analisis ketimpangan distribusi pendapatan 33 provinsi …
Post on 10-May-2022
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN 33 PROVINSI DI INDONESIA
PERIODE 2007-2012
Oleh :
GALAXI CHRISAMBA
NIM : 222011003
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMI
PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52-60
Salatiga 50711 – Indonesia
Telp. (0298) 321212, 311881
Fax. (0298) 321433, 311881
Email : feb@uksw.edu
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
N a m a : Galaxi Chrisamba
N I M : 222011003
Program Studi : Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja:
Judul : Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan 33
Provinsi di Indonesia Periode 2007-2012
Pembimbing : Birgitta Dian Saraswati, SE, MSi
Tanggal di uji : 22 Mei 2015
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk
pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 11 Maret 2015
Yang memberi pernyataan
Galaxi Chrisamba
iii
ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN 33 PROVINSI DI INDONESIA
PERIODE 2007-2012
Oleh :
GALAXI CHRISAMBA
NIM : 222011003
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMI
PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI
Disetujui oleh :
Birgitta Dian Saraswati, SE,MSi
Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Tuhanmu tak akan memberi ular beracun pada mereka yang minta roti.
2. Janganlah berdoa agar tidak mempunyai masalah, tapi berdoalah agar
menjadi pribadi yang kuat karena tidak akan ada orang yang hidup tanpa masalah.
3. Hal yang terpenting bukanlah seberapa cepat kita lulus, tetapi seberapa
cepat kita bisa berguna bagi banyak orang setelah kita lulus.
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus yang telah mengajari saya bahwa mustahil dapat mencapai
semua mimpi dengan mengandalkan kerja keras diri sendiri tanpa berserah
kepadaNya.
2. Kedua orang tuaku, Bapak Sukadarisno dan Ibu Tandangsih Pancaningrum
yang telah melupakan kelelahannya bekerja hanya agar anaknya ini lulus
tepat waktu.
3. Kakakku Brama Sabatha dan Adikku Giga Lazuardi yang tetap bisa bercanda
ria denganku dengan kondisi hidup sesulit apapun.
4. Ibu Birgitta Dian Saraswati yang telah menjadi ibu kedua bagi saya selama
berada di Salatiga ini.
5. Sahabat saya Rendika Dirgananda yang selalu membanggakan saya ketika
banyak seseorang bertanya kelebihan apa yang saya punya.
6. Semua teman angkatan 2011 yang luar biasa.
7. Semua teman Kos Gang Salak 50 E yang selalu bertanya “ kapan ujian?”
sehingga saya selalu bersemangat.
8. Rekening Sahabat IE, yang selalu membantu saya dalam hal finansial.
vi
ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN 33 PROVINSI DI INDONESIA
PERIODE 2007-2012
Abstract
This study aims to determine the factors that influence the unequality distribution
of income in Indonesia. This study uses panel data with the time of year during the
period 2007-2012 and cross section 33 provinces in Indonesia. Through the fixed
effect estimation model result that inflation is negative and significant effect on
the unequality distribution of income and education while government spending
and a significant positive effect on the unequality distribution of income.
Keywords : Inflation, education, goverment spending, fixed effect
vii
ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN 33 PROVINSI DI INDONESIA
PERIODE 2007-2012
Saripati
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
metode data panel dengan perode waktu tahun 2007-2012 dan cross section 33
provinsi di Indonesia. Melalui model estimasi fixed effect diperoleh hasil bahwa
inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan distribusi
pendapatan sedangkan pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan.
Kata kunci : Inflasi, Pendidikan, pengeluaran pemerintah, fixed effect
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Ketimpangan
Distribusi Pendapatan di Indonesia 33 Provinsi di Indonesia Periode 2007-2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
di Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan,
bimbingan, masukan, kritikan, saran dari banyak pihak yang sangat berarti bagi
penulis. Maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus yang telah memberkati dan menguatkan saya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Birgitta Dian Saraswati selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran
yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
3. Bapak Gatot Sasongko selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk segera
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Seluruh Staf Pengajar dan Staf
Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis, terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan selama ini.
ix
4. Kedua orang tua selaku motivator dan penyemangat, terima kasih
untuk doa, dukungan dan kasih sayang sehingga skripsi ini dapat
selesai sesuai yang diharapkan oleh bapak dan ibu.
Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati
pihak-pihak yang telah membantu penulis tersebut. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan bahan dan sumber.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini akan
penulis terima dengan hati terbuka. Tuhan Yesus meberkati kita semua.
Salatiga, 27 April 2015
Penulis
Galaxi Chrisamba
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................... i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi .......................................................................... ii
Lembar Pengesahan ........................................................................................................... iii
Halaman Persembahan ...................................................................................................... iv
Abstrack ............................................................................................................................. vi
Saripati .............................................................................................................................. vii
Kata Pengantar ..................................................................................................... viii
Daftar Isi ................................................................................................................ x
Daftar Gambar ........................................................................................................ xi
Daftar Tabel .......................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ................................................................................................... xiii
Daftar Rumus ....................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7
Ketimpangan Distribusi Pendapatan ....................................................................... 7
Penelitian-Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 10
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 14
Spesifikasi Model .................................................................................................. 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 17
KESIMPULAN ..................................................................................................... 23
IMPLIKASI KEBIJAKAN ................................................................................... 23
KETERBATASAN PENELITIAN ....................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
DAFTAR RIIWAYAT HIDUP ............................................................................ 26
xi
DAFTAR GAMBAR
Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2004-2012 4
Grafik 2. Index Gini Indonesia 2004-2012 4
Gambar 3. Kurva Lorenz 9
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Index Gini Negara Maju dan Berkembang ....................... 2
Tabel 2. Hasil Estimasi Fixed Effect .................................................................... 17
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Panel ........................................................................................ 28
Lampiran 2. Uji Hausman Test ............................................................................ 34
Lampiran 3. Fixed Effect ..................................................................................... 35
xiv
DAFTAR RUMUS
Rumus Model Regresi Data Panel ..................................................................... 15
1
Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan 33 Provinsi
Di Indonesia Periode 2007-2012
PENDAHULUAN
“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu membanggakan, tetapi pemerataan
pendapatanlah yang membuat sebuah negara itu mencapai kebahagiaan”. Hanya
saja terkadang sebuah negara melupakan salah satunya yaitu pemerataan distribusi
pendapatan. Pada dasarnya semua kebijakan yang mereka lakukan baik itu fiskal
maupun moneter hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Seftarita,
2005). Memang pada akhirnya target pertumbuhan ekonomi tercapai, tetapi
dampak negatifnya adalah melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan (Simon
Kuznet dalam Khan, 2011). Akibatnya sering sekali dijumpai fenomena dimana
suatu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi masih banyak
penduduknya yang masuk dalam kategori berpendapatan rendah atau menengah
ke bawah, terutama pada negara sedang berkembang. (Arifianto, 2013).
