analisis kasus psk
Post on 03-Jan-2016
355 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH PSIKOLOGI
“ KUNJUNGAN REHABILITASI PSK DI SOLO”
Dosen Psikologi :
A.Dian Savitri,S.Psi,M.Si,psi
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Maksud dan tujuan
C. Manfaat
D. Rumusan masalah
BAB II
Pekerja sosial Komersial/Wanita Tuna susila
A. Wawancara PSK/WTS
B. Pengertian
C. Faktor-faktor penyebab
D. Dampak kecederungan masalah
E. PSK di tempat rehabilitasi
F. Upaya pemecahan masalah
BAB III
Kesimpulan
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sekarang ini keberadaan wanita tuna susila atau sering
disebut PSK merupakan fenomena yang tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, akan tetapi keberadaan tersebut ternyata masih menimbulkan pro dan
kontra dalam masyarakat. Di Indonesia berdasarkan analisis situasi yang dilakukan
oleh seorang aktivis Hak-hak Anak, Mohammad Farid, pada tahun 1998,
diperkirakan ada 40.000-70.000 orang yang dilacurkan atau 30% dari jumlah PSK di
Indonesia.
Hal ini sebagaian besar disebabkan karena mereka tidak dapat menanggung
biaya hidup yang sekarang ini semuanya serba mahal, sehingga mereka mengambil
jalan pintas untuk menjual tubuhnya dengan rupiah. Di negara-negara lain istilah
pelacuran dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para
pelakunya diberi sebutan Pekerja Seks Komersial. Ini artinya bahwa para perempuan
itu adalah orang yang tidak bermoral karena melakukan suatu pekerjaan yang
bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat, Karena
pandangan semacam ini, para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai
orang yang kotor, hina, dan tidak bermartabat.
Adapun kalau dikompromikan dari beberapa definisi para ahli tersebut, maka WTS
adalah wanita yang perbuatannya mengandung unsur-unsur:
(1) Hubungan kelamin di luar nikah, dalam hal ini hubungan kelamin tersebut secara
bekala,dan dengan banyak laki-laki
(2) Unsur mendapat upah,dalam hal ini baik berupa uang atau bukan
Jika kita melihat dari kesamaanya saja, yakni hubungan kelamin di luar nikah,
maka sulitlah kita membedakan antara pezina dan pelacur. Sebab pezina menurut
definisi yang dikemukakan oleh Simanjuntak adalah: "Pelanggar kesusilaan berupa
hubungan kelamin antara dua orang atau lebih diluar perkawinan yang sah menurut
tata aturan agama, tata susila, tata adat atau tata hukum setempat."Supaya dapat
dibedakan antara pezina dan pelacur, maka penulis berpendapat, bahwa pelacur
adalah wanita yang mengadakan hubungan kelamin di luar nikah dengan tujuan untuk
mendapatkan upah berupa uang. Sedangkan pezina adalah wanita yang melakukan
hubungan kelamin di luar nikah tanpa tujuan mendapatkan upah merupa uang.
Beragam pandangan orang terhadap kehidupan pelacuran mengental dalam
dimensinya masing-masing,mengetuk atau bersimpati terhadap mereka yang melata
dan menggelempar lembaran-lembaran rupiah dengan modal tubuh itu.Pelacuran atau
pekerja seks komersial (PSK) dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat
menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual
dengan mendapat upah.Pelacuran menjadi hal yang problematis.Disatu sisi, dalam
stigna ajaran agama,pelacuran merupakan kemungkaran dan dosa.sementara disisi
lain,pelacuran adalah kenyataan yang sulit diberantas,bahkan kian mewabah dengan
segala hal yang melatarinya. Perempuan PSK dalam menjalani pekerjaannya
mempunyai alasan-alasan yang berbeda-beda akan tetap pada umumnya adalah
mencari uang.Menjadi pelacur tidak hanya bermodal tubuh saja,tapi juga kepiawaian
dalam menjalin relasi pelanggan serta sarat kompetisi.Pelacur adalah pekerja jasa,
karenanya harus sadar betul bagaimana melayani tamu,kendati hatinya
berontak.Bagaimanapun,pelacur juga seorang manusia biasa hanya saja mereka tidak
sehat secara sosial akibat dari masalah sosial.
