analisis karakter tokoh pendidik yang...
Post on 02-Jul-2018
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KARAKTER TOKOH PENDIDIK YANG
TERDAPAT PADA NOVEL DUNIA KECIL KARYA YOYON
INDRA JONI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh
Rusmiatun Fitriah
109013000084
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
ANALISIS KARAKTER TOKOH PENDIDIK YANG
TERDAPAT PADA NOVEL DUNIA KECIL KARYA YOYON
INDRA JONI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh
RUSMIATUN FITRIAH
NIM. 109013000084
Drs. Cecep Suhendi, M. Pd.
NIP. 196010171987031001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada
Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni disusun oleh Rusmiatun Fitriah, NIM
109013000084, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk
diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditentukan dan ditetapkan
oleh Fakultas.
Jakarta, November 2013
Yang Mengesahkan
Drs. Cecep Suhendi, M.Pd
NIP. 196010171987031001
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
Skripsi berjudul “Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada
Novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni” diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 13 Desember 2013 di
hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Ciputat, 13 Desember 2013
Panitia Ujian Munaqasah
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Rusmiatun Fitriah
NIM : 109013000084
Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : “Analisi Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada
Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni”
Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi M.Pd.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis/
pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian munaqasah.
Ciputat, November 2013.
Mahasiswa Ybs.
Rusmiatun Fitriah
NIM. 109013000084
i
ABSTRAK
RUSMIATUN FITRIAH; 10901300084: Program Studi Bahasa danSastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Judul Skripsi, Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada
Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni.
Pendidikan memiliki kedudukan penting dalam rangka meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas.Pembentukan karakter peserta didik dapat
dilakukan dengan mengenalkan karya sastra yang mengedepankan kehidupan
seorang pendidik.Pendidik adalah seorang yang membimbing, mengarahkan,
mengajarkan, melatih, dan mengevaluasi anak didik.Seorang pendidik haruslah
berkarakter, karena tugas seorang pendidik tidak hanya mentransfer ilmu
pengetahuan saja tetapi harus mampu membimbing dan mendidik anak
didiknya.Pendidik yang baik mampu merangsang anak didiknya untuk
menyenangi mata pelajaran yang diampunya.Novel Dunia Kecil merupakan
sebuah karya sastra yang mampu menginspirasi semua kalangan masyarakat
termasuk di dalamnya para guru dengan menampilkan karakter tokoh guru yang
baik dalam mendidik anak didiknya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter tokoh guru
(pendidik) yang digambarkan dalam novel Dunia Kecil.Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah metode kualitatif deskriptif.Pengumpulan data dilakukan
dengan membaca novel Dunia Kecil dan dokumentasi.Analisis data dilakukan
dengan menganalisis isi bacaan kemudian menarik kesimpulan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakter tokoh pendidik yang terdapat dalam novel Dunia
Kecil adalah ketulusan, kesabaran, konsisten, religius, penuh kasihs ayang,
ketegasan disiplin, berwibawa, bertanggung jawab, keteladanan, bersahabat, dan
menghargai.
Kata Kunci: Pendidikan, Pendidik, Karakter, Novel Dunia Kecil
ii
ABSTRACT
Rusmiatun Fitriah; 109013000084: Character Analysis of Education Figure in
the Novel Titled Dunia Kecil Written by Yoyon Indra Joni. Skripsi of Language
and Indonesian Literature, at Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training of State
Islamic University Syarif Hidayatullah.
Education has an important position in order to improve the quality of
human resources. To establish learners characteristic can be done by introducing
some literature work that describe teacher’s life. Teacher is someone who leading,
educating, directing, teaching, training, and evaluating the learner. An educator
should have a good character, because teachers’ duty is not only to transfer the
knowledge to the learner but they also should be able to leas and educate their
students. A good educator can stimulate their students to be interested in their
course. Dunia Kecil is one of novel that can inspire the whole level of society
included teachers by presenting a good character of an educator figure in teaching
the students.
The purpose of this study is to know the character of a teacher figure that
was described in the Dunia Kecil novel. The method that is used in this research is
descriptive qualitative method. The data collection was done by reading the Dunia
Kecil novel and documentation. The data analysis was done by analyze the
content of the novel and get the conclusion.The result of the research showed that
the teacher figure in the Dunia Kecil novel was honesty, endurance, consistent,
religious, full of caring, firmness, discipline, having an authority in his attitude,
responsible, can be a good role model to his students, friendly and appreciative.
Keyword: Education, Educator, Character, Dunia Kecil novel
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada
Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni”. Selawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjauhkan kita dari jalan
kegelapan.
Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan
gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan
peran serta berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D. Dekan FITK UIN Jakarta yang telah
mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini;
2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan selaku dosen pembimning PPKT yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis
selama ini;
3. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang sangat
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan,
motivasi, bimbingan, dan kesabaran Bapak selama ini;
4. Yoyon Indra Joni. Penulis Novel Dunia Kecil yang telah memberikan
informasi dan pandangan hidupnya dalam pembuatan novel Dunia Kecil
ini;
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu
pengetahuan;
iv
6. Hj. Siti Emmi Nasution, ibunda penulis yang telah merawat, mendidik
penulis dengan kasih sayang tulus dan sudah memberikan dorongan baik
moril maupun materil. Ahmad Tarmizi Purba dan Muhammad Rasyid
Ridho Purba selaku kakak dan adik penulis, yang telah membantu dalam
hal penyelesaian skripsi ini;
7. Seluruh mahasiswa PBSI khususnya kelas C angkatan 2009, terima
kasihatas pengalaman dan pembelajaran berharga yang penulis dapatkan
selamaini. Terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Midi
Hardiani, Seli Mauludani, Bunga Pramita, Meidyal Fioleta, Siti
Nurhasana, Nani Frigiyawati, yang telah mendukung penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi;
8. Sahabat-sahabat tercinta; Nurfaizah, Srinelvia Edwitri, Tita Miftahul
Jannah, Hikmah Anggara Sari, Emiria Farahdina, Maryam Fauziahdan
Rachmayanti Nurfadillah yang telah menyemangati penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini;
9. Ayu Vika Juari, Nazar Asmawi Lubis, WulanWiranti, Mey Sari Utami
Harahap, Iga Adrikni Aduha, dan Ilmal Bani Hasyim yang selalu
mendukung terselesaikannya skripsi ini;
10. Teman-teman PPKT MAN 11Jakarta angkatan 2013; Nurfaizah,
Muhammad Zul Akmal, Ali Umar, Laili Khoirun Nisa, Riyana Muntika
Sari, Yanita Pratiwi, Riska Pridamulia , dan Ika Eliza Cholistyana;
11. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Komunitas
Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU) yang selalu mendukung
terselesaikannya skripsi ini.
Semoga semua bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada
penulis, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.
Ciputat, November 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Batasan Masalah............................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 7
A. Pengertian Pendekatan Struktural ................................................ 7
B. Hakikat Novel .............................................................................. 9
1. Pengertian Novel .................................................................... 9
2. Unsur-Unsur Pembangun Novel ............................................ 11
C. Hakikat Karakter .......................................................................... 19
1. Pengertian Karakter ................................................................ 19
D. Hakikat Guru ................................................................................ 21
1. Pengertian Guru ..................................................................... 21
2. Syarat-Syarat Menjadi Guru .................................................. 23
3. Kompetensi Guru ................................................................... 24
vi
4. Peran Guru ............................................................................. 26
5. Sifat atau Kriteria Guru Ideal (Baik) ...................................... 27
E. Penelitian Relevan ........................................................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 33
A. Metode Penelitian......................................................................... 33
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................... 34
C. Data dan Sumber Data ................................................................. 34
D. Objek Penelitian ........................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 35
F. Teknik Validitas Data .................................................................. 36
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 36
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN .................................... 38
A. Biografi Yoyon Indra Joni .......................................................... 38
B. Sinopsis ....................................................................................... 38
C. Tanggapan Pengarang ................................................................. 39
D. Tanggapan Pembaca.................................................................... 40
E. Analisis Struktural ....................................................................... 43
F. Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru dalam
Novel Dunia Kecil....................................................................... 60
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 72
A. Simpulan ...................................................................................... 72
B. Saran ............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Novel merupakan bagian dari karya sastra. Novel adalah karya sastra yang
dibangun oleh dua unsur yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsiknya
yaitu tema, alur, latar, penokohan, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat,
sedangkan unsur ekstrinsiknya yaitu latar belakang tokoh, ideologi,nilai
pendidikan, sosial, budaya, dan agama. Penulis memadukan semua unsur tersebut
agar cerita yang ingin disampaikan dapat hidup atau nyata dan menarik untuk
dibaca oleh pembaca. Novel ingin dihadirkan harus menarik pembaca seperti
lewat pengolahan bahasa yang digunakan oleh penulis agar pembaca dengan
mudah memahami cerita yang ada di dalam novel.
Novel mampu memberi pelajaran serta juga dapat menambah wawasan
kepada pembacanya. Pembaca dapat belajar tentang kebudayaan yang terdapat di
dalam cerita.Bukan hanya kebudayaan saja, pembaca dapat megetahui letak
geografis, karekter,dan bahasa yang dipaparkan oleh penulis.
Novel merupakan salah satu karya sastra yang mengungkapan segala
aspek kehidupan manusia secara mendalam dan disajikan menggunakan bahasa
yang halus.Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang sangat popular di
dunia.Bentuk ini banyak beredar, karena komunikasinya yang luas pada
masyarakat. Sebuah novel mampu menampilkan tokoh-tokoh dan peristiwa-
peristiwa nyata, tetapi penampilan tersebut biasanya hanya berfungsi sebagai
bumbu belaka dan mereka dimasukkan dalam rangkaian cerita yang bersifat
rekaan atau dengan detail rekaan. Peristiwa dan tokoh-tokohnya bersifat rekaan
mereka memiliki kemiripan dengan kehidupan sebenarnya.Mereka merupakan
“cerminan kehidupan nyata”.
Saat ini novel lebih banyak diminati masyarakat, tidak hanyaitu novel
merupakan salah satu karya sastra yang paling luas dibaca dibandingkan oleh
karya sastra lainnya.Dewasa ini banyak novel yang dapat dijumpai, misalnya
novel anak-anak, remaja, dan novel popular yang memiliki mutu yang cukup baik.
2
Seorang pendidik dapat dengan mudah menentukan pilihan bacaan untuk siswa.
Adanya novel akan dapat meningkatkan minat membaca siswa secara pribadi dan
dapat berkelanjutan untuk meningkatkan semangat mereka untuk menekuni bahan
bacaan mereka secara mendalam. Masih ada yang beranggapan bahwa ada
beberapa buah novel dianggap kurang berharga atau bias dikatakan dapat merusak
moral anak-anak. Perlu diketahui bahwa pada kenyataan yang ada kalau novel
banyak mengandung pengalaman yang memiliki nilai pendidikan yang positif.
Pendidikan memiliki kedudukan yang penting dalam rangka meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan Undang-UndangNomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1, yang dimaksud
dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untu mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa,da nnegara.
Pendidikan merupakan sarana yang sangat baik dalam mengangakat harkat
dan martabat bangsa. Melalui pendidikan, seseorang akan memiliki bekal ilmu
pengetahuan untuk melanjutkan atau memasuki lapangan pekerjaan. Pendidikan
menjadikan sesorang berilmu pengetahuan. Dengan ilmu dan iman, seseorang
akan terangkat derajatnya sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah SWT dalam
Q.S. Al-Mujadalah (58: 11), yang artinya “… niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Bangsa yang peduli dan mengutamakan pendidikan akan melahirkan
peradaban yang tinggi serta tidak mudah dijajah oleh bangsa lain. Karena,
pendidikan itu akan berdampak pada kemajuan suatu bangsa. Sebab, dengan
adanya pendidikan maka seseorang atau suatu bangsa akan memiliki kemapuan
dan keterampilan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu
faktor penentu keberhasilan dan majunya pendidikan pada suatu bangsa
ditentukan oleh pendidik atau pendidik.
3
Di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Pendidik dan
Dosen ditetapkan.Pendidik (guru) adalah pendidik professional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Masayarakat umum
beranggapan bahwa pendidi adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, seperti pada lembaga formal, informal, maupun
nonformal. Dalam hal ini pendidik dapat dikatakan sebagai pendidik yang
diangkat secara resmi dengan surat keputusan oleh suatu lembaga atau yayasan
untuk mengajar atau mendidik di lembaga pendidikan formal.
Menjadi seorang pendidik itu tidak mudah dan tidak sembarang orang
dapat menjadi seorang pendidik, karena pendidik sangat dipercaya oleh orang tua
peserta didik untuk mendidik anaknya. Siapapun pasti sependapat bahwa pendidik
adalah unsur utama dalam suatu pendidikan. Pendidik merupakan titik utama atau
awal dalam suatu pendidikan, seperti yang dilakukan oleh negara Jepang. Pada
saat Hirosima dan Nagasaki diluluhlantakan oleh bom pada Perang Dunia II tahun
1945. Kaisar Jepang bertanya,“Masih adakah pendidik yang masih hidup?”
Perhatian kaisar Jepang sangat besar terhadap pendidikan dan pentingnya peran
seorang pendidik dalam pembangunan suatu bangsa.Setelah peristiwa itu, dunia
mengakui kemajuan Jepang dalam berbagi bidang kehidupan. Dari cerita tersebut
dapat disimpulkan bahwa peran seorang pendidik sangat begitu penting dalam
pembangunan suatu bangsa, tanpa pendidik yang memiliki kualitas dan
profesional, pendidikan tidak akan berhasil, karena dibutuhkan sumber daya
manusia dalam yang berkualitas dan professional dalam mengolah sumber daya
alam agar manusia di dunia makmur dan sejahtera.
Peran seorang pendidik sangat penting tidak hanya dalam pendidikan saja,
tetapi penting juga dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan
potensi siswa dalam mewujudkan pembangunan pendidikan di
Indonesia.Tampaknya kehadiran pendidik sampai sekarang hingga akhir hayat
nanti tidak dapat digantikan oleh yang lain, walaupun zaman sekarang sudah maju
4
dan canggih, kehadiran teknologi tidak mampu menggantikan tugas seorang
pendidik yang cukup kompleks dan unik.
Fungsi pendidik sebagai pendidik merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan tujuan pendidikan, karena pendidik secara langsung berhubungan
dengan peserta didik untuk memberikan motivasi, membentuk karakter siswa, dan
memberikan bimbingan yang akan menghasilkan lulusan yang diharapkan.
Pendidik merupakan sumber utama manusia yang menjadi perencana, pelaku, dan
penentu pencapaian tujuan pendidikan. Pendidik harus berhubungan baik dengan
kepala sekolah, pendidik yang lain, masyarakat, dan peserta didik.
Pendidik merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas
pendidikan anak di sekolah. Seperti apa masa depan anak, pendidik turut
menentukan. Seorang pendidik harus seorang yang mampu memberikan motivasi
kepada peserta didik agar ia mampu menjadi yang lebih baik untuk masa
mendatang. Apapun yang dilakukan seorang pendidik kepada peserta didiknya
selama itu mendidik maka dapat diperbolehkan asalkan hal itu tidak berhubungan
dengan kekerasan. Akhir-akhir ini banyak berita yang beredar di media cetak dan
media elektronik yang memberitahukan tentang kekerasan yang dilakukan
pendidik kepada peserta didiknya dengan dalih untuk mendidik dan memberikan
pelajaran kepada anak agar mereka disiplin dan lebih bertanggung jawab. Untuk
memberikan disiplin tidak harus dengan kekerasan yang dapat menimbulkan luka
dan cacat fisik. Tidak semua persoalan yang dapat diselesaikan dengan
kekerasan.Kekerasan akan menimbulkan rasa trauma dan ketakutan yang
berkepanjangan. Hal itu juga menimbulkan rasa dendam dan benci peserta didik
kepada pendidik.
Pendidik merupakan figur yang dapat dicontoh dan diteladani peserta
didik. Pendidik yang baik tidak akan menjerumuskan peserta didiknya ke hal yang
tidak baik. Seorang pendidik dalam memberikan ilmu kepada anak didknya harus
dituntut untuk memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan dalam
kehidupan pribadinya. Seorang pendidik harus konsisten dan memiliki komitmen
dalam menjaga ucap dan tindakan.
5
Belakangan ini banyak novel yang terbit. Novel dapat dijadikan sebagai
sebuah pendidikan, bukan hanya buku bacaan yang dibaca saat dibutuhkan dan
diperlukan. Makna yang terdapat di dalam novel dapat dijadikan sebagai pelajaran
bagi para pembaca. Novel Dunia Kecil adalah novel yang baru terbit pada tahun
2012 dan memunculkan beberapa pendidik dan siswa yang memilki bakatnya
masing-masing. Novel ini belum banyak yang membaca tetapi dengan novel ini
diharapkan kepada pendidik dan peserta didik untuk mencontoh mereka.
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat skripsi yang
berjudul “Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada Novel Dunia
Kecil Karya Yoyon Indra Joni”. Penulis berharap novel ini mampu memahami
pengaruh karakter seorang pendidik yang dapat memberikan motivasi dan
membentuk karakter peserta didik agar dapat menjadi manusia yang lebih baik di
dalam lingkungan masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang berkaitan dengan karakter ideal tokoh seorang
pendidik dalam membentuk karakter dan memotivasi siswa, masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Masih buruknya karakter siswa dalam bertindak.
2. Karakter seorang pendidik dapat dicontoh dan berpengaruh terhadap
karakter, motivasi dan minat siswa kepada mata pelajaran tersebut.
3. Upaya untuk menunjukkan karakter tokoh seorang pendidik yang dapat
berpengaruh dalam membangun karakter dan motivasi siswa.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada skripsi ini fokus kepada analisis karakter tokoh
pendidik yang terdapat pada novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni.
D. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan
masalah dalam penelitian ini, adapun perumusan masalah dari skripsi ini, sebagai
berikut.
6
Bagaimanakah karakter tokoh pendidik yang terdapat dalam novel Dunia
Kecil karya Yoyon Indra Joni?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diharapkan jelas agar tepat sasaran dan tujuan sesuai
dengan input dan pengetahuan yang bersifat teoretis dan praktis, antara lain
sebagai berikut:
Mendeskripsikan atau mengetahui karakter tokoh pendidik yang
digambarkan dalam novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup
aspek teoretis maupun praktis.
1. Manfaat teoretis hasil penelitian ini diharapkan mampu mengetahui
pengaruh karakter pendidik terhadap siswa.
2. Secara praktis, hasil penilitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Pendidik
Hasil penelitian ini dapat memberikan contoh teladan bagi siswa dan
pedoman untuk pendidik agar memperhatikan sikapnya saat berhubungan atau
berhadapan langsung dengan siswa.
b. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjawab dari masalah yang dirumuskan. Selain
itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
peneliti agar mencontoh karakter tokoh dan memiliki karakter yang ideal untuk
dicontoh siswa.
c. Peneliti yang Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bahan pijakan
peneliti lain untuk melakukan penelitian yang mendalam.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendekatan Struktural
“Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia
danStrukturalisme Praha.”1 Secara etmologis struktur berasal dari bahasa Latin,
yaitu structura yang berarti bentuk atau bagunan, tugas analisis struktur
membongkar unsur-unsur tersembunyi di baliknya. Analisis struktur akan
melibatkan tiga komponen utama, yaitu pencerita, karya sastra, dan pendengar.
Struktur merupakan suatu bentuk keseluruhan yang komplek yang setiap
unsur memiliki hubungan. “Sesuai dengan apa yang didefinisikan oleh Jean
Piaget, struktur adalah tatanan entitas-entitas yang secara mendasar mewujudkan
tiga gagasan yang fundamental, yaitu (a) gagasan mengenai keseluruhan, (b)
gagasan mengenai transformasi, dan (c) gagasan mengenai regulasi diri.”2Gagasan
mengenai keseluruhan mengandung pengertian adanya kepaduan internal di antara
unsur-unsur pembangun struktur.Kepaduan setiap unsur-unsur tersebut
menyebabkan adanya kaidah yang mengaturnya, sehingga masing-masing unsure
tunduk kepadanya.Gagasan transformasi mengandung struktur yang tidak statis
sehingga menyebabkan hukum struktur tersebut tidak membentuk struktur yang
mati tetapi masih terbuka untuk melakukan pembentuk aspek-aspek yang baru di
dalam struktur tersebut.Penyebab terjadinya transformasi dikarenakan adanya
struktur dalam yang harus dipahami dalam mengkaji, agar mampu berkarya atau
melakukan pengkajian. Sedangkan gagasan regulasi diri yang berkaitan dengan
struktur yang dapat berdiri sendiri dengan cara lepasa dari entitas lain, sebab
struktur itu memiliki hukum-hukum intrinsiknya yang transformatif, yang
mengatur saling berhubungan antar unsur internalnya, sehingga selain membentuk
kepaduan, juga mampu menghasilkan aspek-aspek baru.
