analisis potensi pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota · pdf fileanalisis potensi pertumbuhan...
Post on 30-Jan-2018
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI
Oleh :
Annisa Nurfatimah
NIM: 109084000053
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Annisa Nurfatimah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 23 April 1991
3. Alamat :Jl.Kasturi II J/4 Pancoranmas,Depok
4. E-mail : annisaftmh23@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Islam Aisyah 6 (1995-1997)
2. SDN Anyelir 1 Depok (1997-2003)
3. SLTPN 41 Jakarta (2003-2006)
4. SMAN 6 Jakarta (2006-2009)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-
2013)
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
a. LPP Latansa (2009-2010)
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : (Alm.) Agustin Indrianto
2. Ibu : Sunarti
3. Alamat : Jl.Kasturi II J/4 Pancoranmas
Depok
4. Telepon : 021-7753877/081314383880
5. Anak : 1(satu) dari 2 (dua) bersaudara
ii
ABSTRACT
This research aims to discover the potential of the economic sectors in the
Districts/ Cities in Bali and identify the economic interactions of Denpasar with
the eight other Districts during 2005-2011. This research takes GDRP data of
Bali and the nine Districts /Cities in Bali according to the business field. This
research uses data analysis method that takes Location Quotients (LQ), Shift
Share, Typology and the Gravity Model as its analysis tools to find out economic
interactions between Denpasar and the eight other Districts in Bali.
Based on the LQ analysis, this research shows that Denpasar has five base
sectors. They are electricity, gas and water sector; financial, lease and company
service sector; manufacturing sector; trade, hotel and restaurant sector; and
transportation and communication sector. In Badung, they have four dominant
sectors consists of transportation and communication sector; trade, hotel and
restaurant sector; construction sector; and electricity, gas and water sector. So
does Buleleng, it has four base sectors. They are services sector; agricultural
sector; quarrying sector and manufacturing sector. Meanwhile, in Gianyar,
Bangli, Klungkung, Jembrana and Karangasem, there are three dominant sectors
and in Tabanan, there is only two of it.
In Bali, there are two potential industry sectors which can be developed as
the base sector, like electricity, gas and water sector and transportation and
communication sector. The average LQ of electricity, gas and water sector about
0,801 and transportation and communication sector is 0,764. That value is
approaching LQ>1, so it‟s potentially developed as a base sector. Both of these
sectors have good growth in the district as well as in the city. They take V and VI
typology, which means these sectors are non-base sector that has a rapid growth
in the city level, despite slow growth in the Province level, so it‟s potentially to be
developed into a base sector.
Gravity analysis shows that the establishment of Denpasar as the Centre
of growth and governance is right, because of its strong economic interaction
with eight other districts in Bali. The districs that have strong linkages with
Denpasar city such as Klungkung, Tabanan, Badung and Gianyar, could be
developed as a cooperative partner in the development of the region. Based on
Denpasar‟s leading sectors economic and the inter-regional economic linkages,
the establishment of Denpasar as The Leading Strategic Region is considered to
be appropriate.
Keywords: Economic sectors GDRP of Bali and the nine other districts/cities,
Location Quotient, Shift Share, Sectoral Typology, and the Gravity Model
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari sektor-sektor
ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali dan mengidentifikasi interaksi ekonomi
Kota Denpasar dengan kedelapan Kabupaten lainnya selama tahun 2005-2011.
Penelitian ini menggunakan data PDRB Provinsi Bali dan sembilan (9)
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali menurut lapangan usaha. Penelitian ini
menggunakan metode analisis data dengan alat analisis Location Quatient (LQ),
Shift Share, Tipologi Sektoral, dan Model Gravitasi untuk mengetahui interaksi
ekonomi antara Kota Denpasar dengan kabupaten-kabupaten di Bali.
Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan analisis LQ Kota Denpasar
memiliki lima sektor basis yaitu sektor listrik, gas dan air; sektor keuangan,
penyewaan dan jasa perusahaan; sektor industri pengolahan; sektor perdagangan,
hotel dan restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Kabupaten Badung
memiliki empat sektor basis yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor
perdagangan, hotel dan restoran; sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air.
Kabupaten Buleleng juga memiliki empat sektor basis yaitu sektor jasa-jasa;
sektor pertanian; sektor penggalian dan sektor industri pengolahan. Sedangkan
untuk Kabupaten Gianyar, Bangli, Klungkung, Jembrana, dan Karangasem
memiliki 3 sektor basis. Hanya Kabupaten Tabanan yang memiliki 2 sektor basis.
Terdapat dua sektor potensial untuk dikembangkan menjadi sektor basis secara
keseluruhan di Provinsi Bali yaitu sektor listrik, gas dan air; sektor pengangkutan
dan komunikasi. Nilai LQ rata-rata dari sektor listrik, gas dan air sebesar 0,801
dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,764, nilai tersebut mendekati
LQ>1 sehingga berpotensi menjadi sektor basis. Kedua sektor ini memiliki
pertumbuhan yang baik di Kabupaten/Kota dan menempati Tipologi V dan VI,
yang berarti sektor ini adalah sektor non basis, memiliki pertumbuhan yang cepat
di tingkat Kabupaten/Kota walaupun pertumbuhan di Provinsi lambat, sehingga
berpotensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis.
Analisis gravitasi menunjukkan penetapan Kota Denpasar sebagai pusat
pertumbuhan dan pemerintahan tepat karena kuatnya interaksi ekonomi Kota
Denpasar dengan Kabupaten-kabupaten lainnya. Daerah yang memiliki
keterkaitan kuat dengan Kota Denpasar adalah Kabupaten Klungkung, Tabanan,
Badung, dan Gianyar yang dapat dikembangkan sebagai mitra kerjasama dalam
pengembangan wilayah. Berdasarkan sektor unggulan yang dimiliki maupun
adanya keterkaitan ekonomi antar daerah, penetapan Kota Denpasar dianggap
tepat jika menjadi Kawasan Strategi Andalan.
Kata Kunci : PDRB sektor-sektor ekonomi Provinsi Bali dan Sembilan
Kabupaten/Kota, Location Quotient (LQ), Shift Share, Tipologi Sektoral dan
Model Gravitasi
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi
Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang
pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan
skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya,
disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih
baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Ayah Alm. Agustin Indrianto dan Ibu Sunarti, atas doa dan kasih sayang yang
tidak terbatas kepada peneliti hingga saat ini, semoga Allah selalu menyayangi
keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen pembimbing I yang
telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai.
3. Bapak Dr. Lukman dan Ibu Utami Baroroh M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. MSc., selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan motivasi
dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi dan
masa perkuliahan.
v
6. Aisyah Nurhasanah, untuk menjadi adik tersayang sekaligus sahabat bagi
penulis.
7. Keluarga besar H. Sabur dan Amat Pi’i, terimakasih untuk support dan doanya
yang tidak pernah henti kepada penulis.
8. Ratna dan Citra, terimakasih atas persahabatan dari awal kuliah hingga saat ini
yang telah menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan semangat.
9. Sahabat SMA Isty, Mei dan Ane terimakasih atas motivasi dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Rekan-rekan The Komplek, Ichsan, Dimas Prabowo, Asep, Rhomdon
terimakasih yang selalu menghibur di kala susah dan senang.
11. Dimas Aditya dan Aditya Nugraha terimakasih teman seperjuangan yang telah
memberikan motivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
12. Seluruh rekan-rekan IESP 2009, Lia, Wulan, Sani, Indah, Kana, Rini, Zona,
Dira, Ami, Rifqi, Andre, Kana serta teman-teman IESP Pembangunan dan
Kelas B 2009 lainnya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
13. Kakak-kakak senior angkatan 2007 dan 2008 yang sangat banyak membantu
penulis. Khususnya Kak Yucup, Kak Riri, Kak Newning dan Kak Sofi.
14. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang
tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi. Semoga
Allah membalas semua kebaikan-kebaikan kalian.
Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka
dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para
pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.
Depok,3 Juni 2013
Annisa Nurfatimah
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................... 12
1. Konsep Pembangunan Ekonomi ......................................... 12
vii
2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ............................................ 14
3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ................... 15
4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah .................... 19
a. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional ................... 20
b. Teori Pertumbuhan Cepat Yang Disinergikan ................ 22
c. Teori Basis Ekonomi ....................................................... 23
d. Teori Tempat Sentral ....................................................... 28
e. Teori Interaksi Spasial ..................................................... 28
5. Model atau Teori Gravitasi .................................................. 29
B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 30
C. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 45
D. Metode Analisis Data ................................................................ 45
1. LQ (Location Quotient) ....................................................... 46
2. Shift Share ............................................................................ 49
3. Tipologi Sektoral ................................................................. 54
4. Model atau Teori Gravitasi .................................................. 57
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 59
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 64
1. Gambaran Umum Provinsi Bali ........................................... 64
a. Keadaan Geografi dan Demografi Provinsi Bali ............. 64
b. Keadaan Iklim ................................................................. 67
c. Pemerintahan .................................................................. 68
d. Kependudukan ................................................................ 68
e. Pendidikan ...................................................................... 70
f. Kesehatan ........................................................................ 71
B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi, Keterkaitan Wilayah
dan Sektor Potensial ................................................................. 71
1. Analisis Perkembangan PDRB Provinsi Bali dan PDRB
Kabupaten/Kota..................................................................... 72
2. Analisis Potensi Ekonomi .................................................... 77
a. Analisis Location Quotient (LQ) ..................................... 77
b. Analisis Shift Share ......................................................... 84
c. Tipologi Sektoral ............................................................ 94
d. Analisis Gravitasi ............................................................ 99
C. Pembahasan ............................................................................... 102
1. Pembahasan Per Sektor Daerah Analisis Sembilan Kabupaten/
Kota Provinsi Bali ................................................................. 102
2. Keterkaitan Wilayah ............................................................. 122
ix
3. Pengembangan Sektor Potensial Kabupaten/Kota di Provinsi
Bali ...................................................................................... 124
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .................................................................................. 126
B. Implikasi ..................................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 132
LAMPIRAN ....................................................................................................... 135
x
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Distribusi Persentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor 4
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Provinsi Bali (dalam persen)
1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Bali Atas Harga 5
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 (dalam
persen)
2.1 Penelitian Terdahulu 37
3.1 Makna Tipologi Sektor Ekonomi 56
3.2 Tabel Operasional Variabel 63
4.1 Luas Wilayah (Km2) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 65
4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Utama di Provinsi Bali Tahun 2011 70
4.3 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 2011 71
4.4 Distribusi Persentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Provinsi Bali (dalam persen) 73
4.5 Distribusi Persentase PDRB Tahun 2011 Menurut Sektor Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota Provinsi Bali (Persen) 75
4.6 Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) Rata-rata Kabupaten/Kota
di Provinsi Bali Tahun 2005-2011 79
4.7 Komponen Shift Share Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Tahun 2005-2011 86
4.8 Komponen Pertumbuhan Proportional Shift (Pj) Rata-rata Kabupaten/ 89
Kota di Provinsi Bali Tahun 2005-2011
4.9 Komponen Pertumbuhan Differential Shift (Dj) di Provinsi Bali
Tahun 2005-2011 90
4.10 Hasil Rata-rata Perhitungan Akhir Analisis Shift Share Kabupaten/ 93
Kota Provinsi Bali Tahun 2005-2011
4.11 Makna Tipologi Sektor Ekonomi 96
xi
4.12 Pembagian Sektor Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 98
Berdasarkan Tipologi Sektoral
4.13 Peringkat atau level Keterkaitan Gravitasi antara Kota Denpasar 100
Dengan Kabupaten-kabupaten lainnya Provinsi Bali Tahun 2005-2011
4.14 Analisis Sektor Pertanian 103
4.15 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian 105
4.16 Analisis Sektor Industri Pengolahan 107
4.17 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air 111
4.18 Analisis Sektor Bangunan 112
4.19 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 114
4.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 116
4.21 Analisis Sektor Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 120
4.22 Analisis Sektor Jasa-jasa Lainnya 121
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 42
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 2005-2011
3.1 Bagan Kerangka Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota 58
di Provinsi Bali
4.1 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 103
Kabupaten/Kota Sektor Pertanian
4.2 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 106
Kabupaten/Kota Sektor Pertambangan dan Penggalian
4.3 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 108
Kabupaten/Kota Sektor Industri Pengolahan
4.4 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 110
Kabupaten/Kota Sektor Listrik, Gas dan Air
4.5 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 112
Kabupaten/Kota Sektor Bangunan
4.6 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 114
Kabupaten/Kota Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
4.7 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 116
Kabupaten/Kota Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
4.8 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 119
Kabupaten/Kota Sektor Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan
4.9 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per 121
Kabupaten/Kota Sektor Jasa-jasa Lainnya
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
I Produk Regional Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Provinsi
Bali Tahun 2005-2011 135
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota
Denpasar Tahun 2005-2011 136
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Badung Tahun 2005-2011 136
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Gianyar Tahun 2005-2011 137
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Klungkung Tahun 2005-2011 137
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Tabanan Tahun 2005-2011 138
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Karangasem Tahun 2005-2011 138
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Bangli Tahun 2005-2011 139
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Buleleng Tahun 2005-2011 139
xiv
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Jembrana Tahun 2005-2011 140
II Jarak Kota Denpasar dengan Delapan Kabupaten
Provinsi Bali 140
III Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kota
Denpasar Tahun 2005-2011 141
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient
Kabupaten Badung Tahun 2005-2011 141
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient
Kabupaten Gianyar Tahun 2005-2011 142
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient
Kabupaten Klungkung Tahun 2005-2011 142
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient
Kabupaten Tabanan Tahun 2005-2011 143
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient
Kabupaten Bangli Tahun 2005-2011 143
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient
Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2011 144
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient
Kabupaten Karangasem Tahun 2005-2011 144
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient
Kabupaten Jembrana Tahun 2005-2011 145
IV Hasil Perhitungan Komponen Shift Share
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kota Denpasar 145
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB
(Gj) Tahunan Kabupaten Badung 146
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB
(Gj) Tahunan Kabupaten Gianyar 146
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB
(Gj) Tahunan Kabupaten Klungkung 146
xv
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB
(Gj) Tahunan Kabupaten Tabanan 147
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB
(Gj) Tahunan Kabupaten Bangli 147
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB
(Gj) Tahunan Kabupaten Buleleng 147
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB
(Gj) Tahunan Kabupaten Karangasem 148
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB
(Gj) Tahunan Kabupaten Jembrana 148
V Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kota Denpasar 148
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kabupaten Badung 149
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kabupaten Gianyar 150
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kabupaten Klungkung 150
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kabupaten Tabanan 151
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kabupaten Bangli 152
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kabupaten Buleleng 152
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kabupaten Karangasem 153
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share
(Nj) Kabupaten Jembrana 154
VI Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kota Denpasar 155
xvi
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Badung 157
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Gianyar 159
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten
Klungkung 161
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Tabanan 163
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Bangli 165
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Buleleng 167
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten
Karangasem 169
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Jembrana 171
VII Checking Perhitungan Shift Share Kota Denpasar 173
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten
Badung 173
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten
Gianyar 174
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten
Klungkung 174
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten
Tabanan 175
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten Bangli 175
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten
Buleleng 176
xvii
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten
Karangasem 176
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten
Jembrana 177
VII Jumlah Penduduk Kota dan Kabupaten di Provinsi
Bali 177
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota
Denpasar dengan Kabupaten Badung 178
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota
Denpasar dengan Kabupaten Gianyar 178
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota
Denpasar dengan Kabupaten Klungkung 179
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota
Denpasar dengan Kabupaten Tabanan 179
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota
Denpasar dengan Kabupaten Bangli 180
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota
Denpasar dengan Kabupaten Buleleng 180
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota
Denpasar dengan Kabupaten Karangasem 181
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota
Denpasar dengan Kabupaten Jembrana 181
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian negara perlu
dikembangkan secara terencana dan terpadu. Pembangunan yang dilakukan sudah
pasti menuju pada suatu perubahan yang mengarah kepada kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik. Salah satu indikator kinerja pembangunan ekonomi
tersebut adalah dengan menggunakan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari pertumbuhan sektor migas dan
sektor pariwisata (sektor nonmigas). Peran sektor pariwisata akan berfungsi
sebagai katalisator (agent of development) sekaligus akan mempercepat proses
pembangunan itu sendiri dan akan sangat berperan dalam mendorong
pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam yang terbatas.
Dalam GBHN tahun 1993 (Yoeti, 2008:14) dikatakan bahwa
pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor
andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor
lainnya yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat,
pendapatan daerah, pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat
melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional.
Sektor pariwisata atau nonmigas memiliki peranan yang penting dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia dan memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pariwisata atau nonmigas
pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang
2
meningkat dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi sektor migas yang
cenderung menurun. Periode tahun 2005-2011, pertumbuhan ekonomi sektor non
migas mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi penurunan dari tahun 2008
sebesar 6,46 persen menjadi 4,93 persen. Kemudian pada tahun 2010 dan 2011
pertumbuhan sektor non migas terus mengalami peningkatan menjadi 6,39 persen
dan 6,58 persen. Dibandingkan dengan pertumbuhan sektor migas pada tahun
2007 pertumbuhannya sebesar 6,35 persen, tahun 2008 dan 2009 menurun
menjadi 6,01 persen dan 4,55 persen. Pada tahun 2010 dan 2011 terjadi
peningkatan lagi menjadi 5,93 persen dan 6,12 persen. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia sektor non migas (pariwisata) menunjukkan peningkatan lebih tinggi
dibandingkan dengan sektor migas (BPS, 2011).
Penurunan pertumbuhan tahun 2009 disebabkan karena adanya krisis
ekonomi global tahun 2008, yang menyebabkan macetnya sistem keuangan dunia
sehingga terjadi kemerosotan aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Hal ini
juga mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Bisa dilihat dari menurunnya
sumbangan-sumbangan sektor terhadap PDB Indonesia (BAPPENAS, 2009).
Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang di dominasi sektor-
sektor pariwisata atau nonmigas tertinggi dalam pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) nya. Selain itu, Provinsi Bali merupakan provinsi yang
menjadi primadona para wisatawan baik lokal maupun asing untuk berinvestasi
dan berlibur. Namun sektor pariwisata akan sangat rentan terhadap faktor internal
dan eksternal seperti isu-isu terorisme dan keuangan global. Pada tahun 2006
perekonomian Bali mengalami penurunan dari tahun 2005 sebesar 5,56 persen
3
menjadi 5,28 persen akibat peristiwa bom yang mengguncang Bali tahun 2005.
Selanjutnya pada tahun 2008 terjadi krisis finansial global sehingga tahun 2009
perekonomian Bali turun menjadi 5,33 persen. Dinamika ekonomi makro di
tingkat nasional, berimplikasi terhadap perekonomian daerah (BPS Provinsi Bali,
2010 a).
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan
utamauntuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat
daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya
dandengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir
potensisumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian daerah (Arsyad, 2010:374).
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan distribusi presentase Provinsi Bali
atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun 2008 hingga 2011 semua sektor
mengalami fluktuasi. Di Provinsi Bali kontribusi sektor nonmigas atau pariwisata
selama tahun 2005-2011 dari yang terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran; pertanian; jasa-jasa lainnya; pengangkutan dan komunikasi; industri
pengolahan; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; bangunan; listrik, gas dan
air; pertambangan. Semua sektor tersebut merupakan sektor utama nonmigas atau
sektor pariwisata. Namun sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan
kontribusi terhadap PDRB Bali yang paling rendah. Hal ini dikarenakan
pemerintah dan potensi Provinsi Bali yang terpusat pada pembangunan sektor-
4
sektor pariwisata. Di bawah ini merupakan paparan tabel 1.1 mengenai distribusi
PDRB Provinsi Bali sektor nonmigas (pariwisata) atas dasar harga konstan tahun
2005-2011.
Tabel 1.1
Distribusi Presentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Provinsi Bali (dalam persen)
No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 21,79 21,54 20,85 20,62 20,69 19,89 19,10
2 Pertambangan 0,64 0,62 0,60 0,58 0,58 0,65 0,68
3 Industri
Pengolahan
9,54 9,46 9,75 10,13 10,14 10,17 9,85
4 Listrik, Gas, Air 1,47 1,49 1,52 1,51 1,50 1,52 1,53
5 Bangunan 3,89 3,86 3,87 4,08 3,91 3,97 4,02
6 Perdagangan,
Hotel, R
29,37 28,88 28,98 31,45 31,72 31,89 32,53
7 Pengangkutan
dan Komunikasi
11,85 11,86 12,33 11,08 11,05 11,05 10,99
8 Keu, Persew, Jasa
P
7,07 7,46 7,34 7,14 6,96 7,07 7,05
9 Jasa-jasa Lainnya 16,19 16,22 15,86 13,41 13,45 13,80 14,25
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
Berkembangnya pariwisata di Bali, membuat struktur perekonomian di
Bali mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor tersier. Hal ini tampak
jelas dari kontribusi masing-masing sektor dalam membentuk PDRB Bali. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan sektor dengan keterkaitan paling
besar terhadap pariwisata dan memberikan share paling dominan bagi PDRB Bali
bahkan menunjukkan kecendrungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun
(BPS Provinsi Bali, 2012 b).
Provinsi Bali memiliki sembilan (9) kabupaten/kota yang masing-masing
memberikan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Bali. Berikut adalah ke sembilan
5
kabupaten/kota di Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana,
Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng.
Dalam Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010a:2), laju pertumbuhan
PDRB kabupaten/kota dan Provinsi Bali disumbang oleh 9 (sembilan) sektor
yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industripengolahan; listrik, gas
dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan
komunikasi;keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; jasa-jasa. Kabupaten/kota
di Provinsi Bali yang laju pertumbuhannya tertinggi pada tahun 2011 adalah Kota
Denpasar sebesar 10,87 persen. Berikut ini tabel 1.2 laju pertumbuhan PDRB
kabupaten/kota Provinsi Bali atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan
usaha tahun 2011 (dalam persen).
Tabel 1.2
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Bali Atas Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (Dalam Persen) Lapangan
Usaha
Kabupaten/Kota
Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng Bangli
Pertanian 8,32 3,46 0,44 2,50 3,06 2,35 1,02 2,50 2,55
Penggalian 7,97 4,64 12,37 10,10 14,65 15,17 -1,00 8,42 3,81
Industri
Pengolahan 6,48
6,71 1,92 2,25 3,25 2,65 3,46
2,96 1,62
Listrik,Air &
Gas 12,63
6,71 9,21 8,76 7,60 7,24 8,43
9,76 12,84
Bangunan 10,55 7,96 7,08 6,99 6,70 6,11 8,53 7,55 4,12
Perdagangan,
Hotel&Restoran 15,03 7,87 9,55 7,59 7,10 6,44 9,06 9,82 7,34
Pengangkutan
& Komunikasi 7,97 5,79 5,64 4,13 4,73 5,35 6,45 5,51 4,46
Keu, Persewaan
& Jasa 10,37 2,38 4,69 8,17 5,94 8,05 6,31 3,14 3,39
Jasa-jasa 5,79 7,78 7,57 10,91 13,99 6,80 11,62 7,06 12,14
PDRB 10,87 6,69 5,61 5,82 6,76 5,19 5,81 6,11 5,84
Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
Faktor utama yang menyebabkan laju pertumbuhan Kota Denpasar
tertinggi karena merupakan Ibukota Provinsi Bali dan memiliki karakteristik
6
pergerakan sektor pariwisata yang serupa dengan pergerakan sektor pariwisata
Provinsi Bali. Peran Kota Denpasar yang merupakan ibukota Provinsi Bali dan
kota pemerintahan juga sangat diminati sebagai kota wisata. Kota Denpasar
merupakan pintu gerbang sekaligus daerah utama penyedia sarana akomodasi bagi
sektor pariwisata Provinsi Bali. (BPS Kota Denpasar, 2008:35)
Berdasarkan tabel di atas kabupaten di sekitar Kota Denpasar yang laju
pertumbuhan cukup baik adalah Kabupaten Badung dan Gianyar. Laju
pertumbuhan masing-masing kabupaten sebesar 6,69 persen dan 6,76 persen.
Sedangkan laju pertumbuhan terendah di antara kabupaten/kota Provinsi Bali
adalah Kabupaten Karangasem sebesar 5,16 persen. Ini disebabkan karena
struktur ekonomi Karangasem tidak banyak mengalami pergeseran, pertumbuhan
ekonomi masih didominasi oleh sektor penggalian.
Laju pertumbuhan ekonomi PDRB kabupaten/kota di Provinsi Bali oleh
sektor-sektor ekonomi secara tidak langsung menunjukkan tingkat perubahan
struktur potensi ekonomi yang berbeda-beda. Provinsi Bali memiliki banyak
sektor ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena
ditunjang oleh pariwisatanya yang tersohor. Berkaitan dengan sektor pariwisata
merupakan sektor ekonomi yang terbukti mampu mengentaskan kemiskinan pada
suatu daerah karena mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari sektor-
sektor yang lain karena sektor ini tidak memerlukan pendidikan yang tinggi serta
sumberdaya alam yang tersediasangat memadai. Pembangunan industri pariwisata
yang mampu mengentaskan kemiskinan adalah pariwisata yang mempunyai
trickle down effect bagi masyarakat Bali setempat (Yoeti, 2008: 8).
7
Provinsi Bali memiliki sembilan kabupaten/kota yang masing-masing
tersebar pertumbuhan ekonomi untuk sektor-sektor ekonomi yang menunjang
pariwisata. Sehingga terjadi perbedaan struktur ekonomi masing-masing daerah.
Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing-
masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi
wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan
potensi wilayah. Pembangunan sektor-sektor ekonomi dengan menganalisis
potensi wilayah Provinsi Bali dan kabupaten/kota nya diperlukan metode untuk
mengkaji pertumbuhan wilayah, yakni dengan mengetahui sektor basis untuk
meningkatkan perekonomian wilayah.
Selain itu, pembangunan ekonomi perlu diperhatikan sektor yang
potensial dikembangkan supaya memberikan efek multiplier bagi sektor-sektor
ekonomi yang lain. Sehingga masing-masing pemerintah daerah dapat melihat
sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang
memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan
diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.
Berdasarkan tabel laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota Provinsi
Bali menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi ke delapan kabupaten di Bali
masih kalah jika dibandingkan dengan Kota Denpasar. Menurut Peraturan daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kota Denpasar tahun
2011-2031, Kota Denpasar sebagai kota otonom sekaligus juga merupakan
ibukota Provinsi Bali, dan pusat pelayanan wilayah Bali bagian selatan dengan
fungsi sebagai Kota Pusat Pemerintahan, pusat pelayanan barang dan jasa, pusat
8
pelayanan pendidikan tinggi, pusat permukiman yang memiliki pengaruh
langsung yang kuat kepada wilayah sekitarnya.
Kota Denpasar mempunyai pengaruh yang kuat sebagai pusat
pertumbuhan sektor pariwisata di Provinsi Bali. Untuk itu perlu mengetahui daya
tarik ekonomi antar wilayah kota dengan kabupatennya sebagai usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan pemerataan pembangunan
ekonomi. Dengan demikian akan dapat meningkatkan output regional dan
efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, perlu untuk mengetahui daya tarik ekonomi antar wilayah
kota dengan kabupaten yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Bali. Berdasarkan data-data dan fakta yang didapat penelitian ini
mengkaji tentang analisis sektor ekonomi yang mempengaruhi Pendapatan
Domestik Regional Bruto di Provinsi Bali dan kabupaten/kota-nya dengan judul
analisis potensi pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali.
B. Perumusan Masalah
Sektor pariwisata atau non migas merupakan sektor yang pertumbuhan
ekonominya pada PDB Indonesia menunjukkan peningkatan lebih tinggi
disbanding sektor migas, karena peran sektor pariwisata atau non migas terus
menerus menggeser struktur ekonomi Indonesia. Provinsi Bali merupakan salah
satu Provinsi yang menyumbang PDB Indonesia di sektor pariwisata atau non
migas. Sektor pariwisata atau non migas menurut sektor-sektor ekonominya
terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran; industri pengolahan; pertanian;
pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air bersih; konstruksi;
9
pengangkutan dan komunikasi;keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; jasa-
jasa.
Pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata atau non migas Bali dari tahun
2005-2011 cenderung naik walaupun mengalami berbagai rintangan yang
dihadapi seperti bom kembali mengguncang Bali tahun 2005 sehingga ekonomi
Bali menurun tahun 2006. Selanjutnya memasuki tahun 2009 sejumlah
kekhawatiran akan memburuknya kinerja pariwisata dan ekonomi Bali disebabkan
terjadi krisis finansial global membuat melemahnya ekonomi negara-negara
utama wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Krisis ini pun membawa adanya
perubahan struktur ekonomi pariwisata yang mendukung sektor pariwisata atau
non migas pada PDRB Provinsi dan kabupaten/kota Bali.
Kegiatan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor pariwisata
atau non migas yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana wilayah adalah
kemampuan untuk menganalisis potensi sektor ekonomi apa yang potensial di
wilayahnya dan dapat menjadi acuan pembangunan ekonomi daerah. Jika masing-
masing pemerintah daerah mampu melihat sektor yang memiliki
keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan
akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong
sektor-sektor lain untuk berkembang. Serta mengetahui pengaruh dan keterkaitan
Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan sektor pariwisata di Bali. Dengan
demikian akan dapat meningkatkan output regional dan efisiensi lokasi di daerah
yang bersangkutan (BPS Provinsi Bali, 2012 b).
10
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut :
1. Sektor-sektor ekonomi mana yang merupakan sektor basis di kabupaten/kota
di Provinsi Bali?
2. Sektor-sektor ekonomi manakah yang paling memiliki potensi untuk lebih
dikembangkan di keseluruhan kabupaten/kota Provinsi Bali dan sebagai
acuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerahnya?
3. Seberapa besar keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota Denpasar
dengan kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dasar latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan
diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Menganalisis sektor-sektor nonmigas (pariwisata) yang menjadi sektor
basis di kabupaten/kota Provinsi Bali.
2. Menganalisis sektor-sektor nonmigas (pariwisata) yang potensial untuk
dikembangkan sebagai penggerak perekonomian untuk keseluruhan
kabupaten/kota di Provinsi Bali dan sebagai acuan pemerintah daerah
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya.
3. Menganalisis keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota
Denpasar dengan kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali.
11
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :
1. Untuk pemerintah
a. Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama
dalam rangka perencanaan ekonomi makro regional dalam
menghadapi era otonomi daerah di Provinsi Bali.
b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi para pemerintah daerah
untuk penetapan kebijakan yang akan datang yang akan berkaitan
dengan pembangunan regional.
2. Untuk akademisi sebagai bahan penelitian berikutnya yang terkait.
3. Untuk penulis sebagai pengembangan dan pelatihan diri dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Pembangunan Ekonomi
Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi
banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Adam Smith
dalam Suryana (2000:55), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan
antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya
penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam
produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri.
Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan
ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi
merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan
ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan
perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi
secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk
perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Industri dan
perdagangan akan menunjukkan segala kreatifitas dalam pembangunan
ekonomi dengan penggunaan teknologi industri serta dengan adanya
perdagangan akan tercipta kompetisi ekonomi.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang
terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat
dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang
13
baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan
ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua
aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih
banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk.
Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah
penduduk (Sukirno, 1996:13).
Dalam Sukirno (2006:10), pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan
tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun
tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang
berlaku dari tahun ke tahun tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang
berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan,
perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan
infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan
kemakmuran masyarakat.
Arsyad ( 2010:374 ), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup
pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan
jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
14
2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004:4), ada
perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus
dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi
keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi
adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi
melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan masalah
negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak
atau belum dipergunakan, kendati penggunanya telah cukup dikenal.
Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2004:57) pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk
menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud
dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai
dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan
ideologi yang dibutuhkannya .
Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006:9) sebagai suatu ukuran
kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam
suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRBpada
satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1).
Laju Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt – PDRBt-1 x100%
PDRBt-1
15
Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
a. Akumulasi modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan),
peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi
jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan
diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.
Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru
dan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada.
b. Pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang
tergantung kepada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam
menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.
c. Kemajuan teknologi menurut para ekonom, kemajuan teknologi
merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan
oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan
pekerjaan tradisional.
3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah pendapatan regional
16
(Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai
tambah dari kegiatan ekonomi disuatu wilayah.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode langsung dan tidak langsung (alokasi) (BPS, 2002:5-6):
1) Metode langsung
Metode langsung ini dapat dihitung dengan tiga pendekatan,
yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan
pengeluaran.
Seperti sudah disebutkan diatas, penghitungan PDRB secara
langsung bisa dihitung dengan cara:
a. Pendekatan produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai
tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto
barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian
selama satu tahun.
b. Pendekatan pendapatan,adalah pendekatan yang dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi,
meliputi:
1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)
2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)
3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)
4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)
17
c. Pendekatan pengeluaran, adalah model pendekatan dengan
caramenjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan
jasa, yaitu:
1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga
swastayang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.
2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap
bruto.
3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.
Dengan menggunakan metode tidak langsung (Metode Alokasi),
model pendekatan ini digunakan karena kadang-kadangdengan data yang
tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakanpenghitungan pendapatan
regional dengan menggunakan metodelangsung seperti tiga cara di atas,
sehingga dipakai metode alokasi ataumetode tidak langsung.
PDRB disajikan dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap
tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai
tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada
suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penelitian ini, penghitungan yang
digunakan adalah tahun 2000 sebagai tahun dasar.
Dalam BPS Kabupaten Badung (2012:9) terdapat penghitungan nilai
tambah bruto atas dasar harga konstan, bisa dihitung dengan empat cara, yaitu
18
1) Revaluasi. Yaitu dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-
masing tahun dengan harga pada tahun dasar 2000. Hasilnya merupakan
output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai
tambah bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara
output dan biaya antara perhitungan di atas.
2) Ekstrapolasi. Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
2000diperoleh dengan mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000
dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat
merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan atau
indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah
perusahaan dan lainnya, yang dianggap dengan jenis kegiatan yang
dihitung.
3) Deflasi. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan
cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing
tahundengan indeks harga. Indeks harga yang digunakansebagai deflator
biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan
besar dan sebagainya.
4) Deflasi berganda. Dalam deflasi berganda ini, yang di deflasi adalah
output dan biaya antaranya, sedamgkan nilai tambah diperoleh dari
selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga
yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar
harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks
19
5) harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input
terbesar.
4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan daerah
Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh
karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya dengan
memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir
potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan
membangun perekonomian daerah. (Syafrijal, 2008:8)
Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari
segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional
dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di
daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi
daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan
pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah
tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. Tujuan
pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat
berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu
usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka
20
makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan
bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008:10).
Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan
masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah
(added value) yang terjadi di daerah tersebut. (Tarigan, 2005:49).
Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga
berlaku, namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya
harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan.
Pendapatan daerah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi
yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi),
yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.
Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang
tercipta di daerah tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment ,
yaitu bagian pendapatan yang mengalir keluar daerah atau mendapat aliran
dari luar daerah. (Dini, 2007:20).
a. Teori Harrod-Domar dalam sistem Regional
Teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh Evsey Domar dan
sir Roy F.Harrod. Pada hakikatnya teori Harrod-Domar merupakan
pengembangan dari teori makro Keynes. Keynes dianggap tidak lengkap
karena tidak mengungkapkan masalah-masalah ekonomi dalam jangka
panjang. Dengan kata lain teori ini berusaha menunjukkan syarat yang
dibutuhkan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan berkembang
dengan mantap (steady growth). Menurut teori Harrod-Dommar,
21
pembentukan modal merupakan faktor penting yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat diperoleh
melalui proses akumulasi tabungan. (Arsyad, 2010:84)
Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu:
1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment)
dan barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara
penuh.
2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga daan
sektor perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri
tidak ada.
3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan di mulai dengan titik
nol.
4) Kecendrungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =
MPS) besarnya tetap, demikian jugarasio antara modal-output
(Capital Output Ratio=COR) dan rasio pertambahan modal-output
(Incremental Capital-Output Ratio=ICOR). (Arsyad, 2010:84)
Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis
dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap
(seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai
apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :
Dimana : g = Growth (tingkat pertumbuhan output)
g = k= n,
22
k = Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Agar terjadi keseimbangan antara tabungan (S) dan investasi (I) harus
terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk
menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (rasio modal output).
Tarigan ( 2005:49).
b. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan
Samuelson pada tahun 1955 dalam Tarigan (2007:55)
memperkenalkan teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike). Teori ini
menekankan bahwa setiap daerah perlu mengetahui sektor ataupun
komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan
dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu
memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) untuk
dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor
tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat
berproduksi dalam waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk
perekonomian yang cukup besar.
Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus
dan mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan sektor
tersebut akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga
perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor-
sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung
sehingga pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor
23
yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat
dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu
membuat perekonomian tumbuh cepat. Dalam kaitan itu, salah satu
pendekatan yang dapat digunakan dalam melihat dan mengidentifikasi
lapangan usaha atau sektor ekonomi unggulan serta menganalisis
perkembangan sektor-sektor ekonomi daerah, khususnya di
kabupaten/kota Provinsi Bali terhadap sektor-sektor yang sama pada
tingkat Provinsi Bali.
c. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh
Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang
terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis.
Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak
terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus
berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan
kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya
tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut.
Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh),
pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah
secara keseluruhan. (Tarigan, 2007:55).
Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi
pendapatan basis, Richardson (1978:14). Bertambah banyaknya kegiatan
24
basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam
wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan
terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada
akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis.
Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan
berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah,
sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas
non basis.
Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010:367) merupakan laju
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri
yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan
baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan
daerah dan penciptaan peluang kerja.
Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah
akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat
memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain
sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis ekonomi suatu
wilayah, salah satu teknik yang lazim adalah (Location Quotient)
disingkat LQ. Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam
tekhnik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator
pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
25
1) Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis)
Model ini merupakan perluasan dari teori basis ekspor, yaitu
dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu
model basis ekspor hanya membahas daerah tersebut tanpa
memperhatikan daerah tetangga. Model ini memasukan dampak dari
daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model
interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor
pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan
daerah itu terikat pada sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang
berhubungan erat. (Tarigan, 2007:58).
Teori basis merupakan bentuk model pendapatan yang paling
sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas
struktur daerah yang bersangkutan, selain itu teori ini juga
memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan
juga dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat
mendorong pertumbuhan wilayah.
Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai
berikut:
a) Analisis Shift Share (SS)
Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat
berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah
dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini
sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
26
perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah
yang lebih besar (region/nasional).
Analisis SS, memberikan data tentang kinerja perekonomian
dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yitu:
1) Pertambahan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis
perubahan agregat secara sektoral dibandingkan dengan
perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang
dijadikan acuan.
2) Pergeseran proposional merupakan perbedaan antara
pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan
kabupaten/kota sektoral dan pertumbahan daerah dengan
menggunakan pertumbuhan provinsi. Kabupaten/kota dapat
tumbuh lebih cepat/lebih lambat dari rata-rata provinsi jika
mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepat/lambat
dari kabupaten/kota. Dengan demikian, perbedaan laju
pertumbuhan dengan nasional disebabkan oleh komposisi sektor
yang berbeda.
3) Pergeseran diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa
jauh daya asing industri daerah (lokal) dengan perekonomian
yang dijadikan acuan.
b) Location Quotient (LQ)
Dalam Tarigan (2007:60) Untuk menganalisis basis ekonomi
suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah
(Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis
27
atau unggulan (leading sectors). Dalam analisis ini kegiatan ekonomi
suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
(1) Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di
daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan.
(2) Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar
di daerah itu sendiri.
Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang
intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang barang
danjasa-jasa untuk pasar di daerah maupun diluar daerah
yangbersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan
menghasilkanpendapatan bagi daerah tersebut.Terjadinya arus
pendapatan dari luar daerah ini menyebabkanterjadinya kenaikan
konsumsi dan investasi di daerah tersebut, danpada gilirannya akan
menaikkan pendapatan dan menciptakankesempatan kerja
baru.(Tarigan, 2005:60)
Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan
permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan
akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong
kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi
modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong
sebagai akibat dari kenaikan sektor basis.
28
d. Teori Tempat Sentral
Teori Tempat Sentral (central place theory) menganggap
bahwa ada hirarki tempat dimana setiap tempat sentral didukung oleh
sejumlah tempat lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri
dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu
pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang
mendukungnya. Teori tempat sentral memperlihatkan bagaimana
pola-pola lahan dari industri yang berbeda-beda terpadu membentuk
suatu sistem regional kota-kota. (Prasetyo Soepono 2000:415).
Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan
ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaaan.
Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-
daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi
wilayah penyedia jasa sedangkan daerah lainnya hanya sebagai
wilayah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah
dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan
fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah.
e. Teori Interaksi Spasial
Merupakan arus gerak yang terjadi antara pusat-pusat
pelayanan baik berupa barang, penduduk, uang maupun yang lainnya.
Untuk itu perlu adanya hubungan antar daerah satu dengan yang lain
karena dengan adanya interaksi antar wilayah maka suatu daerah akan
29
saling melengkapi dan bekerja sama untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonominya. (Saerofi, 2005:25)
Dalam teori ini didasarkan pada teori gravitasi, dimana
dijelaskan bahwa interaksi antar dua daerah merupakan perbandingan
terbalik antara besarnya massa wilayah yang bersangkutan dengan
jarak keduanya. Dimana massa wilayah diukur dengan jumlah
penduduk. Model interaksi spasial ini mempunyai kegunaan untuk:
1) Menganalisa gerakan antar aktivitas dan kekuatan pusat dalam
suatu daerah.
2) Memperkirakan pengaruh yang ada dan ditetapkannya lokasi
pusat pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya.
Interaksi antar kelompok masyarakat satu dengan kelompok
masyarakat lain sebagai produsen dan konsumen serta barang-barang
yang diperlukan menunjukkan adanya gerakan. Produsen suatu barang
pada umumnya terletak pada tempat tertentu dalam ruang geografis,
sedangkan para langganannya tersebar dengan berbagai jarak di sekitar
produsen. (Saerofi, 2005:26)
5. Model atau Teori Gravitasi
Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk
melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi.
Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan
besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. (Tarigan, 2007:148)
30
Misalnya, ada dua kota (kota A dan B) yang berdekatan, ingin
diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut.
Interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor, faktor pertama adalah besarnya
kedua kota tersebut. Sebuah kota dapat diukur dari jumlah penduduk,
banyaknya lapangan kerja, total pendapatan (nilai tambah), jumlah atau luas
bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Kemudahan
dalam mendapatkan data membuat ukuran jumlah penduduk lebih sering
digunakan sebagai alat ukur. Ukuran jumlah penduduk bukanlah arbiter
karena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain
yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah
jarak antara kota A dan B. Jarak mempengaruhi orang untuk berpergian
karena menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga, dan biaya.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dari Janaranjana Herath, Tesfa G.
Gebremedhin dan Blessing M. Maumbe (2012) dengan judul A Dynamic Shift
Share Analysis of Economic Growth in West Virginia. Studi menggunakan
data Ketenagakerjaan selama 38 tahun dari 1970 hingga 2007 untuk analisis
empiris. Hasil mengindikasikan bahwa pertanian, pertambangan dan
manufaktur tidak lagi tulang punggung perekonomian West Virginia. Tiga
sektor menunjukkan pekerjaan menurun dalam periode 38 tahun. Layanan
dan keuangan asuransi dan real estat adalah sektor yang paling kuat
memberikan kontribusi 91 persen pertumbuhan pekerjaan dari 1970 hingga
31
2007. Selain dua sektor, sektor perdagangan besar dan eceran dan konstruksi
menunjukkan positif pertumbuhan ekonomi. Identifikasi investasi prioritas
dalam sektor-sektor ini potensi dan pelaksanaan rencana kebijakan
pembangunan daerah komprehensif pasti akan mempercepat pertumbuhan
ekonomi West Virginia.
K. Dianta A. Sebayang (2011), jurnal yang berjudul dampak integrasi
ekonomi ASEAN terhadap perdagangan Indonesia pada sektor kendaraan
roda empat. Data yang digunakan adalah PDB sektor kendaraan roda empat
Indonesia, Negara ASEAN (Malaysia, Filipina, Singapore dan Thailand) dan
Negara non ASEAN (Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Korea Selatan)
dengan kurun waktu sejak kesepakatan AFTA tahun 1991-2006 dengan
menggunakan alat analisis yaitu Gravity Model dan Ordinary Least Square
(OLS). Hasil penelitiannya adalah hasil estimasi model gravitasi mampu
menjelaskan dampak AFTA terhadap perdagangan internasional Indonesia
pada produk kendaraan roda empat. Variabel PDB Indonesia dengan PDB
mitra dagang dan jarak signifikan menjelaskan arus perdagangan Indonesia
dengan mitra dagang baik negara-negara ASEAN dan non-ASEAN, baik
pada produk kendaraan roda empat. Variabel dependen (perdagangan total
dalam sektor kendaraan roda empat dan sparepart dari negara ASEAN dan
negara non-ASEAN) AFTA dalam model ini signifikan mempengaruhi
variabel independen (GDP negara ASEAN dan GDP negara non-ASEAN,
jarak antara ibukota negara ASEAN dan negara non-ASEAN) dan variabel
32
dependen ASEAN signifikan dalam model SITC 781 yaitu perdagangan
kendaraan roda empat.
Penelitian Tinus Gulua Karoba (2010) dengan judul analisis
pengembangan Kota Jayapura sebagai salah satu kawasan strategis andalan di
Provinsi Papua. Alat analisis yang digunakan adalah Klassen Tipology,
Location Quotient, Overlay, Shift Share dan Gravity Model. Hasil penelitian
yaitu Kota Jayapura adalah daerah maju tertekan karena rata-rata
pertumbuhan PDRB Kota Jayapura lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan
PDRB Provinsi. Sektor yang menjadi unggulan PDRB Kota Jayapura adalah
sektor keuangan dan sektor perdagangan. Perubahan PDRB dari tahun 2000-
2009 dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan ekonomi regional Provinsi
Papua, komponen bauran industri, komponen unggulan kompetitif dan
komponen pengaruh kompotitif. Sedangkan model gravitasi menghasilkan
nilai indeks tertinggi dan memiliki kecenderungan meningkat pada periode
tahun 2004-2009 antara Kota Jayapura dan Kerom.
Selanjutnya ada jurnal dari Professor Wali I. Mondal, Ph. D (2009)
dengan judul An Analysis of The Idustrial Development Potential Of
Malaysia: A Shift Share. Data yang digunakan adalah nilai tambah bruto oleh
industri dalam harga berlaku dan harga konstan dari tahun sebelumnya yang
diperoleh dari Statistical of Malaysia. Dalam jurnalnya mengeneralisasikan
metode dekomposisi ini untuk setiap jenis industri dan penggunaannya untuk
perbandingan. Hasilnya industri yang paling efektif menurut analisis tersebut
adalah industri manufaktur yang menempati urutan pertama di setiap
33
tahunnya kecuali tahun 2004, dan perdagangan yang kedua. Sektor yang
efektif adalah sektor perdagangan. Konstruksi atau bangunan adalah contoh
yang sektor yang pertumbuhannya membaik atau maju. Alasan untuk ini
adalah perkembangan konstruksi di kota-kota besar di Malaysia. Di sisi yang
lain, pertanian, pemburuan, perhutanan, perikanan dan penggalian berada di
tiga peringkat terbawah.
I Dewa Made Darma Setiawan (2005) dalam penelitiannya yang
berjudul Peranan Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Pendekatan Input-Output
Multiregional menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi antara daerah Jawa
Timur, Bali dan NTB saling berkaitan karena letak geografis yang
berdekatan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Input-Output
Multiregional dengan menganalisis dampak pertumbuhan sektor-sektor
unggulan suatu provinsi dengan provinsi tersebut (intraregional) dan
pertumbuhan ekonomi di provinsi lainnya (interregional). Hasil penelitiannya
bahwa terdapat 6 sektor unggulan yaitu sektor industri makanan, minuman
dan tembakau, sektor perdagangan di Provinsi Jawa Timur; sektor hotel dan
restoran, sektor peternakan di Provinsi Bali; sektor industri makanan,
minuman dan tembakau, sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi
NTB. Peranan dari sektor unggulan tersebut terbesar dari provinsi Bali dan
Jawa Timur dibandingkan dengan Provinsi NTB. Dampak dari pertumbuhan
sektor unggulan masing-masing provinsi masih kecil terhadap pertumbuhan
34
daerah lainnya (interregional) dan masih sangat kecil bila dibandingkan
dengan dampak intraregional.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ropingi (2004) dalam Jurnalnya
yang berjudul Aplikasi Analisis Shift Share Esteban-Marquillas Pada Sektor
Pertanian di Kabupaten Boyolali. Jurnal ini berisi efek alokasi adalah
komponen dalam shift share yang menunjukkan apakah suatu daerah
terspesialisasi dengan sektor perekonomian yang ada dimana akan diperoleh
keunggulan kompetitif. Semakin besar nilai efek alokasi semakin baik
pendapatan atau kesempatan kerja didistribusikan diantara sektor
perekonomian dengan keunggulan masing-masing.
Berdasarkan efek alokasi tersebut terlihat bahwa sektor perekonomian
di Kabupaten Boyolali mempunyai alokasi PDRB yang baik untuk setiap
sektor perekonomian yang ada. Hal ini bisa dilihat dari nilai total efek alokasi
yang bernilai positif yang berarti semakin baik PDRB didistribusikan di
antara sektor-sektor yang berbeda sesuai dengan kelebihan masing-masing
sektor tersebut. Dilihat dari distribusi per sektor ternyata sektor industri
pengolahan mendapatkan keuntungan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp
12.925.941,97 ribu, kedua sektor penggalian dan pertambangan sebesar Rp
1.916.219,28 ribu, ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar Rp 1.679.104,66 ribu dan kelima sektor pertanian sebesar Rp
1.404.329,40 ribu. Ternyata sektor petanian di Kabupaten Boyolali
berdasarkan nilai efek alokasi yang positif berarti sektor pertanian merupakan
35
salah satu sektor yang mempunyai potensi sebagai penyumbang pendapatan
daerah Kabupaten Boyolali.
Spesialisasi sektor pertanian yang terjadi di Kabupaten Boyolali ini
disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah daerah yang menjadikan
sektor pertanian sebagai sektor prioritas/unggulan untuk menopang
pembangunan wilayah bersangkutan. Hal ini diperkuat dengan relatif masih
tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Boyolali
selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32,10 persen.
Penelitian tentang potensi ekonomi sektoral pernah dilakukan oleh
Irman dan Fachrizal Bachri tahun 2001 dengan judul penelitian Analisis
Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan dengan tahun
analisis dari tahun 1993-2000. Penelitian ini menggunakan data sekunder
yaitu PDRB Provinsi Sumatera Selatan dan PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) Kabupaten Lahat dengan variabel yang dikaji total produksi
yang dihasilkan dari tiap sektor dalam jutaan rupiah. Alat analisis yang
digunakan adalah Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share, Cobb
Douglas dan Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio). Dengan
menggunakan alat analisis LQ terdapat empat sektor unggulan yaitu sektor
pertanian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dan sektor jasa-jasa lainnya. Hasil penelitian dengan analisis shift share hanya
terdapat 3 sektor potensial yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan
dan sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan hasil
penelitian dengan Cobb Douglas terjadi peningkatan nilai produksi sektor
36
pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa berpengaruh positif terhadap
kesempatan kerja. Dari analisis ICOR didapatkan hasil penelitian bahwa
ICOR Kabupaten Lahat secara total adalah 11,32%. Dari keempat alat
analisis yang digunakan sektor ekonomi potensial Kabupaten Lahat yang
harus dikembangkan adalah sektor pertanian dan sektor bangunan.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Peneliti Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian
A Dynamic Shift
Share Analysis of
Economic Growth in
West Virginia (2012)
Janaranjana
Herath, Tesfa
G.
Gebremedhin
dan Blessing
M. Maumbe
Data
ketenagakerjaan
West Virginia
tahun 1970-2007
Shift Share Sektor yang menjadi sektor unggulan bagi
West Virginia dalam periode 38 tahun, yaitu
layanan dan keuangan asuransi dan real estat
adalah sektor yang paling kuat memberikan
kontribusi 91 persen pertumbuhan pekerjaan
dari 1970 hingga 2007. Selain dua sektor,
sektor perdagangan besar dan eceran dan
konstruksi menunjukkan positif pertumbuhan
ekonomi. Identifikasi investasi prioritas
dalam sektor-sektor ini potensi dan
pelaksanaan rencana kebijakan pembangunan
daerah komprehensif pasti akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi West
Virginia.
Dampak Integrasi
Ekonomi ASEAN
terhadap Perdagangan
Indonesia pada Sektor
Kendaraan Roda
Empat (2011)
K. Dianta
Sebayang
PDB sektor
kendaraan roda
empat Indonesia,
Negara ASEAN
(Malaysia,
Filipina, Singapore
dan Thailand) dan
Negara non
ASEAN (Amerika
Serikat, Australia,
Jepang dan Korea
Gravity Model dan
Ordinary Least Square
(OLS)
1. Hasil estimasi model gravitasi mampu
menjelaskan dampak AFTA terhadap
perdagangan internasional Indonesia pada
produk kendaraan roda empat.
2. Variabel PDB Indonesia dengan PDB
mitra dagang dan jarak signifikan
menjelaskan arus perdagangan Indonesia
dengan mitra dagang baik Negara-negara
ASEAN dan non-ASEAN, baik pada
produk kendaraan roda empat.
3. Variabel dependen AFTA dalam model
37
Selatan) tahun
1991-2006
ini signifikan mempengaruhi variabel
indenpenden dan variabel dependen
ASEAN signifikan dalam model SITC
781 yaitu perdagangan kendaraan roda
empat.
Pengembangan Kota
Jayapura sebagai
salah satu Kawasan
Strategis Andalan di
Provinsi Papua
(2010)
Tinus Gulua
Karoba
PDRB Provinsi
Papua, PDRB
Kota Jayapura dan
Kerom
Klassen Tipology,
Location Quotient,
Overlay, Shift Share
dan Gravity Model
Kota Jayapura adalah daerah maju tertekan
karena rata-rata pertumbuhan PDRB Kota
Jayapura lebih rendah dari rata-rata
pertumbuhan PDRB Provinsi. Sektor yang
menjadi unggulan PDRB Kota Jayapura
adalah sektor keuangan dan sektor
perdagangan. Perubahan PDRB dari tahun
2000-2009 dipengaruhi oleh komponen
pertumbuhan ekonomi regional Provinsi
Papua, komponen bauran industri,
komponen unggulan kompetitif dan
komponen pengaruh kompotitif. Sedangkan
model gravitasi menghasilkan nilai indeks
tertinggi dan memiliki kecenderungan
meningkat pada periode tahun 2004-2009
antara Kota Jayapura dan Kerom.
An Analysis of The
Idustrial
Development
Potential Of
Malaysia: A Shift
Share
Professor
Wali I.
Mondal, Ph.
D (2009-
2010)
Nilai tambah bruto
oleh industri dalam
harga berlaku dan
harga konstan
Shift Share Hasilnya industri yang paling efektif menurut
analisis tersebut adalah industri manufaktur
yang menempati urutan pertama di setiap
tahunnya kecuali tahun 2004, dan
perdagangan yang kedua. Sektor yang efektif
adalah sektor perdagangan. Konstruksi atau
38
bangunan adalah contoh yang sektor yang
pertumbuhannya membaik atau maju. Alasan
untuk ini adalah perkembangan konstruksi di
kota-kota besar di Malaysia. Di sisi yang
lain, pertanian, pemburuan, perhutanan,
perikanan dan penggalian berada di tiga
peringkat terbawah.
Peranan Sektor
Unggulan terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
Jawa Timur, Bali dan
Nusa Tenggara Barat,
Pendekatan Input-
Output Multiregional
(2005)
I Dewa Made
Darma
Setiawan
PDRB Provinsi
Jawa Timur,
PDRB Provinsi
Bali dan PDRB
Provinsi NTB
Input-Output
Multiregional
6 sektor unggulan yaitu sektor industri
makanan, minuman dan tembakau, sektor
perdagangan di Provinsi Jawa Timur; sektor
hotel dan restoran, sektor peternakan di
Provinsi Bali; sektor industri makanan,
minuman dan tembakau, sektor perdagangan,
hotel dan restoran di Provinsi NTB. Peranan
dari sektor unggulan tersebut terbesar dari
provinsi Bali dan Jawa Timur dibandingkan
dengan Provinsi NTB. Dampak dari
pertumbuhan sektor unggulan masing-
masing provinsi masih kecil terhadap
pertumbuhan daerah lainnya (interregional)
dan masih sangat kecil bila dibandingkan
dengan dampak intraregional.
Analisis Shift Share
Esteban-Marquillas
Pada Sektor Pertanian
di Kabupaten
Boyolali (2004)
Ropingi PDRB Kabupaten
Boyolali dan
Provinsi Jawa
Tengah
Shift Share Esteban-
Marquillas
Sektor pertanian di Kabupaten Boyolali
berdasarkan nilai efek alokasi yang positif
berarti sektor pertanian merupakan salah satu
sektor yang mempunyai potensi sebagai
penyumbang pendapatan daerah Kabupaten
Boyolali. Kontribusi sektor pertanian
39
terhadap PDRB Kabupaten Boyolali selama
lima tahun terakhir dengan rata-rata 32.10
persen.
Analisis Potensi
Sektoral Kabupaten
Lahat Provinsi
Sumatera Selatan
dengan tahun analisis
dari tahun 1993-2000
Irman dan
Fachrizal
Bachri
(2001)
PDRB Provinsi
Sumatera Selatan
dan PDRB
(Produk Domestik
Regional Bruto)
Kabupaten Lahat
LQ (Location Quotient
), Shift Share, Cobb
Douglas dan Analisis
ICOR (Incremental
Capital Output Ratio)
1. Analisis LQ empat sektor unggulan yaitu
sektor pertanian, sektor bangunan, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dan sektor jasa-jasa lainnya.
2. analisis shift share hanya terdapat 3 sektor
potensial yaitu sektor industri pengolahan,
sektor bangunan dan sektor sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
3. Cobb Douglas terjadi peningkatan nilai
produksi sektor pertanian, sektor bangunan
dan sektor jasa-jasa berpengaruh positif
terhadap kesempatan kerja.
4. ICOR Kabupaten Lahat secara total adalah
11,32%. Sektor ekonomi Kabupaten Lahat
yang harus dikembangkan adalah sektor
pertanian dan sektor bangunan.
40
41
Perbedaan penelitian ini dari jurnal Irman dan Fachrizal Bachri
dengan judul penelitian Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi
Sumatera Selatan dengan tahun analisis dari tahun 1993-2000 adalah dari
tahun analisis dan daerah analisis. Persamaannya dengan penelitian ini adalah
variabel yang dipakai yaitu GNP dan PDRB dan alat analisis LQ (Location
Quotient). Dari jurnal I Dewa Made Darma Setiawan (2005) dalam
penelitiannya yang berjudul Peranan Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat adalah dari alat
analisis nya yang menggunakan Pendekatan Input-Output Multiregional dan
variabel yang dipakai dampak pertumbuhan sektor-sektor unggulan suatu
provinsi dengan provinsi tersebut (intraregional) dan pertumbuhan ekonomi
di provinsi lainnya (interregional) daerah analisis dan tahun analisis.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan yang terdahulu adalah
alat analisis yaitu alat analisis yang sama-sama menggunakan LQ, Shift
Share, Tipologi, dan Model Gravitasi dengan menggunakan data sekunder
PDRB. Penelitian yang dilakukan oleh K. Dianta A. Sebayang dan Tinus
Gulua Karoba mengacu pada teori model gravitasi untuk melihat keterkaitan
potensi ekonomi antar daerah sesuai dengan penelitian yang dilakukan untuk
melihat keterkaitan potensi ekonomi Kota Denpasar dengan Kabupaten di
Bali.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu
dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama
42
di negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju
pertumbuhan pendapatan daerah yang bersangkutan sebagai upaya mencapai
pembangunan daerah. Salah satu indikator mengetahui pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan daerah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah. Data dengan
menggunakan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah untuk
mengetahui daerah yang mempunyai kemampuan dalam menciptakan
lapangan usaha atau memberikan sumbangan dari sembilan sektor ekonomi
Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana
daerah yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya.
Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi
kegiatan basis dan non basis. Kemudian mengetahui sektor potensial daerah
untuk dikembangkan dan interaksi daya tarik potensi ekonomi antar daerah
kota dengan kabupaten.
Digunakan alat analisis seperti Location Quetiont (LQ), Shift Share,
tipologi sektoral dan model atau teori gravitasi. Dengan penggunaan analisis
ini untuk mengetahui potensi dari pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
43
Gambar 2.1
Kerangka berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Teori dan Penelitian
Terdahulu
Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali
PDRB Provinsi Bali
PDRB 9 Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali
Analisis Location
Quotient (LQ)
(PDRB)
Analisis Shift Share
(PDRB)
Analisis Gravitasi
(keterkaitan
ekonomi ekonomi
Kota dan
Kabupaten)
LQ>1
Sektor Basis
LQ<1
Sektor
Non basis
Dij>0, sektor
tumbuh lebih
cepat dari
Provinsi.
Dj<0, sektor
tumbuh lebih
lambat dari
Provinsi
Pj>0, sektor
di kab/kota
tumbuh
cepat
Pj<0, sektor
di kab/kota
tumbuh
lambat
Hasil dan Analisa
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menggunakan
data runtun waktu (time series). Penelitian dilaksanakan di Provinsi Bali.
Pemilihan lokasi di Provinsi Bali dengan pertimbangan bahwa pariwisata
(sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, air dan gas dan sektor jasa-jasa
lainnya) di Provinsi ini adalah salah satu penyumbang terbesar dalam
kontribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali itu
sendiri. Ruang lingkup waktu yang dipakai 2005 hingga 2011 yang bertujuan
untuk menganalisis potensi ekonomi di Provinsi Bali.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah PDRB Sektoral Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dan
Provinsi Bali yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000. Dalam
penelitian ini tidak diperlukan sampel. Karena keseluruhan objek penelitian
dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi yang diteliti adalah sektor-sektor
ekonomi di Provinsi Bali dan sembilan Kabupaten/Kota yang ada di Bali
periode tahun 2005-2011.
45
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data penelitian yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkan menurut Bungin (2010:122).
Pada penelitian ini data sekunder dipakai untuk mengetahui data PDRB
Provinsi Bali, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Badung, Klungkung,
Karangasem, Buleleng, Bangli, Jembrana dan Tabanan tahun 2005-2011 (data
terbaru) atas dasar Harga Konstan, Jumlah penduduk Kota Denpasar, data
penduduk Kabupaten Gianyar, Badung, Klungkung, Karangasem, Buleleng,
Bangli, Jembrana dan Tabanan, maupun data jarak antara kota dan kabupaten di
Provinsi Bali yang bersumber dari dokumentasi BPS (Badan Pusat Statistik)
Provinsi Bali. Selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini
juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka,
media massa dan internet.
D. Metode Analisis Data
Berdasarkan dengan masalah yang dirumuskan dan tujuan yang telah
dijabarkan maka metode yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis
kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk
angka. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan
format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau beberapa variabel yang timbul di masyarakat
yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi, kemudian
46
mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi
ataupun variabel tersebut dalam Bungin (2010:36).
Untuk mengetahui sektor-sektor apa yang menjadi basis dan non-basis
terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali,
menganalisis sektor potensial, menganalisis perubahan struktur ekonomi dan
keterkaitan daya tarik potensi antar daerah Provinsi Bali maka digunakan
metode Location Quotient, Shift Share, tipologi sektoral dan model atau teori
gravitasi.
1. Location Quotient (LQ)
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010a:30), Location
Quotient atau disingkat LQ, merupakan suatu pendekatan yang umum
digunakan dan didasarkan pada teori model ekonomi basis sebagai langkah
awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan.
LQ mengukur dan menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah
sebuah sektor unggulan di suatu region (kabupaten/kota/provinsi) terhadap
sumbangan nilai tambah sektor unggulan yang bersangkutan secara
provinsi/nasional atau menghitung perbandingan antara share output sektor
unggulan di kabupaten/kota terhadap share output sektor unggulan di
provinsi.
Arsyad (2010:391), menjelaskan bahwa dalam teknik LQ ini kegiatan
ekonomi suatu daerah dibagi ke dalam dua golongan, yaitu :
a. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi
kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah. Artinya sektor
47
b. ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri
maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan.
c. Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu
memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai
sektor non unggulan.
Rumusan LQ menurut Tarigan (2005:82), dalam penentuan sektor
basis dan non basis, dinyatakan dalam persamaan berikut:
Xin / Yn
LQ =
Xi / Y
Catatan : Simbol PDRB (PDRB Provinsi) dan PDRB (PDRB Kabupaten)
dalam buku asli, diganti dengan Yn untuk PDRB Kabupaten dan Y untuk
PDRB Provinsi.
Dimana:
LQ = Nilai Location Quotient (LQ).
Xin= Nilai tambah (PDRB) sektor i di daerah analisis pada tahun tertentu.
Yn = Total PDRB Sektor daerah analisis.
Xi = Nilai tambah (PDRB) sektor i daerah analisis pada tahun tertentu.
N = Total PDRB daerah analisis.
Sektor basis/spesialisasi mengacu kepada sektor ekonomi disuatu
wilayah, dimana suatu wilayah dikatakan memiliki spesialisasi jika wilayah
tersebut mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga pertumbuhan
maupun andil sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor
yang sama pada daerah lainya, spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber
48
daya alam yang besar maupun peranan permintaan pasar yang besar terhadap
output-output lokal. Dalam Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010 a), hasil
perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai LQ>1 bermakna bahwa sektor I tersebut menjadi sektor basis
atau menjadi sektor pertumbuhan. Komoditas di sektor i tersebut
memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi
kebutuhan di wilayah bersangkutan tetapi juga dapat diekspor ke luar
wilayah. Dengan kata lain, sektor tersebut merupakan sektor yang kuat,
sehingga daerah bersangkutan secara potensial merupakan pengekspor
produk dari sektor tersebut ke daerah lain atau sektor tersebut memiliki
prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan.
2) Jika nilai LQ=1 bermakna bahwa sektor i tergolong non basis.
Komoditas pada sektor i tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif.
Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri
dan tidak mampu untuk diekspor.
3) Jika nilai LQ<1 bermakna bahwa sektor i juga termasuk non basis.
Produksi komoditas pada sektor i di suatu wilayah tidak dapat memenuhi
kebutuhan sendiri, sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. Dengan
kata lain, suatu sektor tersebut kurang menguntungkan untuk
dikembangkan dan belum mampu memenuhi semua permintaan dari
dalam daerah, sehingga harus didatangkan dari daerah lain.
Derajat spesialisasi/sektor basis tidak dapat bernilai negatif, ini terlihat
dari rumus LQ sendiri yang menunjukan pencarian rasio yaitu mencari
49
perbandingan sektor yang lebih unggul bukan mencari selisih dari sektor
tersebut. Beberapa kelemahan Metode LQ dalam Arsyad (2010:392) adalah :
1) Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola
permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor
regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri
Nasional.
2) Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.
Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain :
1) Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak
langsung.
2) Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data
historis untuk mengetahui trend.
2. Shift Share
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau
produktivitas kerja perekonomian daerah, membandingkannya dengan daerah
yang lebih besar (regional/nasional) serta mempengaruhi pertumbuhan
melalui jumlah output-nya. Jika output bertambah, maka daerah itu akan
mengalami pertumbuhan. Analisis ini memberikan data tentang kinerja
perekonomian dalam tiga bidang yang saling berhubungan satu sama lain
(Arsyad, 2010:390) yaitu:
a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis
perubahan kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan
50
dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang jadi
acuan.
b. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini
memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah
terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan perekonomian yang dijadikan acuan.
c. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam
menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan
perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran
diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih
tinggi daya saingnya dibandingkan dengan industri yang sama pada
perekonomian yang dijadikan acuan.
Menurut Glasson (1990:95) dalam Dini (2007:45), kedua komponen
shift—yaitu Sp dan Sd— memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional
yang bersifat eksternal dan internal: Sp merupakan akibat pengaruh unsur-
unsur eksternal yang bekerja secara Nasional/Regional, sedangkan Sd adalah
akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang
bersangkutan. Metode analisis Shift Share yang merupakan alat untuk
menghitung, menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan
perekonomian di daerah ini diawali dengan formulasi:
51
G = Yjt - Yjo
= ∑ (Nj+Pj+Dj)
Nj = Yjo (Yt / Yo) – Yjo
(P + D)j = Yjt – (Yt / Yo) Yjo
Pj = Σi [(Yit / Yio) – (Yt / Yo)] Yijo
Dj = Σt [ Yijt – (Yit / Yio) Yijo]
= (P + D)j – Pj
Dimana:
Gj = Pertumbuhan PDRB Total Kabupaten/Kota
Nj = Komponen Share
(P + D)j = Komponen Net Shift
Pj = Proportional Shift Kabupaten/Kota
Dj = Differential Shift Kabupaten/Kota
Yj = PDRB Total Kabupaten
Y = PDRB Total Bali
o,t = Periode awal dan Periode akhir
i = Sektor pada PDRB
Catatan: Simbol E (tenaga kerja) dalam buku asli, diganti dengan simbol Y
(PDRB) karena data yang diteliti adalah PDRB.
Jika Pj > 0, maka kabupaten/kota analisis akan berspesialisasi pada
sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika Pj < 0,
maka kabupaten analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat
provinsi tumbuh lebih lambat.
Bila Dj > 0, maka pertumbuhan sektor i di kabupaten analisis lebih
cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di provinsi dan bila Dj < 0, maka
52
pertumbuhan sektor i di kabupaten/kota analisis relatif lebih lambat dari
pertumbuhan sektor yang sama di provinsi.
