analisis strategi pengembangan usaha pada e cofarm kampus ipb darmaga bogor
Post on 05-Aug-2015
528 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA
E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR
SKRIPSI
MUHAMMAD REZA YUSA
H34066090
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
MUHAMMAD REZA YUSA. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-
coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
HARMINI).
Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia. Pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total
PDB setelah industri pengolahan dengan memberikan kontribusi sebesar 14,68%
dari total PDB nasional pada tahun 2008. Selain itu sektor pertanian mampu
menyerap 8,46 juta tenaga kerja yang ada di Indonesia. Peternakan merupakan
salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Subsektor peternakan
mampu tumbuh dengan cepat karena didukung oleh perkembangan industri
pengolahan komoditi yang dihasilkan. Salah satu komoditi yang dihasilkan
subsektor peternakan adalah susu yang memiliki kandungan protein dan asam
amino esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Susu yang merupakan bahan
pangan hasil ternak yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan suatu proses
penanganan dan pengolahan yang baik. Produk susu olahan diantaranya adalah
susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya
yang menggunakan susu sebagai bahan bakunya seperti keju dan mentega.
Yoghurt yang merupakan salah satu hasil olahan dari susu, sangat diminati oleh
masyarakat karena memiliki citarasa yang khas, tekstur yang lebut dan memiliki
manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satu keunggulan yoghurt dibandingkan
dengan susu segar dalah kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang dapat
membantu melancarakan pencernaan manusia.
E-coFarm yang dibentuk dari hasil kerjasama Departemen Pertanian
Indonesia dan Fakultas Peternakan IPB merupakan salah satu usaha kecil yang
memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi dan puding
susu. Dalam menjalankan usahanya, E-coFarm yang memiliki skala usaha rumah
tangga ini memiliki beberapa kendala seperti kendala produksi dan pemasaran.
E-coFarm harus memiliki strategi yang tepat sehingga dapat berkembang dan
mampu bertahan di dunia usahanya.
Penelitian yang dilakuakan di E-coFarm Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor ini dilakukan dengan tujuan untuk
menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi
pengembangan usaha yoghurt E-coFarm dan merumuskan alternatif strategi serta
menetapkan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm. Penarikan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana
pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah dua orang, yaitu pihak internal E-coFarm dan pihak
eksternal dari pesaing terdekat. Keterlibatan pihak eksternal diharapkan dapat
menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Penentuan alternatif strategi
dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan penentuan prioritas strategi
yang bisa diterapkan dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan
manajer lapang E-coFarm.
Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan terdapat sembilan alternatif
strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm yaitu 1) mempertahankan dan
meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt, 2) memperluas wilayah distribusi
produk, 3) mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pekerja,
pelanggan dan dinas terkait, 4) memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan
kapasitas usaha, 5) memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan
labelisasi halal dari dinas terkait, 6) mempertahankan harga yang terjangkau dan
pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan, 7) melakukan
diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dan terus melakukan upaya inovasi
untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru, 8) meningkatkan kualitas SDM
dan 9) pengelolaan keuangan perusahaan. Kemudian dari hasil wawancara yang
dilakukan untuk menentukan urutan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-
coFarm, strategi memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha
menjadi strategi pertama dalam urutan prioritas strategi yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan usaha E-coFarm.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA
E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR
MUHAMMAD REZA YUSA
H34066090
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm,
Kampus IPB Darmaga Bogor
Nama : Muhammad Reza Yusa
NIM : H34066090
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Harmini. MSi
NIP. 196009211987032002
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 195809081984031002
Tanggal lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Strategi
Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor” adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mananpun. Sumber informasi yang berasal atau dikkutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Muhammad Reza Yusa
H34066090
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Februari 1985,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak
Yusuf Bashir Ahmad dan Ibu Siti Syamsiah, S.sos.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PTP X
Regional III Bandar Lampung (1989-1991), SDN Kartika Chandra Kirana-II
Bandar Lampung (1991-1997), SMP Negeri 25 Bandar Lampung (1997-2000),
dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2000-2003). Pada tahun 2003 penulis
diterima sebagai mahasiswa D3 Peternakan (TUTU) Institut Pertanian Bogor.
Penulis kemudian melanjutkan perkuliahan ke Program Sarjana Agribisnis
Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi
Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor”, disusun
berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai salah satu syarat
untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan
internal dan eksternal E-coFarm, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat
diterapkan oleh pihak E-coFarm sesuai dengan lingkungan usahanya. Penulisan
skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha produk olahan susu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan
pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2011
Muhammad Reza Yusa
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta
berbagai kemudahan dalam segala hal. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak, Ibu, dan adik tersayang serta seluruh keluarga atas segala dukungan,
pengorbanan, kasih sayang dan do’a yang tak pernah putus selama penulis menempuh pendidikan.
2. Ir. Harmini MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, bantuan
dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama yang berkenan memberikan
saran dan masukannya.
4. Rahmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen komite pendidikan yang memberikan saran dan
masukannya.
5. Pihak E-coFarm atas kesediaannya untuk menjadi tempat penelitian dan kerja sama
serta bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.
6. Ratu Fika Hertaviani SPt atas dukungan, kesabaran, motivasi dan do’a yang di berikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan I, khususnya teman-teman yang terus
berjuang sampai akhir atas segala bantuan dan semangat yang diberikan.
8. Teman-teman dari Warkop Baraya dan warga Bateng yang telah bersedia menerima
penulis dan memberikan dukungan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas do’a, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.
Bogor, Juli 2011
Muhammad Reza Yusa
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah .................................................... 8
2.2. Susu ...................................................................................... 8
2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan .................... 9
2.4. Produksi Susu ....................................................................... 10
2.5 Susu Pasteurisasi..................................................................... 10
2.6. Yoghurt ................................................................................ 11
2.6.1. Tipe Yoghurt ............................................................. 12
2.6.2. Manfaat Yoghurt ....................................................... 12
2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt ....................................... 14
2.7. Penelitian Terdahulu ............................................................ 15
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 20
3.1.1. Manajemen Strategis ................................................. 20
3.1.2. Perencanaan Strategis Bisnis .................................... 21
3.1.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ............................ 21
3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ................. 22
3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan .............. 24
3.2. Kerangka Operasional ......................................................... 27
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 30
4.2. Metode Penentuan Sampel ................................................... 30
4.3. Data dan Instrumentasi ......................................................... 30
4.4. Metode Pengumpulan Data .................................................. 31
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................... 31
4.5.1. Analisis SWOT ......................................................... 31
4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi .................................... 34
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm ............................. 35
5.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ...................................... 35
5.3. Lokasi Perusahaan ................................................................ 36
iv
5.4. Struktur Organisasi .............................................................. 37
5.5. Produk Perusahaan .............................................................. 38
VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA 6.1. Analisis Lingkungan Internal ............................................... 39
6.1.1. Manajemen ................................................................ 39
6.1.2. Pemasaran ................................................................. 41
6.1.3. Keuangan................................................................... 43
6.1.4. Produksi .................................................................... 44
6.1.5. Sumberdaya Manusia ................................................ 45
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ............................................ 45
6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh ......................................... 45
6.2.1.1. Faktor Ekonomi ............................................ 46
6.2.1.2. Faktor Sosial ................................................ 49
6.2.1.3. Faktor Politik ................................................ 50
6.2.1.4. Faktor Teknologi .......................................... 51
6.2.2. Analisis Lingkungan Industri .................................... 51
6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru .......... 51
6.2.2.2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ............ 51
6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli ............. 52
6.2.2.4. Ancaman Produk Pengganti ......................... 52
6.2.2.5. Persaingan diantara Para Pesaing yang Ada 53
VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal ................................................... 55
7.1.1. Kekuatan Perusahaan ................................................ 55
7.1.2. Kelemahan Perusahaan ............................................. 57
7.2. Identifikasi Faktor Eksterrnal ............................................... 60
7.2.1. Peluang Perusahaan ................................................... 60
7.2.2. Ancaman Perusahaan ................................................ 62
7.3. Analisis SWOT .................................................................... 65
7.4. Pemilihan Strategi ................................................................ 69
VIII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 8.1. Kesimpulan .......................................................................... 70
8.2. Saran ..................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA 72
LAMPIRAN 75
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap PDB Atas
Dasar Harga yang Berlaku (2005-2008) ................................................. 1
2. Komposisi Susu Sapi Segar .................................................................... 2
3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat (2003-2007) ...... 3
4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia
Tahun 2004-2007 .................................................................................... 3
5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor (2006-2009) ..... 4
6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Per Bulan Penduduk Jawa
Barat untuk Produk Telur dan Susu (2007 dan 2008) ............................. 5
7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan ............ 9
8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Per 100 gram .................................. 13
9. Harga Jual Produk E-coFarm .................................................................. 42
10. PDRB Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Bogor (2003-2007) .............................................................. 46
11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula (Januari 2008-Februari 2009) ..... 47
12. Perkembangan Harga Gas Elpiji Per Kemasan (Rp/Kg) ........................ 48
13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita
Per Bulan Tahun 2008 ............................................................................ 49
14. Identifikasi Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan ............................. 60
15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman .................................. 64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ............................................. 20
2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri .................................................. 27
3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ......................................... 29
4. Matriks SWOT ........................................................................................ 33
5. Struktur Organisasi E-coFarm................................................................. 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Analisis SWOT ................................................................................ 75
2. Alternatif Strategi Analisis SWOT .................................................. 76
3. Kemasan Produk E-coFarm ............................................................. 77
4. Tempat Penyimpanan Produk ........................................................... 78
5. Kegiatan Produksi E-coFarm ............................................................ 79
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah
untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh.
Berdasarkan data BPS (2008), pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam
total Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan, dimana sektor
tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 180,6 trilyun atau 14,68% dari total
PDB nasional. Salah satu bagian dari sektor pertanian adalah sub sektor
peternakan yang juga memegang peranan penting dalam perekonomian nasional
yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Hal ini dapat terlihat dari
persentase sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap PDB yang terus
menunjukkan peningkatan hingga tahun 2008 yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap Produk
Domestik Bruto Atas Dasar Harga yang Berlaku Tahun 2005-2008.
No. Sektor/Subsektor Tahun
2005 2006* 2007** 2008***
1.
Tanaman Bahan
Makanan 6,54 6,42 6,78 7,94
2. Tanaman Perkebunan 2,03 1,90 2,13 1,94
3.
Peternakan dan
Hasilnya 1,59 1,53 1,57 1,57
4. Kehutanan 0,81 0,90 0,90 0,76
5. Perikanan 2,15 2,23 2,45 2,46
6. Pertanian 13,13 12,97 13,83 14,68
Produk Domestik Bruto 364.169,3 433.223,4 547.235,6 345.302,8
(Milyar Rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Keterangan: * Angka sementara
** Angka sangat sementara
*** Angka sangat sangat sementara
Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang memberikan
kontribusi yang signifikan di dalam pembangunan pertanian Indonesia. Sektor ini
memiliki peluang pasar yang sangat baik, khususnya pasar domestik, yang akan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat.
Peningkatan pendapatan penduduk akan mendorong peningkatan permintaan
2
produk-produk peternakan. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendapatan
seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan
konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat.
Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang
perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak
dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan
kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008). Subsektor
peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena salah satunya didukung oleh
perkembangan industri pengolahan komoditi peternakan. Salah satu komoditi
yang dihasilkan peternakan adalah susu. Susu memiliki kandungan protein dan
asam amino esensial yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Protein
dan asam amino dibutuhkan sebagai komponen penghasil energi, sumber
pembangun dan sumber pengatur tubuh, baik pada masa pertumbuhan maupun
masa perkembangan, termasuk berfungsi sebagai nutrisi dalam perkembangan
otak (brain developmental). Oleh karena itu asam amino serta protein harus
tercukupi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan tubuh dapat
berlangsung secara optimal. Protein dan lemak susu mempunyai kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan protein nabati karena mengandung asam amino
essensial seperti triptofan dan lysin yang tidak ditemukan dalam tumbuhan.
Kualitas susu dapat dilihat dari komposisi susu yang dihasilkan. Kualitas susu
juga sangat menentukan dalam penerimaan susu oleh konsumen dan menentukan
dalam penetapan harga susu oleh industri pengolahan susu. Inovasi-inovasi dan
terobosan baru dalam bidang peternakan diperlukan untuk mendapatkan kondisi
peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan susu dengan kualitas yang baik.
Komposisi susu menurut Buckle et al (1987) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah
ini:
Tabel 2. Komposisi Susu Sapi Segar
No Jenis Kandungan Bahan Komposisi (%)
1 Air 87,1
2 Lemak 3,9
3 Protein 3,4
4 Laktosa 4,8
5 Abu 0,72 Sumber: Buckle et al (1987)
3
Data total produksi susu nasional tahun 2008 tercatat sebanyak 764.77 ton.
Produksi tersebut dihasilkan dari sapi laktasi sebanyak 227.396 ekor dengan
jumlah total populasi sapi sebesar 413.448 ekor (Departemen Perindustrian RI
2009). Produksi susu di Indonesia sebagian besar di Pulau Jawa. Tabel 3
menunjukkan data populasi sapi dan produksi susu di Jawa Barat yang cenderung
meningkat.
Tabel 3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat Tahun 2003-2007
Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton)
2003 95.513 207.854,79
2004 98.598 215.351,78
2005 92.755 201.852,85
2006 97.367 211.889,46
2007 103.489 225.212,15 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan 2008
1
Berdasarkan data pada Tabel 3, populasi sapi perah pada tahun 2007 mencapai
103.489 ekor dengan produksi susu sebanyak 225.212,15 ton. Populasi sapi dan
produksi susu di Jawa Barat tersebut meningkat sebesar 6,29 persen dibandingkan
tahun sebelumnya.
Menurut data Departemen Pertanian tahun 2008, secara umum konsumsi
susu dari subsektor peternakan di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2004
sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan. Tabel 4 di bawah ini
menunjukkan data konsumsi susu dan laju pertumbuhan konsumsi susu di
Indonesia.
Tabel 4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia
Tahun 2004-2007
Tahun Konsumsi Susu (ribu ton) Laju Pertumbuhan (dalam
persen)
2004 957.575 --
2005 845.744 -11,68
2006 1.854.744 119,37
2007 1.984.875 7,00 Sumber: www.deptan.go.id, 2008 (diolah)
1 www.ditjennak.go.id [27 Desember 2009]
4
Meskipun secara umum konsumsi susu nasional mengalami peningkatan,
namun konsumsi susu per kapita per tahun di Indonesia masih tergolong rendah.
Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), pada tahun 2007 angka
per kapita konsumsi susu di Indonesia hanya sebesar sembilan liter per kapita per
tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara lain di
Asia diantaranya Malaysia mencapai 25,4 liter per tahun, Vietnam 10,7 liter per
tahun2.
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009
Tahun Produksi Susu (Liter) Laju Pertumbuhan (%)
2006 9.038.816 -
2007 9.294.648 2.83
2008 10.422.075 12.34
2009 10.767.500 3.31 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat produksi susu yang terus meningkat
sejak tahun 2006 sampai 2009. Meningkatnya produksi susu ini menandakan
adanya perkembangan pada industri susu yang berada di Kabupaten Bogor bukan
hanya pada tingkat peternakan sapi perah tetapi juga pada tingkat pengolahan
susu. Dengan kata lain permintaan untuk susu dan produk olahannya meningkat.
Meningkatnya permintaan akan suatu produk bisa dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah jumlah penduduk. Data BPS tahun 2010 menunjukan
jumlah penduduk di Kabupaten Bogor terus bertambah. Pada tahun 2009, jumlah
penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 4.477.344 jiwa, atau naik sekitar 3,15%
dari tahun 2008.
Pada Tabel 6, dapat dilihat adanya peningkatan pengeluaran rata-rata per
kapita sebulan untuk telur dan susu di propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data
tersebut, baik penduduk perkotaan maupun penduduk pedesaan mengalami
peningkatan pengeluaran untuk produk telur dan susu pada tahun 2008 yaitu
sebesar 13,29 persen dan 17,02 persen dibandingkan tahun 2007.
2 Konsumsi Susu Indonesia.http://www.fajar.co.id. [27 November 2009]
5
Tabel 6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Perbulan Penduduk Jawa
Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007 dan 2008
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
Penduduk Perkotaan Rp 14.405 Rp. 16.320
Penduduk Pedesaan Rp 6.275 Rp. 7.322
Perkotaan+Pedesaan Rp 11.048 Rp. 12.613 Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)
Peningkatan populasi dan produksi susu yang diiringi oleh peningkatan
konsumsi susu menunjukkan bahwa produk susu memiliki peluang yang besar
untuk terus dikembangkan khususnya di Jawa Barat. Hal ini disebabkan susu
merupakan produk yang dibutuhkan oleh banyak orang yang meliputi berbagai
lapisan masyarakat. Selain itu, fungsi susu sebagai salah satu sumber bahan
pangan yang kaya protein dan bergizi tinggi.
