yang akhirnya bermuara pada ketetapan yang ada dalam Kitabullah
(harus sesuai dengan ajaran agama Islam Al- Qur’an). Di samping ketaatan
menjalankan ibadah, masyarakat Melayu Sungai Guntung Kecamatan Kateman
juga termasuk masyarakat yang menerima kemajuan dan teknologi yang datang
dari luar. Masyarakat Melayu di sini merupakan masyarakat terbuka yang
menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi
sebagai bagian yang dapat diterima dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-
hari. Infra struktur dan pembangunan industri serta modernisasi sudah menjadi
bagian dari nafas perekonomian di sini.
Suku Melayu yang berada di daerah Sungai Guntung Kecamatan Kateman,
memiliki keunikan tersendiri dalam melakukan tradisi adat dalam perkawinan.
Salah satu keunikan yang dapat ditemui adalah ”Tradisi Kompang”. Masyarakat
Suku Melayu di daerah Sungai Guntung ini, masih melakukan tradisi musik
kompang dalam upacara perkawinan. Bahkan ada ungkapan “kalau buat keje
nikah kawen, kalau belum melaksanakan acara musik kompang (dalam bahasa
melayu :kompang) belum sah atau afdhal acara yang dilaksanakan”.kalau
mengadakan pesta perkawinan maka belum sah perkawinan tersebut jika
pengantin laki-laki tidak diiringi dengan musik kompang. Selain itu juga seiring
dengan perkembangan zaman pelaksanaan tradisi musik kompang yang dilakukan
oleh masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung ini, juga mengalami
3
perkembangan dan perubahan fungsi pada pertunjukan musik kompang itu
sendiri. Hal ini tentu saja menimbulkan perubahan makna pada tradisi yang
bersangkutan.
Dalam kehidupan sehari-hari, suku Melayu di daerah ini juga hampir
sama dengan suku Melayu di daerah Sumatera Utara banyak kesamaan dan
perbedaan tradisi atau adat, mereka juga memiliki berbagai jenis genre atau aliran
kesenian antaralain: pantun, gurindam, syair, tari persembahan, tari inai,
beredah, silat, barzanji marhaban, dan kompang.Dari berbagai jenis genre atau
aliran tersebut di atas hanya beberapa genre atau aliran kesenian saja yang di
gunakan dalam upacara perkawinan(pernikahan) oleh masyarakat di daerah
Sungai Guntung ini diantaranya adalah: silat, tari inai dan kompang.
Upacara perkawinan yang di laksanakan oleh masyarakat Melayu daerah
Sungai Guntung ini juga merupakan gabungan antara dua faktor yang saling
melengkapi, yaitu aspek syari’at sebagai mana yang di ajarkan dalam agama
Islam dan aspek adat.Peraturan tersebut melibatkan tata cara komunikasi yang di
gunakan di dalam proses upacara, ketika upacara perkawinan tersebut
berlangsung, budaya Melayu dalam setiap upacara perkawinannya melibatkan
adat istiadat dan agama yang selalu dilakukan secara berurutan dari awal sampai
akhir dengan tertib.
Saat pesta upacara perkawinan adat masyarakat Melayu disini di
laksanakan, mempelai pria atau pengantin laki-laki berada di satu rumah atau
tempat tinggal, sebelum di pertemukan dengan mempelai perempuan tersebut
4
(pengantin wanita). Ketika proses pengantaran mempelai laki-laki ini kekediaman
mempelai perempuan atau di mana pun tempat perkawinan mereka akan di
langsungkan. Selama perjalanan dari kediaman pengantin laki-laki menuju ke
kediaman pengantin perempuan, perjalanana pengantin laki-laki akan di iringi
dengan kompang.
Kompang adalah alat musik yang berbentuk frame drum terbuat dari kulit
kambing betina, batang pohon kelapa, kayu nangka dan paku. Berukuran 30cm,
32,5cm, 35cm, 37,5cm dan 40cm, klasifikasi kompang adalah membranofon.Alat
musik kompang ini dimainkan dalam berbagai macam kegiatan upacara adat.
Kompang dimainkan untuk mengiringi aktivitas vokal seperti nyanyian solo atau
nasyid, mengantar pengantin, Barzanji, Khatam Al-Qur’an dan acara-acara resmi
penyambutan para petinggi-petinggi daerah.
Awalnya, kompang dibawa oleh Pedagang Arab yang datang berdagang ke
Nusantara.Kompang dimainkan untuk menarik perhatian pembeli terhadap barang
dagangan mereka.Permainan ini dipercaya menjadi ikut-ikutan masyarakat
setempat dan seterusnya berkembang hingga kini dan permainan kompang
berkembang sampai ke tanah Melayu di daerah Sungai Guntung ini. Kompang
berasal dari kebudayaan Arab di Asia Barat yang berunsur Timur Tengah, hal ini
di perkuat dengan adanya pendapat yang mengatakan bahwa bentuk kompang
sama seperti Hadrah yang terdapat di negara Arab dan lirik lagu yang dimainkan
selalu dalam Bahasa Arab. Contohnya Selawat memuji nabi (Rasullullah
S.A.W).http://ms.wikipedia.org/wiki/Kompang
5
Dalam penelitian ini, penulis mengkaji dua aspek dari kompang yaitu
bagaimana guna dan fungsi kompang dalam pertunjukan budaya masyarakat
Melayu di daerah ini. Guna kompang akan di lihat secara umum karena tujuan
akhir penulis adalah melihat perkembangan fungsi kompang di sini. Guna dan
Fungsi adalah dua hal yang berbeda namun agar penelitian ini lebih terarah
penulis melihat perkembangan fungsi kompang agar penelitian ini mendapatkan
hasil seperti yang di harapkan penulis.
Perkembangan kompang ini akan di fokuskan pada perkembangan fungsi,
penyebab dan akibat dari perkembangan kompang pada masyarakat Melayu di
daerah Sungai Guntung ini. Kompang yang di mainkan pada saat mengantar
mempelai laki-laki ke kediaman mempelai perempuan merupakan adat
masyarakat Melayu di sini.Kompang yang di mainkan pada saat mengantar
mempelai laki-laki ini mempunyai makna simbolis dan juga mengangkat derajat
keluarga yang melaksanakan kompang ini di mata masyarakat Sungai Guntung itu
sendiri.
Penelitian ini juga akan memperhatikan pertunjukan kompang dalam
konteks upacara perkawinan masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung.
Adapun aspek pertama yang akan penulis diskusikan di dalam penulisan ini
adalah bagaimana pola permainan kompang, Guna dan fungsi kompang dalam
pertunjukan kompang pada upacara perkawinan masyarakat Melayu di daerah ini.
Kemudian bagaimana gerakan-gerakan yang diekspresikan parapemain kompang
di daerah Sungai Guntung, apa saja istilah istilahnya menurut para petua atau
6
petinggi adat Melayu di sini, termasuk kedalam klasifikasi apakah alat musik
kompang ini.
Kemudian jika fungsi juga di anggap penting, bagaimana proses
pertunjukan kompang tersebut agar dapat memenuhi fungsi yang di maksud. Jika
musik kompang ini mengalami perkembangan, apakah ada pengaruhnya terhadap
masyarakat Melayu di sini dan berdasar pertanyaan di atas saya memilih judul
penelitian ini dengan judul: “AnalisisStruktur Musik Kompang Dalam Upacara
Mengantar Pengantin Di Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, Riau”.
1.2 Pokok Permasalah
Adapun pokok permasalahan yang di tentukan agar pembahasan lebih
terarah dalam skripsi ini nantinya. Penulis menentukan dua pokok masalah yaitu:
1. Bagaimana fungsi kompang bagi masyarakat Melayu di Sungai Guntung ini
dalam konteks upacara perkawinan?
2. Bagaimana struktur kompang sebagai musik pengiring dalam pesta perkawinan
adat Melayu di Sungai Guntung ini?
7
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan fungsi kompang dalam konteks
perkawinan adat Melayu di Sungai Guntung.
2. Untuk mengetahui struktur kompang sebagai musik pengiring dalam pesta
perkawinan adat Melayu di Sungai Guntung.
1.3.2 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap:
1. Pemerintah daerah.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemeritah daerah dalam
menetapkan program-program pembinaan masyarakat Melayu di desa
Sungai Guntung, Provinsi Riau.
2. Bagi kalangan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam pengetahuan
kalangan akademis mengenai musik kompang di desa Sungai Guntung,
Provinsi Riau.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarja seni, serta
untuk mengetahui perkembangan kompang di masyarakat Melayu di desa
Sungai Guntung, Provinsi Riau.
8
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep dari penelitian ini adalah menganalisis kesenian musik
kompang di daerah ini, dari kajian sosiologi budaya terhadap masyarakatnya
melalui pengkajian pertunjukan kompang, sehingga diharapkan dapat
memberikan penjelasan seluas-luasnya bagi yang ingin mengetahui dan
mempelajarinya, penulisan skripsi ini lebih menitik beratkan pada kajian
perkembangan fungsinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:43), analisa adalah
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan menelaah bagian itu
sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti keseluruhan. Upacara bukan sebagai suatu kegiatan biasa
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi merupakan aktivitas
yang mengandung makna religius yang serba sakral dan terpisah dari hal yang
bersifat duniawi (KBBI 2005:1250). Dalam tulisan ini yang dimaksud adalah
upacara perkawinan, setiap upacara perkawinan masing-masing memiliki
tujuan tertentu dan selalu menampilkan musik dan tarian yang berfungsi
sebagai hiburan maupun sebagai kepercayaan religius.