Apabila nilai Pj maupun Dj bernilai positif, menunjukkan bahwa sektor
yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang
baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bila nilainya negatif
menunjukkan bahwa sektor tersebut dalam perekonomian masih
memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap
struktur perekonomian provinsi (Harry W. Richardson : 1978) . Untuk sektor-
sektor yang memiliki differential shift yang positif maka sektor tersebut
memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di
daerah lain.
Dan untuk sektor-sektor yang memiliki proportional shift positif
berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila
negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lambat. Pengaruh
pertumbuhan ekonomi provinsi disebut pengaruh pangsa (share).
Pertumbuhan atau perubahan perekonomian suatu daerah dianalisis dengan
melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi terhadap variable regional
sektor/industri daerah/kabupaten yang diamati. Hasil perhitungan tersebut
akan menggambarkan peranan Provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan
perekonomian daerah/kabupaten. Diharapkan bahwa apabila suatu provinsi
mengalami pertumbuhan ekonomi maka akan berdampak positif terhadap
perekonomian daerah/kabupaten.
53
Secara umum nilai Pj dan Dj tidak dapat bernilai sama dengan nol, hal
ini disebabkan nilai sama dengan nol menunjukan bahwa pertumbuhan total
PDRB sektor pada daerah tersebut tidak mempunyai nilai atau sama dengan
nol, hal ini kemungkinan terjadinya sangat kecil karena total PDRB sektor
yang bernilai nol menunjukan bahwa tidak terjadi pertumbuhan pada sektor
daerah tersebut dan tidak adanya penghitungan oleh pemerintah daerah
mengenai distribusi sektor terhadap daerahnya. Apabila total PDRB sektor
daerah tersebut bernilai negatif, hal itu menunjukan bahwa sektor pada daerah
tersebut mengalami kebangkrutan.
Menurut Arsyad (2010:390), kelemahan dari analisis Shift Share
antara lain analisis ini hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post, masalah
benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau (t+1) tidak
dapat dijelaskan dengan baik, terdapat data pada periode waktu tertentu di
tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap, analisis ini tidak handal
sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari
suatu periode ke periode lainnya, analisis ini tidak dapat dipakai untuk
melihat keterkaitan antar sektor dan tidak ada keterkaitan antar daerah.
Keunggulan analisis shift share antara lain :
1) Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang
terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana.
2) Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian
dengan cepat.
54
3. Tipologi Sektoral
Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location
Quotient ( LQ > 1 ), komponen differential shift ( Dj > 0 ), dan komponen
proportional shift ( Pj > 0 ) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini
mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan
internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen
Dj dan Pj dalam analisis Shift Share, tipologi sektoral diharapkan dapat
memperjelas dan memperkuat hasil analisis. Menurut Saerofi (2005:64),
Tipologi sektoral tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1
dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat dibandingkan
Provinsi (Dj rata-rata > 0 ) meskipun di tingkat Provinsi pertumbuhannya
cepat (Pj rata-rata > 0).
b. Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1
dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat dibandingkan
dengan Provinsi (Dj rata-rata > 0) karena ditingkat Provinsi
pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
c. Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1
dan di Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih lambat dibanding
provinsi (( Dj rata-rata < 0) karena ditingkat Provinsi pertumbuhannya
cepat (Pj rata-rata > 0).
55
d. Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata
< 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat di banding
pertumbuhan di tingkat Provinsi (Dj rata-rata > 0) padahal di Provinsi
sendiri pertumbuhannya juga cepat (Pj rata-rata > 0).
e. Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata
< 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat di banding
pertumbuhan di tingkat Provinsi (Dj rata-rata > 0) meskipun di Provinsi
sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
f. Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata
< 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih lambat di banding
Provinsi (Dj rata-rata < 0) meskipun di Provinsi sendiri pertumbuhannya
cepat (Pj rata-rata > 0).
g. Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-
rata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih lambat di
banding Provinsi (Dj rata-rata < 0) dan juga Provinsi sendiri
pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam
Tipologi I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ‖ istimewa ― untuk
dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis (LQ > 1).
Selain itu, di Provinsi/Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih cepat
dibandingkan dengan tingkat provinsi (Dj > 0), meskipun ditingkat Provinsi
juga tumbuh dengan cepat. (Pj rata-rata positif). Sektor ini akan
56
mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan PDRB Provinsi/Kabupaten/Kota analisis.
Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 3.1 di bawah
(LQ, Dj dan Pj), maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor
ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya
‖ baik sekali ‖ untuk dikembangkan, Tipologi III ‖ baik ‖, Tipologi IV ‖ lebih
dari cukup ‖, Tipologi V ‖ cukup”, Tipologi VI ‖hampir dari cukup”,
Tipologi VII ‖ kurang ‖, Tipologi VIII ‖ kurang sekali ‖.
Tabel 3.1
Makna Tipologi Sektor Ekonomi
LQ Rata-
Rata
Dj Rata-
Rata
Pj Rata-Rata Tingkat
Kepotensialan
I (LQ > 1 ) (Dj > 0) (Pj > 0) Istimewa
II (LQ > 1 ) (Dj > 0) (Pj < 0) Baik Sekali
III (LQ > 1 ) (Dj < 0) (Pj > 0) Baik
IV (LQ > 1) (Dj < 0) (Pj < 0) Lebih dari cukup
V (LQ < 1) (Dj > 0) (Pj > 0) Cukup
VI (LQ < 1) (Dj > 0) (Pj < 0) Hampir dari Cukup
VII (LQ < 1) (Dj < 0) (Pj > 0) Kurang
VIII (LQ < 1) (Dj < 0) (Pj < 0) Kurang Sekali
Sumber: Saerofi (2005:65)
Analisis potensi pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dapat diketahui
dengan menggunakan analisis LQ, Analisis Shift Share dan Tipologi. Seperti
yang dijelaskan pada gambar 3.1 dibawah ini. Sehingga dapat diketahui
sektor yang potensial untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Bali.
57
4. Model atau Teori Gravitasi
Penelitian ini menggunakan analisis gravitasi untuk melihat besarnya
daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini
digunakan untuk melihat kaitan suatu potensi dan besarnya wilayah pengaruh
dari potensi tersebut. Model gravitasi dapat digunakan untuk menghitung
besarnya interaksi yang terjadi antara dua wilayah. (Robinson Tarigan,
2005:148)
Dalam konteks penelitian ini, analisis gravitasi digunakan untuk
mengidentifikasikan interaksi ekonomi atau keterkaitan antara Kota Denpasar
dengan kabupaten sekitarnya. Menurut analisis ini daya tarik menarik antar
pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya merupakan perbandingan
terbalik antara besarnya pengaruh pusat wilayah dan kuadrat jarak antara dua
wilayah.
Rumus analisis gravitasi adalah sebagai berikut:
Tij = k
Keterangan :
Tij = Daya tarik menarik antara daerah i dan j
Pi = Besarnya massa dari wilayah i yang menggunakan tolak ukur jumlah
penduduk wilayah i
Pj = Besarnya massa dari wilayah j yang menggunakan tolak ukur jumlah
penduduk wilayah j
Pi Pj
db
ij
58
dij = Jarak antara wilayah i dengan wilayah j
b = Konstanta yang nilainya 2
Pengukuran dari analisis ini adalah:
a. Bila Tij nilainya semakin besar maka daya tarik menarik antara daerah (i)
dan (j) semakin kuat dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial
ekonomi keduanya besar kaitannya.
b. Bila Tij nilainya semakin kecil maka daya tarik menarik antara daerah (i)
dan (j) semakin lemah dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial
ekonomi keduanya kecil kaitannya.
Gambar 3.1
Bagan Kerangka Potensi Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Potensi Ekonomi
Analisis Location
Quotient (LQ)
Analisis Shift Share
Tipologi Sektoral
Pj>0, sektor
di kab/kota
tumbuh
cepat
Pj<0, sektor
di kab/kota
tumbuh
lambat
Dij>0, sektor
tumbuh lebih
cepat dari
Provinsi.
Dj<0, sektor
tumbuh lebih
lambat dari
Provinsi
LQ>1
Sektor
Basis
LQ<1
Sektor
Non
Basis
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Analisis Gravitasi
59
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan. Variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau objek
penelitian yang mempunyai kriteria yang sama, Sugiyono (2005:2).
Penjelasan variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku
atau tidak. Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator
perkembangan PDRB dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen
per tahun. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan daerah
dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB setiap tahunnya.
2. Pertumbuhan sektor ekonomi
Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang
dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas
dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000 dan dinyatakan dalam
persentase. PDRB (ADHK) merupakan nilai produksi barang dan jasa
akhir dalam suatu waktu kurun waktu tertentu orang-orang dan
perusahaan. Dinamakan bruto karena memasukkan komponen
penyusutan. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut
konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu
(tahun dasar = 2000).
60
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (BPS), bila
dipandang dari sudut produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produksi
neto barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam
satu region atau wilayah selama jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi
9 (sembilan) kelompok lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini
PDRB dihitung berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu pada
harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar yang dipilih, yakni tahun
dasar 2005. Perhitungan berdasarkan harga konstan ini dilakukan karena
sudah dibersihkan dari unsur inflasi.
4. Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2002:4),
Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-
putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti
situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan pengertian di
atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor potensial dalam
penelitian ini adalah upaya untuk mengubah/menaikkan keadaan yang
ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada sektor-sektor
ekonomi potensial (unggul, mampu, strategis), guna meningkatkan
PDRB Provinsi Bali secara umum.
5. Komponen Share (Nj)
61
Komponen Share (Nj) adalah pertambahan PDRB suatu daerah
seandainya pertambahannya sama dengan pertambahan PDRB provinsi
selama jangka waktu tertentu.
6. Komponen Net Shift (P+D)j
Komponen Net Shift (P+D)j adalah komponen nilai untuk
menunjukkan penyimpangan dari Nj dalam ekonomi regional.
7. Komponen Differential Shift (Dj)
Komponen Differential Shift (Dj) adalah komponen untuk
mengukur besarnya shift netto yang digunakan oleh sektor tertentu yang
lebih cepat atau lebih lambat di tingkat provinsi
8. Komponen Proportional Shift (Pj)
Komponen Proportional Shift (Pj) adalah komponen ysng dipakai
untuk menghasilkan besarnya shift netto sebagai akibat dari PDRB
daerah yang bersangkutan berubah. Komponen bernilai positif apabila
daerah tersebut berspesialisasi dalam sektor yang ditingkat provinsi
tumbuh dengan cepat, sebaliknya akan bernilai negatif jika
berspesialisasi pada sektor yang tumbuh lambat di tingkat provinsi.
9. Penduduk
BPS mendefinisikan bahwa yang dimaksud penduduk adalah
semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia
selama 6 (enam) bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili
62
kurang dari 6 (enam) bulan tetapi bertujuan untuk menetap (dalam satuan
jiwa).
9. Jarak
Jarak adalah bobot dari suatu wilayah ke wilayah lain yang
dinyatakan dalam satuan Kilo Meter (Km). Jarak dalam penelitian ini
adalah jarak antara Kota Denpasar dengan kabupaten lain di sekitarnya.
63
Tabel 3.2
Tabel Operasional Variabel
Variabel Indikator pengukuran Data dan
Sumber data
Data tahun Skala
Pertumbuhan
Ekonomi
Laju pertumbuhan
ekonomi
BPS 2005-2011 Nominal
Sektor Basis
dan non basis
LQ (Location Quatient)
PDRB ke
sembilan
kabupaten/kota
di Provinsi Bali
ADHK 2000
menurut
lapangan usaha
dan PDRB
Provinsi Bali
ADHK 2000
menurut
lapangan usaha
(BPS)
2005-2011 Nominal
Sektor
Potensial
LQ (Location Quatient)
Shift Share:
Komponen
Share (Nj)
Komponen net
shift (P+D)j
Differential
Shift (Dj)
Proportional
Shift (Pj)
Tipologi Sektoral
PDRB ke
sembilan
kabupaten/kota
di Provinsi Bali
ADHK 2000
menurut
lapangan usaha
dan PDRB
Provinsi Bali
ADHK 2000
menurut
lapangan usaha
(BPS)
2005-2011 Nominal
Daya Tarik
Menarik
Potensi
Ekonomi
Antar Daerah
Analisis Model
Gravitasi
Jumlah
penduduk
kabupaten/kota
Provinsi Bali
dan jarak antara
Ibukota Provinsi
Bali dengan
kabupaten (Km)
(BPS)
2005-2011 Nominal
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Provinsi Bali
a. Keadaan Geografi dan Demografi Provinsi Bali
Provinsi Bali secara astronomis terletak antara 803’40‖ – 8
05’48‖ Lintang
Selatan dan 114025’53‖ – 115
042’40‖ Bujur Timur yang membuatnya beriklim
tropis layaknya wilayah lain di Indonesia. Batas-batas wilayah Provinsi Bali
adalah :
Sebelah Utara : Laut Bali
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Selat Bali
Sebelah Timur : Selat Lombok
Provinsi Bali dikenal sebagai pulau dewata (paradise island), yang
merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa
dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya adalah Denpasar, yang terletak di
bagian selatan pulau ini. Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil
sepanjang 153 km dan selebar 112 km, sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Selain
itu, Provinsi Bali juga terdiri dari beberapa pulau, yakni Pulau Bali sebagai
pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa
Lembongan, Pulau Serangan (terletak di sekitar kaki Pulau Bali), serta Pulau
Menjangan yang terletak di bagian barat Pulau Bali. (BPS Provinsi Bali, 2012)
65
Berdasarkan hasil Digitasi batas wilayah, Provinsi Bali memiliki luas
wilayah 5.636,66 km2
atau 0,29% dari luas Kepulauan Indonesia. Provinsi Bali
terbagi atas delapan kabupaten dan satu kota yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1
Luas wilayah (Km2) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
No Kabupaten/ Kota Luas wilayah (km2)
1. Denpasar 128
2. Badung 419
3. Jembrana 842
4. Tabanan 839
5. Buleleng 1.366
6. Klungkung 315
7. Karangasem 840
8. Gianyar 368
9. Bangli 521
Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali
terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara
pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi, yakni Gunung Agung
yang merupakan titik tertinggi di Bali setinggi 3.142 meter. Gunung berapi ini
terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur (1.717 meter) yang berlokasi
di Bangli juga merupakan salah satu gunung berapi. Sekitar 30.000 tahun lalu,
Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi.
Sedangkan gunung yang tidak berapi antara lain adalah Gunung Merbuk (1.356
meter) di Jembrana, Gunung Patas (1.414 meter) di Buleleng, dan Gunung
Seraya (1.058 meter) di Karangasem, serta beberapa gunung lainnya. (BPS
Provinsi Bali, 2012)
66
Adanya pegunungan tersebut menyebabkan daerah Bali secara
geografis terbagi menjadi dua bagian yang tidak sama, yakni Bali Utara dengan
dataran rendah yang sempit dan kurang landai, serta Bali Selatan dengan
dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari
lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas
118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam
(>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali juga memiliki empat buah danau,
yakni Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan, dan Danau Batur.
Berbeda dengan bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang
dialiri sungai-sungai, seperti sungai Tukad Ayung 62.500 meter dan sungai-
sungai lainnya. (BPS Provinsi Bali, 2012)
Pada konteks lain, jenis tanah yang ada di Bali sebagian besar
didominasi oleh tanah Regusol dan Latasol serta sebagian kecil saja terdapat
jenis tanah Alluvial, Mediteran, dan Andosol. Jenis tanah Latosol yang sangat
peka terhadap erosi, tersebar di bagian barat sampai Kalopaksa, Petemon,
Ringdikit, dan Pempatan. Tanah jenis ini juga terdapat di sekitar Gunung
Penyu, Gunung Pintu, Gunung Juwet, dan Gunung Seraya yang secara
keseluruhan meliputi 44,90 persen dari luas Pulau Bali. (BPS Provinsi Bali,
2012)
Jenis tanah Regusol yang sangat peka terhadap erosi terdapat di bagian
timur Amlapura sampai Culik. Jenis tanah ini terdapat juga di Pantai
Singarajasampai Seririt, Bubunan, Kekeran di sekitar Danau Tamblingan,
Buyan, dan Beratan, sekitar Hutan Batukaru, serta sebagian kecil di Pantai
67
Selatan Desa Kusamba, Sanur, Benoa, dan Kuta. Jenis tanah ini meliputi
sekitar 39,93 persen dari luas Pulau Bali. Jenis tanah Andosol yang juga peka
terhadap erosi terdapat di sekitar Baturiti, Candikuning, Banyuatis, Gobleg,
Pupuan, dan sebagian kelompok hutan Gunung Batukaru. Jenis tanah
Mediteran yang kurang peka terhadap erosi terdapat di Jazirah Bukit Nusa
Penida dan kepulauannya, Bukit Kuta, dan Prapat Agung. Jenis tanah yang
juga tidak peka terhadap erosi lainnya adalah tanah Alluvial terdapat di dataran
Negara, Sumber Kelampok, Manggis, dan Angantelu. Ketiga jenis tanah ini,
yakni Andasol, Mediteran, dan Alluvial meliputi sekitar 15,49 persen dari luas
Pulau Bali. (BPS Provinsi Bali, 2012)
b. Keadaan Iklim
Wilayah Bali secara umum beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh
angin musiman. Sebagai pulau kecil, Bali di kelilingi wilayah pesisir dengan
panjang 430 km. Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada
wilayah pesisir dengan mata pencaharian sebagai nelayan sejak turun-temurun
dan petani rumput laut. Di wilayah rural, sebagian besar masyarakat Bali
bercorak produksi sebagai petani kecil dengan pola pertanian tradisional. Corak
produksi masyarakat Bali ini sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim (siklus
alam dan curah hujan). Karena itu, peralihan musim merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi musim kemarau atau musim
hujan lebih dini, sehingga perencanaan pertanian terutama periode tanam dan
jenis komoditas dapat disusun sesuai kondisi iklim aktual. (BPS Provinsi Bali,
2012)
68
Curah hujan tertinggi selama tahun 2011 terdapat di Kabupaten
Tabanan sebanyak 4.041 mm, untuk suhu tertinggi terjadi di Kabupaten
Buleleng dan Kota Denpasar yaitu mencapai 27,20C.
c. Pemerintahan
1) Wilayah Administrasi
Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan
kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung,
Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Kota
Denpasar, serta terbagi dalam 57 kecamatan, 715 desa, dan 4.295 SLS
(Satuan Lingkungan Setempat). SLS adalah satuan lingkungan
setingkat di bawah desa (dusun).
2) Kepegawaian
Berdasarkan data Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali
Tahun 2011, jumlah PNS yang berada di lingkungan Pemerintah
Provinsi Bali telah mencapai sebanyak 7.187 orang, dengan komposisi
laki-laki 4.460 orang dan perempuan 2.727 orang. Jumlah ini
mengalami penurunan dari tahun 2010 sebanyak 7.243 orang (laki-laki
4.570 orang dan perempuan 2.673 orang).
d. Kependudukan
1) Penduduk
Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2011 tercatat
jumlah penduduk di Provinsi Bali sebanyak 3.572.831 jiwa yang
terdiri dari 1.791.953 jiwa (50,15%) penduduk laki-laki dan
69
1.780.878 jiwa (49,85%) penduduk perempuan. Jumlah penduduk
Bali tahun 2011 naik sebesar 1,43% dari tahun sebelumnya.
Luas wilayah Bali 5.636,66 km2, maka kepadatan penduduk
mencapai 631 jiwa/km2. Di antara Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
terdapat Kabupaten Buleleng merupakan daerah yang jumlah
penduduknya tertinggi mencapai 675.513 jiwa atau 18,54% dari
seluruh penduduk Bali.
2) Ketenagakerjaan
Di provinsi Bali, masalah ketenagakerjaan masih
merupakan fenomena pelik. Bali merupakan wilayah yang mudah
dijangkau akibatnya arus migrasi maupun urbanisasi menjadi tak
terhindarkan. Oleh sebab itu membuat struktur ketenagakerjaan
didominasi oleh penduduk usia produktif.
Sektor pertanian dan sektor pariwisata masih menjadi ujung
tombak perekonomian Provinsi Bali. Pada tahun 2011 jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran 596.527 orang atau 27,05%.
Kemudian sektor Pertanian menempati posisi kedua dalam
penyerapan tenaga kerja yaitu mencapai 556.615 orang (25.24%).
3) Mata pencaharian
Mata Pencaharian penduduk Provinsi Bali pada umumnya masih
bekerja di bidang pariwisata dan pertanian, hal ini merupakan
70
potensi wilayah Provinsi Bali yang sebagian besar masih
merupakan pariwisata.
Tabel 4.2
Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Utama di Provinsi Bali Tahun 2011
No Lapangan Usaha Utama Tenaga Kerja
1 Pertanian 556.615
2 Pertambangan dan Penggalian 12.635
3 Industri Pengolahan 290.132
4 Listrik, Air dan Gas 6.859
5 Bangunan 185.705
6 Perdagangan 596.527
7 Pengangkutan dan Komunikasi 81.744
8 Keuangan 83.281
9 Jasa-jasa Lainnya 391.376
Jumlah 2.204.874
Sumber: BPS Provinsi Bali (berdasarkan hasil Sakernas 2011)
e. Pendidikan
Penduduk di Kabupaten Semarang yang bersekolah secara umum
mengalami fluktuasi selama periode 2005-2011. Sarana pendidikan seperti
jumlah sekolah dan juga tenaga pendidik merupakan salah satu faktor yang
menunjang keberhasilan pendidikan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan
Provinsi Bali, jumlah murid SD selama tahun 2010/2011 mencapai
437.666 siswa, sedangkan tenaga guru sebanyak 26.942 orang. Pada
tingkat SLTP,jumlah murid mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya 174.068 orang menjadi 176.407 orang. Dengan tenaga guru
sebanyak 12.910 orang. Untuk tingkat SMU, jumlah murid mengalami
peningkatan 26,74% dan jumlah murid tahun 2010/2011 sebanyak 90.467
orang. Jumlah tenaga guru yang mengajar sebanyak 7.505 orang. Untuk
71
jenjang SMK juga mengalami peningkatan jumlah murid sebesar 45,16%
dari 43.361 orang di tahun 2009/20910 menjadi 62.942 orang di tahun
2010/2011. Banyaknya tenaga pengajar atau guru sebanyak 4.017 orang.
f. Kesehatan
Pada hakikatnya pembanguan kesehatan bertujuan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Karena itu, untuk menilai
pembanguan kesehatan salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah
dengan mendirikan fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas kesehatan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 2011
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 RSU Pemerintah 10
2 RSU Swasta 43
3 RS Khusus 2
4 RS Hankam 3
5 Puskesmas 114
6 Puskesmas Pembantu 528
7 Puskesmas Keliling 150
8 Posyandu 4.751
Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi, Keterkaitan Wilayah dan
Pengembangan Sektor Potensial
Penulisan penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi pertumbuhan ekonomi pada sektor strategis yang potensial dapat di
kembangkan untuk meningkatkan PDRB wilayah analisis kemudian sektor-
sektor potensial yang sudah dianalisis lebih lanjut diterapkan dalam rangka
pengembangan sektor potensial tersebut. Selain itu, juga dicari seberapa jauh
72
keterkaitan Ibukota Provinsi Denpasar dengan kabupaten daerah sekitarnya di
Provinsi Bali.
Untuk mengetahui potensi sektor-sektor ekonomi Kabupaten/Kota
yang mendukung PDRB Provinsi Bali maka digunakan alat analisis LQ yaitu
untuk mengetahui apakah sektor ekonomi tersebut termasuk sektor basis atau
non basis, juga digunakan metode Shift Share sebagai pendukung alat analisis
LQ dan Tipologi untuk memperjelas hasil LQ dan Shift Share. Kemudian
untuk memperkuat analisis digunakan Metode Gravitasi. Metode ini untuk
mengetahui keterkaitan ekonomi Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi
Bali dan pusat pemerintahan dengan kabupaten-kabupaten lainnya dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
1. Analisis Perkembangan PDRB Provinsi Bali dengan PDRB
Kabupaten/Kota
Struktur perekonomian menggambarkan peranan atau sumbangan dari
masing-masing sektor dalam pembangunan PDRB yang dalam konteks lebih
jauh akan memperhatikan bagaimana suatu perekonomian mangalokasikan
sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor. Nilai PDRB Provinsi Bali
cenderung fluktuatif yang ditunjukkan oleh jumlah nominalnya yang selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Sektor pertanian memberikan kontribusi
tinggi untuk Provinsi Bali namun dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Selanjutnya untuk mengetahui sumbangan dari masing-masing sektor-sektor
ekonomi lainnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
73
Tabel 4.4
Distribusi Presentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Provinsi Bali (dalam persen)
No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 21,79 21,54 20,85 20,62 20,69 19,89 19,10
2 Pertambangan 0,64 0,62 0,60 0,58 0,58 0,65 0,68
3 Industri
Pengolahan
9,54 9,46 9,75 10,13 10,14 10,17 9,85
4 Listrik, Gas, Air 1,47 1,49 1,52 1,51 1,50 1,52 1,53
5 Bangunan 3,89 3,86 3,87 4,08 3,91 3,97 4,02
6 Perdagangan,
Hotel, R
29,37 28,88 28,98 31,45 31,72 31,89 32,53
7 Pengangkutan,
Kom.
11,85 11,86 12,33 11,08 11,05 11,05 10,99
8 Keu, Persew, Jasa
P
7,07 7,46 7,34 7,14 6,96 7,07 7,05
9 Jasa-jasa Lainnya 16,19 16,22 15,86 13,41 13,45 13,80 14,25
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
Tabel di atas memperlihatkan presentase sumbangan sektor-sektor
ekonomi Provinsi Bali. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi
perekonomian Bali adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor
pertanian; sektor jasa-jasa lainnya; dan pengangkutan dan komunikasi.
Dua peristiwa yang sedikit mengguncang perekonomian di Bali terlihat
pada tahun 2005 dan 2008.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan sumbangan
tertinggi bagi total PDRB Provinsi Bali tetapi mengalami fluktuasi akibat
sebuah peristiwa. Pada tahun 2005 terjadi pengeboman dua tempat di Bali.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran terkena dampaknya karena
pengeboman terjadi di tempat yang dikunjungi wisatawan. Sektor ini
mengalami penurunan pada dari tahun 2005 sebesar 29,37 persen dan
74
tahun 2006 menjadi 28,88 persen. Kemudian pada tahun 2009 hingga 2011
mengalami peningkatan seiring dengan kembalinya kepercayaan para
investor dan wisatawan.
Sektor kedua yang mempunyai kontribusi tinggi yaitu sektor
pertanian rata-rata mengalami penurunan dari tahun ke tahun, pada tahun
2005 kontribusinya sebesar 21,79 persen sampai tahun 2011 menurun
hingga persen walaupun kontribusinya masih PDRB nya masih tertinggi
kedua setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Untuk sektor
pertambangan, industri pengolahan, listrik, keuangan mengalami fluktuasi
naik turun presentase PDRB tapi masih mengalami peningkatan secara
lambat. Pada tahun 2011 ketiga sektor tersebut masing-masing mencapai
17,77 persen, 3,16 persen dan 13,50 persen. Sektor jasa-jasa merupakan
sektor yang mengalami penurunan selain sektor pertanian.
Peristiwa pengeboman Bali membuat berkurangnya kepercayaan
para wisatawan untuk ke Bali, imbasnya penurunan terhadap beberapa
sektor-sektor pariwisata pada tahun 2006. Selain itu, krisis ekonomi global
tahun 2008 juga memberikan imbas terhadap sektor-sektor pariwisata
sehingga mengalami penurunan tahun 2009. Perbaikan kondisi
perekonomian Bali sepertinya mulai terjadi pada tahun 2010 dan 2011.
Penanggulangan dampak dari kedua peristiwa tersebut secara menyeluruh
Provinsi Bali memang masih sangat diharapkan. Untuk lebih mendalam
mengetahui dampak dan share perekonomian di Bali, akan dijabarkan
untuk kontribusi PDRB Bali secara Kabupaten/Kota.
75
Tabel 4.5
Distribusi Presentase PDRB Tahun 2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/Kota
Provinsi Bali (persen)
Lapangan
Usaha
Kabupaten/Kota
Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng Bangli
Pertanian 6,42 8,04 23,33 35,29 16,27 29,28 30,16 23,66 34,03
Penggalian 0 0,10 0,42 10,33 0,41 1,96 3,50 0,66 0,14
Industri
Pengolahan 11,91
2,82 7,44 6,41 18,57 6,76 9,14
10,24 7,82
Listrik,Air &
Gas 3,74
1,60 0,89 0,98 0,93 0,56 1,22
1,00 0,57
Bangunan 3,07 4,36 5,42 3,81 4,51 4,10 6,01 2,77 4,67
Perdagangan,
Hotel&Restoran 39,52 46,19 27,11 22,05 30,19 15,73 23,54 29,11 25,75
Pengangkutan
& Komunikasi 12,24 26,19 14,62 5,64 4,65 8,10 5,15 3,59 1,99
Keu, Persewaan
& Jasa 13,24 2,43 4,91 6,50 5,28 5,42 2,94 4,15 3,47
Jasa-jasa 9,86 8,28 15,86 18,98 19,19 28,08 18,34 24,88 21,56
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
76
Provinsi Bali memiliki sembilan kabupaten/kota yang cukup
memberikan kontribusi yang baik bagi perekonomian Bali. Daerah yang
memiliki fokus kepada sektor-sektor pariwisata seperti Kota Denpasar,
Kabupaten Badung, Gianyar dan Buleleng nilai share PDRB nya tertinggi
untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran. Untuk kabupaten lainnya
sektor dengan kontribusi PDRB kabupaten/kota di Bali tertinggi pada
tahun 2011 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor
pertanian; sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Kota Denpasar merupakan Ibukota Provinsi Bali. Jika kita cermati
Kabupaten di sekitar Kota Denpasar ikut tumbuh dengan baik karena
kehidupan Kabupaten tidak jauh dengan jarak kota pemerintahan, seperti
Kabupaten Badung dan Gianyar. Untuk sektor perdagangan, hotel dan
restoran didominasi oleh Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Kabupaten
Gianyar, Bangli dan Tabanan dengan kontribusi sebesar 46,19; 39,52;
30,19; 25,75 dan 22,05. Kabupaten Badung memegang kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran tertinggi karena banyak sekali tempat
wisata dan pantai indah di sana untuk dikunjungi. Selanjutnya kontribusi
PDRB Kabupaten/Kota sektor pertanian tertinggi dimiliki oleh Kabupaten
Tabanan, Bangli, Buleleng, Klungkung, Karangasem dan Jembrana. sektor
pertanian ini sangat penting untuk menunjang sektor-sektor pariwisata di
Bali. sektor dengan kontribusi terendah terlihat adalah sektor penggalian.
Terutama di Kota Denpasar yang tidak memberikan kontribusi untuk
sektor ini karena merupakan pusat pemerintahan. Hal ini dikarenakan
77
jarang ada sumber pertambangan & penggalian (hasil tambang) besar yang
dapat diekspor ke wilayah lainnya.
2. Analisis Potensi Ekonomi
a. Analisis Location Quetiont (LQ)
Location Quotient atau disingkat LQ, merupakan suatu pendekatan
tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu
daerah, artinya bahwa analisis itu digunakan untuk melakukan pengujian
sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor unggulan. (Arsyad,
2010:390).
Analisis Location Quotien (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-
sektor ekonomi manakah yang termasuk kedalam sektor basis (base sector)
atau berpotensi ekspor dan manakah yang bukan merupakan sektor basis (non
base sector). Apabila hasil perhitungannya menunjukkan angka lebih dari satu
(LQ > 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Sebaliknya apabila
hasilnya menunjukkan angka kurang dari satu (LQ < 1) berarti sektor tersebut
bukan sektor basis.
Provinsi Bali memiliki delapan kabupaten dan 1 kota dengan
berdasarkan hasil perhitungan LQ sembilan sektor ekonomi terdapat beberapa
daerah yang mempunyai lebih dari 2 sektor basis yang kosisten di sepanjang
tahun analisis yakni dari tahun 2005 hingga 2011. Kota Denpasar merupakan
daerah yang paling banyak memiliki sektor basis yaitu sebanyak 5 sektor
terutama ini adalah sektor-sektor pariwisata. Sektor-sektor tersebut adalah
78
sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan dan sektor jasa-jasa lainnya. Sedangkan kabupaten lainnya
memiliki 2, 3 atau 4 sektor saja yang konsisten sepanjang tahun analisis.
Kabupaten yang memiliki 4 sektor basis adalah kabupaten Badung,
Klungkung, Buleleng dan Jembrana. Kabupaten lainnya memiliki 3 sektor
adalah Kabupaten Gianyar dan Bangli. Sedangkan yang memiliki 2 sektor saja
adalah kabupaten Tabanan dan Karangasem. Untuk beberapa kabupaten yang
letaknya jauh dari Kota Denpasar sektor basis bukanlah yang berasal dari
sektor-sektor pariwisata namun sektor-sektor primer yakni sektor pertanian dan
sektor tersiernya adalah sektor jasa-jasa. Secara rinci kompilasi analisis rata-
rata LQ untuk 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang mempunyai sektor basis
konsisten sepanjang tahun analisis dijabarkan dalam tabel 4.6.
Hasil rata-rata dari perhitungan LQ sembilan Kabupaten/Kota terdapat
4 sektor basis di Provinsi Bali yaitu sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, bangunan dan jasa-jasa lainnya. Namun untuk sektor perdagangan,
hotel dan restoran nilai LQ nya hampir mendekati 1 yaitu 0,885 artinya sektor
dapat dikembangkan menjadi sektor basis. Berikut secara lengkap akan
dijelaskan hasil analisis rata-rata LQ Kabupaten/Kota tahun 2005 hingga tahun
2011 masing-masing sektor ekonomi pada tabel 4.6:
79
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) Rata – Rata
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2005– 2011
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Jumlah
Sektor
Basis 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Denpasar 0,357
(nb)
0,008 (nb)
1,223 (b)
2,424 (b)
0,847 (nb)
1,175 (b)
1,162 (b)
1,836
(b) 0,753 (nb)
5
Badung 0,426 (nb)
0,178 (nb)
0,294 (nb)
1,039 (b)
1,181 (b)
1,441 (b)
2,331 (b)
0,375 (nb)
0,597 (nb)
4
Gianyar 0,897
(nb)
0,638 (nb)
1,913 (b)
0,585 (nb)
1,118 (b)
0,964 (nb)
0,437 (nb)
0,703 (nb)
1,220 (b)
3
Tabanan 1,880 (b)
0,521 (nb)
0,677 (nb)
0,587 (nb)
0,961 (nb)
0,662 (nb)
0,517 (nb)
0,817 1,268
(b)
2
(nb) Klungkung 1,626
(b)
6,684 (b)
0,926 (nb)
0,728 (nb)
1,433 (b)
0,700 (nb)
0,471 (nb)
0,391 (nb)
1,215 (b)
4
Karangasem
1,552 (b)
2,691 (b)
0,713 (nb)
0,338 (nb)
0,968 (nb)
0,495 (nb)
0,727 (nb)
0,657 (nb)
1,942 (b)
3
Bangli
1,754 (b)
0,254 (nb)
0,808 (nb)
0,315 (nb)
1,275 (b)
0,811 (nb)
0,188 (nb)
0,485 (nb)
1,409 (b)
3
Buleleng
1,283 (b)
1,085 (b)
1,057 (b)
0,596 (nb)
0,687 (nb)
0,867 (nb)
0,332 (nb)
0,597 (nb)
1,708 (b)
4
Jembrana 1,278 0,646 0,776 0,544 1,362 0,805 1,325 0,671 1,080 4
(b) (nb) (nb) (nb) (b) (nb) (b) (b) (b)
Rata-rata 1,236 1,531 0,947 0,801 1,062 0,885 0,764 0,715 1,272 4
(b) (b) (nb) (nb) (b) (nb) (nb) (nb) (b)
Sumber: Hasil perhitungan PDRB Provinsi Bali dan PDRB Tiap Kabupaten/Kota
Provinsi Bali Tahun 2005-2011 (data diolah) Lampiran III
Keterangan: 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4.
Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Bangunan; 6. Perdagangan, Hotel &
Restoran; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persw. dan
Jasa P; 9. Jasa-jasa
(n) = sektor basis (nb) = sektor non basis
1) Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor basis di enam kabupaten dari
Sembilan kabupaten dan kota yang ada di Bali sejak awal tahun sampai
akhir tahun analisis. Berdasarkan tabel di atas bahwa hasil rata-rata LQ
80
tahun 2005-2011 sektor pertanian menjadi basis di Kabupaten Tabanan,
Klungkung, Karangasem, Bangli, Buleleng dan Jembrana.
Walaupun diketahui bahwa pada kontribusi PDRB per kabupaten
dan kota di Bali terus mengalami penurunan tapi masih menjadi sektor basis
atau unggulan di Bali. Namun lahan pertanian mulai diambil alih untuk
bangunan-bangunan menunjang pemerintahan daerah dan sektor pariwisata
tetapi sektor pertanian disumbang oleh sub sektor perikanan dan
perternakan.
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
Hasil analisis LQ untuk sektor pertambangan dan penggalian
menjadi sektor basis hanya Kabupaten Klungkung dan Buleleng. Sektor ini
menjadi sektor basis terbesar di Klungkung yang nilainya sebesar 6,684.
Sehingga secara rata-rata menjadi sektor basis pada rata-rata di
Kabupaten/Kota Provinsi Bali. Ditujuh Kabupaten/Kota Bali sektor ini nilai
LQ nya < 1 dimana menunjukkan potensi tambang atau galian di Bali kecil
atau lambat.
3) Sektor Industri Pengolahan
Hasil analisis LQ pada sektor industri pengolahan seperti terlihat
pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat dua Kabupaten dan satu Kota
yang memiliki sektor basis selama periode analisis yaitu Kota Denpasar,
Kabupaten Gianyar dan Buleleng. Hal ini menunjukkan sektor industri
pengolahan dibutuhkan untuk menunjang sektor pariwisata dalam
81
menyediakan barang-barang cinderamata terutama untuk Kota Denpasar dan
Kabupaten Gianyar.
4) Sektor Listrik, Gas dan Air
Sektor listrik, gas dan air merupakan sektor yang menunjang sektor
pariwisata. Terlihat pada tabel 4.6 bahwa sektor listrik, gas dan air menjadi
sektor basis di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Kedua daerah
merupakan daerah pariwisata. Kota Denpasar menjadi pusat pemerintahan
di Bali dan sangat besar pengaruhnya bagi daerah-daerah lainnya.
5) Sektor Bangunan
Untuk sektor bangunan menjadi sektor basis di lima Kabupaten di
Bali. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah Kabupaten Badung, Gianyar,
Klungkung, Bangli dan Jembrana. Pembangunan ini untuk bertujuan untuk
menarik para wisatawan menginap dan sebagai bukti kemajuan daerah serta
tempat-tempat bisnis dan industri.
Namun sektor bangunan membuat pemerintah daerah menggunakan
lahan pertanian untuk didirikan bangunan guna menunjang bisnis yang lebih
menjanjikan. Hal ini yang menyebabkan penurunan kontribusi sektor
pertanian.
6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Dalam kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Bali tahun 2005-2011
jelas menunjukkan sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan
kontribusi tertinggi. Tetapi berdasarkan tabel 4.6 hasil perhitungan LQ
82
untuk sembilan kabupaten/kota di Bali bahwa sektor ini secara menyeluruh
tidak menjadi sektor basis. Nilai LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di
Bali sebesar 0,885. Nilai ini hampir mendekati 1 berarti sektor ini memiliki
potensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis. Hal ini dibuktikan
dengan nilai PDRB nya selalu unggul di sembilan kabupaten/kota di Bali.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya menjadi sektor basis di Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung.
7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Hasil analisis LQ pada sektor pengangkutan dan komunikasi seperti
yang terlihat dalam tabel 4.6 menunjukkan bahwa hanya 3 Kabupaten/Kota
yang ada di Bali menjadi sektor basis yaitu Kota Denpasar, Kabupaten
Badung dan Jembrana. Sektor ini menjadi sektor pariwisata yang
dibutuhkan karena untuk memenuhi kebutuhan sektor perdagangan, hotel
dan restoran supaya terkoordinasi dengan baik.
Kota Denpasar merupakan pusat pemerintahan dan berkembangnya
sektor pariwisata sehingga dibutuhkan pengangkutan dan komunikasi yang
lancar ke daerah-daerah lainnya. Sehingga sektor pengangkutan dan
komunikasi menjadi sektor basis di kota ini.
8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Dari tabel 4.6 terlihat hanya ada satu Kota yang mempunyai LQ > 1
untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu Kota
Denpasar. Hal ini terjadi karena kota Denpasar adalah pusat pemerintahan
83
dan tempat kantor-kantor pengatur pemasaran dari kegiatan bisnis dan
industri di Provinsi Bali sehingga sektor ini menjadi sektor basis.
9) Sektor Jasa-jasa lainnya
Hasil analisis LQ pada sektor jasa-jasa terlihat pada tabel 4.6
menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor basis untuk rata-rata
sembilan Kabupaten/Kota di Bali. Sektor jasa-jasa lainnya memegang sektor
basis untuk tujuh Kabupaten di Bali. Hanya dua Kabupaten dan Kota yang
LQ nya < 1 yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
Berdasarkan hasil tabel 4.6 Kota Denpasar merupakan kota yang
terbanyak memiliki sektor basis. Karena kota Denpasar merupakan Ibukota
Provinsi Bali dan menjadi pusat pemerintahan sehingga sektor pariwisata
menjadi unggulan. Untuk Kabupaten berbatasan dengan Kota Denpasar
seperti Kabupaten Badung dan Gianyar yang menjadi sektor basis juga
sektor-sektor pariwisata. Sedangkan Kabupaten lainnya yang menjadi sektor
basis adalah pertanian, penggalian, bangunan, pengangkutan dan jasa-jasa.
Meskipun tidak ada sektor ekonomi yang menjadi basis untuk semua
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tetapi hal ini menandakan bahwa terjadi
usaha penyebaran pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Provinsi
Bali. Kesembilan Kabupaten/Kota ini, selain bisa dapat memenuhi
kebutuhan di daerahnya sesuai dengan potensi alamnya, bahkan berpotensi
untuk mengekspor. Sektor ini, merupakan sektor potensial dimana sektor ini
84
bisa di tingkatkan menjadi lebih baik lagi. Kemudian sektor-sektor non basis
untuk masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dapat dikembangkan
terutama sektor pariwisata karena hasil LQ nya mendekati 1.
Sektor-sektor non basis selama periode 2005-2011 masing-masing di
Kabupaten/Kota Provinsi Bali belum mampu mencukupi kebutuhannya dan
berpotensi untuk impor dari daerah lain. Meskipun sektor basis merupakan
sektor yang paling potensial untuk dikembangkan dan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali, akan tetapi kita tidak boleh
melupakan sektor non Basis. Karena sektor-sektor non basis untuk masing-
masing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dapat dikembangkan terutama
sektor pariwisata karena hasil LQ nya mendekati 1 dan bersama sektor basis
yang ada maka sektor non basis dapat dibantu untuk dikembangkan
menjadi sektor basis baru.
b. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat berguna
dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja
atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya
dengan daerah yang lebih besar (region/nasional). Penelitian ini mengkaitkan
Provinsi Bali dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Dalam analisis Shift
Share menggunakan variabel seperti tenaga kerja, penduduk dan pendapatan
bertujuan untuk mengetahui proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dalam
85
penelitian ini digunakan variabel pendapatan yaitu PDRB Provinsi Bali dan
PDRB sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali untuk menguraikan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali.
Pertumbuhan PDRB total (G) dapat diuraikan menjadi komponen shift
dan komponen share yaitu :
a. Komponen Nasional Share (Nj) adalah banyaknya pertambahan PDRB
seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB
Provinsi selama periode yang tercakup dalam studi.
b. Komponen Proportional Shift (Pj) adalah mengukur besarnya net shift
Provinsi Bali yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor yang
mendukung PDRB sektor-sektor ekonomi kabupaten/kota di Bali berubah.
Apabila Pj>0 artinya kabupaten/kota berspesialisasi pada sektor yang pada
tingkat provinsi tumbuh relatif cepat dan apabila Pj<0 berarti
kabupaten/kota berspesialisasi pada sektor yang pada tingkat provinsi
tumbuh lebih lambat.
c. Komponen Differential Shift (Dj) adalah mengukur besarnya net shift yang
diakibatkan oleh sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lambat di
kabupaten/kota dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat provinsi
yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Daerah yang
memiliki keuntungan lokasional seperti sumberdaya yang baik yang akan
memiliki nilai Dj positif (Dj>0), sebaliknya sektor yang secara lokasional
tidak menguntungkan akan mempunyai nilai Dj negatif (Dj<0).
86
Tabel 4.7
Komponen Shift Share Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Tahun 2005 – 2011
Tahun Gj Nj Gj - Nj
Denpasar 320.894,85 326.123,06 -5.228,21
Badung 324.891,29 336.691,16 -11.799,87
Gianyar 176.341,86 195.462,03 -19.120,17
Tabanan 120.461,30 144.240,05 -23.778,75
Klungkung 61.450,44 76.636,20 -15.185,76
Karangasem 82.535,66 107.897,50 -25.361,84
Bangli 47.880,17 64.419,93 -16.539,75
Buleleng 176.590,01 200.033,07 -23.443,06
Jembrana 76.986,76 102.735,61 -25.748,85
Sumber : Lampiran IV, Lampiran V
Dari tabel di atas dapat dilihat untuk tahun 2005-2011 komponen
pertumbuhan masing-masing PDRB Kota Denpasar, Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Klungkung, Kabupaten
Karangasem, Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana
(Gj) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Provinsi Bali (Nj),
sehingga penyimpangan yang terjadi menunjukkan arah yang negatif. Hal ini
menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Provinsi Bali (Nj) masih lebih cepat
apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB (Gj) masing-masing
sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali. Rendahnya nilai pertumbuhan
PDRB total kabupaten/kota disebabkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas
dasar harga konstan 2000 masing-masing kabupaten/kota di Bali lebih rendah
dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 Provinsi Bali.
87
Pada periode tahun 2005-2011 walaupun komponen PDRB
Kabupaten/Kota (Gj) tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Badung dengan nilai
sebesar 324.891,29 dari Kabupaten/Kota lainnya. Namun terjadi penyimpangan
negatif sebesar -11799,87 sehingga menyebabkan terjadinya percepatan PDRB
Provinsi Bali lebih cepat dibandingkan PDRB Kabupaten Badung. Kota
Denpasar yang merupakan pusat pertumbuhan di Provinsi Bali juga mengalami
penyimpangan negatif sebesar -5228,21 tetapi Kota Denpasar pertumbuhannya
masih lebih baik di Provinsi Bali dibandingkan dengan Kabupaten/kota
lainnya.
Kemudian pada tahun 2005-2011 nilai komponen shift share terendah
adalah Kabupaten Jembrana dengan penyimpangan negatif terbesar yaitu -
25.748,85. Sehingga ini merupakan pertumbuhan PDRB total Kabupaten/Kota
di Provinsi Bali paling lambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB total
Provinsi Bali.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor-
sektor ekonomi strategis dan potensial untuk dikembangkan guna memacu laju
pertumbuhan ekonomi di sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Untuk
mengetahui sektor-sektor yang menjadi spesialisasi daerah serta
pertumbuhannya digunakan komponen proportional shift (Pj) dan differential
shift (Dj). Untuk itu analisis selanjutnya yaitu analisis untuk mencari sektor-
sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat atau lambat dan sektor mana
yang memiliki daya saing tinggi atau tidak, sehingga digunakan perhitungan
88
terhadap komponen pertumbuhan proporsional dan komponen pertumbuhan
diferensial.
Komponen proposional untuk mengukur besarnya net shift Provinsi
Bali yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor yang mendukung PDRB
sektor-sektor ekonomi Kabupaten/Kota di Bali berubah. Apabila Pj>0 atau
proportional shift bernilai positif artinya kabupaten/kota berspesialisasi pada
sektor yang pada tingkat Provinsi Bali tumbuh relatif cepat dan apabila Pj<0
atau proportional shift bernilai negatif berarti kabupaten/Kota berspesialisasi
pada sektor yang pada tingkat provinsi tumbuh lebih lambat.
Berikut di bawah ini tabel 4.8 menunjukkan pertumbuhan komponen
proposional Provinsi diketahui bahwa proportional shift (Pj) Kabupaten/Kota
Provinsi Bali dari tahun 2005-2011 terdapat nilai positif juga nilai negatif.
Rata-rata pertumbuhan sektor ekonomi yang bernilai positif atau Pj>0 di
sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali adalah sektor industri pengolahan;
pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan,
hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa lainnya.
Komponen proportional shift (Pj) dengan nilai positif (P>0) artinya sembilan
kabupaten/kota berspesialisasi pada ke tujuh sektor tersebut yang di tingkat
Provinsi Bali tumbuh relatif cepat.
Sektor-sektor yang mempunyai nilai rata-rata komponen proporsional
negatif (Pj>0) adalah sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Nilai Proportional shift (Pj) yang negatif artinya kabupaten/kota
berspesialisasi pada ke dua sektor tersebut yang di tingkat Provinsi Bali
89
tumbuh relatif lambat. Namun untuk sektor pertanian menunjukkan nilai rata-
rata proporsional positif hanya pada Kabupaten Buleleng dan untuk sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan nilai rata-rata
proporsional positif hanya di Kabupaten Badung.
89
Tabel 4.8
Komponen Pertumbuhan Proportional (Pj) Rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2005 - 2011
Sumber: Lampiran VI
Keterangan : (C): Sektor tumbuh lebih cepat di tingkat Provinsi (L): Sektor tumbuh lebih lambat di tingkat Provinsi
Sektor Kabupaten/Kota
Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng Bangli
Pertanian
-8099,42
(L)
-9867,16
(L)
-9218,01
(L)
-
18793,63
(L)
-
12234,28
(L)
-11623,74
(L)
-8677,39
(L)
17857,11
(C)
-
7835,18
(L)
Penggalian
3,38
(C)
83,12
(C)
102,29
(C)
126,30
(C)
193,52
(C)
533,32
(C)
657,05
(C)
338,38
(C)
22,29
(C)
Industri Pengolh.
2749,59
(C)
701,26
(C)
589,83
(C)
731,96
(C)
2634,53
(C)
571,51
(C)
503,38
(C)
1510,97
(C)
379,75
(C)
Listrik, G, A
1023,42
(C)
451,59
(C)
71,46
(C)
100,68
(C)
143,75
(C)
44,76
(C)
65,32
(C)
138,43
(C)
21,66
(C)
Bangunan
1324,36
(C)
1847,47
(C)
712,48
(C)
719,31
(C)
1205,03
(C)
582,39
(C)
608,05
(C)
734,20
(C)
338,70
(C)
Perdagangan, H,
R
16833,24
(C)
21395,27
(C)
3691,04
(C)
4224,16
(C)
8470,65
(C)
2433,14
(C)
2399,02
(C)
7660,24
(C)
2325,46
(C)
Pengangkutan K.
5332,87
(C)
9641,33
(C)
1907,12
(C)
1019,38
(C)
1202,57
(C)
1079,28
(C)
513,59
(C)
918,20
(C)
177,91
(C)
Keu, Persw &
Jasa P
-6387,41
(L)
2107,13
(C)
-735,98
(L)
-1277,66
(L)
-1462,90
(L)
-761,67
(L)
-320,13
(L)
-1279,22
(L)
-340,05
(L)
Jasa-jasa
2466,77
(C)
2107,13
(C)
1274,49
(C)
2140,80
(C)
2910,97
(C)
2549,05
(C)
1045,55
(C)
4151,78
(C)
1056,85
(C)
Jumlah 15246,80 25010,22 -1605,28 -11008,7 3063,86 -4591,89 -3205,58 -3684,13 -3852,6
90
Tabel. 4.9
Komponen Pertumbuhan Differential (Dj) Rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2005-2011
Sektor Kabupaten/Kota
Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng Bangli
Pertanian
-4549,03
(L)
-734,85
(L)
-9714,40
(L)
-9964,35
(L)
-7544,76
(L)
-7438,60
(L)
-5849,46
(L)
-10383,25
(L) -1007,16
(L)
Penggalian
-16,09
(L)
-302,40
(L)
-142,08
(L)
-72,86
(L)
-215,39
(L)
356,43
(C)
-3677,22
(L)
-615,75
(L)
-89,11
(L)
Industri Pengolh.
-2423,42
(L)
-2145,88
(L)
-2362,68
(L)
-3016,42
(L)
-6068,07
(L)
-3623,24
(L)
-1563,85
(L)
-4099,30
(L)
-1381,28
(L)
Listrik, G,A
-362,65
(L)
-209,06
(L)
-3,38
(L)
366,60
(C)
107,20
(C)
87,94
(C)
187,72
(C)
1561,44
(C)
151,38
(C)
Bangunan
-4258,88
(L)
-6169
(L)
-1065,15
(L)
-1020,06
(L)
-971,94
(L)
1047,83
(C)
165,08
(C)
-131,16
(L)
-1896,98
(L)
Perdagangan,H,R
15911,58
(C)
-
24132,84
(L)
-3036,21
(L)
-2329,62
(L)
-18342,76
(L)
-6342,67
(L)
-742,14
(L)
-658,04
(L)
-7827,76
(L)
Pengangkutan, K
-12650,78
(L)
6427,23
(C)
-4591,56
(L)
-1481,12
(L)
-2854,36
(L)
-2046,29
(L)
-1379,06
(L)
-2020,79
(L)
-753,84
(L)
Keu, Persw &
Jasa P
838,94
(C)
-3846,16
(L)
-307,32
(L)
4489,31
(C)
2480,49
(C)
3778,84
(C)
273,76
(C)
-12,04,32
(L)
-139,86
(L)
Jasa-jasa
-12964,68
(L)
-5697,14
(L)
-2820,78
(L)
258,47
(C)
11225,56
(C)
-6590,13
(L)
605,32
(C)
-1207,81
(L)
257,45
(C)
PDRB -20475,02
-36810,1
-24143,57 -12770,05 -22184,02 -20769,89 -11979,8
-19758,93 -12687,16
Sumber: Lampiran VI
Keterangan : (C): Sektor tumbuh lebih cepat dibanding Provinsi (L): Sektor tumbuh lebih lambat dibanding Provinsi
91
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa nilai differential
shift (Dj) rata-rata rata sektor-sektor ekonomi sembilan Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali dari tahun 2005-2011 nilainya ada yang positif dan ada yang
negatif. Nilai Dj yang positif menunjukkan bahwa di Kabupaten/Kota ada yang
sektor ekonominya tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yang
sama di tingkat Provinsi Bali. Sedangkan nilai negatif menunjukkan bahwa
sektor tertentu di Kabupaten/Kota dengan nilai rata-rata negatif tumbuh lebih
lambat dibanding dengan pertumbuhan sektor yang sama di tingkat Provinsi
Bali.
Ada empat sektor di Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang nilai
differential shift (Dj>0) rata-ratanya positif yaitu, sektor listrik, air dan gas;
dan sektor keuangan, persewaan dan jasa. Namun kedua sektor tersebut di
beberapa Kabupaten/Kota terdapat nilai Dj yang negatif yaitu untuk sektor
listrik, air dan gas adalah di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan
Jembrana, sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa adalah di
Kabupaten Badung, Jembrana, Buleleng dan Bangli. Kedua sektor tersebut
merupakan sektor yang pertumbuhannya cepat sehingga berpotensi untuk
dikembangkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.
Sedangkan ketujuh sektor lainnya yaitu sektor pertanian; penggalian; industri
pengolahan; bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran;
pengangkutan dan komunikasi; dan jasa-jasa lainnya, menunjukkan hasil
differential shift (Dj) dengan rata-rata negatif artinya ke tujuh sektor tersebut
92
hanya berpotensi dikembangkan di kabupaten/kota yang memiliki nilai Dj
positif.
Di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Bali dari tujuh sektor di atas
yang pertumbuhan Dj-nya positif yaitu untuk sektor penggalian adalah
Kabupaten Karangasem dengan nilai 356,43, sektor bangunan adalah
Karangasem dan Klungkung yang nilainya 1047,38 dan 165,08, sektor
perdagangan, hotel dan restoran adalah Kota Denpasar nilainya sebesar
15911,58, sektor pengangkutan dan komunikasi adalah Kabupaten Badung
nilainya sebesar 6427,23 sedangkan untuk sektor jasa-jasa adalah Kabupaten
Tabanan, Gianyar, Klungkung dan Bangli.
Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan
sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang bersifat intern dan ekstern,
dimana ―proportional shift‖ dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja dalam
provinsi, dan ―differential shift‖ adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang
bekerja di dalam daerah yang bersangkutan.
Selanjutnya akan dijabarkan pada tabel 4.10 mengenai hasil
perhitungan akhir analisis shift share kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun
2005-2011. Perhitungan akhir ini merupakan penggabungan dari hasil rata
penggabungan nilai komponen share Nj dengan komponen pertumbuhan
proportional shift (Pj) dan komponen pertumbuhan differential shift (Dj).
93
Tabel 4.10
Hasil Rata-rata Perhitungan Akhir Analisis Shift Share Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2005-2011
Sektor Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian 10951,12 18503,45 7769,69 26220,69 15703,69 14882,36 10800,31 23740,25 14087,65
Penggalian 2.66 149,05 365,55 514,38 738,55 2663,89 142,21 1054,75 33,72
Industri
Pengolahan 39531,98 8201,42 5960,22 7294,87 33292,87 4474,89 5901,87 18153,83 4115,67
Listrik,Air &
Gas 12721,19 5592,15 919,06 1758,40 1999,19 690,42 1104,95 2517,94 481,80
Bangunan 7704,96 10895,52 5039,29 5046,24 8686,31 5672,92 5007,69 5907,88 1606,25
Perdagangan,
Hotel&Restoran 154126,35 150480 26772,62 32156,55 49722,53 12955,35 18618,48 61787,93 11008,26
Pengangkutan
& Komunikasi 34026,56 102364,42 12167,88 7708,53 7683,64 7592,32 3067,35 6139,87 745,38
Keu, Persewaan
& Jasa 37743,68 3964,60 3964,46 11763,28 11024,71 8167,78 2129,94 6209 1796,30
Jasa-jasa 24086,34 24740,67 14027,98 27998,36 47490,38 25435,73 14677,65 51078,57 14005,14
Jumlah 320894,85 324891,29 76986,76 120461,30 176341,86 82535,66 61450,44
176590 47880,17
Sumber: Hasil Rata-rata Perhitungan PDRB Provinsi Bali dan PDRB Tiap Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2005-2011 (data
diolah) Lampiran II
Keterangan : 1. Denpasar; 2. Badung; 3. Jembrana; 4. Tabanan; 5. Gianyar; 6. Karangasem; 7. Klungkung; 8. Buleleng; 9. Bangli
94
Bertitik tolak dari perhitungan di atas tabel 4.10, dapat diketahui bahwa
sektor-sektor ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali selama kurun waktu tujuh
tahun terakhir (2005-2011) menunjukkan sektor yang mempunyai nilai rata-rata
pertumbuhan yang positif adalah sektor pertanian; sektor pertambangandan
penggalian; sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor listrik, gas dan
air; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi;
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Bali menyebar untuk semua
sektor ekonomi.
Sektor pertambangan dan penggalian secara rata-rata hasil akhir shift
share sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali menunjukkan pertumbuhannya
terendah dibanding sektor-sektor lain. Hal ini mencerminkan bahwa filosofi Tri
Hita Karana (tiga penyebab kemakmuran masyarakat) masih menyatu bagi
masyarakat Bali salah satu isi filosofinya yaitu hubugan manusia dengan alam
lingkungannya. Tanah Bali dianggap tanah adat sehingga usaha pertambangan dan
penggalian dianggap tidak ramah lingkungan yang kebanyakan akan menyebabkan
kerusakan lingkungan. Sektor ini hanya untuk penggalian batu dan pasir padas
untuk pembuatan rumah adat dan tempat ibadah. (BPS Provinsi Bali, 2009 a)
c. Tipologi Sektoral
Analisis ini untuk mengembangkan hasil perhitungan indeks Location
Quotient ( LQ > 1 ), komponen differential shift ( Dj>0 ), dan komponen
proportional shift ( Pj > 0 ) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini
mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan
95
internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen Dj
dan Pj dalam analisis Shift Share, analisis tipologi sektoral diharapkan dapat
memperkuat hasil analisis. Menurut Saerofi ( 2005:64 ), Tipologi sektoral tersebut
adalah sebagai berikut:
h. Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan
pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat dibandingkan Provinsi
Bali (Dj rata-rata > 0 ) meskipun di tingkat Provinsi Bali pertumbuhannya
cepat (Pj rata-rata > 0).
i. Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan
pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat dibandingkan dengan
Provinsi Bali (Dj rata-rata > 0) karena ditingkat Provinsi Bali
pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
j. Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan
di Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih lambat dibanding Provinsi
Bali ( Dj rata-rata < 0) karena ditingkat Provinsi Bali pertumbuhannya cepat
(Pj rata-rata > 0).
k. Tipologi IV: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan
di Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan
Provinsi Bali (Dj rata-rata < 0) padahal ditingkat Provinsi Bali
pertumbuhannya juga lambat (Pj rata-rata < 0).
l. Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1
dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat di banding
96
pertumbuhan di tingkat Provinsi Bali (Dj rata-rata > 0) padahal di Provinsi
Bali sendiri pertumbuhannya jg cepat (Pj rata-rata > 0).
m. Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1
dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat di banding
pertumbuhan di tingkat Provinsi Bali (Dj rata-rata > 0) meskipun di Provinsi
Bali sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
n. Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1
dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih lambat di banding
Provinsi Bali (Dj rata-rata < 0) meskipun di Provinsi Bali sendiri
pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
o. Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata <
1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih lambat di banding
Provinsi Bali (Dj rata-rata < 0) dan juga Provinsi Bali sendiri
pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
Tabel 4.11
Makna Tipologi Sektor Ekonomi
LQ Rata-
Rata
Dj Rata-Rata Pj Rata-Rata Tingkat
Kepotensialan
I (LQ > 1 ) (Dj > 0) (Pj > 0) Istimewa
II (LQ > 1 ) (Dj > 0) (Pj < 0) Baik Sekali
III (LQ > 1 ) (Dj < 0) (Pj > 0) Baik
IV (LQ > 1) (Dj < 0) (Pj < 0) Lebih dari cukup
V (LQ < 1) (Dj > 0) (Pj > 0) Cukup
VI (LQ < 1) (Dj > 0) (Pj < 0) Hampir dari
Cukup
VII (LQ < 1) (Dj < 0) (Pj > 0) Kurang
VIII (LQ < 1) (Dj < 0) (Pj < 0) Kurang Sekali
Sumber: Saerofi (2005:65)
97
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam Tipologi
I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ‖ istimewa ― untuk
dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis (LQ > 1). Selain itu,
di Provinsi/Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan
dengan tingkat provinsi (Dj > 0), meskipun ditingkat Provinsi juga tumbuh dengan
cepat. (Pj rata-rata positif). Sektor ini akan mendatangkan pendapatan yang tinggi
dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB Provinsi/Kabupaten/Kota
analisis.
Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 4.12 di bawah
(LQ, Dj dan Pj), maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor
ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya ‖
baik sekali ‖ untuk dikembangkan, Tipologi III ‖ baik ‖, Tipologi IV ‖ lebih dari
cukup ‖, Tipologi V ‖ cukup”, Tipologi VI ‖hampir dari cukup”, Tipologi VII ‖
kurang ‖, Tipologi VIII ‖ kurang sekali ‖. Selanjutnya akan dipaparkan dan
dijelaskan tipologi sektor ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada tabel
4.12.
Hasil analisis Tipologi Sektoral berdasarkan tabel 4.12 untuk
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali terlihat bahwa sektor yang tergolong baik
dikembangkan di Bali adalah sektor jasa-jasa dan sektor pertanian. Namun untuk
masing-masing Kabupaten/Kota yang memiliki potensi sektor yang baik untuk
dikembangkan adalah Kota Denpasar karena sektor pariwisatanya masuk ke
dalam sektor yang potensialnya dari istimewa hingga cukup untuk dikembangkan.
98
Tabel 4.12
Pembagian Sektor Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Berdasarkan Tipologinya
Tipologi Kabupaten/Kota
Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng Bangli
I
Perdagangan,
Hotel &
Restoran
Pengangkutan
&
komunikasi
Jasa-jasa
Jasa-jasa
Penggalian
Jasa-jasa
Jasa-jasa Jasa-jasa
Pengangkutan
&
Komunikasi
II
Keu.
Sewa & jasa
Pertanian
III
Industri
pengolahan
Perdagangan
Hotel, R
Pengangkutan
Industri
pengolahan
Jasa-jasa
Penggalian
Industri
pengolahan Bangunan
Listrik,air
& gas
Listrik,air
& gas
Bangunan
Bangunan
pengangkutan Bangunan Jasa-jasa
IV
Pertanian Pertanian
Pertanian Pertanian Penggalian Pertanian
V
Listrik,
Air,
Gas
Listrik,
Air,
Gas
Listrik,
Air,
Gas
Listrik,
Air,
Gas
Listrik,
Air,
Gas
Listrik,
Air,
Gas
VI
Keu,
Sewa,
Jasa
Keu, sewa,
Jasa
Keu, Sewa,
Jasa
Keu, sewa,
Jasa
Bangunan
&
Keu,sewa,
Jasa
VII
Penggalian Penggalian Penggalian penggalian Penggalian PHR PHR
Pengangkutan
Penggalian
Bangunan Industri
Pengolahan
Industri
Pengolahan
Industri
Pengolahan
perdagangan
hotel, R
Industri
Pengolahan
Industri
Pengolahan
LGA
Jasa-jasa
Jasa-jasa
LGA &
PHR
Bangunan
PHR
Pengangkutan
Pengangkutan
Pengangkutan
&
Komunikasi
Pengangkutan
&
Komunikasi
PHR
VIII
Pertanian
Pertanian &
Keu,Sewa,
Jasa
Keu, Sewa,
Jasa
Pertanian
Keu,
Sewa,
Jasa
Sumber : Lampiran III, VI, VII
99
3. Analisis Keterkaitan Wilayah (Gravitasi)
Analisis gravitasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa kuat
keterkaitan (inter linkage) antara Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi dan
pusat pertumbuhan dengan kabupaten-kabupaten sekitarnya yaitu Kabupaten
Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem,
Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Jembrana, dan
Kabupaten Tabanan.
Berdasarkan teori interaksi spasial (Saerofi 2005:25) keterkaitan
yang lebih kuat mengindikasikan adanya interaksi ekonomi baik berupa arus
uang, barang dan manusia lebih besar (intensif). Dengan adanya interaksi antar
wilayah maka suatu daerah (kota) akan saling melengkapi dan bekerjasama
dengan daerah lain (kabupaten) untuk meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi masing-masing wilayah.
Pertumbuhan ekonomi daerah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
intern tetapi juga faktor ekstern yaitu hubungan interaksi dengan daerah
lainnya. Prosesnya ditandai dengan adanya interaksi antar daerah yang berupa
aktifitas ekonomi, aktifitas sosial dan komunikasi antar penduduk.
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan peringkat dari hasil
perhitungan analisis gravitasi bahwa selama periode penelitian tahun 2005-
2011 yang paling kuat interaksinya dengan Kota Denpasar adalah Kabupaten
Klungkung dengan nilai rata-rata indeks gravitasi sebesar 703814204,5
menunjukkan keterkaitan gravitasi paling kuat. Kedua interaksi dengan
Kabupaten Tabanan nilai rata-rata gravitasi sebesar 628657517,3 menunjukkan
100
keterkaitan gravitasi kuat dengan Kota Denpasar. Ketiga dengan Kabupaten
Badung nilai rata-rata gravitasi sebesar 436948337,8 menunjukkan keterkaitan
gravitasi agak kuat dengan Kota Denpasar. Peringkat keempat interaksi dengan
Kabupaten Gianyar nilai rata-rata gravitasi sebesar 321440430,6 menunjukkan
keterkaitan gravitasi cukup kuat dengan Kota Denpasar.
Tabel 4.13
Peringkat atau Level Keterkaitan Gravitasi antara Kota Denpasar dengan
Kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Bali Tahun 2005-2011
Peringkat kelima interaksi dengan Kabupaten Bangli nilai rata-rata
gravitasi sebesar 88639205,57 menunjukkan keterkaitan gravitasi hampir
cukup kuat dengan Kota Denpasar. Keenam interaksi dengan Kabupaten
Buleleng nilai rata-rata gravitasi sebesar 70973375,06 menunjukkan
keterkaitan gravitasi yang lemah dengan Kota Denpasar. Ketujuh interaksi
dengan Kabupaten Karangasem nilai rata-rata gravitasi sebesar 60155280,82
menunjukkan keterkaitan gravitasi cukup lemah dengan Kota Denpasar.
Peringkat Kabupaten Nilai Indeks Gravitasi Makna
1 Klungkung 703.814.204,5 Keterkaitan dengan Kota
Denpasar paling kuat
2 Tabanan 628.657.517,3 Keterkaitan dengan Kota
Denpasar kuat
3 Badung 436.948.337,8 Keterkaitan dengan Kota
Denpasar agak kuat
4 Gianyar 321.440.430,6 Keterkaitan dengan Kota
Denpasar cukup kuat
5 Bangli 88.639.205,57 Keterkaitan dengan Kota
Denpasar hampir cukup kuat
6 Buleleng 70.973.375,06 Keterkaitan dengan Kota
Denpasar lemah
7 Karangasem 60.155.280,82 Keterkaitan dengan Kota
Denpasar cukup lemah
8 Jembrana 19.664.138,47 Keterkaitan dengan Kota
Denpasar lemah sekali
Sumber: Lampiran II dan VIII
101
Peringkat delapan interaksi dengan Kabupaten Jembrana nilai rata-rata
gravitasi sebesar 19664138,47 menunjukkan keterkaitan gravitasi yang lemah
sekali dengan Kota Denpasar.