1Burhan Nurgiyantoro,Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2005), h. 36. 2Faruk., Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), h. 173.
8
“Secara defenitif strukturalisme membahas mengenai unsur-unsur struktur
itu sendiri dengan mekanisme antarhubungannya antar unsur satu dengan unsur
lainnya, dipihak yang lain hubungan antar unsu dengan totalitasnya.”3Secara
defenitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsure-unsur
karya.Karya-karya sastra memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, bisa
digeneralisasikan.Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya
seperti prosa, puisi, dan drama.
Pandangan Abrams dalam Burhan Nurgiantoro, kaum strukturalisme
berpendapat bahwa sebuah karya sastra fiksi atau puisi adalah sebuah totalitas
yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya, struktur
karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua
bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama akan membentuk
kebulatan yang indah. Struktur karya sastra juga mengarah pada pengertian
hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbale balik, saling menentukan,
mempengaruhi, yang secara bersama membentuk atau sebuah kesatuan yang utuh.
“Analisis struktural karya sastra dalam fiksi dapat diidentifikasikan dengan
mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik.Setelah
diidentifiksi dan dideskripsikan serta dijelaskan fungsi masing-masing unsur
tersebut untuk menunjang makna keseluruhannya dan hubungan antarunsur secara
bersama akan membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu.”4Adapun unsur-
unsur tersebut seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan
lain-lain.
Istilah struktur dalam sastra diadopsi dari khazanah antropologi structural
yang dipelopori oleh Levi-Strauss.Beliaulah yang mempopulerkan ide
strukturalisme, yaitu teori tentang struktur. Baginya strukturalisme yang
disebutkan Foley dalam Siswantoro adalah:
“Doktrin pokok strukturalisme adalah bahwa hakikat benda tidaklah
terletak pada benda itu sendiri, tetapi terletak pada hubungan-hubungan di
dalam benda itu.Tidak ada unsur yang mempunyai makna pada dirinya
3Nyoman. Kutha Ratna, S.U.,Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dan
Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 91. 4Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 37.
9
secara otonom, kecuali terkait dengan makna semua unsur di dalam sistem
struktur yang bersangkutan.”5
Teori struktural memandang karya sastra sebagai struktur yang terdiri dari
unsur-unsur yang saling berjalin erat sehingga unsur yang satu tidak akan
memiliki fungsi atau makna tersendiri jika terlepas dari yang lainnya dan makna
setiap unsur ditemukan dalam hubungan dengan unsur-unsur lain secara
keseluruhan.Dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antrunsur intrinsik fiksi
yang bersangkutan serta bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi
dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersama
menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.
B. Hakikat Novel
1. Pengertian Novel
“Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti
“sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek
dalam bentuk prosa‟.”6Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang
diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru.Novel adalah cerita yang
disusun dengan kata yang tercetak di atas lembaran kertas yang bisa dibawa
kemana-mana sembarang waktu.Ia bisa dibaca kapan saja dan dalam situasi yang
sama sekali ditentukan oleh pembaca.7“Menurut Rahmanto, novel seperti halnya
bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan
biasanya dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikan seperti berikut ini:
(a) Latar, (b) Perwatakan, (c) Cerita, (d) Teknik cerita, (e) Bahasa, (f) tema.”8
Novel merupakan bentuk prosa rekaan yang lebih pendek daripada
roman.“Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai karangan
prosa yang panjang, menagandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
5Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), h. 13. 6Ibid., h. 9.
7 Sapardi Djoko Damono, Sastra Bandingan Pengantar Ringkas (Ciputat: Editum, 2009),
h. 130. 8 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h. 70.
10
orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku.”9Pada dasarnya novel bercerita tentang peristiwa yang terjadi pada masa-
masa tertentu.Bahasa yang digunakanpun relatif mudah untuk dipahami karena
bahasanya lebih mirip menggunakan bahasa sehari-hari. “Menurut Furqonul dan
Abdul, novel merupakan sebuah genre sastra yang memiliki bentuk utama prosa,
dengan panjang yang kurang lebih bisa untuk mengisi satu atu dua volume kecil,
yang menggambarkan kehidupan nyata dalam satu plot yang cukup kompleks.”10
Novel adalah cerita, dan cerita digemari manusia sejak kecil.dan tiap kali
manusia senang pada cerita, entah faktual, untuk gurauan, atau sekedar ilustrasi
dalam percakapan. Bahasa novel juga bahasa denotatif, tingkat kepadatan dan
makna gandanya sedikit.Jadi novel “mudah” dibaca dan dicernakan.Juga novel
kebanyakan mengandung suspense dalam alur ceritanya, yang gampang
menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. “Data menunjukkan bahwa
bentuk sastra novel paling banyak dibaca dari bentuk yang lain. Novel Salah
Asuhan selama 50 tahun telah dicetak ulang 11 kali.Siti Nurbaya selama 57 tahun
dicetak ulang 12 kali.”11
“Novel merupakan sebuah karya yang diciptakan dengan melibatkan
segenap daya imajinasi pengarang.”12
Novel yang disajikan biasanya berfungsi
sebagai sarana hiburan bagi pembaca.Apabila cerita dari novel itu menarik maka
novel itu memberikan kesan kepada pembaca. Pembaca yang membaca novel
yang ceritanya panjang akan membuat pembaca untuk terus mengulang-ulang
kembali membacanya agar selesai dan setiap kali membaca pembaca hanya
menyelesaikan bacaannya beberapa episode saja serta akan memaksa pembaca
untuk mengingat kembali cerita yang dibacanya sehingga menyebabkan
pemahaman pembaca akan bacaannya terputus-putus. Novel juga merupakan hasil
perenungan pengarang yang mana pengarang dapat berimajinasi ke tempat dan ke
9 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 141.
10Furqonul Aziez, dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010), h. 7. 11
Jakob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977 (Bandung: Penerbit
Alumni, 1999), h. 11. 12
Furqonul dan Abdul.Loc.Cit.
11
masa apa pun, biasanya novel menggandung pesan-pesan apa saja yang ingin
disampaikan pengarang kepada khalayak pembacanya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah
karya sastra yang merupakan cerita fiktif dan berusaha untuk menggambarkan
kehidupan tokohnya melalui latar.Novel bukan hanya berfungsi sebagai hiburan
semata tetapi dapat juga sebagai bentuk seni yang dapat dipelajari oleh pembaca
agar mengetahui nilai-nilai moral kehidupan yang terkandung di dalam novel
tersebut sehingga dapat mengarahkan pembaca dapat berprilaku budi pekerti yang
luhur.Di dalam novel juga terdapat kemungkinan cerita yang terjadi dan ada juga
yang hanya imajinasi saja.Tetapi pengarang biasanya ingin menunjukkan realita
yang terjadi dalam kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel.
2. Unsur-Unsur Pembangun Novel
Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama
membentuk sebuah totalitas itu disamping unsur formal bahasa, masih banyak lagi
macamnya.Namun, secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara
tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walau pembagian ini tidak
benar-benar pilah.Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan
ekstrinsik.Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam
rangka mengkaji atau membicarakan novel atau karya sastra ada umumnya.
“Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang pembangun dari
dalam karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur
yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.Kepaduan antarberbagai
unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.Unsur yang
dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan
lain-lain.”13
“Sedangkan, unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bagunan atau organisme karya sastra.Unsur ini secara
13Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h. 23.
12
lebih khusus dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan
cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di
dalamnya.Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya, bagaimanapun, akan
membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra
tak muncul dari situasi kekosongan budaya.”14
Unsur ekstrinsik membahasa alam
pikiran pengarang yang ditentukan oleh pengaruh susunan pemerintahan, situasi
politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, kemanaan, dan pengaruh hubungan luar
negeri, persilangan pariwisata atau perdagangan.
a. Tema
“Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita.Tema berperan sebagai
penagkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang
diciptakannya.Tema merupakan kaitan hubungan antar makna dengan tujuan
pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya.”15
“Tema juga merupakan aspek
cerita sejajar dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang
menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.”16
Kadangkala kita merasa bahwa
pengalaman yang didapatkan secara keseluruhan akan memperjelas masalah yang
akan kita coba untuk dilacak.“Tema (theme), menurut Stanton dan Kenny, adalah
makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang
dikandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu, maka masalahnya adalah:
makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu.”17
Untuk menentukan makna pokok sebuah novel, kita perlu memiliki
kejelasan pengertian tentang makna pokok, atau tema, itu sendiri.Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut persamaan-
persamaan atau perbedaan-perbenadaan.Tema disaring dari motif-motif yang
terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-
peristiwa, konflik, dan situasi terntentu.Tema dalam banyak hal bersifat
14
Ibid., h. 23-24. 15
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 161. 16
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 36. 17
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 67.
13
“mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa-konflik-situasi tertentu,
termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah
bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan.
Tema menjadi dasar pembangun seluruh cerita, maka ia pun bersifat
menjiwai seluruh bagian cerita itu. Dengan demikian, untuk menemukan tema
sebuah karya fiksi, ia harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya
berdasarkan bagian tertentu cerita. “Tema, walau sulit ditentukan secara pasti,
bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara
eksplisit.Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak (secara sengaja)
disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca.Namun,
tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia
akan “tersembunyi” dibalik cerita yang mendukungnya.”18
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan istilah yang menunjuk pada orang atau pelaku cerita,
baik itu protagonis dan antagonis,.“Dalam Burhan Nurgiantoro, Abrams
berpendapat bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh para pembacanya sesuai dengan
kualitas moral yang disampaikan dengan ekspresi dalam ucapan dan tindakan.
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan pencapai pesan,
amanat, moral, atau sesuatu yang ingin disampaikan kepada para pembaca.”19
Sedangkan watak, perwatakan, atau karakter merupakan istilah yang
menunjukkan pada sifat atau sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan para
pembaca yang menunjukkan pada kualitas pribadi seorang tokoh.Penokohan dan
karakteristik sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang
menunjukkan watak tokoh-tokoh yang digambarkan dalam sebuah cerita.“Seperti
yang dikatakan Jones dalam Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
18Nurgiyantoro.Loc. Cit., h. 68.
19
Ibid., h. 165-167.
14
cerita.”20
Penokohan sekaligus menyaran pada teknik pewujudan dan
pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.“Penokohan adalah cara sastrawan
menampilkan tokoh.”21
“Menurut Aminuddin, dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat
dibedakan atas tokoh protagonis, dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah
tokoh yang wataknya disukai pembacanya.Biasanya, watak tokoh semacam ini
adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela,
cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan.Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh
yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai
tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong,
menghalalkan sehala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius.”22
Biasanya seorang pembaca lebih tertarik akan penafsiraan, presepsi, dan
pemahaman tokoh-tokoh yang dihadirkan pengarang.”Jika kita membaca sebuah
novel, bagian yang paling penting yang harus dilakukan ialah usaha untuk
mencari nilai yang disuguhkan pengarang pada setiap tokoh.”23
“Pelukisan
karakter yang baik kalau pengarang menggambarkannya dalam setiap tahap dalam
ceritanya, sehingga pembaca melihat jelas watak pelakunya melalui semua tindak
tanduknya dalam sebuah cerita, semua yang diucapkannya dalam seluruh cerita,
semua sikap-sikapnya dalam seluruh cerita.”24
c. Latar Cerita / Setting
Setting diterjemahkan sebagai latar cerita.Latar cerita adalah tempat dan
waktu dimana cerita itu terjadi.Sebuah cerita harus jelas di mana berlangsungnya
suatu kejadian dan kapan.Pemilihan setting yang dilakukan oleh pengarang
mempertimbangkan unsur-unsur watak tokoh-tokohnya dan persoalan atau tema
yang digarapnya.Sebuah cerita menjadi kuat kalau settingnya tidak gegabah saja
dipilih oleh pengarangnya.Penggambaran setting yang baik memberi pengetahuan
20
Ibid., h. 165.
21
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 142. 22
Ibid. 23
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h. 70. 24
Jakob Sumardjo, Memahami Kesusastraan (Bandung: Penerbit Alumni, 1984), h. 57.
15
untuk pembaca tentang kehidupan masyarakat tertentu. “Untuk menggambarkan
setting dengan tepat dan benar, dengan sendirinya pengarang harus mengetahui
benar setting yang dipakainya dalam cerita, pengarang harus banyak membaca
agar mengetahui kehidupan cerita yang akan digambarkan dalam cerita.”25
“Menurut Aminuddin memberi batasan setting sebagai latar peristiwa
dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki
fungsi fisikal dan fungsi psikologis.Menurut Abrams, mengemukakan latar cerita
adalah tempat umum (general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan
kebiasaan masyarakat (social circumtances) dalam setiap episode atau bagian-
bagian tempat.”26
Dia juga mengemukakan bahwa latar atau setting yang disebut
juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya persitiwa-persitiwa yang diceritanya.
“Menurut Kenny, mengungkapkan cakupan latar cerita dalam cerita fiksi yang
meliput penggambaran lokasi geografis, pemandangan, perincian perlengkapan
sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu
berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, sebuah tahun,
lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.”27
“Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu
seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca, dengan demikian, merasa
dipermudah untuk “mengoperasikan” daya imajinasinya, di samping
dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan
pengetahuannya tentang latar. Pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran,
ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih
akrab.Pembaca seolah-olah merasa menemukan dalam cerita itu sesuatu yang
sebenarnya menjadi bagian dirinya.hal ini akan terjadi jika latar mampu
mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan perwatakannya ke
dalam cerita.”28
Jadi, latar adalah tempat, waktu dan susana terjadinya peristiwa yang ada
di dalam cerita. Pengarang harus tahu bagaimana gambar cerita yang
akandiceritakan. Latar mencakup kedalam penggambaran lokasi geografis,
25
Ibid., h. 60. 26
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 149. 27
Ibid.
28
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h.217.
16
pemandangan, perincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan
sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim
terjadinya, sebuah tahun, lingkungan agama, moral, intelektual, social, dan
emosional para tokoh.
d. Alur/ Plot
“Menurut Stanton misalnya, mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang
berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara akrab,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Sedangkan menurut Kenny mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang
ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang
menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.”29
“Dan
menurut Abrams, alur adalah rangakian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
persitiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
suatu cerita.Ada berbagai pendapat tentang tahapan-tahapan persitiwa dalam suatu
cerita.“Menurut Aminuddin membedakan tahapan-tahapan persitiwa atas
pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.”30
Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau drama
yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang dikenalkan dari tokoh
ini, misalnya, nama, asal,ciri fisik, dan sifatnya. Konflik aatau tikaian adalah
ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam
cerita rekaan atau drama.Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri tokoh, antara
dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat atau lingkungannya, antara tokoh dan
alam, serta antara tokoh dan Tuhan.Ada konflik lahir dan konflik
batin.Komplikasi atau rumitan adalah bagian tengah alur cerita rekaan atau drama
yang mengembangkan tikaian.Dalam hal ini, konflik yang terjadi semakin tajam
karena berbagai sebab dan berbagai kepentingan yang berbeda dari setiap tokoh.
Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang melukiskan
puncak ketegangan, terutama di apndang dari segi tanggapan emosional
29Ibid, h. 113.
30
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 159.
17
pembaca.Klimaks merupakan puncak rumitan, yang diikuti oleh krisis atau titik
balik.Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks.Pada tahap ini
persitiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan lakuan ke arah
selesaian.Dan selesaian adalahtahap akhir suatu cerita rekaan atau drama.Dalam
tahap ini semua masalah dapat diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan; rahasia
dibuka. Ada dua macam selesaian: tertutup dan terbuka. Selesaian yang tertutup
adalah bentuk penyelesaian cerita yang diberikan oleh sastrawan.Selesaian
terbuka adalah bentuk penyelesaian cerita yang diserahkan kepada pembaca.
e. Gaya Bahasa
“Menurut Aminuddin, gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan
gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta
mampu menuntaskan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual
dan emosi pembaca. Dari segi kata, karya sastra menggunakan pilihan kata yang
mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif, sedangkan
kalimat-kalimatnya menunjukkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu
menuansakan keindahan dan bukan nuansa makna tertentu saja. Alat gaya
melibatkan masalah kiasan dan majas: majas kata, majas kalimat, majas pikiran,
majas bunyi.”31
“Seorang pengarang mungkin mempunyai gaya membawakan cerita-
ceritanya secara lembut, penuh perasaan, suka melukiskan hal-hal kecil tetapi
berarti, selalu memandang dunia ini dengan cerita kasih, ungkapan bahasanya
sopan, teratur, berirama, dan lembut, susana ceritanya pun juga penuh kelembutan
dan cinta kasih. Sebaliknya ada gaya pengarang yang pemberontak, penuh bahasa
yang keras, tegas dan susaana ceritanya penuh pergolakan.”32
Seorang pengarang
yang sudah berpengalaman akan mempunyai gayanya sendiri dalam mengolah
bahasanya ke dalam cerita agar disukai oleh pembaca.
“Stile, (style, gaya bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa,
atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan
31
Ibid, h. 158. 32
Jakob Sumardjo, Memahami Kesusastraan (Bandung: Penerbit Alumni, 1984), h. 62.
18
dikemukakan, Abrams. Stile ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti
pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi,
dan lain-lain. Makna stile, menurut Leech & Short, suatu hal yang pada umumnya
tidak lagi mengandung sifat kontroversial, menyaran pada pengertian cara
penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan
tertentu, dan sebagainya. Dengan demikian, stile dapat bermacam-macam
sifatnya, tergantung konteks di mana dipergunakan, selera pengarang, namun juga
tergantung apa tujuan penuturan itu sendiri.”33
f. Sudut Pandang/ Titik Pandang/ Point of View
“Titik pandang adalah tempat sastrawan memandang ceritanya.Dari
tempat itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu dengan
gayanya sendiri.”34
Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah
cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca yang
dikemukakan oleh Abrams. Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya
merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya.Segala sesuatu yang dikemukakan dalam
karya fiksi, memang, milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya terhadap
kehidupan.Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut
pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita.35
Macam-macam sudut pandang:
Sudut Pandang Persona
Ketiga (Dia)
Sudut Pandang Persona
Pertama (Aku)
Sudut Pandang
Campuran
Dia Mahatahu Aku Tokoh Utama -
33
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h.276. 34
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 151. 35
Burhan Nurgiyantoro. Op.Cit. h. 248.
19
Dia Terbatas Aku Tokoh Tambahan -
Dia Pengamat - -
g. Amanat/ Moral
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentangan nilai-nilai kebenaran, dan
hal itulah yang ingin disampaikan pembaca.“Moral dalam cerita, menurut Kenny
biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran
moral tertentu yang bersifat praktis, ang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat
cerita yang bersangkutan oleh pembaca.Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja
diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masaah
kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan.
Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan
modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan cerita
itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.”36
“Amanat adalah gagasan yang
mendasari karya sastra: pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
atau pendengar. Di dalam karya sastra modern amanat ini biasanya tersirat; di
dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat.”37
C. Hakikat Karakter
1. Pengertian Karakter
Akar kata “karakter” berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu
“kharakter,” “kharassein,” dan “kharax,” yang memiliki makna “tool for
marking,” “to engrave,” dan “pointed stake.”Pada abad ke-14 kata ini mulai
banyak digunakan ke dalam bahasa Prancis sebagai “caractere”.Ketika masukn
ke dalam bahasa Inggris, kata “caractere” berubah menjadi “character.”
Selanjutnya, dalam bahasa Indonesia kata “character” ini menjadi “karakter.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter memiliki arti tabiat, sifat-
36
Ibid.,h. 321. 37
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 162.
20
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang
lain.