Fungsi merupakan tujuan dari suatu pertunjukan kesenian.Setiap suatu
upacara adat yang dibuat pasti memiliki suatu tujuan dari pihak keluarga
ataupun segi pandangan dari masyarkat itu sendiri.Jadi musik kompang
memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda dari masyarakat.Selain
untuk meneruskan kebiasaan etnik Melayu yang telah ada pada zaman dahulu,
9
musik kompang ini juga memiliki fungsi religi dan pengitergrasian
masyarakat.Fungsi religi menurut masyarakatnya jika musik kompang ini
dimainkan pada saat mengantar mempelai laki-laki kekediaman mempelai
perempuan diharapkan agar kedua belah pihak calon pengantin dapat menjadi
keluarga sakinah, mawadah, warahmah kelak, Lewat do’a yang di nyanyikan
para pemusik kompang selama perjalanan menuju kekediaman mempelai
perempuan. Sedangkan fungsi pengintergrasian masyarakat menurut penulis
pada penelitian di lapangan ini, ketika musik kompang di mainkan pada saat
mengantar mempelai laki-laki kekediaman perempuan berlangsung,
sebelumnya pihak keluarga mempelai laki-laki juga mengundang sanak
saudara dari pihak mempelai laki-laki yang berada di daerah Sungai Guntung
dan sekitarnya ini untuk ikut serta dalam rombongan musik kompang dan
menjalin silaturahmi dengan keluarga mempelai perempuan tersebut.
Koentjaraningrat (1990:146-147) menyatakan kata masyarakat di
dalam tulisannya memiliki makna tertentu bahwa masyarakat adalah kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat-istiadat tertentu
yang bersifat kontiniu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Masyarakat di Sungai Guntung ialah masyarakat yang terdiri dari bermacam-
macam suku dan mengidentitaskan diri masing-masing sebagai suku Melayu
dan berbahasa Melayu sehinga adat-istiadatnya pun memakai upacara etnik
Melayu.
10
1.4.2 Teori
Untuk melihat fungsi dan kegunaannya penulis juga menggunakan
teori use and function Alan P. Merriam (1964:223-226). Menurut Merriam
penggunaan (uses) dan fungsi (function) merupakan salah satu masalah yang
terpenting didalam Etnomusikologi. Penggunaan musik meliputi pemakaian
musik dalam konteksnya atau bagaimana musik itu digunakan, sedangkan
fungsi musik berkaitan dengan tujuan pemakaian musik tersebut.
Didalam buku Allan P. Merriam juga disebutkan bahwa terdapat
sepuluhfungsi musik dalam ilmu etnomusikologi yaitu:
1. Fungsi pengungkapan emosional,
2. Fungsi pengungkapan estetika,
3. Fungsi hiburan,
4. Fungsi komunikasi,
5. Fungsi perlambangan,
6. Fungsi reaksi jasmani,
7. Fungsi yang berkaitan dengan norma sosial,
8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan,
9. Fungsi kesinambungan kebudayaan, dan
10. Fungsi pengintregasian masyarakat.
Berdasarkan teori use and function Alan P. Merriam di atas, penulis
hanya menggunakan 2 dari 10 fungsi musik yang di kemukakan oleh Alan P.
Merriam diantaranya ialah: fungsi musik sebagai hiburan dan fungsi musik
sebagai komunikasi Untuk mengkaji suatu objek penelitian dalam dunia
11
ilmiah tentunya harus didasari pada suatu teori, hal ini menjadi suatu
keharusan bagi seorang ilmuwan di seluruh dunia. Jadi dengan demikian teori
berada dalam tataran ide atau gagasan seorang ilmuwan, yang kebenarannya
secara empiris dan rasional telah di uji coba.Dalam dimensi waktu teori-teori
dari semua disiplin ilmu terus berkembang. Teori-teori yang dipergunakan
dalam mengkaji karya sastra, tari, musik, teater atau seni pertunjukan,
diambil dari berbagai disiplin ilmu atau dikembangkan sendiri secara khas,
seperti dalam mengkaji fungsi budaya, para pengkaji budaya menggunakan
beberapa teori salah satu diantaranya adalah teori fungsionalisme.
Dalam hal ini penulis juga akan membuat transkrip ritem musik
kompang dengan menggunakan teori Nettl (1964:98) yang memberikan dua
pendekatan 1. Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita
dengar, 2.kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut keatas kertas dan
kita dapat mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut.
1.5 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang menghasilkan
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan
dan Taylor dalam Moleong, 1989:3).Penelitian kualitatif ini, dapat dibagi menjadi
3 tahap, yaitu: tahapke lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan
(skripsi). Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai adalah sebagai berikut.
Penelitian kualitatif dapat di bagi kedalam empat hal antara lain: tahap
sebelum kelapangan, pekerjaan lapangan, analisis data, dan penulisan laporan.
12
Pada tahapan pra lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang
di perlukan sebelum turun kedalam penelitian itu sendiri. Dalam tahapan
selanjutnya disusun rancangan penelitian, menjajaki atau menilai keadaan
lapangan, memilih informan, perlengkapan penelitian dan etika penelitian.
Selanjutnya pada tahap pekerjan di lapangan seorang peneliti untuk
mengumpulkan data semaksimal mungkin. Dalam hal ini penulis menggunakan
alat bantu berupa, kamera digital merek Canon, dan catatan lapangan. Pengamatan
langsung (menyaksikan) pertunjukan musik kompang di daerah Sungai Guntung
ini.
Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang di dalam
pelaksanaanya tanya jawab berlangsung seperti percakapan sehari-hari. Untuk
informan biasanya seperti pelaku musik kompang ketua adat dan mereka yang
mengetahui informasi yang di butuhkan dalam penelitian ini.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Dalam tahapan penelitian ini penulis mencari, mempelajari, dan
menggunakan literature-literatur yang berhubugan dan dapat membantu
pendukung penelitian inidan mempelajari referensi yang berkaitan dan
mendukung terhadap objekmasalah dalam penulisan skripsi ini, sumber-
sumber refrensi yang di gunakan untuk menunjang penulisan ini diperoleh
dari berbagai sumber baik dari buku-buku yang berada diperpustakaan-
perpustakaan seperti perpustakaan kampus USU Medan, selain itu sumber
13
juga didapat dari buku-buku pendukung lainnya, tulisan-tulisan makalah,
skripsi dan beberapa sumber dari internet.
Adapun tujuan dari studi keperpustakaan ini adalah untuk mendapatkan
dan memperoleh konsep-konsep, teori serta informasi yang dapat di gunakan
sebagai acuan dalam pembahasan atau penelitian dan menambah wawasan
penulis tentang masyarakat Melayu yang di teliti dan juga berhubungan
dengan kepentingan pembahasan penelitian ini.
1.5.2 Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
meliputi observasi dan wawancara dengan tokoh seniman tradisional (pelaku
seni) Musik kompang Datuk Anjag Sumur (Mahmur) dan ketua LAMR
(lembaga adat melayu riau) Tok Long (H.Mastar Abbas), serta para pegawai
pemerintah di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, penelitian ini
dilakukan dibeberapa lokasi seperti di tempat tinggal pimpinan musik
KompangDatuk Anjag Sumur (Mahmur) di daerah Pam Air Parit. no 8 Kolam
Sungai Guntung Kecamatan Kateman.Juga di beberapa tempat pertunjukan
Kompang yang sering di tampilkan seperti di Balai Rakyat Sungai Guntung,
serta di rumah warga yang melakukan acara pernikahan di daerah Sungai
Guntung ini.
Observasi langsung di gunakan untuk mengetahui bentuk seni
pertunjukan dari seni musik kompang tersebut, dengan melihat langsung pada
saat latihan di rumah Datok Anjang Sumur (Masmur) di Pam Air Parit no. 8
Kolam, Sungai Guntung Kecamatan Kateman.Dalam tayangan hasil rekaman
14
video yang pernah penulis rekam, maupun pada saat pertunjukan musik
kompang yang ada di daerah ini, seperti pada saat penyambutan petinggi-
petinggi pemerintahan.
Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data atau
memperoleh informasi secara langsung bertatap muka antara penulis dengan
informan, sehingga mendapatkan gambaran lengkap tentang objek yang
sedang penulis teliti. Wawancara ini juga bertujuan untuk mengumpulkan
data dan informasi secara lisan dari para informan. Koejaranigrat (1990: 129-
155) yang membagi tiga kegitan wawancara: Persiapan wawancara, teknik
wawancara, dan pencatatan data wawancara. Sedangkan wawancara terdiri
dari wawancara fokus, wawancara bebas, dan wawancara sambil lalu.