Berdasarkan tabel 4.13 terdapat 4 daerah yang menjadi peringkat
teratas keterkaitan atau daya tarik gravitasi antara Kota Denpasar dengan
kabupaten sekitarnya. Hal ini sesuai pembangunan Provinsi Bali sebagaimana
yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRWP) Provinsi Bali tahun 2009-2029 dijelaskan
bahwa Kota Denpasar yang terintegrasi dalam Kawasan Perkotaan Denpasar,
Badung, Gianyar, Tabanan, Klungkung dalam sistem perkotaan nasional
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selanjutnya Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, Klungkung juga sekaligus ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari pertimbangan sudut
kepentingan ekonomi nasional, dengan nama Kawasan Metropolitan Sarbagita.
Selanjutnya telah pula ditetapkan bahwa Kota Denpasar beserta Kawasan
Perkotaan Kuta merupakan Kota Inti dari Kawasan Metropolitan Sarbagita
yang didukung beberapa pengembangan Kota Satelit seperti Kawasan
Perkotaan Badung (Mangupura), Gianyar, Tabanan, Ubud, Jimbaran dan
Klungkung, serta kawasan perkotaan pendukung lainnya.
Kuatnya daya tarik wilayah Bali Selatan sebagai daerah tujuan
wisata dan Kota Denpasar sebagai Kota Inti Kawasan Metropolitan Sarbagita
memberikan kontribusi terciptanya lapangan kerja, yang telah memancing
tingginya migrasi ke Kota Denpasar dan sekitarnya yang datang dari wilayah
102
lain di Bali. Pertumbuhan Kota Denpasar di samping telah menghasilkan
kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang penghidupan dan kehidupan
perkotaan.
Dengan adanya interaksi antar wilayah maka suatu kota akan saling
melengkapi dan bekerjasama dengan kabupaten dalam satu wilayah geografis
untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah.
Ditunjang dengan Kawasan Metropolitan Perkotaan pembentukan Kawasan
Pengembangan Terpadu sebagai kawasan yang berpotensi untuk tumbuh cepat
dengan saling meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan interaksi Kabupaten
Bangli, Buleleng, Karangasem dan Jembrana.
C. Pembahasan
1. Pembahasan Per Sektor (sektoral) Sembilan Kabupaten/Kota Provinsi
Bali
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian di Provinsi Bali merupakan salah satu sektor
andalan bagi perekonomian Bali, hal ini terlihat pada kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRB Provinsi Bali menduduki tingkat tertinggi kedua.
Besarnya kontribusi sektor pertanian dapat dilihat pada angka kontribusi
sektor pertanian sebesar 20,29 persen pada tahun 2005 namun terus
menunjukkan adanya kecendrungan penurunan kontribusi dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2009 turun hingga menjadi 18,21 persen. Meskipun
begitu, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling mampu
103
bertahan dan telah menyelamatkan ekonomi Bali dari keterpurukan krisis
ekonomi global akhir tahun 2008 dan peristiwa bom Bali tahun 2005.
Untuk di kabupaten/kota Provinsi Bali sektor pertanian
memberikan kontribusi tertinggi pada Kabupaten Tabanan, Bangli,
Buleleng, Klungkung dan Karangasem tahun 2011. Sama seperti
kontribusi sektor pertanian pada PDRB Provinsi Bali, untuk di
kabupaten/kota-nya juga cenderung mengalami penurunan. Tetapi sektor
pertanian memberikan kontribusi PDRB sektor tertinggi untuk lima
Kabupaten tersebut.
Tabel 4.14
Analisis Sektor Pertanian
No Aspek Parameter Makna
1 LQ >1 Sektor Basis
2 Pj Negatif Tumbuh lambat di tingkat Provinsi
3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota
lebih lambat dibanding Provinsi
4 Tipologi IV Lebih dari cukup
Sumber : Lampiran II, IX
Gambar 4.1
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Pertanian
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan LQ rata-rata periode
tahun 2005-2011 cenderung turun (<1) di Kota Denpasar, Kabupaten
Badung dan Gianyar. Sedangkan Kabupaten lainnya LQ>1. Hal ini
0
0.5
1
1.5
2
hasil LQ
LQ rata-rata
104
membuktikan bahwa sektor pertanian masih dapat diandalkan tetapi
dengan memperhatikan teknologi pertanian yang efisien.
Berdasarkan analisis LQ selama tujuh tahun terakhir (2005-2011),
sektor pertanian menunjukkan nilai rata-rata LQ di sembilan
kabupaten/kota Provinsi Bali di atas angka satu (LQ > 1) yaitu sebesar
1,24. Hal ini berarti sektor ini termasuk sektor basis. Nilai LQ yang lebih
dari angka satu ini berarti sektor pertanian dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat daerah tersebut dan mampu mengekspor untuk kabupaten/kota
yang bukan basis pada sektor pertanian. Kabupaten Tabanan, Klungkung,
Karangasem, Bangli, Buleleng, dan Jembrana memiliki rata-rata nilai LQ
sektor pertanian sebesar 1,88; 1,626; 1,552; 1,754; 1,283; dan 1,345.
Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian kajian
ini (tahun 2005-2011), untuk sektor pertanian menunjukkan nilai rata-rata
Komponen Pj sebesar -7610,19 hal ini menunjukkkan bahwa sektor ini
merupakan spesialisasi sektor pertanian di kabupaten/kota yang tumbuh
lambat di Provinsi Bali karena nilainya negatif. Untuk delapan
Kabupaten/Kota pun tumbuh lambat dan hanya satu Kabupaten dimana
sektor pertanian tumbuh cepat di Provinsi Bali yaitu di Kabupaten
Buleleng nilai Pj nya sebesar 17857,11. Sedangkan berdasarkan hasil
perhitungan komponen Dj, sektor pertanian adalah sektor yang
pertumbuhannya lebih lambat di banding provinsi karena daya saingnya
menurun. Hal ini ditunjukkan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang
negatif, yaitu sebesar -6343,98. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi
105
sektoral, sektor pertanian termasuk dalam tipologi IV sehingga sektor ini
adalah sektor yang tingkat kepotensialan untuk dikembangkan lebih dari
cukup karena merupakan sektor basis dan spesialisasi sektor di
kabupaten/kota pertumbuhannya lebih lambat di tingkat provinsi padahal
daya saing sektor ini tumbuh lambat dibandingkan tingkat provinsi.
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sumbangan sektor pertambangan terhadap PDRB Provinsi Bali
pada tahun 2005 hingga 2011 sangatlah rendah dan kecendrungan
menurun. Hanya tahun 2006 menunjukkan kenaikan 0,3 persen dari tahun
2005. Untuk kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Bali tahun 2011 hanya
Tabanan yang mencapai 10,33 persen sedangkan yang lainnya jauh di
bawah. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Bali secara keseluruhan tidak
banyak memiliki potensi sumber pertambangan yang dapat diekplorasi.
Tabel 4.15
Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian
No Aspek Parameter Makna
1 LQ >1 Sektor Basis
2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi
3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih
lambat dibanding Provinsi
4 Tipologi III Baik
Sumber : Lampiran II, IX
Berdasarkan gambar 4.2 perkembangan LQ rata-rata periode tahun
2005-2011 cenderung turun (<1) pada Kota Denpasar, Kabupaten Badung,
Gianyar, Tabanan, dan Bangli. Sedangkan Kabupaten Klungkung,
Karangasem, Buleleng dan Jembrana LQ>1. Hasil dari perhitungan LQ
rata-rata sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-
106
2011 sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan nilainya di atas
angka satu yaitu sebesar 1,53, yang berarti bahwa sektor ini termasuk ke
dalam sektor basis.
Gambar 4.2
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Pertambangan dan Penggalian
Artinya, sektor tersebut dapat berproduksi dan berhasil memenuhi
kebutuhan masyarakat daerah Bali. Sektor pertambangan menjadi sektor
basis di Kabupaten Klungkung, Karangasem, Bueleleng dan Jembrana.
Masing-masing memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 6,684; 2,691; 1,085
dan 1, 722.
Hasil analisis Shift Share selama tahun 2005-2011, sektor
pertambangan menunjukkan nilai rata-rata komponen pertumbuhan
proporsional (Pj) positif sebesar 228,85, yang menunjukkan bahwa sektor
pertambangan menjadi spesialisasi kabupaten/kota yang di tingkat provinsi
tumbuh cepat. Sektor pertambangan untuk sembilan kabupaten/kota
Provinsi Bali pertumbuhan Pj tumbuh cepat. Nilai rata-rata komponen Dj
sektor pertambangan adalah sebesar -530,50 menunjukkan bahwa daya
saing sektor ini menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan di provinsi. Pertumbuhan Dj lebih
0
2
4
6
8
hasil LQ
LQ rata-rata
107
cepat dibandingkan tingkat provinsi Bali hanya Kabupaten Karangasem
nilainya sebesar 356,43.
Hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor pertambangan
menempati tipologi IV. Sektor ini tingkat kepotensialannya baik untuk
dikembangkan karena sektor ini merupakan sektor basis dan di
kabupaten/kota pertumbuhannya lebih lambat jika dibandingkan dengan
provinsi dan di tingkat provinsi pertumbuhannya cepat. Sementara itu
berdasarkan pengamatan penulis aktifitas sektor pertambangan dan
penggalian ini tergolong rendah dan lokasinya terbatas.
c. Sektor Industri Pengolahan
Untuk kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB
Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 cenderung mengalami
kenaikan walaupun tahun 2009 sempat turun menjadi 9,16 dari tahun 2008
yang sebesar 9,34. Penurunan terjadi akibat krisis global akhir 2008 sedikit
memberi dampak kepada sektor ini. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan
kabupaten/kota di Bali tahun 2011 yang cukup tinggi adalah Kota
Denpasar, Kabupaten Gianyar, Klungkung, dan Buleleng.
Tabel 4.16
Analisis Sektor Industri Pengolahan
No Aspek Parameter Makna
1 LQ <1 Sektor Non Basis
2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi
3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota
lebih lambat dibanding Provinsi
4 Tipologi VII Kurang
Sumber : Lampiran II, IX
108
Gambar 4.3
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Industri Pengolahan
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan LQ rata-rata periode
tahun 2005-2011 cenderung turun (<1) pada Kabupaten Badung, Tabanan,
Karangasem, Klungkung, Bangli dan Jembrana. Sedangkan Kota
Denpasar, Kabupaten Gianyar, dan Buleleng nilai LQ>1. Hasil dari
perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama
tahun 2005-2011 sektor industri pengolahan menunjukkan nilai rata-rata di
bawah angka satu yaitu sebesar 0,95 yang berarti sektor ini termasuk ke
dalam sektor non basis. Artinya sektor ini masih memiliki kelemahan
dalam berproduksi dan belum berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di
Provinsi Bali. Sektor ini belum diunggulkan untuk sebagai penghasil
PDRB Bali. Namun sektor industri pengolahan menjadi sektor basis untuk
tiga kabupaten/kota di Bali yakni Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan
Buleleng dengan hasil LQ rata-ratanya sebesar 1,223; 1,913 dan 1,057.
Hasil analisis Shift Share rata-rata sembilan kabupaten/kota
Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor industri pengolahan
menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar 1152,53
yang menunjukkan sektor ini termasuk ke dalam sektor yang di provinsi
0
0.5
1
1.5
2
2.5
hasil LQ
LQ rata-rata
109
tumbuh dengan cepat. Dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan
diferensial (Dj) menunjukkan angka negatif sebesar 2964,90 yang berarti
sektor ini mempunyai daya saing yang menurun sehingga pertumbuhannya
lebih lambat dari provinsi.
Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor
industri pengolahan menempati tipologi VII. Sektor ini tingkat
kepotensialannya kurang baik jika dikembangkan karena sektor ini
merupakan sektor non basis dan di kabupaten/kota spesialisasi sektor
industri pengolahan pertumbuhannya lebih lambat jika dibandingkan
dengan provinsi serta daya saingnya di kabupaten/kota tumbuh lambat
dibanding provinsi.
d. Sektor Listrik, Gas dan Air
Peran sektor listrik, gas dan air terlihat dari sumbangan terhadap
PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 tidak terlalu
menunjukkan gairahnya bahkan tahun tahun 2007 dan 2008 sama-sama 2
persen saja walaupun tahun 2008 naik menjadi 2,10 persen. Untuk
kontribusi PDRB kabupaten/kota di Bali tahun 2011 hanya Kota Denpasar
yang mencapai 3,74 sedangkan yang kabupaten lainnya kontribusinya
lebih rendah.
Berdasarkan gambar 4.4 perkembangan LQ rata-rata periode tahun
2005-2011 cenderung turun (<1) pada Kabupaten Gianyar, Tabanan,
Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng dan Jembrana. Sedangkan
Kota Denpasar dan Kabupaten Badung nilai LQ>1 artinya sektor basis.
110
Gambar 4.4
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Listrik, Gas dan Air
Berdasarkan hasil dari perhitungan LQ rata-rata keseluruhan
sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor
listrik, gas dan air menunjukkan nilainya di bawah angka satu yaitu
sebesar 0,80, yang berarti bahwa sektor ini termasuk ke dalam sektor non
basis. Artinya sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan
belum berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali. Sektor
ini belum diunggulkan untuk sebagai penghasil PDRB Bali. Namun sektor
listrik, air dan gas menjadi sektor basis untuk dua kabupaten/kota di Bali
yakni Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dengan hasil LQ rata-ratanya
sebesar 2,424 dan 1,039.
Hasil analisis Shift Share selama tahun 2005-2011, sektor listrik,
gas dan air menunjukkan nilai rata-rata komponen pertumbuhan
proporsional (Pj) positif sebesar 229,01, yang menunjukkan bahwa sektor
ini termasuk ke dalam sektor yang memiliki pertumbuhan cepat di tingkat
provinsi. Nilai rata-rata komponen Dj sektor listrik, gas dan air adalah
sebesar 209,69 menunjukkan bahwa daya saing sektor ini pertumbuhannya
lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan di provinsi.
0
1
2
3
hasil LQ
LQ rata-rata
111
Kabupaten/kota yang menunjukkan nilai diferensial positif (Dj>0) adalah
Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Jembrana.
Tabel 4.17
Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air
No Aspek Parameter Makna
1 LQ <1 Sektor Non Basis
2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi
3 Dj Positif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota
lebih cepat dibanding Provinsi
4 Tipologi V Baik
Sumber : Lampiran II, IX
Hasil analisis tipologi sektoral menunjukkan sektor listrik, gas dan
air menempati tipologi V. Sektor ini tingkat kepotensialannya cukup untuk
dikembangkan karena sektor ini di kabupaten/kota berspesialisasi dengan
pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan provinsi dan daya saing
sektor di kabupaten/kota tumbuh cepat dibandingkan dengan provinsi,
walaupun termasuk sektor non basis. Sementara itu sektor listrik, gas dan
air merupakan sumber daya utama untuk kehidupan sehari-hari masyarakat
Bali dan keberlangsungan pariwisata Bali.
e. Sektor Bangunan
Sektor bangunan di Provinsi Bali memiliki peran yang kecil terlihat
dari sumbangan terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga
2011. Kontribusi sektor ini pada tahun 2009 turun menjadi 4,4 persen
akibat krisis global yang membuat rata-rata kontribusi setiap sektor
ekonomi di Bali menurun. Untuk kontribusi PDRB masing-masing
kabupaten/kota di Bali tahun 2011 Kabupaten Klungkung yang mencapai
8,01.
112
Tabel 4.18
Analisis Sektor Bangunan
No Aspek Parameter Makna
1 LQ >1 Sektor Basis
2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi
3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih
lambat dibanding Provinsi
4 Tipologi III Baik
Sumber : Lampiran II, IX
Gambar 4.5
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Bangunan
Berdasarkan analisis LQ selama 7 tahun terakhir (2005-2011),
sektor bangunan menunjukkan nilai rata-rata LQ-nya di atas angka satu
yaitu sebesar 1,06. Hal ini berarti sektor ini termasuk sektor basis. Nilai
LQ yang kurang dari satu ini Artinya, sektor tersebut dapat berproduksi
dan berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat daerah Bali. Untuk sektor
bangunan yang merupakan sektor basis terdapat di Kabupaten Badung,
Gianyar, Klungkung, Bangli dan Jembrana. Masing-masing memiliki nilai
LQ rata-rata sebesar 1,181; 1,118; 1,433; 1,275 dan 1,089.
Perhitungan analisis Shift Share selama periode tahun 2005-2011
untuk sektor bangunan, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar
856,89 yang menunjukkkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang
tumbuh cepat di Provinsi Bali karena nilainya positif. Sedangkan hasil dari
0
0.5
1
1.5
2
hasil LQ
LQ rata-rata
113
perhitungan komponen Dj, sektor bangunan adalah sektor yang daya
saingnya menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan di provinsi. Hal ini ditunjukkan dengan besaran rata-rata
komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -2588,92. Berdasarkan
perhitungan analisis tipologi sektoral, sektor bangunan termasuk dalam
tipologi III sehingga sektor ini adalah sektor yang potensial baik untuk
dikembangkan karena merupakan sektor basis walaupun di kabupaten/kota
spesialisasi sektor bangunan pertumbuhannya lebih cepat jika
dibandingkan dengan provinsi walaupun daya saingnya di kabupaten/kota
tumbuh lambat dibanding provinsi.
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Besarnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran
terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 merupakan
sektor yang memberikan kontribusi tertinggi di Bali dengan presentase
terus mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. Kontribusi sektor ini
mengalami penurunan dari tahun 2005 sebesar 29,37 persen dan tahun
2006 menjadi 28,88 akibat peristiwa Bom yang mengguncang Kabupaten
Badung namun sektor ini kembali bangkit. Bali masih mempunyai daya
tarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Selain itu, terjadi
perluasan pangsa pasar pada negara-negara wisatawan asing seperti
Australia, China, Jepang, Malaysia, Taiwan dan Korea Selatan. (BPS
Provinsi Bali, 2012 b)
114
Walaupun krisis global akhir 2008 sedikit memberi dampak
kepada sektor ini tetapi sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali
tumbuh karena pariwisatanya. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan
kabupaten/kota di Bali tahun 2011 yang tertinggi dan menjadi sektor
utama yang memberikan kontribusinya adalah Kota Denpasar, Kabupaten
Gianyar, Badung, dan Jembrana. Presentase untuk masing-masing
kontribusi PDRB nya yaitu 39,52; 30,19 ;46,19; dan 27,11.
Tabel 4.19
Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
No Aspek Parameter Makna
1 LQ <1 Sektor Non Basis
2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi
3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota
lebih lambat dibanding Provinsi Provinsi
4 Tipologi VII Kurang
Sumber : Lampiran II, IX
Gambar 4.6
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan LQ rata-rata periode
tahun 2005-2011 dengan nilai LQ>1 artinya sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor basis. Sektor ini menjadi sektor basis di Kota
Denpasar, Kabupaten Badung dan Gianyar. Untuk hasil LQ rata-rata
keseluruhan kabupaten/kota tahun 2005-2011 hampir mendekati LQ=1
0
0.5
1
1.5
2
hasil LQ
LQ rata-rata
115
maka perlu adanya pemerataan pertumbuhan di kabupaten lainnya guna
menunjang pariwisata.
Menurut dari perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di
Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor perdagangan, hotel dan
restoran menunjukkan nilai rata-rata di bawah angka satu yaitu sebesar
0,88 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya
sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan belum
berhasil memenuhi pembangunan pariwisata di Provinsi Bali. Akan tetapi
untuk Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar sektor
perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor unggulan.
Hasil analisis Shift Share rata-rata sembilan kabupaten/kota
Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 untuk sektor perdagangan, hotel dan
restoran menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar
7714,69 yang menunjukkan sektor ini tumbuh lebih cepat di tingkat
provinsi. Dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan diferensial (Dj)
menunjukkan angka negatif sebesar -5277,83 yang berarti sektor ini
mempunyai daya saing yang menurun sehingga pertumbuhannya lebih
lambat dari provinsi.
Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor
perdagangan, hotel dan rsetoran menempati tipologi VII. Sektor ini tingkat
kepotensialannya kurang baik jika dikembangkan karena sektor ini
merupakan sektor non basis dan di kabupaten/kota pertumbuhannya lebih
116
lambat jika dibandingkan dengan provinsi walaupun daya saingnya di
kabupaten/kota menunjukkan pertumbuhan lebih cepat daripada provinsi.
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Hasil kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap
PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan
sektor yang tidak terpengaruh oleh peristiwa bom tahun 2005 dan krisis
ekonomi global tahun 2008. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan
kabupaten/kota di Bali tahun 2011 didominasi oleh kota dan kabupaten
dengan kontribusi tinggi yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan
Jembrana. Presentase untuk masing-masing kontribusi PDRB nya yaitu
12,24; 26,19 dan 14,62.
Tabel 4.20
Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
No Aspek Parameter Makna
1 LQ <1 Sektor Non Basis
2 Pj Negatif Tumbuh lambat di tingkat Provinsi
3 Dj Positif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota
lebih cepat dibanding Provinsi
4 Tipologi VI Hampir dari cukup
Sumber : Lampiran II, IX
Gambar 4.7
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
00.5
11.5
22.5
hasil LQ
LQ rata-rata
117
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan LQ rata-rata periode
tahun 2005-2011 cenderung tinggi (>1) pada Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung. Sektor ini masih didominasi pada Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung maka sebaiknya perlu ditingkatkan di kabupaten lain
karena sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sarana dalam
peningkatan pariwisata dan distribusi.
Hasil dari perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di
Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor pengangkutan dan
komunikasi menunjukkan nilai rata-rata di bawah angka satu yaitu sebesar
0,76 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya
sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan belum
berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali. Sektor ini
belum diunggulkan untuk sebagai penghasil PDRB Bali. Namun sektor
pengangkutan dan komunikasi menjadi sektor basis untuk tiga
kabupaten/kota di Bali yakni Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan
Jembrana dengan hasil LQ rata-ratanya sebesar 1,162; 2,331 dan 0,715.
Hasil analisis Shift Share rata-rata sembilan kabupaten/kota
Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor pengangkutan dan
komunikasi menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj)
sebesar 2421,36 yang menunjukkan sektor ini termasuk kedalam sektor
yang di provinsi tumbuh dengan cepat. Dari hasil perhitungan komponen
pertumbuhan diferensial (Dj) menunjukkan angka negatif sebesar -2372,29
118
yang berarti sektor ini mempunyai daya saing yang menurun sehingga
pertumbuhannya lebih lambat dari provinsi.
Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor
pengangkutan dan komunikasi menempati tipologi VI. Sektor ini tingkat
kepotensialannya hampir dari cukup jika dikembangkan karena sektor ini
merupakan sektor non basis walaupun di kabupaten/kota pertumbuhannya
lebih lambat jika dibandingkan dengan provinsi walaupun daya saingnya
di kabupaten/kota menunjukkan pertumbuhan lebih cepat daripada
provinsi.
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Share atau kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011
cenderung mengalami fluktuasi seperti tahun 2007 mengalami penurunan
menjadi 7,34 persen yang sebelumnya tahun 2006 sebesar 7,46 persen.
Kemudian pada tahun 2008 naik menjadi 7,62 persen dan turun lagi tahun
2009 menjadi 7,11 persen. Penurunan terjadi akibat krisis global akhir
2008 sedikit memberi dampak kepada sektor ini. Sedangkan kontribusi
PDRB sembilan kabupaten/kota di Bali tahun 2011 yang cukup tinggi
adalah Kota Denpasar, Kabupaten Karangasem, dan Tabanan. Presentase
untuk masing-masing kontribusi PDRB nya yaitu 13,24; 6,60; dan 6,50.
Berdasarkan gambar 4.8 perkembangan LQ rata-rata periode tahun
2005-2011 cenderung turun (<1) pada delapan kabupaten hanya Kota
119
Denpasar yang nilai LQ rata-rata >1. Ini membuktikan belum adanya
usaha pembangunan untuk sektor ini supaya menjadi sektor potensial.
Gambar 4.8
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Hasil dari perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di
Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan menunjukkan nilai rata-rata di bawah angka satu yaitu
sebesar 0,72 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis.
Artinya sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan
belum berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali. Sektor
ini belum diunggulkan untuk sebagai penghasil PDRB Bali. Sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi sektor basis untuk
kabupaten/kota di Bali hanya Kota Denpasar dengan hasil LQ rata-ratanya
sebesar 1,836.
Hasil analisis Shift Share tabel 4.21 menunjukkan rata-rata
sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan komponen
pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar -1161,99 yang menunjukkan sektor
ini termasuk ke dalam sektor yang di provinsi tumbuh dengan lambat. Dari
0
0.5
1
1.5
2
hasil LQ
LQ rata-rata
120
hasil perhitungan komponen pertumbuhan diferensial (Dj) menunjukkan
angka negatif sebesar -707,08 yang berarti sektor ini mempunyai daya
saing yang menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dari provinsi.
Tabel 4.21
Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
No Aspek Parameter Makna
1 LQ <1 Sektor Non Basis
2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi
3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih
lambat dibanding Provinsi
4 Tipologi VII Kurang
Sumber : Lampiran II, IX
Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menempati tipologi VII. Sektor
ini tingkat kepotensialannya kurang jika dikembangkan karena sektor ini
merupakan sektor non basis dan spesialisasi sektor di kabupaten/kota
pertumbuhannya lebih cepat di tingkat provinsi padahal daya saing sektor
ini tumbuh lambat dibandingkan tingkat provinsi.
i. Sektor Jasa-jasa Lainnya
Untuk kontribusi sektor jasa-jasa lainnya terhadap PDRB Provinsi
Bali pada tahun 2005 hingga 2011 cenderung mengalami penurunan dati
tahun 2007 hingga tahun 2011. Tahun 2007 turun menjadi 15,86 dan terus
menurun. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan kabupaten/kota di Bali
tahun 2011 yang cukup tinggi dan kabupaten/kota mempunyai share
tertinggi yaitu Kabupaten Karangasem, Bangli, Buleleng dan Gianyar.
121
Tabel 4.22
Analisis Sektor Jasa-jasa Lainnya
No Aspek Parameter Makna
1 LQ >1 Sektor Basis
2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi
3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota
lebih lambat dibanding Provinsi
4 Tipologi III Baik
Sumber : Lampiran II, IX
Gambar 4.9
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
Kabupaten/Kota Sektor Jasa-jasa Lainnya
Berdasarkan gambar diatas, dari hasil perhitungan LQ rata-rata
sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor
jasa-jasa lainnya menunjukkan nilai rata-rata di atas angka satu yaitu
sebesar 1,27 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis.
Artinya sektor ini potensial dalam berproduksi dan berhasil memenuhi
kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali dan dapat mengimpor. Sektor jasa-
jasa lainnya menjadi sektor basis (LQ>1) di delapan kabupaten/kota di
Bali yakni Kabupaten Karangasem, Buleleng, Bangli, Jembrana, Tabanan,
Gianyar dan Klungkung dengan hasil LQ rata-ratanya sebesar 1,942;
1,708; 1,409; 1,337; 1,268; 1,220 dan1,215.
Hasil analisis Shift Share rata-rata sembilan kabupaten/kota
Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor jasa-jasa lainnya
0
0.5
1
1.5
2
2.5
hasil LQ
LQ rata-rata
122
menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar 2189,27
yang menunjukkan sektor ini termasuk ke dalam sektor yang di provinsi
tumbuh dengan cepat. Hasil perhitungan komponen pertumbuhan
diferensial (Dj) menunjukkan angka negatif sebesar -1881,53 yang berarti
sektor ini mempunyai daya saing yang menurun sehingga pertumbuhannya
lebih lambat dari provinsi.
Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor
jasa-jasa lainnya menempati tipologi III. Sektor ini tingkat
kepotensialannya baik untuk dikembangkan karena sektor ini merupakan
sektor basis tetapi spesialisasi sektor di kabupaten/kota pertumbuhannya
lebih cepat di tingkat provinsi padahal daya saing sektor ini tumbuh lambat
dibandingkan tingkat provinsi.
2. Keterkaitan Wilayah
Berdasarkan tabel peringkat keterkaitan daerah (gravitasi) antara kota
Denpasar dengan kabupaten-kabupaten lainnya (tabel 4.13), terlihat bahwa
selama periode penelitian 2005-2011 yang paling kuat interaksinya dengan
Kota Denpasar adalah Kabupaten Klungkung, kedua interaksi dengan
Kabupaten Tabanan, ketiga interaksi dengan Kabupaten Badung, keempat
interaksi dengan Kabupaten Gianyar, kelima interaksi dengan Kabupaten
Bangli, keenam interaksi dengan Kabupaten Buleleng, ketujuh interaksi dengan
Kabupaten Karangasem, dan kedelapan interaksi dengan Kabupaten Jembrana.
Interaksi yang kuat antara Kota Denpasar dengan Kabupaten
Klungkung ini disebabkan karena jaraknya yang relatif sangat dekat sehingga
123
mempermudah akses penduduk ke daerah tersebut. Walaupun, jumlah
penduduk Kabupaten Klungkung bukan merupakan kabupaten dengan
penduduk terbanyak. Kabupaten Klungkung adalah daerah yang jaraknya dekat
dengan Kota Denpasar sehingga dapat membantu menunjang perekonomian di
Denpasar. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan
sosial. Semakin besar interaksi, semakin besar pula daya tarik menarik Kota
Denpasar dengan kabupaten-kabupaten sekitar sehingga kegiatan sosial
ekonominya semakin besar kaitannya.
Melihat interaksi yang kuat antara Kota Denpasar dengan Kabupaten
Klungkung, lebih dalam lagi sektor-sektor unggulan masing-masing daerah
tersebut. Kota Denpasar sangat dominan untuk sektor-sektor pariwisata dapat
dilihat berdasarkan kontribusi PDRB nya maupun hasil LQ nya.
Kabupaten Badung dengan Kota Denpasar memiliki interaksi kuat
ketiga terlihat bahwa kedua daerah ini memiliki kesamaan untuk sektor
unggulan dan basis. Sektor tersebut merupakan sektor pariwisata yakni sektor
listrik, gas dan air; sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor
pengangkutan dan komunikasi. Jarak yang dekat antar kedua daerah ini
membuat keterkaitan daerah juga erat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soepono (2001) dalam
digunakan variabel kesempatan kerja untuk menganalisis sektor basis dan non-
basis di Kabupaten Badung. Dari hasil yang diperoleh diyatakan bahwa sektor-
sektor basis di Kabupaten Badung adalah sektor-sektor yang terkait dengan
aktivitas pariwisata. Kabupaten Badung adalah kabupaten yang memiliki
124
banyak kawasan wisata sehingga berusaha menyediakan berbagai fasilitas
pariwisata agar wisatawan merasa nyaman berada di Bali, khususnya
Kabupaten Badung.
3. Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten/Kota Provinsi Bali
Setelah melakukan analisis dengan menggunakan analisis LQ, Shift
Share, analisis tipologi sektoral, dan analisis gravitasi maka dapat diketahui
masing-masing potensi sektor ekonomi kabupaten/kota Provinsi Bali. Setelah
diketahui potensi tiap sektor, selanjutnya diharapkan adanya pengelolaan yang
lebih terfokus pada sektor yang lebih mampu mendorong perkembangan
ekonomi Provinsi Bali. Dengan menitikberatkan pada sektor-sektor yang
mempunyai pengaruh yang besar pada perekonomian sehingga diharapkan
hasilnya dapat optimal.
Dalam penelitian ini analisis pengembangan sektor potensial di
kabupaten/kota Provinsi Bali saja mengingat:
1) Sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; bangunan dan jasa-jasa
lainnya sebagai sektor basis. Selain sektor basis, sektor non basis yang
potensial dikembangkan dan menjadi konsentrasi pemerintah daerah
Provinsi Bali adalah sektor dengan kriteria pertumbuhan yang cepat di
Provinsi berpotensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis. Sektor
tersebut adalah sektor listrik, gas dan air dan sektor pengangkutan dan
komunikasi. Sektor tersebut merupakan sektor yang cakupannya sangat luas
dan terdiri dari berbagai macam lapangan usaha dan usaha produksi,
125
sehingga pengembangannya dapat dititikberatkan pada peningkatan kualitas
barang dan pelayanan.
2) Obyek wisata atau sektor pariwisata, sebagai potensi ekonomi dimiliki
Provinsi Bali. Pengembangan sektor tersier pariwisata sebaiknya tidak
hanya Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dan Gianyar tetapi Kabupaten
lainnya juga karena memiliki potensi wisata Bali namun akses yang cukup
jauh dan pusat sarana prasarana akomodasi yang baik masih di Kawasan
Metropolitan Sarbagita. Dinas Pariwisata menganggap bahwa pariwisata
selain masuk dalam sektor jasa-jasa termasuk dalam sektor perdagangan
hotel dan restoran (BPS Provinsi Bali, 2012 b).
126
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penghitungan indeks location quotient pada Provinsi
Bali sektor ekonomi yang basis di masing-masing Kabupaten/Kota tahun
2005-2011 adalah :
a. Kota Denpasar adalah sektor listrik, gas dan air; sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan; sektor industri pengolahan; sektor
perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor pengangkutan dan
komunikasi.
b. Kabupaten Badung adalah sektor pengangkutan dan komunikasi;
sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor bangunan dan sektor
listrik, gas dan air.
c. Kabupaten Buleleng adalah sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor
penggalian dan sektor industri pengolahan.
d. Kabupaten Gianyar adalah sektor industri pengolahan; sektor jasa-
jasa dan sektor bangunan.
e. Kabupaten Klungkung adalah sektor pertanian, sektor bangunan dan
sektor jasa-jasa.
f. Kabupaten Karangasem adalah sektor penggalian, sektor jasa-jasa
dan sektor pertanian.
127
g. Kabupaten Bangli adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan
sektor bangunan.
h. Kabupaten Jembrana adalah sektor jasa-jasa; sektor pertanian dan
sektor bangunan.
i. Kabupaten Tabanan adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa.
Hal di atas menunjukkan bahwa terjadi penyebaran sektor-sektor
ekonomi yang basis di Provinsi Bali dan pemerataan pembangunan daerah
Bali. Pembangunan di Bali tidak dikhususkan untuk satu sektor di setiap
kabupaten/kota tetapi terbagi-bagi untuk saling memenuhi kebutuhan tiap-tiap
daerah.
2. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk lebih dikembangkan
di keseluruhan kabupaten/kota Provinsi Bali dan sebagai acuan
pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerahnya untuk masa mendatang setelah tahun 2005-2011 berdasarkan
analisis dengan Tipologi Sektoral sembilan Kabupaten/Kota yang ada
yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; bangunan dan jasa-
jasa lainnya. Selain sektor basis, sektor non basis yang potensial
dikembangkan dan menjadi konsentrasi pemerintah daerah adalah sektor
dengan kriteria pertumbuhan yang cepat di Provinsi dan menempati
Tipologi V dan VI, yang berarti sektor ini adalah sektor non basis,
sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis. Sektor
tersebut adalah sektor listrik, gas dan air dan sektor pengangkutan dan
komunikasi.
