analisis perbedaan kinerja keuangan...
Post on 17-Sep-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTAR USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBELUM DAN SESUDAH
MENGGUNAKAN DANA KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
(Studi Kasus: UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan)
Skripsi
Ditujukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Aldita Nur Rochmah
Nim:1112081000030
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ii
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTAR USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBELUM DAN SESUDAH
MENGGUNAKAN DANA KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
(Studi Kasus : UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
ALDITA NUR ROCHMAH
NIM : 1112081000030
Di Bawah Bimbingan :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 14 April 2016 telah dilakukan ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Aldita Nur Rochmah
2. NIM : 1112081000030
3. Jurusan : Manajemen Keuangan
4. Judul Skripsi : Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antar Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Sesudah
Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi
Kasus : UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian kompreshensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 April 2016
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 24 Mei 2016 telah dilakukan ujian Komprehensif atas mahasiswa:
5. Nama : Aldita Nur Rochmah
6. NIM : 1112081000030
7. Jurusan : Manajemen Keuangan
8. Judul Skripsi : Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antar Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Sesudah
Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi
Kasus : UMKM Di Wilayah Tangerang Selatan)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aldita Nur Rochmah
NIM : 1112081000030
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antar Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) di Wilayah Tangerang Selatan Sebelum dan Sesudah
Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) ( Studi Kasus : UMKM Di
Wilayah Tangerang Selatan).
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Aldita Nur Rochmah
Alamat : Jalan Bengawan Solo
Rt 002/Rw 002, Pelem-Pare-
Kediri
Telepon : 087871314960/085335027671
Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 03 Desember 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : aldita.al.nurra@gmail.com
Tinggi : 148 cm
Berat Badan : 42 kg
Pendidikan
Pendidikan Formal
2012-2016 : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2015 : KAHFI BBC Motivator School, Public Speaking Program
(masih berlangsung semester 2)
2009-2012 : SMAN 1 Pare, Kediri
2006-2009 : MTs N 1 Pare, Kediri
vii
2000-2006 : SDN Pelem 1, Kediri
1998-2000 : TK Dharmawanita Pare, Kediri
Pendidikan Non Formal
2012-2015 : Ma’had Al- Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007 : Short Course di Affective English Conversation Course (EECC)
Pare-Kediri
2014 : Short Course di Mahesa Institute
2013 : Short Course di Kresna Pare-Kediri
2015 : Short Course di Ma’had Al- jami’ah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pengalaman Organisasi
2007-2008 GESIT Magazine of SMAN 1 PARE (penulis)
2013-2014 OMM (Organisasi Mahasantri Ma’had) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (Bendahara Utama)
2013-2014 FORMABI (Forum Mahasiswa Bidikmisi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (Anggota Devisi Kesejahteraan Mahasiswa)
2014-2015 DEMA FEB (Anggota Devisi Penelitian dan Pengembangan)
2014-2015 Pojok Bura FEB UIN Jakarta (Anggota Devisi Analisis Data dan
Tradding)
Pengalaman Lainnya
2012 Panitia Bakti Sosial FORMABI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
Sukabumi, Jawa Barat (Devisi Hubungan Masyarakat)
2013 Panitia MOSA (Masa Orientasi Mahasantri) Ma’had UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (Bendahara Utama)
viii
2013 Panitia Simposium Nasional Bidik Misi se-PTAIN Indonesia. (Devisi
Akomodasi)
2013 Panitia National Stadium General: Dialog Kebangsaan “Kedaulatan
Pangan & Martabat Bangsa’with Megawati and Jokowi. (Liasion
Orgenizer/ LO)
2013 Panitia Haflah At-Thakhorruj Ma’had UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. (LO)
2013 Panitia Bakti Sosial FORMABI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
Ciogong, Jawa Barat. (Devisi Hubungan Masyarakat)
2014 Panitia Haflah At-Thakhorruj Ma’had UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. (Devisi Acara)
2014 Panitia Haflatul Wada’ UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Devisi
Acara)
2014 Volunteer of GEMABI (Gerakan Menulis Al- qur’an Besama Islamic
Book Fair ke -13)
2015 Panitia Seminar UIN Meneliti, DEMA Universitas Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta (Devisi Acara)
2015 Pengawas SBMPTN 2015 di STIKES BINAWAN, Jakarta Timur
2015 Tim Survei UMKM Tangerang Selatan Bersama Konsultan UI
Bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan
Prestasi
2011 Juara 6 Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA Kabupaten
Kediri Bidang Ekonomi.
2011 Peserta Writing Competition Olimpiade Ekonomi dan Perbankan tingkat
SMA/MA se Eks. Karisidenan Kediri dan Madiun diselenggarakan
oleh Bank Indonesia.
ix
2011 Juara 3 Cerdas Cermat Olimpiade Ekonomi dan Perbankan tingkat
SMA/MA se Eks. Karisidenan Kediri dan Madiun diselenggarakan
oleh Bank Indonesia.
2011 Juara 3 paralel Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial SMAN 1 PARE-KEDIRI
2011 Peserta Olimpiade Akuntansi SMA dan SMK Provinsi Jawa-Bali
diselenggarakan oleh Universitas Malang
2012 Siswi Berprestasi SMAN 1 Pare Kediri
2012 Penerima Beasiswa Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 Delegasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Olimpiade Ekonomi
Islam, Temu Ilmiah Regional (Temilreg) Jabodetabek diselenggarakan
oleh Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI
x
ABSTRACT
This study aimed to see whether there are differences in financial
performance based on the ratio of current assets, asset turnover ratio, debt equity
ratio, and the net profit margin of SMEs before and after using the funds Kredit
Usaha Rakyat (KUR) in the region of South Tangerang. The analysis technique
used in this research is descriptive statistics test, Wilcoxon sign rank test,
quantitative analysis (analysis of financial ratios), and Kruskal Wallis.
Differences in financial performance before and after use of KUR with
Wilcoxon sign rank test on a variable ratio current assets obtained p value of
0.028 (0.028 <0.100), which means an increase significantly after using KUR
funds amounted to 1512.5%. On the assets turnover variables are p value of 0.755
(0.755> 0.100) which means that there is no significant improvement after the use
of KUR. Significant improvements also occurred in variable debt equity ratio with
a p value of 0.011 (0.011 <0.100) means an increase after using KUR at 4.5%.
While the net profit margin variables p value is 0.865 (0.865> 0.100), which
means there is no significant improvement after using the KUR funds. Kruskal
Wallis test used in this study to look at the differences between the financial
performance of SMEs in the Region of South Tangerang. Based on the results of
this test states that a significant difference to the performance of financial assets
turnover ratio only on SMEs with a p value of 0.053 <0.100. While test against
current assets ratio, debt equity ratio, and the net profit margin showed
nonsignificant results with respective values -p> 0.100. This means that there are
no significant differences between the financial performance of SMEs based
assets ratio, debt equity ratio, and net profit margin.
Keywords: Capital Structure, People's Business Credit, Current Assets Ratio,
Turnover Assets, Debt Equity Ratio and Net Profit Margin.
xi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dalam
kinerja keuangan berdasarkan current assets ratio, assets turnover ratio, debt
equity ratio, dan net profit margin UMKM sebelum dan sesudah menggunakan
dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) di wilayah Tangerang Selatan. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif, uji pangkat
tanda Wilcoxon, analisis kuantitatif (analisis rasio keuangan), dan Uji Kruskal
Wallis.
Perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah menggunakan dana
KUR dengan uji Pangkat Tanda Wilcoxon pada variabel current assets ratio
didapatkan nilai -p sebesar 0,028 (0,028<0,100) yang artinya terjadi peningkatan
secara signifikan sesudah menggunakan dana KUR sebesar 1.512,5%. Pada
variabel assets turnover terdapat nilai -p sebesar 0,755 (0,755>0,100) yang berarti
bahwa tidak ada peningkatan secara signifikan sesudah menggunakan dana KUR.
Peningkatan secara signifikan juga terjadi pada variabel debt equity ratio dengan
nilai -p 0,011 (0,011<0,100) artinya terjadi peningkatan sesudah menggunakan
KUR sebesar 4,5%. Sedangkan pada variabel net profit margin nilai -p adalah
0,865 (0,865>0,100) yang artinya tidak terdapat peningkatan yang signifikan
setelah menggunakan dana KUR. Uji Kruskal Wallis dalam penelitian ini
digunakan untuk melihat perbedaan kinerja keuangan antar UMKM di Wilayah
Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil uji ini menyebutkan bahwa perbedaan yang
signifikan terhadap kinerja keuangan hanya pada assets turnover ratio UMKM
dengan nilai –p sebesar 0,053 < 0,100. Sedangkan uji terhadap current assets
ratio, debt equity ratio, dan net profit margin menunjukkan hasil yang tidak
signifikan dengan nilai masing-masing -p>0,100. Artinya tidak terdapat perbedaan
kinerja keuangan yang signifikan antar UMKM berdasarkan assets ratio, debt
equity ratio, dan net profit margin.
Kata kunci : Struktur Modal, Kredit Usaha Rakyat , Current Assets Ratio, Assets
Turnover, Debt Equity Ratio, dan Net Profit Margin.
xii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kepenulisan skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan, bantuan dan dorongan
tersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas penulis menyampaikan hormat dan terimakasi kepada:
1. Allah SWT atas kasih dan anugrah-Nya kepada penulis.
2. Kepada Bapak Parlan dan Ibu Siti Zulaikah selaku kedua orang tua,
penulis ucapkan terimakasih atas dukungan yang selama ini diberikan
selama menuntut ilmu. Tempat berbagi, orang tua, teman dan sahabat bagi
penulis. Terimakasih pula pada Ibu Siti Chotimah selaku nenek penulis,
adik-adikku tercinta Romy Nuriz Zaman dan Chika Ainur Rembulan yang
selalu memberikan dukungan, doa serta banyak sekali masukan dan
nasehat bagi penulis. Semoga kebahagiaan, kemudahan, rahmat serta ridho
dari Allah SWT selalu diberikan pada kita semua agar menjadi orang yang
bermanfaat bagi sesama.
3. Dr. Arif Mufrani, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Titi Dewi Warninda SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta
5. Ela Patriana., Ir., MM selaku dosen pembimbing akademik dan wakil
ketua jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan,
dukungan, dan saran kepada penulis dan memberikan motivasi kepada
xiii
penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Indoyama Nasaruddin SE., MAB selaku dosen pembimbing pertama
dalam kepenulisan tugas akhir ini. Terimakasih atas bimbingan, motivasi,
saran, serta ilmu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan
semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Kepada bapak Faizul Mubarok., MM selaku dosen pembimbing kedua,
yang telah memberikan arahan, saran dalam kepenulisan tugas akhir ini.
7. Bapak dan ibu dosen Jurusan Manajemen yang telah bersedia memberikan
ilmu pengetahuan dan membuka wawasan serta pengetahuan kepada
penulis. Semoga ilmu yang diberikan memberikan banyak maanfaat bagi
penulis dan masyarakat.
8. Ameliyya Hidayat., S.pd , Nailil Huda., MED, ustdaz Utob Tobroni
Lc,.Mcl, selaku kaka pembimbing bidang beasiswa, utadz dan ustadzah,
Pembina atau bunda asrama Ma’had Al jami’ah Putra dan Putri Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi, pengetahuan baik
agama maupun umum, dorongan kuat selama menempuh pendidikan di
universitas dan banyak memberikan pengalaman serta arahan lainnya demi
kebaikan penulis.
9. Ibu Ika Nunung dan Pak Arif selaku pengurus bidang kredit Dinas
Koperasi dan UKM Tangerang Selatan yang telah memberikan informasi,
arahan, serta data yang mendukung dalam kepenulisan karya ilmiah ini.
10. Terimakasaih kepada ibu Yani selaku manajer bidang kredit Bank BRI
Cabang Ciputat, yang telah bersedia memberikan arahan dan masukan
serta informasi terkait Kredit Usaha Rakyat untuk memenuhi kebutuhan
data dan informasi dalam kepenulisan karya ilmiah ini.
11. Terimakasih kepada uda Riki, uda Rizal, uda Rofa, ibu Neti dan ibu
Gustini selaku responden yang bersedia meluangkan waktu dalam
kesibukannya untuk membantu penulis dalam mencari data selama
melakukan penelitian.
xiv
12. Terimakasih kepada kawan-kawan Bidikmisi 2012 yang telah
menginspirasi dan memberi dukungan dari awal hingga akhir menjalani
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan di Ma’had Al jami’ah.
13. Terimakasih kepada kawan-kawan OMM (Organisasi Mahasantri
Ma’had), FORMABI (Forum Mahasiswa Bidikmisi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dema Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan teman-
teman PASMOD FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak pengalaman dalam bidang organisasi, manajemen dan
kepemimpinan serta pengetahuan lainnya.
14. Teman-teman BERDIKARI: Fitry Lily, Putri Septina Virgianty, Retno
Yuliani, Muhammad Ainul Yakin, Soleh Ahmad, Waskito Wibowo, Haris
Fadillah, Silam, Imet, Faisal Abdurrahman, Anisa, Dede Puji, Siti
Alawiyah, teman-teman multitalent dan konseptor terimakasih untuk
selama ini atas dukungan, motivasi, masukan, ide-ide dan pengalaman
yang diajarkan kepada penulis. Semoga cita-cita kita semua di ridhoi dan
dikabulkan oleh Allah SWT. Amiin.
15. Teman-teman kosan BADAY: Dewi susilawati, Fitri Laily, Jeniper Padma
Weni, Rihlah Noviyanti dan Zelda Zein. Teman-teman yang selalu
memberikan dukungan selama tinggal di asrama hingga di kosa. Teman-
teman diskusi, organisasi dan guru tempat dimana penulis belajar, tumbuh
dan berkembang selama ini. Dukungan, masukan-masukan, dan ide-ide
yang mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga apapun yang
kita inginkan dan cita-citakan didengar oleh Allah SWT serta dikabulkan.
Semoga kita semua menjadi orang yang mampu memberikan manfaat bagi
bangsa, agama, dan keluarga.
16. Teman-teman manajemen: Siti Julaika, Fina Alfiah, Sri Hartati AN
Nasution, Oni Wahyu Wijayanti, Jumanah teman-teman penulis selama
hampir empat tahun menuntut ilmu di kampus, fakultas, dan kelas. Teman
yang selalu memberikan dukungan, teman belajar, curhat. Sumber
kekuatan bagi penulis disetiap belajar. Semoga kita semua diberi
xv
kemudahan dan kelancaran dalam menggapai cita-cita. Semoga Allah
selalu memberikan pilihan-pilihan yang terbaik bagi kita semua.
17. Teman-teman Manajemen Keuangan 2012, Eva Ahsanty, Wilda Kholila,
Anisa Rivelia Prawiro dan teman-teman lainnya. Semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan banyak kemanfaatan bagi
masyarakat dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian
yang sejenis.
Jakarta, 09 Juni 2016
Aldita Nur Rochmah
NIM. 1112081000030
xvi
DAFTAR ISI
COVER Dalam ....................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ......................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi
Abstract ................................................................................................................. xi
Abstrak ................................................................................................................... x
Kata Pengantar ................................................................................................... xii
Daftar Isi. ............................................................................................................ xvi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xix
Daftar Gambar .................................................................................................... xx
Daftar Lampiran ................................................................................................ xxi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14
A. Landasan Teori .............................................................................. 14
1. Struktur Modal .............................................................................. 14
a. Pengertian Struktur Modal ............................................................ 14
b. Faktor-Faktor yang Menentukan Struktur Modal ......................... 16
c. Teori Struktur Modal..................................................................... 19
d. Jenis-Jenis Modal .......................................................................... 24
e. Sumber-Sumber Modal ................................................................. 25
2. Kredit ............................................................................................ 26
a. Pengertian Kredit ........................................................................... 26
b. Unsur-Unsur Kredit ....................................................................... 27
xvii
c. Tujuan Kredit ................................................................................ 29
d. Jenis-Jenis Kredit .......................................................................... 31
e. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ................................................. 34
f. Kualitas Kredit .............................................................................. 35
3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ............................... 38
a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah............................. 38
b. Tujuan dan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah .................. 40
c. Permasalahan Yang Dihadapi UMKM......................................... 41
4. Kredit Usaha Rakyat (KUR) ......................................................... 44
a. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ....................................... 44
b. Mekanisme Penyaluran KUR ........................................................ 46
c. Tingkat Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................................ 48
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 48
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 57
D. Hipotesis ............................................................................................ 59
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 63
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 63
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 63
C. Sumber Data .................................................................................. 64
D. Teknik Analisis Data ..................................................................... 65
1. Analisis Statistik Deskriptif .......................................................... 65
2. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign Rank Test) .. 67
3. Analisis Kuantitatif (Analisis Rasio Keuangan) ........................... 69
4. Uji Statistik Kruskal-Wallis (Kruskal-Wallis Test)....................... 71
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................. 74
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 77
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 77
1. Kondisi Geografis ........................................................................... 77
2. Kondisi Demografis ........................................................................ 78
3. Deskripsi Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) ............................ 78
4. Deskripsi UMKM di Tangerang Selatan ........................................ 80
xviii
B. Analisis Data ..................................................................................... 83
1. Profil Responden ........................................................................... 83
2. Analisis Deskriptif ........................................................................ 89
3. Analisis Kuantitatif (Analisis Rasio Keuangan) ......................... 106
C. Interpretasi Hasil ............................................................................. 107
1. Uji Pangkat Tanda Wilcoxon ...................................................... 108
2. Uji Kruskal Wallis....................................................................... 113
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 118
A. Kesimpulan ................................................................................. 118
B. Implikasi ...................................................................................... 120
C. Keterbatasan ................................................................................ 122
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 123
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Proporsi Kontribusi UMKM terhdap PDB ............................................ 4
Tabel 1.2 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Tangerang Selatan ................. 6
Tabel 1.3 Penyaluran KUR pada Sektor Ekonomi................................................ 10
Tabel 2.1 Kriteria UMKM .................................................................................... 39
Tabel 2.2 Landasan Hukum KUR ......................................................................... 46
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 49
Tabel 4.1 Data UMKM Kota Tangerang Selatan.................................................. 81
Tabel 4.2 Bidang Usaha ........................................................................................ 84
Tabel 4.3 Alamat Responden ................................................................................ 84
Tabel 4.4 Jenis Kelamin ........................................................................................ 85
Tabel 4.5 Status Pendidikan .................................................................................. 86
Tabel 4.6 Lama Usaha........................................................................................... 86
Tabel 4.7 Current Assets Ratio Sebelum dan Sesudah KUR ................................ 92
Tabel 4.8 Assets Turnover Ratio Sebelum dan Sesudah KUR ............................. 93
Tabel 4.9 Debt Equity Ratio Sebelum dan Sesudah KUR .................................... 94
Tabel 4.10 Net Profit Margin Sebelum dan Sesudah KUR .................................. 95
Tabel 4.11 Current Assets Ratio UMKM Sebelum KUR ..................................... 96
Tabel 4.12 Assets Turnover Ratio UMKM Sebelum KUR .................................. 96
Tabel 4.13 Net Profit Margin UMKM Sebelum KUR .......................................... 97
Tabel 4.14 Debt Equity Ratio UMKM Sebelum KUR ......................................... 98
Tabel 4.15 Current Assets Ratio UMKM Sesudah KUR ...................................... 99
Tabel 4.16 Assets Turnover Ratio UMKM sesudah KUR .................................. 101
Tabel 4.17 Debt Equity Ratio UMKM Sesudah KUR ........................................ 101
Tabel 4.18 Net Profit Margin UMKM Sesudah KUR ........................................ 102
Tabel 4.19 Perbandingan Perhitungan Kinerja Keuangan .................................. 106
Tabel 4.20 Uji Wlcoxon pada Current Assets Ratio ........................................... 108
Tabel 4.21 Uji Wilcoxon pada Assets Turnover Ratio ....................................... 109
Tabel 4.22 Uji Wilcoxon pada Debt Equity Ratio .............................................. 110
Tabel 4.23 Uji Wilcoxon pada Net Profit Margin............................................... 111
Tabel 4.24 Uji Kruskal Wallis pada Current Assets Ratio.................................. 113
Tabel 4.25 Uji Kruskal Wallis pada Assets Turnover Ratio .............................. 114
Tabel 4.26 Uji Kruskal Wallis pada Debt Equity Ratio ...................................... 115
Tabel 4.27 Uji Kruskal Walis pada Net Profit Margin ....................................... 116
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Sebaran UMKM di Tangerang Selatan....................................... 7
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 58
Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Tangerang Selatan ...................................... 73
Gambar 4.2 Data UMKM Berdasarkan Bidang Usaha ......................................... 82
Gambar 4.3 Alamat Responden ............................................................................ 87
Gambar 4.4 Jenis Kelamin .................................................................................... 87
Gambar 4.5 Status Pendidikam ............................................................................. 88
Gambar 4.6 Lama Usaha ....................................................................................... 88
Gambar 4.7 Grafik Pengklasifikasian Usaha Mikro Kecil dan Menengah ........... 90
Gambar 4.8 Pertumbuhan Rata-Rata Kinerja Keuangan .................................... 103
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Uji Deskriptif Statistik ............................................................................ 127
B. Uji Pangkat Tanda Wilcoxon .................................................................. 129
C. Uji K Independent Sampel Kruskal- Wallis............................................ 132
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku
ekonomi dan pembangunan terbesar dalam suatu negara. Kemampuannya
dalam menciptakan lapangan kerja serta menyerap tenaga kerja sangat
membantu program pemerintah dalam mengurangi kemiskinan. UMKM
dianggap sebagai sektor usaha yang tidak rentan terhadap berbagai perubahan
eksternal yang terjadi di pasar perekonomian. Sebagai sektor yang dianggap
mampu bertahan meskipun dalam kondisi krisis, UMKM dapat menunjang
pembangunan ekonomi yang bersifat jangka panjang, stabil, dan
berkesinambungan. UMKM dinilai dapat tumbuh dan berkembang dengan
cepat karena sifat dasar UMKM yang dapat berdiri dengan modal atau
investasi yang rendah.
Meskipun terbilang sebagai sektor yang mudah berdiri dan berkembang,
sektor ini memiliki permasalahan yang mendasar dalam bidang permodalan
dan produktivitas. Selain itu, permasalahan umum lain yang dihadapi oleh
UMKM adalah manajemen atau pengelolaan dan sumber daya manusia.
Mengingat banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh UMKM perlu adanya
kebijakan dan perhatian yang serius dari pemerintah. Dengan adanya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) membuat UMKM dan perekonomian
dalam negeri harus siap menghadapi persaingan pasar internasional. UMKM
sebagai salah satu sektor yang memiliki andil besar dalam menggerakkan
2
ekonomi harus bisa bersaing tidak hanya dengan persaingan secara lokal
namun juga secara global.
Sebagai sektor yang mampu berdiri dengan basis sumberdaya ekonomi
lokal dan dapat berdiri mandiri tidak bergantung pada impor, serta memiliki
kemampuan menghasilkan produk dengan kualitas ekspor, keberadaan
UMKM perlu diperhitungkan dan diperhatikan untuk memperkuat
perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementrian Negara Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah menunjukkan bahwa pada tahun 2011 UMKM
menjadi pelaku bisnis sebesar 99.99% dari total pelaku bisnis di Indonesia.