Wawancara fokus pertanyaan tidak memiliki struktur dan terpusat kepada
pokok permasalahan lain. Wawancara sambil lalu sifatnya hanya untuk
menambah data yang lainnya.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Setelahpengumpulan data di laksanakan, data penelitian ini di olah
dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif berdasarkan teori-teori yang
sudah ada, yang didukung dengan hasil wawancara serta mempelajari hasil
rekaman video yang sudah di rekam oleh penulis sebagai bahan untuk
mengetahui beragam jenis bentuk pukulan-pukulan dalam struktur kesenian
musik kompang tersebut termasuk teks dan syair musik kompang sebagai
pendukung arah perkembangan fungsi kesenian musik kompang tersebut.
15
1.6 Lokasi Penelitian
Penetapan lokasi penelitian di daerah Sungai Guntung ini adalah
merupakan pilihan penulis berdasarkan dua hal yang menjadi pertimbangan
penulis diantaranya adalah:
1. Penulis adalah putra pribumi daerah Sungai Guntung yang besar dan tinggal di
lingkungan yang masih aktif menggunakan musik kompang ini pada upacara
perkawinan(pernikahan) tepatnya di Sungai Guntung Kecamatan Kateman.
2. Daerah ini merupakan daerah yang masih menyelenggarakan musik kompang
pada sebagian besar acara-acara perkawinan(pernikahan) oleh karna itu,
penulis jadi mudah mengamati dan melakukan penelitian terhadap objek
penelitian musik kompang secara langsung.
Dengan demikian penetapan lokasi ini diharapkan dapat mempermudah
penulis untuk mendapatkan data yang lengkap dan jelas yang akan dituangkan
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
16
BAB II ETNOGRAFI KEADAAN MASYARAKAT
DI SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN
2.1 Keadaan Geografis Sungai Guntung
Sungai Guntung Kecamatan Kateman adalah salah satu Kecamatan di
Kabupaten Indragili Hilir, Provinsi Riau, Indonesia. Sungai Guntung terdiri atas 3
Kelurahan dan 8 Desa. Adapun nama-nama Desa/Kelurahan serta luas masing-
masing wilayah tersebut ialah sebagai berikut:
Gambar: 2.1 Peta Provinsi Riau
Sumber: www.pekanbaruriau.com
s s u
17
Gambar : 2.2 Peta Indragiri Hilir
Sumber: www.pekanbaruriau.com
18
Gambar : 2.3 Peta Sungai Guntung Kecamatan Kateman
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Kateman
Tabel 2.1 Data Luas Desa/ Kelurahan di Kec. Kateman
No Nama Desa/ Kelurahan Luas Wilayah 1 Kelurahan Tagaraja 46,00 km2 2 Kelurahan Bandar Sri Gemilang 43,00 km2 3 Kelurahan Amal Bakti 42,00 km2 4 Desa Sungai Simbar 56,09 km2 5 Desa Kuala Selat 82,00 km2 6 Desa Penjuru 76,00 km2 7 Desa Sungai Teritip 74,00 km2 8 Desa Air Tawar 95,00 km2 9 Desa Tanjung Raja 78,00 km2 10 Desa Sari Mulya 32,00 km2 11 Desa Makmur Jaya 60,00 km2
Total Luasa Wilayah 684,09 km2 Sumber: Data Sensus Penduduk Tahun 2014, Kecamatan Kateman
19
Sejalan dengan akan di jadikannya Sungai Guntung ini sebagai Ibu Kota
Kabupaten, daerah ini terus berbenah diri. Berdasarkan data sensus kependudukan
pada bulan Agustus tahun 2014 yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sungai
Guntung Kecamatan Kateman, penduduk di daerahSungai Guntung ini
diperkirakan telah mencapai 44,442 jiwa, dengan jumlah perempuan lebih kecil
dari laki-laki, (21,213 jiwa< 23,229 jiwa). Selain itu, daerah Sungai Guntung juga
merupakan daerah pedesaan yang dihuni oleh berbagai etnis, dengan latar
belakang yang berbeda pula.
Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah
penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia
tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik
jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.Populasi masyarakat di
daerahSungai Guntung ini didominasikan oleh beberapa etnis seperti: Melayu,
Jawa, Batak, Bugis, Cina, dan Tamil. Mayoritas kependudukan di daerah Sungai
Guntungsekarang ialah etnis Melayu Keanekaragaman etnis di Sungai Guntung
terlihat dari jumlah mesjid, gereja, dan vihara Tionghoa yang berdiri di daerah
Sungai Guntung.
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Melayu Sungai Guntung
Sungai Guntung adalah daerah tempat penelitian yang dipilih oleh penulis.
Di daerah ini telah lama bermukim orang-orang Melayu. Menurut Tengku Lah
Husni, orang Melayu adalah kelompok yang menyatukan diri dalam ikatan
perkawinan antara suku, dan selanjutnya memakai adat resam serta bahasa
Melayu dalam kehidupan sehari-hari (lah husni, 1957:7). Percampuran dan
20
adaptasi Melayu dalam pengertian sebagai kelompok etnik dan kelompok etnik
lain. Orang Melayu di daerah Sungai Guntung terdiri dari berbagai macam asal-
usul sehingga membentuk suatu kelompok atau masyarakat yang tinggal dan
menetap di daerah ini..
2.3 Adat Istiadat Melayu
Adat adalah peraturan yang sudah diamalkan turun-temurun dalam suatu
masyarakat sehingga menjadi hukum yang harus dipatuhi. Perkataan adat berasal
dari bahasa arab artinya kebiasaan. Kedatangan Islam kealam Melayu membawa
konsep ini dengan makna yang lebih luas dan mendalam sehingga mencakup
keseluruhan cara hidup yang kini ditetapkan sebagai kebudayaan, undang-undang,
sistem masyarakat, upacara, dan segala kebiasaan yang di lakukan, seperti cara
makan dan cara duduk.
Etnik Melayu di daerah ini juga mepunyai adat istiadat yang sangat di
patuhi oleh masyarakatnya. Sejak zaman animisme ada beberapa kebiasaan suku
Melayu di sini dalam upacara perkawinan, salah satunya adalah bermusik
kompang (bekompang).Dalam upacara perkawinan bermain musik kompang tidak
boleh di lupakan karena ada ungkapan dari tetua-tetua adat bahwa kalau buat keje
nikah kawen kalau blom bekompang maka blom sah atau afdal pernikahan yang
di langsungkan (apabila melangsungkan acara pernikahan jika pengantin laki-laki
tidak diiringi dengan musik kompang pada saat mengantar pengantin laki-laki
kekediaman pengantin perempuan maka belum sah atau afdal acara penikahan
tersebut).
21
Selain itu, ada juga kebiasaan masyarakat yang bahkan sudah menjadi
kebiasaan, yaitu etnis Melayu di daerah Sungai Guntung ini suka mengatakan
sesuatu dengan cara tersirat. Mereka cendrung mengatakan sesuatu dengan
perumpamaan dan seolah-olah menyuruh untuk berpikir.Bermusik kompang juga
merupakan adat istiadat etnis Melayu yang sangat penting.Musik kompang ini
juga di gunakan atau di pakai saat upacara sunatan, perkawinan, bersanji, kataman
Al-Quran dan mengantar atau menjemput petinggi-petinggi daerah. Bermusik
kompang ini di mainkan dan di nyanyikan dengan lirik yang penuh pengharapan
seseorang itu akan tetap bahagia dan selamat sampai keanak cucu.
22
Gambar 2.4 : Alat Musik Kompang
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
2.4 Sistem Religi
Masyarakat yang umumnya tinggal di sini adalah orang Melayu. Selain
itu, ada juga etnis Jawa, Batak, Bugis, Minamg, Tamil dan Cina yang dalam
kehidupan masyarakat mereka ini cukup menyatu dengan masyarakat yang satu
dan masyarakat yang lainya. Masindan (1987:10-11) mengatakan bahwa agama
yang dianut oleh penduduk Melayu adalah agama Islam yang mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan para sultan Melayu. Pepatah Melayu Riau
menyebutkan “tak kan hilang Melayu di bumi” yang artinya adat istiadat Melayu
sampai hari terakhir atau hari kiamat pun masih akan tetap ada. Berdasar pepatah
23
tersebut masyarakat di daerah ini masih memegang teguh adat istiadat yang di
tinggalkan oleh leluhurnya sampai saat ini.
Sampai saat ini masyarakat di sini masih mempergunakan adat istiadat
secara turun-temurun seperti kenduri, aqikah dan lain sebagainya.Walaupun
masyarakat Melayu di sini beragama Islam, tanda-tanda animisme masih ada pada
sebagian besar di masyarakatnya. Ada kepercayaan bahwa jika kita melintasi
kuburan, hutan, lautan dan tempat-tempat yang di anggap sakral atau berbau
mistis kita harus memberi salam kepada mahluk halus penunggu atau penjaga
tempat tersebut. Contoh bacaan yang di gunakan masyarakat Melayu di daerah
Sungai Guntung ini saat melintasi kuburan “asalmualaika alaitu kubur” jika kita
tidak memberikan salam ketika melintas di tempat-tempat tersebut sebagian besar
masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung percaya kita akan sakit dan biasa
jadi meninggal dunia jika tidak mengucapkan bacaan atau do’a tersebut ketika
melintasi tempat-tempat yang berbau mistis atau sakral ini.