“Menurut Thomas Lickona (dalam Agus dan Hamrin) karakter itu
merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral.Sifat
alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,
jujur, bertanggung jawab, menghormati dan menghargai orang lain, dan karakter-
karakter mulia lainnya.”38
Setiap orang memiliki karakter yang dapat berbeda-beda
dengan yang lainnya.Karakter dapat dikatakan sebagai penanda
seseorang.“Sedangkan menurut Tadzkiroatun Musfiroh (dalam Nurla), karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills).”39
Seseorang yang memiliki karakter
yang baik akan terlihat dari dirinya yang sadar untuk berbuat yang terbaik atau
unggul, serta mampu bertindak sesuai dengan potensi dan kesadarannya. Karakter
atau karakteristik adalah perkembangan positif dalam hal intelektual, emosional,
social, etika, dan perilaku.
“Karakter menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Agus dan Hamrin) adalah
sebagai sifatnya jiwa manusia mulai dari angan-angan hingga terjelma sebagai
tenaga. Dengan adanya budi pekerti , lanjut Ki Hajar Dewantara, manusia akan
menjadi pribadi yang merdeka sekaligus berkeprinadian, dan dapat
mengendalikan diri sendiri (mandiri, zelfbeheersching).”40
“Menurut Gordon W. Allport karakter merupakan suatu organisasi yang
dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan
pemikiran individu secara khas.Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku
manusia. Karakter bukan sekedar sebuah kepribadian (personality) karena
karakter sesungguhnya adalah kepribadian yang ternilai (personality
evaluated).”41
38
Agus Wibowo, dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter : Strategi Membangun
Kompetensi & Karakter Guru (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 42. 39
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah
(Jogjakarta: Laksana, 2011), h. 19. 40
Agus dan Hamrin.Loc.Cit.
41
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Familia, 2011), h. 1-2.
21
“Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, dan watak.”42
“Senada dengan pengertian karakter, Suyono, dalam
waskitamandiribk.wordpress.com, menulis bahwa karakter adalah cara berpikir
dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.”43
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mencoba untuk memakai
pernyataan seorang yang bernama Suyono karena beliau menyatakan bahwa
karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara.
D. Hakikat Guru
1. Pengertian Guru
“Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti
orang yang mengajar. Dengan demikian, orang-orang yang profesinya mengajar
disebut guru. Baik itu guru di sekolah maupun di tempat lain.”44
Dalam paradigma
Jawa, pendidik diidentikan dengan (gu dan ru) yang berarti “digugu dan ditiru”.
Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru mempunyai seprangkat ilmu yang
memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam
melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru mempunyai
kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan
panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya. “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”45
42Aunillah. Loc.Cit.
43
Akhmad Muhamimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi
Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), h. 16.
44
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan (Surabaya : Jaringpena, 2011), h. 1.
45
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 54.
22
“Dalam pengertian sederhana yang dikemukan oleh Syaiful, guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam
pendangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-
tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di
mesjid, di surau (musala, di rumah, dan sebagainya.”46
Masyarakat memberikan
kepercayaan yang harus diemban oleh guru, maka dari itu guru diberikan tugas
dan tanggung jawab yang berat.“Dalam buku “Menjadi Guru Inspiratif,” Ahmad
Fuadi berpendapat bahwa baginya guru yang baik bagai petani.Mereka
menyiapkan bahan dan lahan belajar di kelas, memelihara baik-baik bibit penerus
bangsa, menyiram mereka dengan ilmu dan memupuk jiwa mereka dengan
karakter yang luhur. Bila tiba masa kelulusan, guru akan tersenyum bahagia ketika
anak didiknya meninggalkan sekolah, tumbuh besar, dan memberi manfaat buat
oaring lain. Guru yang ikhlas adalah petani mencetak peradaban.”47
“Mahmud Khalifah menuliskan (2009) tentang guru yang dirindukan:
„Guru adalah orang yang bersamudrakan ilmu pengetahuan. Ia adalah cahaya yang
menerangi kehidupan manusia, ia adalah musuh kebodohan, dan penghapus
kejahiliyahan. Ia juga mencerdaskan akal dan mencerahkan akhlak.‟”48
Guru
merupakan orang yang berhak mendapat penghargaan dan penghormatan. Sebagai
seorang pengajar dan juga pendidik, maka guru berada di garis depan. Guru
mampu memberikan nilai lebih. Guru tidak sama dengan profesi-profesi lainnya.
Itu karena, guru bisa menentukan masa depan anak didiknya. Bahkan gurulah
yang mampu membangun sebuah bangsa menjadi lebih bermartabat.Oleh karena
itu, sebaiknya seorang guru harus lebih diperhatikan lagi kehidupannya.
Seorang guru haruslah memiliki empat kompotensi.Keempat kompetensi
itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional, dan kompetensi sosial.“Melalui keempat kompetensi yang
dimilikinya tersebut harus menjadi panutan dan mampu membangun karakter dan
46
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), h. 31. 47
A. Fuadi, dkk.,Menjadi Guru Inspiratif: Menyemai Bibit Bangsa (Yogyakarta: PT
Bentang Pustaka, 2012), h. 1-2.
48
_____________, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 9 Universitas
Negeri Jakarta (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2012), h. 4.
23
jati dirinya. Sebagaimana visi guru yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara, bahwa
seorag pendidik itu hendak mempunyai kepribadian: di depan menjadi teladan, di
tengah membangun karsa, dan di belakang memberi dorongan, tutu wuri
handayani.”49
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahawa guru adalah
suatu profesi yang memiliki tugas utama seperti mendidik, membimbing,
mengarahkan, mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik baik itu
pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah. Guru harus mampu
memahami hakikat dirinya dalam mengemban amanah suci untuk mencerdaskan
anak bangsa.
2. Syarat-Syarat Menjadi Guru
Pekerjaan menjadi seorang pendidik tidaklah mudah, tetapi merupakan
tugas yang mulia.Tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. Guru
berusaha membimbing anak didiknya agar menjadi manusia yang berguna bagi
nusa dan bangsa di kemudian hari. Sebagai guru (pendidik) yang harus memenuhi
syarat-syarat yang di dalam “Undang-Undang no, 12 tahun 1954 tentang Dasar-
Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada pasal
15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut: “„Syarat utama untuk menjadi guru,
selain ijazah dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah
sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan pengajaran seperti
yang dimaksud dalam pasal 3, pasal 4, dan pasal 5 udang-undang ini.‟ Dapat
disimpulkan, maka syarat-syarat untuk menjadi guru adalah sebagai berikut: (a)
berijazah, (b) sehat jasmani dan rohani, (c) takwa kepada Tuhan YME dan
berkelakuan baik, (d) bertanggung jawab, dan (e) berjiwa nasional.”50
“Selain itu, menurut Oemar Hamalik dalam bukunya “Proses Belajar
Mengajar” menjelaskan bahwa syarat-syarat menjadi guru adalah sebagai berikut:
(1) harus memiliki bakat sebagai guru, (2) harus memiliki keahlian sebagai guru,
49
Kirania Maida, Kitab Suci Guru: Motivasi Pembakar Semangat untuk Guru
(Yogyakarta: Araska, 2012), h. 16. 50
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidkan Teoretis dan Praktis (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 139.
24
(3) memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi, (4) memiliki mental yang
sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas,
(7) guru adalah manusia berjiwa Pancasila, dan (8) guru adalah seorang warga
negara yang baik.”51
“Sedangkan menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-
kawan (dalam Syaiful Bahri Djamarah) tidak sembarangan, tetapi harus
memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah ini: (1) takwa kepada Allah
SWT, (2) Berilmu, (3) sehat jasmani, dan (4) berkelakuan baik.”52
3. Kompetensi Guru
Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1, butir c, adalah
sebagai berikut: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melakukan tugas.” Selanjutnya jenis kompetensi guru tersebut lebih ditegaskan
pada pasal 10: (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (2) Ketentuan
lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
“Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.”53
“Menurut Zakiah
Daradjat, kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat
atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau
bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya,
ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau
masalah, baik yang ringan maupun yang berat.”54
51
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 118. 52
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), h. 32.
53_________________, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 9 Universitas
Negeri Jakarta (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2012), h. 10.
54 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), h. 9.
25
Menjadi guru harus memiliki pribadi yang baik, perasaan dan emosinya
tidak goyah. Karena, bila emosinya tidak stabil maka dia akan mudah marah,
cemas, pemurung, penakut, dan penyedih. Pribadi peserta didiknya akan ikut-
ikutan tidak stabil dan mudah terombang - ambing, karena pertumbuhan jiwanya
masih dalam keadaan yang tidak stabil. Emosi yang tidak stabil itu juga akan
membuat peserta didik kurang paham akan pelajaran yang akan diajarkan karena
konsentrasinya diganggu oleh perasaannya yang tidak stabil. Dan, bila guru itu
pemarah dan kasar kepada peserta didiknya, maka peserta didikya akan
menyebabkan ketakutan, ketakuan itu dapat berkembang menjadi kebencian.
Apabila peserta didik membenci gurunya, maka dia tidak akan berhasil mendapat
bimbingan dan pendidikan dari guru tersebut, selanjutnya ia akan menjadi bodoh
walaupun dia memiliki kecerdasan yang tinggi.
Penampilan lain dari kepribadian seorang guru pada umumnya adalah
tingkah laku dan moralnya. Bagi peserta didk yang umurnya masih kecil
beranggapan guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam
pertumbuhannya, dan guru juga merupakan orang pertama setelah orang tua yang
memiliki pengaruh dalam pembinaan kepribadian peserta didik.Apabila dia dia
bertemu dengan guru yang bertingkah laku tidak baik, maka rusaklah akhlak
peserta didik tersebut karena peserta didik mudah terpengaruh oleh orang
dikaguminya.Bisa juga peserta didik menjadi cemas dan gelisah karena dia
menumukan contoh yang berlawanan dengan orang tuanya di rumah selama ini.
Guru harus memperlakukan dan mencurahkan perhatian yang sama atau
adil terhadap peserta didik lainnya. Karena sikap pilih kasih yang ditunjukkan
oleh guru akan dengan cepat dirasakan oleh peserta didik. Semua peserta didik
mengharapkan perhatian dan kasih sayang gurunya. Guru tidak boleh membenci
peserta didiknya karena alasan kelakuannya yang nakal atau kurang baik. “Guru
yang memilki kepribadian yang bijaksana tidak akan membeci peserta didiknya
yang nakal. Dia akan memperhatikannya dan berusaha mengetahui latar belakang
peserta didiknya. Selanjutnya berusaha memperbaikinya secara individual
26
mungkin dengan mengajaknya bicara di kantor atau di luar jam sekolah bahkan
menghubungi orang tuanya dan sebagainya.”55
4. Peran Guru
Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa
saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru.Semua peranan yang diharapkan
dari guru diuraikan di bawah ini.
(1) korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana
nilai yang buruk; (2) inspirator, guru harus dapat memberikan ilham
yang baik bagi kemajuan belajar anak didik; (3) informator, guru harus
dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan, dan
teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran, untuk setiap mata pelajaran
yang telah diprogramkan dalam kurikulum: (4) organisator, guru
memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata
tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya; (5)
motivator, guru hendaknya mendorong anak didik agar bergairah dan
aktif belajar;(6) inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide
kamajuan dalam pendidikan dan pengajaran;(7) fasilitator, guru
hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memugkinkan
kemudahan kegiatan belajar anak didik, (8) pembimbing, kehadiran
guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi
manusia dewasa susila yang cakap; (9) demonstator, untuk pelajaran
yang sukar dipahami anak didik, guruharus berusaha dengan
membantunya dnegan cara memperagakan apa yang diajarkan secara
didaktis; (10) pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas
dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik
dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru; (11)
mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan
jenisnya, baik media nonmaterial maupun material; (12) supervisor,
guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara
kritis terhadap prosese pengajaran; dan (13) evaluator, guru dituntut
untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang menyentyk aspek ekstrinsik dan
intrinsik.56
Pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh Adams & Dickley
bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi: guru sebagai pengajar
55 Zakiah, Op.Cit,.h. 12.
56Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), h. 43.
27
(teacher as aninstructor), guru sebagai pembimbing (teacher as a counselor),
guru sebagai ilmuan (teacher as a scientist), dan guru sebagai pribadi (teacher as
a person). “Bahkan dalam arti yang lebih luas, dimana sekolah
merupakan/berfungsi juga sebagai penghubung antara ilmu dan teknologi dengan
masyarakat, dimana sekolah merupakan lembaga yang turut mengembangkan
tugas memodernisasi masyrakat dan di mana sekolah turut secara aktif dalam
pembangunan. Maka dengan demikian peranan guru menjadi lebih luas, meliputi
juga: (a) guru sebagai penghubung (teacher as a communicator), guru sebagai
modernisator, dan guru sebagai pembangun (teacher as a constructor).”57
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran seorang
guru tidak hanya membimbing dan mendidik tapi lebih dari itu yaitu: korektor,
fasilitator, motivator, inspirator, supervisor, demonstrator, informator, evaluator,
mediator, pengelola kelas, inisiator, organisiator, dan pembimbing. Selain itu
peran guru juga sebagai penghubung, modernisator, pembangun, pengajar,
pembimbing, ilmuan, dan sebagai pribadi.
5. Sifat atau Kriteria Guru Ideal (Baik)
Imam Ghozali memandang bahwa pekerjaan sebagai guru lebih mulia
dibandingkan lainnya.Untuk itu beliau memberikan kriteria bagi seorang guru.
Imam Al-Ghozali mengklasifikasikan sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki olh
seorang guru adalah: (1) Rasa cinta terhadap murid, (2) Ikhlas dalam menjalankan
tugas, (3) Lapang jiwa dan kemuliaan, (4) Dapat memberi petunjuk dan nasehat
kepada anak didiknya, (5) Berpegang teguh terhadap prinsip serta
melaksanakannya. Guru bukan pekerjaan pelarian. Guru bukan pekerjaan asal
mau. Guru yang diserahi tugas mengajar secara umum memiliki kriteria yang
cerdas, sehat akal, memiliki akhlak yang baik, dan kuat fisiknya. “Selain sifat-sifat
secara umum, Imam Ghozali memberikan sifat-sifat guru ideal, sebagaimana yang
ditulis Dr. H. Abuddin Nata, MA dalam bukunya, Pemikiran Para Tokoh
Pendidikan Islam. Sifat-sifat tertentu sebagai berikut:
57
Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan (Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 71.
28
1. Seorang guru harus memiliki sifat kasih sayang.
2. Seorang guru tidak terlalu banyak menuntut upah.
3. Seorang guru harus membangun komunikasi yang harmonis sesama reka
kerja.
4. Seorang guru menggunakan pendekatan ramah guru ramah anak, penuh
simpatik, tidak menggunakan kekerasan, cacian kepada anak.
5. Seorang guru harus bisa memberikan teladan yang baik di depan
muridnya.
6. Seorang guru harus memiliki prinsip mengakui ada perbedaan potensi dan
kecerdasan yang dimiliki murid secara individual, dan memperlakukannya
sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki murid tersebut.
7. Seorang guru memahami bakat, tabiat, keiiwaan muridnya sesuai dengan
tingkat perbedaan usianya.
8. Seorang guru harus bisa menjadi model, apa yang diucapkan harus sesuai
dengan perbuatannya.”58
Menurut Gilbert H. Hunt dalam bukunya Effective Teaching menyatakan
bahwa guru yang baik itu harus memanuhi tujuh criteria (dalam buku Dede
Rosyada), yaitu:
sifat yang baik harus dimiliki oleh seorang guru; pengetahuan yang
memadai dalam mata pelajaran yang diampunya, dan mengaikuti
kemajuan dalam bidang ilmunya; apa yang disampaikan harus menjamin
bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang
diharapkan siswa (anak didiknya) secara maksimal; bagaimana mengajar
mengenai penjelasan tetang informasi yang dijelaskan haruslah jelas, dan
terang, memberikan layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara
momentum, menggunakan kelompok kecil secara efektif, mendorong
semua siswa (anak didik) untuk berpartisipasi, dan melibatkan anak didik
dalam pengajaran sebaya; harapan; reaksi guru terhadap siswa (anak
didik), harus bisa menerima resiko, dan tantangan, selala memberikan
dukungan kepada siswanya (anak didik); management, harus mampu
menunjukkan keahlian dalam perencanaan, dll.59
58
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan (Surabaya: Jaringpena, 2011), h. 3-4. 59
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrasi “Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan”(Jakarta: Kencana, 2004), h. 113-114.
29
Ibn Sina memberikan konsep tentang guru yang baik.menurutnya guru
yang baik adalah guru yang cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak,
cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari kata berolok-olok
dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih
dan senantiasa suci.60
“Selain itu sifat guru yang ideal (baik) adalah seorang guru haruslah adil,
misalnya memperlakukan siswanya (anak didik) harus dengan cara yang sama;
percaya dan suka kepada murid-muridnya (anak didik), bahwa guru harus
mengakui dan menginsafi bawa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai
kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya
yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk mencegah perbuatan yang buruk;
sabar dan rela berkorban; memiliki perbawa (gezag) terhadap anak-anak;
penggembira, guru hendaklah memiliki sifat suka tertawa dan suka memberi
kesempatan tertawa kepada murid-muridnya (anak didik) sifat ini berguna untuk
memikat perhatian anak-anak (anak didik) pada waktu mengajar agar anak-anak
(anak didik) tidak cepat merasa bosan dan lelah; bersikap baik terhadap guru-guru
lainnya, setiap guru harus menjaga nama baik dan kehormatan teman sejawatnya;
bersikap baik terhadap masyarakat; benar-benar menguasai mata pelajarannya;
suka kepada mata pelajaran yang diberikannya; dan berpengetahuan luas.”61
“Sementara itu, dengan mengadaptasi teori Peter G. Beidler, dalam buku
Inspiring Teaching yang diedit oleh John K. Roth, terdapat sepuluh (10) criteria
guru yang baik (dalam Dede Rosyada), yaitu seorang guru yang baik harus benar-
benar berkeinginan untuk menjadi guru yang baik, seorang guru yang baik berani
mengambil resiko, seorang guru yang baik memiliki sifat positif, seorang guru
yang baik selalu tidak pernah punya waktu yang cukup, guru yang baik berpikir
bahwa mengajar adalah sebuah tugas menjadi orang tua siswa (anak didik), guru
yang baik harus selalu mencoba membuat siswanya (anak didik) percaya diri,
seorang guru yang baik juga selalu membuat posisi tidak seimbang antar siswa
(anak didik) dengan dirinya, seorang guru yang baik selalu mencoba memotivasi
siswa-siswanya untuk hidup mandiri, seorang guru yang baik tidak percaya penuh
terhadap evaluasi yang diberikan siswanya, dan seorang guru yang baik senantiasa
mendengarkan terhadap pernyataan-pernyataan siswanya (anak didik).”62
60Sulhan.Loc.Cit.
61M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidkan Teoretis dan Praktis (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 143-148. 62
Rosyada, Op. Cit., h. 115-117.
30
Seorang guru harus memiliki sifat yang baik, karena guru merupakan suri
tauladan bagi peserta didik. Peserta didik akan mencontoh sikap, prialaku, sifat,
serta gaya dalam berpenampilan pada saat di sekolah. Maka dari itu, semua hal itu
mesti diperhatikan. Karena masih banyaknya masalah yang harus diperbaiki,
terutama pada masalah membangun mental bangsa yang sehat, membangun
karakter bangsa yang akan membawa kedamaian. Masalah yang berhubungan
dengan pendidikan adalah beban berat yang mesti dipanggul oleh semua guru.
Perilaku guru yang tidak baik, korupsi yang terjadi di lingkungan pendidikan,
premanisme yang berkembang di sekolah. Hal itu membuat orang tua peserta
didik dan masyarakat kecewa mendengarnya.Hendaknya, perilaku guru dapat
memberikan pengaruh baik kepada peserta didiknya, yang dapat mempengaruhi
dan merubah kehidupan anak ke arah yang lebih baik.