Pemerataan distribusi pendapatan merupakan hal yang penting di dalam sebuah
negara. Kegagalan pemerataan distribusi pendapatan tidak hanya berpengaruh
buruk terhadap bidang perekonomian saja, tetapi juga sosial, politik dan
keamanan ( Sofyan dkk 2010). Ketimpangan pendapatan akan menyebabkan
tumbuhnya kecemburuan sosial dan kemiskinan yang nantinya dapat berujung
pada resiko terbesar seperti kerusuhan dan gerakan separatis. Negara-negara maju
sangat menyadari hal tersebut sehingga mereka tidak hanya sekedar berfokus
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi saja tetapi juga bagaimana
2
mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Pemikiran inilah yang mungkin
menyebabkan di negara maju indeks gini mereka lebih rendah daripada negara
berkembang, seperti tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Indeks Gini Negara Maju dan Berkembang
kelompok
negara no negara
awal tahun
2000
pertengahan
tahun 2000
akhir tahun
2000
negara maju
1
Amerika
Serikat 0.357 0.38 0.378
2 Jepang 0.337 0.321 0.329
3 Australia 0.317 0.315 0.336
negara
berkembang
4 Chile - 0.503 0.494
5 Meksiko 0.507 0.474 0.476
6 Turki - 0.43 0.409
Sumber : OECD Stats
3
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan benua Asia.
Angka Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dibilang cukup tinggi setelah tahun
2004, dimana rata-rata angka pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai lebih
dari 5 persen per tahun . Produk Nasional Bruto per kapita Indonesia juga cukup
tinggi jika melihat data dari BPS di tahun 2013 yaitu sebesar Rp 36.508.486,00
per tahun. Berdasarkan rumus ekonomi dalam hal menghitung pendapatan
masyarakat, nilai tersebut memang benar adanya, tetapi pada faktanya tidaklah
demikian. Angka tersebut merupakan bias dalam perekonomian, karena ternyata
yang menyumbang PDB dalam jumlah besar hanyalah masyarakat Indonesia yang
berpendapatan tinggi. Harian Kompas (22/11/2013) menyebutkan bahwa jika
dikalkulasikan kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia mencapai Rp.1.111,5
triliun. Nilai ini setara dengan setengah dari PDB Indonesia pada kuartal ke-3
2013 yaitu sebesar Rp.2.484 triliun. Jumlahnya yang hanya mencapai 0,01 persen
dari penduduk Indonesia namun menyumbang hampir 50 persen PDB
membuktikan bahwa ketimpangan di Indonesia tinggi walupun pertumbuhan
ekonominya juga tinggi. Di bawah ini dapat dilihat perbandingan angka
pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan Index gini antara tahun 2004-2012 .
4
Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2004-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia
Grafik 2. Indeks Gini Indonesia 2004-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia
Dilema pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan merupakan hal yang
selalu dihadapi pemerintahan dalam hal meningkatkan perekonomian negaranya.
Keadaan ketimpangan distribusi pendapatan maupun pertumbuhan ekonomi yang
tinggi memang sangat tergantung oleh sudut pandang pemerintah itu sendiri. Di
banyak negara Asia pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan selalu dikejar karena
0
2
4
6
8
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
4.66.2 6.5 6.3 5.8 5 5.7 5.5 6.3 6
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA(dalam persen)
0.32 0.34 0.36 0.38 0.37 0.37 0.37 0.38 0.41 0.41
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Gini Indonesia
5
bagi mereka jika pertumbuhan ekonomi diprioritaskan maka nantinya pemerataan
pendapatan akan berhasil (Almas Heshmati, 2014). Sudut pandang seperti inilah
yang nantinya juga akan menentukan seberapa besar pengeluaran yang
dialokasikan untuk pemerataan pendapatan.
Ada beberapa program pengeluaran pemerintah untuk mengurangi ketimpangan
distribusi pendapatan . Program –program seperti bantuan pendidikan dan bantuan
sosial semuanya berasal dari anggaran belanja pemerintah dimana sumber
pengeluaran tersebut berasal dari pajak (Rodrigo Cubero, 2012). Di dalam buku
The Role Fiskal Policy to Income Distribution (2012) lebih lanjut dijelaskan
bahwa semua hal tesebut pada akhirnya tidak hanya sekedar untuk mengurangi
ketimpangan distribusi pendapatan tetapi juga ikut meningkatkan kinerja
perekonomian. Ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai
effect multiplier yang besar terhadap ketimpangan distribusi pendapatan.
Selain pengeluaran pemerintah, pendidikan juga terbukti menjadi salah satu faktor
yang dapat mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Yasir Khan and Meenal Javed di tahun 2011
menyebutkan bahwa di China, peningkatan jumlah masyarakat yang mengenyam
pendidikan menengah akan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan
walupun di Jepang hal itu tidak secara signifikan meningkatkan pemerataan
pendapatan. Di dalam literasi milik Eliana Cardozo (1993) juga dijelaskan bahwa
jika perbedaan gaji yang didasarkan pada tingkat pendidikan dihilangkan, maka
ketidak merataan penghasilan pekerja yang ada di Brazil dapat berkurang 50%. Ini
membuktikan bahwa tingkat pendidikan sangat menentukan pemerataan
6
pendapatan. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa inflasi akan mempengaruhi
pemerataan distribusi pendapatan . Inflasi yang tinggi akan menyebabkan
ketimpangan semakin tinggi dan sebaliknya. Pernyataan ini didukung hasil
penelitian Radi negara (2012), namun dengan suatu syarat bahwa inflasi yang
tinggi akan menyebabkan ketimpangan pendapatan semakin tinggi jika kondisi
awal inflasi negara tersebut tinggi, sedangkan jika kondisi awal inflasi tersebut
rendah maka inflasi yang meningkat justru akan mengurangi ketimpangan
pendapatan.
Berdasarkan fakta dan penelitian-penelitian yang sudah ada , terlihat bahwa
pengeluaran pemerintah, pendidikan, dan inflasi merupakan faktor-faktor penting
yang mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan. Namun demikian
pengaruh tersebut berbeda pada setiap negara sehingga masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah, pendidikan, dan inflasi
terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia Setelah mengetahui
pengaruhnya, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan pada pemerintah
untuk merumuskan kebijakan yang tepat dalam hal mengurangi ketimpangan
distribusi pendapatan.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Definisi dari ketimpangan distribusi pendapatan adalah keadaan dimana hasil dari
pembangunan suatu negara belum dapat di nikmati oleh rakyatnya secara merata
(Setiawan Ahmad, 2011),sedangkan menurut Todaro (2000) ketimpangan
distribusi pendapatan adalah belum meratanya pendapatan di seluruh kalangan
masyarakat baik itu dalam bentuk kepemilikan individu maupun dalam bentuk
kepemilikan faktor-faktor produksi.
Pada dasarnnya ada dua garis besar permalasahan dalam ketimpangan distribusi
pendapatan . Masalah yang pertama adalah apa saja cara yang harus ditempuh
pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Sedangkan masalah yang kedua adalah bagaimana mempersempit
jurang pendapatan antara rumah tangga miskin dengan rumah tangga kaya (
Prapati Lulus, 2006). Jika pemerintah dapat menemukan caranya yang terdapat
untuk mengatasi kedua masalah tersebut maka ketimpangan distirbusi pendapatan
akan berkurang.