128
3. Hasil dari analisis gravitasi dengan nilai indeks terbesar menunjukkan
keterkaitan atau daya tarik menarik potensi ekonomi antara Kota
Denpasar dengan kabupaten lain di sekitarnya paling kuat adalah pertama
dengan Kabupaten Klungkung, kedua interaksi dengan Kabupaten
Tabanan, ketiga interaksi dengan Kabupaten Badung, keempat interaksi
dengan Kabupaten Gianyar, kelima interaksi dengan Kabupaten Bangli,
keenam interaksi dengan Kabupaten Buleleng, ketujuh interaksi dengan
Kabupaten Karangasem, dan kedelapan interaksi dengan Kabupaten
Jembrana. Keterkaitan dengan Kota Denpasar ini paling besar karena
kedua daerah tersebut mempunyai jarak yang cukup dekat sehingga
interaksi keduanya paling kuat. Interaksi dengan daerah ini dipengaruhi
oleh jumlah penduduk dan jarak antara kedua daerah.
B. Implikasi
1. Berdasarkan pemahaman yang dimiliki terhadap potensi yang dimiliki
Provinsi Bali dan kabupaten/kota, maka pemerintah Provinsi dan daerah
ini diharapkan merumuskan strategi pengembangan daerah yang paling
menguntungkan untuk diterapkan di masa mendatang. Mengutamakan
pembangunan untuk sektor-sektor basis atau unggulan (LQ > 1) pada Kota
Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan, Bangli, Klungkung,
Buleleng, Jembrana dan Karangasem. Pengembangan sektor yakni dengan
mengutamakan kegiatan unggulan berupa: sektor pertanian, sektor jasa-
jasa, sektor listrik, gas dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi dan
129
sektor perdagangan, hotel, restoran. Namun dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dengan kabupaten/kota melalui
sektor-sektor basis hendaknya tidak mengabaikan sektor-sektor non basis,
karena dengan meningkatkan peran dari sektor non basis diharapkan sektor
tersebut dapat tumbuh menjadi sektor basis dan pada akhirnya semua
sektor ekonomi dapat secara bersama-sama mendukung peningkatan
potensi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.
2. Sesuai dengan program prioritas pembangunan RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Bali 2008-2013
pengembangan sektor potensial baik dari sektor basis dan sektor non basis
menunjang kegiatan:
1) Pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan sektor pertanian
dengan Program Simantri (Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi)
dengan pendirian koperasi petani untuk memudahkan petani
memperoleh pinjaman modal, pemberian subsidi pupuk dan
pengumpulan hasil panen menghindari penjualan kepada tengkulak.
2) Peningkatan daya saing industri, pariwisata dengan pengembangan
konsentrasi pembangunan daerah untuk sektor industri pengolahan dan
sektor tersier seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi; dan sektor jasa-jasa lainnya. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang juga mendukung untuk
pariwisata Bali dan membuka banyak lapangan kerja bagi
130
masyarakatnya harus diperhatikan dan diberikan akses dan
ditingkatkan.
3) Peningkatan infrastruktur wilayah pembangunan daerah dengan
prioritas sektor bangunan untuk pembangunan pariwisata namun tidak
mengambil alih fungsi lahan pertanian secara berlebihan. Faktor –
faktor penunjang agar perkembangan sektor ekonomi tidak dijadikan
suatu alat untuk mengambil keuntungan salah satu pihak tetapi seluruh
masyarakat yang terlibat di sekitarnya.
3. Penyebaran sektor ekonomi yang potensial di Provinsi Bali sudah baik
dilakukan namun akan lebih baik lagi pemerintah Bali benar-benar
memperhatikan sektor-sektor pariwisata dan pendukungnya karena dilihat
pangsa pasar untuk Bali sangat baik. Sektor strategis/potensial dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya hendaknya juga tidak
mengabaikan peran sektor yang tergolong non potensial. Karena dengan
pengembangan sektor potensial diharapkan akan dapat merangsang
pertumbuhan sektor non potensial sehingga menjadi sektor potensial yang
pada akhirnya semua sektor ekonomi bersama-sama mendukung
peningkatan peningkatan pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah
analisis.
4. Adanya peran serta pemerintah daerah dan masyarakat daerah dalam
membuat inisiatif untuk pengadaan kawasan pengembangan terpadu
dengan Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan dan pemerintah daerah
kabupaten Klungkung, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Buleleng,
131
Karangasem dan Jembrana saling bekerjasama dengan mensinergikan
potensi daerah dengan sektor potensialnya guna pengembangan sektor
potensial yang dapat mendukung pengembangan Provinsi Bali dan juga
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi itu.
132
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ―Penjelasan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) 5 Januari 2012”
artikel diakses tanggal 23 Juli 2013 dari
http://bankdata.denpasarkota.go.id/bankdata/Penjelasan-RTRW %205%
20Januari%202012.pdf
Anonim. ―Profil Daerah Bali: Struktur, Luas dan Jarak ke Ibukota Provinsi,”
artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2013, dari
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/geografislj.php?ia=51
Arsyad, Lincolin. ―Ekonomi Pembangunan”, Bagian Penerbitan STIE, Jakarta.
2010.
Badan Pusat Statistik. ―Kota Denpasar dalam Angka”. dalam berbagai edisi
_________________ ―Kabupaten Badung dalam Angka”. dalam berbagai edisi
_________________ “Kabupaten Bangli dalam Angka”. dalam berbagai edisi
_________________ “Kabupaten Buleleng dalam Angka”. dalam berbagai edisi
_________________ “Kabupaten Gianyar dalam Angka”. dalam berbagai edisi
_________________ “Kabupaten Jembrana dalam Angka”. dalam berbagai
edisi
_________________ “Kabupaten Karangasem dalam Angka”. dalam berbagai
edisi
_________________ “Kabupaten Klungkung dalam Angka”. dalam berbagai
edisi
_________________ “Kabupaten Tabanan dalam Angka”. dalam berbagai edisi
_________________ ―Provinsi Bali dalam Angka”. dalam berbagai edisi
_________________ ―Produk Domestik Bruto Indonesia”. 2002
_________________ “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Badung
Sektoral”. 2012
_________________ “Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Sektoral”.
2010(a)
133
_________________ “Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Sektoral”.
2012(b)
_________________ “Statistika Indonesia 2011”. 2011
_________________ “Tinjauan Perekonomian Bali 2009”. 2009
BAPPENAS dan Badan Pusat Statistik Indonesia. “Statistika Indonesia”. 2009
Bungin, Burhan, “Metodologi Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu Sosial lainnya”. Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2010.
Glasson, John. ” Pengantar Perencanaan Regional”. Terjemahan Paul Sitohang,
LPFEUI, Jakarta, 1990.
Herath, Janaranjana dan Tesfa G. Gebremedhin dan Blessing M. Maumbe. “A
Dynamic Shift Share Analysis of Economic Growth in West Virginia”,
Dalam Jurnal Ekonomi, University of West Virginia, Morgantown,
2012.
Irman dan Fachrizal Bachri. “Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi
Sumatera Selatan”. Dalam Jurnal Kajian Ekonomi Vol. 2. No. 1. Hal.
77-103, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2003.
Jhingan, M.L. „Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Rajawali Pers,
Jakarta, 2004.
Karoba, Tinus Gulua. “Analisis Pengembangan Kota Jayapura Sebagai Salah
Satu Kawasan Strategis Andalan di Provinsi Papua”, Dalam Jurnal
Pembangunan dan Inovasi Papua, Papua, 2010.
Mondal, Prof. Wali I. Ph. D. “An Analysis of The Industrial Development
Potential of Malaysia: A Shift Share Approach”, Journal of Business &
Economic Research Vol. 7 No. 5 Hal. 41-46, National University, USA,
2009.
Richardson, Harry. “Dasar Dasar Ekonomi Regional‖, Lembaga Penerbit FEUI,
Jakarta, 1978.
Ropingi. “Aplikasi Analisis Shift Share Esteban Marquillas pada Sektor
Pertanian di Kabupaten Boyolali”, Dalam Jurnal Ekonomi
Pembangunan‖, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, 2008.
Saerofi, Mujib. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial di
Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan SWOT)”,
134
Skripsi sarjana, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Sebelas Maret,
Semarang, 2005.
Sebayang, K. Dianta A. “Dampak Integrasi Ekonomi ASEAN terhadap
Perdagangan Indonesia pada Sektor Kendaraan Roda Empat”, Jurnal
Econosains Vol. 9 No. 2 Hal 119-131, Universitas Negeri Jakarta,
Jakarta, 2011.
Septa, Dini, ―Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tangerang“,
Skripsi sarjana Fakultas Ilmu Sosial, UNS, Semarang, 2007.
Setiawan, I Made Darma, “Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat:
Pendekatan Input-Output Multiregional”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Universitas Warmadewa, Denpasar, 2005.
Syafrijal, “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, Baduose Media, 2008.
Suryana, ―Ekonomi Pembangunan (Problematika dan Pendekatan)”, Salemba
Empat, Bandung, 2000.
Soepono, Prasetyo. ―Model Gravitasi sebagai Alat Pengukur Hiterland dari
Central Place: Satu Kajian Teoritik‖, Dalam Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia Vol. 15. Hal 414-423. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 2000.
________Prasetyo. “Teori Pertumbuhan Berbasis Ekonomi (Ekspor): Posisi dan
Sumbangannya bagi Perbendaharaan Alat-alat Analisis Regional”,
Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15. Nomor 1.
Yogyakarta. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2001.
Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makro Ekonomi”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1996.
______________ “Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan”, Kencana, Jakarta. 2006.
Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi‖, Sinar
Grafika, Jakarta, 2005.
Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi‖, Bumi
Aksara, Jakarta, 2007.
Yoeti, Oka A. “Ekonomi Pariwisata”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
135
I. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Provinsi Bali dan 9 Kabupaten
Kota Periode Tahun 2005-2011 (Jutaan Rupiah)
1.1 Provinsi Bali
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Perikanan 4591024 4779419 4898454 4928274 5208020 5298030 5873310
2 Pertambangan 134170 137574 141658 146644 154370 170930 208490
3 Industri Pengolahan 2010191 2097825 2289788 2476904 2610480 2768080 3027990
4 Listrik, Air Bersih 309674 330019 356044 388035 406310 441650 470830
5 Bangunan 820195 857214 909436 970462 979290 1051030 1236390
6 Perdagangan,Restoran,Hotel 6497876 6830202 7348126 7981804 8479550 9022300 10005650
7 Angkutan,Komunikasi 2190464 2323287 2575564 2805245 2948130 3117330 3380960
8
Keuangan,Persewaan,Jasa
Perusahaan 1568436 1673782 1734273 1808488 1855980 1993830 2167880
9 Jasa-jasa lain 2950415 3455360 3243704 3394718 3586140 3892920 4382170
JUMLAH 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Sumber : BPS Provinsi Bali 2012
136
2.1 Kota Denpasar
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 325536.74 343341.28 352957.21 360219.96 384761.31 385373.49 391243.44
2 Pertambangan, Penggalian 228.8 229.45 230.12 230.69 243.1 243.71 244.75
3 Industri Pengolahan 488864.54 511390.28 560850.62 604092.21 650866.34 702078.21 726056.42
4 Listrik, Gas, Air Bersih 151934.08 164158.8 170462.5 184430.44 200621.19 213771.9 228261.23
5 Bangunan 141147.36 150647.36 157095.07 165908.1 172352.19 178941.25 187377.17
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 1484570.4 1562285.67 1717241.75 1888752.62 2027505.54 2195132.92 2409328.5
7 Pengangkutan, komunikasi 542157.32 574271.6 602211.01 631288.75 674646.52 712479.1 746316.69
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 580814.08 610712.7 633154.71 658571.01 685583.56 745022.53 807276.18
9 Jasa-jasa lain 456546.88 500053.99 514314.9 536401.56 561666.67 577369.2 601064.9
JUMLAH 4171800.2 4417091.13 4708517.89 5029895.34 5358246.42 5710412.31 6097169.28
Sumber : BPS, PDRB Kota Denpasar 2012
3.1 Kabupaten Badung
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 393611.42 430924.17 437752.93 441420.28 454730 487777.86 504632.13
2 Pertambangan, Penggalian 5325.63 5674.61 5357.25 5547.53 5762.93 5943.97 6219.98
3 Industri Pengolahan 127886.38 131865.12 138748.48 145449.18 154496.64 169686.79 177094.88
4 Listrik, Gas, Air Bersih 67227.76 71320.02 77004.26 83018.74 88499.83 94444.85 100780.71
5 Bangunan 208526.75 214699.14 224869.28 235989.79 244570.08 253702.89 273899.89
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 1997899.08 2065254.75 2196234.96 2339908.62 2507451.41 2689069.79 2900779.09
7 Pengangkutan, komunikasi 1030338.61 1091037.32 1223330.4 1368719.75 1470624.33 1554512.01 1644525.1
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 128725.03 134586.06 137864.79 141307.44 144597.37 148971.87 152512.64
9 Jasa-jasa lain 371322.75 403194.44 418969.34 434764.02 457587.49 482259.01 519766.75
JUMLAH 4330863.41 4548555.63 4860131.69 5196125.35 5528320.08 5886369.04 6280211.17
Sumber : BPS, Badung dalam Angka Tahun 2012
137
4.1 Kabupaten Gianyar
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 493014.08 524349.82 545923.76 551533.59 561273.82 569785.8 587236.23
2 Pertambangan, Penggalian 10400.87 10739.84 11123.06 11533.5 12109.17 12937.26 14832.16
3 Industri Pengolahan 470493.15 490910.31 524807.49 563443.63 604734.56 649154.48 670250.35
4 Listrik, Gas, Air Bersih 21542.34 22977.69 24992.15 27277.38 29147.01 31167.64 33537.48
5 Bangunan 110731.46 112835.43 118056.08 124690.83 137930.37 152625.56 162849.32
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 791289.02 824677.66 870021.36 922655.22 967709.64 1017362.24 1089624.19
7 Pengangkutan, komunikasi 121737.22 128682.94 137298.07 144544.7 151821.64 160264.06 167839.04
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 124293.7 132573.38 142435.48 153048.61 165866.46 179757.85 190441.97
9 Jasa-jasa lain 407502.91 435904.62 467068.57 510591.67 557230.24 607457.7 692445.19
JUMLAH 2551004.75 2683651.69 2841726.02 3009319.13 3187822.91 3380512.59 3609055.93
Sumber : BPS PDRB Kabupaten Gianyar 2012
5.1 Kabupaten Klungkung
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 352641.81 367191.15 382510.33 389174.32 404640.77 413226.76 417443.64
2 Pertambangan, Penggalian 47550.81 47538.16 48008.96 49698.88 48913.12 48892.74 48404.09
3 Industri Pengolahan 91038.55 94713.9 98579.44 106633.38 113899.33 122222.06 126449.79
4 Listrik, Gas, Air Bersih 10291.03 11008.78 11880.75 13084.47 14304.86 15606.76 16920.7
5 Bangunan 53113.86 55509.29 59565.87 63584.08 70810.14 76626.97 83160.02
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 214076.13 228355.45 244198.39 263966.23 278421.66 298735.01 325787.98
7 Pengangkutan, komunikasi 52869.41 55030.15 57349.76 60586.31 63343.55 66955.98 71274.49
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 27877.56 29546.48 31616.88 33350.19 35405.45 38242.52 40657.22
9 Jasa-jasa lain 165726.42 177391.25 191613.5 202279.2 210804.05 227381.16 253792.29
JUMLAH 1015185.58 1066284.61 1125323.88 1182357.06 1240542.93 1307889.96 1383890.22
Sumber : BPS, PDRB Kabupaten Klungkung 2012
138
6.1 Kabupaten Tabanan
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 767094.84 795447.97 827393.43 840689.07 875466.81 901911.41 924418.96
2 Pertambangan, Penggalian 5675.77 6206.24 6822.28 7438.39 7591.21 7958.62 8762.05
3 Industri Pengolahan 124236.71 131377.07 140538.64 149973.58 156182.19 164315.92 168005.93
4 Listrik, Gas, Air Bersih 15010.96 16679.4 18597.26 20592.32 21335.81 23501.66 25561.38
5 Bangunan 69579.33 72719.73 76879.7 81176.73 88317.23 93332.05 99856.74
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 384807.74 404481.36 429761.88 462115.39 502426.02 536995.33 577747.02
7 Pengangkutan, komunikasi 101567.13 110044.73 119572.51 129612.35 135201.66 141959.42 147818.31
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 99619.71 110858.49 122241.08 133950.63 140861.16 157345.58 170199.44
9 Jasa-jasa lain 329327.7 348664.11 369656.58 396211.52 415329.19 448395.97 497317.84
JUMLAH 1896919.89 1996479.1 2111463.36 2221759.98 2342711.3 2475715.96 2619687.67
Sumber : BPS, Tabanan dalam Angka Tahun 2012
7.1 Kabupaten Karangasem
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 476169.98 493994.22 511286.15 522253.68 540092.96 552483.38 565464.13
2 Pertambangan, Penggalian 21949.14 23520.02 24765.55 26121.62 28937.83 32936.55 37932.48
3 Industri Pengolahan 103781.46 105661.16 109980.53 114696.01 120481.2 127263.17 130630.85
4 Listrik, Gas, Air Bersih 6695.36 7260.23 7856.39 8587.44 9477.88 10106.17 10837.86
5 Bangunan 45094.38 50556.15 56927.35 65102.88 69221.13 74575.32 79131.87
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 226172.26 241198.78 248561.13 258119.18 269992.81 285512 303904.35
7 Pengangkutan, komunikasi 110839.01 117122.99 124026.58 132180.59 140186.53 148449.27 156392.94
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 55770.51 60460.88 71644.81 83543.74 89911.91 96968.06 104777.18
9 Jasa-jasa lain 389752.77 405389.22 428359.44 453144.06 478867.22 507837.73 542367.17
JUMLAH 1436224.87 1505163.65 1583407.93 1663749.2 1747169.47 1836131.65 1931438.83
Sumber : BPS, PDRB Kabupaten Karangasem 2012
139
8.1 Kabupaten Bangli
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 308861.83 326274.64 341529.12 343396.44 378543.44 383617.18 393387.71
2 Pertambangan, Penggalian 1459.33 1497.67 1524.6 1548.39 1571.04 1600.62 1661.67
3 Industri Pengolahan 65672.51 69447.37 73383.63 78872.63 85531.37 88928.52 90366.53
4 Listrik, Gas, Air Bersih 3707.77 3960.05 4194.76 4562.92 5156.1 5847.5 6598.56
5 Bangunan 44291.49 45989.54 48693.91 52316.76 45604.08 51793.57 53928.96
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 231628.17 233511.36 240238.77 253207.22 261382.56 277318.38 297677.71
7 Pengangkutan, komunikasi 18527.21 18770.32 19519.23 20260.87 20891.49 22018.27 22999.54
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 29325.89 31502.95 33688.3 36218.22 36756.53 38787.17 40103.66
9 Jasa-jasa lain 165143.6 174591.04 183341.11 193746.05 204926.8 222205.2 249174.46
JUMLAH 868617.8 905544.94 946113.43 984129.5 1040363.41 1092116.41 1155898.8
Sumber : BPS, PDRB Kabupaten Bangli 2012
9.1 Kabupaten Buleleng
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 722869.44 758941.82 791945.71 799915.99 826445.26 844188.24 865310.94
2 Pertambangan, Penggalian 17985.93 18683.33 19658.5 20548.82 21527.98 22426.24 24314.4
3 Industri Pengolahan 266791.91 280340.78 296254.65 318447.88 341012.45 364926.06 375714.88
4 Listrik, Gas, Air Bersih 21734.11 23547.95 25372.9 27606.44 30542.53 33564.86 36841.75
5 Bangunan 66149.39 70397.53 75195.09 81678.75 88893.22 94460.34 101596.68
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 697401.63 733544.96 780258.99 841706.29 899900.48 972637.2 1068129.2
7 Pengangkutan, komunikasi 94862.93 99194.5 105348.25 111677.33 118511.22 124821.57 131702.17
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 115178.42 121340.43 127599.41 134848.8 140775.28 147787.98 152432.39
9 Jasa-jasa lain 606370.25 642907.77 687127.1 742074.12 798734.2 852663.17 912841.65
JUMLAH 2609344.01 2748899.07 2908760.6 3078504.42 3266342.62 3457475.66 3668884.06
Sumber : BPS, Buleleng dalam Angka 2012
140
10.1 Kabupaten Jembrana
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 381942.45 391822.21 403726.37 410460.68 427339.17 426676.35 428560.59
2 Pertambangan, Penggalian 5481.81 5752.06 6011.99 6205.1 6494.56 6830.33 7675.11
3 Industri Pengolahan 100923.16 105898.67 114689.65 123846.06 129251.21 134104.37 136684.49
4 Listrik, Gas, Air Bersih 10903.72 11466.27 12224.82 13068.94 13875.8 15033.39 16418.06
5 Bangunan 69281.54 74647.12 79350.66 82809.95 88502.29 92938.77 99517.3
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 337317.65 354047.41 378509.43 403012.32 428700.73 454544.92 497953.38
7 Pengangkutan, komunikasi 195619.98 205220.06 216119.38 231545.14 241136.21 254287.18 268627.31
8 Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 66362.78 70174.47 73274.02 76416.87 80481.18 86113.71 90149.54
9 Jasa-jasa lain 207146.14 218117.45 226506.35 239441.65 247564.3 268755.67 291314.01
JUMLAH 1374979.23 1437145.72 1510412.67 1586806.71 1663345.45 1739284.69 1836899.8
Sumber : BPS, Jembrana dalam Angka 2012
II. Jarak Kota Denpasar dengan Delapan Kabupaten di Provinsi Bali
Daerah Jarak
Kota Denpasar – Kabupaten Badung 25 km
Kota Denpasar – Kabupaten Gianyar 29 km
Kota Denpasar – Kabupaten Klungkung 13 km
Kota Denpasar – Kabupaten Tabanan 21 km
Kota Denpasar – Kabupaten Karangasem 68 km
Kota Denpasar – Kabupaten Bangli 40 km
Kota Denpasar – Kabupaten Buleleng 78 km
Kota Denpasar – Kabupaten Jembrana 95 km
Sumber web : regionalinvestment.bkpm.go.id Bali Tahun 2012
141
III. PERHITUNGAN RATA-RATA LOCATION QUOTIENT
3.1 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kota Denpasar Tahun 2005-2011
Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 0.358163 0.365680 0.359577 0.361845 0.361631 0.353556 0.335995 0.357
Pertambangan 0.008613 0.008489 0.008106 0.007787 0.007708 0.006930 0.005921 0.008
Industri Pengolahan 1.228408 1.240890 1.222309 1.207381 1.220445 1.232814 1.209440 1.223
Listrik, G, A 2.478231 2.532069 2.389209 2.352946 2.416942 2.352682 2.445325 2.424
Bangunan 0.869925 0.894587 0.862024 0.846329 0.861494 0.827534 0.764416 0.847
Perdagangan, Hotel, R 1.154039 1.164333 1.166229 1.171452 1.170405 1.182590 1.214561 1.175
Pengangkutan, K. 1.250203 1.258244 1.166824 1.114057 1.120151 1.110913 1.113402 1.162
Keu., Persewaan, js. P 1.870317 1.857327 1.821887 1.802757 1.808148 1.816235 1.878259 1.836
Jasa-jasa Lain 0.781616 0.136671 0.791255 0.782234 0.766652 0.720890 0.691832 0.753
3.2 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Badung Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 0.417156 0.43701 0.432051 0.429227 0.414245 0.434129 0.4207408 0.426
Pertambangan 0.193133 0.200534 0.182838 0.181286 0.177116 0.163972 0.146092 0.178
Industri Pengolahan 0.309548 0.315797 0.292953 0.281405 0.280786 0.289055 0.2864008 0.294
Listrik, G, A 1.056293 1.055266 1.045626 1.025262 1.033383 1.008349 1.0481803 1.039
Bangunan 1.237044 1.260158 1.195427 1.165318 1.184864 1.138207 1.0848235 1.181
Perdagangan, Hotel, R 1.496038 1.515278 1.444999 1.404842 1.402931 1.405386 1.4196852 1.441
Pengangkutan, K 2.288676 2.297362 2.296343 2.338156 2.366637 2.351377 2.3818981 2.331
Keuangan,Persw, Js. P 0.399334 0.398397 0.384327 0.374437 0.369627 0.352312 0.3445032 0.375
Jasa-jasa lain 0.612363 0.556686 0.624462 0.613733 0.605373 0.584138 0.5808206 0.597
142
3.3 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Gianyar Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 0.88706 0.919192 0.921518 0.926015 0.886702 0.883025 0.851988 0.897
Pertambangan 0.64035 0.654066 0.649253 0.650785 0.645397 0.621441 0.606209 0.638
Industri Pengolahan 1.93339 1.960621 1.895116 1.882272 1.905987 1.925508 1.886192 1.913
Listrik, G, A 0.57463 0.583348 0.580404 0.581664 0.590217 0.579431 0.606973 0.585
Bangunan 1.11521 1.102851 1.073364 1.063156 1.158842 1.192307 1.122364 1.118
Perdagangan, H, R 1.00593 1.011605 0.979003 0.956487 0.938961 0.925836 0.927972 0.964
Pengangkutan, K 0.45908 0.464064 0.440781 0.426356 0.423704 0.422114 0.423016 0.437
Keuangan,Persw, Js. P 0.65462 0.663617 0.679096 0.700252 0.735294 0.740245 0.748567 0.703
Jasa-jasa lain 1.14091 1.056961 1.190612 1.244546 1.278447 1.281199 1.346479 1.220
3.4 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Klungkung Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 1.594387 1.620059 1.630497 1.663068 1.642687 1.655241 1.579466 1.626
Pertambangan 7.356513 7.286511 7.076474 7.137449 6.699159 6.070344 5.159316 6.684
Industri Pengolahan 0.940064 0.952046 0.898932 0.906661 0.922484 0.93704 0.928024 0.926
Listrik, G, A 0.689801 0.703419 0.696748 0.710143 0.744362 0.749932 0.798637 0.728
Bangunan 1.344189 1.365495 1.367606 1.379846 1.528769 1.547226 1.494701 1.433
Perdagangan, H, R 0.683859 0.705004 0.693908 0.696479 0.694206 0.702678 0.723578 0.700
Pengangkutan, K 0.501 0.499472 0.464938 0.454846 0.45427 0.45582 0.468478 0.471
Keuangan,Persw, Js. P 0.368941 0.372238 0.38066 0.388368 0.403325 0.407048 0.416771 0.391
Jasa-jasa lain 1.165945 1.082561 1.233447 1.254897 1.242824 1.239556 1.287018 1.215
143
3.5 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Tabanan Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 1.856117 1.874384 1.879675 1.911845 1.881993 1.908566 1.847708 1.880
Pertambangan 0.469932 0.508059 0.535942 0.568495 0.550553 0.522008 0.493365 0.521
Industri Pengolahan 0.68656 0.705297 0.683015 0.678606 0.669826 0.665516 0.651355 0.677
Listrik, G, A 0.53848 0.569198 0.581266 0.594767 0.587899 0.596593 0.637335 0.587
Bangunan 0.942387 0.955399 0.940739 0.937487 1.009683 0.995573 0.948133 0.961
Perdagangan, H, R 0.657867 0.66694 0.65085 0.648876 0.663361 0.667284 0.67786 0.662
Pengangkutan, K 0.51509 0.533443 0.516641 0.517831 0.513436 0.510551 0.513258 0.517
Keuangan,Persw, Js. P 0.705577 0.74592 0.784385 0.830121 0.849706 0.884757 0.921659 0.817
Jasa-jasa lain 1.23997 1.136412 1.268198 1.308084 1.29663 1.29135 1.33227 1.268
3.6 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Bangli Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 1.632078 1.6950595 1.731565 1.763023 1.832431 1.840234 1.78203 1.754
Pertambangan 0.263867 0.2703065 0.267291 0.267161 0.256572 0.23799 0.2120492 0.254
Industri Pengolahan 0.792561 0.8219839 0.795928 0.805702 0.826018 0.816492 0.7940179 0.808
Listrik, G, A 0.290465 0.2979466 0.292599 0.297529 0.319925 0.336497 0.3728741 0.315
Bangunan 1.310055 1.3321298 1.329758 1.364016 1.174024 1.252421 1.1604961 1.275
Perdagangan, H, R 0.864781 0.8488896 0.811964 0.802661 0.777121 0.78118 0.7915496 0.811
Pengangkutan, K 0.205192 0.2006068 0.188218 0.182745 0.178652 0.179511 0.1809907 0.188
Keuangan,Persw, Js. P 0.453597 0.4673358 0.482427 0.506721 0.499282 0.494413 0.4921822 0.485
Jasa-jasa lain 1.357891 1.2546003 1.403747 1.444063 1.440642 1.450669 1.5128346 1.409
144
3.7 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 1.271551 1.298857 1.305996 1.312862 1.274234 1.279158 1.234958 1.283
Pertambangan 1.082583 1.110826 1.121023 1.133423 1.11982 1.053265 0.977555 1.085
Industri Pengolahan 1.071813 1.093062 1.045142 1.039917 1.048957 1.058341 1.04008 1.057
Listrik, G, A 0.566788 0.583636 0.575668 0.575452 0.603609 0.610107 0.655902 0.596
Bangunan 0.651317 0.671732 0.667917 0.68077 0.728895 0.721496 0.68879 0.687
Perdagangan, H, R 0.866753 0.878458 0.857763 0.852961 0.852177 0.865432 0.894832 0.867
Pengangkutan, K 0.349739 0.349231 0.330415 0.322006 0.322791 0.321445 0.326525 0.332
Keuangan,Persw, Js. P 0.593045 0.592973 0.594342 0.603116 0.609061 0.595046 0.589393 0.597
Jasa-jasa lain 1.659734 1.52189 1.711202 1.768126 1.788475 1.758334 1.7461 1.708
3.9 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Karangasem Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 1.521756 1.544009 1.548907 1.586018 1.556792 1.576375 1.532986 1.552
Pertambangan 2.400239 2.553903 2.594343 2.665983 2.814088 2.912825 2.896957 2.691
Industri Pengolahan 0.757487 0.752401 0.712756 0.693044 0.692841 0.69499 0.686922 0.713
Listrik, G, A 0.317221 0.328635 0.327446 0.331218 0.350178 0.34591 0.366518 0.338
Bangunan 0.806673 0.881024 0.928901 1.004022 1.061114 1.072592 1.019089 0.968
Perdagangan, H, R 0.510694 0.527527 0.501969 0.483995 0.477985 0.478368 0.483624 0.495
Pengangkutan, K 0.742419 0.753082 0.7146 0.70521 0.713829 0.719863 0.736535 0.727
Keuangan,Persw, Js. P 0.521711 0.539608 0.613038 0.691385 0.727241 0.735183 0.769569 0.657
Jasa-jasa lain 1.9382 1.752596 1.959691 1.99781 2.004576 1.971987 1.970698 1.942
145
3.9 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Jembrana Tahun 2005-2011
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Pertanian 1.274991 1.282617 1.28217 1.306959 1.29386 1.285204 1.221633 1.278
Pertambangan 0.626163 0.65357 0.660229 0.664003 0.663398 0.637692 0.616327 0.646
Industri Pengolahan 0.769436 0.789888 0.779196 0.784618 0.780731 0.773129 0.755747 0.776
Listrik, G, A 0.539621 0.543583 0.534142 0.528512 0.538502 0.543208 0.583807 0.544
Bangunan 1.294551 1.362407 1.357363 1.339027 1.425051 1.411138 1.34758 1.362
Perdagangan, H, R 0.795585 0.810981 0.801342 0.792324 0.797202 0.803984 0.833211 0.805
Pengangkutan, K 1.368661 1.381974 1.305386 1.29524 1.289742 1.301756 1.330214 1.325
Keuangan,Persw, Js. P 0.64845 0.655939 0.65728 0.663069 0.683767 0.689242 0.696209 0.671
Jasa-jasa lain 1.076001 0.987598 1.086318 1.106831 1.088549 1.101717 1.11297 1.080
IV. Hasil Perhitungan Komponen Shift Share
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kota Denpasar
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 4417091.13 4171800.2 245290.93
2006 - 2007 4708517.89 4417091.13 291426.76
2007 - 2008 5029895.34 4708517.89 321377.45
2008 - 2009 5358246.42 5029895.34 328351.08
2009 - 2010 5710412.31 5358246.42 352165.89
2010 - 2011 6097169.28 5710412.31 386756.97
146
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Badung
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 4548555.63 4330863.41 217692.22
2006 - 2007 4860131.69 4548555.63 311576.06
2007 - 2008 5196125.35 4860131.69 335993.66
2008 - 2009 5528320.08 5196125.35 332194.73
2009 - 2010 5886369.04 5528320.08 358048.96
2010 - 2011 6280211.17 5886369.04 393842.13
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Gianyar
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 2683651.69 2551004.75 132646.94
2006 - 2007 2841726.02 2683651.69 158074.33
2007 - 2008 3009319.13 2841726.02 167593.11
2008 - 2009 3187822.91 3009319.13 178503.78
2009 - 2010 3380512.59 3187822.91 192689.68
2010 - 2011 3609055.93 3380512.59 228543.34
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Klungkung
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 1066284.61 1015185.58 51099.03
2006 - 2007 1125323.88 1066284.61 59039.27
2007 - 2008 1182357.06 1125323.88 57033.18
2008 - 2009 1240542.93 1182357.06 58185.87