Jika ditinjau dari proporsi unit usaha pada sektor ekonomi UMKM yang
memiliki unit usaha terbesar di Indonesia adalah sektor (1) Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran;
(3) Pengangkutan dan Komunikasi; (4) Industri Pengolahan; serta (5) Jasa-
jasa. Masing-masing tercatat sebesar 48,85%; 28,83%; 6,88%; 6,41% dan
4,52% (Muharam, 2011). Peran UMKM dalam menyokong perekonomian
negara tidak hanya dirasakan di Indonesia tapi juga di negara-negara lainnya,
seperti Kenya, India, dan China. Sektor ini memiliki peran yang besar dalam
menyumbang GDP masing-masing negara.
Kontribusi UMKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat
besar, perekonomian tumbuh besar dan kuat melalui jenis usaha ini.
Kontribusinya mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia dengan cara
menciptakan lapangan kerja bagi angkatan kerja di Indonesia. Berdasarkan
data Kementrian Negara Koperasi dan UMKM tahun 2012-2013 jumlah
3
UMKM masih mendominasi sebagian besar pasar ekonomi Indonesia.
Jumlahnya mengalami peningkatan sebesar 2,41% yaitu dari 56.534.592 unit
pada tahun 2012 menjadi 57.895.721 unit pada tahun 2013. UMKM
merupakan pelaku usaha terbesar dengan presentasenya sebesar 99,99% dari
total pelaku usaha nasional pada tahun 2013. Dalam penyerapan tenaga kerja
UMKM mampu menyerap 96.99% dari total penyerapan tenaga kerja yang
ada atau sebesar 114.144.082 orang. Usaha mikro memiliki peranan terbesar
dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 104.624.466 orang atau 88,90%
pada tahun 2013. Usaha Kecil (UK) mampu menyerap tenaga kerja sebanyak
5.570.231 orang atau 4,73%. Sedangkan UM (Usaha Menengah) sebanyak
3.949.385 orang atau 3,36% dan selebihnya mampu terserap oleh Usaha Besar
(UB).
Sumbangan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
tahun 2013 berdasarkan harga berlaku terbilang lebih sedikit dibandingkan
jumlah UMKM yang cukup besar yaitu sebesar Rp 5.440.007,9 milyar atau
60,34%. Itu artinya keberadaan UMKM belum sepenuhnya mampu
menyumbang pendapatan negara walaupun secara jumlah UMKM mampu
menguasai 99,99% pangsa pasar di Indonesia.
4
Tabel 1.1
Proporsi Kontribusi UMKM dan UB terhadap PDB
Nasional tahun 2013 menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan
Jenis Usaha Kontribusi Terhadap
PDB Nasional
berdasarkan Harga
Berlaku
Kontribusi Terhadap
PDB Nasional
berdasarkan Harga
Konstan
Usaha Besar 39,66% 42,44%
Usaha Menengah 13,72% 14,48%
Usaha Kecil 9,72% 12,83%
Usaha Mikro 36,90% 30,25%
Jumlah 100 % 100 %
Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM
Dari tabel 1.1 dapat dilihat proporsi kontribusi dari UMKM yang masih
rendah dibanding dengan kontribusi UB dilihat dari harga berlaku dan harga
konstan pada tahun 2011. Berdasarkan harga berlaku dan harga konstant UB
memiliki kontribusi terbesar yaitu sebesar 39,66% dan 42,44%. Urutan kedua
diduduki oleh usaha mikro (UMi) yaitu 36,90% berdasar harga berlaku dan
30,25% berdasar harga konstan. Urutan ketiga diduduki oleh usaha menengah
(UM) yaitu 13,72% berdasar harga berlaku dan 14,48% berdasar harga
konstan. Dan urutan terakhir diduduki oleh usaha kecil (UK) yaitu 9,72%
berdasarkan harga berlaku dan 12,83% berdasarkan harga konstan.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa proporsi kontribusi
UMKM masih rendah dibawah proporsi kontribusi UB terhadap PDB
Nasional.
Mengingat perannya yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja
baru maka keberadaan UMKM ini perlu diberdayakan. Bantuan terhadap
UMKM ini perlu dilakukan. Permasalahan sering muncul dalam kegiatan
5
usahanya yang paling mendasar yaitu, kendala modal. Kendala modal inilah
yang mampu menghambat proses produksi serta keberlangsungan hidup
UMKM. UMKM merupakan jenis usaha yang tahan terhadap kondisi ekonomi
yang tidak tentu. Namun, permasalahan yang ada dilapangan saat ini adalah
meskipun tahan terhadap kondisi ekonomi tapi tidak ada perkembangan yang
signifikan terhadap usaha yang dijalankan.
Berkaitan dengan penelitian ini disebutkan bahwa daerah Tangerang
Selatan merupakan salah satu wilayah yang memiliki sebaran UMKM yang
luas. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas perindustrian dan
perdagangan Tangerang Selatan menyebutkan pada tahun 2010 terdapat
sekitar 1.994 unit pelaku usaha kecil menengah yang tersebar pada 54
kelurahan yang terdapat di Tangerang Selatan. (Dewanto, 2010)
Perkembangan jumlah industri memiliki dampak terutama dalam hal
penyerapan tenaga kerja dengan menyediakan lapangan kerja baru bagi
angkatan kerja di wilayah Tangerang Selatan. Dalam tabel 1.2 akan dijelaskan
kemampuan dari masing-masing individu dalam menyerap tenaga kerja.
Penyerapan tenaga kerja ini dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada
di Tangerang Selatan.
6
Tabel 1.2
Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Kecamatan di
Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Kecamatan Jumlah
Perusahaan
Pekerja Produksi
Laki-laki Perempuan
1 Setu 135 924 513
2 Serpong 124 538 601
3 Pamulang 94 637 260
4 Ciputat 103 458 261
5 Ciputat Timur 48 437 107
6 Pondok Aren 278 629 486
7 Serpong Utara 110 754 587
Jumlah/Total 892 4.377 2.815
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan secara geografis terbagi ke dalam 7 cakupan
wilayah Kecamatan diantaranya yaitu Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong,
Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur,
Kecamatan Pondok Aren, dan Kecamatan Tangerang Utara. Dalam setiap
Kecamatan memiliki sebaran pelaku UMKM dengan jumlah yang berbeda-
beda. Banyak sekali industri maupun perusahaan-perusahaan mikro, kecil,
menengah yang tumbuh di wilayah kecamatan yang ada di Tangerang Selatan.
Perekonomian di Tangerang Selatan sebagian besar disumbang melalui
peran UMKM dalam menggerakkan kegiatan ekonomi diberbagai bidang.
Bidang-bidang tersebut diantaranya bidang perdagangan, produksi, dan jasa.
Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun jumlah UMKM yang ada di
wilayah Tangerang Selatan ini mengalami pertumbuhan yang pesat. Dilihat
dari adanya peningkatan dalam jumlah pelaku usaha. Data yang diolah dari
hasil sensus Dinas Koperasi dan UKM kota Tangerang Selatan dari tahun ke
tahun jumlah UMKM mengalami peningkatan. Sektor perdagangan
7
merupakan salah satu sektor yang paling banyak mendominasi perekonomian
UMKM Tangerang Selatan. Terbesar ke dua di tempati oleh UMKM yang
bergerak dalam sektor jasa. Dan yang terakhir sektor yang banyak
mendominasi perokonomian UMKM adalah sektor produksi.
Berdasarkan data terbaru tahun 2015 menyebutkan bahwa pelaku UMKM
yang berada di Tangerang Selatan mengalami pertumbuhan pesat dalam
jumlahnya. Data dari Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan
menyebutkan bahwa terdata sebanyak 20.729 UKM di Tangerang Selatan.
Data tersebut diperoleh dari hasil sensus yang dilakukan oleh Dinas Koperasi
dan UKM di Tangerang Selatan (Farida, 2015).
Gambar 1.1 Data Sebaran UMKM di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2015
Sumber Data: Hasil Sensus Dinas Koperasi dan UKM
Kota Tangerang Selatan
Grafik diatas menggambarkan kondisi terbaru dari perkembangan UMKM
di Kota Tangerang Selatan. Data ini diolah berdasarkan hasil wawancara
langsung dengan pihak Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan. Pada
tahun 2015 jumlah UMKM di kota ini mencapai 20.450 pelaku usaha.
Kecamatan yang paling banyak menjadi pusat UMKM adalah Serpong, yaitu
sebanyak 5.200. Selanjutnya berada di wilayah Pondok Aren sebesar 3.600.
0
2000
4000
6000
Pamulang PondokAren
Serpong CiputatTimur
Setu Ciputat SerpongUtara
Jum
lah
UM
KM
kecamatan
8
Kecamatan yang paling sedikit menjadi pusat perkembangan UMKM, yaitu di
kecamatan Setu sebesar 1.200 pelaku usaha.
Meskipun usaha kecil dan menengah mampu mempertahankan
eksistensinya dalam berbagai kondisi perekonomian saat kondisi
perekonomian baik ataupun pada saat krisis yang melanda perekonomian
nasional. UMKM sering disebut sebagai salah satu bentuk usaha yang
fleksibel. Karena mereka mampu berdiri dengan modal sendiri. Namun, hal
tersebut tidak menjadikan UMKM bisa lepas dari permasalahan modal untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan usahanya. Keterbatasan modal
membuat usaha mikro kecil dan menengah tidak bisa mengembangkan
usahanya.
Menurut Aktar dalam Githaiga & Kabiru (2015) keterbatasan pendanaan
yang dialami UMKM berimbas pada kegiatan operasi perusahaan dan menjadi
permasalahan yang serius yang dapat membatasi potensi perluasan usaha,
kurang tahan terhadap resiko modal, dan kurang adanya inovasi dalam usaha.
Beberapa studi mengenai permasalahan UMKM menyebutkan modal
eksternal memainkan seluruh pendanaan dan kinerja usaha mereka (Brown et
al, 2010).
Menurut Demirguc-Kunt dan Maksimovic dalam (Kapkiyai, 2015)
menjelaskan mengenai peran dari kredit perdagangan sebagai salah satu
alternatif yang paling penting selain pinjaman bank sebagai sumber pendanaan
eksternal UMKM. Kredit bank juga merupakan satu dari banyaknya
alternative yang digunakan UMKM untuk mendapatkan pinjaman modal atau
9
dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Utomo & Setiawan (2013)
dengan adanya kredit mikro dapat menmbantu tigra proses operasi perusahaan
yaitu meningkatkan modal, laba dan pendapatan UMKM.
Untuk mengatasi permasalahan inilah Pemerintah mengesahkan UU No 20
Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Dibentuk dan
disahkannya undang-undang ini agar pemberdayaan usaha mikro kecil dan
menengah dapat ditingkatkan. Keseriusan pemerintah dalam memberdayakan
UMKM menyangkut permodalan ini diwujudkan dengan pemberian bantuan
modal pada UMKM dan Koperasi melalui program Kredit Usaha Rakyat
(KUR) yang di bentuk oleh mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono
pada 5 November 2007. Program ini merupakan bentuk kerjasama pemerintah
dan bank untuk membantu permodalan para pelaku UMKM.
Realisasi penyaluran KUR ini pada tahun 2010 telah mencapai Rp 17,23
trilliun kepada 1.437.650 debitur yang tersebar di 33 provinsi di seluruh
Indonesia dengan rata-rata kredit sebesar Rp 11,98 juta per debitur. KUR
disalurkan melalui bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah, yaitu melalui
BPD, BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bank
Bukopin yang tersebar di 33 provinsi Indonesia.
KUR diciptakan untuk menjawab permasalahan permodalan UMKM
untuk mengembangkan usahanya. Sebagai salah satu program yang
menyediakan bentuk pinjaman berupa pembiayaan atau kredit dengan bunga
yang relatif merakyat bagi usaha mikro kecil dan menengah. Bunga KUR
selalu mengalami perkembangan dengan menyesuaikan kebutuhan serta
10
kondisi usaha UMKM. Kebijakan terkait KUR dan bunganya dirancang untuk
membantu dan mempermudah UMKM untuk mendapatkan pinjaman kredit.
Tabel 1.3
Penyaluran KUR Menurut Sektor Ekonomi
Januari – Desember 2010
Sektor Ekonomi Persentase
Perdagangan, Restoran &
Hotel 57,0 %
Pertanian 18,8%
Lain-lain 8,2%
Jasa-Jasa Dunia Usaha 6,6%
Jasa-jasa Sosial/ Masyarakat 3,2%
Konstruksi 2,5%
Industri Pengolahan 2,4%
Pengangkutan, Pergudangan &
Komunikasi 1,1%
Pertambangan 0,1%
Listrik, Gas & Air 0,0%
Sumber: Kemenko Perekonomian
Dari tabel 1.3 dapat dilihat perkembangan penyaluran KUR pada berbagai
sektor ekonomi di Indonesia pada tahun 2010. Sektor ekonomi yang paling
banyak dibiayai oleh dana KUR adalah sektor perdagangan, restoran dan
hotel, yaitu sebanyak 57,0% atau sebesar Rp 9,82 trilliun dengan debitur
1.057.525 debitur. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian sebanyak 18,8%
atau sebesar Rp 3,25 trilliun dengan 246.407 debitur. Program ini tentu sangat
membantu permasalahan pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya yang
kerap terhambat karena permasalahan permodalan. KUR ini tidak hanya
disalurkan pada pelaku UMKM saja melainkan Koperasi juga. Tapi tetap pada
tujuan utama KUR, yaitu upaya memberdayakan usaha mikro kecil dan
menengah disetiap daerah diseluruh Indonesia.
11
Dengan adanya kredit mereka mampu meningkatkan kebutuhan untuk
pembiayaan modal kerja yang digunakan untuk menjalankan usaha dan
meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka. Solusi dari permasalahan
UMKM tersebut maka pemerintah meluncurkan program pembiayaan bagi
UMKM dan Koperasi yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Di Tangerang Selatan, pemerintah bersama dinas koperasi dan UKM
berusaha untuk mengembangkan usaha UMKM setempat dengan
menyediakan serta memfasilitasi para pelaku usaha untuk mendapatkan dana
KUR dari bank penyalur dana tersebut. Objek penelitian ini adalah wilayah
Tangerang Selatan. Pengambilan tempat tersebut sebagai objek penelitian
dikarenakan pertumbuhan UMKM di wilayah ini sangat pesat. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan terhadap kinerja keuangan
antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Tangerang Selatan dengan
melakukan analisis terhadap laporan keuangan sebelum dan sesudah
menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) antara Usaha Mikro Kecil
dan Menengah tersebut. Kinerja keuangan UMKM ini diukur dari perbedaan
masing-masing variabel yaitu current assets ratio, assets turnover, debt equity
ratio, dan net profit margin antar UMKM di Tangerang Selatan. Kinerja
keuangan ini akan menjadi tolak ukur kemampuan serta nilai perusahaan dan
mengukur seberapa besar pengaruh program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
dalam membantu permodalan serta perkembangan usaha UMKM.
12
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Tangerang Selatan sebelum dan sesudah menggunakan dana
Kredit Usaha Rakyat (KUR)?
2. Bagaimanakah perbandingan kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Tangerang Selatan sebelum dan sesudah menggunakan dana
Kredit Usaha Rakyat (KUR)?
3. Apakah terdapat perbedaan evaluasi kinerja keuangan antar Usaha Mikro
Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan?
C. Tujuan Penelitian
1. Melihat pertumbuhan kinerja kuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat.
2. Membandingkan kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di
Tangerang Selatan.
3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan evaluasi kinerja keuangan antara
Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah
Bahan informasi dan rujukan bagi pemerintah terkait efektifitas dana
Kredit Usaha Rakyat terhadap kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
13
menentukan kebijakan selanjutnya untuk memberdayakan dan
mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
2. Bagi Perbankan
Memberikan informasi terkait efektifitas dana Kredit Usaha Rakyat
terhadap kinerja keuangan dan perkembangan usaha mikro kecil dan
menengah serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk menentukan
kebijakan kredit selanjutnya untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan terkait perkembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit
Usaha Rakyat serta menganalisis permasalahan perusahaan dari segi
keuangan.
4. Bagi Pelaku Usaha
Memberikan informasi kepada pelaku usaha atau Usaha Mikro Kecil dan
Menengah terkait kinerja keuangan usahanya sebelum dan sesudah
menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan teori ini akan menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis
serta dapat dijadikan bahan acuan untuk menganalisis hasil penelitian. Dalam
landasan teori akan dipaparkan teori serta argumentasi yang disusun sebagai
tuntunan dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam rangkaian
penelitian serta perumusan hipotesis.
1. Struktur Modal
a. Pengertian Struktur Modal
Manajer keuangan harus bisa menentukan kebijakan pembelanjaan yang
akan dilakukan dalam perusahaan. Kebijakan pembelanjaan ini terkait dengan
masalah keputusan pendanaan. Manajer keuangan harus menentukan
bagaimana aktiva keseluruhan perusahaan dibiayai, dengan menggunakan
modal sendiri, pinjaman atau menggunakan keduanya. Masalah pendanaan ini
perlu diperhitungkan secara rinci dan matang. Selain jumlah yang harus
diperhitungkan, sumber pendanaan tersebut juga perlu dipertimbangkan oleh
perusahaan dan manajer keuangan.
Komponen struktur modal dapat dilihat di laporan keuangan perusahaan,
tepatnya di bagian kanan neraca perusahaan. Pembiayaan pembelanjaan
permanen bagi perusahaan terdiri dari hutang jangka panjang dan modal
sendiri. Berbagai teori lahir untuk menjelaskan pengertian dari struktur modal.
15
Teori yang paling terkenal dalam menjelaskan struktur modal adalah teori
Modigliani dan Miller (1958) atau yang bisa disebut sebagai teori MM.
Struktur modal merupakan campuran sumber-sumber dana jangka panjang
yang digunakan perusahaan (Arthur J. Keown dan J. William Petty, 2010).
Struktur modal merupakan gambaran kebijakan perusahaan dalam
menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan. Masalah struktur modal erat
kaitannya dengan masalah kapitalisasi. Karena jenis-jenis modal yang
membentuk kapitalisasi disebut sebagai struktur modal. Keputusan struktur
modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam
maupun luar perusahaan. Sumber dana modal sangat berpengaruh pada nilai
perusahaan.
Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara uang dan modal
sendiri (saham preferen dan saham biasa) yang digunakan perusahaan untuk
merencanakan mendapatkan modal (Ambarwati, 2010). Modal pribadi dan
modal asing sangat menentukan keberlangsungan usaha. Hutang yang
digunakan perusahaan merupakan beban yang harus ditanggung perusahaan.
Menurut Institute of Chartered Accountants of India, mengatakan bahwa
struktur modal mengacu pada percampuran modal yang digunakan pada
perusahaan (Kulkarni dan Chirputkar, 2014). Keputusan struktur modal
diantaranya termasuk pembiayaan, jumlah dana, dan percampuran diantara
keduanya.
Menurut (Rodoni dan Ali, 2010), Capital Structure atau struktur modal
adalah perbandingan yang digunakan dalam menentukan kebutuhan belanja
16
perusahaan dengan dana yang digunakan berasal dari perpaduan sumber dana
jangka panjang yang diperoleh baik dari luar maupun dalam perusahaan.
Menurut Gleason et al dalam Abeywardhana (2015) perusahaan memilih
hutang dan modal campuran dengan menyeimbangkan biaya dan keuntungan.
Perusahaan akan menggunakan strategi dalam kinerja usahanya yang berbeda
untuk mendapatkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan menurut Mardiyanto (2008), Struktur modal didefinisikan
sebagai perpaduan antara utang jangka panjang dengan tingkat ekuitas
perusahaan. Dapat disimpulkan pula struktur modal merupakan struktur
keuangan dikurangi dengan utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan.
Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena sifat
dari hutang jangka pendek yang cepat berubah sesuai dengan tingkat
penjualan. Berbeda dengan hutang jangka panjang yang memiliki sifat tetap
dengan jangka waktu yang panjang (seperti satu tahun). Sehingga keberadaan
hutang jangka panjang ini harus diperhitungkan oleh manajer keuangan dalam
perusahaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah kumpulan dari
berbagai macam jenis modal baik yang berasal dari dalam maupun luar
perusahaan yang digunakan untuk pembiayaan kebutuhan perusahaan.
b. Faktor-Faktor yang Menentukan Struktur Modal
Struktur modal merupakan permasalahan yang penting dalam perusahaan,
kondisi struktur modal yang baik atau buruk akan berpengaruh langsung pada
kondisi keuangan perusahaan. Struktur modal perusahaan dikatakan baik jika
17
utang yang dimiliki perusahaan lebih kecil dibanding modal yang dimiliki
perusahaan. Dengan begitu beban yang ditanggung oleh perusahaan jumlahnya
kecil. Begitu pula sebaliknya, struktur modal dikatakan dalam kondisi buruk
apabila utang perusahaan sangat besar sehingga beban yang ditanggung oleh
perusahaan pun besar.
Menurut Brealey (2007), menyebutkan ada empat faktor utama yang
digunakan untuk menyusun struktur modal, yaitu
1) Pajak
Perusahaan yang konsisten dalam menghasilkan keuntungan adalah
perusahaan yang akan sering membayar pajak. Jika tingkat pajak
perusahaan lebih tinggi dari tingkat pajak pemegang obligasi,
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari
hutang.
2) Resiko
Kesulitan keuangan dinilai mahal bagi perusahaan yang mampu
bertahan. Sama halnya dengan yang lain, kesulitan keuangan lebih
mungkin dialami bagi perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang
tinggi. Itu sebabnya perusahaan yang memiliki resiko tinggi
cenderung akan mimilih untuk mengurangi hutangnya.
3) Tipe Aset
Biaya financial distress tergantung pada tipe aset yang dimiliki
perusahaan.
18
4) Financial Slack
Teori mengatakan bahwa perusahaan lebih suka menerbitkan
hutang dibandingkan saham jika keuangan internal tidak mencukupi.
Menurut (Brigham dan Houston, 2001) empat faktor yang mempengaruhi
keputusan struktur modal adalah
1) Resiko Bisnis atau tingkat resiko yang terkandung dalam operasi
perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan hutang. Makin
besar resiko bisnis suatu perusahaan, makin rendah rasio utang yang
optimal.
2) Posisi Pajak
Jika besar pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena
perhitungan penyusutan, bunga pada hutang yang beredar atau
kerugian pajak yang dikompensasi ke muka, maka tambahan hutang
tidak banyak memberi manfaat sebagaimana yang dirasakan
perusahaan dengan tariff pajak efektif yang lebih tingi.
3) Fleksibilitas Keuangan
Kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar
dalam keadaan yang buruk. Keberadaan dana yang dimiliki
perusahaan sangat mempengaruhi struktur modal perusahaan.