Pemerataan pendapatan memiliki 3 masalah pokok yaitu
a. ketimpangan relatif
b. pemerataan antara rumah tangga kota dengan desa
c. Pembagian pendapatan antar daerah
Dalam hal pemerataan pendapatan, World Bank mempunyai 2 cara
menghitung ketimpangan distribusi pendapatan
8
1. Terlebih dahulu menggolongkan penduduk menjadi 3 kategori yaitu
a. 40 persen penduduk berpendapatan rendah
b. 40 persen penduduk berpendapatan sedang
c. 20 persen penduduk berpendapatan tinggi
Jika 40 persen penduduk berpendapatan rendah menerima kurang
12 persen dari total pendapatan pendunduk, itu artinya ketimpangan
pendapatan tinggi
Jika 40 persen penduduk berpendapatan sedang menerima 12
sampai 17 persen dari total pendapatan penduduk , itu artinya ketimpangan
pendapatan sedang
Jika 20 persen penduduk berpendapatan tinggi menerima kurang
dari 17 persen dari total pendapatan penduduk, itu artinya ketimpangan
rendah
2. Menggunakan index gini atau gini ratio. Besarnya Index Gini adalah dari
0 sampai 1. Jika Index menunjukan angka 0 itu artinya tidak ada
ketimpangan. sedangkan Jika Index gini menunjukkan angka 1 itu artinya
seluruh pendapatan timpang ( World Bank). Berdasarkan nilai index gini
diperoleh 3 kriteria sebagai berikut
0,50-0,70 menunjukkan bahwa ketimpangan tinggi
0,36-0,49 menunjukkan bahwa ketimpangan sedang
0,20-0,35 menunjukkan bahwa ketimpangan rendah
9
Selain kedua cara diatas, ada perhitungan ketimpangan distribusi pendapatan yang
dikenal banyak dilingkungan akademisi, dimana perhitungan ini menggunakan
sebuah kurva yang disebut denga kurva lorenz. Kurva Lorenz yang dibuat oleh
Conrad Lorenz pada tahun 1905 didasarkan pada hubungan antar kelompok
masyarakat dengan pangsa pendapatan yang mereka miliki (Lulus Prapti, 2006)
Gambar 3. Kurva Lorenz
Sumber : Lulus Prapti (2006)
10
Secara matematis rumus koefisien Gini adalah sebagai berikut:
n
KG = 1 - Σ f (Y + Y )
1 i i+1 i
Keterangan :
KG = Angka Koefisien Gini
Xi = Proporsi jumlah rumah tangga kumulatif dalam kelas i
Fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i
Yi = Proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas i
Penelitian- Penelitian Sebelumnya
Trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan
dijelaskan oleh Almas Heshmati dan Jungsuk Kim (2014) di mana ada 3 peran
kebijakan fiskal yaitu pemerataan pendapatan, pengurangan kemiskinan dan juga
pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa di negara
maju untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kebijakan fiskal yang baik adalah
dengan cara melakukan pemerataan pendapatan. Sedangkan untuk di Asia
pertumbuhan inklusif lebih dikejar karena mereka beranggapan jika kebijakan
mengarah pada pemerataan pendapatan maka pertumbuhan ekonomi akan
terganggu. Mereka percaya bahwa pemerataan pendapatan akan sukses jika
pertumbuhan ekonomi didahulukan terlebih dahulu.
Penelitian mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan
distribusi pendapatan dilakukan oleh Rodrigo Cubero dan Ivanna Vladkova
11
Hollar (2010). Mereka meneliti pengaruh distribusi pendapatan melalui pajak dan
pengeluaran sosial ada di negara-negara kawasan Amerika Tengah. Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa ternyata pajak langsung hanya beperan
kecil terhadap pemerataan distribusi pendapatan, sedangkan pengeluaran
pemerintah dalam hal belanja sosial mempunyai peran besar dalam pemerataan
distribusi pendapatan. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Iris Claus, (2012)
dalam penelitiannya tentang pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan di Asia, dimana peran belanja sosial lebih
efektif daripada sistem pajak progresif. Hanya saja perbedaanya adalah jika di
Amerika Tengah belanja sosial mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan,
tetapi di Asia justru sebaliknya yaitu jika pemerintah melakukan belanja sosial,
justru kesenjangan pendapatan akan semakin tinggi. Sean Higgins dan Claudiney
Pereira (2013) yang melakukan penelitian di Brazil juga menemukan bahwa pajak
langsung yang ditujukan masyarakat beserta transfer yang diberikan kepada
masyarakat miskin telah mengurangi angka koefisien gini sebesar 6 persen. Dari
ketiga penelitian tersebut terlihat bahwa belanja pemerintah dan transfer
berpengaruh terhadap ketimpangan distribusi pendapatan
The Role Fiskal Policy to Income Distribution (2012) membahas tentang
bagaimana peran pendidikan terhadap program distribusi pendapatan. Belajar dari
pengalaman bahwa bantuan akses pendidikan dapat membantu program distribusi
pendapatan. Semua kebijakan fiskal tersebut pada akhirnya tidak hanya sekedar
memeratakan pendapatan saja, tetapi juga meningkatkan kinerja perekonomian.
Kinerja perekonomian tersebut terjadi karena pendapatan orang-orang miskin naik
12
sehingga meningkatkan permintaan agregat. Pernyataan ini didukung oleh Yasir
Khan and Meenal Javed (2011) membahas tentang pengaruh pendidikan
terhadap ketidak merataan pendapatan di China dan Jepang. Hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa di China pendidikan menengah berpengaruh signifikan
terhadap distribusi pendapatan, walaupun di Jepang hal itu tidak signifikan.
Ketidak signifikanan ini diduga karena variabel tesebut sudah tidak relevan atau
ada faktor besar lain di luar model yang mempengaruhi ketimpangan distribusi
pendapatan. Barros (1992) memperkuat pernyataan tentang peran tingkat
pendidikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Dia mengatakan bahwa
jika perbedaan gaji berdasarkan tingkat pendidikan dihilangkan, maka
kesenjangan pendapatan pekerja akan berkurang 50 persen.
Pengaruh inflasi terhadap ketimpangan distribusi pendapatan dijelaskan oleh
Eliana Cardozo (1993) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa di Brazil inflasi
dan pengangguran yang meningkat akan mengakibatkan ketimpangan semakin
tinggi. Penemuan yang berbeda terjadi di Indonesia dimana justru ketika inflasi
meningkat , ketimpangan distribusi pendapatan akan menurun (Radi Negara,
2011). Meskipun demikian sebenarnya pernyataan tersebut sangat bergantung
pada kondisi awal inflasi di negeri tersebut dimana jika kondisi awal inflasi
rendah , maka pengaruhnya terhadap ketimpangan distribusi pendapatan negatif
sedangkan jika kondisi awal inflasi tinggi maka pengaruhnya menjadi positif. Satu
lagi yang yang menjadi catatatan adalah bahwa agar pengaruhnya terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan negatif, maka inflasi yang ada tidak boleh
melebihi angka 17,31 persen. Penjelasan dari pengaruh negatif ini adalah bahwa
13
ketika inflasi naik, maka pengeluaran penduduk kota akan mengalami kenaikan
sedangkan di desa justru pendapatan naik sehingga terjadi penurunan koefisien
gini Rahma Yuyun (2011).