Menurut Rahman et al (1992), susu mengandung berbagai komponen
bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri,
kapang maupun khamir. Akibat pertumbuhan berbagai jenis mikroba ini, maka
susu merupakan suatu bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak sehingga
diperlukan suatu proses penanganan yang baik. Salah satu cara penanganan susu
tersebut adalah dengan cara pengolahan. Produk susu olahan diantaranya susu
bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang
mengandung susu seperti keju dan mentega. Produk susu olahan tersebut banyak
diminati masyarakat. Pada tahun 2008, konsumsi olahan dalam negeri mencapai
1.022.864 ton, dengan konsumsi per kapita sebesar 8,02 kg per tahun (Dinas
Perindustrian RI 2009).
1.2. Perumusan Masalah
Perkembangan usaha pengolahan susu sapi dalam negeri masih memiliki
berbagai tantangan yang harus dihadapi sekaligus berbagai peluang yang harus
dimanfaatkan. Tantangan yang harus dihadapi antara lain pengolahan susu yang
masih tradisional dengan skala usaha yang kecil, keterbatasan modal usaha, dan
wilayah pemasaran yang sangat kecil. Sedangkan kebutuhan dan konsumsi susu
yang semakin tinggi setiap tahunnya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan
peternak.
6
Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri
pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi
perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor
sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang
bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput).
Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 21 ekor, terdiri dari 14
ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Rata-rata produksi susu segar yang
dihasilkan E-coFarm sebanyak 60-80 liter perhari.
Produk yang dihasilkan dan dijual oleh E-coFarm tidak hanya susu segar
tetapi juga produk olahan susu berupa susu pasteurisasi, yoghurt, dan puding.
Produk berupa susu segar sebagian dijual ke D-Farm Fapet IPB dan beberapa
konsumen lain yang memiliki usaha pengolahan susu yang berskala rumah
tangga. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk membuat produk olahan yang
kemudian dijual di wilayah Kampus IPB.
E-coFarm memiliki harapan untuk bisa memproduksi dan menjual lebih
banyak produk olahan. Usaha pengolahan sendiri memiliki manfaat untuk
mendapatkan nilai tambah dari susu murni yang dihasilkan. Tetapi pada
kenyataannya sampai saat ini E-coFarm belum mampu untuk memenuhi
harapannya dalam hal memproduksi lebih banyak produk dan memperluas
wilayah pemasaran. E-coFarm yang wilayah pemasarannya hanya disekitar
Kampus IPB ini, memproduksi produk olahan berdasarkan stok yang tersedia.
Dengan demikian, E-coFarm tidak bisa meningkatkan produksi produk olahannya
walaupun E-coFarm memiliki bahan baku utama yaitu susu segar yang cukup
banyak. Sebagai contohnya, E-coFarm rata-rata hanya menggunakan 76 liter susu
per bulan untuk menghasilkan 140 liter yoghurt, sedangkan E-coFarm mampu
memproduksi susu segar sebanyak 60-80 liter perhari. Selain itu E-coFarm belum
memiliki tempat penyimpanan susu yang memadai. Susu segar yang dihasilkan
harus segera diolah atau disimpan di mesin pendingin agar susu tidak rusak.
Kondisi inilah yang menyebabkan E-coFarm tidak memiliki pilihan selain
menjual susu segarnya ke konsumen yang juga melakukan usaha pengolahan
susu.
7
Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian adalah:
1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap usaha
E-coFarm, Darmaga-Bogor?
2. Bagaimana alternatif dan prioritas strategi yang tepat untuk di terapkan
pada pihak E-coFarm sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi pengembangan usaha E-coFarm.
2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak
E-coFarm.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak
diantaranya:
1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam
menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.
2. Bagi E-coFarm, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai kondisi lingkungan usaha dan memberikan alternatif
perumusan strategi pengembangan usaha sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3. Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai studi
strategi pengembangan usaha serta sebagai rujukan bagi penelitian
selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi studi
lingkungan usaha dan penyusunan strategi pengembangan melalui analisis faktor-
faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh E-coFarm. Penelitian ini hanya
sampai pada formulasi dari manajemen strategis. Sedangkan untuk tahap
implementasi strategi merupakan wewenang manajemen perusahaan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Ternak Sapi Perah
Berdasarkan skala usahanya peternakan sapi perah di Indonesia
diklasifikasikan menjadi perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi
perah rakyat (Sudono, 1999). Perusahaan peternakan merupakan peternakan yang
dikelola oleh suatu perusahaan komersial dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya dan mempunyai izin usaha serta sudah
menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya. Sedangkan peternakan
rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disamping usaha taninya,
sehingga sifat pengelolaannya masih tradisional dengan kepemilikan sapi perah
kurang dari 20 ekor.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan
sapi perah adalah pada pemberian pakan. Sapi perah dapat berproduksi tinggi jika
mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga
menghasilkan susu yang optimal. Cara pemberian pakan yang salah dapat
menyebabkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian (Sudono et al. 2003).
Sudono (1999), menyatakan ada beberapa keuntungan yang diperoleh
dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah, yaitu:
1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap
2. Sapi perah merupakan ternak yang paling efisien dalam mengubah pakan
menjadi protein hewani dan kalori
3. Memberikan jaminan pendapatan
4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap sepanjang tahun
5. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi
perah sebagai pupuk.
2.2. Susu
Menurut Edelsten (1988), secara umum susu adalah sekresi kelenjar
ambing dari hewan yang menyusui anaknya. Rahman et al. (1992) menambahkan,
secara kimia susu didefinisikan sebagai emulsi lemak dalam air yang mengandung
gula, garam-garam, mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Menurut
9
SNI No 01-3141-1998 (Dewan Standardisasi Nasional 1998) susu murni adalah
cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh
dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu
murni yang disebutkan di atas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali
proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu
adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus,
umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana
pemberian pakan (Sudono et al. 1999). Menurut Imelda dan Edward (2007),
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas atau mutu air susu yang dihasilkan
antara lain kondisi sapi, kebersihan kandang dan lingkungan sekitar serta pakan
yang diberikan.
Tabel 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan
Produksi Air Susu (liter) Frekuensi Pemerahan (kali)
5 1
5-10 2
10-20 3
20-40 4 Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat (2002)
Frekuensi atau banyaknya dilakukan pemerahan setiap hari pada sapi
ditentukan oleh jumlah air susu yang dihasilkan, pemberian pakan, pemeliharaan
dan tenaga kerja. Produksi susu bertambah dengan meningkatnya frekuensi
pemerahan, bahkan hal ini terjadi juga pada sapi yang produksi susunya rendah.
Frekuensi pemerahan pada umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada
pagi dan sore hari. Jika jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang
dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu pada sore hari. Pada saat
dilakukan pemerahan, ambing dan tangan atau alat pemerah harus bersih agar
susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang
dapat menurunkan produksinya (Sudono et al. 2003).
10
Susu segar yang baru diperah harus segera mendapatkan penanganan
karena sifatnya yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang
digunakan untuk menampung susu disebut milk can. Sebelum dimasukkan ke
dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran
seperti bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu. Pendinginan susu pada
suhu 4°C yang bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak
mudah berkembang biak (Sudono et al. 2003).
2.4. Produksi Susu
Produksi susu di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan
dan permintaan konsumen. Hal ini antara lain disebabkan jumlah/populasi ternak
yang masih kurang, selain daya produksi susu per ekor yang belum mencapai titik
optimum (Sudarwanto 1999). Rataan produksi susu sapi Fries Holstein (FH)
adalah 10.209,96 Kg per laktasi. Total produksi susu umumnya bertambah untuk
bulan pertama setelah melahirkan, kemudian perlahan-lahan berkurang pada bulan
laktasi berikutnya (Ensminger dan Tyler 2006). Sebagaimana yang dinyatakan
Schmidt (1971) sebelumnya bahwa produksi susu relatif banyak dan akan
bertambah empat sampai enam minggu setelah melahirkan, kemudian produksi
susu menurun sampai berakhirnya periode laktasi. Menurut Sudono et al. (2003),
produksi susu sapi FH di Amerika serikat rata-rata 7.425 kg per laktasi dan di
Indonesia 10 liter per ekor per hari atau lebih kurang 3.050 kg per laktasi.
2.5. Susu Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku
dengan suhu dibawah titik didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan
pangan seperti susu. Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi
hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh sebab itu, proses
ini sering diikuti teknik lain misalnya pendinginan dan pemberian gula. Produk
pasteurisasi bila disimpan dalam suhu kamar hanya bertahan 1 sampai 2 hari
sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat tahan selama 1 minggu.
Pasteurisasi memiliki tujuan diantaranya adalah membunuh bakteri patogen yang
berbahaya bagi manusia, memperpanjang daya simpan, menimbulkan citarasa
yang lebih baik, dan dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase yang
membuat susu cepat rusak.
11
Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan dengan menggunakan
metode high temperature short time. Suhu saat dilakukan pemanasan berkisar
antara 71oC sampai 75
oC agar dapat mematikan bakteri penyebab penyakit. Pada
suhu 4oC susu pasteurisasi dapat bertahan selama 5-7 hari. Susu pasteurisasi
memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah meningkatkan stamina dan
kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, mencegah osteoporosis, mencegah
kangker usus, membatu proses pertukaran zat dalam tubuh, sebagai sumber
vitamin, lemak dan protein.
2.6. Yoghurt
Menurut Rahayu dan Sudarmadji (1998), yoghurt adalah bahan pangan
hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus) yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat
dan halus, kompak dengan rasa asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh
bakteri asam laktat tersebut mengahasilkan bentuk atau konsistensi yang
menyerupai pudding.
Yoghurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi. Pembuatannya
telah berevolusi dari pengalaman dari beberapa abad yang lalu dengan
membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu panas,
sekitar 40°-50°C. Dalam pembuatan yoghurt secara alami, susu yang akan
difermentasi dipanaskan sampai 90°C selama 15-30 menit, kemudian didinginkan
sampai 43°C, diinokulasi dengan 2% kultur campuran Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophillus dan dibiarkan pada suhu ini selama kira-kira 3
jam sampai tercapai keasaman yang dikehendaki 0,85-0,90% dan pH 4,0-4,5.
Kemudian produk didinginkan sampai 5°C untuk dikemas (Buckle et al. 1987).
Tahapan pemanasan ini akan membunuh organisme pencemar,
menurunkan potensi redoks campuran tersebut dan menghasilkan faktor-faktor
dan kondisi menguntungkan untuk perkembangan bakteri yang dimasukkan
sebagai inokular. Pemanasan juga menyebabkan denaturasi sifat protein whey dan
perubahan menjadi casein yang memberi konsistensi yang lebih baik dan lebih
seragam pada produk akhir (Buckle et al. 1987).
Saat ini minuman Yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan
berkembang ke seluruh dunia. Berikut terdapat beberapa istilah yang digunakan
12
untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara diantaranya adalah Jugurt
(Turki), Dahee (India), Fiilmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja
(Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba
(Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia),
Filli (Finlandia), dan Leban (Libanon) (Rahman et al. 1992).
2.6.1 Tipe Yoghurt
Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan
metode pembuatannya tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis yaitu set yoghurt dan
stirred yoghurt. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur
fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau
fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan
koagulannya tidak berubah. Sedangkan pada pembuatan stirred yoghurt, proses
fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar kemudian proses
pengemasan dilakukan setelah inkubasi sehingga memungkinkan koagulannya
pacah atau rusak sebelum pendinginan dan pengemasan selesai (Rahman et al.
1992).
Selain klasifikasi yoghurt berdasarkan metode pembuatannya, menurut
Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang
telah dimodifikasi antara lain:
a. Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu
dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya
b. Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku
c. Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah
laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein
d. Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24% atau
yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90-94%.
2.6.2. Manfaat Yoghurt
Yoghurt mengandung kalori, protein, karbohidrat, kalsium dan potasium
lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya lebih rendah.
Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi lainnya,
tetapi yoghurt tidak cukup mengandung vitamin C, vitamin B komplek dan
13
mineral besi. Vitamin B komplek akan digunakan oleh bakteri dalam fermentasi,
sehingga yoghurt akan kekurangan vitamin B komplek. Hasil analisis kandungan
gizi susu dan yoghurt dalam Tamime dan Robinson (1989) dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt per 100 g
No Kandungan (unit/ 100g Susu Yoghurt
1 Kalori 67,5 72
2 Protein (g) 3,5 3,9
3 Lemak (g) 4,25 3,4
4 Karbohidrat (g) 4,75 4,9
5 Calsium (mg) 119 145
6 Sodium (mg) 50 47
7 Potasium (mg) 152 186 Sumber : Tamime dan Robinson (1989)
Yoghurt dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.
Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk membantu
melancarkan pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih dari 100
triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut
bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok mikroba di
dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau kadang-kadang secara
singkat hanya disebut sebagai flora usus (Winarno 1997).
Menurut Winarno (1997), mikroflora usus mengandung bakteri tertentu
yang dapat digolongkan ke dalam kelompok yang membantu kesehatan dan
kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan
(patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi
gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga
menyebabkan sakit. Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan,
sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci,
Enterococci dan Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui
mampu menekan produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu
menstimulasi respon imunitas sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai
penyakit infeksi dapat ditangani.
Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan
(Theraupeticpurpose) yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi susu
14
fermentasi, yaitu: memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan
dan penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja
usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat
mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan
mengatasi srtess, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan
darah.
Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa
susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan kekurangan enzim
pencerna yaitu laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno (2002), susu yang telah mengalami
fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada dan tersisa sekitar
75 persen, sehingga penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk
fermentasi susu dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan.
2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt
Pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal
sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt.
Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula, pemanasan awal,
homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi
(Tamime dan Robinson 1989). Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan
susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata.
Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya
mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses
pemanasan awal sebelum masuk mesin homogen (Tamime dan Robinson 1989).
Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen
dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Homogenisasi bertujuan untuk menurunkan
diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki
viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorpsi lemak terhadap misel
kasein menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran
lebih homogen (Tamime dan Robinson 1989).
Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses
pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk 1) mendenaturasi whey
protein (albumin dan globulin) agar susu yang dihasilkan kental, 2)
15
menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar
pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, 3)
mengurangi jumlah O2 dalam susu yang secara normal bersifat mikroaerofilik
sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan 4) merusak
protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah
oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson 1989).
Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu pasca pasteurisasi secara
cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45°C.
Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan
starter yoghurt yang ditambahkan. Penambahan kultur starter ke dalam susu
menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang
ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (Tamime dan Robinson 1989).
Tahap terakhir adalah inkubasi yang merupakan proses fermentasi yang
dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses
fermentasi (inkubasi) dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang yang
menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6.
Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang kemudian
disimpan pada suhu dingin (Tamime dan Robinson 1989).
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Indriyani
(2009), yaitu meneliti tentang Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt
(Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, Desa Benteng
Ciampea, Bogor-Jawa Barat). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pada Unit
Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, serta merumuskan alternatif strategi yang
dapat diterapkan pihak perusahaan dengan kondisi lingkungan usaha, serta
menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yoghurt yang dapat diterapkan
oleh Dafarm. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan
konsep manajemen strategis. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
16
mengetahui lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sedangkan analisis
kuantitatif digunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.
Berdasarkan analisis lingkungan usaha, lingkungan Dafarm terbagi
menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal memiliki
kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama Dafarm yaitu produk bersertifikat halal
dan memiliki mutu yang relatif baik, sedangkan kelemahan utamanya adalah
produk belum memiliki izin dari BPOM dan labelisasi kemasan yang belum
lengkap. Pada lingkungan eksternal faktor-faktor yang menjadi peluang utama
adalah permintaan produk yang seluruhnya terpenuhi, dan yang menjadi ancaman
utamanya adalah potensi persaingan industri yoghurt yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil analisis IFE, EFE, matriks IE dan SWOT, maka diperoleh
delapan alternatif strategi pengembangan usaha bagi Dafarm.
Berdasarkan analisis matriks QSP, urutan prioritas strategi pengembangan
usaha bagi Dafarm adalah sebagai berikut: 1) melengkapi label produk dan
mengurus perizinan ke BPOM, 2) merekrut manajer profesional, 3) meningkatkan
kapasitas produksi melalui peningkatan kerja sama dengan peternak mitra untuk
memenuhi seluruh permintaan, 4) mempertahankan harga jual produk dan terus
berupaya meningkatkan mutu produk, 5) meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan (distributor), 6) menciptakan diferensiasi produk, 7) melakukan
promosi dan sosialisasi manfaat yoghurt secara intensif dan 8) memperluas
wilayah pemasaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Risman (2009) yaitu mengenai Strategi
Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Daru
Fallah Kecamatan Ciampea. Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian IE yang
menunjukkan kuadran V (bertahan dan memelihara)
Kajian Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan
Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilakukan oleh Soleh (2009).