B. Maksud dan Tujuan
1) Mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang masalah sosial dalam PSK
2) Mahasiswa bisa menjalankan peran keberfungsian sosial dalam menganalisis
suatu masalah.
3) Mahasiswa bisa lebih meningkatkan bidang pengetahuannya terhadap masalah
sosial dalam PSK
4) Mahasiswa bisa mengembangkan sikap profesionalisme berdasarkan nilai dan
etika pekerja sosial saat saat pembuatan makalahnya.
5) Mahasiswa bisa mengetahui apa saja upaya tempat rehabilitasi PSK
C. Manfaat
Makalah ini diharapkan agar dapat menjadi salah satu tambahan pengetahuan
tentang penyakit-penyakit yang terjadi akibat seks bebas terutama yang dapat
terjadi pada pekerja seksual sehingga dapat memberi gambaran remaja agar tidak
terjurumus
D.Rumusan Masalah
1. Wawancara PSK
2. Pengertian masalah sosial dalam pekerja seks komersial ( PSK )?
3. Faktor-faktor penyebab adanya masalah PSK?
4. Dampak masalah yang muncul karena PSK?
5. Rehabilitasi?
6. Upaya apa sajakah yang dilakukan pemerintah atau masyarakat
dalam pemecahan PSK?
BAB II
PEMBAHASAN
A. WAWANCARA DENGAN PSK
Hasil wawancara yang saya lakukan pada tanggal 27 mei 2013, pukul 16.00-16.30 WIB di
rehabilitasi solo, berhasil mewawancarai salah seorang PSK Ani(disamarkan). Adapun hasil
wawancara yang saya dapat adalah sebagai berikut :Ani berumur ± 30 tahun, ia asli orang Jawa
timur (Malang), ani telah menikah 15 tahun yang lalu,dan mempunyai seorang putri dari seorang
suami, tetapi Ani dan suaminya bercerai dan hak asuh anak jatuh pada tangan ayahnya. Dari
semenjak anaknya dilahirkan Ani mengaku tidak pernah mengurus anaknya. Walaupun demikian ia
dan saudara-saudaranya tetap memberi sumbangsih kepada anaknya untuk keperluan sekolah dan
keperluan lainnya. Saat ini anaknya masih bersekolah di salah satu SMA di Malang .kata Ani
pendidikan anaknya sangat penting, dengan pekerjaannya ia berusaha membiayai anaknya agar tetap
bersekolah dan memperoleh pendidikan yang tinggi. Dahulu ani berkerja sebagai penjaga warung
makanan.tetapi karena pekerjaannya itu tidak mampu menumpang biaya kehidupan sehari-
harinya,akhirnya dia masuk ke dunia pelacuran dengan temannya waktu itu yang sudah menjadi
PSK terlebih dahulu.Adapun tarif yang dia patok kepada setiap pelanggannya yaitu Rp
250.000 – Rp 350.000.Terkadang selama dia menjajakan dirinya dari jam 19.00 – 05.00 tidak
sepeser pun uangyang dapat ia sakui. Sehingga dia pulang dengan rasa kecewa dan merasa dirinya
sudah tidak diminati lagi oleh para lelaki hidung belang. Dia juga pernah melayani pelanggan yang
mabuk berat, dan melayaninya selama 2 jam lalu ditinggalkan begitu saja tanpa dibayar. Ani tidak
berani melawan karena jika melawan sama saja dia bunuh diri. Dan jika sedang banyak
pelanggan dan keadaan aman, dia bisa melayani 3-17 orang dalamwaktu semalaman.