Bahasa sehari-hari yang di gunakan oleh masyarakat di daerah ini adalah
bahasa Melayu totok1 , bahasa Melayu totok ini hampir sama dengan bahasa
Melayu di negeri jiran Malaysia. Akibat kemajemukan bahasa Melayu totok inilah
yang membuat etnis di luar etnis Melayu di daerah Sungai Guntung ini pasih
berbahasa Melayu, baik itu etnis Cina, Jawa, Batak dan etnis lainya.
1Melayu totok adalah bahasa melayu yang sangat kental.
24
2.5 Sistem Kekerabatan
Dahulunya kebudayaan Melayu di daerah ini garis keturunan di tentukan
berdasarkan pada garis keturunan bilateral, yaitu garis keturunan dari pihak ayah
maupun ibu. Namun, dengan masuknya agama Islam dalam kehidupan
masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung inilah yang dijadikan panduan
hidup mereka.Maka garis keturunan cenderung ke arah garis keturunan patrilineal,
yang berdasarkan garis keturunan ayah.
Sapaan dan istilah kekerabatan pada Masyarakat Melayu di daerah Sungai
Guntung adalah sebagai berikut :
1. Bapak.
2. Emak.
3. Abang.
4. Kak(Kakak).
5. Pak Mok (saudara laki-laki ayah yang paling tua umurnya).
6. Mak Long (saudara perempuan ayah yang paling tua umurnya).
7. Pak Adek (saudara laki-laki ibu yang paling muda umurnya).
8. Mak Ucu (saudara perempuan ayah yang paling muda umurnya).
9. Mak Oteh (saudara perempuan ibu yang paling muda umurnya).
10. Pak We (saudara laki-laki ayah atau ibu yang pertama).
11. Mak We (saudara perempuan ayah atau ibu yang pertama).
12. Pak Ngah (saudara laki-laki ayah atau ibu yang di tengah).
13. Mak Ngah (saudara laki-laki ayah atau ibu yang di tengah).
14. Pak Cik (saudara laki-laki ayah yang paling terakhir)
25
2.6 Kesenian
Suku Melayu di daerah Sungai Guntung memiliki genre, yang difungsikan
didalam kehidupan sehari-hari diantaranya ialah sebagai berikut: pantun,
gurindam, syair, tari persembahan, tari inai, beredah, silat, barzanji marhaban,
dan kompang.
Pantun adalah salah satu genre sastra tradisional masyarakat Melayu di
sini yang umum digunakan dalam berbagai kegiatan kebudayaan Melayu.Pantun
dapat terdiri dari dua baris, empat baris, dan enam baris. Pantun yang paling
umum digunakan adalah pantun empat baris dengan sajak (a-b-a-b) dan (a-a-a-a)
pantun dapat disajikan dengan gaya bahasa sehari-hari dan bisa juga dinyanyikan
dengan melodi Melayu.
Contoh pantun dengan sajak (a-b-a-b)
“Kalau tuan membeli kerang
Tolong di masukan kedalam peti
Bukan laen yang di harap pemusik kompang
Jaoh kan susah agar senang di dalam hati”
Contoh pantun dengan sajak (a-a-a-a)
“anak cina menanam padi
Menanam padi di pagi hari
Anak siapa berpanton tadi
Tolong ulangkan skali lagi”
Gurindam adalah suatu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua
baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang
26
utuh. Barisan pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris
kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris
pertama tadi.
Contoh gurindam:
“Sebelum kerja piker dahulu
Agar pekerjan selamat selalu“
Syair adalah adalah seni sastra yang dipertunjukan, isi syair berupa kisah-
kisah atau riwayat yang disajikan menurut aturan-aturan puisi tradisional Melayu
yang disebut syair.
Tari persembahan ialah tari yang digunakan untuk satu penghormatan kepada
tamu yang datang.Tari ini biasanya di persembahkan untuk para petinggi-petinggi
daerah atau orang-orang yang di hormati dalam acara tersebut.
Tari inai ialah tarian yang digunakan pada saat upacara malam perkawinan
adat Melayu di daerah Sungai Guntung ini, dan tarian inai ini di percaya oleh
masyarakat dapat menjauhkan pengantin dari segala hal buruk pada saat upacara
perkawinan berlangsung.
Silat ialah gerakan bela diri yang memerlukan konsentrasi tinggi, silat
biasanya dipertunjukan dalam upacara perkawinan adat Melayu saat mempelai
laki-laki berada didepan kediaman atau rumah mempelai perempuan, hal ini di
lakukan dengan tujuan menunjukan ketangguhan bela diri dari pihak mempelai
laki-laki.
27
Berzanji marhabani ialah seni berunsur Islami yang umum di gunakan dalam
upacara-upacar yang berkaitan dengan agama Islam, misalnya seperti perkawinan,
menjemput orang yang pulang dari ibadah haji, dan mengantar calon menantu.
Kesenian ini berasal dari kitab Al-barzanji yang di dalamnya menceritakan
tentang kehidupan Nabi Muhammad s.a.w.
Kompang ialahalat musik yang berbentuk frame drum terbuat dari kulit
kambing betina, batang kelapa, kayu nangka dan paku. Berukuran 30cm, 32,5cm,
35cm, 37,5cm dan 40cm. Klasifikasi kompang adalah membranofon.Kompang
dimainkan dalam berbagai fungsi di dalam masyarakat Melayu di sini. Kompang
dimainkan untuk Mengiringi aktivitas vokal seperti nyanyian solo atau nasyid,
Mengantar pengantin, Barzanji, Khatam Al-Qur’an dan Acara-acara resmi
penyambutan para petinggi-petinggi daerah.
28
BAB III FUNGSIKOMPANG PADA UPACARA PERKAWINAN
MASYARAKAT MELAYU SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN
3.1 Gambaran Umum Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu
Pada masyarakat Melayu didaerah Sungai Guntung perkawinan
merupakan pembentukan keluarga baru untuk menghasilkan generasi baru. Dalam
pelaksanaannya harus sesuai dengan adat yang berlaku dan disahkan oleh agama
serta memenuhi persyaratan hukum negara atau pemerintahan.Biasanya
pernikahan akan dilakukan jika masing-masing calon pengantin sudah dewasa.
Menurut ajaran agama islam pengertian dewasa bagi kaum perempuan ialah telah
mendapat haid (menstruasi) sekitar umur 12tahun, sedangkan untuk kaum laki-
laki apabila suaranya telah menjadi paruh (berubah suara untuk sementara waktu
dari suara kanak-kanak menjadi suara yang agak membesar) artinya seorang
anak laki-laki dan perempuan dapat dinikahi apabila telah dewasa menuruthukum
Islam(akil baligh).
www.onlinemelayu.com
Menurut Datuk Anjang Sumur (informan) perkawinan etnik Melayu di
daerah ini di awali dengan pertunangan (ikatan janji antara calon pengantin laki-
laki dan perempuan).Waktu perkawinanyaakan ditentukan oleh kedua belah pihak
yakni antara pihak mempelai laki-laki dan pihak mempelai perempuan. Dalam
masa pertunangan ini secara simbolis seorang laki-laki dan perempuan
berkenalan, masa perkenalan dan pertunangan ini akan segera diakhiri dengan
perkawinan.
29
3.2 Pembagian Upacara Perkawinan Pada Masyarkat Melayu
Pada bagian ini, penulis akan membahas tentang pembagian upacara
perkawinan adat Melayu yang merupakan salah satu bagian penting upacara
pernikahan menurut adat budaya Melayu. Rangkaian upacara adat istiadat
perkawinan masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung yang biasanya di
lakukanoleh sepasang mempelai pengantin sebelum, selama, dan sesudah menikah
antara lain sebagai berikut:
1. Merisik
2. Jamu Sukut
3. Akat Nikah
4. Malam Berinai: Berinai, Tari Inai, dan Cecah Inani
5. Mandi Tepung Tawar
6. Bersanding
7. Meminjam Pengantin
3.2.1 Merisik
Merisik ialah upaya yang di lakukan dari pihak calon mempelai laki-
laki untuk mengetahui apakah pihak mempelai perempuan yang akan di
jadikan calon istri sudah ada yang meminang. Biasanya dari mempelai laki-
laki mengutus ibu-ibu untuk mengetahui informasinya tentang sang calon istri
atau pihak dari mempelai perempuan.
30
3.2.2 Jamu Sukut
Jamu sukut ialah calon mempelai laki-laki mengadakan jamuan
makan yang di sediakan oleh keluarga besar calon mempelai laki-laki untuk
kaum kerabat, saudara dan tetangga. Tujuan dari acara jamuan makan
tersebut ialah untuk memberitahukan kepada kerabat, saudara dan tetangga
bahwasanya calon mempelai laki-laki akan meminang calon mempelai
perempuan.Jamuan makan ini diadakan dengan tujuan mengharapkan bantuan
moral dan material dari keluarga, serta kaum kerabat terdekat.Bantuan ini
diharapkan dapat meringankan beban persoalan yang dihadapi pihak orang
tua calon mempelai.Setelah itu tuan rumah hanya memperhatikan proses
kerja, menyediakan bahan dan hal-hal yang diperlukan. Sedangkan
pelaksanaan dan tanggung jawab atas lancarnya pekerjaan diserahkan kepada
anak dan keluarga lainya.Setelah selesai jamu sukut, maka pihak laki-laki
juga pihak perempuan memberi kabar pada semua keluarga. Sewaktu
mengundang di wajibkan membawa tepak sirih yang di bungkus dengan kain
songket.
