activity based costing
Post on 23-Jun-2015
2.913 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM
MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP
(STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)
SKRIPSI
Oleh :
Nama : Fieda Femala
No Mahasiswa : 00312268
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM
MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP
(STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)
SKRIPSI
disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu syarat untuk
mencapai derajat Sarjana Strata-1 jurusan Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi UII
Oleh :
Nama : Fieda Femala
No Mahasiswa : 00312268
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari
terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima
hukuman/sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”
Yogyakarta, 21-09-2007
Penyusun,
(FIEDA FEMALA)
ii
PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM
MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP
(STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)
Hasil Penelitian
Diajukan oleh :
Nama : Fieda Femala
No Mahasiswa : 00312268
Jurusan : Akuntansi
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
Pada tanggal
Dosen Pembimbing
(Drs Kesit Bambang Prakosa, MSi)
iii
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI BERJUDUL
Penerapan Metode Activity-Based Costing System Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap
(Studi Pada RSUD Kabupaten Batang)
Disusun Oleh: FIEDA FEMALA Nomor Mahasiswa: 00312268
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS
Pada tanggal : 7 September 2007
Pembimbing Skripsi/Penguji : Drs. Kesit Bambang Prakosa, M.Si ………….
Penguji : Drs. Johan Arifin, M.Si ………….
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D
iv
MOTTO
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum (golongan) kecuali kaum (golongan)
itu sendiri yang mengubahnya”
(Qs. Ar-Ra’du : 11)
“ Katakanlah : Setiap kamu berkarya menurut bakat masing-masing, hanya
Allah Tuhanmu yang paling mengetahui siapa yang benar-benar mendapat
Petunjuk di jalan yang ditempuhnya.”
(Qs. Al-Israa : 84)
“Wahai orang yang beriman, jika kamu menolong (melaksanakan semua perintah) Allah, maka Ia
akan menolong kamu dan memantapkan langkah-langkahmu.”
(Qs. Muhammad : 7)
Halaman Persembahan
v
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤ Skripsi ini ku persembahkan :
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Mama tercinta Tati Sugiharti
Papaku Achmad Sobirin
Kakakku Mia Marisa
Adikku Rengga Dan Adya
Yayangku Popied feriyanto
Keponakanku Asty Amanda
KATA PENGANTAR
vi
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirrabilallamin, penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas karunia dan nikmat-Nya, sehingga akhirnya penyusunan skripsi ini
dapat berjalan dengan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat
dalam menyelesaikan pendidikan Program Strata (S1) untuk memperoleh gelar
kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UNiversitas Islam
IndonesiaYogyakarta.
Proses penyusunan skripsi ini sudah diusahakan semaksimal
mungkin, kalaupun ada kekurangan itu karena keterbatasan yang dimiliki penulis
layaknya sebagaimana manusia biasa, karena proses penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis hendak memberikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada
1. Bapak Prof. Dr. Edy Suwandi Hamid, M.Ec selaku Rektor
Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Drs. Asmai Ishak, M. Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
3. Ibu Dra. Erna Hidayah, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Indonesia.
vii
4. Bapak Drs. Kesit Bambang Prakosa, M.Si selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk
membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Drs. Johan Arifin, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi
penulis.
6. Pak Gunawan, Pak Pri, Pak Utoyo terimakasih atas segala bantuan-
bantuannya disaat yang tepat.
7. Mama tercinta yang selalu dengan sabar memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Setiap
dukungannya sangat berarti bagi penulis. I love You Mam.
8. Papaku yang selalu memberikan nasehat kepada penulis agar
segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakakku tercinta yang selalu memberi dorongan kepada penulis
untuk selalu kuat,tegar dan percaya diri..
10. adik-adikku, kalian adalah motivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Yayangku yang selalu berada didekatku dalam keadaan susah
maupun senang.
12. Dewi Husin, makasih ya pinjaman laptopnya.
viii
13. Teman-teman lamaku di wisma pugeran, mbak nana, mbak leni,
mbak tati, mia, ony, ade, lia, rini, siti. Semoga di lain waktu kita
bisa ketemu lagi.
14. Teman-temanku di wisma cantik, Rhinie, Umi, Dian, Egha, Heni,
Winda, Heny, July, Vivi, Yuyun, Sandra, Icun, Mb ita, Yuni.
Tanpa kalian wisma cantik terasa sepi.
15. Keponakanku Asty Amanda yang lucu dan imut
16. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan dan bantuannya hinggga
terselesaikannya skripsi ini.
Harapan penulis semoga Allah SWT senantiasa memberikan
karunia-Nya atas Budi baik dan amal mereka.
Akhir kata bila ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini penulis
menyadari bahwa itu semua merupakan kekurangan dari penulis sebagai manusia
biasa. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya serta semua pihak yang memerlukannya. Amin.