4) Konservativitas atau agresivitas manajemen
Sebagian manajer perusahaan lebih agresif untuk memanfaatkan
hutang, sehingga perusahaan lebih cenderung menggunakan utang
untuk meningkatkan laba. Ini bukan salah satu faktor yang tidak
19
mempengaruhi struktur modal yang optimal atau yang
memaksimalkan nilai, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang
ditargetkan dan ditetapkan manajer.
c. Teori Struktur Modal
1) Trade Off Theory
Menurut Brealey et al,.(2012) trade off muncul karena manajer sering
menganggap keputusan utang-ekuitas perusahaan sebagai trade off antara
perlindungan pajak bunga dan biaya masalah keuangan. Model ini
menjelaskan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian akibat
penggunaan hutang. Dimana dalam keadaan pajak nilai perusahaan akan naik
minimal dengan biaya modal yang minimal.
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006) trade off theory
menyatakan bahwa perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan
dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Model trade-off
disebabkan karena struktur modal optimum. Dalam teori trade-off hutang akan
meningkatkan nilai perusahaan sampai pada titik tertentu, namun apabila
sudah terlalu banyak dikhawatirkan akan menyebabkan kebangkrutan.
Trade off theory merupakan model struktur modal yang mempunyai asumsi
bahwa struktur modal perusahaan merupakan keseimbangan antara
keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress (kesulitan
keuangan) dan agency cost (biaya keagenan). Berdasarkan trade off theory,
tingkat laverage dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cenderung membiayai
20
investasinya dengan mengeluarkan saham, karena harga sahamnya relatif
tinggi. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cenderung
menanggung costs of financial distress yang besar, karena memiliki risiko
keberangkutan yang tinggi. Dengan demikian, tingkat pertumbuhan
berhubungan negatif dengan tingkat leverage.
Menurut Brigham (2001), hutang mempunyai keuntungan:
a) Biaya bunga yang mempengaruhi penghasilan pajak, sehingga hutang
menjadi lebih rendah.
b) Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif tetap,
kelebihan dan kekurangan akan menjadi klaim bagi pemilik perusahaan.
Ada beberapa hal yang membuat perusahaan tidak biasa menggunakan
hutang sebanyak-banyaknya karena semakin tinggi hutang akan semakin
tinggi pula kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan mencakup:
a) Biaya Langsung
Biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya
pengacara, biaya akuntan dan biaya-biaya lainnya.
b) Biaya Tidak Langsung
Biaya yang terjadi karena dalam konsisi kebangkrutan perusahaan lain
tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal.
Trade off Theory menekankan adanya keuntungan dari hutang. Hutang
dinilai memiliki nilai manfaat yang tinggi bagi pertumbuhan perusahaan.
Namun, keberadaan hutang memiliki dua sisi yang harus sama-sama
diperhatikan. Perusahaan dinilai tidak baik pula jika tidak memanfaatkan
21
adanya hutang karena hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan sisi negatif dari hutang jika perusahaan tidak dapat mengendalikan
hutang maka kemungkinan yang akan terjadi pada perusahaan adalah resiko
kebangkrutan. Oleh karena itu, manajemen keuangan perusahaan harus
membuat resiko keuangan yang mampu menstabilkan kondisi dan
keberlangsungan perusahaan.
2) Packing Order Theory
Teori Packing Order menjelaskan urutan-urutan pendanaan. Menurut teori
ini manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat bunga yang optimal.
Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat
keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
Tingkat hutang yang kecil dikarenakan perusahaan tidak membutuhkan dana
eksternal. Keuntungan yang tinggi menjadi dana internal perusahaan yang bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi perusaahaan.
Teori Pecking-order didasarkan pada empat fakta yang diobservasi oleh
Myers tentang perilaku keuangan perusahaan. Pertama, kebijakan deviden
adalah “sticky”. Manajer cenderung mempertahankan pembayaran deviden
yang stabil, deviden tidak meningkat ataupun menurun dalam menanggapi
fluktuasi keuntungan yang sementara. Kedua, perusahaan lebih memilih
pembiayaan internal (laba dan mempertahankan kas) untuk pendanaan
eksternal dalam bentuk apapun, utang atau ekuitas. Ketiga, jika perusahaan
harus memperoleh pembiayaan eksternal, maka pertama kali yang akan
dilakukan perusahaan adalah mengeluarkan sekuritas yang paling aman.
22
Teori ini didasarkan pada informasi asimetrik, yaitu sebuah informasi yang
menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak
berupa resiko, prospek dan nilai perusahaan dibanding dengan pemodal
publik. Manajemen sebagai pihak yang memiliki informasi lebih banyak
dibanding pemodal karena manajemen adalah pihak yang mengambil
keputusan keuangan, dan keputusan lainnya terkait keberlangsungan hidup
perusahaan. (Pramesti & Susilowibowo, 2014).
Dalam teori ini menjelaskan tentang manfaat dari hutang yang harus
diketahui oleh perusahaan. Sama halnya yang terjadi pada perusahaan-
perusahaan kecil mereka cenderung enggan menggunakan dana dari pihak
eksternal atau hutang, mereka lebih percaya dan yakin pada dana internal yang
dimiliki. Ketidakpercayaan pada dana eksternal karena mereka tidak berani
mengambil resiko hutang yang diambil.
3) Teori Modigliani dan Miller (MM)
Teori ini mendukung adanya hubungan antara struktur modal dengan
biaya modal. Berdasarkan pendekatan laba bersih operasi yang menyatakan
bahwa struktur modal tidak mempengaruhi biaya modal perusahaan dan juga
nilai dari perusahaan. Menurut teori ini nilai total perusahaan dipengaruhi oleh
investasi yang dilakukan perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba (Pramesti & Susilowibowo, 2014).
Modigliani dan Miller mengasumsikan bahwa pasar modal bersifat
sempurna dan tidak ada pajak. Teori ini juga menyatakan bahwa nilai
perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham tidak dipengaruhi oleh
23
struktur modal. Mereka juga memperhatikan pajak dan penggunaan hutang
yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang
saham (Moeljadi, 2006).
Dalam teori ini menjelaskan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi
oleh adanya struktur modal (Brigham dan Houston, 2001). Menurut teori ini
tidak ada masalah bagi perusahaan dalam membiayai kegiatan operasi,
struktur modal tidak relevan. Teori ini dianggap tidak relevan dalam dunia
keuangan dikarenakan adanya asumsi-asumsi yang dianggap tidak realistis.
Meskipun demikian teori ini merupakan teori yang memiliki peran besar untuk
mengembangkan riset selanjutnya tentang struktur modal.
Modigliani dan Miller mengembangkan teori trade-off dari struktur modal.
Mereka menunjukkan bahwa hutang bermanfaat karena bunga dapat
dikurangkan dalam menghitung pajak, tetapi utang juga menimbulkan biaya
yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Menurut
teori MM, struktur modal dikatakan dalam kondisi optimal jika manfaat pajak
dari utang dan biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan berada dalam
kondisi seimbang.
Dapat disimpulkan bahwa empat teori struktur modal ini mendukung
adanya hutang yang mampu meningkatkan nilai perusahaan. Hutang memiliki
dua sisi yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan. Satu sisi hutang
memiliki manfaat dan satu sisi hutang dikatakan sebagai resiko yang harus
ditanggung oleh perusahaan. Hutang yang berlebihan akan mendatangkan
24
resiko kebangkrutan. Dua sisi ini merupakan bagian dari keputusanaan
keuangan bagi perusahaan.
d. Jenis-Jenis Modal
Jenis-jenis modal dibagi kedalam dua jenis (Riyanto, 2010) :
1. Modal Asing atau hutang merupakan modal yang berasal dari luar
perusahaan dan bersifat sementara bekerja di dalam perusahaan dan
dianggap sebagai utang bagi perusahaan yang wajib dikembalikan. Dalam
hal ini hutang dibagi kedalam tiga kategori yaitu hutang jangka panjang,
jangka pendek, dan jangka menengah. Hutang jangka pendek merupakan
hutang yang harus dikembalikan dalam waktu kurang dari satu tahun atau
tepat satu tahun. Hutang jangka panjang merupakan salah satu jenis hutang
yang memiliki jangka waktu pengembalian lebih dari satu tahun.
Sedangkan hutang jangka menengah merupakan salah satu jenis hutang
yang dalam pelunasannya memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun.
2. Modal Sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan
waktunya. Oleh karena itu, modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas
merupakan “dana jangka panjang tidak tentu waktunya”. Modal sendiri
dapat berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Modal
ini berasal dan dibentuk sendiri oleh perusahaan. Sumber intern berbentuk
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang
25
berasal dari pihak eksternal ialah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan.
e. Sumber-Sumber Modal
Besar kecilnya kebutuhan modal dipengaruhi oleh besar kecilnya
kebutuhan maupun ukuran perusahaan. Semakin besar dan berkembangnya
perusahaan maka kebutuhan akan modal juga semakin meningkat. Maka
perusahaan perlu mencari sumber pembiayaan lainnya.
Dilihat dari asalnya sumber penawaran modal terdiri dari :
1. Sumber Intern (Internal Resource)
Modal yang berasal dari sumber internal, yaitu modal atau dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri dari dalam perusahaan. Sumber modal ini
dapat berupa laba ditahan (retained earning) dan akumulasi penyusutan
(accumulation depreation). Besarnya modal dari laba ditahan tergantung
dari besarnya laba yang diperoleh dalam periode tertentu dan kebijakan
deviden dari perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan pada akumulasi
penyusutan dibentuk dari depresiasi setiap tahunnya dan tergantung pada
metode yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan.
2. Sumber Ekstern (Eksternal Resource)
Sumber eksternal berasal dari luar perusahaan diambilkan dari sumber-
sumber modal yang berada diluar perusahaan dan dinamakan
pembelanjaan dari luar perusahaan (exsternal financing). Dana ini dapat
berasal dari para kreditur (modal asing) dan pemilik, peserta atau
pengambil bagian di dalam perusahaan (modal sendiri).
26
2. Kredit
a. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa latin “credo” yang memiliki arti saya
menaruh. Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak
(kreditor atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain
(nasabah atau penghutang) dengan janji membayar dari penerima kredit
kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak
(Rivai dan Veithzal, 2007).
Kredit merupakan bentuk dari uang tetapi memiliki tipe yang berbeda
dari uang pada umunya, bentuknya tidak harus nyata, meskipun begitu kredit
sering dijamin oleh sesuatu, yaitu uang di bank, emas, atau beberapa barang
nyata lainnya (MacDonald dan L.Gastmann, 2001).
Dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dijelaskan
bahwa kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti percaya.
Maksud dari percaya adalah pemberi kredit percaya pada penerima kredit
bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai dengan
persetujuan. Sedangkan bagi penerima kredit maka dia memiliki kewajiban
untuk mengembalikan pinjamannya tersebut sesuai dengan waktu atau jatuh
tempo yang disepakati. (Kasmir, 2008).
27
Selain kredit ada yang disebut dengan pembiayaan. Pada dasarnya
kredit dan pembiayaan memiliki maksud yang sama, yang membedakan
hanyalah tatacara pengelolaan dan imbalan yang diberikan. Pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Kredit diberikan oleh perbankan berdasarkan prinsip konvensional,
sedangkan pembiayaan diberikan oleh bank syariah berdasarkan prinsip bagi
hasil. Keuntungan yang didapat juga berbeda. Keuntungan kredit diperoleh
dari bunga sedangkan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berupa
imbalan atau bagi hasil.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kredit
merupakan salah satu bentuk pinjaman uang maupun lainnya yang diberikan
kreditor pada debitor dengan suatu jaminan yang harus dibayar atau
dikembalikan berdasarkan waktu yang telah disepakati secara bersama.
b. Unsur-Unsur Kredit
Sebelum kredit disalurkan pada nasabah tentu ada beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk dianalisis. Analisis ini diantaranya terkait latar belakang
perusahaan atau nasabah, prospek usaha, jaminan yang mampu diberikan, dan
hal-hal lain. Analisis ini dilakukan untuk menilai apakah nasabah layak atau
tidak untuk mendapatkan kredit. Ada beberapa unsur yang perlu
28
dipertimbangkan ketika akan menyalurkan kredit oleh bank atau lembaga
pembiayaan lainnya.
Unsur-unsur tersebut diantaranya:
1) Kepercayaan
Keyakinan yang diberikan oleh pemberi kredit kepada debitor akan
kemampuan debitor untuk mengembalikan kredit yang diberikan
(uang barang atau jasa) sesuai dengan jangka waktu yang
disepakati. Hal ini dilakukan oleh bank untuk memastikan
kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjamannya dengan
menyelidiki latar belakang nasabah secara internal maupun
eksternal.
2) Kesepakatan
Kesepakatan atau perjanjian ini dilakukan antara dua pihak dalam
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.
3) Jangka Waktu
Waktu atau masa yang sudah disepakati dua belah pihak untuk
mengembalikan kredit. Waktu yang biasa disepakati biasanya
jangka pendek (kurang dari setahun) dan jangka panjang (satu
tahun atau lebih).
4) Risiko
Resiko adalah keadaan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Hal ini berkaitan dengan kesepakatan pengembalian (jangka waktu
pengembalian kredit). Resiko yang dihadapi yaitu berupa kredit
29
macet (pengembalian kredit yang tidak tepat waktu). Resiko ini
bisa terjadi baik sengaja atau tidak sengaja oleh nasabah. Kredit
macet ini akan merugikan bank yang menyalurkan kredit macet.
5) Balas Jasa
Keuntungan yang diperoleh bank atas jasanya menyalurkan kredit.
Bank konvensional akan mendapatkan keuntungan berupa bunga,
sedangkan bank syariah akan mendapatkan bagi hasil yang telah
disepakati.
c. Tujuan Kredit
Kredit memiliki fungsi dan tujuan. Tujuan dan fungsi kredit tidak
hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Masyarakat, pemerintah dan
banyak pihak lainnya dapat memanfaatkan kredit untuk menjalankan
usahanya. Adapun tujuan dari pemberian kredit adalah;
1) Mencari Keuntungan
Keuntungan yang diterima yang akan diperoleh oleh bank yaitu
berupa bunga. Bunga merupakan bentuk balas jasa dan biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan
ini sangat penting bagi keberlangsungan hidup bank.
2) Membantu Usaha Nasabah
Dana yang diperoleh dari kredit ini dapat digunakan untuk
mengembangkan dan memperluas usaha debitur.
30
3) Membantu Pemerintah
Keuntungan yang diperoleh pemerintah melalui penyaluran kredit
berupa penerimaan pajak, selain itu dapat membuka kesempatan
kerja melalui perluasan usaha yang membutuhkan tenaga kerja
baru. Kredit juga membantu pemerintah dalam meningkatkan
jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Devisa negara
juga dapat meningkat apabila produk dari kredit yang dibiayai
untuk keperluan ekspor.
Kredit memiliki banyak manfaat untuk berbagai kalangan. Kredit
merupakan salah satu solusi bagi pihak yang kekurangan dana dalam
menjalankan usaha maupun berniat menjalankan usaha atau kegiatan
namun tidak memiliki dana yang mendukung usaha maupun kegiatannya.
Meskipun memiliki manfaat sebagai salah satu tambahan modal dan
usaha, kredit ini dapat dinilai merugikan bagi pihak yang tidak dapat
memenuhi tanggung jawabnya. Karena kredit ini merupakan salah satu
bentuk pinjaman atau hutang yang berikan kepada pihak yang kekurangan
dana.
Menurut Ismail (2010) fungsi dari adanya kredit dalam melayani
kebutuhan dan meningkatkan usaha masyarakat yaitu;
a) Meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa
b) Kredit merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle found
(pihak yang kelebihan dana). Tentu ini akan sangat efektif karena dana
tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan dana.
31
c) Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru, sebagai contoh
kredit Koran yang diberikan bank kepada usahawan.
d) Kredit sebagai alat pengendali harga. Pemberian kredit yang ekspansif
akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan
peningkatan peredaran uang tersebut akan mendorong kenaikan harga.
e) Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang
ada. Kredit produktif yaitu kredit modal kerja atau investasi. Kredit
tersebut memiliki dampak pada kenaikan makroekonomi.
d. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Kasmir (2008) secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari
berbagai segi diantaranya sebagai berikut:
1) Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit Investasi merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek atau untuk keperluan
rehabilitasi.
b. Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
2) Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit Produktif merupakan kredit yang digunakan untuk
meningkatkan usaha, produksi dan investasi.
b. Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk
kebutuhan konsumsi pribadi.
32
c. Kredit Perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk
perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan dan
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan
tersebut.
3) Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit Jangka Pendek adalah kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah adalah kredit dengan jangka waktu
berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, biasanya
untuk investasi.
c. Kredit Jangka Panjang adalah kredit yang masa pengembaliannya
panjang berkisar antara tiga sampai lima tahun.
4) Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan adalah kredit yang diberikan dengan
suatu jaminan, jaminan dapat berbentuk barang berwujud atau
tidak berwujud atau jaminan orang.
b. Kredit tanpa jaminan adalah kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan
melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik
si calon debitor selama ini.
5) Dilihat dari segi jumlahnya adalah jenis Kredit ini terdiri dari kredit
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), kredit Usaha Kecil dan
33
Menengah (UKM), kredit korporasi (Ismail, 2010). Kredit UMKM
merupakan merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha
dengan skala usaha sangat kecil. Misalnya kredit yang diberikan
bank kepada pengusaha tempe, dan peracangan. Kredit UKM
merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan
antara Rp 50.000.000,00 dan tidak melebihi Rp 350.000.000,00
UKM sudah memiliki modal yang cukup, serta administrasi yang
lebih baik dibanding dengan UMKM, sehingga bank juga dapat
memenuhi permohonan kreditnya. Kredit UKM antara lain kredit
untuk koperasi, pengusaha kecil (perdagangan, toko, dan grosir).
Kredit Korporasi adalah kredit yang diberikan kepada debitur dengan
jumlah besar dan diperuntukkan kepada debitur besar (korporasi).
Pada umumnya, bank lebih mudah melakukan analisis terhadap
debitur korporasi karena data keuangannya lebih lengkap,
administrasinya baik, dan struktur permodalannya kuat.
Dapat disimpulkan bahwa kredit ini memiliki jenis-jenis atau digolongkan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pengelompokan jenis kredit ini
akan mempermudahkan bagi nasabah yang membutuhkan bantuan kredit. Dari
setiap jenis kredit ini didasarkan dan disesuaikan dengan kebutuhan nasabah
sehingga nasabah dapat dengan mudah menyesuaikan syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan pinjaman kredit dari bank ataupun dari pihak
lain.
34
e. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum kredit disalurkan bank kepada nasabah, bank perlu melakukan
beberapa analisis. Analisis ini digunakan untuk memperkuat keyakinan bank
pada nasabah bahwa nasabah mampu memenuhi tanggung jawabnya sebagai
debitur. Penilaian berdasarkan aspek dan kriteria yang tetap. Ukuran-ukuran
yang sudah ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya
bank menggunakan analisis 5C untuk menilai nasabah yang menguntungkan
bagi bank.
Berikut adalah penjelasan mengenai 5C kredit, yaitu:
1) Character
Gambaran mengenai watak dan kepribadian dari debitur. Hal ini
dianalisis oleh bank untuk mengetahui bahwa calon debitur mampu
memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai jatuh tempo
yang ditentukan.
2) Capacity
Kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai
jangka waktu kredit. Hal ini bisa dilihat dari kemampuannya dalam
menjalankan bisnis yang dimiliki nasabah selama ini. Kemampuan
nasabah dalam bidang bisnis biasanya dihubungkan dengan pendidikan
dan pemahaman nasabah tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.
3) Capital
Semakin besar modal yang dimiliki oleh calon debitur maka hal
tersebut akan membuat bank yakin tentang keseriusan nasabah dalam
35
mengajukan kredit. Analisis terhadap penggunaan modal dinilai efektif
atau tidak dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi)
yang dimiliki nasabah. Dari laporan keuangan tersebut bank akan
mengukur kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan
profitabilitas perusahaan.
4) Collateral
Jaminan yang diberikan calon debitur kepada bank atas kredit yang
diajukan. Jaminan ini merupakan sumber pembayaran kedua nasabah
jika dia tidak mampu memenuhi kewajiban membayar pinjaman.
5) Condition of Economy
Bank perlu melakukan analisis terhadap kondisi ekonomi dan politik
saat ini. Hal ini akan dikaitkan dengan keberlangsungan usaha calon
debitur nantinya. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai dipilih
dari bisnis yang memiliki prospek bagus dan memiliki kemungkinan
kecil kredit bermasalah.
Dapat disimpulkan bahwa setiap prinsip ini diterapkan pada seluruh
nasabah untuk menganalisis kemampuan dari setiap nasabah dalam
mengembalikan pinjamannya. Bank akan berusaha untuk menghindari adanya
resiko kredit macet akibat dari adanya ketidakmampuan nasabah dalam
melunasi hutang sebagai salah satu faktor.
f. Kualitas Kredit
Kredit merupakan salah satu faktor penentu hidup atau matinya usaha
suatu bank. Pemberian kredit dikatakan berkualitas jika kredit tersebut
36
mampu memperkecil kemungkinan kredit tersebut bermasalah. Agar kredit
tersebut berkualitas maka bank perlu melakukan pemisahan fungsi dalam
organisasi kredit tersebut. Hal ini dilakukan agar masing-masing fungsi
dapat bekerja dengan baik dan menjecegah terjadinya kredit yang
bermasalah.
Menurut Sutojo (2008) dalam kasus kredit bermasalah, debitur tidak
menepati janji membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh
tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada
pembayaran. Dalam dunia perbankan internasional, kredit dapat
dikategorikan ke dalam kredit bermasalah jika:
1) Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan atau kredit lebih dari
90 hari sejak tanggal jatuh temponya
2) Tidak dilunasi sama sekali
3) Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit
dan bunga yang tercantum dalam pinjaman kredit
Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit diperlukan
sebuah ukuran. Oleh karena itu Bank Indonesia menggolongkan kualitas
kredit menurut ketentuan sebagai berikut:
1) Kredit Lancar (pas)
Kredit dapat dikatakan lancar jika pembayaran pokok angsuran atau
bunga tepat waktu, memiliki mutasi rekening yang aktif, dan bagian
dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
37
2) Dalam Perhatian Khusus
Kredit yang mendapat perhatian khusus apabila terdapat tunggakan
pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui
90 hari, kadang-kadang terjadi cerukan, jarang terjadi pelanggaran
terhadap kontrak yang diperjanjikan, mutasi rekening reklatif aktif,
dan didukung dengan pinjaman baru.
3) Kurang Lancar (substandard)
Dikatakan kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari, sering
terjadi cerukan, terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan lebih dari 90 hari, frekuensi mutasi rekening relatif
rendah, terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur,
dan dokumen pinjaman lemah.
4) Diragukan
Yang dimaksud dengan kredit diragukan apabila terdapat tunggakan
pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
180 hari, terjadi cerukan yang bersifat permanen, terjadi wanprestasi
lebih dari 180 hari, terjadi kapitalisasi bunga, dokumen hukum yang
lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.