3.2.3 Akat Nikah
Akat nikah ialah calon mempelai laki-laki di antar oleh keluarga dan
kerabat kerumah calon mempelai perempuan untuk mengucapkan akat
nikah.Biasanya akat nikah dilakukan pada pagi hari.Hantaran yang dibawa
pada akat nikah adalah sebagai berikut:
31
1. Uang Mahar
Mahar yang wajib biasanya hanya berupa sepasang cincin emas,
seperangkat alat sholat, Al-quran dan uang tunai.Calon mempelai wanita
meminta mahar kepada calon mempelai laki-laki tanpa ada dorongan dari
pihak manapun baik itu dari kerabat dan keluarga mempelai wanita. Mahar
ini juga bisa di bayar kredit atau hutang dan dibayar oleh mempelai laki-
laki setelah menikah atau setelah mereka berumah tangga. Jika mempelai
laki-laki tidak membayar mahar yang dijanjikan maka akan menanggung
dosa, karena tidak menepati janji yang telah di ucapkan oleh mempelai
laki-laik tersebut.
2. Uang lawe
Uang lawe (uang tambahan) calon mempelai perempuan berdiri di depan
rumahnya dengan dihalangi kain panjang dari pihak keluarga mempelai
perempuan, mempelai laki-laki datang dan berhenti tepat di depan
halangan kain panjang yang telah di pasang oleh pihak mempelai
perempuan dan kemudian perwakilan dari pihak mempelai laki-laki dan
pihak mempelai perempuan akan beradu pantun, dalam adu pantun ini dari
pihak mempelai perempuan akan selalu mematahkan atau mengalahkan
pantun dari pihah laki-laki karena adu pantun ini berlangsung cukup lama
pihak laki-laki pun menyerahkan uang lawe(uang tambahan)untuk masuk
kedalam gerbang yang telah dibuat olehpihak mempelai perempuan
kepada pihak mempelai laki-laki untuk memuluskan perjalanan mempelai
32
laki-laki menuju kepelaminan dan bersanding dengan mempelai
perempuan.
Gambar 3.1 : Proses Pemasangan gerbang Penyerahan uang lawe(Uang Tambahan)
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Gambar 3.2 : Pemasangan gerbang Penyerahan uang lawe(Uang Tambahan)
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
33
Gambar 3.3 : Perjalanan menuju kediaman penganti perempuan serta diiringi dengan musik
kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Gambar 3.4 : Balas pantun di gerbang penyerahan uang lawe(Uang Tambahan)
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Contoh pantun yang di gunakan pada saat pengantin laki-laki berada di depan
gerbang penyerahan uang lawe (Uang Tambahan):
Pantun dari pihak mempelai laki-laki:
34
Anak bujang pergi tak balek
Jumpe di jalan asek menyolak
Niat hati datang dengan baek
Sampai di sini di hadang pulak
Pantun balasan daripihak mempelai perempuan:
Ini hadang bukan sembarang hadang
Hadang di pasang pakai kaen
Yang di tunggu datang bukan pecundang
Lebih baek mike balek kmi tunggu yang laen.
Kemudian balasan Pantun daripihak mempelai laki-laki:
Ade pedang mengasah lubang
Lubangdi asah sedalam lengan
Yang datang ini bukan pecundang
Melainkan pangeran dari negri kayangan
Kemudian balasan Pantun dari pihak mempelai perempuan:
Beli sepatu di rumah puan
Puan pon balek sepatu di tangan
Memang banyak yang mengaku pangeran
Tengok tampang tak meyakinkan.
Setelah terjadi balas-berbalas pantun sekian lama dengan terus
dimenangkan olehpihak mempelai perempuan, timbul inisiaitif dari belah
pihak mempelai laki-laki untuk menyerahkan uang lawe(uang tambahan)
35
setelah di berikan uang lawe(uang tambahan) kepadapihak mempelai
perempuan maka pihak perempuan akan berpura-pura mengalah dan
mempersilahkan mempelai laki-laki masuk melewati gerbang yang telah di
buat oleh pihak mempelai perempuan, dan mempelai laki-laki di sambut
oleh mempelai perempuan yang sudah menanti di dalam gerbang. Untuk
jumlah uang lawe (uang tambahan) biasanya di lihat dari uang hantaran,
yaitu sebesar 2% dari uang hantaran.
Gambar 3.5 :
Penyerahan uang lawe(Uang Tambahan) (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
36
Gambar 3.6 : Penganti perempuan menuggu di belakang gerbang Penyerahan uang lawe(Uang
Tambahan) (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
1. Paha(Tabak telur)
Mangkuk yang diisi pulut yang dimasak dan di beri warna kuning
kunyit dan dihiasai dengan bunga telur(bunga telur adalah bunga yang di
buat dari kertasa pelastik. Batang bunga di buat dari bambo lalu kemudian
batang bunga digantungkan atau ditusuk telur ayam yang sudah di rebus
sampai matang). Untuk jumlah bunga telur yang di gunakan biasanya
tergantung dari pihak calon mempelai laki-laki minimal tujuh batang
bunga telur.
2. Tepak sirih
Tepak sirih biasanya berisi, pinang tiga bijik, sirih, rokok, gambir dan
kapur.
37
3.2.4 Malam Berinai, Berinai, Tari Inai Dan Cecah Inai
Upacara malam berinai diadakan sehari sebelum menikah di rumah
calon masing-masingpengantin dan dihadiri oleh seluruh kerabat, saudara,
tetangga serta teman-teman terdekat dari kedua belah pihak calon pengantin,
ada tiga upacara di malam berinai antar lain:
1. Berinai
Berinai ialah pemakaian inai yang sudah di haluskan dan di lengketkan
kemudian di balut kejari kuku kedua belah mempelai penganti kira-kira
satu inci jari kuku. Kemudian inai ini juga di tempelkan ke telapak tangan
kira-kira sebesar bola pimpong.Upacara berinai diadakan sehari sebelum
menikah di rumah masing-masing calon pengantin dan dihadiri oleh
seluruh keluarga dan teman-teman terdekat dari kedua calon
pengantin.Malam berinai dilakukan satu malam saja hal ini dilakukan
karena alasan untuk mempersingkat waktu dan perekonomian. Malam
berinai yang dilakukan oleh pihak mempelai laki-laki hanya tepung tawar
oleh keluarga dan teman-temanya saja, sedangkan malam berinai yang
dilakukan oleh pihak mempelai perempuan ialah serangkaian acara sakral,
malam berinai di awali dengan bersalaman kepada kedua orang tua
sebelum calon pengantin wanita duduk di atas pelaminan, kemudian
dilanjutkan acara hiburan dan tari inai sebagai pelengkap kesakralan
malam berinai tersebut.
2. Tari inai
38
Pada acara malam berinai, penari inai menggunakan baju kurung muslim
dan kepala di tutup dengan menggunakan peci muslim berwarna hitam di
tambah hiasan kain songket pada bagian pinggang yang di bentuk segitiga
atau sejajar dan di ikatkan ke pinggang, berkancing limah buah kancing
baju pada bagian leher yang melambangkan rukun Islam yang berjumlah
lima rukun Islam yakni:
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima bahwa Allah itu
tunggal dan Nabi Muhammad s.a.w itu rasul Allah.
2. Menunaikan shalat lima waktu sehari.
3. Mengeluarkan zakat.
4. Berpuasa pada bulan Ramadan.
5. Menunaikan haji bagi mereka yang mampu.
Inai adalah tumbuhan yang hidup di dataran tinggi yang memiliki
daun yang lebat berukuran relatif kecil dan berwarna hijau. Daun inai yang
telah tua ditandai dengan adanya bintik-bintik hitam yang terdapat didaun
tersebut, daun yang tua itulah yang digiling halus kemudian diisi kedalam
piring kecil, dibuat seperti bukit kecil di atas piring tersebut dan diletakan
lilin yang menyala di atas tumpukan inai yang telah halus.
Beras kunyit di taburkan kearah kedua mempelai yang sedang
bersanding oleh sipenari inai, dan sipenari inai langsung menarikan tarian
untuk mendoakan keselamatan keduamempelai sampai keanak cucu
sambil menarikan tarian inai dengan inai yang telah disiapkan tadi.Dalam
penyajian tarian inai masyarakat di daerah ini pada konteks upacara
39
perkawinan biasanyanya di tarikan oleh penari laki-laki berjumlah genap 2
penari, 4 penari ataupun 6 penari yang memiliki alasan, jika salah satu lilin
penari mati atau padam maka penari yang lainya akan memberikan api
agar lilin tersebut dapat menyala lagi. Di awali dari posisi depan, sebelum
memulai tarian di awali dengan penghormatan kepada pengantin dan para
tamu undangan, yang kemudian di lakukan dengan gerakan silat yang
bersipat refleks dan saling berlawanan (saling mengisi gerakan dan
ruangan yang kosong antara penari yang satu dengan penari yang lainya).
