air & space law - konferensi paris 1910 dan konvensi paris 1919

Post on 15-Apr-2017

717 Views

Category:

Law

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Mariske Myeke Tampi

Agenda Konferensi Paris

Membahas mengenai:•masalah-masalah teknis dan operasional pesawat udara yang digunakan oleh pemerintah (public aircraft) dan pesawat udara sipil (private aircraft)•Navigasi penerbangan•Pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara•Sertifikat kelaikudaraan•Sertifikat kecakapan awak pesawat udara•Peraturan mengenai keberangkatan dan kedatangan pesawat udara•Dokumen yang harus dibawa dalam penerbangan, dll.

Ada 3 (tiga) kubu yang berbeda dalam Konferensi Paris:

Pendirian Paris

1.Dilarang melakukan penerbangan dengan pesawat udara di dalam suatu zona di bawah ketinggian yang telah ditetapkan oleh konvensi;2.Dilarang melakukan penerbangan atas pertimbangan pertahanan keamanan keamanan, di atas tempat-tempat yang telah ditentukan seperti atas benteng pertahanan kemananan dan lokasi militer;3.Tanpa izin, dilarang mengangkat dengan pesawat udara benda-benda berbahaya seperti bahan peledak, peluru, alat potret dari udara, peralatan komunikasi serta barang-barang dagangan yang menurut peraturan bea cukai dianggap membahayakan;

Pendirian Jerman

“Fully and absolute territorial sovereignty in usable space over its land and waters”

---

Pendirian Inggris

“It is desirable that no regulation be instituted which implies in any manner whatsoever the right of an aircraft to fly over or land on private property or which excludes or limits the right of every state to prescribe the condition under which excludes or limits the right of every state to prescribe the condition under which one may navigate in the air above its territory.”

---

Kegagalan mencapai kesepakatan pengesahan konvensi internasional tersebut disebabkan oleh:•Keberatan Inggris menerima usul perubahan undang-undang perdatanya, khususnya mengenai status hukum hak-hak milik perorangan dari si pemilik tanah di ruang udara (legal status of private property rights in flight space);•Tidak terdapat kata sepakat memasukkan di dalam konvensi untuk mengadakan perlakuan yang sama kepada pesawat udara asing dan pesawat udara nasional;•Sebab-sebab lain yang lebih penting tersebut karena bersifat politis.

Kegagalan Konferensi Paris 1910

Kedaulatan Wilayah Udara

Diatur dalam Pasal 1:

Para Pengagung anggota konvensi mengakui bahwa setiap penguasa mempunyai kedaulatan yang utuh dan penuh atas ruang udara di atas wilayahnya.

(The High Contracting Parties recognise that every power has complete and exclusive souvereignty over the airspace above its territory. For the purpose of the present convention, the territory of a state shall be understood as including the national territory, both that of the mother country and of the colonies and the territorial waters adjacent thereto).

Penerbangan Lintas Damai

Diatur dalam Pasal 2:

Dalam waktu damai, setiap negara peseta Konvensi Paris 1919 menyetujui penerbangan lintas damai (innocent passage) di atas wilayahnya pesawat udara yang didaftarkan di negara anggota lainnya dengan ketentuan bahwa persyaratan yang ditentukan dalam Konvensi Paris 1919 betul-betul ditaati oleh pesawat udara tersebut.

Zona Larangan Terbang

Diatur dalam Pasal 3 dan 4:

Setiap negara berhak untuk menentukan zona larangan terbang atas pertimbangan kepentingan pertahanan dan keamanan nasional dengan ancaman hukuman bilamana terdapat pelanggaran.

Pendaftaran dan Kebangsaan Pesawat Udara

Diatur dalam Pasal 5, 6, 7, 8 dan 10:

Tidak ada pesawat udara (kecuali atas ijin khusus atau sementara) yang terbang di atas wilayah negara anggota yang tidak terdaftar di negara anggota Konvensi Paris 1919.

Pesawat udara mempunyai tanda pendaftaran dan kebangsaan dari negara tempat pesawat udara didaftarkan.

top related