5) Macet (loss)
Kredit macet dapat terjadi jika terdapat tunggakan pembayaran
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari,
kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, dari segi hukum
38
dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang
wajar.
3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Semua orang tidak asing tentunya jika mendengar istilah ini. Mereka
semua pasti sudah mengidentifikasi apa yang dimaksud dengan UMKM,
bagaimana bentuk, dan apa saja jenis usahanya. Setiap orang punya pengertian
yang berbeda-beda terkait pengertian UMKM. Bahkan setiap instansi pula juga
memiliki presepsi yang berbeda-beda.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, menjelaskan tentang
pengertian dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yaitu sebagai
berikut:
1) Usaha Mikro: usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil: usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
3) Usaha Menengah: usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang ukan
39
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
Tabel 2.1
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah
No Uraian Kriteria
Asset Omzet
1 Usaha Mikro Max 50 Jt Max 300 jt
2 Usaha Kecil 50jt -500 jt 300 jt -2,5 M
3 Usaha Menengah 500jt- 10 M >2,5 M – 50 M
Sumber data: Kementerian Koperasi dan UKM (data diolah)
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal
29 Januari 2003, menjelaskan pengertian Usaha Mikro yaitu usaha produktif
milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.
Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp
50.000.000,00.
Keberadaan Usaha Mikro merupakan salah satu solusi permasalahan
negara berkembang yang memiliki laju pertumbuhan penduduk lebih cepat
dibanding dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan. Usaha Mikro merupakan
salah satu bentuk usaha yang memiliki peran besar dengan kemampuannya
menciptakan lapangan pekerjaan yang luas, mampu memberikan pelayanan
ekonomi secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan
dan meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi,
40
dan menjaga stabilitas perekonomian negara. Sebagai usaha yang fleksibel dan
tahan terhadap kondisi apapun. Hal ini mampu dibuktikan pada saat krisis yang
melanda pasar Indonesia sekitar tahun 1997. UMKM mampu bertahan
dibandingkan dengan usaha besar yang ada di Indonesia.
b. Tujuan dan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Tujuan dari adanya Usaha Mikro kecil dan Menengah ini telah di jelaskan
dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, yaitu menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Peran usaha mikro sangat penting dan memiliki pengaruh besar untuk
membangun dan meningkatkan perekonomian sebuah negara. Meskipun masuk
kedalam kategori usaha kecil namun daya serap terhadap tenaga kerja sangat
besar. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mampu melahirkan solusi terhadap
permasalahan ketenagakerjaan. Usaha kecil ini dibangun dengan modal atau
investasi yang lebih kecil dibanding jenis usaha besar lainnya. Usaha kecil ini
termasuk kedalam jenis usaha yang fleksibel dan mudah beradaptasi dengan
perubahan pasar. Hal ini yang menyebabkan usaha mikro terbilang kuat dan
tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan dari luar berupa perubahan-perubahan
kondisi pasar atau iklim usaha yang tidak menentu. Jenis usaha ini memiliki
potensi besar, oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk mengembangkan
dan memberdayakan UMKM.
41
Menurut Setyobudi (2007) eksistensi peran UMKM dalam membangun
perekonomian nasional ditunjukkan melalui data-data empiris di lapangan
yaitu:
1) UMKM menduduki posisi teratas sebagai industri dengan jumlah
besar yang terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Pada tahun 2005
tercatat jumlah UMKM adalah 44,69 unit atau 99,9% dari jumlah total
unit usaha.
2) Memiliki potensi yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Setiap unit
investasi pada sektor UMKM mampu menciptakan kesempatan kerja
lebih banyak dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha
besar. Sektor UMKM mampu menyerap 77,68 juta tenaga kerja atau
99,77% dari total angkatan kerja yang bekerja.
3) UMKM berkontribusi besar dalam pembentukan PDB yang cukup
signifikan yaitu sebesar 54,22% dari total PDB.
c. Permasalahan Yang Dihadapi UMKM
Meskipun tergolong ke dalam jenis usaha yang tahan terhadap ketidak
pastian kondisi ekonomi seperti krisis, UMKM sebagai industri kecil juga
memiliki banyak permasalahan. Permasalahan yang berasal dari internal
perusahaan ataupun dari luar perusahaan. Industri kecil ini dibangun dengan
cara yang sederhana atau tradisional. Pemilik pun tidak harus memiliki syarat
khusus untuk mengelola usaha. Pengelolaan dilakukan secara sederhana.
42
Permasalahan UMKM bisa dilihat dari berbagai aspek dalam kegiatan
perusahaan. Aspek tersebut diantaranya pemasaran, produksi, SDM,
manajerial, keuangan, ketenagakerjaan, dan masih banyak aspek lainnya.
Berikut adalah penjabaran dari permasalahan UMKM yang sering
dihadapi pelaku UMKM digolongkan kedalam dua hal, yaitu permasalahan
berdasarkan faktor eksternal dan faktor internal.
1) Faktor Internal
a) Kekurangan Modal dan Keterbatasan Akses Modal
Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
perusahaan. Bagi UMKM modal merupakan masalah utama yang
harus dihadapi. Kebanyakan dari pelaku usaha ini menggunakan
modal sendiri untuk menjalankan usahanya. Modal yang biasa mereka
gunakan jumlahnya sangat terbatas. Selain itu mereka memiliki
keterbatasan untuk mengakses pembiayaan dari bank maupun dari
lembaga keuangan lain. Persyaratan menjadi hambatan terbesar bagi
UMKM untuk mendapat bantuan modal dari lembaga keuangan.
b) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebagian besar usaha kecil dikelola dengan cara yang sederhana, jenis
usaha mereka termasuk kedalam jenis usaha turun-temurun. Untuk
menjalankan usahanya tidak perlu syarat khusus dan tidak harus dari
golongan ahli dalam suatu bidang. Ini merupakan salah satu
keterbatasan yang dimiliki oleh UMKM dari segi SDM. Hal ini yang
43
menjadikan UMKM sulit untuk mengadopsi hal-hal baru untuk
kemajuan usaha mereka seperti teknologi dan bidang lain.
c) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasian Pasar
Umumnya usaha kecil dikelola secara sederhana, jaringan usahanya
sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar juga rendah dengan
kualitas produk kurang kompetitif. Hal ini yang membedakan antara
usaha kecil dengan usaha besar yang memiliki kemudahan akses pasar
melalui relasi maupun memanfaatkan teknologi.
d) Mentalitas Pengusaha UMKM
Semangat wirausaha atau enterepreneurship UMKM dinilai sangat
kurang. Semangat wirausaha yang dimaksud berupa terus melakukan
inovasi, berani mengambil resiko, dan ulet.
2) Faktor Eksternal
a) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Keterbatasan dalam mengakses pasar melalui relasi dan teknologi
menyebabkan UMKM memiliki kesulitan dalam mendapatkan sarana
dan prasarana yang lebih baik untuk mengembangkan usahanya.
b) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Indikator ekonomi makro berupa kontribusinya terhadap penciptaan
PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan
perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil
dan menengah melalui pembentukan modal tetap bruto (investasi)
dijadikan tolak ukur keberhasilan usaha UMKM. Perkembangan dan
44
pertumbuhan UMKM selalu dipantau untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan. Selain itu kendala dari
UMKM yaitu sulitnya dalam memperoleh izin usaha dari pemerintah.
Hal ini dikarenakan banyaknya persyaratan yang sulit untuk dipenuhi
oleh pelaku UMKM.
Jadi dapat disimpulkan meskipun UMKM mampu bertahan dibanding
usaha besar lain pada saat iklim usaha tak menentu seperti krisis ternyata
UMKM juga memiliki permasalahan yang cukup kompleks dalam internal
usahanya. Permasalahan UMKM tersebut tidak hanya berasal dari faktor
internal saja tetapi juga berasal dari faktor eksternal. Permasalahan terkait
modal, kualitas SDM, dan kebijakan pemerintah merupakan masalah utama
yang harus diselesaikan melalui kegiatan pemberdayaan untuk
mengembangkan kualitas dan potensi UMKM.
4. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
a. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdasarkan Komite-KUR adalah
kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM dan
Koperasi yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha yang
memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk
mengembalikan (KUR, 2010). Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008, KUR merupakan kredit pembiayaan
kepada UMKM dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang
didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.
45
KUR merupakan program dari pemerintah yang dibentuk untuk
meningkatkan akses UMKM terhadap sumber permodalan dari lembaga
keuangan formal dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan,
penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan. Program ini dalam
pelaksanaannya bekerjasama dengan bank. Tugas bank dalam program ini
yaitu sebagai pihak yang menyediakan dana. Dapat disimpulkan bahwa
program ini merupakan program pemerintah, namun sumber dana sepenuhnya
berasal dari dana bank.
Dalam pelaksanaan penyaluran program KUR pemerintah menggandeng
bank dalam negeri untuk menyalurkan pada nasabah-nasabah yang
memerlukan dana. Bank yang ditunjuk diantaranya, yaitu BRI, BNI, BTN,
Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, dan 13 BPD.
Kredit Usaha Rakyat ini difokuskan pada 5 sektor utama yaitu pertanian,
perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan serta perindustrian, dan
perdagangan. Dana yang disalurkan dalam program KUR sepenuhnya
merupakan dana pihak ketiga (DPK) milik perbankan. Pemerintah hanya
memberikan intensif dengan menjamin sebagian risiko kredit (70%-80%)
melalui lembaga penjaminan. Perusahaan penjaminan milik pemerintah, yaitu
Jamkrindo, Askrindo, Jamkrida Jatim, dan Jamkrida Bali. Perusahaan-
perusahaan ini berperan sebagai lembaga penjaminan KUR. Mekanisme dan
ketentuan penyaluran KUR ditentukan oleh bank pelaksana dengan prinsip
kredit komersial.
46
Tabel 2.2 Landasan Hukum Program Kebijakan KUR
Tahun Peraturan
2007 Inpres No. 6/2007 tentang Kebijakan Percepatan
Sektor Riil dan Pemberdayaan UKM
MoU antara pihak Pemerintahan, bank penyalur, dan
perusahaan penjamin.
2008 Perpres 2/2008 tentang Lembaga Penjaminan
Adddendum I MoU terkait nilai pinjaman KUR
maksimal Rp 5.000.000 dengan tingkat suku bunga
maksimal 24 persen.
PMK No. 135/PMK.05/2008 terkait besaran Imbal Jasa
Pinjaman (IJP) sebesar 1,5 persen dan besar
penjaminan sebesar 70 persen
2010 Addendum II dan Adendum III MoU terkait KUR
Mikro dengan plafon pinjaman maksimal Rp
20.000.000 dengan tingkat suku bunga maksimal 22
persen, dan KUR Ritel dengan plafon pinjaman
maksimal Rp 500.000.000 dengan tingkat suku bunga
maksimal 14 persen, serta penjaminan.
KEP-07/M.EKON/01/2010 tentang penambahan bank
penyalur KUR (13BPD).
PMK No.189/PMK.05/2010 terkait penambahan
besaran IJIP dari 1,5 persen menjadi 3,25 persen.
2011 PMK No.99/PMK.010/2011 terkait Perubahan Modal
Disetor dari Rp 50 M menjadi Rp 25 M untuk
perusahaan penjamin kredit daerah.
2012 KEP-07/M.EKON/01/2012 terkait penambahan 2
perusahaan penjaminan kredit daerah dalam skema
KUR, yaitu Jamkrida Jatim dan Jamkrida Bali
Mandara.
Kep-08/M.EKON/-1/2012 terkait penambahan bank
penyalur KUR (13 BPD).
Sumber : Berbagai Peraturan dan Keputusan Menteri terkait KUR
b. Mekanisme Penyaluran KUR
Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.05/2009 tentang
Fasilitas Penjamin Kredit Usaha Rakyat, terdapat beberapa ketentuan yang
disyaratkan oleh pemerintah dalam penyaluran KUR, yaitu:
47
1) UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha
produktif yang layak namun belum bankable dengan beberapa
ketentuan sebagai berikut:
a) Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapat kredit dari
perbankan.
b) Fasilitas penjaminan dapat diberikan kepada debitur yang belum
pernah mendapat kredit dari program lain.
c) Kesepakatan KUR diperjanjikan oleh Bank Pelaksana dengan
UMKM-K
2) KUR terbagi menjadi dua yakni KUR Retail dan KUR Mikro. Plafond
yang ditetapkan untuk KUR Retail sebesar Rp 20.000.000 sampai Rp
500.000.000, dengan tingkat suku bunga sebesar maksimal 14 persen
efektif per tahun atau ditetapkan oleh Menteri Keuangan atas
rekomendasi Komite Kebijakan. Sedangkan plafond KUR Mikro
maksimal Rp 20.000.000 dengan tingkat suku bunga efektif 22% per
tahun atau ditetapkan oleh Mentri Keuangan atas rekomendasi Komite
Kebijakan.
3) Keputusan untuk memberikan pinjaman berupa KUR diputuskan oleh
bank pelaksana sesuai dengan kelayakan usaha dengan asas-asas
perkreditan yang sehat dan yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
48
c. Tingkat Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Suku bunga kredit ini selalu mengalami perubahan. Perubahan dari setiap
suku bunga disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan para pelaku usaha.
Suku bunga dari setiap kredit selalu mengalami penurunan, hal ini dilakukan
oleh pemrintah dan bank untuk mendukung pengembangan usaha dari pelau
UMKM.
Pada saat ini suku bunga kredit untuk Kredit Usaha Rakyat mengalami
penurunan. Suku bunga KUR skala mikro pada awalnya dalah sebesar 22%
menjadi 20-21% efektif per tahun atau setara dengan 10-10,5% flat per tahun.
Untuk tingkat suku bunga ritel dari 14% menjadi 12-13% efektif per tahun atau
setara dengan 6- 6,5% per tahun. Sedangkan saat ini suku bunga dari KUR
mengalami penurunan sebesar 9%. Semakin menurunnya nilai suku bunga ini
ditujukan bagi kemudahan akses UMKM dalam mendapatkan pinjaman dana
untuk mengembangkan usahanya.
Maksud dari adanya program ini adalah memberdayakan UMKM sebagai
salah satu sektor usaha yang mampu berperan saebagai pencipta lapangan kerja
dan mengurangi kemiskinan agar mendapatkan kemudahan mengakses
pembiayaan bagi kemajuan usahanya.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini bermaksud untuk memberikan informasi terkait
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan penelusuran penelitian
ini akan dapat dipastikan sisi ruangan yang akan diteliti yang dapat diteliti
49
dalam ruangan ini, dengan harapan penelitian ini tidak tumpang tindih dan
tidak terjadi penelitian ulang dengan penelitian terdahulu.
Berikut adalah beberapa penelitian yang meneliti tentang Kredit Usaha
Rakyat :
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Pengarang
dan Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
1. Priyo
Harsono,
2010
Analisis
Bantuan
Kredit Dari
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
Kabupaten
Pati
Terhadap
Perkemba-
ngan UMK
Binaan
KUB Rukun
Mina
Barokah Di
Kecamatan
Juwana
1.Tujuan :
Sama-sama
menganali-
sis
efektivitas
dari KUR
2.Metode
Penelitian :
Uji Pangkat
Tanda
Statistik
Wilcoxon
Variabel
1. Independen
:
Perkemban
gan UMK
2. Dependen :
Modal
usaha,
tenaga
kerja,
jumlah
pembeli,
total
penjualan,
keuntungan
Metode
Penelitian
1. Uji
validitas
2. Uji
Reabilitas
Berdasarkan
uji statistik
pangkat
tanda
Wilcoxon
menyebutkan
bahwa
terdapat
peningkatan
secara
signifikan
terhadap
variabel
modal usaha,
tenaga kerja,
jumlah
pembeli,
total
penjualan,
serta
keuntungan.
Berlanjut ke halaman berikutnya
50
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Pengarang
dan Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
2. Putri Dewi
Srilambang
dan Imam
Mas’ud,
2014
Perbedaan
Kinerja
Keuangan
Usaha Kecil
dan
Menengah
(UKM)
Sebekum
dan Sesudah
Menerima
Fasilitas
Kredit
Perbankan
(Studi Pada
PT. Bank
Rakyat
Indonesia
(Persero)
Unit Tegal
Besar
Jember)
Variabel
1. Current
ratio,
2. Net profit
margin,
3. Debt to
equity
ratio,
4. Total assets
turn over.
Metode
Penelitian
1. Analisis
Statistik
Deskriptif
2. Uji t-test
sampel
berpasa-
ngan
Sampel
Berhu-
bungan
Terdapat
perbedaaan
kinerja
keuangan
kinerja
keuangan
Usaha Kecil
dan
Menengah
(UKM)
sebelum dan
sesudah
menerima
fasilitas kredit
perbankan
diukur dengan
current ratio,
net profit
margin, debt
to equity
ratio, dan
total asset
turn over.
3. Ayuditya
Wihda
Kurnia
Sari, 2013
Peran Kredit
Usaha
Rakyat
(KUR)
Bank Jateng
Terhadap
Perkembang
an Usaha
Mikro Di
Kabupaten
Boyolali
Metode
Penelitian :
Uji Pangkat
Tanda
Statistik
Wilcoxon
Variabel
1. Variabel
dependen:
perkemba
ngan
UKM
Terdapat
perbedaan
pada ongkos
produksi,
omzet
penjualan,
keuntungan,
Berlanjut ke halaman berikutnya
51
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Pengarang
dan Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
(Studi Kasus
: Nasabah
Bank Jateng
Cabang
Boyolali)
2. Variabel
independ
en:
ongkos
produksi,
omzet
penjualan
, keuntu-
ngan, dan
jumlah
jam kerja
Keuntungan,
serta jumlah
jam tenaga
kerja antara
sebelum dan
sesudah
mendapatkan
dana KUR
4. Indah
Yuliana
Putri, 2010
Analisis
Usaha Mikro
Monel yang
Memperoleh
Kredit dari
Dinas
UMKM
Kabupaten
Jepara
Metode
Penelitian
:
Uji
Pangkat
Tanda
Statistik
Wilcoxon
Variabel
1. modal
2. produksi
3. omzet
penjualan
4. tenaga
kerja
5. keuntu-
ngan
Terdapat
perbedaan
pada modal,
produksi,
omzet
penjualan,
tenaga kerja,
Berlanjut ke halaman berikutnya
52
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Pengarang
dan Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
(Studi
Kasus :
Kecamatan
Kalinyamat
an,
Kabupaten
Jepara)
Metode
Penelitian
1. Uji
validitas
2. Uji
reabilitas
dan tingkat
keuntungan
usaha mikro
monel
sebelum dan
sesudah
menggunakan
dana kredit
dari dinas
UMKM
Kabupaten
Jepara
5. I Gusti
Agung Alit
Semara
Putra, IA.
Nyoman
Saskara,
2012
Efektivitas
dan Dampak
Program
Bantuan
Kredit
Usaha
Rakyat
(KUR)
Terhadap
Pendapatan
dan
Kesempatan
Kerja Usaha
Mikro Kecil
dan
Menengah
(UMKM)
Di Kota
Denpasar
Menganalisis
dampak dari
adanya kredit
usaha rakyat
terhadap
usaha mikro
kecil dan
menengah
Variabel
1. Pendapat
an
2. kesempat
an kerja
Metode
Penelitian
1. Analisis
Deskrip-
tif
2. Uji Mc
Nemar
Program
bantuan KUR
berdampak
positif
terhadap
pendapatan
dan
kesempatan
kerja UMKM
di kota
Denpasar.
Berlanjut ke halaman berikutnya
53
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Pengarang
dan Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
6. Cahyo Trio
Utomo,
Achma
Hendra
Setiawan,
2013
Analisis
Peranan
Kredit Mikro
dari PD BPR
Kebumen
Cabang
Kutowinan
un Dalam
Upaya
Mengemban
gkan Usaha
Mikro di
Wilayah
Kerjanya
Menganali
sis
dampak
dari
adanya
kredit
usaha
rakyat
terhadap
usaha
mikro
kecil dan
menengah
Metode
Penelitian
:
Uji
Pangkat
Tanda
Statistik
Wilcoxon
Variabel
1. modal,
2. produksi,
3. volume
penjualan
4. laba
Metode
Penelitian
1. Uji
validitas
2. Uji
realibili-
tas
Terdapat
peningkatan
terhadap
modal usaha
sebesar 250%,
pendapatan
meningkat
Sebesar
139%, dan
laba menigkat
sebesar 140%
setelah
menerima
bantuan kredit
dari PD BPR
BKK cabang
Kebumen,
Kutowaningin
7. Agbaeze E.
K, I. O.
Onwuka,
2014
Impact of
Micro-Credit
On Poverty
Alleviation In
Nigeria: The
Case Of
Enugu East
Local
Council
Mengetahui
efek dari
kredit mikro
Metode
Penelitian
1. Analisis
deskriptif
2. Uji One
Way
ANOVA
Variabel
1. Kemiskin
an
2. Incident
Akses
terhadap
kredit mikro
memliki hasil
yang positif
karena adanya
peningkatan
dalam hal
pembiayaan,
namun tidak
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
Berlanjut ke halaman berikutnya
54
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Pengarang
dan Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
dalam hal
mengurangi
jumlah
kemiskinan
diantara
populasi
8. J.T.O.Oke,
R.
Adeyemo,
M.U.
Agbonlaho
r, 2007
An
Empirical
Analysis of
Micro-
Credit
Repayment
in
Southwes-
tern Nigeria
Mengetahui
pengaruh dari
adanya kredit
mikro
Variabel
1. Variabel
dependen:
tingkat
pengem-
balian
2. Variabel
Independ
en:
pendapa-
tan, jarak
antara
tempat
tingal dan
bank,
jumlah
investasi
bisnis,
beban
sosial-
budaya,
jumlah
pinjaman,
akses
pada
informasi
bisnis,
Keseluruhan
dari variabel
independen
dalam
penelitian ini
memiliki
pengaruh
yang
siknifikan
terhadap
tingkat
pengembalian
kredit yang
dipinjam.
Kemiskinan
dinilai sangat
menghambat
proses
pengembalian
kredit.
Berlanjut ke halaman berikutnya
55
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Pengarang
dan Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
denda
keterlam-
batan
pembaya-
ran,
keanggo-
taan,
jumlah
hari
antara
memin-
jam dan
pembayar
an,
indikator
kemiski-
nan
Metode
Penelitian
Regresi
Berganda
9. Collins
Kapkiyai,
Robert
Mugo,
2015
Effect Of
Trade
Credit On
Financial
Performanc
e Of Small
Scale
Enterprises:
Evidence Of
Eldoret
Town,
Kenya
Variabel:
1. Profit
Margin
Ratio
2. Current
Assets Ratio
Metode
Penelitian:
Statistik
deskriptif
Variabel:
1. Indepen-
den:
Trade
credit
ratio
2. Dependen
: ROA
Metode
Penelitian
1. Analisis
Inferen-
sial
2. Model
Regresi
Berganda
Trade credit
memiliki
hubungan
yang positif
terhadap
kinerja
kuangan
usaha mikro
yang terdapat
di kota
Eldoret,
Berlanjut ke halaman berikutnya
56
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Pengarang
dan Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
Kenya dengan
mengukur
tingkat
likuiditas, net
profit margin,
return on
asstes
perusahaan.