Wassalamu’alakum Wr.Wb
Yogyakarta, September 2007
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………… i
Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme…………………………………… ii
Halaman Pengesahan………………………………………………………. iii
Berita Acara Ujian Skripsi…………………………………………………. iv
Halaman Motto…………………………………………………………….. v
Halaman Persembahan…………………………………………………….. vi
Kata Pengantar……………………………………………………………... vii
Daftar Isi…………………………………………………………………… x
DAftar Tabel……………………………………………………………….. xiv
Daftar Gambar……………………………………………………………… xv
Abstrak……………………………………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….... 5
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………. 5
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………… 5
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………… 6
2.1 Pengertian Activity Based-Costing………………………….. 6
2.2 Konsep-Konsep Dasar Activity Based-Costing……………... 6
2.3 Perbandingan Biaya Produk Tradisional Dan ABC… 8
2.4 Struktur Sistem ABC………………………………………... 10
x
2.5 Syarat Penerapan Sistem ABC……………………………… 11
2.6 Pembebanan BOP Pada ABC………………………………. 13
2.6.1 Prosedure Pembebanan BOP Dengan ABC Sistem… 14
2.7 Manfaat Penentuan HPP Berdasarkan Aktifitas……………. 16
2.8 Cost Driver………………………………………………….. 18
2.9 Keunggulan Metode ABC…………………………………... 20
2.10 Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional…………… 21
2.11 Pengertian Dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan
Metode Cost Plus Pricing…………………………………… 24
2.12 ABC Untuk Perusahaan Jasa……………………………… 27
BAB III TINJAUAN OBYEK PENELITIAN…………………………… 29
3.1 Gambaran Umum RSUD Kab. Batang…………………… 29
3.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kab. Batang………….. 29
3.1.2 Visi, Misi, Moto, Tujuan, Filosofi, Tugas RSU
Fungsi RSU Dan Nilai Dasar……………………... 30
3.1.2.1 Visi……………………………………… 30
3.1.2.2 Misi……………………………………… 30
3.1.2.3 Moto…………………………………….. 30
3.1.2.4 Tujuan…………………………………… 30
3.1.2.5 Filosofi………………………………….. 30
3.1.2.6 Tugas RSU……………………………… 31
3.1.2.7 Fungsi RSU…………………………….. 31
xi
3.1.2.8 Nilai Dasar……………………………… 31
3.1.3 Pemegang Jabatan………………………………… 32
3.1.4 Fasilitas Pelayanan……………………………….. 32
3.1.4.1 Rawat Jalan…………………………….. 32
3.1.4.2 Rawat Inap……………………………… 33
3.1.5 Penunjang Pelayanan…………………………….. 33
3.1.5.1 Penunjang Medik………………………. 33
3.1.5.2 Penunjang Non Medik…………………. 34
3.1.6 Kerjasama Dengan Institusi Pendidikan…………. 34
3.1.7 Tenaga Pengelola………………………………… 35
3.1.8 Sarana…………………………………………….. 36
3.1.9 Struktur Organisasi……………………………….. 37
3.1.10 Kelas Jasa, Dan Tarif RSU………………………… 43
3.1.10.1 Kelas Jasa……………………………….. 43
3.1.10.2 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap
RSUD Kab. Batang……………………... 45
3.1.11 Data Pendukung ABC…………………………….. 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN……………………………… 52
4.1 Perhitungan HPP Rawat Inap Dengan Menggunakan ABC… 52
4.1.1 Mengidentifikasi Dan Mendefinisikan Aktivitas Dan
Pusat Aktivitas……………………………………... 52
4.1.2 Mengklasifikan Aktivitas Biaya Kedalam Berbagai
Aktifitas……………………………………………. 56
xii
4.1.3 Mengidentifikasi Cost Driver……………………… 58
4.1.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver…………… 61
4.1.5 Membebankan Biaya Ke Produk Dengan Menggunakan
Tarif Cost Driver Dan Ukuran Aktifitas…………… 64
4.2 Perbandingan Metode Tradisional Dan ABC Dalam Penetapan
Tarif Jasa Rawat Inap……………………………………….. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….. 73
5.2 Saran…………………………………………………………. 74
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 75
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1 Perbedaan Penetapan HPP Melalui Metodse Tradisional Dengan ABC…………………………………………………………. 9 3.1 Jumlah Ruang Rawat Inap dan Kapasitas Tempat tidur RSUD Batang 33 3.2 Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kab. Batang…………………………... 47 3.3 Data Biaya Rawat Inap Pada RSUD Batang…………………………. 48 3.4 Data Pendukung Lama Hari Pasien Rawat Inap Pada RSUD Batang... 49 3.5 Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat ianap Pada RSUD Batang…… 50 3.6 Data Pendukung Luas Ruangan Rawat Inap Pada RSUD Batang……. 50 3.7 Tarif Konsumsi Tiap Kelas Rawat Inap Pada RSUD Batang………… 51 4.1 Data Penggunaan Listrik Pada RSUD Batang………………………... 54 4.2 Klasifikasi Biaya Ke Dalam Berbagai Aktifitas……………………… 58 4.3 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap 59 4.4 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Kamar Rawat Inap Dengan Menggunakan Metode ABC………………………………………….. 62 4.5 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas VIP……………………………………… 65 4.6 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama I…………………………………. 66 4.7 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama II………………………………… 67 4.8 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I…………………………………………. 68 4.9 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II…………………………………………. 69 4.10 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III…………………………………………70 4.11 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional Dengan ABC Dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap………………………………. 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Konsep Dasar Activity Based-Costing.............................................. 8
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian dari BAPPEDA……………………………... 76 2. Surat Keterangan Penelitian dari RSUD Kabupaten Batang........................ 77
xvi
ABSTRAK
Dalam penentuan harga pokok produk, sistim akuntansi biaya
tradisional kurang sesuai lagi untuk diterapkan di era tekhnologi yang modern seperti saat ini. Karena sistem ini mempunyai beberapa kelemahan. Diantaranya adalah memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005). Adanya berbagai kelemahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan metode Activity-Based Costing. Activity-Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur biaya ke aktivitas, kemudian ke produk. Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan dalam metode ABC lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan Utama I yang memberikan hasil lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha
yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-
masing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen.
Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang
manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu
bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah
sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik
pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang
semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga
menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan.
Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan,
perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan
kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan
fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Dimana
pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh
pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu
keputusan yang sangat penting. Karena dapat mempengaruhi profitabilitas
suatu rumah sakit. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa
2
rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin
menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya.
Dalam menentukan harga pokok produk terkadang rumah sakit
masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Dimana sistem ini tidak
sesuai dengan lingkungan pemanufakturan yang maju, pada diversifiksi
(keanekaragaman) produk yang tinggi (Bunyamin Lumenta, 1989). Biaya
produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional
memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena
adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga
mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan,
perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut
juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen &
Mowen, 2005).
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun
1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok
produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada
akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activit-Based
Costing. Definisi metode Activity-Based Costing (ABC) merupakan suatu
sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan
kemudian keproduk (Hansen & Mowen, 1992)
Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara
akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu
biaya) yang digunakan. Dalam sistem penentuan harga pokok produk
3
dengan metode ABC menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak
dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya
menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit.
Dalam metode ABC, menganggap bahwa timbulnya biaya
disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini
menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan
biaya dan akan lebih baik apabila diterapakan pada perusahaan yang
menghasilkan keanekaragaman produk.
Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang
menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih
dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan
banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit,
sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam
penentuan harga pokok produk. Metode ABC dinilai dapat mengukur
secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini
disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam
pembebanan biaya overhead, sehingga dalam metode ABC dapat
meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan
biaya lebih akurat.
RSUD Batang merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah
yang melayani kesehatan bagi masyarakat sekitar Batang. Dalam
perhitungan biaya rawat inap, RSUD Batang masih menggunakan sistem
akuntansi biaya tradisional. Padahal perhitungan biaya rawat inap sangat
4
penting karena berkaitan dengan masalah penentuan harga pokok rawat
inap.Yang pada akhirnya akan mempengaruhi penentuan harga jualnya
atau tarif rawat inap.Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk
menyusun skripsi dengan judul :
‘‘PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM
DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP
(STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)”
5
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah cara menghitung tarif jasa rawat inap pada RSUD
Batang dengan menggunakan Activity-Based Costing System.
2. Apakah ada perbedaan besarnya tarif jasa rawat inap pada RSUD
Batang dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional
dan Activity-Based Costing System.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan Activity-Based Costing System dalam
kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap pada RSUD Batang.
2. Untuk mengetahui perbandingan besarnya tarif jasa rawat inap, dengan
menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based
Costing System pada RSUD Batang.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan pengetahuan mengenai penerapan Activity-Based Costing
System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap.
2. Memberikan alternative cara perhitungan tarif jasa rawat inap dengan
menggunakan konsep Activity-Based Costing System.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan cara penghitunagan tarif
jasa rawat inap dengan menggunakan konsep Activity-Based Costing
System.
4. Membantu rumah sakit dalam menghitung dan menentukan tarif jasa
rawat inap dengan menggunakan metode Activity-Based Costing Syste
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Activity-Based Costing
Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan
konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga
pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem
ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat
akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari
aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat
ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi.
Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin Widjaja (1992; 27) adalah :
“Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama.”
Sedangakan menurut Mulyadi (1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut :
“ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.”
Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan oleh Hansen and
Mowen (1999: 321) sebagai berikut :
“Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.”
7
Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991: 47) adalah:
“Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan.”
Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) sebagai berikut:
“Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.”
2.2 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing
Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang
terfokus pada aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan
produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal
aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi
yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor
penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas
ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke
aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa
aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.