Biasanya dia melayani pelanggannya di sebuah kamarsewa 60-70 ribu/ jam atau di sebuah
penginapan dengan tarif 20-25 ribu/ jam.Menurut keterangan Ani, PSK di kota Semarang
Hasanudin kebanyakan adalah pendatang dari luar kota Dan selama menjadi PSK, Ani tertangkap
razia sebanyak tiga kali di daerah yang berbeda-beda. Selama di tempat rehabilitasi yang
berbentuk asrama, banyak kegiatan yang dilakukan yaitu diantaranya, membuat kue,
olahraga,paduan suara dan salon. Selain itu, di asrama juga diberikan siraman rohani kepada
paraPSK seperti shalat berjamaah, pengajian dan ceramah.HIV, penyakit kelamin dan aborsi pun
banyak terjadi dikalangan PSK khususnya di Kota Solo ini..Dia mengakui, bahwa dia sudah capek
menjalani pekerjaan seperti ini.capek mendengar dan melihat perilaku para tetangga yang sentiment
kepada dirinya. Dia mempunyai harapan jika dia mempunyai modal yang cukup besar, dia ingin
mendirikan usaha sendiri.Ani juga mempunyai harapan lain, dia ingin menikah dengan seorang laki-
laki yang dapat membiayai dirinya, sehingga dia meninggalkan pekerjaan tersebut. Banyak teman
satu profesi yang sudah mempunyai suami, namun suaminya tidak bisa menafkahinya,sehingga
suaminya menyuruh dia untuk menjajakan dirinya. Semua itu terjadi karena faktor himpitan
ekonomi.
B. Pengertian PSK/WTS
Kartini Kartono (2005:217) mengemukakan definisi pelacuran sebagai berikut:
Pelacuran adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola oraganisasi
implus atau drongan seks yang tidak wajar dan tidak terintergrasi dalam bentuk
pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak orang
(promiskuitas),disertai eksploitasi dan komersialisasi seks, yang impersonal tanpa
afeksi sifatnya.
a. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan jalan
memperjual belikan badan,kehormatan dankepribadian kepada banyak orang
untuk memuaskan nafsu-nafsu seks, dengan imbalan pembayaran.
b. Pelacuran adalah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan
badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.
Penjelasan tersebut bahwa kegiatan prostitusi atau pelacuran merupakan perilaku seks
beresiko dengan pasangan bukan isteri atau suami yang didasari oleh nafsu hanya
untuk mendapatkan imbalan berupa barang dan jasa. Wanita Tuna Susila, meurut
Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial (2003:100), adalah :
1) Tuna Susila adalah seorang wanita ,pria dan waria(wanita pria) yang melakukan
hubungan seksual diluar pernikahan dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan uang,
materi atau jasa.
2) Wanita Tuna Susila adalah wanita yang melakukan hubungan seks dengan lawan
jenisnya secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan
mendapat imbalan uang, materi atau jasa.
3) Kesimpulannya wanita tuna susila adalah : wanita atau pria yang melakukan
hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa ikatan perkawainan yang sah secara
hukum untuk mendapatkan uang atau jasa
Kelas WTS itu dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Pelacur kelas bawah/rendahan( jalanan, bordil murahan);
b. Pelacur kelas menengah, biasanya dalam bordil-bordil yang cukup bersih
dan cukup baik pelayanannya;
c. Pelacur kelas atas/tinggi,biasanya terselubung,dan jika menggunakan
perantara/calo cukup rapi.
Adapun oknum-oknum yang ikut terlibat dalam pentas pelacuran,yang sudah dikenal
umum dan bisa di jadikan sebagai sumber informasi tentang WTS,menurut Soejono
D. sekurang-kurangnya ada 4 pihak, yaitu:
a. Pelacur, yaitu wanita yang menyerahkan tubuhnya kepada laki-laki tanpa
pilihan yang untuk penyerahannya tersebut memperoleh bayaran.
b. Langganan pelacur atau prostituant, adalah orang laki-laki yang melacur
atau mebayar pelacur untuk memenuhi naluri seksnya dalam mencapai
kepuasan.
c. Calo, adalah orang yang mata pencahariannya mempertemukan pelacur
dengan si pemakai atau kliennya
d. Pedagang atau penjual wanita, adalah orang yang mencari keuntungan
dengan membujuk, membawa atau melarikan wanita yang kadang-kadang
dengan persetujuan yang bersangkutan yang telah berhasil dibujuk, untuk
dijadikan sebagai pelacur di suatu daerah.