10. Peter
Nderitu
Githaiga,
Charles
Githinji
Kabiru,
2015
Debt
Financing
and
Financial
Performanc
e Of Small
and Medim
Size
Enterprises:
Evidence
From Kenya
Variabel
1.Current
Assets
Ratio
Varibel
Peneli-tian
1. Long Term
Debt Ratio,
2. Short
Term Debt
Ratio,
3. Profit
Margin
Ratio,
4. ROA,
5. Current
Assets
Ratio
Metode
Peneli-tian
1. Uji
validitas
2. Uji
reliabili-tas
3. Analisis
deskriptif
4. Model
Regresi
Berganda
Hutang
jangka
panjang dan
hutang jangka
pendek
perusahaan
memiliki
hubungan
yang negatif
terhadap
kinerja
keuangan
usaha mikro
kecil dan
menengah di
Kenya.
Berlanjut ke halaman berikutnya
57
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan kinerja
keuangan anatara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Tangerang Selatan
dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan sebelum dan sesudah
menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) antara Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah tersebut. Lebih lengkap dapat dilihat pada gambar 2.1.
58
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
UMKM
Kinerja Usaha
KUR
Net Profit Margin
Ratio
Uji Wilcoxon
Analisis Kuantitatif
Uji Kruskal Wallis
Sebelum Sesudah
Current Assets
Ratio
Assets Turnover
Ratio
Current Assets
Ratio
Assets Turnover
Ratio
Debt Equity Ratio Debt Equity Ratio
Sama Beda
Net Profit Margin
Ratio
Uji Statistik
Deskriptif
59
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan dan kajian terhadap penelitian terdahulu yang
relevan, maka hipotesis yang akan diajukan kebenarannya secara empiris
adalah:
Ho1 : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari current assets ratio.
Ha1 : Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari current assets ratio.
Ho2 : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari assets turnover ratio.
Ha2 : Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari assets turnover ratio.
Ho3 : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari debt equity ratio.
Ha3 : Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari debt equity ratio.
Ho4 : Tidak Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan
sesudah menggunakan dana KUR ditinjau dari net profit margin
ratio.
Ha4 : Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari net profit margin ratio.
60
Ho5 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja
keuangan antar UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan
current assets ratio.
Ha5 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
antar UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan current
assets ratio.
Ho6 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja
keuangan antar UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan
assets turnover.
Ha6 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
antar UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan assets
turnover.
Ho7 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja
keuangan antar UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan
debt equity ratio.
Ha7 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
antar UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan debt
equity ratio.
Ho8 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja
keuangan antar UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan
net profit margin.
61
Ha8 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
antar UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan net profit
margin.
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat efektivitas dana
Kredit Usaha Rakyat dengan mengukur apakah ada perbedaan kinerja
keuangan antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Tangerang Selatan
sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat. Pengukuran
dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah sebelum dan sesudah menggunakan dana pinjaman tersebut. Alat
ukur sekaligus variabel dalam penelitian ini adalah current assets ratio
(likuiditas), assets turnover (aktivitas), debt equity ratio (solvabilitas), dan net
profit margin (profitabilitas).
Objek dalam penelitan ini adalah perusahaan-perusahaan yang masuk
kedalam kategori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan bergerak dalam
usaha perdagangan. Perusahaan-perusahaan yang dipilih adalah mereka yang
menggunakan fasilitas kredit dari bank berupa Kredit Usaha Rakyat yang
menjalankan usahanya di sekitar wilayah Tangerang Selatan. Dipilihnya
wilayah ini sebagai objek penelitian dikarenakan Tangerang Selatan
merupakan salah satu daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik
dan merupakan salah satu wilayah yang memiliki pertumbuhan usaha mikro,
kecil, dan menengah yang tinggi. Disisi lain Tangerang Selatan merupakan
salah satu wilayah yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan
wilayah Jakarta, yaitu Jakarta Selatan.
63
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sanusi (2011) Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang
menunjukkan ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan. Kumpulan elemen tersebut menunjukkan jumlah, sedangkan ciri-
ciri tertentu menunjukkan karakteristik dari kumpulan itu. Populasi dalam
penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang memperoleh
pinjaman KUR dari bank pelaksana di wilayah Tangerang Selatan.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling atau pengambilan sempel dilakukan
berdasarkan dengan tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Adapun pertimbangan
yang digunakan untuk memilik sampel dalam penelitian ini adalah; responden
adalah perusahaan yang telah lama berdiri, dengan usaha minimal berdiri
selama enam tahun, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah minimal
menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat sebagai pinjaman untuk modal
usaha minimal tiga tahun. Cara pengambilan sampel ini didasarkan pada
pertimbangan-prtimbangan tertentu. Rumus yang digunakan untuk mengukur
sampel dengan menggunakan metode Slovin yaitu:
Keterangan:
n = jumlah sampel sebanyak 30 sampel
N = Banyaknya nasabah peminjam KUR
e = Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih ditolerir.
n = 𝑁
1+𝑁.𝑒2
64
C. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara wawancara, observasi, beserta analisis secara langsung
terhadap laporan keuangan milik pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak
lain. Data sekunder diperoleh dari bank, Dinas Koperasi dan UKM Tangerang
Selatan, download melalui internet.
Wawancara (interview) merupakan komunikasi dua arah untuk
mendapatkan data dari responden (Jogiyanto, 2007). Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam wawancara yaitu dengan mengajukan pertanyaan
secara lisan kepada subjek penelitian. Wawancara dilakukan secara terarah
dengan daftar pertanyaan yang terlebih dahulu disusun dan direncanakan.
Observasi (observation), merupakan teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya.
Observasi bisa dilakukan dengan mengamati subyek, obyek, maupun
kejadian-kejadian yang terjadi pada responden tanpa mengajukan pertanyaan.
Observasi bisa dilakukan terhadap perilaku maupun nonperilaku dari
responden. Salah satu obeservasi nonperilaku yaitu observasi terhadap
catatan, teknik ini digunakan dengan maksud untuk mengamati secara cermat
mengamati catatan-catata yang dibuat oleh instansi pemerintah maupun
swasta, seperti catatan dari Dinas Koperasi dan UKM di Tangerang Selatan.
65
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah mendeskripsikan teknik analisa apa yang akan
digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan,
termasuk pengujiannya (Sanusi, 2011). Teknik analisis data merupakan cara
atau metode pengumpulan data atau pengukuran variabel yang didalamnya
terdapat banyak muatan analisis yang penting dan harus dikuasia oleh
peneliti. Sedangkan data yang dianalisis oleh peneliti berupa data kualitatif
dan data kuantitatif.
Analisis data kualitatif digunakan untuk menilai objek penelitian
berdasarkan sifat tertentu, sifat data dinyatakan tidak ke dalam bentuk angka-
angka serta digunakan untuk menjelaskan analisis data yang diolah. Analisis
kualitatif sering disebut sebagai analisis deskriptif dalam penelitian.
Sedangkan analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
analisis kuantitatif atau analisa rasio keuangan, uji pangkat tanda Wilcoxon,
dan uji k independen sampel dengan menggunakan metode Kruskal-Wallis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang
responden yang menjadi obyek penelitian dan memberikan gambaran umum
tentang resonden yang menjadi objek penelitian dan memberikan gambaran
mengenai tanggapan responden atas permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan data dari variabel yang
diteliti. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis ini adalah dengan
66
menggunakan frekuensi dan rata-rata. Untuk menganalisis kecenderungan
dapat pula menggunakan analisis trend.
a. Distribusi Frekuensi
Data yang dikumpulkan oleh peneliti biasanya masih berupa data mentah
dan tidak beraturan sehingga sulit untuk dideskripsikan. Sehingga data-
data tersebut perlu dikelompokkan dengan cara disusun secara berkelas.
Daftar yang memuat data berkelompok dimaksud dengan distribusi
frekuensi. Sedangkan distribusi frekuensi merupakan susunan data
menurut kelas interval tertentu atau kategori tertentu didalam sebuah
daftar.
b. Rata-Rata Hitung
Rata-rata hitung merupakan nilai yang menunjukkan pusat diantara nilai-
nilai yang ada dalam pengamatan. Rata-rata disebut pula titik
penyeimbang dari sekumpulan data antara nilai yang ada di sebelah kirinya
dengan nilai di sebelah kanannya. Berikut rumus yang dapat digunakan
untuk menghitung rata-rata dari sebuah data:
Untuk data yang tidak tersusun:
�̅� = 1
𝑛 ∑ 𝑋𝑖𝑛
𝑖=1
Untuk data yang tersusun:
�̅� = ∑ 𝑓𝑖 𝑋𝑖
∑ 𝑓𝑖
Keterangan :
fi = frekuensi pada interval kelas ke- I
Xi = titik tengah dari interval kelas ke-i
67
∑fi = n
2. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign Rank Test)
Menurut Sanusi (2011), Uji statistik pangkat tanda Wilcoxon termasuk
kedalam jenis statistik non parametik. Uji peringkat bertanda Wilcoxon dan
uji tanda mempunyai kegunaan yang sama, yaitu mengevaluasi efek dari
suatu perlakuan. Data uji tanda dapat berupa data nominal maupun ordinal,
sedangkan uji peringkat bertanda Wilcoxon harus berupa data ordinal dan
kedua sampel harus juga berpasangan. Uji ini dilakukan pada data yang
berasal dari sejumlah responden yang sama dan berkaitan dengan periode
pengamatan yang berbeda yaitu sebelum dan sesudah menggunakan Kredit
Usaha Rakyat. Pengujian non parametik bermanfaat untuk digunakan apabila
sampelnya dalam jumlah yang kecil dan mudah dihitung. Kesimpulan dalam
statistik non parametik, dapat ditarik tanpa memperhatikan bentuk distribusi
populasi.
Uji pangkat tanda Wilcoxon merupakan salah satu uji beda yang
digunakan dalam penelitian ini untuk melihat dampak yang di peroleh
sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat pada usaha
mikro kecil dan menengah di wilayah Tangerang Selatan. Dengan menguji
apakah ada perbedaan nyata pada variabel-variabel yang diamati pada waktu
awal periode pengamatan dan pada akhir periode pengamatan. Setelah uji
tanda Wilcoxon dilakukan maka akan muncul nilai Z dan nilai probabilitas
(p). Nilai Z dapat digunakan pada sampel dalam jumlah besar atau n ≥ 30 dan
data terdistribusi secara normal. Sedangkan bagi sampel kecil dengan data
68
yang bersifat tidak terdistribusi secara normal atau n ≤ 30 maka dapat
digunakan tabel t untuk melihat nilai statistiknya.
Berikut adalah cara menghitung nilai Z untuk melakukan pengujian
pangkat tanda Wilcoxon dengan rumus :
Dimana : T = jumlah jenjang atau ranking yang kecil
µT = 𝑛 (𝑛+1)
4
𝜎𝑇= √
𝑛 (𝑛+1)(2𝑛+1)
24
Sedangkan menghitung nilai t untuk melakukan pengujian pangkat tanda
Wilcoxon dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
t = �̅�1− �̅�2
√𝑆1
2
𝑛1 +
𝑠22
𝑛2+ −2𝑟 (
𝑠1
√𝑛1)(
𝑠2
√𝑛2)
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Ho1 : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari current assets ratio.
Ha1 : Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari current assets ratio.
Ho2 : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari assets turnover ratio.
Ha2 : Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari assets turnover ratio.
Z= 𝑇− 𝜇𝑇
𝜎𝑇
69
Ho3 : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari debt equity ratio.
Ha3 : Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari debt equity ratio.
Ho4 : Tidak Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari net profit margin ratio.
Ha4 : Ada perbedaan kinerja keuangan UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR ditinjau dari net profit margin ratio.
Nilai tingkat keyakinan (α) yang digunakan sebesar 0,100 dengan nilai
Ztabel sebesar -1,64. Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan
nilai probabilitas (p) dengan nilai tingkat keyakinan (α). Jika probabilitas (p)
> 0,100 Ho diterima, dan jika probailitas (p) < 0,100 maka Ha diterima.
3. Analisis Kuantitatif (Analisis Rasio Keuangan)
Penyusunan laporan keuangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat
dijadikan sebagai salah satu bentuk informasi yang lengkap mengenai kondisi
keuangan perusahaan. Laporan keuangan memberikan gambaran kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
berdasarkan jangka waktu tertentu (Harahap, 2010).
Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai
prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan ini dapat
menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam
suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu melalui
laporan keuangan ini kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
70
dapat diukur dengan melakukan perhitungan rasio, yaitu berupa rasio
likuiditas (current assets), aktivitas (assets turnover), solvabilitas (debt equity
ratio), dan rasio profitabilitas (net profit margin).
Teknik analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui perbandingan
kinerja keuangan antara kinerja keuangan UMKM. Objek penelitian dalam
penelitian ini adalah kinerja keuangan UMKM di kota Tangerang Selatan
sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat. Adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
masing-masing Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang diproksikan melalui
empat rasio yaitu: Current Assets Ratio, Assets Turnover Ratio, Debt Equity
Ratio, Net Profit Margin.
a. Analisis Current Assets Ratio Usaha Mikro Kecil dan Menengah
ditunjukkan oleh perbandingan harta lancar dengan hutang lancar.
Rumus Current Assets Ratio UMKM daerah dapat diformulasikan
sebagai berikut (Rodoni dan Ali, 2010)
Current Assets Ratio = Harta Lancar
Hutang Lancar x 100
b. Analisis Assets Turnover Usaha Mikro Kecil dan Menengah
ditunjukkan oleh perbandingan penjualan bersih perusahaan dengan
total harta yang dimiliki perusahaan. Rumus Assets Turnover UMKM
dapat diformulasikan sebagai berikut (Rodoni dan Ali, 2010)
Assets Turnover Ratio = Penjualan Bersih
Total Harta x 100
71
c. Analisis Debt Equity Ratio Usaha Mikro Kecil dan Menengah
ditunjukkan oleh perbandingan kewajiban lancar ditambah hutang
jangka panjang dengan modal yang dimiliki perusahaan. Rumus Debt
Equity Ratio UMKM dapat diformulasikan sebagai berikut (Rodoni
dan Ali, 2010)
Debt Equity Ratio = Total Hutang
Modal Sendiri x 100
d. Analisis Net Profit Margin Usaha Mikro Kecil dan Menengah
ditunjukkan oleh perbandingan laba bersih setelah pajak dengan
penjualan bersih yang dimiliki perusahaan. Rumus Net Profit Margin
UMKM dapat diformulasikan sebagai berikut (Rodoni dan Ali, 2010)
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan Bersih x 100
Analisis rasio ini digunakan untuk menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lain. Perbedaan
jenis perusahaan memungkinkan terjadinya perbedaan nilai rasio antar
perusahaaan (Harahap, 2010). Begitu pula yang terjadi pada responden dalam
penelitian ini. Setiap UMKM di Tangerang Selatan yang menggunakan dana
KUR baik sebelum maupun sesudah dimungkinkan memiliki nilai rasio yang
berbeda-beda.
4. Uji Statistik Kruskal-Wallis (Kruskal-Wallis Test)
Uji kruskal-wallis diperkenalkan oleh W.H Kruskal dan W.A. Wallis pada
tahun 1952. Uji ini pada dasarnya sama dengan uji ANOVA. Uji ini
digunakan jika uji normalitas tidak terpenuhi. Uji Kruskal-Wallis juga disebut
72
dengan analisis varians satu arah dengan data peringkat. Uji ini dilakukan
pada sampel independen (Sanusi, 2011)
Uji ini termasuk kedalam uji statistik non parametik dengan asumsi
kenormalan data yang tidak terpenuhi. Uji ini bisa dilakukan pada jumlah
sampel yang kecil dan lebih mudah dihitung daripada metode parametik.
Uji Kruskal-Wallis digunakan sebagai uji beda dengan alasan data yang
diteliti berasal dari sejumlah responden yang berbeda dan tidak berkaitan
dengan periode waktu pengamatan yang berbeda (sebelum dan sesudah
menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat dari bank pelaksana atau penyalur
kredit tersebut).
Dengan uji Kruskal-wallis, dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
apakah terdapat perbedaan signifikan mengenai kinerja keuangan antar
UMKM di Tangerang Selatan. Adapun variabel yang diamati dan diuji dalam
penelitian ini adalah Current Assets Ratio, Assets Turnover Ratio, Debt
Equity Ratio, dan Net Profit Margin perusahaan.
Berikut adalah cara menghitung nilai H untuk melakukan pengujian
Kruskal-Wallis dengan rumus:
Keterangan:
N = Jumlah sampel gabungan
ƩR1+ ƩR2+ƩR2+…+ƩRk = jumlah peringkat sampel kelompok 1,2,3,…, k
k = banyak kelompok sampel
H = 12
𝑁(𝑁+1)[
(∑ 𝑅1)2
𝑛1+
(∑ 𝑅2)2
𝑛2+
(∑ 𝑅3)2
𝑛3+ ⋯ +
(∑ 𝑅𝑘)2
𝑛3] − 3(𝑁 + 1)
73
n = jumlah sampel pada masing-masing kelompok
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
H ≤ χ2 ; ɑ : df: k-1 maka H0 diterima
H ≥ χ2 ; ɑ : df: k-1 maka H0 ditolak
Nilai tingkat keyakinan (α) yang digunakan sebesar 0,100. Pengambilan
keputusan didasarkan pada perbandingan nilai Chi-kuadrat (χ2) hitung yang
dihasilkan model uji dengan nilai Chi-kuadrat tabel (χ2 = 6,251). Jika Chi-
kuadrat hitung < 6,251, Ho diterima. Jika Chi-kuadrat hitung > 6,251, maka
Ho ditolak.
Setelah uji kruskal wallis dilakukan akan muncul nilai Chi-square dan
nilai probabilitas (p). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Ho1 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
antara UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan current
assets ratio.
Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan antara
UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan current assets
ratio.
Ho2 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
antara UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan assets
turnover.
Ha2 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan antara
UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan assets turnover.
74
Ho3 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
antara UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan debt equity
ratio.
Ha3 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan antara
UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan debt equity ratio.
Ho4 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
antara UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan net profit
margin.
Ha4 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan antara
UMKM di wilayah Tangerang Selatan berdasarkan net profit margin.
Jika probabilitas (p) > 0,100 Ho diterima, jika probabilitas (p)< 0,100
maka Ha diterima.
Signifikansi penelitian ini akan membandingkan χ2tabel dan χ2
hitung. Test
statistic bagi rata-rata adalah nilai χ dari rata-rata, karena α = 10% maka nilai
kritis yang bersesuaian dari table adalah χ0,100 = 6,25.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur
variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Berikut adalah
definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian (Brigham dan
Houston , 2012):
75
1. Current Assets Ratio
Rasio ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur
likuiditas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar
hutang jangka pendek Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Tangerang
Selatan mampu ditutupi oleh harta yang dimiliki perusahaan dan akan
dikonversikan menjadi kas dalam waktu dekat. Satuan ukur yang
digunakan adalah dalam bentuk kali atau rupiah atau persen.
Current Assets Ratio = Harta Lancar
Hutang Lancar x 100
2. Total Assets Turnover Ratio
Rasio ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur
aktivitas perusahaan. Rasio ini merupakan salah satu alat ukur yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengatur
harta yang dimiliki dengan cara mengukur perputaran semua asset
perusahaan. Pengukuran bisa dilakukan dengan membagi total
penjualan bersih perusahaan dengan total harta yang dimiliki
perusahaan. Satuan yang digunakan dalam bentuk kali atau rupiah
atau persen.
Assets Turnover Ratio = Penjualan Bersih
Total Harta x 100
3. Debt Equity Ratio
Rasio ini merupakan bagian dari rasio solvabilitas yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya dengan modal yang dimiliki. Pengukuran bisa
76
dilakukan dengan membandingkan total hutang dengan total modal.
Satuan yang digunakan dalam bentuk kali atau rupiah atau persen.
Debt Equity Ratio = Total Hutang
Modal Sendiri x 100
4. Net Profit Margin
Rasio ini merupakan bagian dari rasio profitabilitas. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui hasil penjualan yang mampu dicapai oleh
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Cara mengukur rasio ini dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih
perusahaan. Satuan yang digunakan dalam pengukuran ini adalah
rupiah atau persen.
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan Bersih x 100
77
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Kondisi Geografis
Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang terletak di bagian Timur
Provinsi Banten. Kota ini terletak sekitar 30 km sebelah barat Jakarta dan 90
km sebelah tenggara Serang, ibu kota provinsi Banten. Kota Tangerang
Selatan memiliki batas administratif sebagai berikut;
Sebelah Timur : Kota Depok dan DKI Jakarta
Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang
Sebelah Utara : Kota Tangerang dan DKI Jakarta
Sebelah Selatan : Kota Bogor dan Kota Depok
Gambar 4.1
Peta Administratif Kota Tangerang Selatan
Sumber : BPS Tahun, 2014
78
Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah sebesar 1,63% dari luas
wilayah Provinsi Banten atau 147,19 kilometer persegi (km2). Secara
administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan dan 54
kelurahan. 7 kecamatan tersebut diantaranya Ciputat, Ciputat Timur,
Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara, dan kecamatan Setu.
2. Kondisi Demografis
Penduduk merupakan satu faktor terpenting yang menentukan kemajuan
dan pembangunan suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS
tahun 2014, menyebutkan bahwa Tangerang Selatan memiliki jumlah
penduduk yang sangat besar yaitu 1.492.999 jiwa, dengan rincian jumlah
penduduk laki-laki sebesar 752.600 jiwa dan 740.399 jiwa penduduk
perempuan atau memiliki rasio jenis kelamin sebesar 1.02. Kepadatan
penduduk Tangerang Selatan mencapai 65.514 orang per kilometer persegi
(km2). Dimana sebagian masyarakat bekerja dibidang pertanian (10.155
orang), industri (47.002 orang), jasa-jasa (202.956 orang), dan bekerja
dibidang lainnya (396.385).
3. Deskripsi Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Responden dalam penelitian ini menggunakan program dana KUR sebagai
salah satu sumber modal yang dapat mereka gunakan untuk mengembangkan
usaha mereka. Mayoritas responden dalam penelitian ini menggunakan
fasilitas program dana KUR yang berasal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI),
mayoritas responden dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program
KUR dari Bank Rakyat Indonesia Unit Ciputat dan Bank Rakyat Indonesia
79
Unit Pinang. Ketentuan pengajuan serta syarat yang diminta dalam
mengajukan program kredit tidak jauh berbeda dengan ketentuan yang
terdapat dalam undang-undang, yaitu
1) Syarat Calon Debitur KUR Mikro BRI
Syarat yang harus dipenuhi oleh calon debitur KUR mikro BRI yaitu:
(a) Individu (perorangan) yang melakukan usaha produktif dan layak
(b) Telah melakukan usaha secara aktif minimal enam bulan
(c) Tidak sedang menerima kredit dari perbankan kecuali kredit seperti
KPR, KKB, dan Kartu Kredit
(d) Persyaratan administrasi; Indentitas berupa KTP, kartu keluarga
(KK), dan surat ijin usaha.