Pada kebudayaan etnis Melayu di sini tari inai yang di tampilkan
pada upacara perkawinan di waktu malam berinai merupakan kegiatan
yang penting dalam suatu perkawinan dan pada upacara tersebut tari inai
di tampilkan.Dari gerakan-gerakan tarian inai ini memiliki makna-makna
religius dan kombinasi dari gerakan-gerakan silat.
3. Cecah Inai
Daun pinang di bentuk seperti sapu lidi di celupkan kedalam air
mawar, air mawar ialah air putih yang diisi minyak wangi dan daun
pandan wangi yang sudah diiris halus kemudian semua bahan tersebut
diisi kedalam satu mangkuk.
3.2.5 Mandi Tepung Tawar
Mandi tepung tawar ialah calon pengantin di mandikan oleh
petinggi adat dengan harapan kedua belah pihak mempelai di jauhkan
40
dari hal-hal yang buruk, acara mandi ini juga biasa di sebut mandi tolak
bale oleh masyarkat Melayu di Sungai Guntung Kecamatan Kateman.
3.2.6 Bersanding
Bersanding ialah kedua mempelai di sandingkan di pelaminan, dan
pelaksanaan upacara bersanding diadakan di rumah pengantin
perempun.Pasangan pengantin telah dirias kemudian duduk di atas
pelaminan.
Gambar 3.7 : Bersanding
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
3.2.7 Meminjam Pengantin Pada hari yang sudah di tentukan maka orang tua dari pihak
mempelai laki-laki mengutus anak laki-laki atau anakperempuan dari
pihak mempelai laki-laki meminjam pengantin ke rumah ibu
bapakmempelai pengantin perempuan.Perwakilan dari belah pihak
41
mempelai pengantin laki-laki ini akan membawakan orang tua dari
mempelai perempuan ini kue-kue, tilam, bantal dan satu mangkuk nasi
kuning. Secara simbolis tuan rumah atau orang tua dari mempelai
perempuan akan menyerahkan asam, garam, beras, lesong dan alat-alat
memasak lainya dengan tujuan agar anak perempuannya mau ikut
membantu kedapur ketika berada di rumah mepelai laki-laki. Setelah tiga
malam atau seperti yang dijanjikan bersamapengantin di antar kerumah
mempelai perempuan dan setelah itu, selesailah seluruhupacara
perkawinan adat Melayu di Sungai Guntung Kecamatan Kateman ini.
3.2.8Deskripsi MusikKompang
Untuk melihat fungsi kompangdalam konteks upacara perkawinan
ini, akan lebih mudah mengetahui terlebih dahulubagaimana proses dan
tahap-tahap upacara adat perkawinan tersebut namun sebelum melihat
bagaimana pertunjukannya kompangpada pesta perkawinan tersebut di
daerah ini, penulis akan menjelaskan kebiasaan pemusik kompangsebelum
mulai memainkan alat musik kompang di depan rumah pengantin laki-laki.
42
Gambar 3.8 : Persiapan para pemusik kompang
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Sebelum memulai pengiringan pengantin laki-laki menuju kekediaman
pengantin perempuan dengan musik kompang, para pemusik kompang akan
mempersiapkan alat musik kompang mereka masing-masing. Sebelum dimainkan
terlebih dahulu dipasangsidak, sidak adalah rotan atau kabel listrik kecil yang di
pasang di bagian dalam alat musik kompang yang berfungsi sebagai alat
bantuuntuk mengencangkan kulit alat musik kompang tersebut. Tujuan di
pasangnya sidak ini ialah agar terdengar nyaring saat di pukul, ada juga dengan
cara menjemur alat musik kompang tersebut.
43
Gambar 3.9 : Persiapan para pemusik kompang
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
3.2.9 Pemusik Kompang Pemusik merupakan bagian terpenting dalam pertunjukan musik
kompang ini, karena para pemusik kompang inilah yang akan memainkanalat
musik kompang tersebut.Pemusik kompang menjadi symbol atau tanda bagi
masyarakat di sini karena apabila masyarakat di daerah Sungai
Guntungmendengar musik kompang ini di mainkan di jalanan berarti ada
upacara perkawinan yang sedang berlangsung.
Dahulunya musik kompang hanya di pakai oleh etnis Melayu saja,
namun seiring perkembangan zaman kini musik kompang di daerah Sungai
Guntung ini juga di pakai oleh etnis diluar etnis Melayu dalam upacara
perkawinan.H.Mastar Abbas, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR)
menyatakan bahwa etins Bugis bone yang ada di sini yang menggunakan
musik kompang ini dalam upacara perkawinan adat etnis mereka hanya
44
sebagi penghormatan atau penghargaan mereka terhadap etnis Melayu
sebagai orang pribumi maka fungsi kompang yang mereka mainkan pun
hanya sebagi hiburan.
Dalam penyajian musik kompang biasanya pemusik kompang ini
berjumlah minimal 8 orang pemusik dan maksimal 30 orang pemusik
kompang.sebelummulai mengiringi pengantin laki-laki menuju ke kediaman
mempelai pengantin perempuan para keluarga daripihak mempelai laki-laki
akan di bantu oleh para pemusik kompang untuk mengatur barisan sebelum
memulai perjalanan menuju kekediaman mempelai perempuan.
Gambar 3.10 : Mengatur barisan pemusik kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Dalam proses mengantar pengantin laki-laki menuju kekediaman
pengantin perempuan barisan atau susunan pengantin yang benar pada saat
diiringi oleh para pemusik kompang ada tiga pembagian barisan yakni barisan
45
depan, barisan tengah, dan barisan belakang.Barisan depan di isi oleh
pengantin laki-laki, pemegang payung dan pemegang bunga yang berada
tepat di belakang pengantin laki-laki dan pemegang payung.Barisan tengah di
isi oleh pemusik kompang.Dan barisan belakang atau barisan akhir di isi oleh
para sanak saudara dari pihak pengantin laki-laki atau siap saja yang ikut
mengantar pengantin laki laki menuju kekediaman pengantin
perempuan.Pemilihan pemusik kompang ini yang penulis dapatkan di
lapangan merupakan anggota dari sanggar Dangkong di Sungai Guntung
Kecamatan Kateman. Para pemusik kompang ini selalu berlatih setiap malam
jum’at mereka adalah pemusik kompang pertama kali dan satu-
satunya dari lima kecamatan yang ada di Daerah Indra girihilir Utara,
Kecamatan Belengkong, Kecamatan Mandah, Kecamatan Pelangiran,
Kecamatan Pulau Burung Dan Kecamatan Kateman.
Para pemusik kompang dari sanggar Dangkong ini juga sering
dijemput untuk mengantar pengantin di kecamatan-kecamatan yang ada di
Indra Girihilir Utara ini.
3.2.10 Teknik PermainKompang
Untuk menghasilkan suara dari alat musik ini maka dimainkan dengan
cara duduk, berdiri, atau berjalan. Kompang dapat dimainkan dengan cara
memukul atau mengetuk kulit dengan tangan atau jari. Tangan kiri digunakan
untuk memegang kompang dan tangan kanan digunakan untuk memukul
kompang.Cara menghasilkan bunyi 'bung', pemain perlu merapatkan jari dan
46
memukul pada sisi pinggir kompang.Adapun cara untuk mendapatkan bunyi
'pak', jari pemain perlulah rapat sewaku memukul kompang dan pukulan
haruslah mengenai pada bagian tengah kompang.
Gambar 3.11 Posisi menghasilkan bunyi “pak”
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Dari pengamatan penulis cara menghasilkan bunyi “pak” pada alat
musik kompang ialah jari pemain musik kompang harus di rapatkan sewaktu
memukul kompang dan pukulan haruslah mengenai pada bagian tengah kulit
kompang.
47
Gambar 3.12 Tehnik menghasilkan bunyi “pak” dengan gaya permainan kompang
sambil berjalan mengiringi pengantin laki-laki. (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Ada tigacara posisi permainan kompang yang digunakan oleh
masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntungini, yang pertama posisi
permainan kompang dengan cara duduk, yang kedua posisi permainan
kompang dengan cara berdiri dan yang ketiga posisi permainan kompang
yang di mainkandengan cara sambil berjalan. Berbeda dengan posisiatau cara
menghasilkan bunyi “pak” pada alat musik kompang yang dimainakan
dengan posisi duduk. Cara yang digunakan untuk menghasilkan bunyi “pak”
pada kompang yang dimainkan dengan posisi berdiri ini ialah jari pemain
musik kompang harus direnggangkan sewaktu memukul kompang dan
48
pukulan haruslah mengenai pada bagian tengah kulit kompang dan perhatikan
contoh gambar di atas.
Gambar 3. 13 Posisi menghasilkan bunyi “bung” dengan gaya permainan kompang
sambil berjalan mengiringi pengantin laki-laki. (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Untuk menghasilkan bunyi “bung” tangan kiri digunakan untuk
memegangkompang dantangan kanan digunakan untuk memukul kompang.