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal
dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha ternak sapi perah di Kecamatan
Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dan merumuskan alternatif strategi yang tepat
dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur.
Metode analisis yang digunakan antara lain analisis deskriptif usaha peternakan
17
sapi perah, dan analisis strategi pengembangan usaha ternak. Proses penyusunan
strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap
pemasukan data, tahap pemaduan data dan tahap keputusan. Alat yang dipakai
untuk analisis lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan alat
untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan
strategi usaha digunakan analisis SWOT serta untuk memprioritaskan strategi alat
yang digunakan adalah QSPM.
Alternatif strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan usaha ternak
sapi perah di Kecamatan Sukaresmi berdasarkan analisis SWOT adalah
meningkatkan skala usaha, memperbaiki manajemen usaha, membuat diversifikasi
produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, mempermudah akses
permodalan dan memperkuat peran kelompok ternak. Berdasarkan hasil analisis
QSPM diperoleh urutan strategi yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan.
Urutan prioritas strategi tersebut adalah meningkatkan skala usaha, membuat
diversifikasi produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, memperbaiki
manajemen usaha, membuka akses ke perbankan untuk meningkatkan
permodalan, dan memperkuat fungsi kelompok ternak.
Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi dilakukan oleh
Tagor (2004). Penelitian tersebut dilakukan pada Firma Surya Dairy Farm yang
berlokasi di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
lingkungan internal dan eksternal perusahaan, merumuskan strategi usaha yang
dapat di terapkan bagi perusahaan dan memilih perioritas strategi yang paling
tepat diterapkan oleh Firma Surya Dairy Farm. Alat yang dipakai untuk analisis
lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, untuk mengetahui jenis strategi
yang baik bagi perusahaan digunakan matriks IE, untuk menyusun strategi yang
cocok digunakan matriks SWOT, serta untuk memprioritaskan strategi alat yang
digunakan adalah QSPM.
Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi Firma Surya Dairy Farm adalah
krisis ekonomi yang berangsur-angsur pulih di Indonesia, konsumsi masyarakat
akan susu olahan cair, daerah pemasaran produk yang masih luas, tersedianya
tenaga kerja yang potensial, perkembangan tingkat harga produk susu cair olahan,
serta pasokan bahan baku yang kontinyu. Ancaman perusahaan adalah kondisi
18
politik dan keamanan negara yang tidak stabil, banyaknya produk substitusi di
pasar, pasokan susu segar impor yang lebih berkualitas, dan perkembangan jenis
penyakit pada hewan ternak sapi perah.
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah produk yang berkualitas,
lokasi kantor pemasaran yang strategis, pelayanan konsumen yang sudah baik,
pertumbuhan laba bersih usaha dalam 5 tahun terakhir, kemampuan memberikan
kesejahteraan yang relatif memadai bagi karyawan, dan pengalaman perusahaan
yang lebih dari 37 tahun. Kelemahan yang dimiliki adalah sifat produk yang
mudah rusak, kurangnya promosi, produksi belum optimal, jangkauan pemasaran
yang masih terbatas, dan teknologi produksi yang relatif sederhana.
Hasil analisis menggunakan matriks IE menunjukkan strategi perusahaan
yang paling tepat adalah strategi hold and maintain. Kemudiah setelah
menghasilkan strategi, maka urutan strategi bagi Firma Surya Dairy Farm adalah
memelihara kualitas serta mutu pelayanan kepada konsumen, mengoptimalkan
litbang untuk menghasilkan diversifikasi produk, mengoptimalkan volume
produksi serta melakukan efisiensi biaya produksi dan pemasaran, memantapkan
pijakan pasar pada daerah pemasaran yang sudah ada serta memperluas jaringan
distribusi pemasaran, merekrut karyawan sebagai staf pemasaran serta
meningkatkan kerja divisi pemasaran, dan melakukan kegiatan promosi melalui
iklan secara gencar dan efektif.
Mahmud (2002), meneliti tentang strategi pemasaran produk susu cup.
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Pangalengan
Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari bauran pemasaran produk
susu cup yang telah dilakukan ole KPBS Pangalengan, mengidentifikasi dan
menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal usaha produk susu
cup, dan mengajukan alternatif strategi pemaaran dalam upaya mempertahankan
dan meningkatkan posisi usaha.
Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode SWOT
(Strenght, Weekness, Opportunity, Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan analisis daur hidup produk , KPBS memiliki perkembangan volume
penjualan dan waktu. Volume penjualan produk susu memiliki nilai yang terus
meningkat sejak mulai diproduksi pada tahun 1997, hingga akhir tahun 2000.
19
Sampai dengan akhir tahun 2000, perusahaan berada pada tahap pertumbuhan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alternatif strategi pemasaran berupa
diversifikasi dari segi rasa, menetapkan harga yang terjangkau bagi konsumen,
penjualan melalui toko-toko atau supermarket, dan strategi promosi melalui
promosi langsung kepada konsumen.
Manfaat ekonomis yang dirasakan adalah sebanyak 80 persen responden
berpendapat bahwa harga beli susu oleh KPBS lebih tinggi daripada di luar.
Setelah adanya produk susu cup, sebanyak lebih dari 80 persen menyatakan
volume susu yang disetorkan sama. Semua responden menyatakan pendapatan
meningkat karena harga beli susu oleh koperasi semakin meningkat. Manfaat dari
segi sosial adalah sebanyak 66,7 persen menyatakan puas atas pelayanan koperasi.
Sebanyak 60 persen responden menjawab pernah mendapatkan pembinaan
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ternak. Sedangkan yang
berpendapat pernah melakukan kerjasama dengan anggota lain sebanyak 44,3
persen. Dalam partisipasi anggota sebanyak 13,3 persen menyatakan selalu hadir,
66,7 persen tidak selalu hadir dan 20 persen tidak pernah hadir. Dari segi
permodalan sebanyak seratus persen membayar simpanan pokok dan simpanan
wajib secara teratur. Sebanyak 43,3 persen memiliki simpanan sukarela. Serta
sebanyak 76,67 persen responden pelanggan tetap koperasi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Manajemen Strategis
Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk
memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi
yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis
berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,
produksi atau operasi, penelitian dan pengambangan, serta sistem informasi
komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategis
adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk
masa mendatang, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, mencoba untuk
mengoptimalkan kecenderungan sekarang untuk masa datang (David 2006).
Proses manajemen strategis menurut David (2006), terdiri atas tiga tahap:
formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi, dengan alur proses
manajemen strategi seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategi (David 2006)
Menjalankan
Audit Eksternal
Menjalankan
Audit Internal
Menetapkan
Tujuan Jangka
Panjang
Merumuskan,
Mengevaluasi
dan Memilih
Strategi
Implementasi
Strategi-Isu
Manajemen
Implementasi
Strategi Isu-isu
Pemasaran,
Keuangan,
Akuntansi,
Penelitian dan
Pengembangan,
Sistem
Informasi
Manajemen
Mengukur dan
Mengevaluasi
Kinerja
Mengembangkan
Pernyataan Visi
dan Misi
21
3.1.2. Perencanaan Strategi Bisnis
Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat
secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal perusahaan, sehingga
perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perencanaan
strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk
yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari
sumber daya yang ada.
Menurut Porter (1997) perencanaan strategis adalah proses manajerial
untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumberdaya
organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan
strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk
perusahaan sehingga memenuhi target laba pertumbuhan. Perencanaan strategis
memerlukan tiga kegiatan kunci, yaitu:
1. Perusahaan mengelola usahanya sebagai portofolio investasi. Setiap usaha
memiliki potensial laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki
perusahaan harus dialokasikan dengan tepat.
2. Perusahaan mengevaluasi setiap unit usaha secara tepat dengan
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian
perusahaan dalam pasar tersebut.
3. Perusahaan harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai
tujuan jangka panjang dan menentukan strategi apa yang paling sesuai dari
sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan
sumberdayanya.
3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita
tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh
personel perusahaan. Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang
kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi. Sedangkan
misi merupakan penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah
dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar 2008). Visi diperlukan
untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif, visi bersama antara manajer dan
karyawan menciptakan perhatian bersama yang dapat mengangkat pekerja dari
22
kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan
ancaman (David, 2006). Tujuan perusahaan menerjemahkan pernyataan misi ke
dalam sasaran organisasi yaitu berfokus pada kinerja, khususnya kinerja yang
dapat diukur. Dalam menetapkan tujuan, organisasi memformulasikan metode-
metode tentang pengejaran misi yang dapat diukur.
Misi mengartikulasi tentang perusahaan yang sebenarnya dan apa yang
dapat dicapai. Misi timbul bukan sebagai suatu konsep tetapi sebagai suatu
pernyataan. Pernyataan misi perusahaan menyajikan suatu artikulasi tentang
sasaran umum ke dalam tema utama strategi perusahaan. Pernyataan misi
mencerminkan pernyataan strategi perusahaan yang luas dan merupakan alat
penting untuk ahli strategi. Pernyataan misi yang jelas diperlukan sebelum strategi
alternatif dapat dirumuskan dan diimplementasikan. Pernyataan misi yang baik
mengungkapkan pelanggan, produk atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk
bertahan hidup, falsafah, konsep, pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran
untuk karyawan (David, 2006).
3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan
Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam berbagai
bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan
perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap
pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kelemahan
perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan
dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Faktor-faktor
yang termasuk dalam faktor internal perusahaan adalah faktor manajemen, faktor
pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan akuntasi, faktor produksi, faktor
penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi (David, 2006).
1. Faktor Manajemen
Faktor manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, pengontrolan, dan pengendalian. Perencanaan
mencakup semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan
menghadapi masa depan. Pengorganisasian termasuk dalam semua aktivitas
manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang.
23
Pemotivasian adalah termasuk usaha yang diartikan untuk membentuk tingkah
laku manusia. Sedangkan pengendalian merujuk pada semua aktivitas yang
diarahkan yang memastikan hasil dan dapat konsisten dengan hasil yang
diharapkan. Agar setiap fungsi dalam manajemen dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka diperlukan koordinasi yang baik
dan efesien. Koordinasi fungsional harus ditingkatkan apabila berbagai unit
organisasi menjadi lebih sering tergantung, ukuran dan fungsinya menjadi lebih
luas agar organisasi dapat mencapai sasarannya.
2. Faktor Pemasaran dan Distribusi
Pemasaran dan distribusi adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
penyediaan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang memungkinkan
pembeli melakukan pembelian dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan
pembelian. Pemasaran dan distribusi memerlukan analisis pelanggan, riset
pemasaran, biaya input dan produksinya, perencanaan pengembangan produk,
penetapan harga dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi, serta
tanggungjawab sosial dan lingkungan.
3. Faktor Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari
posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Laporan keuangan
merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan dan
sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan usaha.
Sistem keuangan harus dikelola dengan baik, sehingga seluruh dana dapat
diedarkan ke semua bagian kegiatan. Kelebihan atau kekurangan dana
menandakan kurang tepatnya pengelolaan sistem keuangan (David, 2006).
4. Faktor Produksi
Faktor produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang
mengubah masukkan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi menangani
masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antara industri dan pasar.
Aktivitas dalam memproduksi merupakan bagian terbesar dari aset manusia dan
modal. Faktor produksi terdiri dari proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan
mutu. Kekuatan dan kelemahan dalam faktor produksi akan menentukan sukses
atau gagalnya perusahaan.
24
5. Faktor Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan yang dikelola dengan baik akan berusaha mengatur aktivitas
penelitian dan pengembangan (litbang) dengan cara memecahkan keterisolasian
litbang dari bagian perusahaan yang lain dan mendorong semangat kemitraan
antara manajer litbang dan manajer lain dalam perusahaan. Organisasi melakukan
investasi dalam litbang karena investasi tersebut dapat mengarah pada barang atau
jasa superior dan mendapat keunggulan bersaing.
Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum
pesaing melakukannya, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses
manufaktur untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang menjalankan strategi
pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan
yang kuat.
6. Faktor Sistem Informasi
Informasi mengikat semua fungsi bisnis menjadi dasar untuk semua
keputusan manajerial. Informasi mewakili sumber utama keunggulan dan
kelemahan bersaing. Tujuan sistem informasi adalah memperbaiki prestasi
perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan manajerial, karena organisasi
menjadi lebih kompleks, terdesentralisasi, dan tersebar secara global, sehingga
faktor sistem informasi menjadi sangat penting. Sistem informasi merupakan
sumberdaya strategi utama, mengikuti perubahan lingkungan, mengenali ancaman
persaingan, dan membantu dalam implementasi, evaluasi dan mengendalikan
strategi.
3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan
Menurut David (2006), analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan
untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan,
sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu
strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi terhadap
peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan.
Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1) Lingkungan Jauh Perusahaan
Menurut Pearce and Robinson (2009) lingkungan jauh eksternal terdiri
dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan
25
dengan situasi operasional perusahaan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya,
demografi, teknologi atau sering disebut PEST.
a. Faktor Politik
Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang
membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui
keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program
perpajakan, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif
dan berbagai tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen,
masyarakat umum dan lingkungan. Faktor politik dapat memberikan dan menjadi
peluang atau ancaman bagi suatu perusahaan.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan erat dengan sifat dan arah sistem ekonomi
tempat suatu perusahaan beroperasi. Pola konsumsi dipengaruhi oleh
kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strateginya
perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen
yang mempengaruhi industri. Faktor-faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan
adalah tingkat penghasilan yang dapat dibelanjakan (disposable income),
kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju
inflasi serta kecenderungan pertumbuhan pendapatan nasional bruto (PNB)
(Pearce dan Robinson 1997).
c. Faktor Sosial Budaya
Kekuatan sosial selalu berubah sebagai akibat upaya seseorang
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan
penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Perubahan sikap sosial diiringi
dengan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang dan jasa.
Perusahaan harus dapat memanfaatkan perubahan kekuatan sosial sebagai peluang
untuk melakukan ekspansi. Berbagai faktor sosial yang mempengaruhi suatu
perusahaan antara lain kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup masyarakat
di lingkungan ekstern perusahaan, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan
etnik.
26
d. Faktor Teknologi
Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin
mempengaruhi industri untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi.
Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk
baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik
produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat memberikan peluang berupa
membuka pasar dan produk yang canggih, dan dapat berupa ancaman terhadap
fasilitas produksi.
2) Lingkungan Industri
Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan
aturan permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial
tersedia bagi perusahaan. Menurut Porter (1997), keadaan persaingan dalam suatu
industri tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok, yang diperlihatkan pada
Gambar 3. Gabungan dari kelima kekuatan ini menentukan potensi laba akhir
dalam industri. Lima kekuatan persaingan yaitu masuknya pendatang baru,
ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawaar-
menawar pemasok (suppliers), serta persaingan di antara para pesaing yang ada.
Kelima hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa persaingan dalam suatu
industri tidak hanya terbatas pada para pemain yang ada. Kelima kekuatan
persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan
kemampuan dalam industri, atau kekuatan yang paling besar akan menentukan
serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi (Porter 1997).
Menurut David (2006), persaingan antar perusahaan sejenis biasanya
merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang
dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan
keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan oleh perusahaan
pesaing. Kelima kekuatan persaingan menurut Porter (1997) ditunjukkan pada
Gambar 2.
27
Gambar 2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri
(Sumber : Porter 1997)
3.2. Kerangka Operasional
Unit Peternakan E-coFarm memiliki usaha pengolahan susu yang cukup
berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun di sisi lain unit usaha ini harus
menghadapi persaingan usaha dan berbagai kondisi yang ada dalam lingkungan
internal maupun eksternal. Potensi E-coFarm yang belum dimaksimalkan dan
diiringi dengan permasalahan internal yang muncul menjadi salah satu alasan
mengapa analisis strategi pengembangan usaha perlu dilakukan.
Langkah awal yang dilakukan untuk memformulasikan strategi adalah
mengidentifikasi visi, misi dan tujuan organisasi. Perumusan strategi
pengembangan usaha selanjutnya akan dikaji berdasarkan kondisi eksternal dan
internal E-coFarm. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Perumusan strategi dilakukan
dengan menggunakan tiga tahap yang teridiri atas tahap pertama yang merupakan
tahap input (input stage), tahap dua merupakan tahap pencocokkan (matching
stage), dan tahap terakhir adalah tahap keputusan (decision stage).