2009 - 2010 1307889.96 1240542.93 67347.03
2010 - 2011 1383890.22 1307889.96 76000.26
147
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Tabanan
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 1996479.1 1896919.89 99559.21
2006 - 2007 2111463.36 1996479.1 114984.26
2007 - 2008 2221759.98 2111463.36 110296.62
2008 - 2009 2342711.28 2221759.98 120951.3
2009 - 2010 2475715.96 2342711.28 133004.68
2010 - 2011 2619687.67 2475715.96 143971.71
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Bangli
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 905544.94 868617.8 36927.14
2006 - 2007 946113.43 905544.94 40568.49
2007 - 2008 984129.5 946113.43 38016.07
2008 - 2009 1040363.41 984129.5 56233.91
2009 - 2010 1092116.41 1040363.41 51753
2010 - 2011 1155898.8 1092116.41 63782.39
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Buleleng
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 2748899.07 2609344.01 139555.06
2006 - 2007 2908760.6 2748899.07 159861.53
2007 - 2008 3078504.42 2908760.6 169743.82
2008 - 2009 3266342.62 3078504.42 187838.2
2009 - 2010 3457475.66 3266342.62 191133.04
2010 - 2011 3668884.06 3457475.66 211408.4
148
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Karangasem
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 1505163.65 1436224.87 68938.78
2006 - 2007 1583407.93 1505163.65 78244.28
2007 - 2008 1663749.2 1583407.93 80341.27
2008 - 2009 1747169.47 1663749.2 83420.27
2009 - 2010 1836131.65 1747169.47 88962.18
2010 - 2011 1931438.83 1836131.65 95307.18
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Jembrana
Tahun Yjt Yjo Gj
2005 - 2006 1437155.72 1374979.23 62176.49
2006 - 2007 1510412.67 1437155.72 73256.95
2007 - 2008 1586806.71 1510412.67 76394.04
2008 - 2009 1663345.45 1586806.71 76538.74
2009 - 2010 1739284.69 1663345.45 75939.24
2010 - 2011 1836899.79 1739284.69 97615.1
V. Hasil Perhitungan Share
1. Komponen Nasional Share (Nj) Kota Denpasar
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 4171800.2 22484682 21072445 1.067018184 4451386.674 279586.4741
2 2006 - 2007 4417091.13 23497047 22484682 1.045024653 4615969.124 198877.9944
3 2007 - 2008 4708517.89 24900574 23497047 1.059732059 4989767.359 281249.4689
4 2008 - 2009 5029895.34 26228270 24900574 1.053319895 5298088.833 268193.4932
5 2009 - 2010 5358246.42 27756100 26228270 1.058251269 5670371.071 312124.6513
6 2010 - 2011 5710412.31 30753670 27756100 1.107996801 6327118.57 616706.2602
149
(P + D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 4417091.13 22484682 21072445 4171800.2 1.067018184 4451386.674 -34295.54414
2006 - 2007 4708517.89 23497047 22484682 4417091.13 1.045024653 4615969.124 92548.76556
2007 - 2008 5029895.34 24900574 23497047 4708517.89 1.059732059 4989767.359 40127.98114
2008 - 2009 5358246.42 26228270 24900574 5029895.34 1.053319895 5298088.833 60157.58682
2009 - 2010 5710412.31 27756100 26228270 5358246.42 1.058251269 5670371.071 40041.2387
2010 - 2011 6097169.28 30753670 27756100 5710412.31 1.107996801 6327118.57 -229949.2902
2. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Badung
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 4330863.41 22484682 21072445 1.06701818 4621110.012 290246.6016
2 2006 - 2007 4548555.63 23497047 22484682 1.04502465 4753352.768 204797.1379
3 2007 - 2008 4860131.69 24900574 23497047 1.05973206 5150437.363 290305.6733
4 2008 - 2009 5196125.35 26228270 24900574 1.0533199 5473182.21 277056.8599
5 2009 - 2010 5528320.08 27756100 26228270 1.05825127 5850351.738 322031.6577
6 2010 - 2011 5886369.04 30753670 27756100 1.1079968 6522078.064 635709.0241
(P + D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 4548555.63 22484682 21072445 4330863.41 1.06701818 4621110.012 -72554.38164
2006 - 2007 4860131.69 23497047 22484682 4548555.63 1.04502465 4753352.768 106778.9221
2007 - 2008 5196125.35 24900574 23497047 4860131.69 1.05973206 5150437.363 45687.98668
2008 - 2009 5528320.08 26228270 24900574 5196125.35 1.0533199 5473182.21 55137.87008
2009 - 2010 5886369.04 27756100 26228270 5528320.08 1.05825127 5850351.738 36017.30226
2010 - 2011 6280211.17 30753670 27756100 5886369.04 1.1079968 6522078.064 -241866.8941
150
3. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Gianyar
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 2551004.75 22484682 21072445 1.067018184 2721968.456 170963.7062
2 2006 - 2007 2683651.69 23497047 22484682 1.045024653 2804482.176 120830.4855
3 2007 - 2008 2841726.02 24900574 23497047 1.059732059 3011468.167 169742.1466
4 2008 - 2009 3009320.12 26228270 24900574 1.053319895 3169776.754 160456.6339
5 2009 - 2010 3187822.91 27756100 26228270 1.058251269 3373517.638 185694.7285
6 2010 - 2011 3380512.59 30753670 27756100 1.107996801 3745597.134 365084.5445
(P + D)
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 2683651.69 22484682 21072445 2551004.75 1.067018184 2721968.456 -38316.76616
2006 - 2007 2841726.02 23497047 22484682 2683651.69 1.045024653 2804482.176 37243.84447
2007 - 2008 3009319.13 24900574 23497047 2841726.02 1.059732059 3011468.167 -2149.036563
2008 - 2009 3187822.91 26228270 24900574 3009319.13 1.053319895 3169775.711 18047.19889
2009 - 2010 3380512.59 27756100 26228270 3187822.91 1.058251269 3373517.638 6994.951503
2010 - 2011 3609055.93 30753670 27756100 3380512.59 8.210618733 27756100 -24147044.07
4. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Klungkung
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 1015185.58 22484682 21072445 1.067018184 1083221.474 68035.89417
2 2006 - 2007 1066284.61 23497047 22484682 1.045024653 1114293.704 48009.09433
3 2007 - 2008 1125323.88 24900574 23497047 1.059732059 1192541.793 67217.9125
4 2008 - 2009 1182357.06 26228270 24900574 1.053319895 1245400.215 63043.15471
5 2009 - 2010 1240542.93 27756100 26228270 1.058251269 1312806.129 72263.19939
6 2010 - 2011 1307889.96 30753670 27756100 1.107996801 1449137.891 141247.9314
151
(P + D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 1066284.61 22484682 21072445 1015185.58 1.067018184 1083221.474 -16936.86417
2006 - 2007 1125323.88 23497047 22484682 1066284.61 1.045024653 1114293.704 11030.17567
2007 - 2008 1182357.06 24900574 23497047 1125323.88 1.059732059 1192541.793 -10184.7325
2008 - 2009 1240542.93 26228270 24900574 1182357.06 1.053319895 1245400.215 -4857.284713
2009 - 2010 1307889.96 27756100 26228270 1240542.93 1.058251269 1312806.129 -4916.169393
2010 - 2011 1383890.22 30753670 27756100 1307889.96 1.107996801 1449137.891 -65247.67135
5. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Tabanan
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 1896919.89 22484682 21072445 1.06701818 2024048.017 127128.1266
2 2006 - 2007 1996479.1 23497047 22484682 1.04502465 2086369.878 89890.77827
3 2007 - 2008 2111463.36 24900574 23497047 1.05973206 2237585.414 126122.0542
4 2008 - 2009 2221759.98 26228270 24900574 1.0533199 2340223.99 118464.0096
5 2009 - 2010 2342711.28 27756100 26228270 1.05825127 2479177.184 136465.904
6 2010 - 2011 2475715.96 30753670 27756100 1.1079968 2743085.363 267369.4031
(P + D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 1996479.1 22484682 21072445 1896919.89 1.06701818 2024048.017 -27568.91655
2006 - 2007 2111463.36 23497047 22484682 1996479.1 1.04502465 2086369.878 25093.48173
2007 - 2008 2221759.98 24900574 23497047 2111463.36 1.05973206 2237585.414 -15825.4342
2008 - 2009 2342711.28 26228270 24900574 2221759.98 1.0533199 2340223.99 2487.290359
2009 - 2010 2475715.96 27756100 26228270 2342711.28 1.05825127 2479177.184 -3461.223962
2010 - 2011 2619687.67 30753670 27756100 2475715.96 1.1079968 2743085.363 -123397.6931
152
6. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Bangli
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 868617.8 22484682 21072445 1.067018184 926830.988 58213.1877
2 2006 - 2007 905544.94 23497047 22484682 1.045024653 946316.787 40771.8465
3 2007 - 2008 946113.43 24900574 23497047 1.059732059 1002626.73 56513.30331
4 2008 - 2009 984129.5 26228270 24900574 1.053319895 1036603.18 52473.68196
5 2009 - 2010 1040363.41 27756100 26228270 1.058251269 1100965.9 60602.48841
6 2010 - 2011 1092116.41 30753670 27756100 1.107996801 1210061.49 117945.0783
(P + D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 905544.94 22484682 21072445 868617.8 1.067018184 926830.988 -21286.0477
2006 - 2007 946113.43 23497047 22484682 905544.94 1.045024653 946316.787 -203.3565035
2007 - 2008 984129.5 24900574 23497047 946113.43 1.059732059 1002626.73 -18497.23331
2008 - 2009 1040363.41 26228270 24900574 984129.5 1.053319895 1036603.18 3760.228043
2009 - 2010 1092116.41 27756100 26228270 1040363.41 1.058251269 1100965.9 -8849.48841
2010 - 2011 1155898.8 30753670 27756100 1092116.41 1.107996801 1210061.49 -54162.68828
7. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Buleleng
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 2609344.01 22484682 21072445 1.067018184 2784217.507 174873.4974
2 2006 - 2007 2748899.07 23497047 22484682 1.045024653 2872667.296 123768.2262
3 2007 - 2008 2908760.6 24900574 23497047 1.059732059 3082506.86 173746.2601
4 2008 - 2009 3078504.42 26228270 24900574 1.053319895 3242649.954 164145.5335
5 2009 - 2010 3266342.62 27756100 26228270 1.058251269 3456611.221 190268.6012
6 2010 - 2011 3457475.66 30753670 27756100 1.107996801 3830871.97 373396.3098
153
(P + D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 2748899.07 22484682 21072445 2609344.01 1.067018184 2784217.507 -35318.43743
2006 - 2007 2908760.6 23497047 22484682 2748899.07 1.045024653 2872667.296 36093.30384
2007 - 2008 3078504.42 24900574 23497047 2908760.6 1.059732059 3082506.86 -4002.440057
2008 - 2009 3266342.62 26228270 24900574 3078504.42 1.053319895 3242649.954 23692.66647
2009 - 2010 3457475.66 27756100 26228270 3266342.62 1.058251269 3456611.221 864.4387879
2010 - 2011 3668884.06 30753670 27756100 3457475.66 1.107996801 3830871.97 -161987.9098
8. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Karangasem
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 1436224.87 22484682 21072445 1.067018184 1532478.053 96253.18285
2 2006 - 2007 1505163.65 23497047 22484682 1.045024653 1572933.121 67769.47072
3 2007 - 2008 1583407.93 24900574 23497047 1.059732059 1677988.146 94580.21605
4 2008 - 2009 1663749.2 26228270 24900574 1.053319895 1752460.133 88710.93324
5 2009 - 2010 1747169.47 27756100 26228270 1.058251269 1848944.308 101774.838
6 2010 - 2011 1836131.65 30753670 27756100 1.107996801 2034427.994 198296.3439
(P + D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 1505163.65 22484682 21072445 1436224.87 1.067018184 1532478.053 -27314.40285
2006 - 2007 1583407.93 23497047 22484682 1505163.65 1.045024653 1572933.121 10474.80928
2007 - 2008 1663749.2 24900574 23497047 1583407.93 1.059732059 1677988.146 -14238.94605
2008 - 2009 1747169.47 26228270 24900574 1663749.2 1.053319895 1752460.133 -5290.663244
2009 - 2010 1836131.65 27756100 26228270 1747169.47 1.058251269 1848944.308 -12812.65804
2010 - 2011 1931438.83 30753670 27756100 1836131.65 1.107996801 2034427.994 -102989.1639
154
9. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Jembrana
No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj
1 2005 - 2006 1374979.23 22484682 21072445 1.067018184 1467127.841 92148.61127
2 2006 - 2007 1437155.72 23497047 22484682 1.045024653 1501863.157 64707.43729
3 2007 - 2008 1510412.67 24900574 23497047 1.059732059 1600632.729 90220.05886
4 2008 - 2009 1586806.71 26228270 24900574 1.053319895 1671415.078 84608.36773
5 2009 - 2010 1663345.45 27756100 26228270 1.058251269 1760237.433 96891.98254
6 2010 - 2011 1739284.69 30753670 27756100 1.107996801 1927121.872 187837.182
(P + D)j
Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo
2005 - 2006 1437155.72 22484682 21072445 1374979.23 1.067018184 1467127.841 -29972.12127
2006 - 2007 1510412.67 23497047 22484682 1437155.72 1.045024653 1501863.157 8549.512711
2007 - 2008 1586806.71 24900574 23497047 1510412.67 1.059732059 1600632.729 -13826.01886
2008 - 2009 1663345.45 26228270 24900574 1586806.71 1.053319895 1671415.078 -8069.627728
2009 - 2010 1739284.69 27756100 26228270 1663345.45 1.058251269 1760237.433 -20952.74254
2010 - 2011 1836899.79 30753670 27756100 1739284.69 1.107996801 1927121.872 -90222.08203
155
VI. Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share Per Sektor
1. Kota Denpasar
Rata-rata Gj
Sektor 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 17804.54 9615.93 7262.75 24541.35 612.18 5869.95 10951.11667
Pertambangan 0.65 0.67 0.57 12.41 0.61 1.04 2.658333333
Industri Pengolahan 22525.74 49460.34 43241.59 46774.13 51211.87 23978.21 39531.98
Listrik, G, A 12224.72 6303.7 13967.94 16190.75 13150.71 14489.33 12721.19167
Bangunan 9500 6447.71 8813.03 6444.09 6589.06 8435.92 7704.968333
Perdagangan, H, R 77715.27 154956.08 171510.87 138752.92 167627.38 214195.58 154126.35
Pengangkutan, K 32114.28 27939.41 29077.74 43357.77 37832.58 33837.59 34026.56167
Keuangan,Persw, Js. P 29898.62 22442.01 25416.3 27012.55 59438.97 62253.65 37743.68333
Jasa-jasa lain 43507.11 14260.91 22086.66 25265.11 15702.53 23695.7 24086.33667
Jumlah 245290.93 291426.76 321377.45 328351.08 352165.89 386756.97 320894.8467
Rata-rata Nj
Sektor 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 21816.87984 15458.82096 21082.86125 19206.8923 22412.835 41619.1041 23599.56556
Pertambangan 15.33375958 10.33090594 13.74554165 12.3003677 14.1608837 26.3199004 15.3652265
Industri Pengolahan 32762.81174 23025.16837 33500.76288 32210.1362 37913.7909 75822.2007 39205.81181
Listrik, G, A 10182.34552 7391.192514 10182.07628 9833.81262 11686.4391 23086.6813 12060.42456
Bangunan 9459.439179 6782.844657 9383.612147 8846.2033 10039.734 19325.0826 10639.48597
Perdagangan, H, R 99493.20629 70341.36549 102574.3872 100708.101 118104.773 237067.333 121381.5276
Pengangkutan, K 36334.39686 25856.37779 35971.30418 33660.253 39299.0166 76945.4636 41344.46867
Keuangan,Persw, Js. P 38925.10256 27497.12557 37819.63513 35114.9404 39936.1131 80460.0499 43292.16111
Jasa-jasa lain 30596.94098 22514.75588 30721.08847 28600.8775 32717.7968 62354.0266 34584.24772
Jumlah 279586.4567 198877.9821 281249.4731 268193.517 312124.659 616706.262 326123.0582
156
Rata-rata Dj
Sektor 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 4445.974649 1064.758976 5114.075336 4094.01024 -6037.6342 -35975.351 -4549.027712
Pertambangan -5.15483864 -6.141416401 -7.52963659 0.25600161 -25.468487 -52.51261 -16.0918311
Industri Pengolahan 1213.757657 2665.201073 -2589.78156 14196.2743 11917.742 -41943.71 -2423.419368
Listrik, G, A 2242.93639 -6641.714567 -1348.32944 7504.76474 -4298.9045 365.331263 -362.6526811
Bangunan 3129.400179 -2729.819105 -1728.54054 4934.87407 -6036.9712 -23122.218 -4258.879151
Perdagangan, H, R 1788.714499 36490.29475 23421.64049 20970.1404 37852.9661 -25054.274 15911.58038
Pengangkutan, K -760.472433 -34418.58384 -24625.6147 11203.1122 -886.9443 -26416.174 -12650.77946
Keuangan,Persw, Js. P -9112.49685 370.6638297 -1678.38279 9718.07284 8518.32767 -2782.5724 838.9353808
Jasa-jasa lain -34628.0216 44891.41661 -1857.80297 -4981.60252 -32345.818 -48866.254 -12964.6803
Jumlah -31685.3624 41686.07631 -5300.26578 67639.9023 8657.29552 -203847.73 -20475.01474
Rata-rata Pj
Sektor 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -8458.31585 -6907.650894 -18934.1863 1240.44919 -15763.02 226.197244 -8099.421122
Pertambangan -9.5289219 -3.51949018 -5.64590485 -0.14636827 11.9176034 27.2327095 3.38493795
Industri Pengolahan -11450.8314 23769.96913 12330.60918 367.722256 1380.33799 -9900.2808 2749.587722
Listrik, G, A -200.562546 5554.221596 5134.193319 -1147.8265 5763.17565 -8962.6825 1023.419829
Bangunan -3088.83995 2394.684028 1157.958531 -7336.9866 2586.29751 12233.0558 1324.361551
Perdagangan, H, R -23566.657 48124.41541 45514.84381 17074.6876 11669.6442 2182.52143 16833.24257
Pengangkutan, K -3459.64669 36501.61445 17732.05104 -1505.59228 -579.49133 -16691.7 5332.872584
Keuangan,Persw, Js. P 86.01186839 -5425.781098 -10724.9518 -17820.4602 10984.5302 -15423.827 -6387.413035
Jasa-jasa lain 47538.18872 -53145.26388 -6776.62503 1645.83747 15330.5515 10207.9274 2466.769352
Jumlah -2610.18178 50862.68925 45428.24691 -7482.31544 31383.9432 -26101.556 15246.80439
157
2. Kabupaten Badung
Rata-rata Gj
Sektor 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 37312.75 6828.76 3667.35 13309.72 33047.86 16854.27 18503.4517
Pertambangan 348.98 -317.36 190.28 215.4 181.04 276.01 149.058333
Industri Pengolahan 3978.74 6883.36 6700.7 9047.46 15190.15 7408.09 8201.41667
Listrik, G, A 4092.26 5684.24 6014.48 5481.09 5945.02 6335.86 5592.15833
Bangunan 6172.39 10170.14 11120.51 8580.29 9132.81 20197 10895.5233
Perdagangan, H, R 67355.67 130980.21 143673.66 167542.79 181618.38 211709.3 150480.002
Pengangkutan, K 60698.71 132293.08 145389.35 101904.58 83887.68 90013.09 102364.415
Keuangan,Persw, Js. P 5861.03 3278.73 3442.65 3289.93 4374.5 3540.77 3964.60167
Jasa-jasa lain 31871.69 15774.9 15794.68 22823.47 24671.52 37507.74 24740.6667
Jumlah 217692.22 311576.06 335993.66 332194.73 358048.96 393842.13 324891.293
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 26379.121 19402.20993 26147.8843 23536.48519 26488.6 52678.448 29105.4581
Pertambangan 356.91403 255.4973291 319.999578 295.7937448 335.697991 641.929739 367.638736
Industri Pengolahan 8570.712434 5937.180875 8287.73253 7755.335733 8999.62549 18325.6303 9646.03623
Listrik, G, A 4505.482121 3211.158938 4599.62308 4426.550915 5155.22749 10199.7416 5349.63069
Bangunan 13975.08327 9666.753634 13431.9053 12582.952 14246.5178 27399.1003 15217.052
Perdagangan, H, R 133895.5602 92987.37228 131185.638 124763.6936 146062.229 290410.932 153217.571
Pengangkutan, K 69051.41843 49123.57347 73072.0449 72980.0002 85665.7349 167882.323 86295.8491
Keuangan,Persw, Js. P 8626.917231 6059.690246 8234.94791 7534.49857 8422.98044 16088.4853 9161.25327
Jasa-jasa lain 24885.3749 18153.68854 25025.9018 23181.57407 26655.0524 52082.4299 28330.6703
Jumlah 290246.5836 204797.1252 290305.678 277056.884 322031.666 635709.02 336691.159
158
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 21160.7056 -3903.72832 1002.46994 -11746.8328 25188.7797 -36110.4824 -734.848046
Pertambangan 213.8645158 -485.815575 1.71847506 -76.8739204 -437.176757 -1030.11247 -302.399288
Industri Pengolahan -1596.449136 -5183.05356 -4637.49401 1203.587299 5862.87285 -8524.72032 -2145.87615
Listrik, G, A -324.4775279 60.00769671 -904.449351 1571.217248 -1752.51142 95.849306 -209.060675
Bangunan -3239.337404 -2909.46263 -3968.922 6433.562085 -8783.69843 -24546.126 -6168.99739
Perdagangan, H, R -34824.45927 -25624.9682 -45722.3543 21625.8825 21124.1023 -81375.2547 -24132.8419
Pengangkutan, K -1777.854416 13821.43961 36296.4486 32188.91471 -514.85199 -41450.6951 6427.23356
Keuangan,Persw, Js. P -2784.950461 -1585.2519 -2457.01827 -420.889724 -6365.24259 -9463.62555 -3846.16308
Jasa-jasa lain -31677.86693 40472.33309 -3710.87165 -1692.08571 -14473.268 -23101.0628 -5697.13701
Jumlah -54850.82503 14661.50024 -24100.4726 49086.4817 19849.0056 -225506.23 -36810.09
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian -10227.07824 -8669.72281 -23483.0038 1520.069653 -18629.5191 286.304093 -9867.15837
Pertambangan -221.7985679 -87.0417702 -131.438049 -3.51979871 282.518774 664.192723 83.8188852
Industri Pengolahan -2995.523832 6129.23232 3050.4616 88.53764332 327.651883 -2392.82012 701.256582
Listrik, G, A -88.74487341 2413.073166 2319.30634 -516.677777 2542.30406 -3959.73095 451.588327
Bangunan -4563.356732 3412.848399 1657.52688 -10436.223 3669.99101 17344.0255 1847.46868
Perdagangan, H, R -31715.43923 63617.80014 58210.3779 21153.22474 14432.0522 2673.62053 21395.2727
Pengangkutan, K -6574.858311 69348.06388 36020.8577 -3264.32855 -1263.20083 -36418.5386 9641.33254
Keuangan,Persw, Js. P 19.06269273 -1195.70872 -2335.27951 -3823.67819 2316.76236 -3084.08981 -1350.48853
Jasa-jasa lain 38664.18048 -42851.1228 -5520.34973 1333.983655 12489.7363 8526.37262 2107.13342
Jumlah -17703.55662 92117.42185 69788.4593 6051.388381 16168.2967 -16360.664 25010.2243
159
3. Kabupaten Gianyar
Rata-rata Gj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 31335.74 21573.94 5609.83 9740.23 8511.98 17450.43 15703.69167
Pertambangan 338.97 383.22 410.44 575.67 828.09 1894.9 738.5483333
Industri Pengolahan 20417.16 33897.18 38636.14 41290.93 44419.92 21095.87 33292.86667
Listrik, G, A 1435.35 2014.46 2285.23 1869.63 2020.63 2369.84 1999.19
Bangunan 2103.97 5220.65 6634.75 13239.54 14695.19 10223.76 8686.31
Perdagangan, H, R 33388.64 45343.7 52633.86 45054.42 49652.6 72261.95 49722.52833
Pengangkutan, K 6945.72 8615.13 7246.63 7276.94 8442.42 7574.98 7683.636667
Keuangan,Persw, Js. P 8279.68 9862.1 10613.13 12817.85 13891.39 10684.12 11024.71167
Jasa-jasa lain 28401.71 31163.95 43523.1 46638.57 50227.46 84987.49 47490.38
Jumlah 132646.94 158074.33 167593.11 178503.78 192689.68 228543.34 176341.8633
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 33040.90636 23608.66712 32609.15079 29407.7159 32694.91283 61535.04366 35482.73277
Pertambangan 697.0473778 483.5575371 664.4032873 614.965067 705.3745311 1397.182694 760.421749
Industri Pengolahan 31531.59462 22103.06489 31347.83248 30042.758 35226.55613 70106.60719 36726.40222
Listrik, G, A 1443.72842 1034.56245 1492.832603 1454.42717 1697.850349 3366.005415 1748.234402
Bangunan 7421.020918 5080.375743 7051.732854 6648.50259 8034.619224 16483.07223 8453.220593
Perdagangan, H, R 53030.74997 37130.823 51968.16808 49195.8841 56370.31552 109871.8674 59594.63467
Pengangkutan, K 8158.606923 5793.904334 8201.096555 7707.10895 8843.803343 17308.0058 9335.420984
Keuangan,Persw, Js. P 8329.937559 5969.070034 8507.964637 8160.53658 9661.931945 19413.27275 10007.11892
Jasa-jasa lain 27310.10337 19626.45295 27898.96785 27224.6968 32459.36916 65603.48834 33353.84641
Jumlah 170963.6955 120830.4781 169742.1491 160456.595 185694.733 365084.5455 195462.0327
160
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 11104.657 8514.61609 2286.445413 -21566.7379 -1188.492836 -44419.05262 -7544.760801
Pertambangan 75.0916257 64.39880879 18.93668102 -31.9772341 -470.9179368 -947.9215386 -215.3982657
Industri Pengolahan -93.9241244 -11023.9244 -4249.873159 10905.1959 7910.861644 -39856.75453 -6068.069777
Listrik, G, A 20.05873467 202.4601386 39.65397386 584.967226 -514.5163991 310.5810049 107.2007798
Bangunan -2893.82677 -1653.353254 -1287.182206 12105.2651 4590.80341 -16693.33447 -971.9380242
Perdagangan, H, R -7080.87879 -17190.37328 -22393.89474 -12482.4407 -12287.52738 -38621.43436 -18342.75821
Pengangkutan, K -436.050608 -5358.066619 -4997.196213 -85.4363555 -270.9750972 -5978.417984 -2854.357146
Keuangan,Persw, Js. P -68.6645421 5070.856977 4517.867519 8798.69998 1571.919148 -5007.716211 2480.493811
Jasa-jasa lain -41339.8541 57865.0255 21778.23887 17847.2304 2558.631391 8644.107725 11225.5633
Jumlah -40713.3916 36491.63996 -4287.003861 16074.7665 1899.785944 -142569.943 -22184.02433
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian -12809.8254 -10549.34467 -29285.76571 1899.25454 -22994.4392 334.4391374 -12234.28022
Pertambangan -433.169047 -164.7363757 -272.8999583 -7.31777898 593.6334229 1445.638849 193.524852
Industri Pengolahan -11020.5125 22818.03814 11538.18115 342.978703 1282.503085 -9153.982477 2634.534359
Listrik, G, A -28.4372443 777.4373474 752.7434454 -169.764273 837.2960914 -1306.74641 143.7548261
Bangunan -2423.22462 1793.627197 870.1994591 -5514.22715 2069.767563 10434.02229 1205.027457
Perdagangan, H, R -12561.2345 25403.24798 23059.58745 8340.98095 5569.813237 1011.517283 8470.652069
Pengangkutan, K -776.836823 8179.291927 4042.729782 -344.731923 -130.4080297 -3754.607764 1202.572862
Keuangan,Persw, Js. P 18.40646385 -1177.82738 -2412.702028 -4141.38585 2657.539143 -3721.43649 -1462.901023
Jasa-jasa lain 42431.45904 -46327.52967 -6154.106294 1566.64515 15209.46024 10739.89411 2910.970429
Jumlah 2396.625424 752.2044957 2137.967296 1972.43237 5095.165553 6028.738528 3063.855612
161
4. Kabupaten Klungkung
Rata-rata Gj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 14549.34 15319.18 6663.99 15466.45 8585.99 4216.88 10800.305
Pertambangan -12.65 470.8 1689.92 -785.76 -20.38 -488.65 142.2133333
Industri Pengolahan 3675.35 3865.54 8053.94 7265.95 8322.73 4227.73 5901.873333
Listrik, G, A 717.75 871.97 1203.72 1220.39 1301.9 1313.94 1104.945
Bangunan 2395.43 4056.58 4018.21 7226.06 5816.83 6533.05 5007.693333
Perdagangan, H, R 14279.32 15842.94 19767.84 14455.43 20313.35 27051.97 18618.475
Pengangkutan, K 2160.74 2319.61 3236.55 2757.24 3612.43 4317.51 3067.346667
Keuangan,Persw, Js. P 1668.92 2070.4 1733.31 2055.26 2837.07 2414.7 2129.943333
Jasa-jasa lain 11664.83 14222.25 10665.7 8524.85 16577.11 26411.13 14677.645
Jumlah 51099.03 59039.27 57033.18 58185.87 67347.03 75998.26 61450.44
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 23633.4123 16532.65301 22848.12998 20750.73582 23570.8383 44627.1682 25327.15627
Pertambangan 3186.768744 2140.389016 2867.674079 2649.939312 2849.25131 5280.25951 3162.380329
Industri Pengolahan 6101.237931 4264.460198 5888.353025 5685.681158 6634.78051 13199.5915 6962.350719
Listrik, G, A 689.6861009 495.6664664 709.6616718 697.662632 833.276248 1685.48015 851.9055455
Bangunan 3559.59423 2499.286354 3557.992121 3390.296787 4124.78051 8275.46763 4234.569606
Perdagangan, H, R 14346.99261 10281.62421 14586.47288 14074.65299 16218.415 32262.4254 16961.76386
Pengangkutan, K 3543.211636 2477.713243 3425.619305 3230.455991 3689.84217 7231.03165 3932.978999
Keuangan,Persw, Js. P 1868.303334 1330.319921 1888.541373 1778.228796 2062.41239 4130.06982 2176.312606
Jasa-jasa lain 11106.68305 7986.978944 11445.46908 10785.50672 12279.6034 24556.4379 13026.77985
Jumlah 68035.88994 48009.09136 67217.91351 63043.16021 72263.1999 141247.932 76636.19778
162
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian 78.50434439 6174.01015 4335.406729 -6624.4401 1592.59986 -40652.8339 -5849.458824
Pertambangan -1219.05201 -940.410297 0.127156955 -3404.16612 -5267.52172 -11232.2954 -3677.219738
Industri Pengolahan -293.463058 -4801.3242 -1.73611283 1515.359599 1446.39522 -7248.36015 -1563.854782
Listrik, G, A 41.64866327 3.827561231 136.21971 604.1603062 57.6929847 282.794847 187.7240121
Bangunan -1.8316065 674.9201783 21.15382164 6647.654809 629.480549 -6980.90789 165.0783106
Perdagangan, H, R 3330.655547 -1472.91217 -1291.01873 -2005.52734 2492.43309 -5506.47405 -742.140608
Pengangkutan, K -1045.09842 -3655.90708 -1877.72797 -328.720372 -23.0028541 -1343.90143 -1379.059687
Keuangan,Persw, Js. P -203.511796 1002.58106 380.324196 1179.463631 207.3858 -923.654126 273.7647942
Jasa-jasa lain -16698.2061 25088.2444 1744.935008 -2881.30775 -1456.33723 -2165.42244 605.3176475
Jumlah -16010.3544 22073.02961 3447.683807 -5297.52333 -320.874296 -75771.0546 -11979.84887
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata
Pertanian -9162.57811 -7387.48418 -20519.5464 1340.156083 -16577.448 242.545885 -8677.392455
Pertambangan -1980.36694 -729.178851 -1177.88119 -31.5329622 2397.89043 5463.38594 657.0527379
Industri Pengolahan -2132.42525 4402.403736 2167.323177 64.90973799 241.554315 -1723.50131 503.3774009
Listrik, G, A -13.5848072 372.4759417 357.8386289 -81.4328774 410.930774 -654.334996 65.31544388
Bangunan -1162.33285 882.3733132 439.0641114 -2811.8913 1062.56897 5238.49028 608.0454213
Perdagangan, H, R -3398.32906 7034.227317 6472.386069 2386.305576 1602.50201 297.018715 2399.018439
Pengangkutan, K -337.373439 3497.803684 1688.658717 -144.495337 -54.4092894 -1568.6202 513.5940222
Keuangan,Persw, Js. P 4.128345204 -262.501063 -535.555541 -902.432272 567.271824 -791.715685 -320.1340653
Jasa-jasa lain 17256.35236 -18852.9738 -2524.70391 620.6519725 5753.8439 4020.11462 1045.547517
Jumlah -926.509741 -11042.8539 -13632.4163 440.2386199 -4595.2951 10523.3832 -3205.575538
163
5. Kabupaten Tabanan
Rata-rata Gj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 28353.13 31945.46 13295.64 34777.74 26444.6 22507.55 26220.68667
Pertambangan 530.47 616.04 616.11 152.82 367.41 803.43 514.38
Industri Pengolahan 7140.36 9161.57 9434.94 6208.61 8133.73 3690.01 7294.87
Listrik, G, A 1668.44 1917.86 1995.06 743.49 2165.85 2059.72 1758.403333
Bangunan 3140.4 4159.97 4297.03 7140.5 5014.82 6524.69 5046.235
Perdagangan, H, R 19673.62 25280.52 32353.51 40310.63 34569.31 40751.69 32156.54667
Pengangkutan, K 8477.6 9527.78 10039.84 5589.31 6757.76 5858.89 7708.53
Keuangan,Persw, Js. P 11238.78 11382.59 11709.55 6910.53 16484.42 12853.86 11763.28833
Jasa-jasa lain 19336.41 20992.47 26554.94 19117.67 33066.78 48921.87 27998.35667
Jumlah 99559.21 114984.26 110296.62 120951.3 133004.68 143971.71 120461.2967
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 51409.30006 35814.76644 49421.914 44825.45714 50997.05353 97403.54616 54978.67289
Pertambangan 380.3797755 279.4337838 407.5088383 396.614211 442.1976233 859.5054924 460.9399541
Industri Pengolahan 8326.118193 5915.206595 8394.662477 7996.576288 9097.810919 17745.59355 9579.328004
Listrik, G, A 1006.007219 750.9841472 1110.85265 1097.980443 1242.838029 2538.104075 1291.127761
Bangunan 4663.080062 3274.180391 4592.182853 4328.335126 5144.59081 10079.56274 5346.988664
Perdagangan, H, R 25789.11438 18211.63167 25670.5624 24639.94638 29266.95375 57993.77725 30261.99764
Pengangkutan, K 6806.8442 4954.725453 7142.312342 6910.917541 7875.668401 15331.16309 8170.271838
Keuangan,Persw, Js. P 6676.331656 4991.364712 7301.711525 7142.234197 8205.341464 16992.81913 8551.633781
Jasa-jasa lain 22070.94308 15698.47952 22080.34902 21125.95863 24193.45279 48425.32989 25599.08549
Jumlah 127128.1186 89890.77271 126122.0561 118464.02 136465.9073 267369.4014 144240.046
164