“Sedangkan menurut Fu‟ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub dalam bukunya
yang berjudul Al-Mu’allim al- Awwal (Qudwah Likulli Mu’allim wa Mu’allimah)
yang diterjemahkan oleh Jamaluddin dengan edisi Indonesia “Begini Seharusnya
Menjadi Guru: Panduan Lengkap Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah SAW”,
yaitu: mengikhlaskan ilmu untuk Allah, jujur, serasi anatar ucapan dan perbuatan,
bersikap adil dan tidak berat sebelah, berakhlak mulia dan terpuji, tawadhu‟,
pemberani, bercanda bersama anak didiknya, sabar dan menahan emosi,
menghindari perkataan keji yang tidak pantas, dan berkonsultasi dengan orang
lain.”63
Sifat-sifat atau karakteristik guru-guru yang disenangi oleh murid adalah
guru-guru yang demokratis, suka bekerja sama, baik hati, sabar, adil, konsisten,
bersifat terbuka, suka menolong, ramah-tamah, suka humor, memiliki bermacam
ragam minat, menguasai bahan pelajaran, fleksibel, dan menaruh minat yang baik
kepada siswa.64
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada sifat atau
karakter yang ideal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.Karakter tersebut
63
Jamaluddin, Begini Seharusnya Menjadi Guru: Panduan Lengkap Metodologi
Pengajaran Cara Rasulullah SAW (Jakarta: Darul Haq, 2008), h. 5-49.
64 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 62.
31
dapat menimbulkan peserta didik tersebut menyukai diri kita tapi ada juga peserta
didik yang tidak menyukai kita karena prilaku kita sendiri yang menyebabkan
peserta didik tersebut tidak menyukai kita.
E. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah
karya ilmiah. Pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal, akan tetapi
umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Hal ini bertujuan sebagai titik tolak
untuk mengadakan suatu penelitian.Oleh karena itu, dirasakan perlu sekali
meninjau penelitian yang telah ada. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini akan
dipaparkan beberapa penelitian relevan yang telah dimuat dalam bentuk skripsi
yang menyinggung tentang nilai-nilai moral sebagai acuan dalam penelitian ini,
diantaranya adalah penelitian (skripsi, tesis, ataupun jurnal) sebagai berikut.
Penelitian Lucky Maulana Hakim (2012) dengan judul “The great
Teacher: Mendedah Aspek-Aspek Kepribadian Guru Ideal dan Pembentukan
Perilaku Siswa dalam Novel “Pertemuan Dua Hati” Karya NH. Dini” yang
membahas mengenai tentang aspek-aspek kepribadian guru ideal terhadap
pengelolaan perilaku dalam novel “Pertemuan Dua Hati” karangan Nh. Dini.
Meskipun penelitian ini merupakan analisis terhadap sebuah karya sastra yang
ditulis lebih dari satu decade yang lalu, tetapi pemikiran, pandangan den persepsi
imajinatif Nh. Dini dalam karyanya “Pertemuan Dua Hati” sangat relevan konteks
situasinya dewasa ini. Novel ini menjelaskan sekaligus mempresentasikan bahwa
tugas utama seorang guru (pendidik sejati) adalah mampu mengubah perilaku,
sikap, dan kebiasaan buruk siswa menjadi perilaku dan sikap yang
baik.Kepribadian unggul adri seorang guru ideal merupakan poin yang sangat
penting dalam memahami bagaimana sejatinya menjadi seorang
pendidik.Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan mendasarkan
pada isi teks yang terdapat dalam novel “Pertemuan Dua Hati” karangan
NH.Dini.65
65 Lucky Maulana Hakim, The Great Teacher: Mendedah Aspek-Aspek Kepribadian
Guru Ideal dan Pembentukan Perilaku Siswa dalam Novel “Pertemuan Dua Hati” Karya Nh.
Dini, Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol. 2, No 1. Mei 2012, h.1.
32
Selanjutnya penelitian Habibah (2012) yang berjudul “Penokohan Guru
dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” yang membahasa
permasalahan pendidikan yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata dengan menyoroti penokohan guru dan mengapresiasi setiap
langkah yang dihasilkan oleh Bu Mus dan Pak Harpan dalam mendidik peserta
didiknya dengan pendidikan pedagogik dan pendidikan budi pekerti. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif, dilanjutkan dengan membaca novel
Laskar Pelangi secara cermat, terarah, teliti, dan mengambil kutipan yang
berkaitan tentang penokohan Pak Harfan dan Bu Mus.66
Penelitian Iim Hilman (2010) yang berjudul “Profil Guru Ideal (Studi
Tokoh Muslimah dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata) akan
berfokus membahas Profil Guru Ideal, yang studi pembahasannya tertuju pada
tokoh Muslimah dalam novel Laskar Pelangi. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kepustakaan (library research) dan objek penelitian ini adalah idealism
Muslimah sebagai seorang guru dalam novel Laskar Pelangi.67
Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Analisis Karakter Tokoh
Pendidik yang Terdapat dalam Novel Dunia Kecil Karya Yoyon Indra Joni”
belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Skripsi ini membahas tentang
karakter tokoh pendidik yang terdapat di dalam novel Duni Kecil karya Yoyon
Indra Joni.Dalam skripsi ini menggunakan pendekatan sturktural.Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif.Adapun persamaan skripsi ini dengan
skripsi dan jurnal dari peneliti adalah terletak pada objek penelitian, yaitu sama-
sama mengkaji tentang karakter tokoh pendidik.Sedangkan perbedaannya terletak
pada subjek penelitian, yaitu penulis mengkaji novel Dunia Kecil karya Yoyon
Indra Joni.
66 Habibah, Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata,”
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 41.
67
Iim Hilman, “ Profil Guru Ideal (Studi Tokoh Muslimah dalam Novel Laskar Pelangi
Karya Andrea Hirata),” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2010, h.
9,tidak dipublikasikan.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.Penelitian
kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil
analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka – angka atau
koefisien tentang.Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah,
data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara inilah yang
mendorong motode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada
gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan.“Dalam penelitian
karya sastra, misalnya, akan dilibatkan pengarang, lingkungan sosial di mana
pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya.”1“Metode
kualitatif sebagai produser penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.”2Paparan data yang disajikan dalam penelitian ini ditegaskan dalam
bentuk lampiran table pemaparan data yang diperoleh dari pemahaman makna
yang terdapat pada setiap kata, kalimat, paragraf, teks dan juga unsur
pengembangan karya sastra. Pemahaman makna secara keseluruhan, dilakukan
penafsiran dan pengkategorian data yang terkandung dalam novel Dunia Kecil,
yang selanjutnya data-data tersebut dianalisis berdasarkan pengkategoriannya.
“Metode kualitatif mempunyai sebelas ciri, yaitu: (1) latar pelaksanaan
penelitian kualitatif adalah alamiah, sesuai dengan konteks yang alami; (2)
instrument penelitian kualitatif adalah manusia atau peneliti; (3) ada tiga metode
yang diterapkan oleh peneliti kualitatif, yaitu: (a) pengamatan: (b) wawancara; (c)
telaah dokumen; (4) metode menganalisis data dalam penelitian ada dua, yaitu
deduktif (diterapkan dalam penelitian kualitatif) dan induktif (diterapkan pada
penelitian alamiah); (5) menurut penelitian kualitatif, teori lahir dari data, bukan
teori melahirkan data; (6) deskriptif adalah sifat data penelitian kualitatif. Wujud
datanya berupa deskriptif objek penelitian; (7) proses lebih dipentingkan dalam
penelitian kualitatif; (8) batas ditentukan oleh fokus dalam penelitian kualitatif;
1 Nyoman. Kutha Ratna, S.U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dan
Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 47. 2 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 30.
34
(9) validitas, reliabilitas, dan objekvitas penelitian kualitatif berbeda dengan
kuantitatif; (10) desain penelitian kualitatif bersifat sementara; (11) hasil
penelitian berupa pengertian dan interpretasi yang dihasilkan melalui kesepakatan
sumber data dan informan.”3
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua ciri, yaitu: instrument
penelitian kualitatif adalah manusia atau peneliti manusia sebagai alat atau
instrumen, maksudnya peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama dan ciri kedua, deskriptif, yakni data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, dan penelitian kualitatif, teori lahir dari data,
bukan teori melahirkan data. Peneliti terlibat secara penuh dan aktif dalam
mengapresiasi isi novel dan menemukan data-data utama yang menunjukkan
pada permasalahan sesuai dengan rumusan masalah.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)
yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun data
dari berbagai literatur. Data dan informasi diperoleh dengan bantuan berbagai
macam data kepustakaan berupa buku, majalah, jurnal, dan beberapa tulisan lain
yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Subjek penelitian
ini adalah novel karya Yoyon Indra Joni.Objek penelitian ini adalah karakter guru
seorang guru dalam novel Dunia Kecil.
“Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
struktural atau pendekatan objektif.Pendekatan struktural, bertolak dari asumsi
dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang
harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain
yang berada di luar dirinya, hal yang harus dikaji dan diteliti adalah aspek yang
membangun karya tersebut, seperti, tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan,
dan gaya bahasa.”4
C. Data dan Sumber Data
Data dikumpulkan dengan banyak cara seperti observasi, wawancara,
dokumentasi, dan merekam dengan menggunakan tape dan lain-lain, yang
3Ibid.
4 M. Atar Semi, MetodePenelitianSastra (Bandung: CV Angkasa, 2012), h. 84.
35
biasanya diproses sebelum semuanya siap digunakan. Data pada dasarnya adalah
bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari dunia yang dipelajarinya. Dengan
demikian, data verbal dapat difahami baik melalui alur peristiwa secara
kronologis, narasi, maupun dialog yang dituangkan Yoyon Indra Joni dalam
novelnya Dunia Kecil harus disikapi sebagai kesatuan tutur yang lebih lengkap
berupa kata, kalimat, serta paragraph sehingga membentuk suatu wacana yang
utuh.
Adapun sumber data yang ada dalam penelitian, menggunakan dua
sumber, yaitu data primer dan data sekunder.
Sumber data primer merupakan sumber data yang berlangsung dari sumber data
oleh penyelidik untuk keperluan penelitian.Sumber data primer dalam penelitian
ini adalah novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni yang diterbitkan oleh Diva
Press.
Sumber data sekunder merupakan data pelengkap yang digunakan dalam
penelitian ini misalnya makalah, karya-karya tulis ilmiah, buku-buku, artikel-
artikel di media massa, artikel-artikel di situs internet (online) yang berkaitan
dengan objek penelitian. Data yang diambil adalah data yang berhubungan dengan
penelitian ini sebagai pelengkap dan penunjang.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian sastra adalah pokok atau topic penelitian sastra.Objek
penelitian dapat berupa individu, benda, bahasa, karya sastra, budaya, perilaku
dan sebagainya.Objek dalam penelitian ini adalah karakter tokoh guru dalam
novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni.
E. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitia
adalah sebagai berikut: (1) teknik observasi, (2) teknik komunikasi, (3) teknik
pengukuran, (4) tekinik wawancara, dan (5) teknik telaah dokumen. Dari kelima
teknik pengumpulan data tersebut, peneliti menggunakan teknik telaah dokumen
atau biasa disebut dengan studi dokumentasi. Dokumentasi berasal dari kata
36
dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Keuntungan telaah dokumen ini
ialah bahwa bahan itu telah ada, telah tersedia dan siap pakai. Menggunakan
bahan ini tidak memerlukan biaya, hanya memerlukan waktu untuk
mempelajarinya. Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila
dianalisis dengan cermat yang berguna bagi penelitian yang dijalankan.Dalam
melaksanakan studi dokumentasi ini peneliti memilih novel Dunia Kecil sebagai
bahan dalam pengumpulan data tersebut.
Langkah yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data yaitu penulis
membaca novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni secara keseluruhan,
kemudian mempelajari hal-hal yang terdapat dalam novel yang berhubungan
dengan objek penelitian.
F. Teknik Validitas Data
Validitas data atau keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mengunpulkan data dengan berbagai teknik yang benar-benar sesuai dan
tepat untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitian. Ketepatan
data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan sumber data dan teknik
pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya.
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
peneliti, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya.Oleh karena itu, setiap
penelti harus bias memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang diperolehatauditemukannya.Cara
pengumpulan data dengan beragam tekniknya yang harus benar-benar untuk
menggali atau mencari data yang benar-benar diperlukan bagi penelitiannya.
G. TeknikAnalisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Hal
ini kita lakukan ketika menganalisis menurut pengertian ini adalah data diurutkan,
dikelompokkan sesuai dengan pola, kategori, dan satuannya. Dengan aktivitas
analisis, diharapkan dapat menemukan kaidah-kaidah atau aturan-aturan.
37
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis
konten. Analisis konten merupakan model kajian sastra yang tergolong baru.
“Analisis konten digunakan apabila si peneliti hendak mengungkap, memahami
dan mengungkap pesan karya sastra.”5
Komponen penting dalam analisis konten adalah adanya masalah yang
dikonsultasikan lewat teori. Itulah sebabnya, karya sastra yang akan dibedah
lewat content analysis harus memenuhi syarat-syarat: memuat nilai-nilai dan
pesan yang jelas.
“Prosedur analisis konten dalam bidang sastra hendaknya memenuhi syarat-
syarat: (a) teks sastra perlu diproses secara sistematis, menggunakan teori yang
telah dirancang sebelumnya, (b) teks tersebut dicari unit-unit analisis dan
dikategorikan sesuai acuan teori, (c) proses analisis harus mampu
menyumbangkan kepemahaman teori, (d) proses analisis mendasarkan pada
deskripsi, dan (e) analisis dilakukan secara kualitatif.”6Adapun langkah awal
dalam menganalisis novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni dalam penelitian
ini adalah dengan pembacaan awal.Menganalisis pengertian karakter dan karakter
yang harus dimiliki oleh guru.
5Suwardi Endarswara, Metodologi Penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka Widyatama,
2003), h. 160. 6Ibid., h. 162.
38
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Biografi Yoyon Indra Joni
Yoyon Indra Joni adalah seorang guru matematika dan penulis yang
mengajar di SMAN 3 Bengkulu Selatan..Ia lahir di Sumatera Barat, lebih 32 tahun
lalu. Tepatnya pada 6 Februari 1981 di sebuah negeri kecil yaitu Koto Taratak,
Pesisir Selatan.Tahun 1994, ialuluskan di SDN 47 Koto Taratak. Kemudian, ia
melanjutkan pendidikandi SMPN 2 Lembang Jaya Solok dan lulus tahun 1997.
Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Lembang Jaya Solok dan
lulus tahun 2000. Setelah ia tamat SMA, ia langsung melanjutkan kuliah di
Jurusan Matematika di Universitas Negeri Padang dan lulus tahun 2005. Pemuda
yang biasa dipanggil Yoyon ini memiliki hobi membaca, menulis, dan bercerita.
Beberapa tulisan yang sudah diterbitkan di antaranya: “Dunia Kecil (Oktober
2012, Diva Press), Puisi Hati (Desember 2012, Diva Press), dan Pelangi Itu Indah
(Februari 2013, Diva Press).”
B. Sinopsis
Cerita ini berkisah tentang masa kecil dan mimpi.Di sebuah pelosok negeri
yang tidak juga berkenan muncul di peta, peserta didik SD Koto di Nagari
Taratak, Padang, mereka menjalani kehidupan di sana. Ada Asrul yang gemar
duduk di lapau demi mendengarkan percakapan orang dewasa hingga tanpa sadar
ia pun paham gelagat orang lain. Ada pula Ikal yang berjuang menghafal isi buku
IPA untuk menghadapi diskusi yang mempertaruhkan kebutuhan pangan.Epon
yang mencoba mengamalkan pakasiah saat menghadapi cinta pertama.
Bersama kawan-kawan sekelas lainnya, mereka belajar tentang
persahabatan, kasih sayang, tanggung jawab, perpisahan, dan perjuangan.Masing-
masing berproses hingga akhirnya potensi terpendam mereka pun muncul.Sebuah
pengalaman yang membentuk karakter mereka.
39
Kenakalan kecil pun sering terjadi, mulai dari merubah nilai rapor,
bertengkar dengan teman yang mengakibatkan mereka tinggal kelas sampai
menyembuyikan buku catatan teman-teman.Tapi kenakalan itu masih dalam batas
kewajaran yang dilakukan oleh anak sekolah dasar.Di balik kenakalan mereka
tersimpan semangat dan kehebatan atau kemampuan yang dimiliki setiap
anak.Seperti aku yang memiliki kemampuan dalam memahami gelagat orang-
orang, Empus yang ahli dalam pelajaran matematika, Ikal yang jago dengan
pelajaran IPA, Ijap dan Idul sangat terobsesi dengan mata pelajaran Bahasa
Indonesia.Mereka selalu menciptakan akronim yang tidak sesuai. Akibat
kelakukan mereka yang sering membuat akronim aneh, lalu ditegur oleh Bu Ema,
guru bahasa Indonesia. Ijal yang ahli dalam mata pelajaran IPS, berawal hasil
karya peta Sumatera yang dipajang di dinding kelas.dan Awir yang hafal semua
lagu nasional.
Akhir cerita, mereka harus berpisah untuk melanjutkan cita-cita
mereka.Ada rasa sedih di hati mereka, karena selama enam tahun mereka
bersama.Mereka dinyatakan lulus dalam ujian akhir sekolah yang waktu itu
bernama EBTANAS.Usai dari pengumuman kelulusan, Deli memberi ide untuk
jalan-jalan dulu ke Pantai Bilatelong.Akhirnya diceritakan tentang nasib-nasib
yang mengantarkan mereka. Aku menjadi salah satu guru matematika di sebuah
SMP yang berjarak sekitar seratus lima puluh meter dari pusat kota Manna,
Kabupaten Bengkulu Selatan. Lalu, Ikal Hendrianto si master IPA yang menjadi
peladang gambir di kampung adalah bahwa Aspayondri si pemilik tulisan indah
menjadi tukang cukur di tanah Jawa.Naswir yang cinta lagu nasional menjadi
perantau di tanah Jiran, berdua dengan Japrimanedi Caniago.Masrijal yang
mengerti letak dunia menjadi seorang petani di kampung bersama dengan Aprikal
yang jago menggocek bola dan Haristo Empus yang pintar matematika.
C. Tanggapan Pengarang
Berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap pengarang maka menurut
beliau: “Secara pribadi, penulis menyelesaikan menulis novel Dunia Kecil dalam
waktu setahun penuh. Penulis berharap semoga novel Dunia Kecil dapat menjadi
40
inspirasi bagi orang lain yang membacanya. Tentu, secara pribadi, penulis
berharap semoga novel Dunia Kecil mendapat tempat di tengah masyarakat.
Kemudian, sebagai salah satu novel yang bicara mengenai dunia pendidikan,
banyak hal yang harus menjadi tugas bersama, bagaimana sebenarnya proses
pendidikan itu berlangsung. Ia butuh dukungan dari semua pihak tentu saja. Mulai
dari keluarga (orang tua, kakak, siapa saja), guru, kemudian lingkungan
sekitar.Karena memang tidak dapat dipungkiri, terbentuknya jati diri sesorang
dipengaruhi besar oleh lingkungan.Maka kearifan lokal menjadi sebuah slogan
yang harus diperkenalkan. Kita tentu tidak dapat melepaskan kearifan lokal,
karena dari sanalah sebagian dari kita belajar, apalagi pikiran anak-anak yang
senang pada hal-hal baru dan berbau wilayah tempat ia berdomisili. Satu yang
perlu kita catat bersama bahwa kita, siapa pun, dalam novel Dunia Kecil adalah
semacam sosok guru. Tempat ia menimba pengalaman, ilmu, kenangan, dan hal-
hal yang menjadi modal ia kelak di masa depan. Tentu, tokoh pusat yang menjadi
idola mereka tidak bisa terlepas. Maka, seorang anak akan mencari sosok yang
mereka idolakan. Itu adalah tugas guru.Maka guru harus sanggup menjadi idola
bagi anak didiknya.”
D. Tanggapan Pembaca
Tanggapan pembaca yang penulis peroleh dari pengarang bertujuan untuk
mengetahui pendapat mereka terhadap novel Dunia Kecil yang telah dibaca oleh
mereka. Adapun tanggapan pembaca yang penulis peroleh dari pengarang adalah
sebagai berikut:
Judul : Dunia Kecil
Penulis : Yoyon Indra Joni
Penerbit : Diva Press, Jogjakarta, Oktober 2012
Tebal : 435 halaman
ISBN : 978-602-769-601-3
Peresensi : Zitur Rahem, Dosen STITA Tarate Pandian Sumenep
41
Oase Perjuangan dari Nol
Meraih mimpi dengan kaki-tangan sendiri mulia.Kemuliaan yang didapat
dari jerih payah dan keringat bercucuran ibarat menemukan intan di laut lepas
sangat menyenangkan dan memuaskan. Perjuangan yang dilakukan dari nol akan
membuahkan hasil sempurna. Seseorang yang mampu meraih mimpi-mimpinya
dengan keringat sendiri jauh lebih membanggakan dibanding dengan bantuan
orang lain.