Berdasarkan studi literatur di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
Hipotesis1 : Inflasi berpengaruh terhadap pemerataan distribusi pendapatan
Hipotesis 2 : Pendidikan berpengaruh terhadap pemerataan distribusi
pendapatan
Hipotesis 3 : Pengeluaran Pemerintah berpengaruh terhadap pemerataan
distribusi pendapatan
14
METODOLOGI PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan
gabungan antara data time series dengan cross section. Data ini diambil dari 33
provinsidi Indoensia yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
dengan 1 variabel dependen dan 3 variabel idependen. Keempat data tersebut
yaitu :
1) Variabel dependen :
Ketimpangan distribusi pendapatan yang diukur dengan index gini periode
2007-2012.
2) Variabel independen :
1) Inflasi dalam penelitian ini merupakan inflasi ibu kota
provinsi periode 2007-2012
2) Pendidikan dengan proxy Angka Partisipasi Sekolah
Perguruan Tinggi periode 2007-2012
3) Pengeluaran Pemerintah dalam penelitian ini merupakan
Belanja Pemerintah Provinsi periode 2007-2012
Spesifikasi Model
Pada penelitian ini, model yang digunakan adalah regresi data panel. Data Panel
adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross
section). Adapun rumus model regresi data panel adalah sebagai berikut :
15
(i)Y = ß0it + ß1X1it + ß2X2it + ß3X3it + eit...........................(1)
(ii )Gn = ß0 + ß1Init + ß2APSit + ß3Belit + eit ..................... (2)
Dari model diatas maka rumus hipotesis Statistiknya adalah sebagai berikut :
a. H0in : ß1=0
H1in : ß1≠0
b. H0APS : ß2=0
H1APS : ß2≠0
c. H0Bel : ß3=0
H1Bel : ß3≠0
Gn = Indeks Gini Provinsi
In = Inflasi Provinsi
APS = Angka Partisipasi Sekolah Provinsi
Bel = Belanja Pemerintah rutin Provinsi
e = Error tahun tertentu
ß0 = Konstanta
ß1- ß3 = Koefisien masing-masing variabel independen
Ada 3 teknik dalam mengestimasi data panel , ketiga teknik tersebut adalah :
1. Common Effect (Ordinary Least Square) ; Teknik ini mengasumsikan
bahwa perilaku data antar individu sama dalam beberapa periode waktu.
Dengan perkataan lain, teknik ini tidak melihat perbedaan antar individu dan
waktu. Secara realistis asumsi dari teknik Common Effect sangat sulit
16
dipenuhi sehingga teknik yang biasa digunakan adalah fixed effect dan
random Effect.
2. Fixed Effect ; Variabel-variabel lain yang tidak masuk di dalam persamaan
model membuat kemungkinan besar intercept antar individu menjadi tidak
konstan. Untuk itulah diciptakan teknik fixed effect dalam regresi data panel
agar di dalam membangun model, peneliti dapat mengetahui perbedaan
intercept setiap individu.
3. Random Effect ; Teknik Random effect menekankan perbedaan antara
individu dan waktu dengan menggunakan error. Dalam teknik ini,
diasumsikan bahwa kemungkinan error memiliki korelasi sepanjang cross
section dan time series.
Untuk menentukkan teknik estimasi regresi data panel yang akan dipakai , diperlukan
sebuah pengujian , yaitu uji Hausman Test atau Chow Test. Pada penelitian kali ini
pengujian yang akan dipakai adalah uji Hausman Test. Hausman Test merupakan
pendekatan yang membandikan model regresi data panel fixed effect dengan
random effect. Rumusan hipotesis pendekatan hausman test adalah sebagai berikut
:
H0 : Model menggunakan random effect
H1 : Model menggunaan fixed effect
(Hasil Estimasi Lihat Lampiran 2)
Hasil dari uji Hausman Test menunjukkan bahwa probabilitas kurang dari alfa ( p
< 0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang artinya penelitian kali ini akan
menggunakan model fixed effect.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan menggunakan model fixed effect, diperoleh hasil estimasi model faktor-
faktor yang mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia yaitu
sebagai berikut : :
Tabel 2. Hasil Estimasi Fixed Effect
Variabel Dependen : Indeks Gini
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Prob
Konstata 0.236832 0.014997 15.79222 0.0000
Inflasi -0.002113 0.000517 -4.085906 0.0001
APS 0.007100 0.000910 7.799658 0.0000
Belanja 4.63 E-15 1.05 E-15 4.386193 0.0000
R-squared 0.756090
F-statistik 14.25938
Prob(F-statistik)0.00000
Sumber : Lampiran 3
Tabel 2 merupakan hasil dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi
pendapatan dengan mengunakan model fixed effect. Ketiga faktor tersebut adalah
inflasi, Angka Partisipasi Sekolah, dan belanja pemerintah. Berdasarkan tabel
tersebut dapat diketahui bahwa model ini mempunyai nilai R-squared 0,756 yang
18
artinya bahwa model ini mampu menjelaskan variabel-variabel yang
mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan sebesar 75,6 peren sedangkan
24,4 persen lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Semua variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan
dengan tingkat signifikasi 1 persen. Inflasi berpengaruh negatif terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan sedangkan Angka Partisipasi sekolah dan
belanja pemerintah berpengaruh positif terhadap ketimpangan distribusi
pendapatan.
Inflasi yang berpengaruh negatif terhadap ketimpangan distribusi
pendapatan sesuai dengan penelitian sebelumnya milik Rahma Yuyun (2011)
dimana ketika inflasi meningkat pengeluaran penduduk berpendapatan sedang di
kota akan meningkat sehingga ketimpangan distribusi pendapatan akan berkurang.
Berkurangnya ketimpangan ini diduga karena orang-orang desa merupakan
pemasok barang-barang kebutuhan di kota sehingga dengan adanya kenaikan
inflasi maka akan ada kenaikan pendapatan. Menurunya pendapatan orang kota
dan meningkatnya pendapatan orang desa karena inflasi diduga menjadi alasan
logis mengapa ketimpangan distribusi pendapatan menjadi berkurang. Sama
seperti halnya dalam penelitian kali ini dimana karena data inflasi yang diambil
adalah tingkat inflasi ibu kota provinsi, sehingga fenomena tesebut juga memiliki
kesamaan dengan penelitian kali ini. Ibu kota biasanya mendapat pasokan dari
daerah / kabupaten di sekitarnya, dimana ketika terjadi inflasi, tentu daerah
pemasok akan diuntungkan melalui kenaikan harga. Hubungan ibu kota dengan
peningkatan pendapatan daerah pemasok juga didukung oleh teori ekonomi
19
regional multiplier ekspor milik richardson dimana ketika ada perubahan
konsumsi di daerah pusat (ibu kota) maka akan ada perubahan pendapatan dari
daerah pemasok ( daerah pengekspor).
Hubungan negatif inflasi terhadap ketimpangan distribusi pendapatan ini
juga didukung oleh Radi Negara (2011) dimana hubungan antara inflasi dan
ketimpangan distribusi pendapatan sangat tergantung dengan kondisi awal inflasi.