C. Faktor –faktor penyebab adanya masalah PSK
Setelah diketahui pengertian PSK/WTS, maka perlu diketahui faktor faktor yang
melatar belakangi atau mendorong seseorang menjadi PSK/WTS atau pelacur. Jika
diadakan pengkajian kembali terhadap rumusan yang dikemukakan oleh para ahli tentang
faktor-faktor mendorong seseorang menjadi PSK/WTS, sebenarnya hal tersebut sangat
kompleks.
Menurut pendapat Soejono D. berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan
munculnya PSK, sebagai berikut:
a. Faktor ekonomi, seperti ingin hidup mewah, kemiskinan dan lain-lain;
b. Faktor sosiologis, seperti urbanisasi, keadilan sosial, dan lain-lain;
c. Faktor psikologis, seperti rasa ingin balas dendam, malas bekerja,histeris, dan
lain-lain.
Adanya interaksi antara berbagai faktor-sosial ekonomis,psikologis dengan pembentukan
kepribadian seseorang, yang menyebabkan seseorang melacurkan diri dikemukakan
sebagai berikut
1. Tidak adanya undang-undang yang melarang adanya pelacuran
2. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menjalankan atau
menyalurkan kebutuhan seks, diluar perkawinan; komersialisasi seks,baik
bagi wanita, pria atau germo (GM)/mucikari.
3. Semakin besarnya pemghinaan terhadap martabat kaum wanita;
4. Adanya kebudayaan untuk eksploitasi kaum wanita untuk tujuan komersial
5. Adanya kekacauan; urbanisasi tanpa adanya jalan keluar untuk mendapatkan
kesempatan kerja
Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga. bagi seorang PSK mungkin aturan yang
diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah
pihak (orang tua dan anak), akibatnya PSK tersebut merasa tertekan sehingga ingin
membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya
dalam masalah seks dan terjun kepekerjaan seks komersial. Untuk mencegah hal-hal
yang tidak di kehendaki, perlu ada perhatian dari kita bersama dengan cara memberikan
informasi yang cukup mengenai pendidikan seks dan Pendidikan agama,Kalau tidak ada
informasi dan pendidikan agama di khawatirkan seseorang cendrung menyalah gunakan
hasrat seksualnya tanpa kendali dan tanpa pencegahan sama sekali.
Banyak motif yang melatar belakangi sesorang menjadi wanita tuna susila,
diantara karen tekanan ekonomi, kelainan seksual, dan karena aspirasi yang tinggi
terhadap kesenangan. Kartini Kartono (2005: 242-244), mengemukakan faktor-faktor
yang menyebabkan seseorang menjadi wanita tuna susila adalah :
a. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan
seks.
b. Komersialisasi dari seks, baik di pihak wanita maupun germo dan oknum
memanfaatkan pelayanan seks
c. Dedikasi moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan.
d. Semakin besarnya penghinaan orang terhadap martabat kaum wanita dan
harkat wanita.
e. Kebudayaan eksploitas pada zaman modern ini
Sedangkan faktor lain yang membuat wainta menjadi PSK adalah faktor-faktor
seperti :
a .Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindarkan diri
darikesulitan hidup, dan medapatkan kesenangan melalui jalan pendek. Kurang
pengertian,kurang pendidikan, dan buta huruf, sehingga menghalalkan pelacuran.
b .Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal, histeris dan hyperseks sehingga tidak merasa
puasmengadakan relasi seks dengan satu pria.
c.Adanya tekanan ekonomid.Aspirasi material yang tinggi, sehingga ingin hidup
bermewah-mewahan namun malas bekerja.Banyak stimulasi seksual dalam bentuk : Film-
film biru, gambar-gambar porno, bacaancabul dll.
d.Pekerjaan seorang pelacur tidak memerlukan keterampilan, tidak meerlukan
intelegensitinggi, mudah dikerjakan asal orang yang bersangkutan memiliki kecantikan,
kemudaandan keberanian.
e.Pada masa kanak-kanak pernah melakukan relasi seks atau melakukan hubungan
sekssebelum perkawinan untuk sekedar iseng atau untuk menikmati masa indah dikala
muda.
f.Disorganisasi dan Disintegrasi dari kehidupan keluarga, broken home. Sehingga anak
gadismereka sangat sengsara batinnya, tidak bahagia, memberontak, lalu menghibur diri
terjundalam dunia pelacuran.
g.Oleh pengalaman-pengalaman traumatis dan shock mental, misalnya dimadu
dalamperkawinan, ditipu, sehingga muncul kematangan seks yang terlalu dini.