8
Gambar 2.1
Konsep Dasar Activity Based Costing
Resources
Process View
Cost Driver Activities Performance
Cost Object
Sumber: Hansen, Don .R. dan Maryanne, M. Mowen, 2005
2.3 Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC
Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak
dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya
yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang
dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel.
Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok
produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap
bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume
9
produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing
produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk
memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara
signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen,
1999: 157-158)
Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga
pokok produk tradisional dan sistem ABC, yaitu:
Tabel 2.1
Perbedaan penetapan harga pokok produk
Tradisional dengan Metode Activity Based Costing
Metode Penentuan Harga Pokok Produk Tradisional
Metode Activity Based Costing
Tujuan Inventory level Product Costing
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi, Tahap pengembangan
Fokus Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung Biaya overhead
Periode Perode akuntansi Daur hidup produk Teknologi yang digunakan Metode manual
Komputer telekomunikasi
Sumber: Mulyadi, 1993
10
2.4 Struktur sistem ABC
Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan
oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya
perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya
departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media
untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha.Ada dua
asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing, yaitu:
1) Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya
Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau
sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk
melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya
biaya.
2) Produk atau pelanggan jasa
Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas
untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan
yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas
tersebut.
Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sitem ABC.
Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkanan biaya, maka
untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat
mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka
biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya
11
untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan
memberikan pelayanan produk (Cokins dkk, 1996:12)
2.5 Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan
menggunakan sistem ABC menyaratkan tiga hal:
1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa
macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan
fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan
menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing
produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang
sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis
tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan
untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka
semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam
mendukung pengambilan keputusan manajemen.
3. Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan
informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan
manfaat yang diperoleh (Supriyono, 1994:664-665).
12
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan
penerapan metode ABC, yaitu (Supriyono, 2002: 247)
1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang
signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead
yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan
overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisionalpun
informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan
sisitem ABC kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based Costing
akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya
tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja.
2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non
unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya
semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu
pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan system ABC justru tidak
tepat karena sistem ABC hanya dibebankan ke produk dengan
menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai
banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama,
maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem ABC
membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi
perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah)
mungkin masih dapat mengunakan sistem tradisional tanpa ada
masalah.
13
2.6 Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing
Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya
overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada
akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk
pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari
pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan
akuntansi biaya tradisional (cooper, 1991:269-270).
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila
dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya
tradisional.
Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam
Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost
Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-
biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama
tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-
aktivitas selanjutnya.
2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang
dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi
jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah
keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead
yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja.
14
Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen,
aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan
mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
2.6.1 Prosedure Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC
Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedure pembebanan biaya
overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan:
a. Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang
sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah :
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai
aktifitas
2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas,
pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang
terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch
related activity costing, product sustaining activity costing,
facility sustaining activity costing.
Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya
aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah
unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk
menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung
15
dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang
diproduksi.
b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa
memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut.
Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan
pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel
batch.
c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)
Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik
dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch
atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh
merancang produk atau mengiklankan produk.
d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang
proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya
aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas
ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk
yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti
kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan
sebagainya.
16
3. Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit
cost driver.
4. Menentukan tarif/unit Cost Driver
Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu
aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat dihitung dengan rumus
sbb:
Tarif per unit Cost Driver = CostDriver
fitasJumlahAkti
b. Tahap Kedua
Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing
produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya
overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb:
BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
2.7 Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas
Jika syarat-syarat penerapan sistem ABC sudah terpenuhi, maka
sebaiknya perusahaan menerapkan sistem ABC dan segera mendesain
ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut:
(Supriyono, 2002:698)
17
1) Memperbaiki mutu pengambilan keputusan
Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan
manajer melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat
dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting
artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan
yang tajam.
2) Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus
terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.
Sistem ABC mengidentifikasi biaya overhed dengan kegiatan yang
menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus
mencerminkan jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh
setiap produk. Sistem ABC mengakui bahwa tidak semua overhed
bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan
menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat
lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk.
3) Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan.
Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang
dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk,
maka manajemen akan menghasilkan kemudahan dalam memperoleh
informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang
menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka.
18
2.8 Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas
adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap
aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan
ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan
dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya
overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk.
Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-
masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
a) Pengertian Cost Driver
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi
biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab
utama tingkat aktifitas yang akan menyebabkan biaya dalam
aktifitas.
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
1. Cost Driver berdasarkan unit
Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead
pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh
seluruh departemen.
2. Cost Driver berdasarkan non unit
Cost Driver berdasarkan non unit merupakan factor-faktor
penyebab selain unit yang menjelaskn konsumsi overhead.
19
Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah
luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.
b) Penentuan Cost Driver Yang Tepat
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak
jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam
menentukan penimbul biayanya atau cost driver.
1) Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan
Menurut Cooper dan Kaplan (1991: 375), penentuan banyaknya
cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan
product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output
perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan
biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi
tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver
yang dibutuhkan.