Cara menghasilkan bunyi “bung” ini, pemain harus merapatkan jari dan
memukul pada bagian sisi pinggir kompang .
49
Gambar 3.14 Posisi memegang kompang tampak dari depan.
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Tangan kiri menggenggam balo atau kerangka kompang bagian bawah
dengan empat jari menghadap kedepan dan ibu jari menghadap kearah
belakang balo atau keranga kompang (lihat ilustrasi gambar 3.14).Posisi
seperti ini adalah posisi yang digunakan oleh pemain kompang pada
umumnya.
Gambar 3. 15 Posisi memegang kompang tampak dari belakang.
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
50
Tangan kiri menggenggam balo atau kerangka kompang bagian bawah
dengan ibu jari menghadap kearah belakang balo atau kerangka
kompang.Posisi seperti ini adalah posisi yang digunakan oleh pemain
kompang pada umumnya.
Gambar 3. 16 Posisi memegang kompang tampak dari depan untuk posisi permainan
kompang secara berdiri (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Tangan kanan menggenggam balo atau kerangka kompang bagian
atas dengan ibu jari menghadap kearah depan balo atau kerangka kompang.
Posisi seperti ini adalah posisi yang digunakan oleh pemain kompang kiri
atau kidal.
51
Gambar 3. 17 Posisi memegang kompang tampak dari belakang untuk posisi permainan
kompang secara berdiri (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Tangan kanan menggenggam balo atau kerangka kompang bagian
atas dengan ibu jari menghadap kearah depan balo atau kerangka kompang
dan empat jari menghadap ke arah belakang kompang. Posisi seperti ini
adalah posisi yang digunakan oleh pemain kompang kiri atau kidal.
3.2.11 Proses Pembuatan Alat Musik Kompang
Bahan-bahan yang di perlukan antara lain :kayu nangka, kulit
kambing betina, geregaji, pahat, pisau, kapak,kertas pasir atau amplas,tikar
atau pita merah dan paku. Adapun cara-cara pembuatan kompangtersebut
sebagai berikut:
52
1. kayu besar yang dipotong menggunakan geregaji atau mesin potong
kemudian kayu dibuat menjadi bentuk segi empat.
2. Membuat pola atau ukuran pada kayu yang telah menjadi segi empat
tersebut dan kemudian potong kayu mengikuti pola atau ukuran yang
sudah dibuat, potong kayu menjadi bentuk bulat frem drum menggunakan
kapak atau mesin bubut kayu.
3. Setelah menjadi bulat frem drum, kemudian di haluskan menggunakan
kertas pasir atau amplas dan kemudian di lanjutkan dengan memasang
besi anggit.
4. Proses memasang kulit kambing pada balo atau kerangka kompang. Kulit
kambing terlebih dahulu direndam dan diletakkan di atas besi pengencang
kulit kambing tersebut. Lalu kemudian kulit kambing tersebut dipasang di
atas balo atau kerangka kompang menggunakan tikar pita yang dipasang
mengelilingi bagian lingkaran balo atau kerangka kompang dan diperkuat
dengan paku .
5. Setelah proses di atas siap, langkah selanjutnya adalah jemur sehingga
betul-betul kering.
6. Kompang yang di inginkan punselesai.
3.2.12Busanan Pemusik Kompang
Pada saat mengantar pengantin laki-laki kekediaman pengantin
perempuan para pemusik kompang ini menggunakan busanan baju kurung
muslim dengan warna kuning muda, celana panjang warna kuning muda.
Pemusik laki-laki menggunakn peci haji dan peci hitam di bagian kepala.
Dan para pemusik perempuan menggunakan jilbab atau kerudung berwarna
hitam dan ada juga kerudung yang berwarna hitam dan bergaris oren. Busana
para pemusik kompang ini Masmur (pimpinan kompang sanggar dangkong)
mengatakan bahwa pakaian tersebut mereka kenakan karna agar terlihat
seragam saat mengiringi pengantin laki-laki. Untuk busana sendiri mereka
53
memilik sekitar 3 lusin pakaiaan untuk anggota sanggar mereka yang mereka
gunakan saat bermusik kompang.
.
Gambar 3.16 Pemusik Kompang
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Gambar 3.17 Penganti laki-laki diiringi olehPemusik Kompang
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
54
Gambar 3.18 Suasana Perjalanan Pemusik Kompang
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
Gambar 3.19 Perjalanan Pemusik Kompang dengan rombongan pengantin laki-laki
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
55
Gambar 3.20 Persiapan sebelum penyerahanuang lawe(Uang Tambahan)
(Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)
3.3 Fungsi Kompang
Fungsi merupakan tujuan dari suatu pertunjukan kesenian.Setiap suatu
upacara adat yang dibuat pasti memiliki suatu tujuan dari pihak keluarga atau segi
pandangan dari masyarkat itu sendiri.Jadi musik kompang memiliki tujuan dan
pandangan yang berbeda-beda dari masyarakat.Selainuntuk meneruskan kebiasaan
etnik Melayu yang telah ada pada zaman dahulu, musik kompang ini juga
memiliki fungsi religi dan pengitergrasian masyarakat.Fungsi religi menurut
masyarakatnya jika musik kompang ini dimainkan pada saat mengantar mempelai
laki-laki kekediaman mempelai perempuan diharapkan agar kedua belah pihak
calon pengantin dapat menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah kelak,
Lewat do’a yang di nyanyikan oleh pemusik kompang selama perjalanan menuju
kekediaman mempelai perempuan. Sedangkan fungsi pengintergrasian masyarakat
56
menurut penulis pada penelitian di lapangan ini, ketika musik kompang di
mainkan pada saat mengantar mempelai laki-laki kekediaman perempuan
berlangsung, sebelumnya pihak keluarga mempelai laki-laki juga mengundang
sanak saudara dari pihak mempelai laki-laki yang berada di daerah Sungai
Guntung dan sekitarnya ini untuk ikut serta dalam rombongan musik kompang
dan menjalin silaturahmi dengan keluarga mempelai perempuan tersebut.
57
BAB IV ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL
4.1 Teknik Transkripsi
Untuk menganalisa bagaimana bentuk dari musik, tentu yang harus
dilakukan adalah melakukan transkripsi. Transkripsi dilakukan untuk mengubah
bunyi yang didengar menjadi simbol-simbol yang dapat dibaca. Sebagai tahap
awal dalam transkripsi ini adalah perekaman langsung pertunjukan musik
kompangpada pesta perkawinan masyarakat Melayu di Sungai Guntung dengan
menggunakan kamera digital sebagai media rekam. Adapun spesifikasi kamera
digital yang digunakan adalah merk Canon.
Setelah hasil rekaman didapat oleh penulis, selanjutnya penulis
mendengarkan ritem dari musik kompangpada upacara pernikahan masyarakat
Melayu di daerah ini. Selanjutnya adalah menentukan mana saja yang akan
ditranskripsikan. Pendekatan yang penulis lakukan adalah dengan melihat pola
ritem, motif, tempo dan warna bunyi kompang yang menggantungi pola-pola
ritem tersebut.
Setelah menentukan ritem musik kompang yang akan ditranskripsikan,
tahap selanjutnya adalah mendengarkan musik kompang yang akan
ditranskripsikan. Kemudian penulis mencari pola-pola apa saja yang terkandung
di dalam musik kompang tersebut. penulis menuliskannya ke dalam garis para
nada yang menggunakan notasi Barat atau notasi balok. Penulis memakai notasi
Barat karena notasi tersebut paling umum digunakan dan dikenal dalam informasi
sebuah musik.
58
Dilihat dari segi fungsi musikal dari kompang dapat diambil kesimpulan
bahwa alat musik kompang ini sangat penting perannya untuk mengiringi
pengantin laki-laki kekediaman pengantin perempuan. Melihat dari ritem dan
kemampuan pemusik kompang yang sedang berlangsung saat ini, penulis dapat
membaginya ke dalam dua bagian besar, yaitu: pertama pola ritem kompang yang
asli dalam pengertian pola-pola ritem yang terdapat di dalam kompang di daerah
Sungai Guntung dan yang kedua pola-pola ritem yang diadaptasikan dari pola
ritem yang berasal dari jenis musik di luar musik di daerah Sungai Guntung ini.
4.2. Siklus Pola Ritem Kompang
Ilustrasi Musik 1
Siklus Pola Ritem Kompang
Pola ritem pukulan kompang yang terdiri dari kombinasi dua buah motif,
bertempo lambat lebih kurang enam pukulan permenit bermeter delapan serta
susunan durasi not yang akan didiskusi berikut ini. Nilai dursi not (ketukan) yang
terdapat di dalam pola ritem kompang adalah nilai not seperdelapan ( ),
dan nilai not seperenambelas ( ). Semua nilai not itu di gabungkan kedalam
kelompok-kelompok motif ritem.
A B
59
4.3. Meter Pola Ritem Kompang
Ilustrasi Musik 2.