Motif yang melatar belakangi PSK
Motif-motif yang melatarbelakangi seseorang menjadi pelacur / PSK
1) Kesulitan hidup
2) Nafsu seks abnormal
3) Tekanan ekonomi
4) Aspirasi materil tinggi
5) Kompensasi terhadap perasaan inferior
6) Ingin tahu pada masalah seks
7) Pemberontakan terhadap otoritas orang tua
8) Simbol keberanian dan kegagahan
9) Bujuk rayu laki-laki dan/calo
10) Stimulasi seksual melalui film, gambar, bacaan
11) Pelayan dan pembantu Rumah tangga
12) Penundaan pernikahan
13) Disorganisasi dan disintegrasi kehidupan keluarga
14) Mobilitas pekerjaan atau jabatan pria
15) Ambisi besar mendapatkan status sosial ekonomi tinggi
16) Mudah dilakukan
17) Pecandu narkoba
18) Traumatis cinta
19) Ajakan teman
20) Tidak dipuaskan pasangan/suami
D Akibat yang Ditimbulkan dari Adanya Pelacuran
Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh pelacuran adalah sebagai berikut:
a.Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit. Penyakit yang
palingbanyak terdapat adalah kencing nanah.
b.Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga. Suami-suami yang tergoda oleh
pelacurbiasanya meluapkan fungsinya sebagai kepala keluarga, sehingga keluarga
menjadiberantakan.
c.Memberikan pengaruh demoralisasi kepada lingkungan khususnya anak-anak
mudaremaja pada masa puber dan adolesensi.
d.Berkolerasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika, ganja,
morfin,heroin dll.
e.Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum, dan agama. Terutama menggoyahkan
normaperkawainan.
f.Adanya pengeksploitasian manusia oleh manusia lain. pada umumnya wanita-
wanitapelacur itu hanya menerima upah sebagaian kecil saja dari pendapatan yang
diterimanya,karena sebagaian besar harus diberikan kepada germo, calo-calo, centeng-
centeng,pelindung, dll. Dengan kata laian, ada sekelompok manausia yang memeras
keringat parapelacur.
g.Bisa menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, misalnya impotensi,anorgasme, ejakolasi
premature.
Uraian tersebut menjelaskan bahwa dampak dari semua itu akan berpengaruh sekali
kepada hal-hal yang negatif, dikucilkan oleh keluarga dan lingkungannya karena
perbuatannya dinilai tidak sesuai dengan kebiasaan umum (normal) dalam kehidupan
masyarakat. Sehingga akan menggganggu keberfungsian sosialnya dalam keluarga
maupun masyarakat.
Pelacuran dapat bmenimbulkan berbagai macam Penyakit Menular Seksual
(PMS). Hal ini mengingat hubungan seksual yang dilakukannya tidak hanya dengan
satu orang, akan tetapi dengan banyak orang secara bergantian. Pemeriksaan
kesehatan bagi wanita tuna susila maupun pasangannya yang dilakukan oleh dokter
setempat masih belum dapat diberikan secara intensif.
E. Rehabilitasi PSK
Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan
bimbingan guna mencapai tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang pendidikan,
sosial,ekonomi, kemasyarakatan dan lainnya. Pembinaan menekankan pada
pendekatan
praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.Berkenaan dengan hal
tersebut sesuai dengan Poerwadaminta (1987:82) bahwa “Pembinaan adalah yang
dilakukan secara sadar, terencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan subjek dengan tindakan pengarahan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan”.
Pembinaan PSK dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
- Adanya bimbingan konseling bagi para PSK
- Adanya pelatihan ketrampilan bagi para PSK agar mereka dapat memiliki keahlian
lain yang menjadi dasar pergeseran mata pencaharian.
- Adanya bantuan modal/pinjaman bagi para PSK agar mereka dapat memulai usaha
baru.