Kondisi awal inflasi yang rendah akan berpengaruh negatif dengan distribusi
pendapatan dengan syarat inflasi tidak melebihi 17,31 persen. Jika dilihat dari
tingkat inflasi provinsi antara tahun 2007 sampai 2012, terlihat bahwa tidak ada
satu daerahpun yang inflasinya melebihi 17,31 persen. Artinya bahwa pengaruh
negatif inflasi terhadap ketimpangan distribusi pendapatan merupakan hal yang
wajar di Indonesia.
.Hubungan positif Angka Parisipasi Sekolah dengan ketimpangan distribusi
pendapatan tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian
sebelumnya di Brazil dan China , pendidikan berpengaruh positif terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan yaitu dengan tingkat pendidikan yang semakin
tinggi akan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Fenomena ini
mungkin terjadi karena data Angka Partisipasi Sekolah yang digunakan dalam
penelitian kali ini adalah tingkat partisipasi penduduk yang bersekolah di
perguruan tinggi, yang artinya banyaknya penduduk yang belajar di perguruan
tinggi di Indonesia, akan menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan
semakin tinggi. Ada beberapa dugaan yang dapat menjawab hubungan positif
tersebut.
20
Dugaan yang pertama adalah dapat dijelaskan oleh penelitian Barros (1992) di
Brazil dimana dia mengatakan bahwa jika perbedaan gaji berdasarkan tingkat
pendidikan dihilangkan, maka kesenjangan pendapatan pekerja akan berkurang 50
persen. Artinya, meskipun pendidikan bisa menjadi sarana untuk mengurangi
ketimpangan distribusi pendapatan tapi hal tersebut bisa menjadi berkebalikan
ketika presentasi orang yang berpendidikan tinggi semakin bertambah banyak
tetapi masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan orang-orang yang mempunyai
level pendidikan di bawahnya, yang artinya kesenjangan pendapatan penduduk
berpendidikan sarjana dengan yang ada level di bawahnya semakin tinggi.
Keadaan inilah yang terjadi di Indonesia dimana semakin banyak lulusan
perguruan tinggi, tetapi mereka tidak mempunyai kemauan untuk membuka
lapangan kerja tetapi hanya mau menjadi pegawai saja. Di sisi lain, jumlah
penduduk lulusan bependidikan di bawah perguruan tinggi masih jauh lebih
banyak jika dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi. BPS menyebutkan
bahwa sampai periode Febuari 2014 lulusan di bawah perguruan tinggi masih
mendominasi angkatan kerja di Indonesia yaitu 16 persen lulusan SMA, 17,82
persen lulusan SMP, dan 46,80 persen lulusan SD
(http://ekbis.sindonews.com/read/860461/34/hampir-50-pekerja-di-indonesia-
lulusan-sd-1399277153). Kondisi inilah yang menyebabkan ketimpangan
distribusi pendapatan tidak bisa berkurang dan tidak ada effect multiplier terhadap
mereka karena jarangnya lulusan perguruan tinggi yang membuka lapangan
kerja.Inilah yang menjadi dugaan logis mengapa ketika tingkat Angka Partisipasi
Sekolah di perguruan tinggi meningkat, ketimpangan justru semakin tinggi.
21
Dugaan ini juga didukung oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim
Alamsyah dalam detikfinance 03/09/2012
(.http://finance.detik.com/read/2012/09/03/134017/2006234/4/sarjana-di-ri-lebih-
pilih-jadi-pns-ketimbang-jadi-pengusaha). Dia menjelaskan bahwa sebagian besar
lulusan sarjana lebih memilih mengantre untuk mendaftar menjadi Pegawai
Negeri Sipil daripada menjadi pengusaha. Menurutnya, fenomena ini disebabkan
karena model kurikulum yang ada di perguruan tinggi membentuk mahasiswa
untuk menjadi pekerja atau karyawan dan bukan menjadi pengusaha sehingga
minat mahasiswa untuk berwirausaha menjadi minim.
Dugaan yang kedua adalah karena kebanyakan penduduk yang menjadi sarjana
bekerja di luar daerah asalnya. Seperti yang kita tahu , kebanyakan lulusan sarjana
memilih bekerja di kota, baik itu penduduk asli maupun perantauan. Bagi daerah
lulusan perantauan, tentu keputusan ini menyebabkan daerah mereka tidak bisa
maju, karena lulusan terbaik justru bekerja di luar daerahnya hanya untuk
mendapatkan gaji yang dianggap tinggi dan layak. Tidak adanya sarjana yang
membangun daerahnya sendiri menyebabkan ketimpangan antara mereka dan
penduduk lokal akan semakin tinggi karena tidak adanya perubahan ekonomi di
daerahnya.
Hubungan positif belanja pemerintah dengan ketimpangan distribusi pendapatan
tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yang artinya bahwa belanja
pemerintah di Indonesia justru menambah ketimpangan distribusi pendapatan.
Meski demikian, ada beberapa literatur yang mampu menjelaskan mengapa
fenomena tersebut bisa terjadi. Penelitian Hartono (2008) menyebutkan bahwa
22
antara tahun 1981 sampai 2005 terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi di
Jawa Tengah yang disebabkan karena meningkatnya Dana Alokasi Pembangunan
per kabupaten/kota. Dana yang bersumber dari Belanja Pemerintah Provinsi ini
ternyata tidak didistribusikan secara merata dimana ada daerah yang terlalu besar
mendapat bantuan dan ada daerah yang terlalu kecil mendapat bantuan. Selain itu
konsentrasi dana tersebut hanya diperuntukkan untuk daerah yang sudah maju
ketimbang daerah yang masih tertinggal sehingga pada akhirnya ketimpangan
antar daerah akan semakin tinggi. Hasil yang sama juga ditemukan dalam
penelitian I Gusti Ayu, dkk (2014) dimana pengeluaran pemerintah yang ada di
Provinsi Bali justru meningkatkan kesenjangan pendapatan kabupaten/kota .
Belanja Publik yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan di
masyarakat justru berdampak sebaliknya. Hal ini disebabkan karena ternyata
bantuan yang ada belum terjangkau dan dinikmati masyarakat secara langsung.