2) Pemilihan cost driver yang tepat.
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang
harus dipertimbangkan: (Cooper dan Kaplan, 1991: 383)
a) Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver
yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan
dipilih.
b) Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost
driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya
20
(degree of correlation). Cost driver yang memiliki korelasi
tinggi akan dipilih.
c) Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior
effec). cost driver yang menyebabkan perilaku yang
diinginkan yang akan dipilih
2.9 Keunggulan Metode ABC
Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah
sebagai berikut:
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa
mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih
kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk
meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada
mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana
benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya
dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki
mutu dan mengurangi biaya
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan
penawaran kompetitif yang lebih wajar
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat
melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang
21
dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume
rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya,
manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing
untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih
tinggi.
2.10 Kelemahan Sistem akuntansi Biaya Tradisional
Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya
tradisional kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional
memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi
pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya
memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya
dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.
Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total
perusahaan, akan tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”,
seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya
administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar, pelanggan, saluran
distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang
percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya
“below the line” ini diperlakukan secara sama dengan
mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa
pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain
22
dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin,
1992: 22).
Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Supriyono (2002: 74-77) bahwa
dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai
dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini
disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan
yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:
1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan
penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini
hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk
mencapai keunggulan dalam persaingan global.
2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu
memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada
berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan
menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab
akibat biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya
ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam
kerja langsung.
4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya
yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan
yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.
23
5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung
dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya
mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk,
padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan
tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai
macam aktivitas.
6. Sistem akuntansi biayaa tradisional menggolongkan suatu
perusahaan kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku
dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.
7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada
perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu
dengan menggunakan standar.
8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-
alat dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi
dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.
9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya
daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi
biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan,
penelitian dan pengembangan. Biay-biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi
harga pokok daur hidup produk.
24
2.11 Pengertian dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan Metode Cost
Plus Pricing
Tarif menurut Supriyono (1991:332) adalah:
“Sejumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”
Untuk menentukan tarif, biasanya manajemen mempertimbangkan
beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor biaya maupun bukan
biaya. Menurut Supriyono (1991:332):
o Biaya, khususnya biaya masa depan
o Pendapatan yang diharapkan
o Jenis produk jasa yang dijual
o Jenis industri
o Citra dan kesan masyarakat
o Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang,
keputusan, peraturan dan kebijakan pemerintah
o Tindakan atau reaksi para pesaing
o Tipe pasar yang dihadapi
o Trend Ekonomi
o Biaya manajemen
o Tujuan non laba
o Tanggung jawab sosial perusahaan
o Tujuan perusahaan,khususnya laba dan return on
investment (ROI)
25
Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu
tujuan dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan dipergunakan
sebagai salah satu pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya tujuan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bertahan hidup (survival)
Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama,
apabila menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas
produksi, persaingan keras, atau perubahan keinginan konsumen.
Untuk mempertahankan tetap berjalannya kegiatan produksi,
perusahaan harus menetapkan harga yang rendah, dengan harapan
akan meningkatkan permintaan. Dalam situasi demikian, laba
menjadi kurang penting dibandingkan survival.
b. Memaksimalkan laba jangka pendek
Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan
dengan harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba,
arus kas, atau tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal,
perusahaan lebih menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang
ada dan kurang mempertimbangkan prestasi keuangan jangka
pendek.
c. Kepemimpinan pangsa pasar (leader of market share)
Sebagian perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan.
Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market share terbesar
26
akan menikmati biaya terendah dan laba tertinggi dalam jangka
panjang. Untuk itu, mereka menetapkan harga serendah mungkin.
d. Kepemimpinan mutu produk
Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki
produk dengan mutu terbaik di pasar. Keputusan ini biasanya
mengharuskan penetapan harga yang tinggi untuk menutup biaya
pengendalian mutu produk serta biaya riset dan pengembangan.
e. Tujuan-tujuan lain, misalnya mempertahankan loyalitas pelanggan
Perusahaan mungkin menetapkan harga yang rendah untuk
mencegah masuknya perusahaan pesaing atau dapat menetapkan
harga yang sama dengan pesaing dengan tujuan untuk
mempertahankan loyalitas pelanggan. Menghindari campur tangan
pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah produk, dan untuk
menarik lebih banyak pelanggan.
Menurut Mulyadi (1993), penentuan tarif atau harga jual suatu
produk atau jasa dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing
yaitu penentuan tarif jasa dengan cara menambahkan laba yang
diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk
memproduksi dan memasarkan produk atau jasa. Tarif jasa
berdasarkan Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus:
Tarif per kamar = Cost sewa kamar + Laba yang diharapkan
27
2.12 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa.
Sistem kerja Activity Based Costing banyak diterapkan pada
perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa.