Pesaing Industri
Persaingan di antara
perusahan yang telah ada
Ancaman Produk
pengganti (subtitusi)
Kekuatan
Tawar-menawar
Pembeli
Kekuatan
Tawar-menawar
Pemasok
Ancaman
Pendatang baru
yang potensial
28
Tahap pertama dalam kerangka kerja perumusan strategi adalah dengan
mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan. Pada tahap kedua
digunakan matriks SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi. Tahap ketiga
adalah menentukan prioritas alternatif strategi yang tepat untuk bisa digunakan
oleh perusahaan. Secara lengkap kerangka pemikirian operasional penelitian
dijelaskan pada Gambar 3.
29
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Unit Petenakan E-coFarm
E-coFarm belum mampu memaksimalkan usahanya
Dibutuhkan Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Identifikasi Visi, Misi dan Tujuan Unit Peternakan E-coFarm
Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal E-coFarm
Identifikasi Faktor-faktor Internal:
Manajemen
Pemasaran dan Distribusi
Faktor Keuangan dan Akuntansi.
Produksi
Sumber Daya Manusia
Identifikasi Lingkungan Eksternal:
1. Lingkungan Jauh (ekonomi, sosial budaya, teknologi
dan politik)
2. Faktor Lingkungan Industri
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Kekuatan Tawar Menawar
Pemasok
Ancaman Produk Pengganti
Ancaman Pendatang Baru
Persaingan dalam Industri
Kekuatan dan Kelemahan
Alternatif Strategi
Prioritas Strategi Pengembangan
Strategi Pengembangan Usaha
Peluang dan Ancaman
Matriks SWOT
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di E-coFarm (Education Corporate Farming)
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor. E-
coFarm bergerak dibidang penjualan dan pengolahan susu segar. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa
E-coFarm merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam penjualan dan
pengolahan susu segar dibawah naungan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Selain itu pertimbangan lain
berupa adanya ketersediaan data yang dibutuhkan dan kesediaan manajemen
perusahaan menjadikan perusahaan tersebut sebagai lokasi penelitian.
Pengumpulan data dilakukan sejak Desember 2009 sampai Mei 2010.
4.2. Metode Penentuan Sampel
Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Menurut david
(2006), dalam analisis ini untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal
yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di bidangnya.
Responden adalah orang-orang yang mengenal betul dinamika dan keadaan bisnis
yang dijalani. Responden dalam penelitian ini terdiri dari dua orang responden
yang berasal dari internal dan eksternal yaitu manajer lapang E-coFarm dan
pesaing terdekat pada unit usaha yaitu D-Farm. Adanya keterlibatan pihak
eksternal dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan alternatif strategi yang
lebih objektif.
4.3. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari perusahaan (E-coFarm) baik
dari hasil wawancara dan dari hasil observasi langsung yaitu dengan melihat dan
mengamati situasi perusahaan, mengumpulkan dan mencatat data penjualan
produksi susu. Data primer berupa faktor-faktor strategis internal dan eksternal
diperoleh dengan cara wawancara menggunakan responden sebagai narasumber.
Narasumber dalam pengambilan informasi tentang faktor-faktor internal dipilih
31
dari pihak perusahaan. Tujuan dari pemilihan responden tersebut adalah dengan
anggapan bahwa pihak perusahaan akan lebih mengetahui faktor-faktor internal
dan eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan. Wawancara juga
dilakukan dengan pesaing terdekat untuk membandingkan kondisi eksternal
usaha.
Data sekunder dapat diperoleh dari beberapa buku yang terkait dengan
penelitian, studi pustaka, literatur dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat
Statistik (BPS), Ditjen Peternakan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi, jurnal dan artikel. Data sekunder berupa pendukung penelitian melalui
penelitian-penelitian sebelumnya dapat diperoleh dari skripsi sebelumnya dan
browsing internet guna mencari data yang mendukung penenlitian.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai Mei 2010 di
E-coFarm (Fapet IPB). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
dengan metode observasi langsung, wawancara, studi pustaka, literatur dari BPS,
Ditjen Peternakan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, jurnal dan
arikel serta browsing internet.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.
Tujuan metode deskriptif adalah untuk memberikan gambaran secara sistematis,
aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara
fenomena yang diteliti. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif
melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis kualitatif digunakan
untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yaitu menggunakan analisis
SWOT dalam penentuan alternatif strategi.
4.5.1. Analisis SWOT
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka
dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi
alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu
menganalisis peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Untuk menentukan
32
faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman dilakukan
wawancara interatif dengan pihak perusahaan. Pada proses awal wawancara
peneliti berusaha mencari informasi keadaan internal diantaranya mengenai
manajemen, pemasaran dan distribusi, keuangan dan akuntansi, produksi dan
sumberdaya manusia. Setelah informasi tersebut terkumpul kemudian peneliti
membuat daftar faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan yang kemudian
dikonfirmasikan kembali dengan pihak perusahaan dengan tujuan memastikan
bahwa daftar kekuatan dan kelemahan yang dibuat tersebut sudah
menggambarkan kondisi internal perusahaan. Kemudian peneliti juga melakukan
wawancara untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi perusahaan berdasarkan lingkungan jauh dan lingkungan industri.
Pada tahapan ini peneliti memberikan panduan secara umum tentang faktor-faktor
yang ada didalam lingkungan jauh dan lingkungan industri. Kemudian pihak
perusahaan memberikan penjelasan tentang pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap perusahaan. Dari hasil penjelasan yang didapat peneliti membuat daftar
peluang dan ancaman yang kemudian di konfirmasikan kembali dengan pihak
perusahaan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak pesaing terdekat
untuk mendapatkan informasi apakah faktor yang menjadi peluang dan ancaman
pada E-coFarm juga berpengaruh terhadap usaha yang dijalankan pihak pesaing.
Setelah mendapatkan data peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, tahap
yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT.
Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan bagi para manajer dalam
mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-
peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan
faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk
mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik, dan tidak
ada satu pun kecocokan terbaik (David 2006). Matriks SWOT menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan.
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi
33
kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal
ini tidak berarti bahwa organisasi yang pasti selalu menghadapi ancaman frontal
dalam lingkungan eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman
merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman lingkungan.
Matriks SWOT menampilkan sembilan sel, yaitu empat sel faktor kunci
yang menentukan, empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT,
dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci yang diberi nama S,
W, O, dan T, dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel
strategi yang diberi nama dengan Penyusunan matriks SWOT dapat dilihat pada
Gambar 4.
Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
Eksternal
Kekuatan (S)
Daftar kekuatan
Kelemahan (W)
Daftar kelemaha
Peluang (O)
Daftar peluang-peluang
Strategi S-0
Membuat strategi dengan
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi W-O
Membuat strategi yang
memanfaatkan peluang
untuk mengatasi
kelemahan
Ancaman (T)
Daftar ancaman-ancaman
eksternal
Strategi S-T
Membuat strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Strategi W-T
Membuat strategi yang
meminimumkan
kelemahan dan
menghindari ancaman.
Gambar 4. Matriks SWOT Sumber: David (2006)
Berdasarkan Gambar 4. diperoleh delapan langkah dalam menyusun matriks
SWOT, yaitu:
1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan
2. Menentukan faktor-faktor ancaman organisasi atau perusahaan
3. Menentukan faktor-faktor kekuatan organisasi atau perusahaan
4. Menentukan faktor-faktor kelemahan organisasi atau perusahaan
34
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan
strategi S-O. Catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan.
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O. Catat hasil strategi WO dalam sel yang
ditentukan.
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi S-T. Catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan.
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi WT. Catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.
4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi
Penentuan alternatif strategi ini dilakukan dengan cara wawancara secara
langsung dengan manajer perusahaan. Wawancara yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui alternatif strategi yang bisa dijalankan oleh perusahaan dengan
mengacu pada hasil analisis SWOT, kemudian menentukan alternatif strategi yang
mungkin untuk terlebih dahulu dijalankan secara berurutan.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm
Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri
pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi
perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor
sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang
bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput).
Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 20 ekor, terdiri dari 14
ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Jumlah pegawai yang sekarang
bekerja di E-coFarm berjumlah 10 orang yaitu 1 orang penanggung jawab, 1
orang manajer, 6 orang bagian peternakan dan 2 orang tenaga kerja bagian
pengolahan dan pemasaran. Produksi rata-rata susu segar yang dihasilkan E-
coFarm sebanyak 60-80 liter perhari.
E-coFarm merupakan kegiatan usaha peternakan dalam kawasan
pendidikan yang melibatkan peternak sebagai pelaku bisnis atau peserta
pembelajaran dan menitikberatkan pada proses pendidikan dengan semua kegiatan
yang berbasis pada penelitian dan output utamanya adalah sumberdaya manusia
peternakan yang semakin berkualitas. Program yang direncanakan dalam E-
coFarm meliputi program pembelajaran bagi peternak pada fasilitas produksi
Fakultas Peternakan (IPB) dan program usaha unit produksi yang dilakukan oleh
peternak atau calon peternak yang akan dikembangkan. Dengan berbagai potensi
yang dimiliki, seperti ketersediaan bahan baku dan sumberdaya peternak (tenaga
kerja), E-coFarm memiliki peluang untuk menjadi salah satu sentra pengolahan
susu sapi bukan hanya di lingkungan kampus IPB tetapi juga di daerah Bogor.
5.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
Adapun visi dan misi yang terdapat dalam program Education Corporate
Farming (E-coFarm) adalah:
1. Pendidikan (Education); program ini menitikberatkan pada proses
pendidikan yang digambarkan dengan semua kegiatan yang berbasis pada
penelitian dan output utamanya adalah sumberdaya manusia peternakan
yang semakin berkualitas,
36
2. Perusahaan (corporate); semua alokasi sumberdaya ditujukan untuk
mencapai keuntungan maksimal yang menitikberatkan pada entitas
manajemen profesional, dan
3. Budidaya (farming); kegiatan yang dijadikan penggerak keberlanjutan
program, sekaligus dijadikan dasar tolok ukur keberhasilan.
Beberapa Tujuan dari E-coFarm adalah :
1. Meningkatkan kemampuan bisnis peternak dan memperbaiki pendapatan
peternak,
2. Mencetak peternak baru yang memenuhi standar dan kualifikasi yang
diharapkan untuk menjalankan unit usaha peternakan,
3. Meningkatkan kompetensi Mahasiswa dan Dosen Fakultas Peternakan (IPB)
dibidang peternakan melalui real lesson learn process,
4. Mengembangkan sistem komunikasi dua arah antara peternak, Perguruan
Tinggi dan Pemerintah dalam upaya mengembangkan IPTEK dan model
pembinaan,
5. Mengembangkan pasar potensial di kawasan Perguruan Tinggi dan
sekitarnya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi civitas akademika dan
pegawai Perguruan Tinggi (IPB) terhadap produk pangan asal hewan, dan
6. Membangun jaringan kerjasama antara Departemen Pertanian (Direktorat
Jenderal Peternakan) dan Departemen Pendidikan Nasional dalam rangka
membangun SDM yang tangguh dan berdaya saing tinggi.
E-coFarm bertindak sebagai lembaga pendidikan yang memiliki
kompetensi peternakan dalam bidang pengembangan sapi perah dan produksi susu
segar serta hasil olahannya.
5.3. Lokasi Perusahaan
Unit usaha E-coFarm terletak di Jalan Kayu Manis Blok A, Kampus IPB
Darmaga-Bogor. Lokasi ini terletak di dalam wilayah laboratorium lapangan
Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
37
5.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan hubungan tanggung
jawab dan wewenangan yang ada pada perusahaan. Awal mula berdirinya E-
coFarm bermula dari Fakultas Peternakan IPB mengadakan kerja sama dengan
Departemen Pertanian dalam upaya menggairahkan usaha peternakan khususnya
sapi perah. Fakultas peternakan bertanggung jawab atas terlaksananya usaha ini
kepada Deptan. Dalam rangka menjalankan usaha ini, Dekan Fakultas Peternakan
menunjuk seorang penanggung jawab langsung E-coFarm untuk bisa menjalankan
usaha ini dengan baik. Penanggung jawab E-coFarm dibantu oleh seorang
manager yang berfungsi untuk menggerakan beberapa divisi yaitu ; divisi
produksi, divisi pengolahan, divisi pakan, dan divisi pemasaran. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. Berikut dibawah ini:
Gambar 5. Struktur Organisasi E-coFarm
Dekan Fakultas
Peternakan
Penanggung
Jawab
Unit Usaha
E-coFarm
Manager
Divisi
Produksi Divisi
Pengolahan
Divisi
Pakan
Divisi
Pemasaran
Departemen
Pertanian
38
5.5. Produk Perusahaan
E-coFarm saat ini menjual susu segar dan produk olahannya. Produk hasil
pengolahan yang dilakukan oleh E-coFarm adalah susu pasteurisasi, yoghurt dan
puding. Susu pasteurisasi terdiri dari susu pasteurisasi rasa yang dikemas dengan
cup 200 ml dan plastik 500 ml dan 100 ml serta susu pasteurisasi plain yang
dikemas dengan plasik 100 ml, 500 ml dan 1000 ml. Yoghurt yang dihasilkan
diantaranya yoghurt cup 100 ml dan yoghurt stik 50 ml dan 30 ml. Sedangkan
puding dikemas dengan cup 100 ml.
VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA
Analisis lingkungan usaha adalah proses awal dalam manajemen strategi
yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan
mencakup semua faktor, baik yang berada didalam maupun diluar perusahaan
yang dapat memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara
garis besar analisis lingkungan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian besar
yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan.
6.1. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh E-coFarm. Aspek lingkungan internal yang akan dikaji meliputi
manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan sumberdaya
manusia (SDM).
6.1.1. Manajemen
Aspek manajemen yang dikaji meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengelolaan staf, pemberian motivasi dan pengendalian.
a. Perencanaan
E-coFarm memiliki visi dan misi usaha . Hal ini menunjukkan bahwa E-
coFarm memiliki perencanaan jangka panjang sebagai bagian dari cita-cita dan
tujuan usaha di masa yang akan datang. Secara umum, E-coFarm belum
melakukan fungsi perencanaan seperti yang seharusnya. Hal ini terlihat dari belum
adanya perencanaan usaha yang tersusun jelas dan tertulis, baik untuk
perencanaan jangka pendek maupun jangka menengah. Seluruh kegiatan
perencanaan dilakukan oleh manajer lapang diantaranya perancanaan dalam hal
produk, distribusi dan harga. Pada perancanaan produk manajer merencanakan
dan menentukan kuantitas produk yang diproduksi berdasarkan stok produk yang
ada. Pada perencanaan distribusi manajer melakukan perencanaan yang meliputi
wilayah distribusi dan sistem pendistribusiannya. Dan perencanaan harga yang
dilakukan adalah menetapkan harga produk sesuai dengan biaya produksi yang
dikeluarkan.
40
b. Pengorganisasian
Pada dasarnya E-coFarm belum memiliki pengelolaan kompeten yang
benar-benar fokus menangani usaha. Hal ini menyebabkan fungsi
pengorganisasian E-coFarm belum berjalan dengan baik. Pembagian kerja pada
divisi peternakan dan pengolahan sudah terorganisasi dengan baik. Tetapi
E-coFarm belum memiliki divisi yang khusus menangani distribusi. Manajer
E-coFarm yang memimpin seluruh divisi bertanggung jawab sebagai perencana
dan pengelola keuangan perusahaan. Manajer lapang membuat laporan produksi
dan keuangan yang kemudian dilaporkan kepada penanggung jawab E-coFarm.
Tetapi laporan produksi dan keuangan masih sederhana yaitu dalam bentuk
laporan harian produksi, pengolahan dan pendapatan harian. Selain itu
pengelolaan keuangan lain seperti pembayaran upah karyawan dan persediaan
bahan baku juga dilakukan oleh manajer.
c. Pengelolaan Staf
Pengelolaan staf dalam perusahaan terkait dengan budaya atau iklim kerja
yang diterapkan oleh perusahaan. Budaya atau iklim kerja ini adalah harapan serta
kebiasaan masing-masing orang yang ada di perusahaan tersebut yang pada
umumnya tetap dipertahankan. Pada E-coFarm, budaya atau iklim kerja yang
terjadi lebih cenderung kearah kekeluargaan. Dengan kondisi seperti ini
komunikasi manajer dan pekerja lainnya tidak bersifat kaku sehingga
memudahkan manajer dalam melakukan pembagian tugas kepada karyawan. Dan
begitu juga sebaliknya, karyawan tidak merasa malu dan ragu bila ingin
menyampaikan sesuatu kepada manajer terkait dengan masalah pekerjaan. Selain
itu perusahaan juga berupaya untuk memberikan motivasi kepada karyawannya.
Upaya motivasi yang dilakukan oleh E-coFarm kepada para karyawan adalah
dengan pemberian insentif disamping memberikan gaji pokok setiap bulannya.
Karyawan E-coFarm memperoleh tunjangan kesehatan untuk biaya pengganti
pengobatan. Selain itu diberikan tunjangan lainnya (THR) berupa uang yang
diberikan e-coFarm pada saat menjelang hari raya.
