analisis kemampuan daerah (pembiayaan pembangunan )kota surabaya
Post on 14-Jun-2015
194 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
6
Kelompok 10 Kelas A Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan
2014
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Pilihan Fiskal dan Pilihan Publik
2.1 Pilihan Fiskal
Secara teoritis kebijakan fiskal dalam model ekonomi makro dirumuskan melalui
pengeluaran pendapatan nasional kotor (gross national income) yang bertujuan mempengaruhi
sektor investasi – saving ( IS) sehingga mampu mempengaruhi agregat demand (AD) nasional,
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Saat subsidi di hapuskan maka pengeluaran pemerintah ( G ) akan turun, dan pendapatan
agregat ikut turun. Agar penghapusan subsidi tidak membuat Y terlalu turun, maka dana subsidi
dipindahkan ke sektor lain yang dapat diserap kembali kas negara, yaitu investasi. Dana subsidi
yang biasa digunakan untuk mengurangi harga BBM dan beberapa kebutuhan pokok agar tetap
terjangkau dialokasikan untuk pembangunan kawasan industri yang ditopang oleh infrastruktur
penunjang dan pelatihan bagi tenaga SDM yang akan mengelola. Pembangunan infrastruktur
transportasi dan komunikasi di wilayah – wilayah tertinggal di Indonesia selain mendukung industri
dalam negeri dapat pula menarik minat investor asing untuk menanam modal di Indonesia.
Anggaran subsidi yang di pindahkan ke investasi melalui pembangunan industri – industri dalam
negeri tersebut dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak sehingga dapat mengurangi
pengangguran terdidik maupun tidak terdidik. Kurva Okun menggambarkan hubungan positif
antara pertumbuhan ekonomi (economic growth) dengan tenaga kerja (employment). Saat
pengangguran menurun atau tenaga kerja yang terserap (employment) meningkat maka
pertumbuhan ekonomi akan meingkat pula. Saat employment meningkat dan Q meningkat, maka
pajak (T) dapat meningkat.
2.2 Pilihan Publik
Teori pilihan publik sebagian besar berasal dari literatur-literatur tentang keuangan negara
yang dikembangkan tahun 50-an oleh Musgrave & Peacock (Classics in the Theory of Public Finance,
1958), dsb. Teori-teori tersebut oleh pakar ekonomi dikembangkan lebih lanjut menjadi teori publik.
Tujuannya adalah untuk membantu pakar-pakar politik memfasilitasi konseptualisasi berbagai teori
politik sebagai masalah-masalah aksi kolektif.
Menurut Samuelson & Nordhaus (1995), yang dimaksud dengan teori pilihan publik adalah
salah satu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana pemerintah membuat keputusan
Y = C + I + G + E – M
7
Kelompok 10 Kelas A Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan
2014
yang terkait dengan kepentingan masyarakat (publik). Definisi yang lebih sederhana diberikan oleh
Caporaso & Levine (1992), yang mengartikan pilihan publik sebagai aplikasi metode-metode
ekonomi terhadap politik. Definisi tersebut sesuai dengan pendapat Buchanan (1984) yang
mengatakan bahwa teori pilihan publik menggunakan alat dan metode yang sudah dikembangkan
hingga tingkat analisis canggih ke dalam teori-teori ekonomi dan diaplikasikan ke sektor politik
atau pemerintahan, ke ilmu politik atau ke ilmu ekonomi publik.
Bagi Buchanan, teori pilihan publik bukan metode dalam arti biasa, juga bukan seperangkat
alat analisis, melainkan sebuah perspektif untuk bidang politik. Perspektif ini muncul dari
pengembangan dan pengaplikasian perangkat dan metode ilmu ekonomi terhadap proses
pengambilan keputusan kolektif dan berbagai fenomena-fenomena yang bersifat nonpasar.Teori
ekonomi publik dapat digunakan untuk mempelajari perilaku para aktor politik maupun sebagai
petunjuk bagi pengambilan keputusan dalam penentuan pilihan kebijakan publik yang paling
efektif.
2.2 Struktur Pendapatan dan Belanja Daerah
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
a. Pendapatan Daerah;
b. Belanja Daerah;
c. Pembiayaan Daerah.
Berikut ini adalah uraian masing-masing struktur yang menyusun anggaran pendapatan
dan belanja suatu daerah,
a. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah selanjutnya dikelompokan atas :
- Pendapatan Asli Daerah (PAD);
- Dana Perimbangan;
- Lain-lain Pendapatan daerah yang sah.
b. Belanja Daerah
Belanja Daerah selanjutnya dikelompokan atas :
- Belanja Tidak langsung;
- Belanja langsung.
c. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah terdiri dari :
- Penerimaan Pembiayaan;
- Pengeluaran Pembiayaan.
8
Kelompok 10 Kelas A Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan
2014
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah
mengakibatkan surplus atau defisit APBD. Selanjutnya pembiayaan neto merupakan selisih antara
penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan. Jika terjadi defisit, maka jumlah
pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran. SedangkanSILPA tahun berjalan
merupakan selisih antara surplus/defisit APBD dengan pembiayaan neto.
2.3 Sumber – Sumber Pembiayaan Pembangunan Daerah
Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan desentralisasi terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pajak daerah, retribusi daerah dan hasil BUMD;
b. Dana Perimbangan;
c. Pinjaman Daerah dan;
d. Penerimaan lain-lain yang sah.
Daerah otonom harus memiliki kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan
sendiri, mengelola dan menggunakannya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan Pusat masih sangat kuat, harus diupayakan seminimal
mungkin.
Optimalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan
ekstensifikasi subyek-subyek pendapatan daerah, antara lain dilakukan dengan cara: memperluas
basis penerimaan, memperkuat proses pemungutan, meningkatkan pengawasan, meningkatkan
efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan, dan meningkatkan kapasitas penerimaan
melalui perencanaan yang lebih terarah. Salah satu pilar utama dalam melaksanakan otonomi
daerah adalah meningkatkan kemampuankeuangan daerah. Salah satu aspek dalam upaya
optimalisasi penerimaan pendapatan daerah adalah meningkatkan sumber-sumber pembiayaan
untuk pelaksanaan desentralisasi
top related