Penerapan metode Activity Based Costing pada perusahaan jasa memiliki
beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang
dimiliki perusahaan jasa. Menurut Brinker (1992), karakteristik yang
dimiliki perusahaan jasa, yaitu:
1) Output seringkali sulit didefinisi
2) Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat
didefinisi
3) Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost pada
seluruh kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan
antara output dengan aktivitasnya. Output pada perusahaan jasa
adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak
terwujud, contoh: kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi,
pemuasan konsumen. Output pada perusahaan jasa tidak
berwujud membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit,
dewasa ini bisnis jasa menggunakan metode Activity Based
Costing pada bisnisnya.
Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity Based Costing
benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidak-
tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu
28
diperhatikan dalam penerapan Activy Based Costing pada
perusahaan jasa adalah:
1) Identifying and Costing Activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka
beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien.
2) Spesial Challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan
manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan
yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya
mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak
dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada
namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang
tidak dapat dihindari.
3) Output Diversity
Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam
mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa,
diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas
pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk
dijelaskan atau ditentukan
29
BAB III
TINJAUAN OBYEK PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum RSUD BATANG
3.1.1. Sejarah berdirinya RSUD BATANG
RSUD BATANG didirikan pada tahun 1957, pada waktu itu masih
ikut wilayah karesidenan pekalongan. Pada tahun 1966 rumah sakit
tersebut diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah Daerah Kabupaten
Dati II Batang. Pada tahun 1996 RSUD Batang berubah status dari D
menjadi C. sejak saat itu diadakan upaya-upaya perbaikan mutu pelayanan.
Sejak saat itu sering diadakan upaya-upaya perbaikan mutu pelayanan
sampai akhirnya tahun 1999 mendapatkan akreditasi penuh tingkat dasar.
RSUD BATANG terletak pada kabupaten batang, dimana kabupaten
batang merupakan salah satu dari 35 kabupaten yang ada di JATENG yang
terletak antara:
- Bujur timur : 109 40’ 19’’ - 110 03’ 06’’
- Lintang selatan : 006 51’ 46’’ – 007 11’ 47’’
Dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah utara : Laut jawa
- Sebelah timur : Kabupaten Kendal
- Sebelah Selatan : Kabupaten wonosobo dan Banjarnegara
- Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan & kota Pekalongan
30
3.1.2 Visi, Misi, Motto, Tujuan , Filosofi, Tugas, Fungsi RSU dan Nilai
Dasar
3.1.2.1 Visi
Menjadi rumah sakit pilihan utama atau kebanggaan masyarakat dan pusat
rujukan kesehata di Kabupaten Batang dan sekitarnya.
3.1.2.2 Misi
- Memberikan pelayanan secara paripurna, bermutu dan terjangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat.
- Meningkatkan profesionalisme seluruh karyawan rumah sakit
- Melakukan kerja sama dengan pihak terkait dalam pelayanan
kesehatan
3.1.2.3 Motto
Kesembuhan Anda merupakan tekad dan kebahagiaan kami
3.1.2.4 Tujuan
- Meningkatkan kemampuan pelayana melalui penyediaan dan
peningkatan sarana dan prasarana
- Profesionalisme SDM secara berkesinambungan
- Peningkatan hubungan kemitraan dengan unit atau instansi dan
organisasi
3.1.2.5 Filosofi
- Bekerja dengan ikhlas, menjaga amanah serta semangat kebersamaan
dalam tim merupakan modal kami.
31
- Ramah tamah, kasih sayang, keterbukaan dan saling menghargai
merupakan budaya kami.
- Kepuasan pelanggan merupakan tujuan kami
3.1.2.6 Tugas RSU
Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta
pencegahan dan pelaksanaan upaya rujukan.
3.1.2.7 Fungsi RSU
- Penyelenggaraan pelayanan medis
- Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis
- Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan
- Penyelenggaraan pelayanan rujukan
- Penyelenggaraan pendididikan dan pelatihan
- Penyelenggaraan penelilitian dan pengembangan
- Penyelenggaraan administrasi umum keuangan
3.1.2.8 Nilai dasar
- Bekerja dengan ikhlas
- Keterbukaaan
- Ramah tamah
- Kasih sayang
- Saling menghargai
- Semangat kebersamaan
32
- Menjaga amanah
3.1.3 Pemegang jabatan
- Tahun 1966 – 1990 : dr. Marthani
- Tahun 1990 – 1992 : dr. Sularso
- Tahun 1992 -1998 : dr Izis
- Tahun 1998 – sekarang : dr. Hj. Ratna Ismoyowati. MARS
3.1.4 Fasilitas Pelayanan
3.1.4.1 Rawat Jalan
- Poliklinik Umum
- Poliklinik Gawat Darurat
- Poliklinik Spesialis penyakit dalam
- Poliklinik Spesialis bedah
- Poliklinik Spesialis kebidanan dan Penyakit Kandungan
- Poliklinik Spesialis anak
- Poliklinik Spesialis Mata
- Poliklinik Spesialis THT
- Poliklinik spesialis Syaraf
- Poliklinik Gigi dan Mulut
- Poliklinik Keluarga berencana
- Poliklinik konsultasi Gizi
- Poliklinik Penyakit Jiwa
33
3.1.4.2 Rawat Inap
Pada ruang rawat inap tersedia 150 tempat tidur, 23 diantaranya
untuk kelas utama dan VIP. Berikut ini jumlah ruang rawat inap dan
kapasitas tempat tidur pada RSUD kabupaten Batang.