41
d. Pengendalian
Pada umumnya E-coFarm melakukan pengendalian hanya terbatas pada
bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan
pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan
karena terkait langsung dengan proses pengolahan, sehingga kontinuitas
pembuatan produk olahan tetap terjaga. Sama halnya dengan pengadaan bahan
baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting dilakukan karena terkait
dengan kualitas atau mutu yoghurt yang dihasilkan.
6.1.2. Pemasaran
Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang
dan jasa. Aspek pemasaran dikaji melalui pendekatan bauran pemasaran yang
meliputi analisis terhadap produk, harga, distribusi dan promosi. Bauran
pemasaran yang dijalankan oleh e-coFarm adalah sebagai berikut:
1. Produk
E-coFarm sebagai salah satu perusahaan pengolahan susu yang sedang
berkembang, selalu berusaha mempertahankan mutu produk dan pelayanan.
Untuk dapat mempertahankan mutu produknya E-coFarm sangat memperhatikan
kegiatan usahanya, terutama kegiatan pengolahan yang sangat berpengaruh
terhadap produk yang dihasilkan. Upaya mempertahankan pelayanan dilakukan
dengan cara membina hubungan baik konsumennya dengan cara memberikan
diskon atau potongan harga untuk pembelian dalam jumlah tertentu. Dengan
demikian diharapkan mampu meningkatkan penjualan produk yang akhirnya akan
meningkatkan pendapatan E-coFarm. Produk yang dijual E-coFarm diantaranya
adalah susu segar, susu pasteurisasi, yoghurt dan puding. Produk tersebut dikemas
dengan menggunakan plastik dan cup. Dari segi kemasan, E-coFarm hanya
memasang merek produk tanpa dilengkapi izin edar dari BPOM maupun
sertifikasi halal dari MUI serta informasi produk lainnya.
42
Berdasarkan undang-undang No. 7 tahun 1998 tentang pangan, label suatu
produk harus memuat sekurang-kurangnya keterangan mengenai:
a. Nama produk
b. Daftar bahan yang digunakan
c. Berat bersih atau isi bersih
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi
e. Keterangan tentang halal
f. Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa
2. Harga
Harga merupakan unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan
penerimaan bagi perusahaan dan menunjukan posisi perusahaan dalam
persaingan. Dalam menetapkan harga produknya, E-coFarm memperhitungkan
biaya produksinya kemudian ditambah jumlah tertentu untuk mendapat laba yang
dikehendaki untuk produk tersebut. Harga jual untuk produk E-coFarm berbeda-
beda tergantung jenis dan ukuran produknya. Berikut ini merupakan gambaran
umum mengenai harga jual produk E-coFarm.
Tabel 9. Harga Jual Produk E-coFarm
Produk Bentuk Kemasan Harga Jual (Rp)
Susu segar Plastik 1000ml 5000
Susu pasteurisasi Cup 200 ml 2500
Plastik 100 ml 1000
Plastik 500 ml 5000
Plastik 1000 ml 8000
Yoghurt Stik 30 ml 500
Stik 50 ml 1000
Cup 100 ml 2500
Puding Cup 100 ml 2500
Sumber: E-coFarm, 2010
43
3. Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya
kepada konsumen. Secara umum, pihak perusahaan dalam mendistribusikan
produknya melalui dua pola saluran yaitu penjualan secara langsung kepada
konsumen yang dilakukan di tempat usaha dan penjualan oleh distributor atau
pengecer yang datang langsung ke E-coFarm. Distributor atau pengecer yang
datang langsung ke E-coFarm bukan distributor tetap. Waktu pembelian yang
dilakukan oleh distributor atau pengecer tersebut sangat jarang. Saat ini E-coFarm
hanya mampu mendistribusikan produknya di wilayah lingkar Kampus IPB,
Darmaga saja. E-coFarm belum memiliki tenaga kerja atau agen distribusi yang
mampu mendistribusikan produknya ke wilayah yang lebih luas.
4. Promosi
Kegiatan promosi yoghurt sejauh ini belum banyak dilakukan oleh E-
coFarm. Promosi yang dilakukan oleh E-coFarm adalah melalui informasi dari
mulut ke mulut. Pengunjung atau pelanggan dapat menjadi sumber informasi
mengenai keberadaan produk yoghurt E-coFarm. Selain itu, promosi di lakukan
dengan menggunakan brosur atau selebaran mengenai profil produk dan usaha
yoghurt E-coFarm. E-coFarm belum memiliki media promosi yang lebih baik.
E-coFarm seharusnya bisa memanfaatkan teknologi internet sebagai media
promosi produknya dengan cara membuat website. Dengan demikian E-coFarm
dapat memperkenalkan dengan mudah dan dapat membantu konsumen yang ingin
melakukan pemesanan secara online. E-coFarm juga pernah mempromosikan
produknya pada kegiatan pameran yang diadakan oleh Fakultas Peternakan.
6.1.3. Keuangan
Modal merupakan bagian penting dari suatu usaha. Modal awal pendirian
E-coFarm berasal dari kerjasama antara Departemen Pertanian dan fakultas
peternakan IPB. Modal tersebut berupa investasi peternakan sapi perah. Kemudian
setelah peternakan sapi perah berkembang dan memberikan keuntungan E-coFarm
melakukan pengembangan usaha pengolahan susu. Dengan kata lain untuk
berkembang E-coFarm harus bisa mengelola keuangan hasil pendapatannya.
44
E-coFarm yang saat ini telah menjalankan usaha pengolahannya, masih kesulitan
untuk melakukan pengembangan usaha karena hasil penjualan yang didapat tidak
mencukupi untuk mengambil langkah-langkah yang mengarah ke pengembangan
usaha.
Sistem pencatatan keuangan E-coFarm sudah dilakukan dengan baik.
Pencatatan keuangan berupa catatan penjualan harian dan bulanan serta laporan
rugi laba sudah dilakukan oleh manajer E-coFarm. Tetapi laporan keuangan yang
dibuat masih sederhana. E-coFarm belum memiliki tenaga ahli yang khusus untuk
menangani sistem akuntansi keuangan perusahaan. Pencatatan keuangan
sebaiknya dilakukan sesuai standar. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
perusahaan khususnya UKM dalam melakukan peminjaman modal dengan pihak
perbankan. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar dalam pengambilan
keputusan, antara lain dalam pengembangan usaha dan penetapan harga.
6.1.4. Produksi
Bahan baku susu yang digunakan dalam pengolahan menjadi yoghurt
berasal dari unit peternakan E-coFarm. Unit peternakan E-coFarm mampu
menghasilkan susu sapi segar rata-rata 60-80 liter perhari. Susu segar tersebut
tidak seluruhnya digunakan untuk pembuatan produk olahan. Sebagian susu segar
dijual karena keterbatasan kapasitas produksi. Bahan penolong dalam produksi
yoghurt terdiri dari gula sebagai bahan penolong utama, essense dan kultur bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kultur bakteri tersebut
diperoleh dari Laboratorium Bagian IPT Perah Fakultas Peternakan IPB dan Balai
Penelitian Pasca Panen IPB Cimanggu, Bogor. Dalam proses pengolahan susu
pasteurisasi, yoghurt dan puding E-coFarm menggunakan bahan bakar berupa gas
elpiji 12 kilogram. Proses pengemasan menggunakan plastik dilakukan secara
manual sedangkan untuk kemasan cup digunakan mesin sealer. E-coFarm sangat
mengutamakan kebersihan dalam kegiatan pengolahannya karena hal ini sangat
berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Kontaminasi bibit penyakit
dapat merusak kualitas produk dan dapat membahayakan konsumen yang
membeli produk E-coFarm.
45
6.1.5. Sumberdaya Manusia
Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, umumnya ditunjang oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki.
Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas tenaga
kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam
menentukan kemajuan suatu usaha.
Sumberdaya manusia unit peternakan E-coFarm pada tingkat pegawai
terbagi menjadi dua divisi yaitu pegawai bagian peternakan dan pegawai bagian
pengolahan susu. Jumlah pegawai pada bagian peternakan terdiri dari enam orang
(4 orang pegawai kandang dan 2 orang pencari rumput). Pegawai pada bagian
pengolahan susu terdiri dari 2 orang pegawai harian.
Latar belakang pendidikan penanggung jawab dan manajer E-coFarm
adalah profesor dan pasca sarjana. Manajer pelaksana bertugas untuk mengatur
dan melakukan kontrol serta evaluasi kegiatan. Penanganan di lapangan baik
untuk bagian budidaya dan pengolahan susu ditangani oleh manajer pelaksana.
Kompleksitas pengelolaan usaha peternakan dan pengolahan susu sangat
membutuhkan sumberdaya manusia yang berpengalaman dan kompeten, dalam
hal ini E-coFarm memiliki sumberdaya tersebut. Namun, pada bagian teknis
produksi pengolahan susu berlatar belakang pendidikan SMP dan SD.
Kemampuan pegawai tersebut sudah memiliki keterampilan teknis yang baik hasil
binaan Fakultas Peternakan IPB.
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengembangkan faktor-
faktor yang terbatas mengenai peluang yang dapat memberikan manfaat bagi
suatu usaha dan faktor-faktor ancaman yang harus dihadapi. Menurut Umar
(2008), lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori yaitu lingkungan jauh
dan lingkungan industri.
6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh
Analisis lingkungan jauh mengkaji empat faktor penting yaitu ekonomi,
sosial, politik dan teknologi.
46
6.2.1.1. Faktor Ekonomi
Aspek ekonomi berpengaruh penting terhadap kelangsungan suatu usaha.
Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana
suatu perusahaan akan atau sedang beroperasi. Faktor ekonomi yang
mempengaruhi E-coFarm antara lain:
1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupatn Bogor secara agregat menunjukkan
adanya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun maka digunakan indikator Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai
dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini
merupakan pertumbuhan sektor ekonomi Bogor pada tahun 2003 sampai tahun
2007 (Tabel 10).
Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Bogor pada Tahun 2003-2007 (Jutaan Rupiah)
Tahun Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan (Jutaan Rp)
2003 881.718,49
2004 940.062,95
2005 1.002.371,89
2006* 1.059.336,89
2007** 1.126.541,95
Sumber : Badan Pusat Statistik Bogor, 2007
Keterangan : *) angka diperbaiki
**) angka sementara
Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa nilai PDRB atas dasar harga
konstan yang dihasilkan oleh Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari
tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya korelasi yang positif
antara laju pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB yang dihasilkan, dimana
47
laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2007 semakin baik yang
diiringi dengan peningkatan nilai PDRB yang dihasilkan.
2. Kenaikan Harga Bahan Baku
Beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan perkembangan harga
yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi yaitu harga gula dan bahan
bakar gas.
a. Harga Gula
Pada proses pengolahan produk, perusahaan menggunakan bahan
penolong berupa gula. Harga gula di Indonesia selalu mengalami perubahan. Hal
ini akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan. Perkembangan harga gula
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perkembangan Harga Rata-Rata Gula Bulan Januari 2008-Bulan Februari 2009
Tahun Harga Rata-Rata Gula (Rp/Kg)
Januari 2008 6.415
Februari 2008 6.430
Maret 2008 6.437
April 2008 6.301
Mei 2008 6.440
Juni 2008 6.502
Juli 2008 6.441
Agustus 2008 6.463
September 2008 6.446
Oktober 2008 6.426
November 2008 6.434
Desember 2008 6.481
Januari 2009 6.649
Februari 2009 7.502
Sumber: Departemen Perdagangan RI, 2009
Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa terjadi kenaikan harga gula pada
tahun 2009. Kondisi ini dapat mengancam keberadaan industri minuman jadi yang
menggunakan gula sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan produknya.
48
Hal ini karena dengan adanya kenaikan harga gula maka akan meningkatkan biaya
produksi.
b. Harga Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas juga memiliki fungsi yang sama pentingnya dalam proses
pengolahan. Bahan bakar gas ini digunakan untuk melakukan pemanasan pada
susu segar. Tabel 12 menunjukkan perkembangan harga gas elpiji tahun 2005-
2008.
Tabel 12. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg)
Tahun Harga Gas Elpiji
3 Kg 6 Kg 12 Kg 50 Kg
2005 - 25500 51000 212500
2006 - 25500 51000 212500
2007 12750 25500 51000 312950
Jan-08 12750 25500 51000 396600
Apr-08 12750 25500 51000 340150
Jul-08 12750 31500 63000 343900
Aug-08 12750 - 69000 362750 Sumber: PT. Pertamina, 2009
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung
mengalami kenaikan. Kondisi ini tentunya dapat mengancam pelaku usaha yang
menggunakan gas elpiji untuk kelangsungan proses produksinya karena dapat
menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemerintah
harus selalu waspada terhadap fluktuasi harga yang terjadi sehingga kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat menjamin kelangsungan hidup para
pelaku usaha.
3. Kebijakan Skim Kredit
Kebijakan skim kredit yang ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga
keuangan untuk industri kecil merupakan peluang untuk meningkatkan modal
kerja sehingga dapat mengembangkan usahanya. Sebagai contoh skim kredit yang
ditawarkan oleh Bank Negara Indonesia dalam menargetkan penyerapan kredit
bagi usaha kecil menengah di Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran UMKM di
provinsi Jawa Barat ditingkatkan dari Rp. 1,6 miliar menjadi 1,8 milliar3.
49
6.2.1.2. Faktor Sosial
Faktor Sosial dapat mempengaruhi suatu usaha karena selalu terjadi
perubahan sebagai akibat dari upaya individu ataupun sekelompok orang untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui pengendalian dan penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Dewasa ini meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan memberikan kesempatan kepada produk hasil pengolahan
susu ataupun minuman kesehatan lainnya untuk masuk dalam persaingan sebagai
minuman dengan nilai gizi tinggi tentunya dengan jaminan keamanan untuk
dikonsumsi. Selain itu semakin tinggi tingkat pendidkan masyarakat juga
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat akan minuman kesehatan. Hal
ini terkait dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya
pemenuhan gizi bagi kesehatan. Tabel 13 menunjukkan konsumsi dan
pengeluaran rata-rata minuman kesehatan per kapita sebulan tahun 2008.
Tabel 13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita
Per bulan Tahun 2008
Golongan Pengeluaran Konsumsi Rata-Rata Minuman Kesehatan
Per Kapita Perbulan (%)
Kurang dari 100.000 -
100.000-149.999 0,007
150.000-199.999 0,008
200.000-299.999 0,013
300.000-499.999 0,022
500.000-749.999 0,039
750.000-999.999 0,078
1.000.000 dan lebih 0,104
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa semakin tinggi golongan
pengeluaran maka konsumsi rata-rata masyarakat untuk minuman kesehatan juga
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran masyarakat lebih besar
dan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi akan mengalokasikan pengeluarannya
untuk mengkonsumsi minuman kesehatan.
50
6.2.1.3. Faktor Politik
Kondisi politik dapat memberikan pengaruh kepada suatu usaha. Bentuk
hukum, perundang-undangan hingga badan/instansi pemerintah lainnya yang
mempengaruhi kelancaran organisasi merupakan aspek-aspek yang harus
diperhatikan oleh para pelaku usaha (Amir, 2005). Kondisi politik di Indonesia
saat ini mulai membaik, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal ini dapat dilihat dari menguatnya nilai rupiah terhada US dollar dan
berkembangnya investasi di berbagai bidang. Tetapi kondisi politik di Indonesia
sejauh ini tidak berpengaruh besar terhadap industri pengolahan susu di Indonesia
terutama pada E-coFarm yang merupakan suatu usaha kecil yang juga bergerak
dibidang pengolahan susu.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 19/PMK.011/2009 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu. Dalam
peraturan ini ditetapkan bahwa tarif bea masuk untuk skim milk powder,
fullcream milk, yoghurt, buttermilk dan produk susu lainnya adalah 0% terhitung
mulai 13 Februari 2009. Peraturan tersebut merupakan pelindung bagi perusahaan
besar produk susu olahan di Indonesia. Dengan demikian, jumlah susu impor yang
di jual di Indonesia aka sangat banyak dan tentunya dengan harga yang lebih
murah sehingga mempermudah para investor untuk membuka usaha pengolahan
susu.
Ada beberapa peraturan yang memiliki pengaruh pada E-coFarm,
diantaranya adalah label halal dari MUI, izin BPOM dan Tanda Daftar Industri. E-
coFarm sampai saat ini belum memiliki label halal dari MUI begitu juga dengan
izin dari BPOM. Izin dari BPOM ini terkait dengan izin edar suatu produk dan
keamanan pangan. Produk pangan yang beredar harus lolos dari uji laboraturium
BPOM. Peraturan selanjutnya adalah peraturan pemerintah daerah tentang Tanda
Daftar Industri yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3
tahun 2002 tentang Pengelolaan Usaha Industri dan Perdagangan dan Perda
Kabupaten Bogor Nomor 7 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri. Tiga
peraturan tersebut bisa menjadi penghalang jika E-coFarm ingin memasarkan
produknya ke pasar yang lebih luas.