2) Ketentuan dan Syarat Kredit
Tingkat suku bunga untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) selalu
mengalami penurunan. Suku bunga KUR skala mikro, ritel, maupun TKI
selalu mengalami penurunan hingga saat ini mencapai 9%, hal ini
dilakukan agar pertumbuhan usaha pelaku usaha mikro semakin
berkembang dengan adanya kebijakan ini. Namun mayoritas responden
dalam penelitian ini menggunakan KUR dengan ketentuan bunga 12% per
tahun atau peraturan lama.
Berikut ketentuan dan syarat kredit di Bank Rakyat Indonesia (BRI):
(Kusuma, 2016)
(a) Besar maksimal kredit sebesar Rp 25 juta per debitur
(b) Kredit Modal Kerja (KMK) jangka waktu maksimal 3 (tiga) tahun
80
(c) Kredit Investasi (KI) jangka waktu maksimal 5 (lima) tahun
(d) Suku bunga 12% efektif per tahun atau setara 0,55% flat per bulan
(e) Tidak dipungut biaya provisi dan administrasi
4. Deskripsi UMKM di Tangerang Selatan
Tangerang Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan penduduk yang mayoritas bekerja
dibidang selain pertanian, industri, dan jasa. Perekonomian Tangerang
Selatan dipengaruhi oleh keberadaan pelaku Usaha Mikro Kecil dan
Menengah yang tersebar hampir diseluruh wilayah atau kecamatan di
Tangerang Selatan.
Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian dan batasan dari UMKM:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau
badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan serta memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak sebesar Rp 300 juta.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan maupun cabang yang dimiliki oleh usaha
menengah atau besar. Kekayaan yang dimiliki bersih lebih dari 50 juta
sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan atau hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai
dengan paling banyak Rp 2,5 miliar.
81
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
tidak dikuasai oleh usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai Rp 10 miliar tidak
termasuk tanah dan bangunan serta memiliki jumlah penjualan per
tahun sebesar Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50
miliar.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan UMKM merupakan
bentuk usaha individu atau perorangan yang dijalankan sendiri oleh pemilik
dengan tingkat kriteria tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Tangerang
Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan
UMKM yang tinggi hal ini bisa dilihat dari jumlah data yang menunjukkan
kenaikan jumlah UMKM setiap tahunnya.
Tabel 4.1
Data UMKM Kota Tangerang Selatan periode 2010-2013
Nama Kecamatan Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Ciputat 170 650 857 946
Ciputat Timur 0 191 436 499
Serpong 1143 1498 1615 1819
Serpong Utara 192 273 333 585
Pondok Aren 135 513 588 800
Setu 356 640 889 1012
Pamulang 226 451 686 824
TOTAL 2222 4216 5404 6485
Sumber: Hasil sensus Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan
Berdasarkan hasil data diatas, UMKM Tangerang Selatan tersebar di
seluruh kecamatan yaitu Ciputat, Ciputat Timur, Serpong, Serpong Utara,
Pondok Aren, Setu, dan Pamulang. Pada tahun 2010 jumlah UMKM di
82
Tangerang Selatan sebesar 2.222 pelaku usaha, tahun 2011 sebesar 4.216
pelaku usaha, tahun 2012 sebesar 5.404 pelaku usaha, dan terakhir pada tahun
2013 jumlah pelaku UMKM di Tangerang Selatan mencapai 6.485. Secara
keseluruhan daerah yang dijadikan sebagai pusat perkembangan UMKM di
wilayah Tangerang Selatan berada di kecamatan Serpong. Hal ini dapat
diketahui dari banyaknya jumlah UMKM yang berkembang dan terus
meningkat jumlahnya setiap tahun. UMKM ini beroperasi dalam berbagai
bidang yaitu dibidang perdagangan, bidang produksi, dan bidang jasa.
Gambar 3.2
Data UMKM Kota Tangerang Selatan Berdasarkan
Bidang Usaha Periode 2010-2013
Sumber : Hasil sensus Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan
Pada tahun 2013, UMKM kota Tangerang Selatan berjumlah 6.485 pelaku
usaha. Jumlah ini tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Tangerang
Selatan. Sektor yang ditekuni oleh UMKM ini adalah produksi, jasa, dan
perdagangan. Berdasarkan bidang atau sektor yang ditekuni, sektor
perdagangan adalah salah satu sektor yang paling banyak diminati oleh
pelaku UMKM. Jumlah UMKM yang berbisnis dibidang perdagangan yaitu
0
1000
2000
3000
4000
5000
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Perdagangan
Produksi
Jasa
83
sebesar 4.307 perusahaan. Setelah itu sektor selanjutnya yaitu jasa. Banyak
pelaku usaha memutuskan untuk berbisnis dibidang jasa dengan jumlah 1.360
perusahaan. Dan di sektor terakhir yang banyak ditekuni oleh pelaku usaha di
Tangerang Selatan yaitu sektor produksi dengan jumlah sebesar 818
perusahaan. Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa sektor yang
paling banyak diminati dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
adalah usaha di sektor perdagangan.
B. Analisis Data
Responden dalam penelitian ini adalah beberapa pelaku UMKM yang
berkecimpung dibidang perdagangan yang tersebar di bebarapa wilayah
Tangerang Selatan. Dengan menggunakan teknik purposive sampling,
peneliti mengambil contoh lima pelaku usaha yang memenuhi syarat untuk
dijadikan responden. Data di peroleh dengan menggunakan wawancara,
observasi, dan analisis terhadap laporan keuangan sebelum dan sesudah
menggunakan KUR yang diperoleh dari pelaku usaha. Ketiga teknik tersebut
dilakukan pada seluruh responden dalam penelitian ini. Peneliti ingin
mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan antar UMKM sebelum
dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR).
1. Profil Responden
Deskripsi responden meliputi alamat, jenis kelamin, status pendidikan
terakhir dan lamanya usaha. Mereka bergerak dalam bidang perdagangan.
Tiga responden penelitian ini masuk kedalam kategori usaha mikro (UD RK,
84
UD RZ, UD RF), dan dua diantaranya masuk kedalam kategori usaha kecil
(UD GT, UD NT). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2.
Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bidang usaha yang ditekuni
oleh masing-masing responden. Berdasarkan tabel 4.2 kelima sampel
mayoritas menekuni bidang usaha penjual baju sebanyak tiga responden yaitu
UD Rofa, UD Gustini dan UD Neti. Dua lainnya menekuni bidang usaha
servis jam yaitu UD Riki, dan UD Rizal.
Tabel 4.2
Bidang Usaha
No Nama UMKM Bidang Usaha
1 UD Riki Pedagang dan servis jam
2 UD Rizal Pedagang dan servis jam
3 UD Rofa Pedagang baju
4 UD Gustini Pedagang baju
5 UD Neti Pedagang baju
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Mayoritas wilayah operasi dari responden berada di Ciputat sebanyak tiga
orang, sedangkan sisanya menjalankan usahanya di pasar Regensi. Mayoritas
responden ini adalah nasabah dari bank yang menggunakan program Kredit
Usaha Rakyat (KUR) untuk menjalankan usahanya. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Alamat Responden
No Alamat Responden
(orang)
(%)
1 Ciputat 3 60
2 Pasar Regensi 2 40
Jumlah 5 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
85
Sebagai salah satu usaha yang bisa didirikan oleh semua kalangan dan
jenis kelamin, maka dapat diketahui pada tabel 4.4 bahwa mayoritas pelaku
usaha Mikro Kecil dan Menengah yang menjadi responden dalam penelitian
ini adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak tiga orang sedangkan sisanya
adalah perempuan sebanyak dua orang. Lebih jelasnya dapat diketahui pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Responden
(UMKM)
(%)
1 Laki-laki 3 60
2 Perempuan 2 40
Jumlah 5 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Sebagaimana diketahui bahwa UMKM adalah jenis usaha yang fleksibel
dan dapat dijalankan oleh semua orang dari berbagai kalangan baik secara
tingkat ekonomi, pendidikan, maupun tingkat lainnya. Tabel dibawah ini akan
menjelaskan mayoritas dari pelaku usaha yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah lulusan SMA sebanyak dua orang, satu responden
berpendidikan strata D1, sedangkan sisanya yaitu sebanyak dua orang
memiliki strata pendidikan yaitu S1. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
4.5.
86
Tabel 4.5
Status Pendidikan Responden
No Status Pendidikan Responden
(orang)
(%)
1 SMA 2 40
2 D3 1 20
3 S1 2 40
Jumlah 5 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Selain sebagai salah satu jenis usaha yang fleksibel, ciri lain dari UMKM
adalah tahan terhadap kondisi perekonomian yang tidak tentu. Pada tabel 4.6
akan diperlihatkan lama usaha dari masing-masing UMKM. Mayoritas dari
UMKM telah lama berdiri dan menjalankan usaha dalam rentang waktu enam
sampai sepuluh tahun, sedangkan sisanya telah menjalankan usahanya lebih
dari dua puluh dua tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Lama Usaha
No Lama usaha Responden (%)
1 <5 0 0
2 6-10 3 80
3 11-15 0 0
4 >20 2 20
Jumlah 5 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Selain tabel peneliti juga membuat diagram untuk mempermudah pembaca
dalam memahami profil UMKM yang menjadi responden dalam penelitian
ini. Diagram-diagram ini akan menjelaskan profil UMKM yang terdiri dari
alamat, jenis usaha, jenis kelamin, status pendidikan dari seluruh responden
dalam penelitian.
87
Gambar 4.3
Persentase Alamat Responden
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan alamat responden dapat diketahui sebanyak 60% responden
mengoperasikan usahanya di wilayah Ciputat, sedangkan sisanya sebanyak
40% mengoperasikan usahanya di wilayah pasar Regensi. Mayoritas
responden berasal dari wilayah Tangerang Selatan dan mengoperasikan
usahanya di sekitar wilayah ini.
Gambar 4.4
Persentase Jenis Kelamin Responden
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Gambar 4.3 menjelaskan profil responden berdasarkan jenis kelamin.
Sebanyak 60% responden berjenis kelamin laki-laki sedangkan sisanya
sebanyak 20% berjenis kelamin perempuan. Mereka adalah pemilik sekaligus
pelaku usaha yang mengoperasikan usaha.
Ciputat
Pasar Regensi
laki-laki
perempuan
88
Gambar 4.5
Presentase Status Pendidikan Responden
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan gambar 4.4 menjelaskan profil UMKM berdasakan status
pendidikan yang ditempuh oleh pelaku usaha. 40% pelaku usaha adalah
lulusan SMA, 20% pelaku usaha adalah lulusan D3, sedangkan sisanya lagi
adalah lulusan S1 sebanyak 40%.
Gambar 4.6
Persentase Lama Usaha Responden
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Gambar 4.5 menjelaskan mengenai profil UMKM berdasarkan lama
usaha. Mayoritas UMKM ini sudah lama beroperasi. Sebanyak 20% UMKM
sudah beroperasi sekitar 8 tahun, 20% UMKM lainnya beroperasi sekitar 22
tahun, dan 20% lagi UMKM sudah lama beroperasi semenjak 23 tahun yang
SMA
D3
S1
8 tahun
23 tahun
22 tahun
10 tahun
89
lalu. Sedangkan 40% dari total keseluruhan UMKM yang menjadi responden
telah mengoperasikan usahanya sekitar 10 tahun.
2. Analisis Deskriptif
Deskripsi hasil penelitian ini berisi tentang perbandingan antara nilai rata-
rata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan maksimum dari hasil
perhitungan rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas pada
sampel Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebelum dan sesudah
menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penelitian ini juga menguji
kinerja keuangan antar Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang menggunakan
fasilitas kredit. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran
umum tentang responden yang menjadi objek penelitian.
a. Pengklasifikasian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah purposive
sampling. Semua sampel telah memenuhi syarat yaitu UMKM yang
menggunakan dana KUR, telah lama berdiri minimal 6 tahun dan
minimal telah menggunakan dana KUR selama 3 tahun. Gambar 4.6 akan
menjelaskan mengenai klasifikasi UMKM yang dijadikan sebagai sampel
penelitian. Dari lima perusahaan maka dapat dilihat mana sajakah usaha
yang termasuk ke dalam skala usaha mikro, kecil, dan menengah.
Mayoritas responden berkecimpung dalam dunia perdagangan. Tiga
perusahaan masuk kedalam kategori usaha mikro yaitu dengan tingkat
penjualan per tahun yang kurang dari Rp 300.000.000,00 sedangkan dua
90
lainnya masuk kedalam kategori usaha kecil dengan hasil penjualan per
tahun yang kurang dari Rp 2.500.000.000,00. Dalam gambar dibawah ini
juga dijelaskan total hasil penjualan per tahun dari masing-masing
perusahaan.
Gambar 4.7 Grafik Pengklasifikasian Usaha Mikro Kecil dan
Menengah
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan, 2016 (data diolah)
UD Riki merupakan usaha yang memiliki hasil penjualan per tahun
sebesar Rp 100.000.000,00. Sedangkan UD Rizal dan UD Rofa masing-
masing memiliki hasil penjualan per tahun yang sama nilainya yaitu
sebesar Rp 216.000.000. Ketiga perusahaan perorangan ini masuk
kedalam kategori jenis usaha mikro karena dilihat dari hasil penjualan
per tahunnya dibawah ketentuan yang dituliskan dalam undang-undang
yaitu maksimal hasil penjualan per tahun bagi usaha mikro adalah Rp
300.000.000,00 per tahun. Dua perusahaan lainnya yaitu UD Gustini dan
UD Neti, masing-masing dari mereka memiliki hasil penjualan per tahun
sebesar Rp 720.000.000,00 dan Rp 540.000.000,00. Kedua perusahaan
ini masuk kedalam kategori usaha kecil, karena mereka memiliki hasil
penjualan per tahun dibawah ketentuan yang ditulis dalam undang-
0
200000000
400000000
600000000
800000000
UD Riki UD
Rizal
UD Rofa UD
Gustini
UD Neti
Mikro
Kecil
91
undang yaitu hasil penjualan per tahun bagi usaha kecil diatas Rp
300.000.000,00 dan dibawah Rp 2.500.000.000,00.
b. Kinerja Keuangan UMKM Sebelum dan Sesudah Menggunakan
Dana KUR
Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis kinerja keuangan
masing-masing UMKM. Pengukuran kinerja keuangan dilihat dari
laporan keuangan yang dimiliki oleh pelaku usaha baik sebelum maupun
sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan
rentang waktu tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah menggunakan
dana tersebut. Kinerja keuangan UMKM diukur dari beberapa rasio yaitu
Current Assets Ratio (CA), Assets Turnover Ratio (AT), Debt Equity
Ratio (DER), dan Net Profit Margin Ratio (NPM). Masing-masing
variabel ini akan menggambarkan kinerja keuangan dari berbagai rasio
yaitu rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas. Berikut
akan dijelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Besar kecilnya nilai setiap rasio atau variabel akan
menggambarkan kondisi perusahaan.
Tabel 4.7 menyajikan informasi mengenai current assets ratio dari
UMKM sebelum dan sesudah menggunakan KUR. Rata-rata current
assets ratio sebelum menggunakan dana KUR tertinggi dialami oleh UD
Neti sebesar 7,27 atau 727%. Sedangkan rata-rata tertinggi current assets
ratio sesudah menggunakan dana KUR dialami oleh UD Riki sebesar
32,71 atau 3.271%. Nilai rata-rata terendah sebelum dan sesudah
92
menggunakan dana KUR adalah 0.00%. Itu artinya beberapa diantara
UMKM banyak yang belum memanfaatkan hutang jangka pendek.
Mayoritas dari UMKM lebih senang memanfaatkan hutang jangka
panjang untuk membantu permodalan usaha mereka. Keuntungan dari
hutang jangka panjang adalah mempermudah UMKM dari segi angsuran
yang tidak terlalu membebani usaha mereka.
Tabel 4.7 Current Assets Ratio Sebelum dan Sesudah
Menggunakan Dana KUR
No UMKM
Current Assets Ratio
Sebelum Sesudah
1
UD Riki
0,00 32,71
0,00 17,78
0,00 0,00
2
UD Rizal
0,00 10,67
0,00 9,98
0,00 16,77
3
UD Rofa
0,00 28,25
0,00 0,00
0,00 0,00
4
UD Gusti
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
5
UD Neti
7,27 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
Sumber : Laporan keuangan UMKM, 2016 (data diolah)
Menurut Schiantarelli dan Jaramillo dalam Githaiga dan Kabiru
(2015) berpendapat bahwa hutang jangka pendek tidak kondusif untuk
produktivitas perusahaan yang lebih baik, sementara hutang jangka
panjang dinilai dapat meningkatan produktivitas usaha. Tabel 4.8
menyajikan informasi mengenai assets turnover ratio dari UMKM
93
sebelum dan sesudah menggunakan KUR. Rata-rata assets turnover ratio
sebelum menggunakan dana KUR tertinggi dialami oleh UD Neti sebesar
3,53 kali atau 353%. Sedangkan rasio terendah sebelum menggunakan
dana KUR dialami oleh UD Rizal sebesar 0,47 kali atau 47%. Rata-rata
assets turnover ratio UMKM sesudah menggunakan dana KUR terendah
dialami oleh UD Neti sebesar 0,21 kali atau 21%. Sedangkan rata-rata
assets turnover ratio sesudah menggunakan dana KUR tertinggi dialami
oleh UD Riki sebesar 0,99 kali atau 99%.
Tabel 4.8 Assets Turnover Ratio Sebelum dan Sesudah
Menggunakan Dana KUR
No UMKM
Assets Turnover
Sebelum Sesudah
1
UD Riki
0,82 0,99
1,42 1,15
1,56 0,82
2
UD Rizal
0,67 0,96
0,47 1,04
0,63 0,69
3
UD Rofa
0,67 0,90
0,67 0,54
0,74 0,89
4
UD Gusti
1,21 0,25
1,22 2,70
1,11 1,15
5
UD Neti
3,53 0,21
2,75 0,85
1,94 1,90
Sumber : Laporan keuangan UMKM, 2016 (data diolah)
Tabel 4.9 menyajikan informasi mengenai debt equity ratio
UMKM sebelum dan sesudah menggunakan dana KUR. Nilai debt equity
ratio tertinggi sebelum menggunakan dana KUR adalah sebesar 3,33 atau
94
333% dialami oleh UD Neti. Sedangkan nilai terendah debt equity ratio
sebelum menggunakan dana KUR adalah sebesar 0%. Nilai rata-rata debt
equity ratio terendah sesudah menggunakan dana KUR adalah sebesar
0,06 atau 6% dialami oleh UD Gusti. Sedangkan nilai debt equity ratio
tertinggi sesudah menggunakan dana KUR dialami oleh UD Riki sebesar
0,60 atau 60%.
Tabel 4.9 Debt Equity Ratio Sebelum dan Sesudah
Menggunakan KUR
No UMKM
Debt Equity Ratio
Sebelum Sesudah
1
UD Riki
0,00 0,17
0,00 0,33
0,00 0,60
2
UD Rizal
0,00 0,18
0,00 0,21
0,00 0,24
3
UD Rofa
0,00 0,42
0,00 0,28
0,00 0,28
4
UD Gusti
0,00 0,06
0,00 0,06
0,00 0,08
5
UD Neti
3,33 0,14
0,00 0,14
0,00 0,29
Sumber : Laporan keuangan UMKM, 2016 (data diolah)
Tabel 4.10 menyajikan informasi mengenai nilai net profit margin
yang dimiliki UMKM. Rata-rata net profit margin terendah sebelum
menggunakan dana KUR dialami oleh UD Rizal sebesar 0,07 atau 7%.
Sedangkan rata-rata tertinggi dialami oleh UD Neti sebesar 0,68 atau
68%. Rata-rata net profit margin sesudah menggunakan dana KUR
95
tertinggi dialami oleh UD Rizal sebesar 0,67 atau 67%. Sedangkan rata-
rata terendah sesudah menggunakan dana KUR adalah UD Neti sebesar
0%.
Tabel 4.10 Net Profit Margin Sebelum dan Sesudah
Menggunakan KUR
No UMKM
Net Profit Margin
Sebelum Sesudah
1
UD Riki
0,18 0,11
0,17 0,24
0,13 0,65
2
UD Rizal
-0,37 0,59
0,09 0,67
0,07 0,73
3
UD Rofa
0,28 -0,06
0,28 0,11
0,37 0,24
4
UD Gusti
0,49 -0,38
0,44 0,51
0,55 0,51
5
UD Neti
0,14 0,00
0,68 0,33
0,65 0,34
Sumber : Laporan keuangan UMKM, 2016 (data diolah)
1) Uji Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan Sebelum Menggunakan
KUR
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tentang kondisi kinerja
keuangan perusahaan sebelum dan sesudah menggunakan dana KUR.
Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan rasio likuiditas
(Current Ratio), aktivitas (Assets Turnover), solvabilitas (Debt Equity
Ratio), dan profitabilitas (Net Profit Margin).
96
Tabel 4.11 Current Assets Ratio UMKM Sebelum Menggunakan KUR
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CA 15 .00 7.27 .4847 1.87711
Valid N
(listwise) 15
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
Nilai terkecil dari current assets ratio adalah 0%, dan nilai yang
paling tinggi sebesar 727%, sedangkan rata-rata curret assets perusahaan
sebelum mendapatkan dana KUR sebesar 0.48 atau 48%. Semakin tinggi
nilai current assets ratio menunjukkan semakin terjaminnya hutang-hutang
perusahaan kepada kreditur. Namun hal ini tidak berlaku pada semua
perusahaan, hanya perusahaan tertentu saja. Sama halnya dengan UMKM
dalam penelitian ini. Kecilnya nilai rata-rata current assets ratio ini
dikarenakan hampir mayoritas perusahaan tidak menggunakan atau
mempunyai hutang jangka pendek, hanya beberapa perusahaan saja yang
menggunakan hutang jangka pendek dalam menjalankan usahanya.
Tabel 4.12 Assets Turnover Ratio UMKM Sebelum Menggunakan KUR
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AT 15 .47 3.53 1.2940 .86559
Valid N
(listwise) 15
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai assets turnover ratio
UMKM atau perusahaan yaitu minimum sebesar 0,47 kali atau 47% dan
maksimum sebesar 3,53 kali atau 353% dan rata-rata nilai assets turnover
sebelum mendapatkan dana kredit sebesar 129% atau 1.29 kali. Nilai ini
dapat digunakan untuk mengukur perputaran semua harta yang dimiliki
97
perusahaan. Rata-rata usaha perusahaan hanya mampu menghasilkan tingkat
penjualan sebesar 1.29 kali dari total keseluruhan harta yang dimiliki. Besar
kecilnya nilai rasio ini sangat dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel
yang ditentukan dalam penelitian.