Buku dengan judul Dunia Kecil ini menawarkan dahaga, jerih payah anak
manusia dalam meraih mimpinya.Suratan takdir Tuhan memang pasti.Namun,
usaha seseorang dalam meraih mimpi itu harus dimulai dari jerih payah.Ibarat
pepatah berakit-berakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.Bersakit-sakit dahulu
dalam meraih cita-cita baru kemudian meraih kemenangan.Buku ini sangat
inspiratif.Karena dalam ulasan buku ini menceritakan secercah perjuangan anak
manusia yang luar biasa.Tidak sekedar perjuangan.Akan tetapi, usaha serius
dalam mencapai puncak kesuksesan.
Dalam buku ini, semangat perjuangan itu terwakili dari sejumlah tokoh.
Para tokoh itu adalah Ikal (nama lengkapnya, Ikal Hendriyanto), Asrul, Epon,
Ijap, Idul, Bu Sal, Pak Mawardi, dan sejumlah tokoh bergengsi lainnya. Para
tokoh dalam ulasan novel fenomenal ini seperti menjadi sosok hidup.Sangat dekat
dengan kehidupan pembaca yang membaca karya ini.Dengan latar tempat wilayah
pedesaan kecil, tepatnya di sebuah pelosok negeri yang tidak terlalu terkenal di
peta, Nagari Taratak Kota Padang.
Di pelosok kecil tanah Padang ini Ikal, Asrul dan temannya yang lain
mencoba bengkit menata cita-cita. Mimpi masa depan yang diwarnai dengan
cerita penderitaan. Tokoh dalam cerita fiksi ini sangat komunikatif dan
inspiratif.Mereka seperti sangat dekat dengan realitas kebanyakan warga di
pedalaman.Komunitas yang berjalan tertatih membangun semangat namun tegas
menghadapi hidup dengan segala tantangannya. Ikal, Asrul, Epon, dan sejumlah
tokoh lainnya belajar bersama bagaimana mewujudkan mimpi masa depan.
Bersama, mereka belajar tentang persahabatan, kasih sayang, dan
tanggung jawab dalam mengemban amanat kehidupan.Masing-masing berproses
hingga potensi yang ada pada diri mereka akhirnya mampu terkuak, menjadi
kenyataan.Sebuah pengalaman yang membentuk karakter pantang menyerah pada
diri anak-anak pedalaman.
Novel ini juga menghadirkan fragmen masa kanak-kanak yang bermental
baja.Anak-anak Indonesia yang mau berjuang keras di tengah keterbatasan materi
dan sarana-prasarana.Intinya, mereka berjuang dari nol dan akhirnya meraih
mimpi dengan gemilang.Karya ini sangat bergengsi dan patut mendapat apresiasi
terbaik.1
Sejak meledaknya tetralogi Laskar Pelangi yang notabene novel motivasi
bagi anak-anak dan remaja, akhir-akhir ini marak bermunculan novel-novel
bergenre serupa dari penulis-penulis anak negeri. Salah satunya adalah Dunia
1http://www.rimanews.com/read/20130217/92313/oase-perjuangan-dari-nol, diunduh
pada tanggal 17 Juli 2013
42
Kecil: Mimpi Hidup di Mata Si Kecil karya Yoyon Indra Joni. Sekilas kubaca
synopsis yang tertera di cover belakang buku ini, dan kurasa cukup menjanjikan
petualangan seru, hingga aku tak segan-segan merogoh kocek untuk
menambahkan buku ini sebagai koleksi baruku.
Sederhana, satu kata ini mewakili sekian banyak kesanku ketika selesai
membaca buku ini. Berlawanan dengan cerita Laskar Pelangi yang demikian
heroik melalui tokoh lintang si jenius bernasib malang, tokoh-tokoh dalam novel
hidup di dunia anak-anak sebagaimana wajarnya anak-anak menghabiskan masa
kecilnya. Semua tokoh yang disebutkan dengan nama panggilan seperti Ijap, Isap,
Igun, dan masih banyak lagi itu menjalani hari-hari di sekolah dasar dengan
kenakalan-kenakalan khas anak-anak di pelosok yang jauh dari hingar binger
modernisasi perkotaan. Perkelahian yang diwakili saling mengejek, mengganti
angka di rapor saking inginnya mendapat angka keramat 8, membuat gaduh kelas,
dan kenakalan lain yang diganjar dengan harus mengulang di kelas yang sama
nyaris dialami seluruh tokoh dalam novel ini.
Aku dibuat terkikik sepanjang waktu membaca bab-bab yang
menceritakan keseharian anak-anak tersebut. Persaingan di kelas yang pada
akhirnya membentuk ahli bahasa, ahli IPA, ahli musik, ahli IPS, ahli gambar ini
meresahkan si tokoh utama yang terjebak di tengah-tengah akibat setelah sekian
lama belum juga menemukan bakatnya. Tapi jangan mengira ahli-ahli disini bak
Lintang yang dengan fasih membahasa dalil-dalil fisika tingkat universitas, anak-
anak disini menjadi ahli di bidangnya sebatas pengetahuan wajar anak SD. Ahli
bahasa misalnya, menjadi kaya kosakata lengkap dengan kata serapan akibat
kegemaran mereka akan akronim sehingga dengan rajin membaca Koran, majalah,
buku untuk mencari akronim baru. Ahli musik mengetahui macam-macam lagu
nasional lengkap dengan pencipta dan sejarah di baliknya karena berusaha untuk
mendapat pujian dari guru kelas yang tiap hari menyuruh anak menyanyikan lagu
nasional di depan kelas. Ahli IPS bermula dari kegemarannya menggambar peta
sehingga berlanjut dengan mempelajari daerah-daerah yang digambarnya.
Tokoh-tokoh di sini menjalani keseharian dengan wajar, berpegang pada
norma agama dan adat istiadat, patuh pada bapak ibu guru dan orang tua di rumah.
Keseharian yang demikian berbeda dengan kondisi anak-anak sekarang.Hampir
serupa dengan Laskar Pelangi, nasib anak-anak di Dunia Kecil ini terbentuk
dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Meskipun terkendala biaya, tokoh-tokoh
di Dunia Kecil ini bisa dengan wajar bangun sebelum subuh sekolah, bermain,
membantu orang tua, belajar, dan istirahat demikian berulang hingga semua lulus
sekolah dasar. Meskipun demikian, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari novel
ini. Kesderhanaan berpikir anak-anak desa, kepolosan, dan ketaatan akan nasehat
orang tuda dan guru demikian kental dengan novel ini menyadarkan betapa
pudarnya disiplin, semangat dan sopan santun saat ini. Sebuah novel yang bukan
hanya sekedar bercerita tentang masa kecil, namun juga memberikan contoh
perilaku yang terpuji dan perilaku yang tidak seharusnya dilakukan.2
2http://airatezuka.blogspot.com/2013/01/dunia-kecil.html, diunduh pada tanggal 17 Juli
2013
43
E. Analisis Struktural
Berikut akan disajikan analisis structural yang dibatasi hanya unsur tema,
tokoh, dan penokohan, alur, serta latar dalam novel Dunia Kecil.
1. Tema
Tema merupakan makna yang terkandung di dalam cerita.Tema adalah
pokok pembicaraan dalam sebuah cerita.Cerita bukan hanya sekedar bagan, tetapi
susunan bagan itu sendiri harus mempunyai maksud tertentu.3Setelah melalui
beberapa tahap penelusuran fakta-fakta dalam mempelajari novel, kadangkala kita
merasa bahwa pengalaman yang didapatkan secara keseluruhan akan memperjelas
masalah yang kita coba untuk di lacak. Fakta-fakta dalam cerita itu nampak
berperan sebagai model tentang problem-problem universal yang dihadapi oleh
manusia.Bahkanhasil analisis fakta-fakta cerita dapat memberikan saran untuk
memecahkan problem yang ada.4Pengarang meleburkan fakta dan temanya ke
dalam satu pengalaman.Secara tidak langsung pengarang menceritakan
pengalaman-pengalamannya ke dalam cerita. Tema memberi kekuatan dan
menegaskan kebersatuan kejadian-kejadian yang diceritakan sekaligus
mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang paling umum. Pengarang
memanfaatkan tema sejauh tema memberi makna pada pengalaman.Tema bisa
berwujud satu fakta dari pengalaman kemanusiaan yang digambarkan atau
dieksplorasi oleh cerita seperti keberaniaan, ilusi, dan masa tua.Bahkan, tema juga
dapat berupa gambaran kepribadian salah satu tokoh.5
Kisah Dunia Kecil bercerita tentang perjalanan hidup yang penuh dengan
semangat perjuangan dimasa kecil para siswa SD Koto Taratak yang terletak di
Padang.Mereka menjalani masa-masa kecil mereka dengan penuh cerita yang
pernah dilakukan anak kecil dimasanya. Seperti bertengkar sesama teman sekelas,
tinggal kelas karena masalah sepele, dan masih banyak lagi kejadian yang pernah
dilakukan pada saat berada di masa itu. Para tokoh Dunia Kecil mempunyai
semangat belajar yang tinggi dengan disertai bakat mereka masing-masing yang
3 Jakob Sumardjo, Memahami Kesusastraan (Bandung: Penerbit Alumni, 1984), h. 57.
4 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra (Yogyakarta: Kanisius, 1988),h.75.
5 Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 7-8.
44
sangat luar biasa. Setiap anaknya memiliki bakatnya tersendiri seperti Ikal yang
sangat terobesi dan menguasai mata pelajaran IPA, Ijap dan Idul sangat terobsesi
dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mereka selalu menciptakan akronim
yang tidak sesuai.Akibat kelakukan mereka yang sering membuat akronim ditegur
oleh Bu Ema, guru Bahasa Indonesia.Empus yang sangat menguasai pelajaran
Matematika.Dia bisa mngerjakan soal tanpa lelah atau pusing.Terakhir, Awir
seoarang siswa yang sangat terobsesi dengan lagu nasional, hampir seluruh lagu
nasional dia hapal.Pada saat upacara bendera Awir tidak sanggup menahan haru
saat lagu Indonesia Raya dinyayikan. Ada tetes bening melumuri bola matanya
yang hitam, matanya berkaca-kaca menatap kibaran sang merah putih.
Kecintaannya kepada Indonesia tidak hanya dia tunjukkan dengan hapal semua
lagu nasional saja tapi dia juga hapal pembukaan UUD 1945.Dia selalu mendapat
nilai sembilan untuk bidang studi kesenian.
Semangat perjuangan dapat dilihat dari kerja keras mereka dalam latihan
gerak jalan, berkat kerja keras mereka mendapatkan hasil yang tidak sia-sia.SD
Koto mendapat juara tiga sebagai peserta terbaik.Dan pertandingan sepak bola
persahabatan melawan SD Pasir yang cukup tenar.SD Koto dapat mengalahkan
SD Pasir dengan skor 4-3.Semua itu juga tidak lepas berkat Pak Ruslan yang
melatih mereka.Pak Ruslan juga tidak lupa memberi semangat dan nasehat untuk
mereka.“Semua Geliat yang sedang berlangsung itu adalah satu bentuk aplikasi
nyata dari sikap cinta tanag air.Menurut Pak Ruslan, dengan menyambut 17
Agustus, diharapkan semua siswa bisa memahami dan memaknai dengan baik arti
dari kerja sama, kera keras, disiplin, dan tawakal.”6 “Sesungguhnya dalam meraih
kesuksesan hidup empat hal itulah kuncinya,” begitu lanjut Pak Ruslan, guru kelas
kami.7
2. Tokoh dan Penokohan (Perwatakan)
Tokoh yang ditampilkan dalam cerita bertujuan untuk mengetahui karakter
apa yang dimiliki si tokoh dan menghidupkan cerita. Terma „karakter‟ biasanya
dipakai dalam dua konteks.Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-
6 Yoyon Indra Joni, Dunia Kecil ( Jogjakarta: Diva Press, 2012), h. 227.
7Ibid., h. 228.
45
individu yang muncul dalam cerita.Konteks kedua, karakter merujuk pada
pencampuran dari berbagai kepentingan, keinginan emosi, dan prinsip moral dari
individu-individu tersebut.
Berikut akan disebutkan tokoh berserta karakternya masing-masing:
a. Asrul (Aku)
Asrul (Aku) adalah tokoh yang pintar di kelas, terhadap neneknya di
sangat patuh dan sayang karena dia dibesarkan oleh neneknya karena ibunya
bekerja di Malaysia.Terkadang emosinya tidak bisa dikontrol, dikarenakan dia
masih anak-anak yang belum bisa mengontrol emosi, akibat emosi yang tidak
terkontrol membuat dia berkelahi dengan teman sekelasnya dan dia bersama
temannya itu dihukum oleh kepala sekolah, tinggal kelas.Salah satu karakternya
dapat dilihat dari kutipan “Aku ranking satu, bukan rangking lima seperti yang
diteriakkan Aan yang tercenung di sudut bangku.”8
b. Gunendra (Igun)
Gunendra (Igun) adalah tokoh yang tidak bisa menyebutkan R. Dia anak
laki-laki yang terkenal jujur. Raut wajahnya polos dan berkulit lebih dekat ke
warna kuning.Dia juga anak yang percaya diri.Salah satu karakternya dapat dilihat
dari kutipan “Hanya sepuluh soal, Ghul,” jawabnya pelan, jujur luar
biasa.9“Bukan, Bu. MTK pelajaghan kita sekahgang,” bantah Igun dengan percaya
diri.10
c. Ijal
Ijal dideskripsikan sebagai tokoh yang memiliki badan padat berisi serta
bermata elang.Tatapannya berapi-api.Rambut tersisir rapi ke belakang seirama
dengan keningnya yang sedikit menonjol ke dapan.Dia adalah anak yang tekun
dan pantang menyerah.Pada cerita bagian keempat, dia diceritakan memiliki
kemapuan dalam bidang IPS.Dia membuat suatu karya besar yaitu gambar peta
Sumatera yang dipajang di dinding kelas.
8Ibid., h. 31.
9Ibid., h. 71.
10Ibid., h. 74.
46
d. Dani
Dani dideskripsikan sebagai tokoh yang memiliki tatapan yang beringas
namun dingin.Walaupun sikapnya lentur karena tubuhnya kurus tinggi, namun
tatapan mata tajam menusuk ulu hati. Alisnya sedikit lebat ke samping, sepadan
dengan wajah santainya yang dingin
e. Ikal
Ikal adalah siswa yang memiliki kemampuan dalam mata pelajaran
IPA.Dia juga siswa yang pintar, baik hati, dan tidak banyak bicara.Dia sosok
teman yang selalu memberikan masukan.
f. Deli
Deli adalah siswa yang memiliki jiwa sebagai seorang pemimpin, pintar,
berwibawa, bertanggung jawab, sabar dan tegas.Dia ditunjuk Pak Ruslan untuk
memimpin lomba gerak jalan.Pada saat latihan gerak jalan kesabarannya diuji
oleh kelakuaan teman-temannya yang sulit diatur. Suara Deli paling keras dan
tegas dibandingkan suara anggota kelas yang lain. Dia juga seorang yang pekerja
keras, berkat kerja kerasnya ia sukses menjadi ketua kelas panutan.
g. Nenek
Nenek adalah seorang wanita yang sudah tua dan memiliki banyak
pengalaman. Dia seorang nenek yang memiliki kepribadian yang
tegas,penyayang, taat beragama, dan berdisplin tinggi. Nenek sangat menyayangi
cucunya terutama Asrul.Beliau juga selalu memberi petuah yang bermakna.Selain
itu, nenek pandai bertutur ketika memberi pelajaran hidup. Sebagian petuah yang
disampaikan nenek tersisip dalam dogeng pengantar tidur, dan pesan moral yang
disampaikan nenek sangatlah luar biasa indah.
…kilat cermin sampai ke muka, kilat beliung sampai ke kaki (pikirkan
masak-masak apa yang akan diucapkan. Tertib saat sedang makan, suap
nasi usah diperbesar. Jangan sepantun bak orang sebulan tak makan
(jangan makan seperti orang kelaparan).Tertib saat berjalan, jangan sperti
orang memanah langit biru (jangan melangkah di muka bumi ini dengan
angkuh sehingga tidak lagi melihat orang di sekeliling).Jangan angkuh dan
sombong saat berjalan, bak ayam jantan panjang ekor (jangan berjalan
47
melenggak-lenggok karena merasa dirinyalah yang paling tampan, gagah,
dan rupawan). Jangan menyerobot masuk dalam acara helat orang, tidak
sopan! Jangan lama-lama bermain yang menyita waktu, pikiran jadi
tumpul! Jangan lupa pada ayam sekandang yang harus diberi makan pagi
dan petang.Jangan lupa pada sapi yang mesti dipindahkan tambatannya.
Dan tentu saja, yang paling sering yang kudengar, tidak boleh duduk
berlama-lama di lapau!11
h. Pak Mawardi
Pak Mawardiadalah bapak kepala sekolah.Beliau memiliki kepribadian
yang tegas, teguh pendirian, dan disiplin. Perawakannya tinggi sekitar seratus
enam puluh lima sentimeter dengan badan sedikit gemuk. Beliau juga memiliki
aura wibawa yang membuat takut para siswa.Beliau sangat mudah tersenyum tapi
tawanya sangat irit.Seirit kata-kata yang beliau ucapkan. Makanya tidak heran
mayoritas siswanya sangat ingin mendengar suara tawa beliau. Oleh karena itu,
tertanam di memori setiap siswa tentang Pak Mawardi adalah aura kening yang
mengkilap, wajah bercahaya penuh simpati dan begitu mempesona, serta raut
senyum yang terang dengan gigi depan tertata rapi. Garis senyum itu tegas, tulus,
santun, dan penuh daya magis yang dapat membuat seluruh siswa tenteram.
Senyumnya itu sedikit melebar ke samping kiri, terlihat berseri-seri
“Semua siswa diharap tenang.”Suara Pak Mawardi membuat seluruh siswa
terdiam.Pak Mawardi menyampaikan kedatangan guru dari
Padang.Pemberitahuan yang tidak lama.Namun cukup untuk membuat
barisan kembali tenang.Ternyata bukan tukang suntik yang
datang.“Namanya Bu Asmanizar, cukup kalian panggil Bu Ema,” ucap
Pak Mawardi berwibawa. Semua bernapas lega.Tak lama setelah
perkenalan singkat, giliran guru baru itu yang berbicara.12
Pak Mawardi memiiki sikap nasionalis, beliau menyuruh anak didiknya
untuk menghafal pembukaan UUD‟45.“Bapak cemas.Kalau tidak dihafal, maka
suatu saat kelak, isinya akan diubah-ubah orang.”13
Itu adalah alasan mengapa Pak
Mawardi menyuruh anak didiknya menghafal UUD‟45, karena beliau takut suatu
saat isinya akan diubah. Beliau menanamkan cinta tanah air kepada anak
didiknya.
11
Ibid., h. 33-34. 12
Ibid., h. 51. 13
Ibid., h. 216.
48
i. Pak Muaz
Pak Muaz adalah guru agama dan PMP yang disenangi oleh anak didiknya
karena beliau sering bercerita dan pembawaannya yang santai.Beliau selalu
mendidik agar anak didiknya memiliki disiplin tinggi.Beliau juga memiliki
kharisma yang membuat siswa segan dengannya.Kharismanya terlihat pada kumis
lebatnya yang melintang rapi.Dalam menyampaikan cerita, beliau selalu
menceritakan ceritanya runut mulai dari awal sampai akhir.
“Coba ingat kisah Nabi Sulaiman dengan segerombolan semut di lembah
an-Naml, tepatnya di Askalan.Raja semut waktu itu berpidato di hadapan
rakyatnya karena Nabi Sulaiman dan balatentaranya akan melewati tempat
itu,” ucap Pak Muaz menjawab keraguan menggelayut dibenakku.14
“Kemudian, bukankah burung Hud-hud yang bernama Anbar itu yang
memberitahukan pada Nabi Sulaiman bahwa ada seorang ratu bernama
Bilqis dari negeri Saba‟ yang menyembah matahari?” sambung Pak
Muaz.15
Lalu Pak Muaz pun melanjutkan ceritanya mengenai kisah Nabi Sulaiman
setelah Ikal bertanya mengani burung Hud-hud kepada Pak Muaz.