51
6.2.1.4. Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang pesat.
Kemajuan teknologi dapat membantu meningkatkan produktivitas suatu usaha
termasuk industri pengolahan susu. Penerapan teknologi pada industri
pengolahan sangat membantu dalam proses produksi yaitu dengan meningkatkan
efisiensi.
Penerapan teknologi pada pengolahan susu di E-coFarm masih tergolong
sederhana, diantaranya belum memiliki inkubator untuk menyimpan bakteri pada
suhu tertentu agar tidak mati, alat pasteurisasi yang digunakan adalah panci
aluminium, lemari es/freezer dan kompor gas. Pada proses memanaskan susu
digunakan kompor gas karena lebih efisien dan menghemat biaya produksi.
6.2.2. Analisis Lingkungan Industri
6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Susu pasteurisasi dan yoghurt merupakan produk olahan susu yang sudah
lama dikenal masyarakat. Proses pembuatannya relatif mudah karena tidak
membutuhkan teknologi yang terlalu canggih.Produk tersebut dapat dibuat dengan
menggunakan peralatan dapur sederhana. Bahan baku pembuatan yoghurt mudah
didapat, hanya saja pada starter bakteri sulit didapat mengingat pada proses
pembiakan bakteri yang tidak jarang mengalami kegagalan. Selain itu modal yang
dibutuhkan untuk melakukan usaha pengolahan ini tidak terlalu besar. Oleh
karena itu, hambatan masuk industri pengolahan susu menjadi rendah.
Rendahnya hambatan masuk pada industri pengolahan susu menjadi
ancaman besar bagi perusahaan yang sudah berjalan saat ini termasuk bagi E-
coFarm. Perusahaan dengan modal besar maupun kecil akan dengan mudah
memasuki industri ini. E-coFarm memiliki modal usaha yang terbatas sehingga
akan rentan terhadap industri pengolahan lainnya yang memiliki modal yang
lebih besar.
6.2.2.2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Analisis kekuatan tawar menawar pemasok ditujukan untuk melihat
kemampuan pemasok dalam mempengaruhi suatu industri melalui
52
kemampuannya memenuhi kebutuhan konsumennya. Pemasok merupakan pihak
yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan baku untuk kelangsungan proses
produksi. E-coFarm membutuhkan pemasok bahan penolong seperti gula, esense,
gas elpiji, kemasan plastik dan cup, sedangkan bahan baku utama berupa susu
mudah diperoleh yakni dari dari unit peternakan E-coFarm sendiri sehingga dapat
terpenuhi kebutuhan untuk produksi. Bahan penolong seperti gula, esense, gas
elpiji, kemasan plastik dan cup bisa diperoleh dari toko-toko langganan di pasar.
E-coFarm memiliki banyak pilihan dalam menentukan pemasok bahan penolong
sehingga kekuatan tawar menawar pemasok tidak dirasakan oleh E-coFarm.
6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Kekuatan pembeli dalam industri ditentukan oleh karakter pasarnya dan
kepentingan relatif pembeli dari industri yang bersangkutan. Sasaran utama
yoghurt E-cofarm adalah mahasiswa IPB khusunya mahasiswa Fakultas
Peternakan dan FKH. Produk E-coFarm merupakan jajanan sehat dengan harga
terjangkau semua kalangan.
Banyaknya pilihan produk dengan berbagai rasa dan kemasan
menyebabkan pembeli dihadapkan pada beberapa pilihan tergantung selera dan
tingkat kesukaan pembeli. Oleh karena itu pembeli memiliki posisi tawar
menawar yang kuat. Hal ini dapat menjadi ancaman E-coFarm karena konsumen
saat ini belum memiliki loyalitas terhadap merek produk E-coFarm.
Berkembangnya industri yang bergerak dibidang pengolahan minuman
kesehatan pada saat ini menguntungkan pembeli karena banyaknya perusahaan
yang menawarkan produk-produk yang relatif sama. Kondisi ini menyebabkan
pembeli memiliki pilihan produk yang banyak, sehingga pembeli dengan mudah
dapat berpindah dari suatu produk ke produk lainnya jika kebutuhan atau
permintaan mereka tidak dapat dipenuhi.
6.2.2.4. Ancaman Produk Pengganti
Mengenali produk-produk pengganti merupakan persoalan mencari produk
lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri.
Faktor harga dan kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari poduk
pengganti. Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti
53
relatif lebih murah. Pada industri pengolahan susu, produk yang digolongkan ke
dalam produk pengganti adalah minuman susu fermentasi dan minuman kesehatan
lainnya seperti yakult, vitacham, yoghurt cimori, kefir, activia dan lain-lain. Hal
ini dikarenakan perusahaan memberikan positioning untuk produknya bahwa
produk yang dihasilkan merupakan minuman kesehatan.Tingginya produk
substitusi dari yoghurt memberikan ancaman bagi perusahaan untuk menguasai
pasar dengan inovasi produk, sehingga konsumen bebas memilih produk
minuman kesehatan sesuai dengan selera masing-masing.
6.2.2.5. Persaingan di Antara Para Pesaing yang Ada
Persaingan yang terjadi dalam industri pengolahan susu cukup kompetitif.
Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya produk yang dipasarkan di wilayah
Bogor, khususnya di sekitar kampus IPB terdapat beberapa indutsri pengolahan
yoghurt yaitu D-Farm dan Daffarm dengan menawarkan produk yang sama
dengan harga bersaing.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bogor,
jumlah pelaku usaha yang begerak pada bidang pengolahan susu dan terdaftar
dalam dinas hanya terdiri atas enam pelaku usaha. Salah satu faktor penyebabnya
adalah pelaku usaha menganggap usaha pengolahan susu yang mereka jalankan
masih berskala kecil sehingga mereka tidak mendaftarkan produknya ke Dinas
keamanan pangan terkait. Meskipun jumlah pelaku usaha yang terdaftar hanya
sedikit, namun produk olahan berbahan baku susu dari luar Bogor juga
memasarkan produknya ke wilayah Bogor, terutama perusahaan-perusahaan besar
yang memiliki jaringan distribusi yang luas. Bertambahnya jumlah perusahaan
dalam industri pengolahan susu menunjukkan semakin tingginya tingkat
persaingan yang terjadi antar produsen. Selain itu, skala usaha yang dijalankan
juga beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, menengah sampai besar.
Secara umum, persaingan yang terjadi pada industri pengolahan susu
adalah persaingan pasar, mutu dan harga jual produk. Persaingan pasar terjadi jika
jumlah pelaku usaha yang beroperasi semakin banyak sehingga para pelaku usaha
harus jeli dan hati-hati dalam menentukan wilayah pemasaran produk yang
dihasilkan. Selain itu, terdapat persaingan mutu produk karena setiap pelaku usaha
54
berlomba-lomba dalam mempromosikan produk yang dijualnya agar dapat
diterima oleh konsumen baik kualitas rasa, variasi bentuk kemasan maupun
ukuran. Oleh karena itu, agar produknya dapat diterima dengan baik oleh
konsumen maka para pelaku usaha harus mampu melihat selera konsumen
terhadap produk yang dihasilkan.
Harga jual produk juga salah satu faktor persaiangan diantara pesaing yang
ada. Biasanya persaingan dalam penentuan harga sering terjadi sebagai dampak
persaingan pasar maupun mutu produk. Persaingan yang terjadi dalam suatu
industri merupakan hal yang wajar, dengan demikian para pelaku usaha diajak
untuk berpikir kreatif dalam memposisikan produknya dibenak konsumen dan
berupaya agar produknya dapat diterima oleh pasar.
VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI
7.1. Identifikasi Faktor Internal
Berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi faktor
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain: faktor manajemen,
pemasaran, produksi/operasi, sumberdaya manusia dan keuangan dan akuntansi.
Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan E-
coFarm yang diperoleh dengan pengisian kuesioner yang diperkuat melalui
wawancara dan observasi langsung ke unit usaha E-coFarm.
7.1.1. Kekuatan Perusahaan
Kekuatan merupakan potensi yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman sehingga dapat
mencapai suatu tujuan usaha. Kekuatan yang dimiliki oleh E-coFarm adalah sebagai
berikut:
1. Adanya Hubungan yang Baik antara Pekerja dengan Penanggung Jawab E-oFarm
E-coFarm merupakan suatu unit usaha berbasis pendidikan dengan skala
usaha tergolong kecil dimana unit usaha E-coFarm masih menempatkan sistem padat
karya dalam menegelola usahanya sehingga hubungan kerja antara pekerja dan
pemilik tidak ada kesenjangan melainkan terjalin dengan baik. Hal ini terjadi karena
adanya kesadaran saling membutuhkan satu sama lain, yakni penanggung jawab
E-coFarm membutuhkan pekerja untuk memperlancar proses produksi sedangkan
pekerja membutuhkan lapangan pekerjaan untuk mendapatkan upah. Adanya suasana
kekeluargaan diantara pekerja dan pemilik yaitu, pada saat pengambilan keputusan
dengan mempertimbangkan masukan dari para pekerja meskipun pengambilan
keputusan lebih dominan dipegang oleh pemilik usaha. Selain itu, hubungan baik
antara pekerja dan pemilik terlihat dari adanya bonus/THR yang diberikan pada saat
hari raya.Besarnya THR diberikan kepada pekerja tergantung dari besarnya
keuntungan yang diperoleh. Perhatian yang diberikan pemilik kepada pekerjanya
akan membuat karyawan lebih nyaman dan menikmati apa yang dikerjakan.
2. Memiliki Inovasi Produk
Faktor kekuatan pada E-coFarm adalah adanya inovasi produk. Inovasi
produk merupakan hal yang penting dilakukan oleh produsen untuk menjaga
56
kesetiaan konsumen. Konsumen biasanya memiliki selera yang berbeda-beda
terhadap suatu produk mulai dari rasa, bentuk, ukuran, dan juga kemasan
kemasannya. E-coFarm melakukan inovasi produk dengan menjadikan selara
konsumen sebagai sumber inspirasi. E-coFarm membuat produk dengan berbagai
rasa, bentuk dan ukuran yang berbeda sehingga dapat memenuhi selera konsumen
dan diharapkan dapat menjangkau semua konsumen.
3. Harga Jual Produk yang Terjangkau dan Potongan Harga.
E-coFarm menetapkan harga dengan mempertimbangkan biaya produksi
pembuatan yoghurt. E-coFarm menetapkan harga jual yang berbeda kepada
konsumen langsung dan distributor. Harga konsumen langsung untuk setiap produk
dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan untuk harga distributor atau konsumen yang
membeli pada jumlah tertentu akan mendapatkan potongan harga. Untuk susu
pasteurisasi cup 250 ml, plastik 100ml, 500ml, dan 1000 ml adalah Rp2000, Rp. 800,
Rp. 4500 dan Rp. 7000. Untuk yoghurt cup 100 ml ,stik 30 ml, dan 50 ml dijual
dengan harga Rp. 2000, Rp 350 dan Rp. 700. Dan untuk harga puding dijual dengan
harga Rp. 2000. Harga harga jual produk tersebut cukup terjangkau dibandingkan
harga yang ditetapkan para oleh para pesaing. Sebagai contoh harga pasteurisasi
ukuran 150 ml yang ditetapkan KPS Bogor untuk konsumen langsung dan distributor
adalah sebesar Rp.1200 dan Rp. 900. Pada Rinadya Yoghurt, harga yang ditetapkan
untuk yoghurt 100 ml dijual dengan harga Rp. 2500 atau sama dengan harga yang
ditetapkan oleh E-coFarm.
4. Kemudahan Akses Bahan Baku Utama
E-coFarm memiliki unit peternakan sapi perah dengan jumlah susu yang
dihasilkan per hari yang dapat memenuhi kebutuhan produksi yoghurt. Setiap
harinya dilakukan dua kali pemerahan yaitu pada pagi hari dan sore hari. Susu yang
dihasilkan langsung dibawa ke tempat pengolahan susu yang berjarak sekitar 50
meter dari perkandangan. E-coFarm belum pernah membeli susu dari peternakan
lain, bahkan E-coFarm mampu untuk menjual susu murni yang dihasilkan.
5. Hubungan yang Baik dengan Konsumen
E-coFarm selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan
mengutamakan keramahan dalam pelayanan pada konsumen. E-coFarm juga
berusaha untuk terus memperbaiki kinerja usahanya dengan bantuan dari konsumen
57
melalui kritik dan saran melalui kotak saran yang disediakan di tempat E-coFarm.
Sampai saat ini E-coFarm belum pernah menerima keluhan-keluhan tentang
pelayanan dan kualitas produk. E-coFarm juga sering terlibat dengan kegiatan
kewirausahaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Kegiatan tersebut biasanya bertujuan
untuk penggalangan dana yang dilakukan dengan cara menjual kembali produk yang
dibeli dari E-coFarm dengan harga yang lebih murah dari harga yang ditetapkan oleh
distributor (E-coFarm).
6. Ketersediaan Tenaga Kerja yang berada di sekitar Unit Usaha.
Tenaga kerja yang dimiliki oleh E-coFarm saat ini adalah penduduk yang
berada di sekitar Kampus IPB Darmaga. Tenaga kerja ini sengaja diambil dari daerah
sekitar dengan tujuan untuk memberdayakan ketersediaan jumlah tenaga kerja dan
melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan usaha khususnya dibidang peternakan.
Tenaga kerja tersebut dibina langsung oleh Fakultas Peternakan sehingga memiliki
keahlian sesuai dengan divisi masing-masing. Ketersediaan tenaga kerja ini
merupakan kekuatan bagi E-coFarm pada saat melakukan pengembangan usahanya.
7.1.2. Kelemahan Perusahaan
1. Pemilik Usaha Kurang Fokus terhadap Usaha
Pada awalnya E-coFarm dibentuk dari kerjasama antara Departemen
Peratanian dan Fakultas Peternakan, sehingga status kepemilikan diserahkan kepada
Fakultas Peternakan yang kemudian menunjuk penanggung jawab perusahaan.
Semua kegiatan di perusahaan dipercayakan kepada seorang manager lapangan mulai
dari proses produksi di peternakan sampai proses produksi pengolahan. Manager
lapangan E-coFarm memiliki peran yang cukup besar dalam kelangsungan
perusahaan dibandingkan pemilik perusahaan. Manager lapangan harus melakukan
pencatatan produksi, melakukan pengontrolan dan membuat pembukuan keuangan
setiap harinya dan dibuat menjadi laporan bulanan yang diserahkan kepada kepada
pemilik atau penanggung jawab perusahaan.
Pemilik atau penanggung jawab perusahaan biasanya hanya datang langsung
ke lapangan jika terjadi masalah yang tergolong beresiko tinggi terhadap
kelangsungan produksi. Selebihnya pemilik hanya melakukan pengontrolan dari hasil
laporan keuangan per bulan yang dibuat oleh manager lapangan.
58
2. Sistem Akuntansi Keuangan yang Sederhana.
E-coFarm sudah memiliki laporan pengeluaran dan pendapatan serta laporan
produksi tetapi bentuk laporannya masih sangat sederhana. Laporan tersebut dibuat
oleh manajer lapang yang kemampuan dalam bidang akuntansinya masih kurang
baik. Sistem akuntansi keuangan sebaiknya dibuat sesuai dengan standar yang ada,
karena didalam sistem akuntansi keuangan merupakan sumber informasi tentang
kondisi perusahaan dan dapat membantu seorang manajer atau pemilik usaha dalam
melakukan pengambilan keputusan. Selain itu, sistem akuntansi keuangan yang
sesuai standar dibutuhkan dalam upaya mendapatkan pinjaman modal dari pihak
perbankan.
3. Tidak memiliki Distributor
E-coFarm tidak memiliki distributor tetap yang menjual produknya ke luar
secara berkelanjutan. Ada beberapa konsumen yang membeli yoghurt dari E-coFarm
yang kemudian dijual lagi ke luar, konsumen ini tidak melakukannya secara teratur.
Dalam waktu satu bulan biasanya hanya datang 1-2 kali. E-coFarm sudah membuat
perencanaan untuk mendistribusikan produk yoghurtnya, tetapi hal tersebut belum
bisa dilakukan karena kurangnya modal dan tenaga kerja yang mampu untuk
mendistribusikan produk. Padahal E-coFarm memiliki peluang yang cukup besar
untuk meningkatkan pendapatannya jika mampu menjual produknya ke daerah
sekitar kampus IPB Darmaga. Saat ini E-coFarm hanya menjual produknya di
wilayah laboratorium lapangan Fakultas Peternakan IPB sehingga pemasarannya
masih belum luas.