23
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil estimasi diatas dapat disimpulkan bahwa inflasi, pendidikan,
dan pengeluaran pemerintah secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Variabel inflasi terbukti berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap indeks gini yang artinya jika inflasi maka
ketimpangan distribusi pendapatan akan berkurang. Variabel Angka Partisipasi
Sekolah dan belanja rutin terbukti berpengaruh positif .dan signifikan terhadap
indeks gini yang artinya jika Angka Partisipasi Sekolah meningkat dan belanja
rutin meningkat maka ketimpangan distribusi pendapatan akan meningkat.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kebijakan yang bisa diterapkan adalah :
Kenaikan inflasi yang ada perlu dipantau oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah
(TPID) sehingga meskipun inflasi terbukti mengurangi ketimpangan distribusi
pendapatan namun kenaikan itu diharapakan tidak terlalu merugikan pihak yang
dirugikan ketika inflasi naik. Memaksimalkan atau mempertahankan kinerja yang
sudah ada wajib dilakukan oleh TPID agar kenaikan inflasi menjadi hal yang
positif dalam perekonomian. Solusi untuk belanja rutin pemerintah yang
terbukti menambah ketimpangan distribusi pendapatan adalah bahwa pemerintah
diharapkan tidak hanya fokus pada pembangunannya tetapi pada
pendistribusiaanya sehingga tidak ada perbedaan terlalu jauh antara kabupaten
24
maju dengan kabupaten belum maju lainnya . Daerah yang belum maju sebaiknya
menjadi prioritas utama yang mendapat alokasi pembangunan sehingga mereka
dapat berkembang seperti daerah maju lainnya. Peran Bappeda juga perlu
dimaksimalkan dengan cara membuat strategi anggaran yang tepat sesuai dengan
karakteristik daerahnya. Terakhir, Solusi Angka Partisipasi sekolah perguruan
tinggi yang menambah ketimpangan distribusi pendapatan adalah sebaiknya
pemerintah daerah meningkatkan angka partisipasi sekolah yang masuk ke
perguruan tinggi sampai porsinya melebihi total angka partisipasi sekolah SD,
SMP, dan SMA. Selain program Bidik Misi, bantuan pendidikan untuk orang
yang kurang mampu menjadi hal perlu dilakukan yaitu seperti halnya
menambah bantuan melalui program “kontrak putra daerah” yang dilakukan oleh
pemerintah ataupun BOS untuk perguruan tinggi seperti yang telah dilakukan di
SD, SMP dan SMA.
KETERBASAN PENELITIAN
1. Penelitian kali ini menggunakan total belanja rutin daerah sehingga
berhubungan positif dengan ketimpangan distribusi pendapatan. Untuk itu
diharapkan di penelitian selanjutnya Belanja rutin daerah dibobot dengan
Jumlah penduduk agar memeperoleh hasil yang lebih baik.
2. Penelitian kali ini menggunakan Angka Partisipasi Sekolah Perguruan
tinggi sehingga hasilnya berhubungan positif dengan ketimpangan
distribusi pendapatan. Untuk itu diharapkan di penelitian selanjutnya
Angka Partisipasi Sekolah diganti dengan Angka Buta Huruf agar
memperoleh hasil yang lebih baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Arifianto Wildan, 2013, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Distribusi Pendapatan di Indonesia, Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 1, No 3,
Universitas Negeri Surabaya.
Barros (1992), Welfare, Inequality, poverty, and social conditions in Brazil in
The Last Three Decades, Paper Presented at the Brokkings Institution
Conference, July 15-17 1992. Washington D.C.
Cardoso Eliana (1993), Inflation and unployment as Determinans of Inequality
in Brazil, National Bureau of Economic Research.
Claus Iris, dkk (2012), Government Fiscal Policies and Redistribution in Asian
Countries, ADB Economics Working Paper Series No. 310.
Cubero, Rodrigo dan Hollar, Ivanna Vladkova, 2010, Equity and Fiscal Policy
:The Income Distribution Effects of Taxation and Social Spending in Central
America, IMF Working Paper.
Hartono, Budiantoro, 2008, Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di
Provinsi Jawa Tengah. Tesis Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Diponegoro
Heshmati, Almas dan Jungsuk, Kim (2014), A Survey of the Role of Fiscal Policy
in Addressing Income Inequality,Poverty Reduction and Inclusive Growth,
Discusion Paper No. 8119.
Higgins, Sean and Claudiney, Pereir, 2013, Analyzing the effects of fiscal policy
on income inequality and poverty in Brazil. Tulane University.
Khan, Yasir dan Meenal, Javed 2011, An investigation into the determinants of
inequalit and the validity of the Kuznets hypothesis. Thesis Mälardalen
University Västerås,School of Sustainable Development of Society and
Technology .
26
Linggar, Dewata Putra, 2011, Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi
Pendapatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah
Periode 2000-2007. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Prapti, Lulus, 2006, Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan
Distribusi Pendapatan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah 2000-
2004). Tesis Program Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Diponegoro.
Radi, Negara, 2012, Analisis Pengaruh Kondisi Inflasi Terhadap
Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Negara Berkembang. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran.
Seftarita, Cheny, 2005, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter, dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Simposium Riset Ekonomi II,
Surabaya.
Sofyan, M, 2010, Masalah Distribusi Pendapatan di Indonesia, Tesis Program
Magister Studi Pembangunan Universitas Gajah Mada
UNCTAD (TDR 2012). Trade and Development Report, 2012. The Role Fiskal
Policy to Income Distribution . United Nations publication, New York and
Geneva.
Wahyuni, I Gusti Ayu Putri,2014, Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan
Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesenjangan Pendapatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Udayana.