TABEL 3.1
JUMLAH RUANG RAWAT INAP DAN KAPASITAS TEMPAT TIDUR
RSUD BATANG
Th. 2004
N0 Bangsal Perawatan
Jml Tempat Tidur
1 Flamboyan 21 2 Melati 22 3 Dahlia 22 4 Wijaya Kusuma I 22 5 Anggrek 23 6 Nusa Indah 20 7 Wijaya kusuma 2 10 8 Mawar 10
3.1.5 Penunjang Pelayanan
3.1.5.1 Penunjang Medik
- Foto Rontgen, Foto panoramic denta ( 24 jam )
- Gawat Darurat ( 24 jam )
- Farmasi /apotik ( 24 jam )
- Laboratorium klinik
- Bedah
- Fisioterapi
- Audiometri ( ketajaman pendengaran )
34
- Hemodialisa
- Elektro Kardiografi ( EKG )
- Elektro Encephalografi ( EEG )
- Ultra sonografi ( USG )
- Gizi
3.1.5.2 Penunjang Non Medik
- Ambulance ( 24 jam )
- Kasir ( 24 jam )
- Rekam medik
- Kantin
- Parkir
- Wartel
- Dapur
- Cucian
3.1.6 Kerjasama Dengan Institusi Pendidikan
1. Akademi Keperawatan : - Akper Muhammadiyah
- Akper Depkes Pekalongan
- Akper Muhammadiyah Kendal
2. Akademi Kebidanan : - Akbid Muhammadiyah Kendal
-Akbid Muhammadiyah Pekajangan
35
3.1.7 Tenaga Pengelola
RSUD Kabupaten Batang dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari untuk memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat didukung 309
karyawan, yang terdiri dari:
a) Tenaga Medis
- Dokter Umum 6 orang
-Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 orang
-Dokter Spesialis anak 2 orang
-Dokter Spesialis Bedah 2 orang
-Dokter spasialis kebidanan & kandungan 2 orang
-Dokter Spesialis Mata 1 orang
-Dokter Spesialis THT 1 orang
-Dokter Spesialis Syaraf 1 orang
-Dokter Gigi 1 orang
-Dokter Pathologi Klinik 1 orang
-Farmasi 1 orang
b) Paramedis yang terdiri dari
-Paramedis perawatan 75 orang
-Paramedis non perawatan 32 orang
c) Non Medis
-PNS 68 orang
-Honorer Daerah 32 orang
36
d) Tenaga Kontrakan
-Paramedis 24 orang
-Cleaning Servis 38 orang
-Instalasi Gizi 14 orang
-Laumdry 8 orang
-Satpam 4 orang
-Pengemudi 4 orang
Sumber: Bagian Kepegawaian
3.1.8 Sarana
Sarana yang dimiliki RSUD kabupaten Batang adalah:
-Ruang Rawat inap
-Bed
-Monitor Budic
-Meja Operasi
-Proyektor Sneler
-Alat Dokter gigi
-Bur Tulang
-Kursi EEG
-Anestes
-Orthopedhi
-Ambulance
-Mesin Cuci
37
3.1.9 Struktur Organisasi
Untuk kelancaran jalannya sutu perusahaan diperlukan beberapa
bagian yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda namun saling menunjang. Karena itu diperlukan struktur
organisasi yang berfungsi untuk memperjelas tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda pada tiap bagian. Untuk menjalankan
dengan baik organisasi diperusahaan, perlu diperhatikan pedoman, asas-
asas atau prinsip-prinsip organisasi, seperti perumusan tujuan yang jelas,
pembagian kerja, pendelegasian kekuasaan, kesatuan perintah dan
tanggung jawab serta tingkat pengawasan dan koordinasi. Tujuan
dibentuknya struktur organisasi adalah untuk:
1. Mempermudah pelaksanaan tugas atau pekerjaan
2. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahaan
3. Mengkoordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan
4. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi kegiatan sehingga
mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya
Demikian pula dengan RSUD Kab. Batang yang juga menjalankan
organisasinya dengan baik. Adapun uraian dari tugas pokok masing-
masing bagian, penulis uraikan berikut ini setelah bagan struktur
organisasi RSUD Kab. Batang tahun 2004:
38
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI RSUD KABUPATEN BATANG
DIREKTUR DR. RATNA .I, MARS
NIP. 140 100 834
SEKERTARIS DRS. RIPYONO NIP. 101 207 271
BID. BINA PROGRAM
DR. PENNY. S, MMNIP. 140 154 737
BID..PELAYANAN DR.DEBORA. J. WR
NIP. 140 150 583
KELOMPOK BAGIAN
FUNGSIONAL-FUNGSIONL
BID. KEPERAWATAN
SOEGIARTI NIP. 140 055 920
SUB BAG. RT & PERLENGKPAN
BASARUDIN NIP. 500 060 929
SUB BAG. KEPEG & TATA USAHA
AMAT NIP. 500 040 229
SUB BAG HUKUM & HUMAS
SRI SUHARTI NIP. 500 031 878
SUB BAG KEUANGAN
DRA. PUDJOWATI. NIP. 500 085 544
SUBBID. PERENC. MONT. DAN EVAL.SUPRYATUN. H, SE
NIP. 140 058 986
SUBBID. DAN PENGEMB. MUTU
YULI. S, Amk NIP. 140 239 070
SUBBID. PELAYANAN MEDISDR. BEKTI. M,Sp.PK
NIP. 140 197 572
SUBBID. PENUNJANG MEDIS
SUBBID. PELAYN KEPERAWATAN DULMUKTI, Amk NIP. 140 164 870
SUBBID. ASUHAN D & ETIKA KEPERWT SRI MULYATI, Amk
NIP. 140 122 927
39
1) Direktur
Tugas Pokok :
Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan, pelayanan, pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.