4. Kurangnya Ketersediaan Modal
Modal usaha yang dimiliki E-coFarm untuk mengembangkan usahanya
sangatlah sedikit. Hasil keuntungan yang didapat E-coFarm sampai saat ini belum
mampu untuk membantu mengembangkan usaha. Manager lapangan sudah
bersusaha untuk mendapatkan tambahan modal usaha. Manager lapangan pernah
mengajukan proposal penambahan modal usaha ke Fakultas Peternakan, tetapi hasil
yang didapat sangat jauh dari yang diharapkan. Manager lapangan juga pernah
berusaha mengajukan pinjaman modal ke sebuah lembaga keuangan, tetapi lembaga
keuangan tersebut tidak dapat memberikan pinjaman modal dengan alasan resiko
usaha.
59
5. Penggunaan Peralatan Produksi Masih Sederhana
Peralatan produksi yang dimiliki E-coFarm masih belum memadai. Kegiatan
produksi yang dilakukan hanya menggunakan peralatan rumah tangga sederhana. E-
coFarm hanya memiliki beberapa alat yang cukup baik seperti mesin sealer dan
mesin pendingin. Penggunaan mesin pengolahan yang sangat sederhana ini memiliki
resiko kontaminasi bakteri yang dapat merusak produk atau bahkan sampai
membahayakan konsumen. Pada perusahaan besar biasanya kegiatan produksi sudah
dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sudah modern seperti mesin
pasteurisasi dan mesin inkubator yang dapat mempengaruhi kualitas produk.
6. Produk Belum Memiliki Izin dari BPOM dan Belum Bersertifikat Halal
E-coFarm sampai saat ini belum memiliki izin edar dari BPOM dan setifikasi
halal. Untuk memiliki izin edar, produk olahan susu yang dimiliki oleh E-coFarm
harus lulus dari uji laboratorium yang dilakukan oleh BPOM pusat dengan cara
mengirimkan sample dan kemudian dilakukan uji laboratorium lanjutan dilokasi
usaha. Proses untuk mendapatkan izin edar ini memang tergolong rumit dan
membutuhkan waktu yang lama tetapi harus dilakukan untuk menjaga keamanan
pangan. Sertifikasi halal yang didapatkan dari MUI juga sangatlah penting dilakukan
karena penduduk di Indonesia merupakan mayoritas muslim. Izin BPOM dan
sertifikasi halal MUI bisa menjadi penghambat usaha jika para konsumen cukup
kritis dalam memilih produk sehingga dapat menimbulkan anggapan bahwa produk
tersebut tidak baik untuk dikonsumsi.
60
Tabel 14. Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Bidang Fungsional Kekuatan Kelemahan Manajemen - Hubungan baik antara pekerja
dan pemilik usaha
-Pemilik usaha kurang fokus
terhadap bisnis yang dijalankan
Pemasaran -Harga terjangkau dan adanya
diskon/potongan harga
-Hubungan yang baik dengan
konsumen
-Tidak memiliki distributor
-Produk belum memiliki izin
dari BPOM dan belum
bersertifikat halal
Produksi -Memiliki inovasi produk
-Kemudahan akses bahan baku
utama
-Penggunaan peralatan produksi
masih sederhana
Keuangan dan Akuntansi -Sistem akuntansi keuangan
masih sederhana
-Kurangnya ketersediaan modal
Sumber Daya Manusia
(SDM)
-Memiliki tenaga kerja yang
murah dan berada di sekitar unit
usaha
7.2. Identifikasi Faktor Eksternal
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal diperoleh beberapa faktor yang
menjadi peluang dan ancaman bagi E-coFarm. Berikut akan dijelaskan peluang dan
ancaman E-coFarm
7.2.1. Peluang Perusahaan
1. Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi
minuman kesehatan
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan memberikan
kesempatan kepada produk-produk olahan berbahan baku susu atau minuman
kesehatan lainnya untuk masuk dalam persaingan sebagai minuman dengan nilai
gizi tinggi dengan jaminan keamanan untuk dikonsumsi. Selain itu, semakin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
masyarakat akan minuman kesehatan. Gaya hidup sehat dimulai dari mengkonsumsi
minuman atau makanan yang sehat.
Produk-produk olahan susu sudah lama dikenal oleh masyarakat dan
memiliki manfaat penting bagi kesehatan, sehingga ada baiknya dikonsumsi secara
teratur. Pemahaman masyarakat mengenai manfaat dari mengkonsumsi susu dan
produk olahannya dapat meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk-
produk tersebut.
61
2. Peningkatan Jumlah Penduduk Indonesia pada umumnya dan kabupaten
bogor pada khususnya
Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan memberikan dampak
yang signifikan terhadap perkembangan produk yoghurt karena adanya peluang
konsumen baru. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk juga menjadi peluang
bagi setiap usaha karena akan memberikan implikasi pada peningkatan pangsa pasar
suatu produk.
Berdasarkan data BPS (2008), Jumlah penduduk Indonesia tahun 2008
mencapai 228.523,3 ribu jiwa dan laju pertumbuhan penduduk tahun 2000-2008
sebesar 1,36 persen per tahun. Besarnya jumlah penduduk Indonesia secara umum
memperlihatkan peluang pasar yang terbuka luas dan menunjukkan pasar tenaga
kerja yang cukup.
3. Perkembangan Teknologi di Bidang Informasi, Komunikasi dan Distribusi
Suatu usaha dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi dibidang
informasi, komunikasi dan distribusi yaitu dibutuhkan dalam mempengaruhi strategi
perusahaan untuk memproduksi dan memasarkan produknya. Adanya alat
komunikasi seperti telepon, telepon seluler serta media internet dapat memperlancar
proses komunikasi antara produsen dengan konsumen dan pemasok yang
merupakan salah satu peluang dalam kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan
informasi. Sedangkan peluang dalam bidang teknologi produksi dan distribusi yaitu
tersedianya peralatan yang modern serta jasa pengiriman untuk mempermudah
kegiatan pendistribusian barang.
4. Banyak Kredit Bagi Usaha Kecil Menengah
Adanya kebijakan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga
keuangan untuk industri kecil merupakan peluang bagi industri kecil untuk
meningkatkan modal kerja sehingga dapat mengembangkan usahanya. Sebagai
contoh, kredit yang ditawarkan oleh BNI dalam menargetkan penerima kredit bagi
usaha mikro kecil menengah di Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran UMKM di
provinsi tersebut ditingkatkan dari Rp. 1,6 miliar menjadi 1,8 miliar. Bank BRI juga
mempunyai Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dinikmati oleh usaha kecil.
Bank Mandiri dalam wirausaha mandiri membantu dalam pinjaman kredit bagi
wirausaha muda yang kreatif. Bank Mandiri juga meneyediakan Kredit Usaha Mikro
62
bagi yang membutuhkan Kredit Investasi (KI) dan atau Kredit Modal Kerja (KMK)
untuk pengembangan usaha produktif maupun konsumtif skala mikro. Fasilitas
pembiayaan ini dapat diberikan kepada semua pemilik usaha mikro dan usaha rumah
tangga baik berbentuk perusahaan, kelompok usaha, dan perorangan (seperti
pedagang, petani, peternak, dan nelayan).
7.2.2. Ancaman Perusahaan
1. Perubahan Tarif Impor Susu menjadi 0%
Kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang berhubungan
dengan industri susu yaitu mengenai kebijakan tarif impor susu dalam negeri.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 19/PMK.011/2009 tentang Penetapan Tarif
Bea Masuk Atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu. Dalam peraturan ini
ditetapkan bahwa tarif bea masuk untuk skim milk powder, fullcream milk, yoghurt,
buttermilk dan produk susu lainnya adalah 0% terhitung mulai 13 Februari 2009.
Peraturan tersebut merupakan pelindung bagi industri besar produk susu olahan di
Indonesia. Adanya perubahan tarif impor produk susu ini menyebabkan banyaknya
susu impor yang dijual di pasar Indonesia tentunya dengan harga yang lebih murah,
sehingga sangat mudah para investor atau pengusaha untuk membuka usaha
pengolahan susu.
2. Meningkatnya Biaya Bahan Baku (gula dan BBG)
Dalam proses produksi yoghurt yang dilakukan, E-coFarm menggunakan
gula sebagai bahan baku penolong dan gas elpiji dalam proses pengolahan bahan
baku utama yaitu susu. E-coFarm kurang lebih menggunakan gula 1/3 dari bahan
baku utama susu dalam proses pembuatan yoghurt. Untuk gas elpiji, E-coFarm
menggunakan gas 12 kg untuk memproses susu murni sebelum diolah menjadi
yoghurt. Jika terjadi peningkatan harga dari gula dan gas, tentunya akan
meningkatkan biaya produksi yang harus ditanggung oleh E-coFarm. Data kenaikan
harga gula dan gas elpiji dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.
3. Adanya Kebijakan Keamanan Pangan Bagi Suatu Produk
Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengolahan makanan dan
minuman yaitu tentang perlindungan masyarakat dari produk pangan olahan yang
membahayakan bagi kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69
tahun 1999 yang berisikan kewajiban pendaftaran produk pangan olahan. Peraturan
63
ini berlaku bagi semua produk pangan yang dikemas dan menggunakan label sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga adanya peraturan ini
dapat menjadi ancaman bagi usaha kecil yang umumnya sebagian besar belum
memiliki label dan perizinan dari dinas setempat dikarenakan keterbatasan modal.
4. Pembeli Memiliki Kekuatan untuk Menentukan Pilihan diantara Jumlah
Perusahaan yang Semakin Banyak
Banyaknya perusahaan yang menawarkan produk-produk yang relatif sama
dan dengan harga yang bersaing menyebabkan pembeli memiliki pilihan produk
yang banyak, sehingga pembeli dengan mudah berpindah dari produk suatu
perusahaan ke produk perusahaan lainnya jika kebutuhan atau permintaan mereka
tidak dapat terpenuhi. Hal ini merupakan ancaman bagi E-coFarm yang berada dalam
industri pengolahan susu. Produk yang dihasilkan E-coFarm akan bersaing dengan
produk dari perusaan lain baik produk yang sudah terkenal dan juga produk yang
dihasilkan dari perusahaan kecil lainnya.
5. Kecilnya hambatan bagi pendatang baru industri pengolahan susu
Kemudahan dalam proses dan modal yang tidak terlalu besar memungkinkan
para pengusaha untuk ikut bersaing di dalam industri yoghurt. Penggunaan peralatan
sederhana, bahan baku yang mudah didapat dan proses pembuatan yang tidak sulit
menjadi faktor kecilnya hambatan dalam industri yoghurt. Hal ini tentunya menjadi
ancaman yang cukup serius bagi E-coFarm yang sudah terlebih dahulu menjalankan
usaha yoghurt.
6. Berkembangnya produk dengan beragam inovasi
E-coFarm saat ini hanya menjual produk dalam area pemasaran yang kecil
dengan sedikit pesaing. Tetapi pada saat E-coFarm memperluas area pemasarannya,
akan banyak sekali produk dari berbagai perusahaan yang akan menjadi produk
pesaing dari E-coFarm, terutama produk-produk susu dan olahannya yang diproduksi
oleh perusahaan terkenal. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal dan
tenaga ahli akan dengan mudah melakukan inovasi terhadap produknya. Hal ini akan
menjadi ancaman bagi perusahaan-perusahaan kecil seperti E-coFarm yang memiliki
keterbatasan modal dan tenaga ahli.
64
7. Jaringan distribusi pesaing yang lebih luas
Pada saat memasuki pasar yang lebih luas perusahaan harus mampu
memanfaatkan market share semaksimal mungkin. Jaringan distribusi yang luas
memungkinkan perusahaan untuk menjual produknya keseluruh wilayah dan
menjaga kontinuitas ketersediaan produk yang dijual. Perusahaan-perusahaan besar
biasanya melakukan dengan cara memperbanyak agen penjual, mendirikan toko dan
menyediakan freezer untuk toko-toko yang bersedia menjadi distributor perusahaan.
Dengan demikian perusahaan yang memiliki jaringan distrubusi yang luas memiliki
peluang yang sangat besar untuk dapat menguasai pasar disuatu wilayah.
Tabel 15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman
Bidang Fungsional Peluang Ancaman Ekonomi -Banyak kredit bagi usaha
kecil menengah
-Meningkatnya biaya bahan
baku (gula dan BBG)
Sosial Budaya -Peningkatan kesadaran
masyarakat akan kesehatan
dengan mengkonsumsi
minuman kesehatan
-Peningkatan jumlah
penduduk Indonesia pada
umumnya dan Kabupaten
Bogor pada khususnya
Teknologi -Perkembangan teknologi
dibidang informasi, produksi,
komunikasi dan distribusi
Politik dan Kebijakan
Pemerintah
-Adanya kebijakan keamanan
pangan bagi suatu produk
-Perubahan tarif import susu
menjadi 0 persen
Kekuatan tawar menawar
pembeli
-Pembeli memiliki kekuatan
untuk menentukan pilihan
diantara jumlah perusahaan
yang semakin banyak
Ancaman produk pengganti -Berkembangnya produk
dengan beragam inovasi
Ancaman pendatang baru -Kecilnya hambatan bagi
pendatang baru untuk
memasuki industri
pengolahan susu
Persaingan diantara para
pesaing
-Jaringan distribusi pesaing
lebih luas
65
7.3. Analisis SWOT
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka
dapat diformulasikan alternatif strategi yangdapat dilaksanakan. Formulasi strategi
ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Formulasi strategi pada E-coFarm dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapat diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. STRATEGI S-O
a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt
Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas E-coFarm dapat
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahaan sebagai contoh dengan
adanya hubungan baik antara pekerja dan pemilik usaha. Dengan adanya
hubungan baik antara pekerja dan pemilik akan menciptakan suasana kerja
yang baik, sehingga baik pekerja maupun pemilik bisa saling mendukung
dan saling mengingatkan untuk bisa mempertahankan kualitas produk yang
dihasilkan, dan dengan adanya hubungan baik ini para pekerja tidak enggan
untuk menyampaikan ide-ide yang dapat membantu meningkatkan kualitas
produk.
b. Memperluas wilayah distribusi produk.
Adanya peluang seperti peningkatan kesadaran masyarakat dengan
mengkonsumsi minuman kesehatan, peningkatan jumlah penduduk dan
perkembangan teknologi membuka kesempatan bagi perusahaan untuk dapat
mendistribusikan produknya ke wilayah yang lebih luas. E-coFarm yang
wilayah pemasaran produknya masih sangat kecil harus dapat memanfaatkan
peluang tersebut seoptimal mungkin. Sebagai contoh, E-coFarm dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi seperti internet untuk
mencari distributor yang mampu mendistribusikan produknya paling tidak
untuk wilayah sekitar kampus IPB Darmaga.
66
c. Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan maupun dinas
terkait.
E-coFarm yang memiliki keinginan untuk terus mengembangkan usahanya
harus dapat menjaga hubungan yang baik dengan pekerja, pelanggan
maupun dinas terkait. Hubungan yang baik dengan pekerja akan
memudahkan pemilik dalam mengatur manajemen perusahaan terutama di
sektor produksi. Hubungan yang baik dengan pelanggan akan menjaga dan
meningkatkan penjualan produk sehingga dapat meningkatkan pendapatan
perusahaan.
d. Meningkatkan kegiatan promosi.
Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi merupakan
peluang yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan promosi. Salah
satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat website yang memuat
informasi tentang kegiatan usaha dan produk yang dihasilkan E-coFarm.
Kemudian dengan memanfaatkan kekuatan yang ada, E-coFarm dapat
merekrut tenaga kerja baru yang bertugas untuk melakukan promosi dengan
cara mengedarkan selebaran di wilayah Kampus IPB Darmaga. Dengan
adanya kegiatan promosi tersebut diharapkan masyarakat di wilayah IPB
mengetahui keberadaan E-coFarm dan menimbulkan minat untuk membeli
produk dan bahkan melakukan kerja sama untuk melakukan penjualan.
2. STRATEGI W-O
a. Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha.
Keterbatasan modal yang dimiliki oleh E-coFarm sangat berpengaruh
terhadap perkembangan usaha yang dijalankan. E-coFarm belum mampu
berproduksi secara optimal karena peralatan yang digunakan masih
saderhana. E-coFarm juga membutuhkan modal untuk memdistribusikan
produknya. Untuk mengatasi permasalahan ini E-coFarm dapat
memanfaatkan skim kredit yang diberikan oleh perbankan terutama kredit
bagi usaha kecil dan menengah. Tetapi E-coFarm juga memiliki kelemahan
lain yang bisa menghambat disetujuinya permohonan tambahan modal kredit
oleh pihak perbankan. Kelemahan itu adalah E-coFarm belum memiliki
67
sistem akuntansi keuangan yang baik, sedangkan salah satu syarat dalam
mengajukan kredit adalah perusahaan harus memiliki sistem pencatatan
keuangan yang sudah tertata dengan baik.
b. Memperbaiki kemasan dengan memberikan merek dan labelisasi halal.