F. Upaya Pemerintah dan Masyarakat
Strategi Pendekatan Terhadap Pekerja Seks (A. Sunarto AS)
Dari bentuk-bentuk pendekatan yang dikemukakan pendapat di atas,
cenderung mengatakan bahwa pendekatan dakwah dapat dibagi menjadi dua
bentuk yatitu
1. Pedekatan Sosial
Pendekatan ini didasarkan atas pandangan bahwa mitra dakwah adalah
manusia yang bernaluri sosial serta memiliki keterkaitan dan ketergantungan
dengan orang lain. Interaksi sosial manusia ini meliputi
semua aspek kehidupan yaitu interaksi budaya, pendidkan politik, dan
ekonomi. Oleh karena itu pendekatan sosial ini meliputi :
a. Pendekatan Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan dan sekaligus tuntutan masyarakat, baik
pendidkan formal, nonformal, maupun inforformal. Lembaga-lembaga
pendidikan besar perananya dalam pembentukan kecerdasan yang
berbersangkutan, kedewasaan wawasan serta pembentukan manusia
moralis yang berakhlakul karimahsebagai obyek maupun subyek
pembangunan manusia seutuhnya
b. Pendekatan Budaya Setiap masyarakat memiliki budaya sebagai karya mereka sekaligus
sebagai pengikat kebutuhan mereka. Para wali songo, yang memandang
bangsa Indonesia dengan budaya yang tinggi secara tepat menggunakan
budaya dalam dakwahnya, dan ternyata membawa hasil.
Banyak hal tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan lain kecuali
dengan pendekatan politik, melalui kekuasaan. Sebagaimana dianjurkan
oleh Rasulullah SAW "fal yughoiyyiruhu biyadihi” artinya melakukan
nahi munkar dengan melalui kekuasaan politik para penguasa.
c. Pendekatan Ekonomi
Ekonomi termasuk salah satu kebutuhan asasi manusia. Meskipun
kesejahteraan ekonomi tidak menjamin suburnya kehidupan keimanan
seseorang, akan tetapi sering kali kefakiran akan membawa seseorang
kepada kekufuran, adalah realitas yang banyak kita temikan. Pendekatan
ekonomi dalam pelaksanaan dakwah pada masyarakat yang minus
ekonominya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup (fiddunya hasanah)
atau yang disebut dakwah bil hal mutlak dilakukan sebagai pendukung
stabilitas keimanan dan kontinuitas ibadah masyarakat (fiddunya hasanah).
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini meliputi dua aspek pandangan:
a. Citra pandang dakwah terhadap manusia sebagai mahluk yang mempunyai
kelebihan disbanding dengan mahluk yang lainnya. Oleh Jurnal Ilmu
Dakwah Vol. 16 No. 1 April 2008 306karena itu mereka harus didekati
dengan pendekatan persuasive, hikmah dan kasih sayang.
b.Realita pandang dakwah terhadap manusia yang disamping memiliki
beberapa kelebihan, ia juga memiliki berbagai macam kekuranagn dan
keterbatasan.Oleh karena itu dakwah harus memandang setiap mitra dakwah
sebagai manusia dengan segala problematikanya. Pendekatan psikologis ini
terutama bagi mereka yang memrlukan pemecahan masalah ruhani, baik
dengan bimbingan dan penyuluhan maupun dengan metode-metode yang lain.
Pemilihan pendekatan di atas bukanlah pemilihan yang mutlak sebab
seringkali dakwah harus dilakukan dengan multi pendekatan dalam mencapai
tujuan dakwah
B. Metode dan tehnik
1 . Metode
Metode yang di gunakan dalam pelaksanaan program pemecahan masalah yang
dihadapi oleh para wanita tuna susila di lokalisasi adalah dengan menggunakan
metode pekerjaan sosial dengan kelompok (sosial group work). Metode tersebut
merupakan salah satu metode dalam pekerja sosial yang mengutamakan kerja sama
kelompok dan menggunakan kelompok sebagai media atau alat untuk membantu
memcahkan masalah yanbg di hadapi oleh wanita tuna susila,adapun cara-cara
berikut ini yaitu :
a. Membantu klient untuk memandang kesulitan-kesulitanya dari perspektif
baru.
b. Mempertimbangkan alternative remedial yang bervariasi.
c. Mengangkat kesadaran-kesadaran terhadap kekuatan yang dimiliki klient.