Tabel 4.13 Net Profit Margin UMKM Sebelum Menggunakan KUR
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPM 15 -.37 .68 .2767 .26917
Valid N
(listwise) 15
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
Selain melihat kemampuan harta perusahaan dalam menghasilkan
penjualan dan melunasi hutang perusahaan, hasil analisis deskriptif ini juga
menjelaskan tentang kondisi laba bersih yang dihasilkan perusahaan
sebelum mendapatkan dana KUR. Laba bersih perusahaan atau net profit
margin. Sebelum mendapatkan bantuan kredit minimal laba bersih yang
bisa didapat perusahaan dalam satu tahun sebesar -0.37 atau sekitar -37%.
Dalam kondisi ini usaha perusahaan mengalami kerugian akibat variabel-
variabel lain diluar variabel yang diteliti. Kerugian yang ditanggung oleh
perusahaan bisa diakibatkan oleh perputaran barang yang tidak stabil
sehingga tingkat penjualan yang dihasilkan rendah dan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban usahanya juga rendah atau tidak
mampu memenuhi kewajiban perusahaan untuk menjalankan kegiatan
operasinya. Sedangkan laba bersih maksimum yang mampu diraih
perusahaan sebesar 68%. Artinya, perusahaan mampu mendapatkan laba
sebesar 68% dari total volume penjualannya dalam satu tahun. Sebagaimana
yang telah dijelaskan, dalam kondisi laba bersih maksimum ini, perusahaan
98
mampu mendapatkan laba yang tinggi dari total penjualan yang diperoleh.
Ini dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam mengatur perputaran
persediaan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Dapat disimpulkan
bahwa rata-rata laba bersih yang mampu dihasilkan antar UMKM dalam
satu tahun sebesar 27% dari total penjualan bersih perusahaan.
Tabel 4.14 Debt Equity Ratio UMKM Sebelum Menggunakan KUR
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DER 15 .00 3.33 .2220 .85980
Valid N
(listwise) 15
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
Selain itu, dalam analisis ini juga akan dijelaskan tentang kondisi
modal perusahaan dalam melunasi hutang yang dimiliki perusahaan atau
lebih sering dikenalnya sebagai debt equity ratio perusahaan. Nilai
minimum debt equity ratio (DER) perusahaan yang dijalankan pelaku
UMKM sebesar 0% dan nilai maksimum yang mampu dicapai perusahaan
sebesar 330% sedangkan rata-rata UMKM memiliki nilai debt equity ratio
(DER) sebesar 22%. Artinya, 22% modal yang dimiliki perusahaan mampu
memenuhi kewajiban perusahaan. Nilai ini dipengaruhi oleh total hutang
perusahaan dan jumlah modal yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya
nilai DER juga dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang
ditentukan dalam penelitian ini. Mayoritas dari UMKM di Tangerang
selatan lebih banyak memilih untuk menggunakan modal sendiri untuk
membiayai seluruh kebutuhan usahanya, hanya beberapa perusahaan atau
UMKM saja yang berani memutuskan untuk meminjam dana dari pihak
lain. Besar kecil nilai hutang yang dimiliki perusahaan sangat
99
mempengaruhi nilai debt equity ratio perusahaan. Melalui analisis rasio ini
juga dapat diketahui bahwa banyak pelaku usaha yang tidak berani
mengambil resiko meminjam dana dari pihak lain untuk mendanai
usahanya.
2) Uji Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan Sesudah Menggunakan Dana
KUR
Setelah melakukan analisis kinerja keuangan UMKM sebelum
menggunakan dana KUR, berdasarkan tabel diatas maka dilakukan analisis
terhadap kinerja keuangan UMKM di Tangerang Selatan sesudah
menggunakan dana KUR. Dengan analisis ini akan diketahui perkembangan
usaha UMKM ditinjau dari kinerja keuangan perusahaan selama tiga tahun
setelah menggunakan dana KUR. Dengan menggunakan variabel yang sama
untuk mengukur kinerja keuangan UMKM Yaitu Current Assets, Assets
Turnover, Debt Equity Ratio, dan Net Profit Margin. Berikut akan
dijelaskan kondisi kinerja keuangan UMKM sesudah menggunakan dana
KUR.
Tabel 4.15 Current Assets Ratio UMKM Sesudah Menggunakan KUR
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CA 15 .00 32.71 7.7440 11.27346
Valid N
(listwise) 15
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
Berdasarkan tabel diatas nilai minimum current asset ratio perusahaan
sesudah menggunakan dana KUR sebesar 0%, dan nilai maksimum sebesar
100
3.271%. Sedangkan rata-rata current asset ratio perusahaan adalah 1.127%.
Besarnya nilai ini didapat dari perbandingan antara nilai harta lancar
perusahaan dengan hutang lancar perusahaan. Tidak banyak UMKM di
Tangerang Selatan yang menggunakan hutang lancar atau jangka pendek.
Hanya beberapa UMKM saja, mayoritas dari mereka lebih memilih
menggunakan hutang jangka panjang dengan jatuh tempo yang lebih lama.
Besarnya nilai current asset ratio perusahaan dikarenakan adanya
peningkatan terhadap jumlah aktiva perusahaan yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai hutang lancar perusahaan. Jika dirata-rata secara
keseluruhan nilai current assets ratio perusahaan mampu mencapai 1.117%.
Artinya, hutang jangkan pendek perusahaan mampu terpenuhi atau dijamin
sebesar 1.117% dari nilai aktiva perusahaan. Pada dasarnya bagi kreditur
semakin tinggi nilai current assets perusahaan menunjukkan kondisi
perusahaan yang semakin baik dalam memenuhi kewajibannya, namun
berbeda menurut perusahaan. Tingginya nilai current asset disini
menandakan bahwa terjadi kondisi yang tidak seimbang atau tidak optimal
pada aktiva lancar perusahaan. Salah satu penyebab terjadinya ketidak
optimalan dalam aktiva UMKM ini disebabkan karena adanya jumlah yang
berlebihan dalam aktiva perusahaan yang tidak terkontrol dengan baik
seperti menumpuknya jumlah persediaan.
101
Tabel 4.16 Assets Turnover Ratio UMKM sesudah Menggunakan KUR
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AT 15 .21 2.70 1.0027 .61641
Valid N
(listwise) 15
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai assets turnover UMKM
atau perusahaan yaitu minimum sebesar 0,21 kali atau 21% dan maksimum
sebesar 2,70 kali atau 270% dan rata-rata nilai assets turnover sesudah
mendapatkan dana kredit sebesar 100% atau 1 kali. Nilai ini dapat
digunakan untuk mengukur perputaran semua harta yang dimiliki
perusahaan. Rata-rata usaha perusahaan hanya mampu menghasilkan tingkat
penjualan sebesar 100% dari total keseluruhan harta yang dimiliki.
Tabel 4.17 Debt Equity Ratio UMKM Sesudah Menggunakan KUR
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DER 15 .06 .60 .2320 .14507
Valid N
(listwise) 15
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
Sedangkan nilai dari Debt Equity Ratio (DER) UMKM minimum
sebesar 6%, sedangkan nilai maksimum dari DER yaitu 60%. Secara
keseluruhan rata-rata tingkat DER yang mampu dicapai UMKM selama satu
tahun adalah sebesar 23.3%. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal dari
pribadi perusahaan dalam melunasi hutang-hutang. Nilai minimum dari
DER, menggambarkan bahwa 6% dari total modal yang dimiliki oleh
perusahaan dapat digunakan untuk melunasi hutang-hutang yang dimiliki
perusahaan. Sedangkan nilai maksimum dari DER merupakan kebalikan
102
dari nilai minimum. Modal maksimum yang dimiliki UMKM dapat
digunakan sebesar 60%-nya untuk melunasi hutang-hutang yang dimiliki
perusahaan. Namun secara keseluruhan, mayoritas rata-rata modal UMKM
bisa digunakan untuk melunasi hutang-hutang yang dimiliki perusahaan
sebesar 23.3% dari modal pribadi yang dimiliki perusahaan. Salah satu
kekuatan dari UMKM yang menjadikannya tetap kuat adalah dengan adanya
penggunaan modal sendiri. Meskipun memutuskan untuk meminjam modal
dengan cara kredit, namun mayoritas UMKM masih tetap percaya dengan
kemampuan usahanya untuk bertahan dan memenuhi beban serta kewajiban
usahanya.
Tabel 4.18 Net Profit Margin UMKM Sesudah Menggunakan KUR
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPM 15 -.38 .73 .3060 .31396
Valid N
(listwise) 15
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
Analisis terakhir yang terdapat dalam tabel adalah nilai Net Profit
Margin (NPM) yaitu laba bersih yang mampu dihasilkan perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Setelah mendapatkan pinjaman dana dari bank
berupa bantuan kredit, nilai minimum dari NPM perusahaan adalah sebesar
-38% sedangkan nilai makisimum dari NPM yang mampu dicapai UMKM
sesudah mendapatkan dana KUR adalah sebesar 73%. Nilai minimum yang
dicapai ini menunjukkan nilai minus yang berarti bahwa dalam nilai ini
UMKM berada pada titik rugi, perusahaan tidak mampu menghasilkan laba
dari hasil penjualan. Kondisi rugi yang dialami oleh usaha perusahaan ini
103
juga dipengaruhi oleh variabel di luar variabel yang diteliti. Kondisi
ekonomi yang tidak menentu, lapangan usaha di pasar yang tidak stabil
membuat usaha UMKM pun juga tidak berjalan dengan stabil. Kondisi
pasar yang baru menuntut para pelaku usaha untuk beradaptasi dengan baik
untuk mempertahankan kinerja usahanya. Kondisi serta kemampuan antar
UMKM untuk bertahan di pasar sangat berbeda-beda sehingga didapatkan
nilai rata-rata NPM yang dimiliki UMKM secara keseluruhan bisa mencapai
sebesar 30.6%. Usaha yang dijalankan oleh UMKM yang mendapatkan
dana KUR ini mampu menghasilkan laba bersih sebesar 30.6% dari total
volume penjualan. Meskipun mayoritas responden dalam penelitian ini
bergerak dalam bidang yang sama dan sama-sama menggunakan program
KUR untuk membantu memodali usaha mereka, mereka memiliki siklus
serta kinerja usaha yang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat diukur dengan
menggunakan variabel lain di luar variabel yang diteliti, seperti:
kemampuan mengelola usaha, kondisi lapangan usaha atau pasar yang tidak
menentu.
Gambar 4.8 Pertumbuhan Rata-Rata Kinerja Keuangan
UMKM di Tangerang Selatan
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20 (2016)
0
2
4
6
8
10
CA AT DER NPM
Sesudah KUR
Sebelum KUR
104
Dari grafik diatas kita dapat mengetahui pertumbuhan rata-rata dari kinerja
usaha UMKM di Tangerang Selatan sebelum dan sesudah menggunakan
dana Kredit Usaha Rakyat untuk membantu perkembangan usaha UMKM.
Kinerja usaha UMKM diukur dengan menggunakan current assets, assets
turnover, debt equity ratio, dan net profit margin.
Pertumbuhan current assets UMKM mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat yaitu sekitar 1.512, 5%. Pertumbuhan current asset yang sangat
tinggi, ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan atau pertumbuhan jumlah
aktiva lancar perusahaan yang sangat besar jauh dibandingkan dengan
hutang lancar yang dimiliki perusahaan. Bagi perusahaan tentunya ini tidak
baik karena akan terjadi kondisi yang tidak optimal dalam usahanya. Harta
yang dimiliki perusahaan tidak terkelola dengan baik.
Pertumbuhan assets turnover UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR mengalami penurunan sebesar 22.48%. Penurunan
ini diakibatkan karena naik turunnya penjualan bersih yang tidak tentu
jumlah dan periodenya. Penurunan jumlah penjualan bersih ini sangat
dipengaruhi oleh iklim usaha yang dihadapi UMKM di pasar. Berdasarkan
penjelasan sebelumnya bahwa ada pengaruh variabel di luar penelitian yang
menyebabkan jumlah penjualan bersih yang di dapat oleh masing-masing
UMKM tidak stabil, seperti penggusuran, dan kondisi pasar yang baru.
Debt equity ratio (DER) sebelum dan sesudah menerima dana KUR
juga mengalami peningkatan sebesar 4.55%, peningkatan ini tidak memiliki
jarak yang terlalu jauh antar kondisi DER sebelum dan sesudah
105
menggunakan dana KUR. Meskipun para pengusaha menggunakan dana
KUR sebagai tambahan modal usaha mereka namun mereka tetap berusaha
mempertahankan eksistensi modal pribadi mereka. Para pengusaha ini tidak
bergantung sepenuhnya terhadap dana KUR sebagai pembiayaan secara
keseluruhan dan permanen dalam usahanya. Mereka menggunakan modal
campuran baik pribadi maupun meminjam melalui kredit dengan prosi yang
tidak jauh berbeda.
Sedangkan pertumbuhan net profit margin (NPM) UMKM juga
mengalami peningkatan yaitu sebesar 10.17%. Meskipun sempat rugi
karena adanya pengaruh pasar atau iklim usaha yang tidak pasti membuat
usaha UMKM mengalami ketidak pastian. Mereka harus mempunyai
strategi untuk tetap mempertahankan usahanya di pasar baik dengan
menggunakan modal sendiri maupun modal pinjaman. Laba yang didapat
ini bergantung pada variabel lain di luar penelitian. Pelaku usaha harus
mampu menarik konsumen, mereka harus melakukan control usaha serta
mencari tempat strategis untuk menjalankan usahanya dan menghasilkan
keuntungan.
Jadi dapat disimpulkan melalui analisis deskriptif ini kita dapat
melihat pertumbuhan kinerja keuangan UMKM di Tangerang Selatan
sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas pada keempat variabel, tiga variabel
yaitu current asset, debt equity ratio, dan net profit margin UMKM
106
mengalami peningkatan, sedangkan satu variabel diantaranya mengalami
penurunan yaitu assets turnover.
3. Analisis Kuantitatif (Analisis Rasio Keuangan)
Dengan analisis deskriptif kita dapat melihat pertumbuhan kinerja
keuangan UMKM di Tangerang secara keseluruhan sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR. Sedangkan dengan analisis rasio keuangan atau
analisis kuantitatif ini kita dapat melihat perbedaaan kinerja keuangan antar
UMKM dengan menggunakan ranking pada keseluruhan variabel di setiap
UMKM untuk melihat pertumbuhan kinerja keuangan masing-masing
UMKM.
Tabel 4.19 Perbandingan Perhitungan Kinerja Keuangan antara UMKM
di Tangerang Selatan Ditinjau dari Current Assets, Assets Turnover, Debt
Equity Ratio, Net Profit Margin Sebelum dan Sesudah
Menggunakan Dana Kredit Usaha Rakyat
Nama
Pengusaha
Rata-
Rata CR
(%)
Rata-
Rata
Total
AT (%)
Rata-
Rata
DER
(%)
Rata-
Rata
NPM
(%)
Rata-Rata
Keseluruh
an (%)
Perin
gkat
UD Riki 841.50% 112.67% 18.33% 24.67% 249.29% 1
UD Rizal 623.67% 74.33% 10.50% 29.67% 184.54% 2
UD Rofa 470.83% 73.50% 16.33% 20.33% 145.25% 3
UD Gustini 0% 127.33% 3.33% 35.33% 41.50% 5
UD Neti 121.17% 186.33% 65% 35.67% 102.04% 4
Sumber : laporan keuangan UMKM di Tangerang Selatan, 2016 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.18 terlihat bahwa secara rata-rata UD Riki memiliki
kinerja keuangan yang paling tinggi atau berada pada peringkat pertama
dengan nilai rata-rata sebesar 249.29%. UD Rizal berada pada peringkat ke
dua dengan nilai rata-rata sebesar 184.54%, UD Rofa pada peringkat ketiga
dengan nilai rata-rata 145.25%. Peringkat keempat oleh UD Neti dengan nilai
107
rata-rata sebesar 102.04%. Sedangkan nilai terendah diperoleh oleh UD
Gustini dengan nilai rata-rata sebesar 41.50%.
C. Interpretasi Hasil
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Uji statistik
Pangkat Tanda Wilcoxon dan Uji k sampel independen dengan menggunakan
metode Kruskal Wallis. Uji pangkat tanda Wilcoxon digunakan sebagai uji
beda guna menganalisis data yang diteliti berasal dari sejumlah responden
yang sama dan dengan periode waktu pengamatan yang berbeda yaitu
sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat. Sedangkan
Uji k sampel independen ini untuk melihat ada atau tidaknya perbedaaan
kinerja keuangan antar UMKM di Tangerang selatan. Alasan menggunakan
uji ini adalah sampel berasal dari sejumlah responden yang sama dan tidak
berkaitan.
Dalam penelitian ini telah dianalisis kinerja keuangan UMKM di
Tangerang Selatan yang menggunakan dana KUR dari salah satu bank (BRI)
yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai penyalur dana pinjaman tersebut
dengan menggunakan uji statistik pangkat tanda Wilcoxon dan uji Kruskal
Wallis. Berdasarkan hasil analisis akan diketahui apakah pinjaman dana KUR
untuk UMKM di Tangerang Selatan memiliki dampak yang efektif atau tidak
terhadap kinerja keuangan dalam suatu usaha ditinjau dari perbedaan variabel
kinerja keuangan yaitu current asset ratio, assets turnover, debt equity ratio,
dan net profit margin antara UMKM di Tangerang Selatan. Berikut hasil
108
output SPSS dari uji pangkat tanda Wilcoxon dan Kruskal Wallis test yang
disajikan pada tabel berikut ini.
1. Uji Pangkat Tanda Wilcoxon
a. Variabel Current Assets Ratio
Tabel 4.20
Uji Tanda Pangkat Wilcoxon Pada Current Assets Ratio
UMKM di Tangerang Selatan Sebelum dan Sesudah Menggunakan
KUR
Test Statisticsa
CA sesudah menggunakan KUR -
CA sebelum menggunakan KUR
Z -2.197b
Asymp. Sig. (2-tailed) .028
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Sumber : hasil analisis, 2016
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai -p sebesar
0,028. Nilai ini lebih kecil atau kurang dari besar nilai tingkat kepercayaan
(α) sebesar 10% (0,100) atau Zhitung -2,197 (Zhitung > -1,64). Ini berarti bahwa
Ho ditolak, artinya Ha diterima, yaitu ada beda nilai variabel current assets
ratio pada UMKM di Tangerang Selatan antara sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR. Hasil ini sesuai dengan penelitian Putri dan Imam
(2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan currents
assets ratio UMKM antara sebelum dan sesudah menggunakan dana KUR.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas dapat disimpulkan bahwa
pemberian kredit usaha rakyat dinilai efektif dalam meningkatkan kinerja
keuangan UMKM di Tangerang Selatan ditinjau dari nilai current assets
109
ratio. Besar kecil pinjaman yang diterima UMKM berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan pengusaha dalam mengembalikan
pinjaman yang diambil. Adanya pinjaman modal berupa KUR ini telah
membantu perusahaan dalam meningkatkan kemampuan usaha mereka untuk
membayar hutang yang harus segera dilunasi dengan menggunakan harta
lancar yang dimiliki UMKM.
b. Variabel Assets Turnover Ratio
Tabel 4.21
Uji Tanda Pangkat Wilcoxon Pada Assets Turnover Ratio
UMKM di Tangerang Selatan Sebelum dan Sesudah Menggunakan
KUR
Test Statisticsa
AT sesudah menggunakan KUR -
AT sebelum menggunakan KUR
Z -.312b
Asymp. Sig. (2-tailed) .755
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Sumber : hasil analisis, 2016
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai -p sebesar
0,755. Nilai ini lebih besar dari besar nilai tingkat kepercayaan (α) sebesar
10% (0,100) atau Zhitung sebesar -0,312 (Zhitung < -1,64). Ini berarti bahwa Ho
diterima, artinya Ha ditolak, yaitu tidak ada beda variabel assets turnover
ratio pada UMKM di Tangerang Selatan antara sebelum dan sesudah
menggunakan dana kredit usaha rakyat. Ini bertolak belakang dengan hasil
penelitian Putri dan Imam (2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
assets turnover ratio UMKM sebelum dan sesudah menggunakan dana KUR.
110
Rasio ini sangat dipengaruhi oleh tingkat penjualan dan total aktiva yang
dimiliki perusahaan. Penelitian ini juga bertentangan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Putra dan Saskara (2013) yang menyatakan terdapat
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan dana
KUR. Modal yang diberikan membantu UMKM dalam hal persediaan barang
dagang. Meskipun begitu hal ini tidak dapat menentukan tingkat penjualan
bersih yang dihasilkan perusahaan. Ini dikarenakan banyaknya variabel lain
yang memiliki pengaruh besar terhadap tingkat penjualan perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari assets turnover perusahaan
pada kinerja keuangan UMKM, Kredit Usaha Rakyat ini dinilai belum
efektif.
c. Variabel Debt Equity Ratio
Tabel 4.22
Uji Tanda Pangkat Wilcoxon Pada Debt Equity Ratio
UMKM di Tangerang Selatan Sebelum dan Sesudah Menggunakan
KUR
Test Statisticsa
DER sesudah menggunakan KUR - DER
sebelum menggunakan KUR
Z -2.557b
Asymp. Sig. (2-tailed) .011
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Sumber : hasil analisis, 2016
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai -p sebesar
0,011. Nilai ini lebih kecil atau kurang dari besar nilai tingkat kepercayaan
(α) sebesar 10% (0,100) atau Zhitung sebesar -2,557 (Zhitung > -1,64).. Ini berarti
bahwa Ho ditolak, artinya Ha diterima, yaitu ada beda variabel debt equity
111
ratio pada UMKM di Tangerang Selatan antara sebelum dan sesudah
menggunakan dana kredit usaha rakyat. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Putri dan Imam (2014) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap debt equity ratio UMKM sebelum dan sesudah menggunakan dana
KUR.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas menunjukkan bahwa KUR ini
sangat membantu UMKM dalam bidang permodalan. Selain itu dengan
adanya pinjaman modal ini dinilai mampu meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Oleh karena itu, KUR
dinilai efektif dalam meningkatkan kinerja keuangan usaha UMKM di ukur
dari nilai debt equity ratio.
d. Variabel Net Profit Margin
Tabel 4.23
Uji Tanda Pangkat Wilcoxon Pada Net Profit Margin
UMKM di Tangerang Selatan Sebelum dan Sesudah Menggunakan
KUR
Test Statisticsa
NPM sesudah menggunakan KUR -
NPM sebelum menggunakan KUR
Z -.171b
Asymp. Sig. (2-tailed) .865
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Sumber : hasil analisis, 2016
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai -p sebesar
0,865. Nilai ini lebih besar dari besar nilai tingkat kepercayaan (α) sebesar
10% (0,100) atau Zhitung sebesar -0,171 (Zhitung < -1,64). Ini berarti bahwa Ho
diterima, artinya Ha ditolak, yaitu tidak ada beda variabel assets net profit
112
margin pada UMKM di Tangerang Selatan antara sebelum dan sesudah
menggunakan dana kredit usaha rakyat. Hasil penelitian ini bertolak belakang
dengan Putri dan Imam (2014) yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada net profit margin UMKM sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR. Sesuai dengan Githaiga dan Kabiru (2015) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang positif dari debt financing
berupa pinjaman jangka panjang dan jangka pendek terhadap kinerja
keuangan UMKM (net profit margin ratio).