Meter Pola Ritem Kompang
1 4
+ 1 8
+ 18
+ 14
+ 18
+ 1 8
+ 14
+ 18
+ 18
+ 14
+ 14
1 4
+ 1 8
+ 18
+ 14
+ 18
+ 1 8
+ 14
+ 18
+ 18
+ 14
+ 14
Siklus pola ritem di atas belum bisa mewakili pola ritem kompang tanpa
kesertaan warna bunyi kompang yang memberikan warna keseluruhan dari
kompang ini.Suara kompang yang terdiri dari dua suara (dung dan tak) harus
diletakkan tepat disetiap motif ritem yang terdapat dalam ritem kompang. Dalam
hal ini ritem A didominasi oleh suara tak-tak-tak-tak ; sedangkan motif B
didominasi oleh suara dung-dung-dung-dung ; dari uraian ini dapat dilihat bahwa
warna suara yang dipakai di dalam ritem kompang adalah tak dan dung.
4.4 Kombinasi Warna Bunyi Pola Ritem Kompang
Ilustrasi Musik 3.
Kombinasi Warna Bunyi Pola Ritem Kompang
A
B
A B
60
Ringkasan yang dapat ditarik dari analisis di atas adalah sebagai berikut:
1.Tempo M. M.( )=120
2. Durasi not : ( ଵ଼ ), dan ( ଵ
ଵ)
3. Motif ritem :
1 4
+ 1 8
+ 18
+ 14
+ 18
+ 1 8
+ 14
+ 18
+ 18
+ 14
+ 14
1 4
+ 1 8
+ 18
+ 14
+ 18
+ 1 8
+ 14
+ 18
+ 18
+ 14
+ 14
4. Meter : 8 ketuk dalam satu siklus.
5. Warna bunyi : dung dan tak
6. Aksen : didominasi oleh bunyi tak dan dung
4.5 Kombinasi Tangan Kiri Dan Tangan Kanan Pada Permainan
Kompang
Ilustrasi Musik 4.
Kombinasi Tangan Kiri Dan Tangan Kanan Pada Permainan Kompang
A B
A
B
A B
61
Ka ka ki ka ki ka ki ka ki ka ki ka ka ki ka ki ka ki
ka ki ka ki
Keterangan:
Ka: kanan (tangan kanan).
Ki: kiri (tangan kiri).
4.5 Rithem Kompang
oleh:Andi farhanAmsal
62
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masyarakat Melayu di Sungai Guntung ini melestarikan kebudayaan dan
mengaplikasikan di setiap upacara yang berhubungan dengan adat istiadat. Begitu
juga dengan salah satu upacara adat, yakni upacara tradisi musik kompang yang
ada di daerah ini. Dalam pesta adat perkawinan yang dilakukan masyarakat
Melayu di Sungai Guntung Kecamatan Kateman, musik kompangyang disajikan
pada saat pesta perkawinan menggunakan kompang sebagai alat musik pengiring
didalamnya.
Peran Kompang pada upacara ini tidak hanya sebagai alat musik pengiring
pengantin laki-laki kekediaman pengantin perempuan, tetapi juga sebagai hiburan
ketika didalam pesta perkawinan tersebut. Kompang di gunakan oleh masyarakat
Melayu di Sungai Guntung Kecamatan Kateman iniuntuk mengiringi mempelai
laki-laki kekediaman perempuan pada pesta perkawinan. Hal ini dikarenakan
penyewaan kompanglebih gampang dicari dan kompangjuga bisa digunakan untuk
menyambut petinggi-petinggi daerah yang akan hadir di dalam acara perkawinan
tersebut.Musik kompang yang digunakanpada saat mengiringi mempelai laka-laki
kekediaman perempuan diupacara perkawinan masyarakat Melayu di sini.
merupakan salah satu bagian penting dalam proses perkawinan tersebut.
Musik kompangyang dimainkan oleh pemusik kompang pada upacara
perkawinan masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung inijuga menjadi
symbol atau tanda bagi masyarakat di Sungai Guntungtersebut bahwaada
masyarakat mereka yang sedang melangsungkan perkawinan. Maka dengan
63
demikian masyarakat tersebut dengan sendirinya telah turut melestarikan
kebudayaan yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Suatu keindahan dapat
dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan dari perpaduan instrumen-
instrumen musik kompangyang tertuang melalui pemusik kompang yang dapat
dinikmati oleh pemusik itu sendiri maupun pendengarnya. Ketika musik kompang
di mainkan pada saat upacara perkawinanpara undangan dan kerabat yang datang
akan melakukan penyambutan untuk pengantin laki-laki secara beramai-ramai.
5.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalamtulisan “Analisis
Struktur Musik Kompang Dalam Upacara Mengantar PengantinDi Sungai
Guntung, Kecamatan Kateman, Riau”. Untuk itu, bagi para peneliti selanjutnya
diharapkan untuk semakin menyempurnakan bahasan tentang upacara ini.
Bagi para peneliti selanjutnya, peneliti juga berharap supaya mengkaji
upacara-upacara lainnya yang dilaksanakan oleh suku Melayu di Sungai Guntung
Kecamatan Kateman ini. Karena dalam bidang ilmu etnomusikologi masih sangat
sedikit yang membahas tentang kebudayaan dari masyarakat Melayu di Sungai
Guntung Kecamatan Kateman. Penulis mempunyai beberapa saran kepada
pembaca lainnya diluar dari etnis Melayu, yaitu menyarankan agar kompangini
tetap dipertahankan eksistensinya dan merasakan bahwa hal ini merupakan salah
satu kekayaan budaya yang dijadikan milik bersama, sehingga setiap etnis yang
ada di seluruh Indonesia tetap hidup dan terus berkembang.
64
Semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap
apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan
bidang etnomusikologi secara khusus.
65
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamid, Rogayah dan Maryam Salim, 2006. Kesultanan Melayu. Johor: Malaysia.
Aini, Syarifah, 2013 “Tari Inai Dalam Konteks Upacara Adat Perkawinan Melayu
Di Batang Kuis: Deskripsi Gerak, Musik Iringan, Dan Fungsi”. Skripsi, Fakultas Ilmu Budaya Universitar Sumatera Utara, Medan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Fadlin, 1988 “Studi Deskriptif Dan Dasar-Dasar Pola Ritem Gendang Melayu
Sumatera Timur”. Skripsi, Fakultas Sumatera Utara, Medan. Husni, Tengku Lah, 1986. Butir-butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera
Timur.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. -------------------------------,1985. “Keserasian Sosial dalam Kearifan Tradisional
Masyarakat Melayu.” Makalah Seminar Keserasian Sosial dalam Masyarakat Perkotaan, di Medan
------------------------------1975. “Lintas Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk
Pesisir Sumatera Timur 1612-1950. Medan: B.P. Lah Husni. Koentjaranigrat, 1990.Pengantar ilmu Antropologi, Jakarta : PT.Rineka Cipta. Merriam, Alan P, 1964.The Anthropologi of Music. Chicago: Northwestern
UniversityPress. Moleong, J(ed), 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodakarya Nettl, Bruno. 1964. Theory and method in ethnomusicology. New York : The Pree Prees. Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia,
WilliamP. Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk, Timur Tengah, dan Asia,dialihbahasakanoleh Muhammad Takari, Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
Perwadarminta (ed.), 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. Perwadarminta (ed.), 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. Zai, Daniel, 2014 “Analisis Struktur Musik Dan Fungsi Keyboard Sebagai Musik
Pengiring Tari Maena Pada Upacara Pesta Pernikahan Masyarakat Nias di Kota Medan”. Skripsi, Fakultas Ilmu Budaya Universitar Sumatera Utara, Medan.
66
Internet: www.onlinemelayu.com http://ms.wikipedia.org/wiki/Melayu http://ms.wikipedia.org/wiki/Kompang
67
DAFTAR INFORMAN
Nama: H. Mastar abbas Usia : 69 Tahun Pekerjan : Seniman tradisional Melayu di Sungai Guntung Kecamatan Kateman,
Ketua LAMR (lembaga adat melayu riau,Ketua sanggar Dangkong di Sungai Guntung Kecamatan Kateman..
Alamat : Jl. Kapten Muhtar no. 52 Sungai Guntung Kecamatan Katemman.
Nama : Mahmur Usia: 42 Tahun Pekerjaan : Seniman tradisional Melayu, ketua pemusik kompang di Sungai
Guntung Kecamatan Katemanman. Alamat : Jl. PAM air parit no 8 kolam Sungai Guntung Kecamatan Kateman. Nama : Andi Afriza Usia: 35 Tahun Pekerjaan: Guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Kateman Sungai Guntung
yang berstatus pegaiwai negeri sipil (PNS),juga sebagai pengelola sanggar Dangkong.
Alamat : Jl Imam Subuh no.03 Sungai Guntung Kecamatan Kateman.
Nama : Jailani Umur : 52 tahun Pekerjaan : Budayawan Alamat : Jl. Emboya No. 7 Sungai Guntung Kecamatan Kateman
Nama : Abdul Buyung Alina Umur : 52 tahun Pekerjaan : wirasuasta(orang Melayu pribumi) Alamat : Jl. Telaga Raja No. 9Sungai Guntung Kecamatan Kateman
Nama : Maisuri Umur : 48 tahun Pekerjaan : IRT (orang Melayu pribumi) Alamat : Jl. Telaga Raja No. 9Sungai Guntung Kecamatan Kateman
top related