Kemasan sebuah produk memiliki banyak fungsi diantaranya melindungi
produk, daya tarik, pembeda, dan juga bisa dijadikan sebagai sarana
promosi. Selain itu kemasan merupakan sumber informasi dari sebuah
produk. Pada produk yang dihasilkan E-coFarm, khususnya produk stik dan
yang dikemas dengan plastik tidak tertera merek dan informasi produk. Jika
produk ini dijual ke wilayah yang lebih luas, tentunya akan sulit bersaing
dengan produk-produk lain yang sudah memiliki kemasan yang lebih baik.
Selain itu, E-coFarm harus secepatnya mendaftarkan produknya ke BPOM
untuk mendapatkan izin edar dan mengurus labelisasi halal yang dikeluarkan
oleh MUI sehingga pada saat didistribusikan ke wilayah yang lebih luas
produk dari E-coFarm sudah siap bersaing dari segi kemasan dengan produk-
produk lainnya.
3. STRATEGI S-T
a. Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen.
Dengan adanya rancangan strategi baru yang memungkinkan untuk
diaplikasikan oleh perusahaan tentunya akan meningkatkan biaya produksi
yang pasti berpengaruh terhadap tingkat harga produk. E-coFarm harus bisa
memperkirakan tingkat kenaikan harga yang sesuai sehingga kenaikan harga
yang mungkin terjadi tidak terlalu besar dan memberatkan konsumen untuk
untuk membeli. E-coFarm juga harus dapat memanfaatkan kekuatan yang
dimilikinya untuk memperkecil peluang terjadinya penurunan tingkat
pembelian sebagai efek dari peningkatan harga. Kekuatan perusahaan seperti
hubungan yang baik dengan konsumen bisa membantu memperkecil peluang
tersebut. Selain itu pelayanan kepada konsumen harus bisa dipertahankan
atau bahkan ditingkatkan. Sebagai contoh, E-coFarm memiliki konsumen
yang membeli yoghurt untuk dijual kembali. Tetapi waktu pembelian yang
dilakukan konsumen ini tidak tetap, dalam artian dalam 1 bulan konsumen
ini hanya datang sebanyak 2-3 kali untuk membeli kembali. E-coFarm bisa
68
menawarkan pelayanan pengantaran yoghurt kepada konsumen ini, sehingga
membantu mengurangi beban biaya transportasi pembelian produk yang
harus ditanggung konsumen. Selain dapat membantu konsumen cara tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang peluang
pasar yang ada di daerah konsumen tersebut.
b. Melakukan diferensiasi produk dan terus melakukan upaya inovasi untuk
menghadapi pesaing dan pendatang baru
Diferensiasi produk dilakukan untuk membedakan produk yang dimiliki
suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Untuk melakukan diferensiasi
produk perusahaan harus memiliki pengetahuan tentang produk pesaingnya,
sehingga perusahaan bisa membuat suatu produk yang lebih unik.
Perusahaan yang siap bersaing harus mampu untuk terus melakukan inovasi
terhadap produknya sehingga pada saat memasuki sebuah pasar yang,
produk tersebut memiliki daya tarik berbeda dibandingkan dengan produk
yang sudah terlebih dahulu ada. Selain itu inovasi suatu produk dilakukan
untuk dapat mempertahankan minat konsumen menciptakan minat
konsumen baru terhadap suatu produk. Sebagai contoh, memperbanyak rasa
atau aroma buah-buahan pada produk yang dibuat.
4. STRATEGI W-T
a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan sangat
mempengaruhi perkembangan perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang ada saat ini, E-coFarm bisa memberikan
pelatihan-pelatihan kepada para pekerjanya sesuai dengan pekerjaan yang
ditanganinya saat ini. Sedangkan untuk menutupi kelemahan yang dimiliki,
E-coFarm bisa melakukan perekrutan pekerja baru sesuai dengan bidang
yang saat ini dibutuhkan.
b. Pengelolaan keuangan perusahaan.
Menghadapi kelemahan perusahaan khususnya permasalahan kurangnya
modal usaha, E-coFarm harus bisa mengatur keuangan perusahaan sebaik
mungkin. E-cofarm dapat melakukannya dengan cara mengalokasikan modal
yang ada secara tepat sehingga setiap unit usaha di E-coFarm dapat terus
69
berjalan. Dengan demikian diharapkan E-coFarm dapat terus menjaga dan
mempertahankan usahanya. Untuk bisa melakukan hal tersebut, pemilik dan
pekerja yang ada di E-coFarm harus bisa saling mendukung, terutama
pemilik atau penanggung jawab utama untuk bisa lebih fokus terhadap usaha
ini, demi kepentingan bersama dan keberlangsungan usaha.
7.4. Pemilihan Strategi
Pemilihan strategi merupakan tahap pengambilan keputusan yang dilakukan
dengan cara wawancara langsung dengan manajer lapang E-coFarm. Pemilihan
strategi ini bertujuan untuk menentukan strategi yang bisa dijalankan oleh
perusahaan dan menentukan strategi mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan
dalam dengan tujuan pengembangan usaha. Berikut ini adalah urutan prioritas
strategi yang bisa dijalankan E-coFarm secara berurutan:
1. Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha
2. Mempertahankan dan meningkatakan kualitas/mutu produk
3. Memperluas wilayah distribusi produk
4. Meningkatkan kegiatan promosi
5. Melakukan pengaturan dalam pengelolaan keuangan perusahaan
6. Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal
7. Melakukan diferensiasi produk yang berkualitas dan terus melakukan upaya
inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru
8. Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen
untuk menghadapi persaingan
9. Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait
10. Meningkatkan kualitas SDM
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan identifikasi faktor-faktor internal E-coFarm, perusahaan
memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan perusahaan antara
lain, hubungan baik antara pekerja dan pemilik usaha, harga lebih
terjangkau dan adanya diskon/potongan harga, hubungan yang baik dengan
konsumen, memiliki inovasi produk, kemudahan akses bahan baku utama,
dan memiliki tenaga kerja yang murah serta berada di sekitar unit usaha.
Sedangkan kelemahan perusahaan antara lain, pemilik usaha kurang fokus
terhadap bisnis yang dijalankan, tidak memiliki distributor, produk belum
memiliki izin BPOM dan belum bersertifikat halal, penggunaan peralatan
produksi masih sederhana, sistem akuntansi keuangan masih sederhana dan
kurangnya ketersediaan modal.
2. Berdasarkan identifikasi faktor-faktor eksternal E-coFarm yaitu
lingkungan makro dan lingkungan industri, perusahaan menghadapi
berbagai peluang dan ancaman. Adapun peluang bagi perusahaan antara
lain, banyaknya kredit bagi usaha kecil menengah, peningkatan kesadaran
masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi minuman kesehatan,
peningkatan jumlah penduduk indonesia pada umumnya dan kabupaten
bogor pada khususnya, dan perkembangan teknologi dibidang informasi,
produksi, komunikasi dan distribusi. Sedangkan ancaman yang dihadapi
oleh E-coFarm antara lain, meningkatnya biaya bahan baku (gula dan
BBM), adanya kebijakan keamanan pangan bagi suatu produk, perubahan
tarif impor susu menjadi 0 persen, pembeli memiliki kekuatan untuk
menentukan pilihan diantara jumlah perusahaan yang semakin banyak,
berkembangnya produk dengan beragam inovasi, kecilnya hambatan bagi
pendatang baru untuk memasuki industri pengolahan susu dan jaringan
distribusi pesaing yang lebih luas.
3. Penentuan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT
dihasilkan sepuluh strategi yang diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan
cara melakukan wawancara secara langsung dengan manager lapang.
71
Urutan prioritas strategi yang dilaksanakan adalah memanfaatkan skim
kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt, memperluas wilayah
distribusi produk, meningkatkan kegiatan promosi, melakukan pengaturan
dan pengelolaan keuangan perusahaan, memperbaiki kemasan produk
dengan memberikan merek dan labelisasi halal dari dinas terkait,
melakukan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dan dan terus
melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru,
mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen
untuk menghadapi persaingan, mempertahankan hubungan baik dengan
pekerja, pelanggan dan dinas terkait dan meningkatkan kualitas SDM.
8.2 Saran
Usaha yang dijalankan E-coFarm selama ini memiliki beberapa
kelemahan, terutama modal usaha yang terbatas. E-coFarm memanfaatkan
pendapatan dari penjualan produknya untuk menutupi biaya produksi usahanya
sehingga mengalami kesulitan pada saat ingin mengembangkan usahanya.
E-coFarm sebaiknya dapat memanfaatkan skim kredit yang diberikan pemerintah
untuk meningkatkan kapasitas usahanya. Dengan demikian E-coFarm diharapkan
dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilakan serta
memperluas wilayah distribusi produknya sekaligus melakukan kegiatan promosi
sehingga dapat membantu meningkatkan pedapatan usahanya. Kemudian secara
bertahap E-coFarm dapat melakukan perbaikan pada produknya mulai dari
pemberian merek dan labelisasi halal dari dinas terkait serta melakukan
diferensiasi produk dan terus melakukan upaya inovasi produknya.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2009. http://www.tambangnews.com/berita/nasional/1458-pertamina-akan-
naikan-harga-gas-elpiji.html. [ 21 Desember 2009].
[BPS] Badan Pusat Statistik. Kota Bogor dalam Angka 2007.Bogor: BPS Kota Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Populasi Sapi Perah Tahun 2005-2009. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2010. Bogor:
BPS Kabupaten Bogor.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M.Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
David F.R. 2006. Manajemen Stategi, Terjemahan : PT Indeks Kelompok Gramedia .
PT Gramedia. Jakarta.
Dewan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Mutu Produk Susu dan Olahannya. SNI
01-3141-1998. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. 2009. Data Usaha Kecil dab
Menengah yang Memiliki TDI (Tanda Daftar Industri) di Kabupaten Bogor.
Bogor.
Direktorat Jendral Peternakan. 2009. Statistik Pertanian. Jakarta.
Edelsten, D. 1988. Composition of milk. In: H. R. Cross (Editor). Meat Science, Milk
Science and Technology. Elsevier Science Publisher B. V., New York.
Ensminger, M. E., dan H. D. Tyler. 2006. Dairy Cattle Science. Fourth Edition. Upper
Saddle River, New Jersey.
Helferich W, Westhoff D. 1980. All About Yoghurt. Prentice-Hall, Inc., Englewood
Cliffs, New Jersey.
Imelda dan Edward. 2007. Berternak Sapi Perah. PT Sinergi Pustaka Indonesia.
Bandung. Analisi
Indriyani. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada
Unit Peternakan Darul Fallah Desa Benteng Ciampea, Kabupaten Bogor-Jawa
Barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Mahmud SS. 2002. Analisis Strategi Pemasaran Produk Susu pada Koperasi
Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
73
Pearce dan Robinson. 2009. Competetive Strategy.
Porter, M. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Jakartat: Erlangga.
Rahayu K, Sudarmadji S. 1989. Mikrobiologi Pangan, Fermentasi Pangan dari Protein
Hewani. Yogyakarta : PAU Universitas Gajah Mada.
Rahman, A., S. Fardiaz, W. P. Rahaju, Suliantari dan C. C. Nurwitri 1992. Teknologi
Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor : IPB.
Risman. 2009. Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan
Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan, Ciampea Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Robinson RK. 1999. Encylopedia of Food Microbiology (eds). Academic Press.
Saragih S008. Kerja Besar, Resiko Besar, Perlu Orang Besar. Trobos, September
2008. Hlmn 60.
Schmidt, G. H. 1971. Biology of Lactation. W.H. Freeman and Company, San
Fransisco.
Simatupang RMA. 2004. Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Kemasan
Yoghurt Menggunakan Kemasan Semi Kaku pada CV Bintang Tiga. [Skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Soleh, Jamaludin. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di
Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor:
Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Sudarwanto, M. 1999. Usaha peningkatan produksi susu melalui program
pengendalian mastitis subklinis Disampaikan pada Orasi Ilmiah Guru Besar
Tetap Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB di Bogor (22 Mei
1999).
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudono, A., R.F Rosdiana dan B.S Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Agromedia Pustaka. Depok.
Tagor Ricky. 2004. Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi pada
Firma Surya Dairy Farm, Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Tamime AY, Robinson RX. 1989. Yoghurt Science and Technology. Pergamon Press
Ltd.
74
Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lampiran 1. Analisis SWOT
Kekuatan (Strengths-S)
1. Hubungan baik antara pekerja
dan penanggung jawab
E-coFarm
2. Harga jual terjangkau dan
adanya diskon/potongan harga
3. Hubungan yang baik dengan
konsumen
4. Memiliki inovasi produk
5. Kemudahan akses bahan baku
utama
6. Ketersediaan tenaga kerja
yang berada di sekitar unit
usaha
Kelemahan (Weaknesses-W)
1. Pemilik usaha kurang fokus
terhadap bisnis yang dijalankan
2.Tidak memiliki distributor
3. Produk belum memiliki izin dari
BPOM dan belum bersertifikat halal
4. Penggunaan peralatan produksi
masih sederhana
5. Sistem akuntansi keuangan masih
sederhana
6. Kurangnya ketersediaan modal
Peluang (Opportunities-O)
1. Banyak kredit bagi usaha
kecil menengah
2. Peningkatan kesadaran
masyarakat akan kesehatan
dengan mengkonsumsi
minuman kesehatan
3. Peningkatan jumlah
penduduk Indonesia pada
umumnya dan kabupaten
Bogor pada khususnya
4. Perkembangan teknologi
dibidang informasi,
produksi, komunikasi dan
distribusi
Strategi S-O 1.Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas/mutu
produk
(S1,S2,S4,S5,S6,O1,O2, dan
O4)
2. Memperluas wilayah
distribusi produk
(S2, S3,S6,O1,O2,O3, dan O4)
3. Mempertahankan dan
meningkatkan hubungan baik
dengan pekerja, pelanggan dan
dinas terkait
(S1,S2,S3,S6, dan O1)
4. Meningkatkan kegiatan
promosi
(S2,S3,S4,S6,O1,O2,O3dan O4)
Strategi W-O 1. Memanfaatkan skim kredit untuk
meningkatkan kapasitas usaha
(W1,W2,W3,W4,W5,W6,O1,O2,O3,
dan O4)
2. Memperbaiki kemasan produk
dengan memberikan merek dan
labelisasi halal dari dinas terkait
(W5,W6,O1 dan O4)
Ancaman (Threats-T)
1.Meningkatnya biaya bahan
baku (gula dan BBM)
2. Adanya kebijakan
keamanan pangan bagi suatu
produk
3. Perubahan tarif import
susu menjadi 0 persen
4. Pembeli memiliki
kekuatan untuk menentukan
pilihan diantara jumlah
perusahaan yang semakin
banyak
5. Berkembangnya produk
dengan beragam inovasi
6. Kecilnya hambatan bagi
pendatang baru untuk
memasuki industri
pengolahan susu
7. Jaringan distribusi pesaing
lebih luas
Strategi S-T
1. Mempertahankan tingkat
harga bersaing dan pelayanan
kepada konsumen untuk
menghadapi persaingan
(S1,S2,S3,S4,S5,S6,T1,T3,T5,T
6 dan T7)
2. Melakukan diferensiasi
produk yang berkualitas dan
terus melakukan upaya inovasi
untuk menghadapi pesaing dan
pendatang baru
(S2,S4,S5,T2,T3,T4,T5 dan T6)
Strategi W-T
1. Meningkatkan kualitas SDM
(W1,W2,W5,W6,T2,T5,T6, dan T7)
2. Pengelolaan keuangan perusahaan
(W1,W3,W4,W5,W6,T1,T3,T4,T5 dan
T6)
Lampiran 2. Alternatif Strategi Analisis SWOT
Berdasarkan Analisis SWOT diperoleh 10 alternatif strategi berikut ini:
Strategi 1: Mempertahankan dan meningkatakan kualitas/mutu produk yoghurt
untuk memenuhi permintaan konsumen
Strategi 2: Memperluas wilayah distribusi produk
Strategi 3: Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas
terkait
Strategi 4: Meningkatkan kegiatan promosi
Strategi 5: Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha
Startegi 6: Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi
halal/kemasan pangan dari dinas terkait
Strategi 7: Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen
untuk menghadapi persaingan
Strategi 8: Meningkatkan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dengan terus
melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru
Strategi 9: Meningkatkan kualitas SDM
Strategi 10: Melakukan pengaturan dalam pengelolaan keuangan perusahaan
Lampiran 3. Kemasan Produk E-coFarm
Keterangan: Gambar diatas merupakan bentuk kemasan produk E-coFarm.
Lampiran 4. Tempat Penyimpanan Produk
Keterangan: Produk E-coFarm disimpan dalam freezer dan lemari pendingin.
Lampiran 5. Kegiatan Produksi E-coFarm
Keterangan: Gambar diatas merupakan aktivitas pengemasan produk E-coFarm.
top related