Yuyun, Rahma, 2011, Dampak Inflasi Terhadap Ketimpangan Pendapatan
dan Kemiskinan di Indonesia, 1976-2008. Tesis S2 Magister Ekonomi
Pembangunan Universitas Gajah Mada.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Galaxi Chrisamba
Tanggal Lahir : Wonosobo, 2 Mei 1993
NIM : 222011003
Alamat : Sidomulyo RT 3/RW 2 Wonosobo
Judul Skripsi : Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan 33
Provinsi di Indonesia
Riwayat Pendidikan : SD Kristen 01 Wonosobo
SMPN 01 Wonosobo
SMAN 01 Wonosobo
Universitas Kristen Satya Wacana
Lampiran 1. Data Panel
Provinsi tahun gini inflasi APS belanja
NAD 2007 0.2680 11.0 23.60 1966055645174
NAD 2008 0.2700 10.3 23.13 5715623665304
NAD 2009 0.2900 3.5 22.82 7642847005194
NAD 2010 0.3000 4.6 24.11 7638451000000
NAD 2011 0.3300 3.3 27.68 6933855000000
NAD 2012 0.3200 0.1 28.55 7800880000000
Sumut 2007 0.3070 6.4 14.42 1709977849655
Sumut 2008 0.3100 10.6 14.60 2967350794715
Sumut 2009 0.3200 1.6 14.68 2788510535294
Sumut 2010 0.3500 7.7 15.65 3832981000000
Sumut 2011 0.3500 3.5 16.94 3810442000000
Sumut 2012 0.3300 3.8 17.27 7082760000000
Sumbar 2007 0.3050 6.9 20.88 944915857455
Sumbar 2008 0.2900 12.7 21.22 1637700488594
Sumbar 2009 0.3000 2.1 20.58 1657403919451
Sumbar 2010 0.3300 7.8 21.26 2344232000000
Sumbar 2011 0.3500 5.4 23.95 1665195000000
Sumbar 2012 0.3600 4.2 27.55 2558200000000
Riau 2007 0.3230 7.5 13.44 3323716071315
Riau 2008 0.3100 9.0 13.77 3723720381680
Riau 2009 0.3300 1.9 13.14 3757480844229
Riau 2010 0.3300 7.0 14.02 4124904000000
Riau 2011 0.3600 5.1 15.34 3754114000000
Riau 2012 0.4000 3.4 15.81 5695770000000
Jambi 2007 0.3060 7.4 12.31 9801977322980
Jambi 2008 0.2800 11.6 12.77 1404982484106
Jambi 2009 0.2700 1.9 11.83 1357207456385
Jambi 2010 0.3000 10.5 12.81 1504935000000
Jambi 2011 0.3400 2.8 15.64 1458895000000
Jambi 2012 0.3400 4.2 15.22 2259160000000
Sumsel 2007 0.3160 8.2 12.04 1888300030332
Sumsel 2008 0.3000 11.2 12.30 2386788811614
Sumsel 2009 0.3100 2.9 11.61 1964259050666
Sumsel 2010 0.3400 6.0 12.07 3225412000000
Sumsel 2011 0.3400 3.8 12.75 3432684000000
Sumsel 2012 0.4000 2.7 13.91 4560920000000
Bengkulu 2007 0.3380 5.0 16.46 607925269975
Bengkulu 2008 0.3300 13.4 16.07 1249666189691
Bengkulu 2009 0.3000 4.2 15.97 855891102536
Bengkulu 2010 0.3700 9.1 16.95 1143967000000
Bengkulu 2011 0.3600 4.0 17.02 1009215000000
Bengkulu 2012 0.3500 4.6 19.64 1364610000000
Lampung 2007 0.3900 6.6 8.71 1152311824047
Lampung 2008 0.3500 14.8 9.06 1711015163523
Lampung 2009 0.3500 2.2 8.97 1847107847257
Lampung 2010 0.3600 10.0 9.82 1839829000000
Lampung 2011 0.3700 4.2 10.39 2566078000000
Lampung 2012 0.3600 4.3 11.90 3363890000000
DKI 2007 0.3360 6.0 17.18 17284146864181
DKI 2008 0.3300 11.1 17.75 15956526086574
DKI 2009 0.3600 2.3 17.23 19511099430822
DKI 2010 0.3600 6.2 17.91 24285347000000
DKI 2011 0.4400 4.0 17.83 26423599000000
DKI 2012 0.4200 4.5 18.02 31558700000000
Jabar 2007 0.3440 5.3 10.20 2821501618638
Jabar 2008 0.3500 10.2 10.54 6110959797331
Jabar 2009 0.3600 2.1 10.01 8193613916013
Jabar 2010 0.3600 4.5 10.38 9560557000000
Jabar 2011 0.4100 2.8 11.15 10296990000000
Jabar 2012 0.4100 4.0 12.25 13761300000000
Jateng 2007 0.3260 6.8 10.28 3039934538924
Jateng 2008 0.3100 10.3 10.55 5162662476426
Jateng 2009 0.3200 5.8 10.20 3403964864043
Jateng 2010 0.3400 7.1 11.34 5665316000000
Jateng 2011 0.3800 2.9 11.51 6082234000000
Jateng 2012 0.3800 4.9 11.83 7285320000000
DIY 2007 0.3660 8.0 43.38 736190395690
DIY 2008 0.3600 9.9 43.47 1454156325315
DIY 2009 0.3800 3.6 43.30 1327486926058
DIY 2010 0.4100 7.4 44.03 1394446000000
DIY 2011 0.4000 3.9 44.17 1294221000000
DIY 2012 0.4300 4.3 44.69 1739520000000
Jatim 2007 0.3370 6.3 11.50 3928944365405
Jatim 2008 0.3300 8.7 11.63 6639780929165
Jatim 2009 0.3300 3.4 11.51 4972599983087
Jatim 2010 0.3400 7.3 12.43 7826710000000
Jatim 2011 0.3700 4.7 12.69 7774106000000
Jatim 2012 0.3600 4.4 14.59 10982300000000
Kalbar 2007 0.3090 8.6 11.03 992180033942
Kalbar 2008 0.3100 11.2 10.62 1360959911473
Kalbar 2009 0.3200 4.9 10.17 1627012304265
Kalbar 2010 0.3700 8.5 11.43 1675911000000
Kalbar 2011 0.4000 4.9 11.94 1995251000000
Kalbar 2012 0.3800 6.6 14.17 3043956000000
Kalteng 2007 0.2970 8.0 11.06 855501507350
Kalteng 2008 0.2900 11.7 11.06 1276361391219
Kalteng 2009 0.2900 2.9 11.06 1471278248486
Kalteng 2010 0.3000 9.5 11.06 2028000000000
Kalteng 2011 0.3400 5.3 11.06 1275682000000
Kalteng 2012 0.3300 6.7 11.06 1978800000000
Kalsel 2007 0.3410 7.8 11.21 1024547510582
Kalsel 2008 0.3300 11.6 11.40 1545688699315
Kalsel 2009 0.3500 3.9 11.20 2105293055346
Kalsel 2010 0.3700 9.1 12.18 2176862000000
Kalsel 2011 0.3700 4.0 13.62 2465733000000
Kalsel 2012 0.3800 6.0 16.48 2639280000000
Kaltim 2007 0.3340 9.2 14.41 4689695908069
Kaltim 2008 0.3400 12.7 14.43 6356384491402
Kaltim 2009 0.3800 3.6 13.97 6309258865085
Kaltim 2010 0.3700 7.0 14.88 5979389000000
Kaltim 2011 0.3800 6.2 16.92 6279376000000
Kaltim 2012 0.3600 4.8 20.33 9206930000000
Sulut 2007 0.3240 10.1 12.09 704082195687
Sulut 2008 0.2800 9.7 12.80 914131751420
Sulut 2009 0.3100 2.3 12.07 897739989364
Sulut 2010 0.3700 6.3 13.30 1093545000000
Sulut 2011 0.3900 0.7 15.16 1098324000000
Sulut 2012 0.4300 6.0 16.12 1572960000000
Sulteng 2007 0.3200 8.1 14.19 603849537579
Sulteng 2008 0.3300 10.4 14.75 954733635893
Sulteng 2009 0.3400 5.7 13.43 1059732420172
Sulteng 2010 0.3700 6.4 14.69 1105604000000
Sulteng 2011 0.3800 4.5 16.72 1426082000000
Sulteng 2012 0.4000 5.9 16.74 1791570000000
Sulsel 2007 0.3700 5.7 15.99 722313289606
Sulsel 2008 0.3600 11.8 16.08 2134520570349
Sulsel 2009 0.3900 3.2 15.79 1759451447858
Sulsel 2010 0.4000 6.8 18.64 2443037000000
Sulsel 2011 0.4100 2.9 21.46 2546690000000
Sulsel 2012 0.4100 4.6 23.17 3927010000000
Sultra 2007 0.3530 7.5 16.09 614204551885
Sultra 2008 0.3300 15.3 16.08 898878680930
Sultra 2009 0.3600 4.6 16.45 1125516015509