“Burung Hud-hud itu memiliki paruh yang runcing dan panjang,
Kal.Burung Hud-hud sangat cantik.Di kepelanya bertengger mahkota dari
bulu dihiasi garis-garis puith hitam.Kepala dan lehernya berwarna
cokelat.Paruh dan kakinya berwarna hitam.Sementara, di tengah-tengah
bulu ekornya ada garis puith kecil.Salah satu keahliannya adalah saat
makan bisa melemparkan makanan ke udara, kemudian meraihnya lagi
dengan paruh.Nah, sampailah ke tembolok yang berfungsi melunakkan
biji-bijian tadi sebelum masuk lambung yang disebut empedal atau
verticulus,” urai Pak Muaz.16
Begitulah Pak Muaz bercerita secara runut mengenai cerita Nabi Sulaiman
dan penjelasan mengenai burung Hud-hud.Beliau adalah guru yang suka memuji
siswanya, selain itu beliau merupakan sosok guru yang selalu memberikan nasihat
kepada siswanya.Setiap perkataannya memiliki pengaruh yang sangat besar,
karena kata-kata yang disampaikannya mengandung arti yang dapat dimengerti
siswa.
14
Ibid., h. 135 15
Ibid. 16
Ibid., h. 136.
49
Kata petuah/ nasihat yang diberikan Pak Muaz menggambarkan karakter
seorang guru yang sangat bijaksana dan arif dalam mengajar dan mendidik anak
didiknya untuk selalu memberikan semangat dan dukungan sebagai seorang guru
atau pendidik yang sangat berperan penting dalam membentuk karakter dan
kecerdasan murid-muridnya.
j. Bu Sal
Bu Sal yang bernama lengkap Salmaniar adalah wali kelas satu.Beliau
adalah guru yang sangat penyayang, perhatian, jarang marah, dan selalu
memanggil siswa-siswanya dengan “Ananda”.Apabila siswa-siswanya melakukan
kesalahan beliau hanya mengusap kepala siswanya dengan penuh sayang.Beliau
juga adalah guru yang sabar dalam mendidik anak didiknya, karena kesabarannya
itulah makanya beliau jarang marah kepada siswanya dan siswanya pun menjadi
menganggap remeh beliau.Walaupun begitu Bu Sal tetap sabar mendidik anak
didiknya.
Ketika itu, wali kelas kami Bu Sal. Lengkapnya, Salmaniar. Tingginya
sekitar seratus enam puluh sentimenter dengan kulit hitam dan rambut
hitam sebahu.Beliau sangat penyayang, jarang marah, dan selalu
memanggil kami dengan “Ananda”.Kalau kami ketahuan berbuat salah,
beliau selalu mengusap kepala kami penuh kasih.Entah disadari atau tidak,
dengan perlakuan seperti itu tingkah kami berempat malah membandel dan
sering menganggap sepele aturan sekolah.17
Saat itu, tanganku masih sussah memegang pensil.Jadi, aku lebih memilih
menjawab pertanyaan Bu Sal secara langsung.Ketika disuruh mengerjakan
di buku catatan, butuh perhatian khusus dari Bu Sal agar aku mau
memegang pensil.Begitu tidak mendapat perhatian khusus lagi, pensil
yang sudah diarut runcing itu kembali tergeletak di atas buku.18
Bu Sal memiliki karakter yang sangat perhatian dalam mengajarkan
siswanya agar bisa menulis, beliau lakukan dengan penuh kasih dan tulus.Beliau
mencurahkan semua perhatiannya untuk anak didiknya yang belum bisa menulis
agar bisa menulis.Beliau dengan sabar membimbing dan menghadapi kelakukan
anak didiknya yang bandel.
17
Ibid., h. 20. 18
Ibid., h. 21.
50
k. Bu It
Bu It, lengkapnya Farida Witmi adalah guru yang dideskripsikan
“berbadan padat, tinggi sekitar seratus enam puluh sentimeter, wajah putih
membujur telur, raut muka tegas, rambut hitam sebahu, dan selalu memakai
sepatu yang runcing seukuran kelingking di bagian tumit.”19
Beliau adalah guru
yang disiplin dan tegas, karena karakternya itu tak heran jika beliau akrab di hati
dan mulut anak didiknya sebagai guru sekaligus orang tua.Setiap hal-hal yang
tidak berkenan selalu lapor kepada Bu It. Meskipun itu kejadiannya berada di luar
lingkungan sekolah.Apabila ada salah satu anak didiknya yang ketahuan berbuat
salah Bu It hanya mengucapkan “Jadilah anak baik.” “Diiringi sebuah cubitan
kecil yang dapat ditentukan di tiga tempat berbeda: bahu, paha, atau pantat.”20
Tak heran jika beliau akrab di hati dan mulut kami sebagai guru sekaligus
orang tua. ada yang berkelahi, lapor Bu It. Ada yang belum mandi pagi,
lapor Bu It. Ada yang au buang hajat, lapor Bu It. Ada yang tidak
membawa buku gambar, lapor Bu It. Pokoknya, semua, lapor Bu It. Tiga
kata itu menjadi satu kata utuh yang dapat terucap secara reflex ketika ada
yang melakukan hal-hal yang tidak berkenan. Meskipun, kejadiannya
terjadi di luar lingkungan sekolah.Misal, terjadi adu mulut ketika sedang
berjalan pulang sekolah.Atau, pengambilan buah rambutan yang menjulur
ke jalan.Atau, ketika asyik main kelereng petang hari dan ada yang berlaku
curang.Maka, lapor Bu It adalah kata-kata ampuh yang dapat
mengamankan dan menenteramkan situasi.21
Dalam memberikan nilai Bu It termasuk konsisten.Beliau sulit sekali
memberikan nilai delapan kepada anak didiknya.Angka delapan merupakan angka
yang keramat bagi anak didiknya.Pemberian angka delapan sangat irit diberikan
oleh Bu It sehingga bisa dihitung dengan jari bagi yang mendapatkan nilai
delapan. “Hal yang paling aku sukai dari Bu It adalah angka delapan yang terlihat
indah dan paling bisa menambah motivasi dibanding angka lain. Di mataku, angka
itu sungguh keramat.Angka itu terpatri di alam pikiranku.Apa pun tugas yang
dikumpulkan, selain matematika, angka itulah yang aku usahakan.”22
19
Ibid., h. 23. 20
Ibid., h. 24. 21
Ibid. 22
Ibid., h. 25.
51
l. Bu Ema
Bu Ema adalah guru baru yang datang dari Padang.Nama lengkapnya
Asmanizar.Beliau ditunjuk langsung oleh kepala sekolah sebagai guru kelas
empat.Beliau adalah guru yang ramah, adil, dan menghargai pendapat yang
disampaikan oleh anak didiknya.Setelah perkenalan selesai Bu Ema meminta anak
didiknya untuk merubah posisi tempat duduk, alasan beliau membuat kebijakan
itu karena beliau menganggap tidak bagus dilihat dan tidak bernilai seni.Tapi anak
didknya tidak ingin pindah posisi duduk.Akhirnya Bu Ema pun minta penjelasan
dari anak didiknya mengapa mereka tidak ingin pindah posisi duduknya.“Karena,
kami kemarin subuh sudah ke sini menentukan tempat duduk,” jawab Ija
jujur.23
Bu Ema menghargai pendapat yang disampaikan oleh anak
didiknya.Beliau memahami kondisi kelas.Akhirnya tempat duduk pun tidak
diubah. Karena Bu Ema paham sekali kalau “Posisi tempat duduk menentukan
seberapa kuat keinginan untuk pintar. Manusia pemalaslah yang mencari celah
utuk dapat duduk di belakang orang lain.”24
Masalah tidak hanya sampai disitu.Muncul lagi masalah yang disebabkan
oleh kedua anak didik Bu Ema yang memperebutkan posisi duduk di sebelah
kanan.Terjadi keributan antara Ijal dan dani yang memperebutkan posisi duduk di
sebelah kanan.Bu Ema memberikan ususlan untuk mereka berdua agar keributan
dapat diselesaikan.“Atau, siapa yang bisa menjawab pertanyaan Ibu lebih dulu,
dialah yang berhak untuk duduk di bagian kanan,” kata Bu Ema lagi.25
Bu Ema
berusaha adil untuk masalah yang terjadi antara Ijal dan Dani.Agar permasalahan
mereka cepat terselesaikan, Bu Ema memberi usulan yang disepakati oleh
mereka.Apa yang telah Bu Ema lakukan adalah cerminan seorang guru yang harus
bersikap adil dalam menyelesaikan maslah. Bu Ema juga merupakan guru yang
cerdas dalam memberikan usulan untuk mereka.Usulan itu tidak hanya untuk
menentukan siapa yang berhak duduk di bagian kanan saja tetapi juga dapat
melatih dan mengetahui kemampuan anak didiknya dalam pelajaran
Matematika.Bu Ema sangat suka dengan kesenian.“Siapa yang mau
23
Ibid., h. 55. 24
Ibid., h. 56. 25
Ibid., h. 57.
52
menyanyi?”Bu Ema kembali menawarkan.26
Beliau menawarkan anak didiknya
untuk menyanyi, di samping itu Bu Ema ingin melatih kepercayaan diri anak
didiknya agar mau tampil ke depan untuk menyanyi. Bu Emajuga ingin melihat
sikap percaya diri yang dimiliki anak didiknya.
Kini, Bu Ema sering menyuruh kami tampil dengan satu lagu untuk
dibawakan di depan kelas. Semuanya, setiap dua minggu sekali, dengan
jadwal yang tidak baku. Kebijakan baru itu membuat seluruh kelas
pontang-panting menghafal lagu untuk dibawakan sebaik mungkin di
depan Bu Ema. Minimal,empat lagu nasional yang harus dihafal.Sejak
kebijakan itu dibuat, kemampuan kami dalam lagu nasional meroket.27
Secara diam-diam Bu Ema menanamkan sikap nasionalisme kepada anak
didiknya dengan menyuruh mereka menghapal empat lagu nasional.Kebijakan
yang dilakukan Bu Ema sangatlah baik karena untuk menumbuhkan sikap
nasionalisme mereka terhadap tanah air.Bu Ema tidak ingin anak didiknya
melupakan lagu nasional.Maka dari itu, beliau membuat kebijakan seperti itu.
m. Pak Ruslan
Pak Ruslan adalah guru olah raga dan wali kelas enam.Pak Ruslan
merupakan tokoh yang memiliki sifat disiplin, tegas, bertanggung jawab.Beliau
tidak lupa memberikan kata-kata dan nasehat yang dapat membangun semangat
dan percaya diri sisiwa.Kata-kata beliau selalu diingat oleh siswanya.Pak Ruslan
memberikan nasehat pada saat Asrul diberi kepercayaan oleh Deli untuk membuat
pribahasa, kemudian Pak Ruslan datang memberikan nasehat kepada Asrul agar
amanah yang telah diberikan kepadanya dapat dilaksanakan.
Kulihat Pak Ruslan sedang menantapku.Lalu, beliau berkata, “Amanah Itu
harus dilaksanakan.Kalau teman-temanmu menjatuhkan pilihan pada mu
berarti kamu dianggap sanggup mengembannya.Jangan kecewakan
mereka.”“Kau harus paham, Rul. Kalau seandainya kau tahu mau
mengemban tugas yang telah diamanahkan dan dipercayakan itu, berarti
kau telah membunag satu kesempatan emas untuk bisa melangkah lebih
maju. Percayalah, Rul, kesempatan itu jarang datang untuk kedua kalinya.
26
Ibid., h. 58 27
Ibid., h. 63.
53
Sekali kesempatan itu kau buang percuma, kadang, selamanya tak akan
kembali lagi. Pikirkan itu baik-baik, Rul,” ucap Pak Ruslan28
Beliau memberikan masukan kepada Asrul bahwa amanah yang telah
diberikan kepadanya sebaiknya harus dilaksanakan karena kesempatan itu tidak
akan datang kembali apabila tidak dipergunakan sebaik-baiknya. Begitulah Pak
Ruslan memberikan motivasi dan masukan kepada Asrul.
Sebagai tokoh protagonis yang merupakan tokoh yang sangat dikagumi,
Pak Mawardi, Pak Muaz, Pak Ruslan, Bu It, dan Bu Ema harsulah memberikan
nilai-nilai dan norma-norma yang positif kepada para pembacanya, kelima tokoh
ini berfungsi untuk menghidupkan cerita dan mempengaruhi seluruh peristiwa dan
mempengaruhi perjalanan yang dirasakan oleh para siswa dalam menempuh
pendidikan sekolah dasar dan mempengaruhi pola pikir mereka dalam mencari jati
diri sebagai siswa SD Koto Taratak.
Identitas tokoh guru yang terdapat dalam novel Dunia Kecil terlihat dari
dialog-dialog langsung.Sebagai protagonis, setiap guru memiliki peran yang
sangat penting dalam pembentukan karakter siswa-siswanya sehingga menjadi
anak-anak yang dapat menemukan jati dirinya, serta mencapai cita-citanya.
…Yang aku tahu, menjadi guru adalah seni tersendiri. Itu makna tersirat
yang ditampilkan semua sosok guru-guru hebatku.Menjadi guru harus
dimaknai sebuah jiwa, sebuah hati.Sebagaimana yang diteladankan Pak
Mawardi, menjadi guru merupakan idealism, pendirian, serta prinsip-
prinsip agung yang lebih dari sekedar dakwah bebas yang ada dalam kelas.
Setiap mengingat sosok guru-guru hebat itu dan prinsip agung yang
membuat kami mayoritas tinggal kelas, berlinang air mataku. Prinsip yang
sanggup menghadirkan orang-orang jenius yang jarang hadir secara
serentak.29
Di telinggaku kembali mengiang kata-kata Pak Muaz bertahun-tahun yang
lalu. Menjadi apa pun kamu maknailah dengan hatimu. Sebuah filosofi
yang butuh waktu bertahun-tahun untuk menemukan makna yang pas
selama menyusuri jalan hidup yang panjang.30
28
Ibid., h. 222. 29
Ibid., h. 450. 30
Ibid.
54
3. Latar
Latar adalah situasi yang tergambar dalam cerita yang mencakup tempat,
suasana lingkungan atau suasana hati tokoh dan waktu terjadinya peristiwa
tersebut.Di dalam sebuah novel tentu terdapat latar yang sangat kompleks. Kota
Padang tepatnya di Koto Taratak merupakan salah satu latar secara umum yang
melatarbelakangi peristiwa yang terjadi tepatnya di desa terpencil yang belum
terdaftar di peta, latar pada karya sastra Dunia Kecil itu termasuk realitas objektif
yaitu benar-benar dialami oleh pengarang dan pembaca mengetahui latar
tempatnya. Di samping itu dengan mengetahui latar, pembaca mempunyai
presepsi tentang peristiwa.Berdasarkan dari cerita sudah jelas pengarang
menuliskan latar dimana para tokoh pelaku yang diceritakan.Pengarang
menyebutkan latar dimana cerita itu terjadi sehingga pembaca tidak perlu
bertanya-tanya atau menemukan latar cerita itu terjadi.Maka dari itu, pembaca
tinggal merasakan dan mengimajinasikan setiap latar yang diceritakan oleh
pengarang.
Latar suasana yang digambarkan pengarang membuat pembaca merasa
berada di kala kita memakai seragam merah putih.Pembaca kembali merasakan
setiap kelakuan dan kenakalan yang pernah dilakukan pada waktu menjadi siswa
sekolah dasar. Suasana yang ditampilkan pengarang pun begitu beragam mulai
susana mencekam dan menakutkan saat berada di ruangan kepala sekolah akibat
masalah sepele sehingga mengakibatkan beberapa siswa tinggal kelas dan
kelakukan Isep yang membuat angka merah yang ada di rapot mengakibatkannya
tinggal kelas, suasana haru saat lulus dan berpisah dengan teman-teman, suasana
bahagia pada saat memenangkan perlombaan gerak jalan dan pertandingan sepak
bola melawan SD Pasir, dan suasana memalukan pada saat Asrul ditertawakan
dan dikatakan sebagai sosok fenomenal akibat membuat asbak rokok yang
merupakan hasil kerajinan tangan yang dibuatnya. Kita dapat merasakan setiap
suasana yang diceritakan oleh pengarang.
Latar waktu yang ditampilkan pengarang juga dengan mudah diketahui
pengarang karena pengarang dengan secara jelas menceritakan waktu terjadinya
55
cerita yang terjadi pada novel Dunia Kecil.Kita dapat mengetahui dari penggalan
cerita yang menceritakan bahwa pada waktu itu Desa Koto Taratak belum
mendapatkan listrik. Pembaca dapat menemukan penggalan itu dari cerita yang
disampaikan tokoh bahwa si tokoh masih menggunakan penerang yang berisikan
minyak tanah dan ditempeli sumbu damar untuk menerangi tokoh dalam
menghapal pelajaran yang akan diujikan. Dan akhirnya masyarakat desa Koto
mendapatkan arus listrik melalui kabel besar di tonggak-tonggak besar. Selain itu
pada waktu itu orang-orang menggunakan sepeda ontel tua sebagai kendaraan.
4. Alur
Plot atau alur adalah kontruksi yang dibaut pembaca mengenai sebuah
deretan peristiwa, mempunyai kaitan erat antara peristiwa satu dengan yang lain.
Alau bagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra, alur merupakan pola
pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara
structural alur sangat erat kaitannya dengan penokohan dalam menonjolkan tema
ceita.Perbuatan-perbuatn itu menimbulkan peristiwa-peristiwa.Rangkaian
peristiwa yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat menimbulkan
alur.Disamping itu, juga ditemukan hubungan sebab akibat antarperistiwa di
dalamnya.
Alur Dunia Kecil bisa dikatakan tersusun sangat rapi dan maju kedepan,
dalam arti peristiwa-peristiwa disusun secara kronologis berdasarkan waktu
kejadiannya, akan tetapi tidak jarang ada terjadi pengulangan kembali (flashback)
untuk memperjelas permasalahan pokoknya. Tiap-tiap peristiwa mempunyai
makna dalam fungsinya untuk menjelaskan konflik-konflik antara pengarang
dengan linkungannya sehingga terwujud tema cerita yang mendasarinya.Jadi
dapat dikatakan adanya keterjalinan antara penokohan membentuk peristiwa-
peristiwa yang akhirnya membentuk sebuah tema.
Secara ringkas alur Dunia Kecil dapat dikemukakan sebagai berikut.Cerita
dibuka dengan pengenalan situasi kehidupan SD Koto yang terletak di
Padang.Sekolah yang memiliki peraturan yang tegas dan disiplin serta terdapat
siswa yang hebat di dalam sekolah itu.Seperti yang tertera pada kutipan berikut.
56
Tepat sebelum lonceng yang tergantung di depan kantor dipukul, aku
menginjakkan kaki di sekolah. Kabut tipis yang mengapung lembut di
udara, sisa embun semalam, masih terasa dingin. Hari masih pagi.Sinar
matahari menancap miring dan lurus bagai panah cahaya, menerobos celah
rindang daun batang roda-roda, begitu aku menyebut batang kalpataru.
Aku mengambil jalan ke kiri, melewati perpustakaan dan kantor sekaligus
ruang guru. Selanjutnya, berturut-turut melewati ruan kelas enam, kelas
lima, dan WC siswa. Kemudian, berbelok tepat di penyiku sekolah dari
kiri ke kanan, melewati ruang kelas empat.Maka, sampailah aku di kelas
tiga, kelasku.Aku berdiri tepat di mulut pintu yang berhadapan langsung
dengan sinar matahari yang terbit di ufuk timur.Beberapa siswa terlihat
berlarian riang di halaman sekolah yang lapang dan datar.31
Di dalam pengenalan situasi kehidupan SD Koto diceritakan bahwa ada
beberapa siswa masih berada di kelas tiga karena masalah yang sepele sehingga
membuat mereka berkelahi dan mengakibatkan mereka dipanggil ke ruang kepala
sekolah, dan akhirnya mereka tinggal kelas.Pada saat itu Bu Sal adalah wali kelas
mereka yang digambarkan seorang guru yang peyanyang, sabar, tulus, perhatian,
dan jarang marah.Setelah itu pengarang juga mengenalkan beberapa temannya
yang memiliki kemampuan dibidangnya masing-masing.Mereka memiliki
kemampuan yang berbeda-beda.Ada yang jago Matematika, Keseniaan terutama
dalam menghafal lagu nasional, IPS, IPA, dan Bahasa Indonesia.