d. Memobilitasi sumber-sumber coping baik yang aktif maupun laten.
e. Meningkatkan kesadaran diri
f. Mengajari strategi-strategi pemecahan masalah dan keterampilan
intraoprasional
2 . Teknik
Teknik yang di gunakan dalam pelaksanaan program pemecahan masalah adalah :
1. Teknik bimbingan penyuluhan Teknik ini di gunakan untuk menumbuhkan
kesadaran individu atau kelompok terhadap krbutuhan dan permasalahan yang
mereka alami dan menyadarkan para wanita tuna susila akan kemampuan yang di
milikinya untuk dapat memecahkan permasalahan yang sedang meeka hadapiu terkait
dengan penyakit HIV dan AIDS. Teknik ini juga memberikan pandangan atau
wawasan pada para wanita tuna susila tentang upaya yang dapat di lakukan untuk
meningkatakan kemampuan dan pengetahuam ,elalui bimbingan keterampilan kerja.
Dengan adanya kegiatan bimbingan keterampilan tersebut di harapkan dapat
membuka sentra kewira usahaan baru yang tidak bertentangan dengan sistem nilai
keagamaan dan kemasyarakatan.
2. Teknik diskusi
Teknik ini di gunakan untuk melibatkan peserta berpartisipasi aktif dalam
memahami permasalahan yang ada dengan dialog ,diskusi,bertukar piiran
dengan para wanita tuna susila(WTS)
3. Teknik konsultasi
Teknik ini di gunakan untuk memberikan kesempatan kepada para wanita
tuna susila (WTS) untuk mendapatkan informasi yang benar tentang HIV
dan AIDS yang meliputi faktor pemyebab penularan,dampak atau
bahayanya dan cara pencgahan HIV dan AIDS. Sehingga mereka dalam
melakukan aktifitas sehari harinya akan terhindar dari penularan dari
penularan HIV dan AIDS
BAB III
A. KESIMPULAN
keadaanlah yang menyebabkan dia menjadi seorang PSK. jika dia tidak melakukan
pekerjaan tersebut maka dia tidak mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya walaupun mereka mengetahui bahwa sebagian dari masyarakat ada yang
merasa terganggu apabila ada PSK. hal ini tidak dia risaukan malah sebaliknya, dia
pikirkan adalah bagaimana cara mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dan keluarganya. Dalam kehidupan manusia, ekonomi adalah satu hal penting dalam
keberlangsungan hidup, sehingga banyak orang melakukan apapun termasuk melacurkan
diri. Padahal kegiatan prostitusi adalah sebuah kegiatan dimana masyarakat memandang
hal tersebut melanggar nilai-nilai moral (perbuatan tercela), di sisi lain kegiatan tersebut
dapat di tolerir demi nilai ekonomi, karena hampir sebagian besar kegiatan ini bersumber
dari kemiskinan.
Rendahya pendidikan iman, takwa dan moral bisa di jadikan alasan semakin
menjamurnya kegiatan prostitusi. Dan tidak selalu perempuan terus di salahkan karena
dalam hal ini selalu di persalahkan, karena sebagai pelaku prostitusi, padahal banyak
lelaki yang menfaatkanya
B. Saran
Perlunya mencari pendekatan secara manusiawi dengan tidak selalu menyalahkan mereka
yang terjun kedalam pelacuran karena pada dasarnya mereka (para wanita) adalah korban
baik dari kekerasan, pemerkosaan dll. Dan selayaknya kita memperlakukan mereka
secara manusiawi.
Janganlah kita melihat, menilai, apalagi menghakimi hitam-putih, baik-buruknya
seseorang dari apa yang ia lakukan. Urusan benar-salah, dosa-tidak dosa, adalah urusan
manusia dengan Tuhan-nya. Bagaimanapun, niat bertobat dalam hati para perempuan
yang dilacurkan lebih patut dihargai jika dibandingkan dengan para koruptor berdasi dan
dihormati yang diam-diam memakan uang rakyat banyak masyarakat bila digerakkan,dan
bekerja sama dengan pihak-pihak terkait akan mampu melakukan tindak pencegahan dan
penanggulanggan prilaku prostitusi di lingkungnya
top related