Hal ini dapat terjadi karena tingkat penjualan yang tidak tentu akibat
kondisi pasar dan ekonomi yang tidak mendukung. Sehingga KUR dinilai
hanya membantu dari segi permodalan dan mempertahankan usaha saja
namun tidak dinilai efektif dalam meningkatkan laba usaha. Hasil ini juga
tidak sesuai dengan Utomo dan Setiawan (2013) yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan
KUR pada volume penjualan dan laba UKM. Kredit Usaha Rakyat masih
dinilai belum efektif dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
diukur dari assets turnover ratio dan net profit margin UMKM.
113
2. Uji Kruskal Wallis
a. Variabel Current Assets Ratio
Tabel 4.24
Uji K Sampel Independen Kruskal Wallis Pada Current Assets Ratio
Antara UMKM di Tangerang Selatan
Test Statisticsa,b
CA
Chi-Square 4.491
Df 4
Asymp. Sig. .344
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: UKM
Sumber : hasil analisis, 2016
Berdasarkan tabel diatas, dapat dipaparkan hasil uji Kruskal Wallis
didapatkan nilai –p sebesar 0,344 (0,344>0,100) atau nilai Chi-kuadrat
hitung sebesar 4,491 (χ2hitung < 6,251). Hal ini berarti bahwa Ha ditolak
artinya Ho diterima, yaitu tidak terdapat perbedaaan yang signifikan
mengenai kinerja keuangan antara UMKM di Tangerang Selatan
berdasarkan rasio likuiditas (current assets ratio). Kemampuan UMKM di
Tangerang Selatan dalam mengelola kinerja keuangan berdasarkan current
assets ratio tidak jauh berbeda. Rasio lancar dikatakan baik jika memiliki
nilai ideal 200% (Darsono, 2009). Berdasarkan hasil perbandingan kinerja
keuangan antar UMKM menyebutkan bahwa rata-rata current assets ratio
usaha berada diatas 200% namun beberapa UMKM lainnya masih memiliki
nilai dibawah 200%. Nilai ideal dari current assets ratio adalah 200%.
Lebih dari 200% artinya manajemen keuangan tidak mampu
mengalokasikan dana yang lebih produktif.
114
b. Variabel Assets Turnover Ratio
Tabel 4.25
Uji K Sampel Independen Kruskal Wallis Pada Assets Turnover Ratio
Antara UMKM di Tangerang Selatan
Test Statisticsa,b
AT
Chi-Square 9.355
Df 4
Asymp. Sig. .053
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: UKM
Sumber : hasil analisis, 2016
Pada rasio aktivitas ( assets turnover) nilai χ2hitung adalah sebesar
9,355. Hal ini menunjukkan χ2hitung (9,355) > χ2
tabel (6,251) atau –p sebesar
0,053 < 0,100. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak artinya Ha diterima, yaitu
terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan antar
UMKM di Tangerang Selatan berdasarkan rasio aktivitas (assets turnover).
Artinya antar UMKM memiliki perputaran harta perusahaan yang baik.
Semakin tinggi nilai assets turnover perusahaan maka semakin baik
perputaran harta dalam menghasilkan tingkat penjualan. Berdasarkan
perbandingan perhitungan kinerja keuangan UMKM menyebutkan bahwa
mayoritas UMKM memiliki nilai assets turnover yang tinggi. Hal ini juga
menunjukkan bahwa manajemen sudah mampu mengoptimalkan harta
untuk memperoleh pendapatan.
115
c. Variabel Debt Equity Ratio
Tabel 4.26
Uji K Sampel Independen Kruskal Wallis Pada Debt Equity Ratio
Antara UMKM di Tangerang Selatan
Test Statisticsa,b
DER
Chi-Square 1.973
Df 4
Asymp. Sig. .741
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: UKM
Sumber : hasil analisis, 2016
Pada debt equity ratio, nilai χ2hitung sebesar 1,973. Hal ini
menunjukkan χ2hitung < 6,251 atau nilai –p sebesar 0,741 (-p >0,100). Berarti
Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan antar UMKM di
Tangerang Selatan berdasarkan rasio solvabilitas (debt equity ratio).
Menurut Darsono (2009), rasio ekuitas dianggap wajar jika
memiliki nilai rata-rata diatas 50%, artinya jumlah ekuitas atau modal
sendiri lebih besar dari pada total hutang. Meskipun memiliki perbedaan
antara sebelum dan sesudah menggunakan dana KUR, kemampuan modal
terhadap hutang antar UMKM tidak jauh berbeda. Sebagaimana yang
diperlihatkan dalam tabel 4.19 mengenai perbandingan nilai debt equity
ratio antar UMKM mayoritas berada dibawah nilai 50%.
116
d. Variabel Net Profit Margin
Tabel 4.27
Uji K Sampel Independen Kruskal Wallis Pada Net Profit Margin
Antara UMKM di Tangerang Selatan
Test Statisticsa,b
NPM
Chi-Square 2.171
Df 4
Asymp. Sig. .704
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: UKM
Sumber : hasil analisis, 2016
Berdasarkan perhitungan uji k sampel independen dengan metode
Kruskal Wallis pada net profit margin antar UMKM di Tangerang Selatan
menunjukkan, nilai χ2hitung < 6,251 atau nilai –p sebesar 0,704 (-p> 0,100). Ini
menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan antar UMKM di
Tangerang Selatan berdasarkan rasio profitabilitas atau net profit margin
perusahaan.
Net profit margin berfungsi untuk mengukur kemampuan UMKM
dalam menghasilkan laba usaha. Berdasarkan hasil pengujian kruskal wallis
dan melihat pada tabel 4.19 mengenai perhitungan perbandingan kinerja
keuangan antar UMKM nilai dari NPM UMKM tidak jauh berbeda dan
memiliki nilai yang rendah. Secara keseluruhan, kemampuan manajemen
dalam memperoleh laba dianggap buruk dibandingkan dengan perusahaan
sejenis atau pesaing. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
kondisi pasar yang tidak menentu dan manajemen yang buruk. Menurut
117
Darsono (2009), dalam kondisi ini manajemen tidak mampu mengurangi
aktivitas yang belum bernilai tambah dan belum mampu meluaskan pangsa
pasar.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan
kinerja keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di
Tangerang Selatan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan
sebelum dan sesudah menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Berdasarkan analisis statistik deskriptif, analisis rasio keuangan, dan
pengujian hipotesis menggunakan uji pangkat tanda Wilcoxon dan uji k
sampel independen dengan menggunakan metode Kruskal Wallis untuk
melihat dampak dari KUR. Dilakukan pengujian terhadap keempat
variabel rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
antara UMKM. Keempat variabel tersebut adalah Current Assets Ratio
(rasio likuiditas), Assets Turnover Ratio (rasio aktivitas), Debt Equity
Ratio (rasio solvabilitas), Net Profit Margin (rasio profitabilitas).
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat deperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, dapat disimpulkan
bahwa terdapat terdapat pertumbuhan serta perbedaan kinerja
keuangaan UMKM di Tangerang Selatan sebelum dan sesudah
menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). Analisis
terhadap beberapa variabel yang terdapat dalam kinerja keuangan
UMKM menyebutkan bahwa ada peningkatan nilai terhadap
119
Current Assets Ratio, Debt Equity Ratio, serta Net Profit
Margin. Sedangkan penurunan terjadi pada variabel Assets
Turnover Ratio.
2. Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap beberapa variabel kinerja keuangan UMKM di
Tangerang Selatan yang menggunakan dana pinjaman Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Variabel tersebut ialah Current Assets
Ratio dan Debt Equity Ratio. Sedangkan pada variabel lainnya
yaitu Assets Turnover Ratio dan Net Profit Margin tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan
UMKM.
3. Kinerja keuangan UMKM di Tangerang Selatan bila ditinjau
Dari Current Assets Ratio, Assets Turnover, Debt Equity Ratio,
dan Net Profit Margin menunjukkan bahwa kinerja keuangan
tertinggi diduduki oleh UD Riki, kemudiaan diikuti oleh UD
Rizal pada peringkat dua, UD Rizal pada peringkat ke tiga,
sedangakan pada peringkat wmpat diduduki oleh UD Neti, dan
terakhir ditempati oleh UD Gustini pada peringkat ke lima.
4. Berdasarkan hasil Kruskal Wallis test, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kinerja keuangan
UMKM di wilayah Tangerang Selatan bila ditinjau dari Assets
Turnover Ratio (rasio aktivitas), namun tidak terdapat perbedaan
120
yang signifikan bila ditinjau dari Current Assets Ratio (rasio
likuiditas), Debt Equity Ratio (rasio solvabilitas), dan Net Profit
Margin (rasio profitabilitas). Hal ini menunjukkan bahwa
masing-masing UMKM di wilayah Tangerang Selatan
mempunyai strategi dan cara pengelolaan usaha yang tidak
serupa atau cukup berbeda di dalam pelaksanaan kegiatan
usahanya.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang dikemukakan diatas, adapun saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya pencatatan laporan keuangan yang disusun secara
rapi dan benar oleh pelaku UMKM guna dijadikan sebagai
bahan pengukuran perkembangan usahanya. Laporan keuangan
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi kepada
bank sebagai bahan koreksi dan masukan untuk peningkatan
peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam rangka meningkatkan
prekonomian UMKM.
2. Secara keseluruhan mengenai kinerja keuangan yang apabila
ditinjau dari beberapa variabel diantaranya Current Assets Ratio,
Assets Turnover, Debt Equity Ratio, dan Net Profit Margin,
perlu adanya peningkatan usaha yang maksimal dari pelaku
usaha dengan memaksimalkan segala potensi usaha yang ada
baik dari segi sumber daya manusia dan strategi pemasaran yang
121
lebih baik. Masing-masing UMKM perlu meningkatkan kinerja
keuangannya baik melalui penerimaan penjualan maupun
permodalan baik berasal dari modal pribadi maupun pihak
ketiga lainnya.
3. Perlunya program tambahan yang berfungsi sebagai program
dampingan dari program Kredit Usaha Rakyat, seperti pelatihan
terhadap sumber daya manusia atau pelaku usaha. Hal ini
dilakukan agar peningkatan kualitas usaha UMKM juga
dibarengi dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya
UMKM tersebut. Ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur usaha
setiap UMKM untuk dapat bersaing dengan usaha baru atau
pesaing di pasar. Selain itu perlu adanya control usaha yang
harus dilakukan oleh bank agar dana KUR dapat tersalurkan
sesuai dengan kebutuhan usaha pelaku UMKM. Kontrol dapat
dilakukan tidak hanya pada bagaimana dana KUR dapat
tersalurkan dan dikembalikan secara tepat untuk mengurangi
dampak dari kredit macet, tapi kontrol juga dapat dilakukan
untuk menilai efektivitas dana KUR terhadap peningkatan nilai
usaha setiap UMKM.
122
C. Keterbatasan
Setelah dilakukan analisis dan interpretasi penelitian ini memiliki
keterbatasan, diantaranya:
1. Peneliti hanya memfokuskan penelitian pada variabel-variabel
kinerja keuangan saja terhadap UMKM di Tangerang Selatan
dengan analisis terhadap laporan keuangan sebelum dan sesudah
menggunakan dana KUR.
2. Penelitian ini tidak melihat secara rinci faktor atau variabel lain
yang mempengaruhi kinerja keuangan usaha antara UMKM,
baik dari segi sumber daya manusia maupun kondisi pasar yang
tidak menentu yang mempengaruhi kondisi perekonomian
UMKM juga.
123
DAFTAR PUSTAKA
(KDT), P. N. (2009). Seri Panduan Praktis : SPSS 17 untuk Pengolahan Data
Statistik. Semarang: CV. ANDI OFFSET.
Abeywardhana, D. (2015). Capital Stucture and Profitability : An Empirical
Analysis of SMEs in the UK. Journal Emerging Issues Economics,
Finance and Banking (JEIEFB), 1662.
Ambarwati, S. D. (2010). Manajemen Keuangan Lanjtu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arthur J. Keown, J. D., & J. William Petty, D. F. (2010). Manajemen Keuangan.
Jakarta: PT INDEKS.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2001). Manajemen Keuangan Edisi 8. Jakarta:
Erlangga.
Darsono. (2009). Manajemen Keuangan. Jakarta: Nusantara Consulting.
Dewanto. (2010, September 17). UKM Tidak Terdata Pasti Di Tangerang Selatan.
(a. banten.com, Interviewer)
E.K, A., & Onwuka, I. (2014). Impact Of Micro-Credit On Poverty Alleviation In
Nigeria- The Case Of Enugu East Local Council. International Journal of
Business and Management Review, 27-51.
Farida, I. (2015, November 20). Dinkop Sudah Mendata 20.729 UKM. (T.
Ekspres, Interviewer)
Githaiga, P. N., & Kabiru, C. G. (2015). Debt Financing And Financial
Performance Of Small And Medium Size Enterprises: Evidence From
Kenya. Journal of Economics, Finance and Accounting, 475.
Graham, J. R., Smart, S. B., & Megginson, W. L. (2010). Corporate Financing :
Linking Theory To What Companies Do. United States of America: Joe
Sabatino.
H.M, J. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Harahap, S. S. (2010). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan . Jakarta: Rajawali
Pers.
124
Harsono, P. (2010). Analisis Bantantuan Kredit Dari Dinas Kelautan Dan
Perikanan Kabupaten Pati Terhadap Perkembangan UMK Binaan KUB
Rukun Mina Barokah Di Kecamatan Juwana. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro .
Ismail. (2010). Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta:
Prenada Media Grup.
Jogiyanto, H. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kulkarni, P., & Chirputkar, A. V. (2014). Impact of SME Listing on Capital
Structure Decisions. Procedia Economics and Finance, 437.
KUR, K. (2010). Komite Kredit Usaha Rakyat. Retrieved desember 2, 2015, from
komite-kur: komite-kur.com
Kusuma, D. R. (2016, 01 06). detik finance. Retrieved 03 3, 2016, from Begini
Cara Ajukan KUR dengan Bunga 9 persen:
http://finance.detik.com/read/2016/01/06/133504/3111967/5/begini-cara-
ajukan-kur-dengan-bunga-9
MacDonald, S. B., & L.Gastmann, A. (2001). A History of Credit And Power In
The Western World. New Jersey: Transaction Publishers.
Mardiyanto, H. (2008). Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo.
Moeljadi. (2006). Manajemen Keuangan. Malang: Bayumedia Publishing.
Muharam, A. (2011). Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia. Retrieved November 3, 2015, from Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia:
www.depkop.go.id
Oke, J., Adeyemo, R., & Agbonlahor, M. (2007). An Empirical Analysis of
Microcredit Repayment in Southwestern Nigeria. Humanity and Social
Sciences, 63.
Pramesti, A. L., & Susilowibowo, J. (2014). Pengaruh Keputusan Pendanaan
Eksternal, Keputusan Investasi, Dan Firm Size Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Ilmu Manajemen, 1420-1421.
125
Pramesti, A. L., & Susilowibowo, J. (2014). Pengaruh Keputusan Pendanaan
Eksternal, Keputusan Investasi, Dan Firm Size Terhadap Nilai Perusahaan
. Jurnal Ilmu Manajemen, 1419-1420.
Putra, I. G., & Saskara, I. A. (2013). Efektivitas Dan Dampak Program Bantuan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan Dan Kesmpatan Kerja
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kota Denpasar. Ekonomi
Pembangunan, 457.
Putri, I. Y. (2010). Analisis Usaha Mikro Monel yang Memperoleh Kredit Dari
Dinas UMKM Kabupaten Jepara (Studi Kasus : Kecamatan Kalinyamatan,
Kabupaten Jepara). Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Richard A. Brealey, S. C. (2007). Fundamental Of Corporate Finance. United
States: Stephen M. Patterson.
Rivai, V., & Veithzal, A. P. (2007). Credit Management Handbook: Teori,
Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, dan
Nasabah. Jakarta: Raja Grafindo.
Riyanto, B. (2010). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4 Cetakan
kesepuluh. Yogyakarta: BPFE.
Rodoni, A., & Ali, H. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Sanusi, A. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Setyobudi, A. (2007). Peran Serta Bank Indonesia Dalam Mengembangkan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Buletin Hukum Perbankan dan
Kebanksentralan, 29.
Srilambang, P. D., & Mas'ud, I. (2014). Perbedaan Kinerja Keuangan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) Sebelum Dan Sesudah Menerima Fasilitas Kredit
Perbankan (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Tegal
Besar Jember). Artikel Ilmiah Mahasiswa Universitas Diponegoro, 4.
Sutojo, S. (2008). Menangani Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus. Jakarta: PT
Damar Mulia Pustaka.
Utomo, C. T., & Setaiwan, A. H. (2013). Analisis Peran Kredit Mikro Dari PD
BPR BKK Kebumen Cabang Kutowinangun Dalam Upaya
Mengembangkan Usaha Mikro Di Wilayah Kerjanya. Diponegoro Journal
Of Economics, 1-10.
126
Widyaresti, E. P. (2012). Analisis Peran BRI Unit Ketandan Dalam Pemberian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kepada Usaha Mikro Dan Kecil Di
Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Diponegoro .
www.bi.go.id
www.depkop.go.id
www.komite-kur.com
127
LAMPIRAN: Hasil Analisis
A. UJI DESKRIPTIF STATISTIK
1. KINERJA KEUANGAN SEBELUM MENGGUNAKAN KUR
a. Variabel Current Assets Ratio
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CA 15 .00 7.27 .4847 1.87711
Valid N
(listwise) 15
b. Variabel Assets Turnover Ratio
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AT 15 .47 3.53 1.2940 .86559
Valid N
(listwise) 15
c. Variabel Debt Equity Ratio
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DER 15 .00 3.33 .2220 .85980
Valid N
(listwise) 15
d. Variabel Net Profit Margin
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPM 15 -.37 .68 .2767 .26917
Valid N
(listwise) 15
128
2. KINERJA KEUANGAN SESUDAH MENDAPATKAN KUR
a. Variabel Current Assets Ratio
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CA 15 .00 32.71 7.7440 11.27346
Valid N (listwise) 15
b. Variabel Assets Turnover Ratio
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AT 15 .21 2.70 1.0027 .61641
Valid N (listwise) 15
c. Variabel Debt Equity Ratio
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DER 15 .06 .60 .2320 .14507
Valid N (listwise) 15
d. Variabel Net Profit Margin
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPM 15 -.38 .73 .3060 .31396
Valid N (listwise) 15
129
B. UJI PANGKAT TANDA WILCOXON
1. Variabel Current Assets Ratio
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
CA sesudah
menggunakan KUR
- CA sebelum
menggunakan KUR
Negative
Ranks 1a 1.00 1.00
Positive
Ranks 6b 4.50 27.00
Ties 8c
Total 15
a. CA sesudah menggunakan KUR < CA sebelum menggunakan KUR
b. CA sesudah menggunakan KUR > CA sebelum menggunakan KUR
c. CA sesudah menggunakan KUR = CA sebelum menggunakan KUR
Test Statisticsa
CA sesudah menggunakan KUR - CA sebelum
menggunakan KUR
Z -2.197b
Asymp. Sig. (2-tailed) .028
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
130
2. Variabel Assets Turnover Ratio
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
AT sesudah menggunakan
KUR - AT sebelum
menggunakan KUR
Negative
Ranks 7a 9.36 65.50
Positive
Ranks 8b 6.81 54.50
Ties 0c
Total 15
a. AT sesudah menggunakan KUR < AT sebelum menggunakan KUR
b. AT sesudah menggunakan KUR > AT sebelum menggunakan KUR
c. AT sesudah menggunakan KUR = AT sebelum menggunakan KUR
Test Statisticsa
AT sesudah menggunakan KUR - AT sebelum
menggunakan KUR
Z -.312b
Asymp. Sig. (2-tailed) .755
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
3. Variabel Debt Equity Ratio
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
DER sesudah
menggunakan KUR - DER
sebelum menggunakan
KUR
Negative
Ranks 1a 15.00 15.00
Positive
Ranks 14b 7.50 105.00
Ties 0c
Total 15
a. DER sesudah menggunakan KUR < DER sebelum menggunakan KUR
b. DER sesudah menggunakan KUR > DER sebelum menggunakan KUR
131
c. DER sesudah menggunakan KUR = DER sebelum menggunakan KUR
Test Statisticsa
DER sesudah menggunakan KUR - DER sebelum
menggunakan KUR
Z -2.557b
Asymp. Sig. (2-tailed) .011
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
4. Variabel Net Profit Margin
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
NPM sesudah
menggunakan KUR - NPM
sebelum menggunakan
KUR
Negative
Ranks 9a 7.00 63.00
Positive
Ranks 6b 9.50 57.00
Ties 0c
Total 15
a. NPM sesudah menggunakan KUR < NPM sebelum menggunakan KUR
b. NPM sesudah menggunakan KUR > NPM sebelum menggunakan KUR
c. NPM sesudah menggunakan KUR = NPM sebelum menggunakan KUR
Test Statisticsa
NPM sesudah menggunakan KUR - NPM sebelum
menggunakan KUR
Z -.171b
Asymp. Sig. (2-
tailed) .865
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
132
C. UJI K INDEPENDENT SAMPEL KRUSKAL- WALLIS
1. Variabel Current Assets Ratio
Kruskal-Wallis Test
Ranks
UKM N Mean Rank
CA
UD RK 6 17.67
UD RZ 6 19.00
UD RF 6 14.83
UD GT 6 12.00
UD NT 6 14.00
Total 30
Test Statisticsa,b
CA
Chi-Square 4.491
Df 4
Asymp. Sig. .344
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: UKM
2. Variabel Assets Turnover Ratio
Kruskal-Wallis Test
Ranks
UKM N Mean Rank
AT
UD RK 6 18.25
UD RZ 6 9.67
UD RF 6 9.50
UD GT 6 19.08
UD NT 6 21.00
Total 30
133
Test Statisticsa,b
AT
Chi-Square 9.355
Df 4
Asymp. Sig. .053
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: UKM
3. Variabel Debt Equity Ratio
Kruskal-Wallis Test
Ranks
UKM N Mean Rank
DER
UD RK 6 16.42
UD RZ 6 14.75
UD RF 6 16.58
UD GT 6 11.75
UD NT 6 18.00
Total 30
Test Statisticsa,b
DER
Chi-Square 1.973
df 4
Asymp. Sig. .741
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: UKM
134
4. Variabel Net Profit Margin
Kruskal-Wallis Test
Ranks
UKM N Mean Rank
NPM
UD RK 6 13.25
UD RZ 6 16.00
UD RF 6 12.33
UD GT 6 18.50
UD NT 6 17.42
Total 30
Test Statisticsa,b
NPM
Chi-Square 2.171
Df 4
Asymp. Sig. .704
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: UKM
top related