Setelah itu mulai menuju pada konflik, ini hanya sebagian contoh kecil
dari keseluruhan konflik yang ditimbulkan. Ijap dan Idul membuat akronim dan
kosa kata aneh yang tidak dimengerti oleh teman-temannya.Isep yang dengan
berani dan lancang mengganti nilai merah yang ada di rapot dengan angka
delapan.Akan tetapi, yang jelas konflik bermula ketika perlombaan gerak jalan
yang dipimpin oleh Deli.Para anggota gerak jalan harus mengikuti aturan yang
telah diberlakukan oleh Pak Ruslan. Saat latihan gerak jalan berlangsung yang
dipimpin oleh Deli membuatnya frustasi atas kelakuan anggota gerak jalan yang
susah untuk diatur dan belum menunjukkan perkembangan.
Konflik ini memuncak pada peristiwa saat perlombaan gerak jalan, peserta
gerak jalan dari SD Koto Taratak sudah datang lebih awal.Tetapi acara belum juga
di mulai, panita pelaksanaan perlombaan juga belum datang.Padahal waktu sudah
31
Ibid., h. 19.
57
menunjukkan pukul sembilan tetapi panita juga belum kunjung menampakan
batang hidungnya.Pada saat itu Isal sudah berada di angkutan desa, dia marah dan
bosan karena sudah lama menunggu kedatangan panitia.Sedangkan anggota gerak
jalan yang dipimpin oleh Deli sudah pergi sekedar jalan-jalan sambil menunggu
panitai.Lalu, tiba-tiba panita datang dan dengan wajah tanpa dosa (bersalah)
menyuruh peserta perlombaan gerak jalan untuk mempersiapkan barisannya. Deli
panik karena Empus dan Isep hilang, tidak berapa lama lagi tim SD Koto akan
maju setelah menunggu dua tim di depan bergerak. Deli dan Aku pun berusaha
mencari dua temannya itu.Akhirnya mereka ditemukan sedang asyik ngobrol
dengan dua orang anak perempuan, letak mereka tidak jauh dari sumber
suara.Aku marah atas kelakukan mereka. Setelah perlombaan gerak jalan selesai,
akhirnya diumumkan kalau SD Koto mendapat juara tiga sebagai peserta terbaik
dan tim paling disiplin dan kompak, tidak sia-sia semua usaha, kerja keras, dan
perjuangan mereka selama latihan, yang telah menyita waktu, hati, tenaga dan
pikiran.
Akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib yang dialami
para tokoh setelah mengalami peristiwa puncak itu, konflik atau pertentangan
yang terjadi telah mengantarkan para tokoh mengalami perubahan nasib.Berawal
dari situlah timbul kesadaran baru. Aku (Asrul) yang menjadi guru matematika di
sebuah SMP yang berjarak sekitar seratus lima puluh meter dari pusat kota
Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan, Ikal Hendrianto master IPA menjadi
peladang gambir di kampong, Aspayondri si pemilik tulisan indah menjadi tukang
cukur di tanah Jawa, Naswir yang cinta lagu nasional menjadi perantau di tanah
Jiran, berdua dengan Japrimanedi Caniago, Masrijal yang mengerti letak dunia
menjadi petani di kampong bersama Aprikal yang jago menggocek bola dan
Haristo Empus yang pintar matematika.
5. Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang terhadap pembaca
melalui tulisan-tulisannya agar pembaca bisa menarik kesimpulan dari apa yang
telah pembaca nikmati. Karena karya sastra yang baik adalah karya yang
58
memberikan sumbangsih dan pesan nilai-nilai, etika, moral.Terutama dalam ranah
pendidikan yang kiranya sangat membutuhkan inspirasi untuk lebih maju lagi,
terutama dalam meningkatkan keprofesionalan seorang guru.Adapun pelajaran
atau amanat yang dapat dikumpulkan dan dibingkai indah dalam novel Dunia
Kecil karya Yoyon Indra Joni.
Seperti pesan yang disampaikan oleh Pak Muaz “Jangan berhakim kepada
beruk.”Yang menjelaskan bahwa sifat tamak alias serakah yang dapat merusak
budi pekerti.Sifat yang tak pernah merasa puas dengan pemberian yang
dianugerahkan Allah SWT.Sifat tidak pernah mau bersyukur. Tamak hanya akan
menghilangkan ilmu di hati. Walaupun berkali-kali menghafal dan memahami
ilmu yang tengah dipelajari, tetap saja ilmunya dangkal.Sebab, nuraninya
tumpul.Jangan sampai meminta pertimbangan kepada orang yang tamak.
Selanjutnya Pak Muaz juga berpesan kepada salah satu anak didiknya “Minat
tidaklah sama dengan bakat,” nasihat Pak Muaz. “Aku teringat kata Pak Muaz
bahwa masa depan itu hanya bisa direncanakan. Tidak sepantasnya manusia
menetapkan kepastian masa depan. Kata Pak Ruslan, kalau ingin menjadi orang
sukses, maka sekolah adalah tempatnya.”32
…kata Pak Muaz, orang yang tidak punya cita-cita adalah orang-orang
dungu.Janganlah tidak punya cita-cita, berhenti bercita-cita saja
merupakan sebuah tragedy terbesar yang pernah ada dalam sejarah
manusia.“Orang-orang pesimislah yang akan berhenti berharap.Pesimis
yang identik dengan mendahului nasib.Orang yang mendahului nasib
adalah orang-orang yang takabur, buah dari penyakit hati
sombong.”Begitu kata Pak Muaz.33
Aku masih mengingat pesan yang sudah bertahun-tahun lamanya yang
disampaikan Pak Muaz bahwa “Menjadi apa punkamu, maknailah dengan
hatimu.”34
Dan pesan yang disampaikan Aku bahwa “Hidup itu harus siap pada
kemungkinan terburuk yang bakaldan bisa saja terjadi.”35
32
Ibid., h. 444. 33
Ibid., h. 445. 34
Ibid.,h. 450. 35
Ibid.,h. 451.
59
6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Dunia Kecil yaitu
menggunakan sudut pandang orang pertama atau pencerita akuan, karena novel
Dunia Kecil ditulis oleh pengarang dan secara tidak langsung pengarang ikut
terlibat di dalam cerita. Tetapi pengarang tidak menggunakan nama aslinya,
pengarang menceritakan setiap kisah dan perjalanan hidupnya secara detail.
Teriakan itu membuat jantungku seakan berhenti berdenyut.Aku menoleh
padanya, pada mulutnya yang masih menganga itu. Tak lama setelah itu, ia
tertawa terbahak-bahak, menertawakan perubahan ekspresi wajahku. Aku
melihat jam yang tergantung di dinding kantor yang berhadapan langsung
dengan pintu masuk dan membiarkan Aan sibuk tertawa. Jam kantor itu
menunjukkan pukul sembilan.36
7. Bahasa
Novel Dunia Kecil pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia yang
sehari-hari digunakan oleh masyarakat ditempat tersebut. Selain bahasa Indonesia,
pengarang juga menggunakan beberapa kata, ungakapan dan peribahasa bahasa
Padang. Bahasa yang digunakan pengarang sangatlah indah.Walaupun begitu
novel ini masih bisa dipahami maksud yang ingin disampaikan oleh
pengarang.Pembaca dapat mengetahui arti dari istilah bahasa Padang yang
digunakan pengarang lewat cerita dan pegarang juga tidak lupa mencantumkan
catatan kaki untuk menerjemahkannya.Seperti kata Uan yang diartikan sebagai
panggilan kepada paman.Lebih harus kepada kakak atau adik laki-laki dari ibu.
Atau bisa juga, dipergunakan kepada laki-laki sesuku derajat atau kedudukannya
hampir sama dengan paman. “Suara gaduh itu mengundang Uan Erman, penjaga
sekolah yang juga tinggal di lingkungan sekolah, sampai di depan kelas. Beliau
sudah lama menjadi penjaga sekolah. Tidak heran jika kami segan padanya….”37
“… Begitulah sibuknya Anya tiap pagi.Terlambat sedikit saja ke lapau Pak
Daliang, terimalah nasib naas.Tak lagi kebagian pical Anya yang lezat.Aku
36
Ibid., h. 27. 37
Ibid., h. 39.
60
sedang duduk di palanta panjang sambil menunggu sepiring pical dari Anya.”
Pengarang menggunakan beberapa bahasa padang yang artinya lapau adalah
warung, pical artinya hampir sama dengan pecel. Makanan dari sayuran yang
digabungkan dalam piring, kemudian diberi kuah kacang, dan palanta artinya
bangku panjang dengan atau sandaran yang biasanya diletakan di depan meja
panjang lapau.
“Bagai memantik api di tengah ilalang tandus, sebukit bisa
kebakaran.Bagai menaburi kata-kata keji pada sosok legendaris, sekampung bisa
huru-hara.”38
Ada lagi kata Ayek yang berarti kakek.Selain bahasa Minang.Pengarang
juga mencantumkan bahasa kompeni (Belanda), pengarang sedikit banyaknya
mengetahui bahasa itu.Seperti kata perdome yang dari kata verdomme.Artinya ,
terkutuk kau. Rotsoi dari kata rotzooi, artinya brengsek.Dan pereik dari kata
Verrekt, artinya keseleolah kamu, umpatan dalam bahasa Belanda.
Seperti kutipan“ „… Hei! Perdome, kamu!‟ teriak Ijal sambil tiarap di
antara tetumbuhan pakis kea rah Awir yang sibuk menghindari
tembakan.”39
“Sini! Hei, rotsoi, sahabatku,” Tidak dengar kata Jenderal,
hah?! Lieutenant?!”40
“ „Pereik …. Kena tembak kau, ya?Seperti orang
mati saja.Hayo, jawab!‟ teriak Ial emosi pada Dani yang tak menyahut-
nyahut di balik rambutan.”41
F. Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru dalam
Novel Dunia Kecil
Berikut adalah kutipan-kutipan karakter tokoh dalam novel Dunia Kecil
yang akan dianalisis dan dipaparkan secara detail. Adapun karakter tersebut
ditampilkan dalam sosok guru terdapat di dalam novel Dunia Kecil yang berperan
38
Ibid., h. 49. 39
Ibid., h. 250. 40
Ibid. 41
Ibid.
61
penting dalam pembentukan akhlak, mental, dan tentunya dalam keberhasilan
cita-cita yang diraih oleh anak-anak didiknya.
Pendidik yang memiliki semangat tinggi akan selalu berusaha mendidik
peserta didiknya dengan tulus guru-guru yang terdapat dalam novel Dunia Kecil
merupakan cerminan guru hakiki yang mengatasnamakan pahlawan tanpa tanda
jasa. Keikhlasan dan ketulusannya dalam mendidik tidak membuat mereka putus
asa dalam mencari mutiara-mutiara di dasar lautan yang akan menjadi mutiara
indah apabila sudah ditatanya.
1. Karakter tokoh guru ditinjau dari profil guru yang baik
Analisis karakter tokoh guru yang terdapat dalam novel Dunia Kecil karya
Yoyon Indra Joni ini dikategorikan berdasarkan tokoh guru beserta penggambaran
penokohan yang disandang masing-masing guru dalam novel ini, seperti Pak
Mawardi, Pak Muaz, Bu It, Bu Ema, Bu Sal dan Pak Ruslan. Analisis karakter
tokoh guru di bawah ini akan dikategorikan berdasarkan nilai-nilai yang ditansfer
masing-masing guru. Adapun profil guru yang baik haruslah berakhlak
mulia.Guru juga harus menumbuhkan dimensi moral, dan guru harus memiliki
peranan untuk merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar.Berikut ini
kutipan-kutipan penokahan guru dalam novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni
yang menggambarkan profil guru yang baik.
a. Ketulusan
Pak Mawardi adalah kepala SD Koto yang sangat tegas, berwibawa, baik
hati, serta memiliki kepribadian yang baik.beliau adalah tokoh yang amat tegas
dalam mendidik anak didiknya. Karena ketegasaannya maka beliau disegani oleh
anak didiknya.Walaupun begitu beliau amat tulus dalam mendidik anak
didiknya.Itu tercermin dari senyuman yang tulus kepada anak didik.Senyum tulus
itu berkharismatik.Seperti kutipan di bawah ini.
“… Aku tak tahu harus marah pada siapa.Pak Mawardi yang tiba-tiba
lewat sedang mengulum pula.Sebenarnya senyuman itu bukan mengarah
padaku, tapi pada Pak Ruslan yang tepat berjalan di samping Pak
Mawardi.Senyum tulus yang kharismatik itu cukup menjadi penghalalan
62
sepihak oleh teman-temanku yang kebanyakan senewen itu untuk tertawa
sepuas hati.Kelas kembali menggemuruh.”42
“Pak Muaz, siapa yang yang bersungguh-sungguh akan berhasil dan siapa
yang menanam akan menuai…”43
Ketulusan Pak Muaz dapat diketahui dari nasihat beliau yang sering
disampaikan kepada ank didiknya.Beliau begitu tulus mendidik anak didiknya
agar menjadi orang berhasil kelak.Maka dari itu, saat pelajarannya, beliau tidak
lupa memberikan nasihat agar anak didiknya dapat mengingat setiap nasihat yang
disampaikan oleh beliau.
b. Kesabaran
Bu Sal adalah seorang guru yang sabar dalam mendidik anak
didiknya.Beliau juga jarang marah kepada anak didiknya.Karena beliau jarang
marah maka anak didiknya sepele dan meremehkannya.Apabila ada anak didiknya
yang melakukan kesalahan, beliau hanya mengusap kepala anak didiknya.Beliau
benar-benar sabar dalam mendidik anak didiknya, terlihat dari caranya yang sabar
dalam mendidik untuk memegang pensil agar anak didiknya menulis dan
mengerjakan tugas di buku catatan.Seperti kutipan di bawah ini.
“Saat itu, tanganku masih susah memegang pensil.Jadi, aku lebih memilih
menjawab pertanyaan Bu Sal secara langsung.Ketika disuruh mengerjakan
di buku catatan, butuh perhatian khusus dari Bu Sal agar aku mau
memegang pensil.Bagitu tidak mendapat perhatian khusus lagi, pensil
yang sudah diraut runcing itu kembali tergeletak di atas buku.”44
c. Konsisten
Bu It adalah guru yang sangat disiplin, tegas dan konsisiten.Dalam
memberikan nilai beliau terbilang konsisten untuk memberikan nilai delapan
kepada anak didiknya.Angka delapan dianggap menjadi keramat bagi anak didik
yang mendapatkannya.Apabila ada anak didik yang mendapatkan nilai delapan
alangkah sangat bahagia, hebat dan beruntungnya. Karena beliau memberi angka
delapan terbilang sangat irit, dapat dihitung dengan jari yang pernah
42
Ibid., h. 380. 43
Ibid., h. 284. 44
Ibid., h. 21.
63
mendapatkannya.“Hal yang paling aku sukai dari Bu It adalah angka delapan yang
terlihat indah dan paling bisa menambah motivasi dibanding angka lain. Di
mataku, angka itu sungguh keramat.Angka itu terpatri di alam pikiranku.Apa pun
tugas yang dikumpulkan, selain matematika, angka itulah yang aku usahakan.”45
d. Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.46
Setiap pemimpin itu akan diminta
pertanggungjawabannya terhadap apa pun yang ia pimpin. Di dunia maupun
diakhirat.” ucap Pak Muaz tegas.“Semua anggota tubuh pun akan dimintai
pertanggungjawabannya.Makanya untuk menjadi pemimpin yang baik, belajarlah
terlebih dulu memimpin diri sendiri.”47
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Pak Muaz memberikan pelajaran
tentang tanggung jawab kepada ank didiknya. Dalam agama juga dijelaskan
bahwa setiap pemimipin akan diminta pertanggungjawabannya. Pak Muaz
menjelaskan kepada anak didiknya agar anak didiknya dapat mengetahui tentang
pelajaran yang disampaikan Pak Muaz.Dan kelak suatu saat anak didiknya
menjadi seorang pemimpin dapat menjalankan tanggung jawab atau tugas yang
diberikan kepadanya.Pak Muaz berharap agar anak didiknya dapat
mengamalkannya suatu saat kelak.
e. Penuh Kasih Sayang
Pak Muaz adalah guru yang sangat mengharagai dan menyayangi anak
didiknya, ketulusan beliau dalam mendidik dan mengajar sangatlah terlihat dalam
memperlakukan anak didiknya dengan sangat penuh penghargaan dan kasih
sayang. Disaat anak didknya sedang menghadapi masalah Pak Muaz memberikan
semangat untuknya dengan cara mengusap kepalanya dengan penuh kasih agar
45
Ibid., h. 25. 46
Sri Narwanti S.Pd., Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Familia, 2011),h. 29. 47
Yoyon Indra Joni, Dunia Kecil( Jogjakarta: Diva Press, 2012), h. 166.
64
energy positif yang dialirkan dapat menghilangkan masalah yang sedang dihadapi
anak didiknya. Seperti kutipan dibawah.
“Pak Muaz menghampiri Aprikal, lalu mengusap kepalanya.Mengalirkan
energi positif, mengalirkan tenaga tambahan buatannya yang sedang kehilangan
senyum jreeng”.48
Tambah lagi, setelah mendengar nasihat Bu It yang mengingatkan
kami.“Lidah memang tidak bertulang, tapi ketajamannya lebih dari
pedang.Makanya, hati-hatilah kalau bicara.Pandai-pandai menjaga lidah.
Pikir dulu apa yang mau disampaikan. Kata orang bijak, “pikir itu pelita
hati.”49
Bu It sangat sayang dengan anak didik, maka dari itu dia memberikan
nasihat agar anak didiknya pandai menjaga lisan/ lidah mereka. Karena beliau
tidak ingin kelak anak didiknya dapat mengatakan hal-hal yang tidak baik kepada
orang lain. Beliau menasihati anak didiknya dengan penuh kasih agar nasihat yang
disampaikan dapat tertanam di hati sanubari mereka. Bu It berharap agar anak
didiknya kelak menjadi orang yang dapat menjaga lisannya, agar orang lain tidak
tersinggung atau tersakiti dengan kata-kata yang diucapkan oleh mereka.
f. Ketegasan disiplin
Pak Ruslan begitu tegas dalam memberikan aturan agar anak didiknya
dapat disiplin dalam latihan gerak jalan.Beliau tidak ingin melihat anak didiknya
bermain-main pada saat latihan. Makanya,beliau memberikan sanksi kepada anak
didiknya agar mengikuti aturannya, apabila mereka tidak mengikuti aturannya
maka mereka yang tidak mematuhi itu akan tidak diikutkan dalam perlombaan
gerak jalan. Pak Ruslan berharap agar anak didiknya dapat memenagkan
perlombaan gerak jalan itu.Karena ketegasannya dalam membuat peraturan, maka
usaha Pak Ruslan membuahkan hasil.anak didiknya memenagkan juara tiga lomba
gerak jalan.
48
Ibid., h. 150. 49
Ibid., h. 166.
65
“Harus ikut aturan.Kalau tidak, tidak akan diikutkan!” begitu ancam Pak
Ruslan.50
“Ketua kelas yang sekarang, bukan dulu!” jawab Pak Rusalan
lebih tegas lagi.51
Pak Mawardi adalah kepala sekolah yang harus bersikap tegas dalam
menegakkan perarturan.Beliau tidak ingin anak didiknya tidak disiplin. Itu terlihat
dari kelakuan anak didiknya yang berkelahi pada saat jam pelajaran olahraga. Pak
Mawardi tidak ingin dan berharap agar kejadian itu terulang lagi. Akibat
kelakauan mereka maka Pak Mawardi memberikan sanksi kepada semua anak
didiknya yang kelas lima disuruh berdiri di lapangan dan menghadap matahari
terbit yang pada waktu itu sudah lebih dari sepenggal tingginya. Pak Mawardi
adalah sosok kepala sekolah yang sangat tegas dan sangat berwibawa.Beliau ingin
mengajarkan anak didiknya agar disiplin, baik itu disiplin dalam belajar dan
peraturan sekolah. Selain itu ketegasan beliau juga terlihat pada saat salah seorang
anak didiknya yang mengubah angka merah di rapotnya. Akibat perbuatannya itu,
dia tinggal kelas.Beliau tidak ingin melihat anak didiknya berbuat curang dan
tidak jujur. Pak Mawardi juga tidak ingin melestarikan bibit pembohong dan
pengkhianat dalam diri anak didiknya. Beliau ingin menciptakan dan
mempersiapkan generasi muda yang jauh dari perbuatan yang tidak bermoral
itu.Seperti terdapat dalam kutipan di berikut.
