analisis cuaca terkait kejadian hujan es di kabupaten solok tanggal
Post on 13-Jan-2017
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN ES
DI KABUPATEN SOLOK TANGGAL 4 JULI 2016
I. DATA CURAH HUJAN
Ditakar pada 05 Juli 2016 pada pukul 00.00 UTC
Stasiun Curah Hujan (mm/24Jam)
Stamet Minangkabau 0
Stamar Teluk Bayur 0
Stageof Padang Panjang 0
Staklim Sicincin 0
GAW 0
II. DAMPAK
Terjadi hujan es di wilayah Kenagarian Surian Kabupaten Solok. Pantauan Haluan di lapangan,
hujan es yang mengguyur kenagarian surian ini berawal dari gerimis biasa. Kemudian angin
kencang disertai hujan sekitar pukul 16.00 WIB. Tidak lama berselang, hujan mulai berubah
menjadi es sekitar pukul 16.30-16.45 WIB. Barulah hujan reda pada pukul 17.10 WIB.
III. ANALISIS METEOROLOGI
1. Analisis MJO
Pada diagram fase MJO (sumber: www.bom.gov.au), posisi MJO sampai tanggal 3 Juli 2016
berada di kuadran 7 wilayah Western Pasific. Sehingga MJO tidak mendukung terhadap
pembentukan awan yang mneyebabkan terjadinya hujan es di wilayah Kabupaten Solok pada
tanggal 4 Juli 2016.
2. Analisis SST
Berdasarkan dari peta analisis Sea Surface Temperature (SST) tanggal 3 Juli 2016 (sumber:
BMKG), dapat diketahui bahwa suhu permukaan laut wilayah perairan Samudera Hindia
Bagian Barat Sumatera Barat cukup hangat berkisar 30-32oC. Dimana kondisi ini mendukung
terjadinya penguapan di laut tersebut sehingga menambah kandungan uap air dan memicu
terjadinya proses pertumbuhan awan – awan konvektif di daerah tersebut.
Berdasarkan dari peta anomaly SST tanggal 3 Juli 2016 (sumber: BMKG), dapat diketahui
bahwa anomaly SST di perairan Samudera Hindia Bagian Barat Sumatera Barat berkisar antara
1-1.5°C yang berarti kondisi tersebut lebih hangat dari pada rata-rata klimatologisnya. Hal ini
mendukung adanya pertumbuhan awan di wilayah tersebut.
3. Analisis Pola Angin
Berdasarkan streamline tanggal 5 Juli 2016 jam 00 dan 12 UTC (sumber: www.bom.gov.au),
dapat dilihat terdapat adanya shear di Pulau Sumatera bagian selatan. Hal ini menyebabkan
adnaya penumpukan massa udara di wilayah tersebut yang mendukung terjadinya pembentukan
awan hujan.
4. Analisis Kelembaban Relatif
Berdasarkan data kelembaban relative dari hasil pengamatan radiosonde dapat dilihat bahwa
secara umum kondisi kelembaban di Sumatera Barat pada lapisan 850 mb adalah > 80 %, 700
mb adalah < 60 % dan lapisan 500 mb > 40%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi udara basah
di lapisan bawah dan atas, sedangkan di lapisan tengah yakni 700 mb kondisis udaranya cukup
kering. Hal ini kurang berpotensi terhadap pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah tersebut.
5. Analisis Udara Atas
Berdasarkan nilai indeks LI dapat dianalisis bahwa kondisi atsmosfer di Sumatera Barat
berpeluang terjadinya TS. Begitu juga dengan indeks SI.
Berdasarkan nlai CAPE pada pukul 12 UTC energi terjaidnya proses konvektif cukup besar
sehingga mendukung terbentuknya awan hujan.
Berdasarkan data PPBB dan dianalisa menggunakan hodograph dapat dilihat bahwa massa
udara di dominasi oleh adevksi udara dingin di lapisan bawah dan adveksi udara panas di
lapisan atas. Hal ini mendukung terjadinya pertumbuhan awan hujan.
Data PPBB Tanggal 4 Juli 2016 Pukul 06.00 UTC
No Lapisan dddff Keterangan Adveksi
1 Surface 26005
2 1000 22006 Backing Warm
3 3000 28002 Veering Cold
4 4000 33003 Veering Cold
5 5000 29003 Backing Warm
6 7000 33006 Veering Cold
7 12.000 16014 Backing Warm
8 13.000 17015 Veering Cold
9 14.000 14020 Backing Warm
6. Analisis Citra Radar
Berdasarkan data radar MAX dapat dilihat terdapat pertumbuhan awan konvektif pada pukul
08.06 UTC diwilayah Kabupaten Solok dengan reflektifitas yang tinggi yaitu >55 dBZ.
Reflektifitas yang tinggi menandakan adanya inti awan yang sangat dingin. Hal ini sangat
mendukung terbentunya hujan es diwilayah tersebut.
Berdasarkan citra radar VCUT diatas dapat dilihat bahwa secara umum ketinggian sel awan
mencapai lebih dari 8 km. Pada jam 09.06 UTC terdapat refelktifitas >55 dBz di inti sel awan.
Dapat dikatakan bahwa sel ini adalah Cumulonimbus. Dari hasi VCUT dapat dilihat bahwa
ketinggian awan ini rendah dan kondisi awan sangat dingin sehingga presipitas yang turun
belum 100% mencair.
Berdasarkan citra radar CAPPI Velocity ketinggian 3 km dapat dilihat bahwa terdapat pola
angin sikonal dengan kecepatan 0.5-5.0 m/s saat kejadian hujan es. Pola ini menadakan adanya
proses konvergensi yang mendukung pertumbuhan awan konvektif.
7. Analisis Citra Satelit
Berdasarkan citra satelit dapat dianalisis bahwa terdapat pertumbuhan awan pada pukul 08.00
wilayah kabupaten solok. Kemudian pertumbuhan awan berkembang dan suhu awan menurun
yang menandakan bahwa pertumbuhan awan ini ,erupakan awan konvektif.
IV. KESIMPULAN
Hujan es di kanagarian Surian Solok akibat SST yang hangat di Perairan Sumatera dan faktor lokal
dimana dalam 7 hari ini di daerah tersebut cukup panas.
V. PROSPEK 2 HARI KEDEPAN
Prospek 2 hari kedepan potensi hujan bersifat lokal masih terjadi di Solok, Pasaman, Sebagian
Pesisir Sumatera Barat.
VI. INFORMASI PERINGATAN DINI
Informasi ke grup BMKG dan stakeholder yang terdiri dari BPBD,Kepolisian,wartawan dll
Mengetahui Padang, 5 Juli 2016
Kasi Observasi dan Informasi Forecaster On Duty
Eka Suci Puspita W.
NIP. 199308292012102001
top related