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -3124.9961 12134.23418 8258.7708 -12942.7002 11313.94237 -75425.379 -9964.354656
Pertambangan 386.4711845 431.8025412 375.9831587 -239.074664 -446.935 -945.389793 -72.8570954
Industri Pengolahan 1724.277725 -2860.184192 -2049.5416 -1879.25732 -1295.30724 -11738.5003 -3016.418821
Listrik, G, A 682.2481298 602.5375943 324.0728617 -226.331403 310.1055551 506.9555059 366.5980407
Bangunan -0.02053081 -270.1603293 -861.838323 6402.05978 -1455.04907 -9935.38135 -1020.06497
Perdagangan, H, R -6.90591389 -5390.696444 -4707.72828 11493.0736 2410.560732 -17775.9978 -2329.615686
Pengangkutan, K 2318.881615 -2421.563473 -623.274436 -1012.48793 -1001.776 -6146.49984 -1481.12001
Keuangan,Persw, Js. P 4547.695397 7376.129829 6478.469454 3392.904602 6022.178539 -881.512724 4489.310849
Jasa-jasa lain -37025.9578 42349.6805 9345.194976 -3223.98005 -2462.97871 -7431.13194 258.4711565
Jumlah -30498.3063 51951.78021 16540.10861 1764.206443 13394.74117 -129772.837 -12770.05119
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -19931.1772 -16003.54283 -44385.0441 2894.986934 -35866.3946 529.3822239 -18793.63159
Pertambangan -236.380984 -95.19634227 -167.381991 -4.7195122 372.1473872 889.3142949 126.2971422
Industri Pengolahan -2910.03644 6106.547232 3089.819254 91.29173044 331.2265476 -2317.08337 731.9608257
Listrik, G, A -19.8154117 564.338212 560.1345049 -128.158945 612.9064463 -985.339597 100.6775349
Bangunan -1522.65982 1155.949735 566.6855393 -3589.89453 1325.278384 6380.508544 719.3113086
Perdagangan, H, R -6108.59008 12459.58365 11390.67627 4177.612158 2891.796238 533.9101804 4224.164737
Pengangkutan, K -648.12624 6994.617714 3520.802202 -309.119011 -116.132207 -3325.77336 1019.378184
Keuangan,Persw, Js. P 14.75253042 -984.904849 -2070.63087 -3624.60818 2256.900198 -3257.44652 -1277.656281
Jasa-jasa lain 34291.42338 -37055.69099 -4870.60366 1215.693267 11336.30652 7927.671734 2140.800042
Jumlah 2929.389769 -26858.29847 -32365.5428 723.0839159 -16855.9651 6375.144132 -11008.6981
165
6. Kabupaten Bangli
Rata-rata Gj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 17412.81 15254.48 1867.32 35147 5073.74 9770.53 14087.64667
Pertambangan 38.34 26.93 23.79 22.65 29.58 61.05 33.72333333
Industri Pengolahan 3774.86 3936.26 5489 6658.74 3397.15 1438.01 4115.67
Listrik, G, A 252.28 234.71 368.16 593.18 691.4 751.06 481.7983333
Bangunan 1698.05 2704.37 3622.85 -6712.68 6189.49 2135.39 1606.245
Perdagangan, H, R 1883.19 6727.41 12968.45 8175.34 15935.82 20359.33 11008.25667
Pengangkutan, K 243.11 748.91 741.64 630.62 1126.78 981.27 745.3883333
Keuangan,Persw, Js. P 2177.06 2185.35 2529.92 538.31 2030.64 1316.49 1796.295
Jasa-jasa lain 9447.44 8750.07 10404.94 11180.75 17278.4 26969.26 14005.14333
Jumlah 36927.14 40568.49 38016.07 56233.91 51753 63782.39 47880.16667
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 20699.35772 14690.40147 20400.23789 18309.86384 22050.63613 41429.42825 22929.98755
Pertambangan 97.80164062 67.43206757 91.06749868 82.55999996 91.51507522 172.8618396 100.5396869
Industri Pengolahan 4401.252096 3126.843528 4383.35539 4205.480744 4982.310927 9603.995678 5117.206394
Listrik, G, A 248.4879973 178.2998652 250.561656 243.2944381 300.3493732 631.5112938 308.7507706
Bangunan 2968.335049 2070.662942 2908.587554 2789.524412 2656.495577 5593.539872 3164.524234
Perdagangan, H, R 15523.29839 10513.76726 14349.95662 13500.98365 15225.86608 29949.4979 16510.56165
Pengangkutan, K 1241.659895 845.1270884 1165.923818 1080.307562 1216.955825 2377.902724 1321.312819
Keuangan,Persw, Js. P 1965.367775 1418.409298 2012.271557 1931.151869 2141.114553 4188.89028 2276.200889
Jasa-jasa lain 11067.62351 7860.900469 10951.34218 10330.52001 11937.24636 23997.45077 12690.84722
Jumlah 58213.18407 40771.84399 56513.30416 52473.68653 60602.4899 117945.0786 64419.93121
166
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 4738.508044 7128.366392 -211.7846233 15654.62184 -1468.611034 -31884.0645 -1007.160647
Pertambangan 1.315633003 -17.52959469 -29.87202827 -58.92756976 -138.9528911 -290.6687574 -89.10586804
Industri Pengolahan 911.8759645 -2418.572022 -507.7347681 2405.248373 -1766.553193 -6911.969637 -1381.284214
Listrik, G, A 8.686476973 -77.57596308 -8.744447653 378.283501 242.9331299 364.7132322 151.3826549
Bangunan -301.019329 -97.34084219 355.3363414 -7188.58978 2848.664811 -6998.941213 -1896.981669
Perdagangan, H, R -9963.152285 -10979.40711 -7748.944244 -7614.684527 -794.476353 -9865.892945 -7827.759577
Pengangkutan, K -880.3230324 -1289.288474 -999.0258369 -401.3663006 -72.23093507 -880.796743 -753.8385537
Keuangan,Persw, Js. P 207.3492767 1046.823628 1088.291615 -412.8025892 -699.3935459 -2069.408968 -139.8567639
Jasa-jasa lain -18815.85011 19444.53922 1869.304694 255.7611252 -252.2718935 -956.7939903 257.4481742
Jumlah -24092.60936 12740.01523 -6193.173298 3017.544073 -2100.891905 -59493.82352 -12687.15646
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -8025.057051 -6564.28877 -18321.13296 1182.515917 -15508.28456 225.1663674 -7835.180176
Pertambangan -60.77727971 -22.97247704 -37.40546903 -0.98242301 77.01781813 178.8569182 22.28951459
Industri Pengolahan -1538.268335 3227.988301 1613.379444 48.0112489 181.3923879 -1254.016014 379.7478388
Listrik, G, A -4.894489706 133.9860868 126.3427954 -28.39791789 148.1175042 -245.1645243 21.66490908
Bangunan -969.2659051 731.047772 358.9261489 -2313.614388 684.3296767 3540.791356 338.7024434
Perdagangan, H, R -3676.957072 7193.049202 6367.437837 2289.042053 1504.43065 275.7251284 2325.454633
Pengangkutan, K -118.2269396 1193.071334 574.7420371 -48.32116759 -17.94485983 -515.835974 177.9140717
Keuangan,Persw, Js. P 4.342826178 -279.8830131 -570.6431413 -980.0391112 588.919045 -802.9913008 -340.0491159
Jasa-jasa lain 17195.66591 -18555.37017 -2415.706711 594.469763 5593.425829 3928.603291 1056.847985
Jumlah 2806.561664 -12943.37173 -12304.06002 742.6839742 -6748.596509 5331.135248 -3852.607896
167
7. Kabupaten Buleleng
Rata-rata Gj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 36072.38 33003.89 7970.28 26529.27 17742.98 21122.7 23740.25
Pertambangan 697.4 975.17 890.32 979.16 898.26 1888.16 1054.745
Industri Pengolahan 13548.87 15913.87 22193.23 22564.57 23913.61 10788.82 18153.82833
Listrik, G, A 1813.84 1824.95 2233.54 2936.09 3022.33 3276.89 2517.94
Bangunan 4248.14 4797.56 6483.66 7214.47 5567.12 7136.34 5907.881667
Perdagangan, H, R 36143.33 46714.03 61447.3 58194.19 72736.72 95492 61787.92833
Pengangkutan, K 4331.57 6153.75 6329.08 6833.89 6310.35 6880.6 6139.873333
Keuangan,Persw, Js. P 6162.01 6258.98 7249.39 5926.48 7012.7 4644.41 6208.995
Jasa-jasa lain 36537.52 44219.33 54947.02 56660.08 53928.97 60178.48 51078.56667
Jumlah 139555.06 159861.53 169743.82 187838.2 191133.04 211408.4 176590.0083
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 48445.39425 34171.08982 47304.54867 42651.4406 48141.48598 91169.62936 51980.59811
Pertambangan 1205.384294 841.2103941 1174.242702 1095.661028 1254.032176 2421.962178 1332.082129
Industri Pengolahan 17879.90825 12622.2455 17695.90053 16979.60912 19864.4083 39410.84708 20742.15313
Listrik, G, A 1456.580496 1060.238207 1515.575585 1471.97262 1779.141162 3624.897506 1818.067596
Bangunan 4433.211726 3169.624149 4491.557628 4355.102782 5178.142959 10201.41454 5304.842297
Perdagangan, H, R 46738.58797 33027.60508 46606.47681 44879.69521 52420.34583 105041.7061 54785.73617
Pengangkutan, K 6357.540918 4466.197644 6292.66799 5954.624068 6903.429074 13480.33026 7242.464992
Keuangan,Persw, Js. P 7719.048084 5463.310392 7621.775614 7190.124531 8200.338845 15960.62907 8692.537756
Jasa-jasa lain 40637.83056 28946.69733 41043.51716 39567.31787 46527.28154 92084.89469 48134.58986
Jumlah 174873.4865 123768.2185 173746.2627 164145.5478 190268.6059 373396.3108 200033.072
168
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 6409.065639 14101.87711 3149.20358 -18876.74812 3459.559842 -70542.43038 -10383.24539
Pertambangan 241.0825988 420.5396213 198.3909808 -103.4631098 -1411.148232 -3039.761222 -615.7265605
Industri Pengolahan 1918.1134 -9738.916649 -2015.991591 5391.117166 3325.993117 -23476.06116 -4099.290953
Listrik, G, A 385.949806 -32.02004945 -46.24689123 1635.929728 365.8041695 1059.245678 561.4437401
Bangunan 1262.527715 508.8995119 1437.834277 6471.463056 -944.9444577 -9522.716946 -131.1561406
Perdagangan, H, R 475.5680896 -8909.586968 -5839.645851 5705.311668 15136.84907 -10516.75504 -658.0431719
Pengangkutan, K -1420.626316 -4617.407793 -3065.557993 1145.61133 -491.2830433 -3675.456144 -2020.78666
Keuangan,Persw, Js. P -1574.09516 1873.69927 1789.009649 2385.268109 -3443.162858 -8256.638695 -1204.319948
Jasa-jasa lain -67238.94056 83600.25904 22957.10604 14815.86431 -14399.56092 -46981.5582 -1207.805048
Jumlah -59541.35479 77207.34309 18564.1022 18570.35414 1598.106688 -174952.1321 -19758.93013
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -18782.0829 -15269.07904 -42483.47153 2754.581238 -33858.06464 495.5012687 -17857.1026
Pertambangan -749.0669681 -286.5800674 -482.3136646 -13.03782226 1055.376087 2505.95905 338.3894358
Industri Pengolahan -6249.15276 13030.54037 6513.32133 193.8451961 723.2090707 -5145.965808 1510.966233
Listrik, G, A -28.69039279 796.7317769 764.211329 -171.8122203 877.3847126 -1407.253174 138.4286719
Bangunan -1447.599717 1119.036143 554.2681635 -3612.095459 1333.921625 6457.642433 734.1955314
Perdagangan, H, R -11070.82897 22596.00984 20680.46975 7609.187028 5179.526377 967.0491975 7660.235537
Pengangkutan, K -605.3449979 6304.959873 3101.970098 -266.3448795 -101.7958619 -2924.274075 918.1950261
Keuangan,Persw, Js. P 17.05659598 -1078.029999 -2161.395147 -3648.912014 2255.524215 -3059.580328 -1279.22278
Jasa-jasa lain 63138.62747 -68327.62816 -9053.602582 2276.901265 21801.25052 15075.14377 4151.782047
Jumlah 24222.91736 -41114.03926 -22566.54225 5122.312332 -733.6678946 12964.22233 -3684.132897
169
8. Kabupaten Karangasem
Rata-rata Gj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 17824.24 17291.93 10967.53 17839.28 12390.42 12980.75 14882.35833
Pertambangan 1570.88 1245.53 1356.07 2816.21 3998.72 4995.93 2663.89
Industri Pengolahan 1879.7 4319.37 4715.48 5785.19 6781.97 3367.68 4474.898333
Listrik, G, A 564.87 596.16 731.05 890.44 628.29 731.69 690.4166667
Bangunan 5461.77 6371.2 8175.53 4118.25 5354.19 4556.55 5672.915
Perdagangan, H, R 15026.52 7362.35 9558.05 11873.63 15519.19 18392.35 12955.34833
Pengangkutan, K 6283.98 6903.59 8154.01 8005.94 8262.74 7943.67 7592.321667
Keuangan,Persw, Js. P 4690.37 11183.93 11898.93 6368.17 7056.15 7809.12 8167.778333
Jasa-jasa lain 15636.45 22970.22 24784.62 25723.16 28970.51 34529.44 25435.73333
Jumlah 68938.78 78244.28 80341.27 83420.27 88962.18 95307.18 82535.66
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 31912.04543 22241.91686 30540.17499 27846.51399 31461.10084 59666.43765 33944.69829
Pertambangan 1470.991415 1058.980668 1479.297319 1392.802166 1685.665349 3557.042036 1774.129826
Industri Pengolahan 6955.244567 4757.356748 6569.363617 6115.579784 7018.182911 13744.01525 7526.623813
Listrik, G, A 448.7108416 326.8893147 469.2783589 457.8814421 552.0985469 1091.43403 557.7154224
Bangunan 3022.143276 2276.272959 3400.387886 3471.279051 4032.218733 8053.895994 4042.69965
Perdagangan, H, R 15157.65323 10859.89065 14847.06833 13762.88887 15727.42407 30834.38265 16864.88463
Pengangkutan, K 7428.228723 5273.421632 7408.363118 7047.855841 8166.043409 16032.04627 8559.326499
Keuangan,Persw, Js. P 3737.638078 2722.229961 4279.49209 4454.543862 5237.482946 10472.24028 5150.604536
Jasa-jasa lain 26120.5213 18252.50774 25586.79177 24161.59596 27894.62373 54844.85027 29476.81513
Jumlah 96253.17686 67769.46653 94580.21748 88710.94097 101774.8405 198296.3444 107897.4978
170
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -1715.63681 4988.634981 7855.00654 -11805.6582 3056.015115 -47009.9709 -7438.60155
Pertambangan 1014.012797 547.3184071 484.3858572 1439.981609 894.4221131 -2241.51701 356.4339622
Industri Pengolahan -2644.63847 -5349.23117 -4271.86593 -400.206863 -491.725688 -8581.74723 -3623.23589
Listrik, G, A 124.9974269 23.62482551 25.14350392 486.0036321 -196.076319 63.97112623 87.94403261
Bangunan 3426.462722 3291.28849 4355.526766 3526.028744 283.2469022 -8595.57821 1047.829236
Perdagangan, H, R 3459.213625 -10927.3927 -11877.037 -4222.70478 -1762.22206 -12725.9042 -6342.67452
Pengangkutan, K -436.956672 -5814.35511 -2906.30491 1273.328908 217.1107788 -4610.56104 -2046.28967
Keuangan,Persw, Js. P 944.4727199 8998.855067 8833.02309 4174.260336 378.0840761 -655.639204 3778.842681
Jasa-jasa lain -51067.2891 47802.09302 4841.902516 171.1871253 -11994.6742 -29294.0163 -6590.13282
Jumlah -46895.36176 43560.83581 7339.780433 -5357.779489 -9615.81928 -113650.963 -20769.8845
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -12372.17061 -9938.623213 -27427.65107 1798.426593 -22126.6952 324.2833799 -11623.7384
Pertambangan -914.1243045 -360.7691411 -607.6131534 -16.57365429 1418.63258 3680.404987 533.326219
Industri Pengolahan -2430.906534 4911.244132 2417.982408 69.81761206 255.5129488 -1794.58798 571.5104308
Listrik, G, A -8.838296496 245.6458396 236.6281443 -53.44503433 272.2677859 -423.715154 44.75721423
Bangunan -986.8361856 803.6384104 419.6153996 -2879.057493 1038.724463 5098.232241 582.3861392
Perdagangan, H, R -3590.347801 7429.851344 6588.018845 2333.447117 1553.988371 283.8716743 2433.138258
Pengangkutan, K -707.2925143 7444.523155 3651.951908 -315.2441352 -120.413988 -3477.81519 1079.284873
Keuangan,Persw, Js. P 8.258969491 -537.1551956 -1213.585115 -2260.633811 1440.583107 -2007.48105 -761.668849
Jasa-jasa lain 40583.2162 -43084.38189 -5644.073901 1390.379014 13070.56118 8978.606159 2549.051127
Jumlah 19580.95892 -33086.02656 -21578.72653 67.11620824 -3196.83873 10661.79907 -4591.95294
171
9. Kabupaten Jembrana
Rata-rata Gj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 9879.76 11904.16 6734.31 16878.49 -662.82 1884.24 7769.69
Pertambangan 265.25 264.93 193.11 289.46 335.77 844.78 365.55
Industri Pengolahan 4990.51 8775.98 9156.41 5405.15 4853.16 2580.12 5960.221667
Listrik, G, A 562.55 758.55 844.12 806.86 1157.59 1384.67 919.0566667
Bangunan 5365.58 4703.54 3459.29 5692.34 4436.48 6578.53 5039.293333
Perdagangan, H, R 16729.76 24462.02 24502.89 25688.41 25844.19 43408.46 26772.62167
Pengangkutan, K 9600.08 10899.32 15425.76 9591.07 13150.97 14340.13 12167.88833
Keuangan,Persw, Js. P 3811.69 3099.55 3142.85 4064.31 5632.53 4035.83 3964.46
Jasa-jasa lain 10971.31 8388.9 12935.3 8122.65 21191.37 22558.34 14027.97833
Jumlah 62176.49 73256.95 76394.04 76538.74 75939.24 97615.1 76986.76
Rata-rata Nj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian 25597.08786 17641.65787 24115.40776 21885.72241 24893.04937 46079.68086 26702.10102
Pertambangan 367.3809293 258.759365 359.1085474 330.8553115 378.3163681 737.6537898 405.3457185
Industri Pengolahan 6763.686503 4768.725922 6850.649055 6603.459535 7529.047132 14482.84296 7833.068518
Listrik, G, A 730.7474696 516.2647936 730.2136817 696.8345739 808.2829723 1623.558028 850.9835865
Bangunan 4643.122718 3360.960452 4739.778384 4415.418253 5155.37079 10037.08985 5391.956741
Perdagangan, H, R 22606.41498 15940.86072 22609.14798 21488.5766 24972.36197 49089.39727 26117.79325
Pengangkutan, K 13110.09503 9239.961374 12909.25577 12345.96371 14046.49048 27462.20198 14852.32806
Keuangan,Persw, Js. P 4447.512735 3159.580951 4376.808159 4074.539867 4688.130946 9300.005202 5007.762977
Jasa-jasa lain 13882.5573 9820.661845 13529.69089 12767.00483 14420.93488 29024.75261 15574.26706
Jumlah 92148.60552 64707.43329 90220.06023 84608.37509 96891.98491 187837.1825 102735.6069
172
Rata-rata Dj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -5793.44229 2145.535203 4276.571221 -6420.688046 -8048.505672 -44445.88094 -9714.401754
Pertambangan 126.1721045 94.32368602 -18.4967016 -37.45826873 -360.9321675 -656.1103926 -142.0836233
Industri Pengolahan 590.778729 -915.727285 -215.753951 -1273.696379 -2949.999073 -10011.66449 -2462.677075
Listrik, G, A -153.803919 -145.669687 -254.295411 191.3617112 -49.29826758 391.4076425 -3.382988363
Bangunan 2238.600039 155.9918957 -1865.38747 4939.042871 -2046.946038 -9812.182356 -1065.146843
Perdagangan, H, R -521.942765 -2384.86546 -8138.50708 556.5262516 -1595.629472 -6132.870601 -3036.214855
Pengangkutan, K -2261.71394 -11384.7547 -3847.11201 -2202.668989 -688.3948625 -7164.72488 -4591.561565
Keuangan,Persw, Js. P -645.650575 563.4229149 7.224066655 2057.556297 -345.0832625 -3481.406287 -307.3228076
Jasa-jasa lain -24480.4511 21749.5533 2390.062229 -5379.031002 13.22972829 -11218.03135 -2820.778029
Jumlah -30901.4537 9877.809857 -7665.6951 -7569.055554 -16071.55909 -92531.46365 -24143.56954
Rata-rata Pj
Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata
Pertanian -9923.88717 -7883.03416 -21657.6686 1413.457541 -17507.36309 250.4402013 -9218.009214
Pertambangan -228.303057 -88.153067 -147.50184 -3.937013945 318.3858087 763.2366048 102.2879059
Industri Pengolahan -2363.95565 4922.981068 2521.515 75.38741908 274.1121254 -1891.058432 589.8302546
Listrik, G, A -14.3935965 387.9548611 368.2017404 -81.33622441 398.6053151 -630.2956662 71.45607158
Bangunan -1516.14305 1186.587445 584.8991548 -3662.120739 1328.055374 6353.622534 712.4834538
Perdagangan, H, R -5354.71363 10906.02376 10032.24944 3643.309019 2467.458111 451.9334651 3691.043361
Pengangkutan, K -1248.30191 13044.11276 6363.616429 -552.2236466 -207.1252691 -5957.34702 1907.121891
Keuangan,Persw, Js. P 9.827562547 -623.454061 -1241.18216 -2067.785809 1289.482431 -1782.76889 -735.9801544
Jasa-jasa lain 21569.20292 -23181.3158 -2984.45291 734.6772796 6757.205743 4751.618817 1274.489348
Jumlah 929.3324273 -1328.29715 -6160.32376 -500.5721743 -4881.183451 2309.381614 -1605.277083
173
VII. Checking Perhitungan Shift Share
Total Pertambahan PDRB (Gj) = National Share (Nj) + Proporsional Shift (Pj) + Differential Shift (Dj) Maka, hal ini akan sama dengan
nilai rata-ratanya, sehingga Nilai rata-rata Gj = Nilai Rata-rata Nj + Nilai Rata-rata Pj + Nilai Rata-rata Dj
1. Kota Denpasar
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 10951.11667 23599.56556 -4549.02771 -8099.42112 10951.1167
Pertambangan 2.658333333 15.3652265 -16.0918311 3.38493795 2.65833335
Industri Pengolahan 39531.98 39205.81181 -2423.41937 2749.58772 39531.9802
Listrik, G, A 12721.19167 12060.42456 -362.652681 1023.41983 12721.1917
Bangunan 7704.968333 10639.48597 -4258.87915 1324.36155 7704.96837
Perdagangan, H, R 154126.35 121381.5276 15911.58038 16833.2426 154126.351
Pengangkutan, K 34026.56167 41344.46867 -12650.7795 5332.87258 34026.5618
Keuangan,Persw, Js. P 37743.68333 43292.16111 838.9353808 -6387.41304 37743.6835
Jasa-jasa lain 24086.33667 34584.24772 -12964.6803 2466.76935 24086.3368
Jumlah 320894.8467 326123.0582 -20475.0147 15246.8044 320894.848
2. Kabupaten Badung
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 18503.4517 29105.4581 -734.848046 -9867.15837 18503.45168
Pertambangan 149.058333 367.638736 -302.399288 83.8188852 149.0583332
Industri Pengolahan 8201.41667 9646.03623 -2145.87615 701.256582 8201.416662
Listrik, G, A 5592.15833 5349.63069 -209.060675 451.588327 5592.158342
Bangunan 10895.5233 15217.052 -6168.99739 1847.46868 10895.52329
Perdagangan, H, R 150480.002 153217.571 -24132.8419 21395.2727 150480.0018
Pengangkutan, K 102364.415 86295.8491 6427.23356 9641.33254 102364.4152
Keuangan,Persw, Js. P 3964.60167 9161.25327 -3846.16308 -1350.48853 3964.60166
Jasa-jasa lain 24740.6667 28330.6703 -5697.13701 2107.13342 24740.66671
Jumlah 324891.2937 336691.1594 -36810.08998 25010.22423 324891.2937
174
3. Kabupaten Gianyar
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 15703.69167 35482.73277 -7544.760801 -12234.28022 15703.69175
Pertambangan 738.5483333 760.421749 -215.3982657 193.524852 738.5483353
Industri Pengolahan 33292.86667 36726.40222 -6068.069777 2634.534359 33292.8668
Listrik, G, A 1999.19 1748.234402 107.2007798 143.7548261 1999.190008
Bangunan 8686.31 8453.220593 -971.9380242 1205.027457 8686.310026
Perdagangan, H, R 49722.52833 59594.63467 -18342.75821 8470.652069 49722.52853
Pengangkutan, K 7683.636667 9335.420984 -2854.357146 1202.572862 7683.6367
Keuangan,Persw, Js. P 11024.71167 10007.11892 2480.493811 -1462.901023 11024.71171
Jasa-jasa lain 47490.38 33353.84641 11225.5633 2910.970429 47490.38014
Jumlah 176341.8633 195462.0327 -22184.02433 3063.855611 176341.864
4. Kabupaten Klungkung
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 10800.305 25327.1563 -5849.45882 -8677.39246 10800.30499
Pertambangan 142.2133333 3162.38033 -3677.21974 657.0527379 142.2133289
Industri Pengolahan 5901.873333 6962.35072 -1563.85478 503.3774009 5901.873338
Listrik, G, A 1104.945 851.905546 187.724012 65.31544388 1104.945001
Bangunan 5007.693333 4234.56961 165.078311 608.0454213 5007.693338
Perdagangan, H, R 18618.475 16961.7639 -742.140608 2399.018439 18618.64169
Pengangkutan, K 3067.346667 3932.979 -1379.05969 513.5940222 3067.513334
Keuangan,Persw, Js. P 2129.943333 2176.31261 273.764794 -320.134065 2129.943335
Jasa-jasa lain 14677.645 13026.7799 605.317648 1045.547517 14677.64501
Jumlah 61450.44 76636.1978 -11979.8489 -3205.57554 61450.77337
175
5. Kabupaten Tabanan
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 26220.6867 54978.67289 -9964.35466 -18793.6316 26220.68664
Pertambangan 514.38 460.9399541 -72.8570954 126.2971422 514.3800009
Industri Pengolahan 7294.87 9579.328004 -3016.41882 731.9608257 7294.870009
Listrik, G, A 1758.40333 1291.127761 366.598041 100.6775349 1758.403337
Bangunan 5046.235 5346.988664 -1020.06497 719.3113086 5046.235003
Perdagangan, H, R 32156.5467 30261.99764 -2329.61569 4224.164737 32156.54669
Pengangkutan, K 7708.53 8170.271838 -1481.12001 1019.378184 7708.530012
Keuangan,Persw, Js. P 11763.2883 8551.633781 4489.31085 -1277.65628 11763.28835
Jasa-jasa lain 27998.3567 25599.08549 258.471157 2140.800042 27998.35669
Jumlah 120461.297 144240.046 -12770.0512 -11008.6981 120461.2967
6. Kabupaten Bangli
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 14087.64667 22929.98755 -1007.16065 -7835.18018 14087.64673
Pertambangan 33.72333333 100.5396869 -89.105868 22.2895146 33.72333345
Industri Pengolahan 4115.67 5117.206394 -1381.28421 379.747839 4115.670019
Listrik, G, A 481.7983333 308.7507706 151.3826549 21.6649091 481.7983346
Bangunan 1606.245 3164.524234 -1896.98167 338.702443 1606.245008
Perdagangan, H, R 11008.25667 16510.56165 -7827.75958 2325.45463 11008.25671
Pengangkutan, K 745.3883333 1321.312819 -753.838554 177.914072 745.388337
Keuangan,Persw, Js. P 1796.295 2276.200889 -139.856764 -340.049116 1796.295009
Jasa-jasa lain 14005.14333 12690.84722 257.4481742 1056.84799 14005.14338
Jumlah 47880.16667 64419.93121 -12687.1565 -3852.6079 47880.16685
176
7. Kabupaten Buleleng
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 23740.25 51980.59811 -10383.24539 -17857.1026 23740.25012
Pertambangan 1054.745 1332.082129 -615.7265605 338.3894358 1054.745004
Industri Pengolahan 18153.82833 20742.15313 -4099.290953 1510.966233 18153.82841
Listrik, G, A 2517.94 1818.067596 561.4437401 138.4286719 2517.940008
Bangunan 5907.881667 5304.842297 -131.1561406 734.1955314 5907.881688
Perdagangan, H, R 61787.92833 54785.73617 -658.0431719 7660.235537 61787.92854
Pengangkutan, K 6139.873333 7242.464992 -2020.78666 918.1950261 6139.873358
Keuangan,Persw, Js. P 6208.995 8692.537756 -1204.319948 -1279.22278 6208.995028
Jasa-jasa lain 51078.56667 48134.58986 -1207.805048 4151.782047 51078.56686
Jumlah 176590.0083 200033.072 -19758.93013 -3684.132898 176590.009
8. Kabupaten Karangasem
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 14882.35833 33944.69829 -7438.60155 -11623.7384 14882.35834
Pertambangan 2663.89 1774.129826 356.4339622 533.326219 2663.890007
Industri Pengolahan 4474.898333 7526.623813 -3623.23589 571.5104308 4474.898354
Listrik, G, A 690.4166667 557.7154224 87.94403261 44.75721423 690.4166692
Bangunan 5672.915 4042.69965 1047.829236 582.3861392 5672.915025
Perdagangan, H, R 12955.34833 16864.88463 -6342.67452 2433.138258 12955.34837
Pengangkutan, K 7592.321667 8559.326499 -2046.28967 1079.284873 7592.321702
Keuangan,Persw, Js. P 8167.778333 5150.604536 3778.842681 -761.668849 8167.778368
Jasa-jasa lain 25435.73333 29476.81513 -6590.13282 2549.051127 25435.73344
Jumlah 82535.65999 107897.4978 -20769.8845 -4591.952988 82535.66027
177
9. Kabupaten Jembrana
Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj
Pertanian 7769.69 26702.10102 -9714.40175 -9218.009214 7769.690052
Pertambangan 365.55 405.3457185 -142.083623 102.2879059 365.5500011
Industri Pengolahan 5960.22167 7833.068518 -2462.67708 589.8302546 5960.221698
Listrik, G, A 919.056667 850.9835865 -3.38298836 71.45607158 919.0566697
Bangunan 5039.29333 5391.956741 -1065.14684 712.4834538 5039.293352
Perdagangan, H, R 26772.6217 26117.79325 -3036.21486 3691.043361 26772.62176
Pengangkutan, K 12167.8883 14852.32806 -4591.56157 1907.121891 12167.88839
Keuangan,Persw, Js. P 3964.46 5007.762977 -307.322808 -735.9801544 3964.460015
Jasa-jasa lain 14027.9783 15574.26706 -2820.77803 1274.489348 14027.97838
Jumlah 76986.76 102735.6069 -24143.5695 -1605.277083 76986.76031
VIII. Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi
1. Jumlah Penduduk Kota dan Kabupaten di Provinsi Bali
Tahun
Kota
Denpasar
Kab
Badung
Kab
Gianyar
Kab
Klungkung
Kab
Tabanan
Kab
Bangli
Kab
Buleleng
Kab
Karangasem
Kab
Jembrana
2005 574955 374377 383591 170744 404506 211186 618076 395418 259501
2006 583600 370954 387183 172513 406716 212014 643043 404594 260791
2007 608595 377480 390698 175430 410965 212926 643274 427746 264865
2008 628909 383880 394755 176822 416721 213808 650237 430251 268269
2009 649762 388514 397977 184043 419992 214785 654147 432791 269859
2010 788589 393020 399740 185272 422727 215729 662920 438475 272828
2011 804905 554574 479497 186488 437679 216017 675513 404690 273918
178
2. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Badung
Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj Pi*Pj/dij^2
2005 574955 374377 25 625 2.1525E+11 344399884.9
2006 583600 370954 25 625 2.16489E+11 346382007
2007 608595 377480 25 625 2.29732E+11 367571905
2008 628909 383880 25 625 2.41426E+11 386280939.1
2009 649762 388514 25 625 2.52442E+11 403906613.9
2010 788589 393020 25 625 3.09931E+11 495889998
2011 804905 554574 25 625 4.46379E+11 714207016.8
3. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Gianyar
Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj Pi*Pj/dij^2
2005 574955 383591 29 841 2.2055E+11 262244427.4
2006 583600 387183 29 841 2.2596E+11 268680141.3
2007 608595 390698 29 841 2.3778E+11 282731093.1
2008 628909 394755 29 841 2.4826E+11 295202107.4
2009 649762 397977 29 841 2.5859E+11 307479585.6
2010 788589 399740 29 841 3.1523E+11 374828260.2
2011 804905 479497 29 841 3.8595E+11 458917399.3
179
4. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Klungkung
Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj Pi*Pj/dij^2
2005 574955 170744 13 169 98170116520 580888263.4
2006 583600 172513 13 169 1.00679E+11 595731282.8
2007 608595 175430 13 169 1.06766E+11 631750419.2
2008 628909 176822 13 169 1.11205E+11 658017439
2009 649762 184043 13 169 1.19584E+11 707598507.5
2010 788589 185272 13 169 1.46103E+11 864517521.9
2011 804905 186488 13 169 1.50105E+11 888195997.9
5. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Tabanan
Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj Pi*Pj/dij^2
2005 574955 404506 21 441 2.32573E+11 527375844.1
2006 583600 406716 21 441 2.37359E+11 538230062.6
2007 608595 410965 21 441 2.50111E+11 567145678.4
2008 628909 416721 21 441 2.6208E+11 594284778.7
2009 649762 419992 21 441 2.72895E+11 618809165.3
2010 788589 422727 21 441 3.33358E+11 755913519.7
2011 804905 437679 21 441 3.5229E+11 798843572.6
180
6. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Bangli
Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj Pi*Pj/dij^2
2005 574955 211186 40 1600 1.21422E+11 75889029.14
2006 583600 212014 40 1600 1.23731E+11 77332106.5
2007 608595 212926 40 1600 1.29586E+11 80991061.86
2008 628909 213808 40 1600 1.34466E+11 84041109.67
2009 649762 214785 40 1600 1.39559E+11 87224456.98
2010 788589 215729 40 1600 1.70122E+11 106325947.7
2011 804905 216017 40 1600 1.73873E+11 108670727.1
7. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Buleleng
Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj Pi*Pj/dij^2
2005 574955 618076 78 6084 3.55366E+11 58409909.04
2006 583600 643043 78 6084 3.7528E+11 61683085.93
2007 608595 643274 78 6084 3.91493E+11 64348017.76
2008 628909 650237 78 6084 4.0894E+11 67215631.4
2009 649762 654147 78 6084 4.2504E+11 69861910.42
2010 788589 662920 78 6084 5.22771E+11 85925611.42
2011 804905 675513 78 6084 5.43724E+11 89369459.45
181
8. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Karangasem
Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj Pi*Pj/dij^2
2005 574955 395418 68 4624 2.27348E+11 49166859.04
2006 583600 404594 68 4624 2.36121E+11 51064242.73
2007 608595 427746 68 4624 2.60324E+11 56298459.53
2008 628909 430251 68 4624 2.70589E+11 58518323.13
2009 649762 432791 68 4624 2.81211E+11 60815559.2
2010 788589 438475 68 4624 3.45777E+11 74778668.2
2011 804905 404690 68 4624 3.25737E+11 70444853.9
9. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Jembrana
Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj Pi*Pj/dij^2
2005 574955 259501 95 9025 1.49201E+11 16532010.8
2006 583600 260791 95 9025 1.52198E+11 16864003.06
2007 608595 264865 95 9025 1.61196E+11 17860998.86
2008 628909 268269 95 9025 1.68717E+11 18694381
2009 649762 269859 95 9025 1.75344E+11 19428711.75
2010 788589 272828 95 9025 2.15149E+11 23839242.07
2011 804905 273918 95 9025 2.20478E+11 24429691.72
top related