Pak Mawardi berdiri di depan. “ „Sekali lagi kejadian tabiat Barbar ini
terulang, semua anggota kelas akan dikenakan sanksi tegas!‟ ucap beliau
singkat.”52
“Bu Ema mengatakan pada Pak Mawardi bahwa tindakan itu adalah
perilaku anak-anak. Tapi, apa boleh buat. Ternyata, Pak Mawardi yang teguh
pendirian tak berkenan memaafkan pengubahan nilai rapor yang dilakukan salah
satu anak didiknya itu.”53
“… Dengan pembawaan santai, beliau selalu mendidik
agar kami memiliki disiplin tinggi…”54
50
Ibid., h. 229. 51
Ibid. 52
Ibid., h. 164. 53
Ibid.,h. 115. 54
Ibid., h. 133.
66
“Maka, tidak heran jika kedisiplinan menjadi hal yang lumrah bagi kami.
Jarang kami terlambat masuk walaupun hanya selangkah dari guru, kecuali
bagi yang menjemput guru ke kantor. Pernah Ikal terlambat masuk, tidak
terlalu lama, sekitar sepuluh langkah.Terlambatnya Ikal menjadi bahan
empuk untuk ditertawakan selama satu minggu lebih. “Inilah orang yang
ketinggalan kereta,” kata Pak Muaz tepat ketika Ikal berada di mulut
kelas…”55
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Pak Muaz juga begitu tegas dalam
hal disiplin. Beliau ingin membiasakan anak didiknya agar disiplin, tidak
terlambat masuk ke kelas.karena bila terlambat maka dia akan ketinggalan
pelajaran atau penjelasan yang disampikan oleh guru. Maka dari itu, apabila ada
anak didiknya yang terlambat, beliau hanya berkata “Inilah orang yang
ketinggalan kereta.”Beliau berharap dengan perkataan itu anak didiknya tidak
mengulanginya lagi.
g. Berwibawa
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang
perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti
mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain. 56
“… Rambutnya di bagian depan jarang, membuat keningnya terlihat lebih
lebar dibandingkan dengan kening guru-guru lain. Kening itu selalu
mengkilap.Aura wibawanya membuat takut kalau beliau mendapati ada
kelas yang masih belum piket.”57
“Namanya Bu Asmanizar, cukup kalian
panggil Bu Ema,” ucap Pak Mawardi berwibawa.58
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Pak Mawardi adalah guru yang
memiliki wibawa yang kharismatik. Itu dapat dilihat dari ucapan beliau yang
berwibawa. Selain itu juga beliau sudah memiliki aura wibawa sehingga membuat
anak didiknya begitu takut kepadanya.
55
Ibid. 56
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.,Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011), h. 48. 57
Yoyon Indra Joni, Dunia Kecil( Jogjakarta: Diva Press, 2012), h. 47. 58
Ibid., h. 51.
67
h. Bertanggung jawab
Pak Ruslan begitu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai guru olahraga.Beliau membawa anak didiknya ke lapangan
untuk belajar atau memperaktikan pelajaran tentang bermain kasti.Beliau ingin
menjelaskan n memperaktikan secara langsung tentang bermain kasti kepada anak
didiknya. Belajar tidak hanya di dalam kelas dan mencatat buku di buku catatan,
tetapi belajar juga bisa di luar kelas dan langsung mempraktikkan apa yang sudah
didapatkan di dalam kelas. Maka dari itu Pak Ruslan membawa aak didiknya ke
lapangan, beliau ingin melihat langsung pelajaran apa yang sudah didapatkan anak
didiknya.
“Pak Ruslan membawa kami ke lapangan.Sebagai guru olahraga, beliau
sering membawa kami ke lapangan sekolah yang cukup luas untuk
belajar.Dan, belajar seperti itu membuat kami senang.Saat ini, permainan
yang diajarkan adalah kasti.Setelah sebelumnya mendengarkan cara-cara
memainkan olahraga tersebut di kelas, kami tinggal mempraktikkannya.
Mulai dari cara memegang pemukul, bagaimana posisi kaki sebaiknya,
seberapa kuat tenaga yang digunakan untuk memukul, sampai bagaimana
cara bisa memukul bola dengan tepat tanpa meleset. Kami dipanggil satu
persatu.Deli mendapat tugas baru, melempar bola.Tugas yang
istimewah.Sebab, tidak semua siswa mendapat tugas yang sedikit
bergengsi itu.Masing-masing berdiri tak jauh dari Pak Ruslan, menunggu
giliran.”59
Selain itu, beliau juga adalah guru yang bertanggung jawab dalam
mendidik anak didiknya.Beliau bertanggung jawab dalam sikap anak didiknya
yang tidak baik, seperti perkelahian anak didiknya.Sebagai guru yang baik,
seharusnya bertanggung jawab dalam melerai anak didik yang berkelahi.Guru
(pendidik) tidak hanya bertanggung jawab dalam menyampaikan mata pelajaran
yang diampunya tetapi bertanggung jawab dalam mendidik karakter anak
didiknya agar tercipta karakter yang baik.
“Apa-apaan ini?!Hentikan!!” lerai Pak Ruslan di tengah pergumulan yang
masih berlangsung.60
59
Yoyon Indra Joni, Dunia Kecil( Jogjakarta: Diva Press, 2012), h. 162. 60
Ibid., h. 164.
68
i. Keteladanan
Pak Mawardi merupakan sosok yang diteladani oleh anak
didiknya.Walaupun beliau seorang kepala sekolah, beliau sangat bertanggung
jawab dalam mendidik anak didiknya, beliau berperan penting dalam membentuk
karakter anak didiknya agar menjadi lebih baik.Beliau adalah sosok yang sangat
disegani dan di takut anak didiknya.Masih ada anak didiknya yang takut melihat
beliau karena kewibawaannya.Ucapaannya memberi pengaruh yang sangat besar
kepada anak didiknya. Keteladaannya dapat dilihat dari caranya senyum,berjalan,
berbicara, dansemua tindak tanduknya ditiru oleh anak didiknya, bukan hanya itu
saja model sisiran beliau juga ditiru mereka.
“Begitu besar pengaruh ucapan orang sekaliber kepala sekolah setingkat
Pak Mawardi.Sosok yang paling kami segani dan takuti.Semua tindak
tanduknya digugu dan ditiru.Cara senyum yang hanya menampakan
giginya yang putih itu sudah dengan sangat mati-matian diupayakan
Aprikal yang setengah memaksa agar menjelma secepatnya di bibirnya.
Walau sadar tidak akan pernah sama. Belumlagi cara Pak Mawardi
berjalan, berbicara, dan memberikan perintah. Bahkan, model sisiran
rambut beliau yang lurus tersibak ke samping kanan itu, mayoritas anggota
kelas menirunya.Termasuk Aprikal yang nyata-nyata berambut ikal.”61
j. Bersahabat
“Anak-anak sekalian, Ibu bangga dengan kalian yang mau menerima Ibu
sebagai pendidik dan pengajar di sini.” Beliau memuji dan mengatakan
senang melihat sekolah kami, cara sambutan kami, dan tingkah laku kami
yang lucu-lucu. Kemudian, ditutup dengan salam. Perkenalan yang
singkat”62
“Bu Ema masih menceritakan hal-hal lain yang tidak aku pahami secara
detail.Dalam pembicaraan yang singkat itu, aku hanya menangkap bahwa
Bu Ema telah ditunjuk langsung oleh kepala sekolah sebagai guru kelas
empat, kelas kami.”63
Kutipan di atas, menjelaskan bahwa Bu Ema mencoba untuk bersahabat
dan dekat kepada anak didiknya, selain itu beliau juga ingin jauh lebih mengenal
61
Ibid., h. 194. 62
Ibid., h. 51. 63
Ibid., h. 54.
69
mereka.Sebagai guru baru, Bu Ema memulai pendekatan ke anak didiknya dengan
cara memuji anak didiknya. Sebaiknya guru harus bersikap ramah dan bersahabat
kepada anak didiknya agar anak didiknya dapat menyenangi mata pelajaran yang
akan diajarkan.
k. Menghargai
Bu Ema adalah guru baru yamg berasal dari kota Padang. Beliau
ditugaskan mengajar di SD Koto Taratak, sebuah negeri yang belum terdaftar di
peta dan jauh dari hiruk pikuk serta kerlap kerlip lampu seperti di kota. Beliau
ditugaskan langsung oleh kepala sekolah untuk menjadi guru kelas empat.Pada
saat perkenalan selesai, beliau meminta untuk pindah posisi duduk karena beliau
melihat tidak seragam, tidak cocok, dan tidak bernilai seni.Tapi anak didiknya
tidak mau pindah posisi duduk.Dan akhirnya Bu Ema meminta penjelasan dari
salah satu anak didiknya.Akhirnya Bu Ema menerima penjelsan dari salah satu
anak didiknya.Beliau sungguh menghargai pendapat anak didiknya, padahal
beliau adalah guru baru dan baru mengenal anak didiknya.Bu Ema memahami
kondisi kelas.tempat duduk pun tidak jadi diubah, beliau tahu bahwa posisi tempat
duduk menentukan seberap kuat keinginan untuk pintar. Seorang guru haruslah
menghargai pendapat yang disampaikan oleh anak didik, apabila pendapat itu
kurang baik sebaiknya diperbaiki atau diluruskan.Seperti kutipan berikut.“ „Biar
kelas kita bagus,‟ kata Bu Ema sedikit memaksa. Bu Ema minta kejelasan dari Ija
yang tempat duduknya persisi di depan meja sakral. „Karena, kami kemarin subuh
sudah ke sini menentukan tempat duduk,‟ jawab Ija jujur.”64
64
Ibid., h. 55.
70
2. Tabel karakter tokoh pendidik yang tedapat pada novel Dunia Kecil karya
Yoyon Indra Joni
Tokoh
Karakter
Pak
Mawardi
Pak
Muaz
Pak
Ruslan
Bu
Salmaniar
(Sal)
Bu
Farida
Witmi
(It)
Bu
Asmanizar
(Ema)
Ketulusan √ √ - - - -
Kesabaran - - - √ - -
Konsisten - - - - √ -
Religius - √ - - - -
Penuh kasih
sayang - √ - - √ -
Ketegasan
disiplin √ √ √ - - -
Berwibawa √ - - - - -
Bertanggung
jawab - - √ - - -
Keteladanan √ - - - - -
Bersahabat - - - - - √
Menghargai - - - - - √
Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Pak Mawardi dan Pak Muaz
memiliki karakter tokoh protagonis yang lebih banyak / dominan adalah. Pak
Mawardi adalah kepala sekolah di SD Koto Taratak, walaupun beliau seorang
kepala sekolah bukan tokoh pendidik (guru), tetapi sosoknya sangat berpengaruh
dalam pembentukan karakter peserta didik. Kepala sekolah juga termasuk seorang
tokoh pendidik dan pemimpin di sekolah. Kepala sekolah sangat besar
pengaruhnya dalam pembentukan karakter peserta didik dan tokoh pendidik
(guru). Beliau adalah sosok kepala sekolah yang sangat sabar, tulus, berwibawa,
tegas dalam disiplin dan dapat dijadikan teladan untuk tokoh pendidik (guru) dan
peserta didik di sekolah dasar Koto Taratak.
71
Selanjutnya Pak Muaz memiliki karakter tokoh pendidik yang baik. itu
dapat dilihat dari tabel. Beliau adalah sosok guru yang tulus, religius, penuh kasih
sayang dan sangat tegas dalam disiplin. Pak Muaz mengajar mata pelajaran
Agama Islam. Saat mengajar, sosoknya sangat ditunggu oleh peserta didik, karena
beliau selalu bercerita dan pembawaannya sangat santai dalam mengajarkan mata
pelajaran yang diampunya. Setiap beliau mengajar, beliau selalu memberikan
petuah / nasihat agar anak didiknya tidak salah dalam bertindak.
Selian itu, Pak Ruslan memiliki karakter tegas dalam disiplin dan
bertanggung dalam mendidik anak didiknya, tidak hanya beliau saja yang
memiliki karakter baik dalam novel Dunia Kecil. Bu Sal berkarakter sabar, Bu It
berkarakter konsisten dan penuh kasih sayang, dan terakhir adalah Bu Ema
memiliki karakter bersahabat dan sangat menghargai pendapat peserta didiknya.
Oleh karena itu, seorang tokoh pendidik haruslah memiliki karakter tulus, sabar,
konsisten, religius, penuh kasih sayang, tegas dalam disiplin, berwibawa,
bertanggung jawab, teladan, bersahabat, dan menghargai. Sosok pendidik sangat
besar pengaruhnya dalam pembentukan karakter peserta didik, karena karakter
pendidik akan ditiru oleh peserta didik. Apabila pendidik memiliki karakter buruk
maka peserta didik akan meniru karakternya dan bisa juga peserta didik tidak
menyukainya. Selain itu, karakter pendidik juga sangat berpengaruh pada saat
seorang pendidik mengajar anak didiknya. Apabila karakter pendidiknya buruk
maka anak didiknya tidak menyukai mata pelajarannya dan begitu juga
sebaliknya. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki karakter yang baik
agar peserta didiknya dapat menyukai mata pelajaran yang diampunyai dan dapat
meniru karakter pendidik tersebut, bukan hanya itu saja sosok pendidik dapat juga
dijadikan sosok inspirasi dalam hidup peserta didik.
72
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah membaca pemaparan analisis karakter tokoh guru dalam novel
Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni, dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh
guru yang dikategorikan tokoh protagonis.
Adapun simpulan yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut.
1. Karakter tokoh protagonis yang terdapat pada tokoh guru dalam novel
Dunia Kecil merupakan guru yang sangat ideal apabila diukur sebagai
seorang pengajar dan pendidik, mereka bukan saja memberikan atau
mentransfer ilmu-ilmu pengetahuan saja, mereka juga mengajarkan nilai-
nilai
2. Adapun karakter tokoh guru yang terdapat dalam novel Dunia Kecil
digambarkan dalam nilai-nilai seperti: ketulusan, kesabaran, konsisten,
religius, penuh kasih sayang, ketegasan disiplin, berwibawa,
bertanggungjawab, keteladanan, bersahabat, danmenghargai.
3. Pak Mawardi dan Pak Muaz adalah sosok tokoh pendidik yang memiliki
karakter tokoh protagonis yang lebih banyak / dominan dalam novel Dunia
Kecil.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas penulis menyampaikan saran dari pesan-
pesan dan nilai-nilai yang terdapat dalam“Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang
terdapat pada Novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni” karena novel Dunia
Kecil merupakan novel insipiarsi bagi pendidikan yang harus dibaca oleh guru
maupun siswa. Apalagi di dalamnya banyak terdapat nilai-nilai positif yang dapat
dipetik dari kisah-kisahnya.
73
1. Para pendidik atau guru hendaklah membaca karya ini dan memahami
karakter tokoh guru sebagai bahan refrensi dan cerminan sebagai guru
yang baik dan ideal.
2. Untuk para pengarang karya sastra hendaklah membuat dan menghasilkan
karya sastra yang bertema pendidikan agar dapat dinikmati oleh para
pelajar guru, dan praktisi pendidikan
3. Untuk para pendidik, hendaklah sadar dan memahami tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik yang bukan hanya memberikan teori saja,
tetapi harus mentransfer nilai-nilai agama dan sosial.
74
DAFTAR PUSTAKA
Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Jogjakarta: Laksana. 2011.
Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim.Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar . Bogor:
Ghalia Indonesia. 2010.
Azzet, Akmad Muhamimin. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia
:Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan
Kemajuan Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.
Damono, Sapardi Djoko. Sastra Bandingan Pengantar Ringkas. Ciputat: Editum.
2009.
Darajat, Zakiah. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. 2005.
Departemen Agama RI. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005.
Djamarah, Syaiful Bahari. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: RinekaCipta. 2000.
Endarswara, Suwardi. Metodologi Penenlitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama. 2003.
Faruk. Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2010.
Fuadi, A, dkk. Menjadi Guru Inspiratif: Menyemai Bibit Bangsa. Yogyakarta:
Bentang Pustaka. 2012.
Habibah. Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.
Hakim, Lucky Maulana. The Great Teacher: Mendedah Aspek-Aspek
Kepribadiaaan Guru Ideal dan Pembentukan Perilaku Siswa dalam Novel
“Pertemuan Dua Hati” Karya Nh. Dini. Jurnal Pendidikan Dompet
Dhuafa, Vol.2, No.1 Mei 2012.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.
Hilaman, Iim. Profil Guru Ideal (Studi Tokoh Muslimah dalam Novel Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata). Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. 2012. Tidak Dipublikasikan.
75
Jamaluddin. Begini Seharusnya Menjadi Guru: Panduan Lengkap Metodologi
Pengajaran Cara Rasulullah SAW. Jakarta: Darul Haq. 2008.
Joni, Yoyon Indra. Dunia Kecil. Jogjakarta: Diva Press. 2012.
Kunandar.Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikat Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2007.
Maida, Kirania. Kitab Suci Guru: Motivasi Pembakar Semangat untuk Guru.
Yogyakarta: Araska. 2012.
Muhammad. Metodologi Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. 2005.
Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosda Karya. 2011.
Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1988.
Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dan
Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2004.
Semi, M. Atar.Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. 2012.
Siswantoro. Metode Penelitian Sastra Analisis StrukturPuisi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2010.
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 2008.
Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan. Surabaya: Jaringpena. 2011.
Sumardjo, Jakob. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung: Penerbit
Alumni. 1999.
Sumardjo, Jakob. Memahami Kesusastraan. Bandung: Penerbit Alumni. 1984.
Sri Narwanti. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia. 2011.
Stanton, Robert. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
76
Wibowo, Agus dan Hamrin. Menjadi Guru Berkarakter: Strategi Membangun
Kompetensi dan Karakter Guru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.
________________________. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
Rayon 9 Universitas Negeri Jakarta. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
2012.
Zitur Rahem, “Oase Perjuangan dari Nol”,
http://www.rimanews.com/read/20130217/92313/oase-perjuangan-dari-
nol, 17 Juli 2013.
Tezuka_in, “Dunia Kecil”, http://airatezuka.blogspot.com/2013/01/dunia-
kecil.html, 17 Juli 2013
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : RusmiatunFitriah
NIM : 109013000084
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi :Analisis Karakter Tokoh Pendidik yang Terdapat pada Novel Dunia Kecil
Karya Yoyon Indra Joni
Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi M.Pd.
Mengetahui
DosenPembimbing
Drs. CecepSuhendi, M. Pd.
NIP.196010171987031001
DAFTAR RIWAYAT HDUP
RUSMIATUN FITRIAH, yang biasa dipanggil dengan
Fitri ini adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ia
menuntaskan pendidikan dasarnya di SD Negeri 163099
Tebing Tinggi, kemudian melanjutkan pendidikannya di
SMP Negeri 2 Tebing Tinggi. Setelah itu, ia melanjutkan
pendidikannya di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi, Sumatera
Utara. Setelah lulus dari SMA pada tahun 2009, ia memilih
untuk melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan dengan memilih Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat ia gemari dan senangi. Selain kuliah,
penulis berkecimpung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) Komisariat Tarbiyah, pernah menjadi Sekretaris Bidang Ekonomi, Sosial,
dan Budaya. Dan Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara, sekarang menjabat
sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan sampai sekarang.
Dunia pendidikan adalah suatu yang sangat penting. Pendidikan
merupakan ciri dari sebuah bangsa, maka setiap warga berhak untuk mendapatkan
pendidikan. Oleh karena itu, sebagai tenaga pendidik, penulis berkeinginan untuk
menjadi pendidik yang inovatif, kreatif dan profesional dalam mengajar. Pendidik
berharap agar setiap materi yang disampaikan mampu dipahami dan diamalkan
oleh setiap peserta didik yang ia ajarkan. Baginya, seorang pendidik haruslah
seorang yang mencintai dunia pendidikan dan tulus mencintai peserta didik yang
diajarkannya. Seorang pendidik juga harus mampu berpikir di luar kebiasaan,
karena setiap peserta didik yang akan dihadapi adalah orang-orang yang sangat
luar biasa. Selain itu seorang pendidik juga harus mampu menjadi tokoh yang
dapat memotivasi anak didiknya agar berkarakter dan berakhlak baik.
top related