Sultra 2010 0.4200 3.9 18.28 1320577000000
Sultra 2011 0.4100 5.1 21.48 1254977000000
Sultra 2012 0.4000 5.3 23.62 1610640000000
Bali 2007 0.3330 5.9 13.10 996477185892
Bali 2008 0.3000 9.3 13.53 1465983087307
Bali 2009 0.3100 4.4 13.84 1348905737948
Bali 2010 0.3700 8.1 15.31 2106051000000
Bali 2011 0.4100 3.8 18.93 1924450000000
Bali 2012 0.4300 4.7 18.99 2728950000000
NTB 2007 0.3280 8.8 14.84 739923708478
NTB 2008 0.3300 13.0 14.60 1039946514619
NTB 2009 0.3500 3.1 14.41 1100537892873
NTB 2010 0.4000 11.1 15.39 1356772000000
NTB 2011 0.3600 6.4 16.99 1473934000000
NTB 2012 0.3500 4.1 17.82 1993680000000
NTT 2007 0.3530 8.4 14.42 788897650273
NTT 2008 0.3400 10.9 14.38 984233460799
NTT 2009 0.3600 6.5 12.56 1025445818359
NTT 2010 0.3800 10.0 14.44 117463000000
NTT 2011 0.3600 4.3 17.40 1143832000000
NTT 2012 0.3600 5.1 17.92 2027720000000
Maluku 2007 0.3280 5.9 17.70 601737731734
Maluku 2008 0.3100 9.3 18.13 780644636067
Maluku 2009 0.3100 6.5 19.24 1015807644282
Maluku 2010 0.3300 8.8 21.88 976322000000
Maluku 2011 0.4100 2.9 26.72 1050078000000
Maluku 2012 0.3800 6.7 28.98 1274560000000
Papua 2007 0.4120 10.4 15.88 3229143399388
Papua 2008 0.4000 12.6 15.68 5750667126461
Papua 2009 0.3800 1.9 12.45 5189879724117
Papua 2010 0.4100 4.5 13.18 5124526000000
Papua 2011 0.4200 3.4 12.82 6186706000000
Papua 2012 0.4400 4.5 13.86 7125270000000
Malukut 2007 0.3320 10.4 15.72 517715473820
Malukut 2008 0.3300 11.3 16.60 621659757625
Malukut 2009 0.3300 3.9 15.67 756551902861
Malukut 2010 0.3400 5.3 17.04 8324000000
Malukut 2011 0.3300 4.5 19.33 685732000000
Malukut 2012 0.3400 3.3 21.79 1215780000000
Banten 2007 0.3650 6.3 11.34 1185517072348
Banten 2008 0.3400 13.9 11.66 2253982711807
Banten 2009 0.3700 4.1 11.07 2420820941173
Banten 2010 0.4200 6.2 11.70 2511267000000
Banten 2011 0.4000 2.8 13.56 959499000000
Banten 2012 0.3900 4.4 15.97 4140080000000
Babel 2007 0.2590 2.6 8.41 513425665638
Babel 2008 0.2600 18.4 8.75 776090983893
Babel 2009 0.2900 1.9 8.25 722976505551
Babel 2010 0.3000 9.4 8.90 1108197000000
Babel 2011 0.3000 5.0 8.63 673504000000
Babel 2012 0.2900 6.6 9.30 982227000000
Gorontalo 2007 0.3880 7.0 12.82 429661057992
Gorontalo 2008 0.3400 9.2 13.01 537723502671
Gorontalo 2009 0.3500 4.4 11.10 619327894227
Gorontalo 2010 0.4300 7.4 12.87 568218000000
Gorontalo 2011 0.4600 4.1 19.85 1692024000000
Gorontalo 2012 0.4400 5.3 20.46 3450880000
Kepri 2007 0.3020 7.58 1129758569926
Kepri 2008 0.3000 11.9 10.99 1148936845382
Kepri 2009 0.2900 1.4 7.07 1461228624584
Kepri 2010 0.2900 6.2 8.64 1830000000000
Kepri 2011 0.3200 3.3 9.67 3157087000000
Kepri 2012 0.3500 3.9 10.14 6741610000000
PaBar 2007 0.2990 8.0 13.13 678748217933
PaBar 2008 0.3100 20.5 14.70 1646990743246
PaBar 2009 0.3500 7.5 12.72 2694756573872
PaBar 2010 0.3800 4.7 14.66 2726150000000
PaBar 2011 0.4000 3.6 16.44 3157087000000
PaBar 2012 0.4300 4.9 20.03 8681330000000
Sulbar 2007 0.3100 7.0 10.07 348810792434
Sulbar 2008 0.3100 11.7 10.20 520189772173
Sulbar 2009 0.3000 1.8 9.10 590163811000
Sulbar 2010 0.3600 5.1 10.47 608616000000
Sulbar 2011 0.3400 4.9 13.03 731367000000
Sulbar 2012 0.3100 3.3 14.65 1993600000000
Lampiran 2. Uji Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: DISTRIBUSI
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 31.592500 3 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. INFLASI? -0.002113 -0.002586 0.000000 0.0000
APS? 0.007100 0.004082 0.000000 0.0000
BELANJA? 0.000000 0.000000 0.000000 0.2688
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: GINI?
Method: Panel Least Squares
Date: 04/23/15 Time: 08:53
Sample: 2007 2012
Included observations: 6
Cross-sections included: 33
Total pool (unbalanced) observations: 197 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.236832 0.014997 15.79222 0.0000
INFLASI? -0.002113 0.000517 -4.085906 0.0001
APS? 0.007100 0.000910 7.799658 0.0000
BELANJA? 4.63E-15 1.05E-15 4.386193 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.756090 Mean dependent var 0.349477
Adjusted R-squared 0.703066 S.D. dependent var 0.041215
S.E. of regression 0.022459 Akaike info criterion -4.590594
Sum squared resid 0.081207 Schwarz criterion -3.990618
Log likelihood 488.1735 Hannan-Quinn criter. -4.347719
F-statistic 14.25938 Durbin-Watson stat 1.646290
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 3. Fixed Effect
Dependent Variable: GINI?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/23/15 Time: 08:54
Sample: 2007 2012
Included observations: 6
Cross-sections included: 33
Total pool (unbalanced) observations: 197 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.236832 0.014997 15.79222 0.0000
INFLASI? -0.002113 0.000517 -4.085906 0.0001
APS? 0.007100 0.000910 7.799658 0.0000
BELANJA? 4.63E-15 1.05E-15 4.386193 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_NAD--C -0.135401
_SUMUT--C -0.024982
_SUMBAR--C -0.069210
_RIAU--C -0.002720
_JAMBI--C -0.026407
_SUMSEL--C 0.007913
_BENGKULU--C -0.006957
_LAMPUNG--C 0.062047
_DKI--C -0.079920
_JABAR--C 0.030181
_JATENG--C 0.017747
_DIY--C -0.150196
_JATIM--C -0.000537
_KALBAR--C 0.036751
_KALTENG--C 0.001101
_KALSEL--C 0.035619
_KALTIM--C -0.003137
_SULUT--C 0.024878
_SULTENG--C 0.021802
_SULSEL--C 0.023548
_SULTRA--C 0.018847
_BALI--C 0.015674
_NTB--C 0.015293
_NTT--C 0.025410
_MALUKU--C -0.039433
_PAPUA--C 0.062213
_MALUKUT--C -0.018089
_BANTEN--C 0.057789
_BABEL--C -0.003729
_GORONTALO--C 0.068070
_KEPRI--C 0.005162
_PABAR--C 0.018408
_SULBAR--C 0.013127
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.756090 Mean dependent var 0.349477
Adjusted R-squared 0.703066 S.D. dependent var 0.041215
S.E. of regression 0.022459 Akaike info criterion -4.590594
Sum squared resid 0.081207 Schwarz criterion -3.990618
Log likelihood 488.1735 Hannan-Quinn criter. -4.347719
F-statistic 14.25938 Durbin-Watson stat 1.646290
Prob(F-statistic) 0.000000
top related