2) Sekretariat
Tugas Pokok:
Melaksanakan urusan kerumahtanggaan dan perlengkapan
kepegawaian dan ketatausahaan, penelaah hukum, hubungan
masyarakat, pemasaran, perencanaan keuangn, dan perbendaharaan
serta verifikasi dan akuntansi dan bertanggung jawab langsung pada
direktur badan rumah sakit umum daerah kabupaten Batang.
3) Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan perlengkapan
Tugas Pokok:
Melaksanakan urusan rumah tangga, kendaraan, ketertiban dan
keamanan, pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan dan
bertanggung jawab langsung pada sekretaris bada rumah sakit umum
daerah kabupaten Batang
40
4) Kepala Sub Bagian Kepegawean dan Tata Usaha
Tugas Pokok:
Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawean, surat
menyurat, pengarsipan, ekspedisi, keprotokolan, perpustakaan,
pendidikan dan latihan serta kerjasama pendidikan dengan instansi
lain.
5) Kepala Sub Bagian Hukum Dan Humas
Tugas Pokok:
Melaksanakan kegiatan penyusunan peraturan Rumah Sakit penelaah
masalah hukum, publikasi, pemasaran sosial dan informasi rumah
sakit serta kegiatan PKMRS.
6) Kepala Sub Bagian Keuangan
Tugas Pokok:
Melaksanakan kegiatan penyiapan dan penyusunan anggaran dan
pendapatan Rumah Sakit, melaksanakan kegiatan perbendaharaan,
pembukuan, akuntansi dan verifikasi.
7) Kepala Sub Bidang Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi
Tugas Pokok:
Melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data, penyusunan
program kegiatan semua unsur dilingkungan rumah sakit,
melaksanakan evaluasi, melakukan upaya pengendalian administrasi
kegiatan semua unsur dilingkungan rumah sakit, menyusun laporan
41
serta mengelola sistem informasi manajemen rumah sakit dan
bertanggung jawab langsung pada kepala bidang bina program.
8) Kepala Bidang Bina Program
Tugas pokok:
Melaksanakan kegiatan penyusunan Program, monitoring dan
evaluasi, mengendalikan, menyusun laporan, mengelola sistem
informasi manajemen rumah sakit serta pengelolaan rekam medis
dan pengembangan mutu.
9) Kepala Sub Bidang Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi
Tugas Pokok:
Melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data, penyusunan
progran kegiatan semua unsur dilingkungan rumah sakit,
melaksanakan evaluasi, melakukan upaya pengendalian administrasi
kegiatan semua unsur dilingkungan rumah sakit, menyusun laporan
serta mengelola sistem informasi manajemen rumah sakit.
10) Kepala Sub Bidang Rekam Medik
Tugas Pokok:
Melaksanakan kegiatan pengelolaan rekam medis yang meliputi
catatan medis, memasukkan kode indeks penyakit, penyimpanan
rekam medis serta pengembangan mutu.
42
11) Kepala Bidang Pelayanan
Tugas Pokok:
Mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan medis,
melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas
serta kegiatan pelayanan dan penunjang medis.
12) Kepala Sub Bidang Pelayanan Medis
Tugas Pokok:
Mengkoordinasikan semua kegiatan, pelayanan medis pada rawat
inap, rawat jalan, rawat intensif, unit gawat darurat dan bedah
sentral, melaksanakan perencanaan, pemantauan dan pengawasan
fasilitas serta kegiatan pelayanan rujukan.
13) Kepala bidang Perawatan
Tugas Pokok:
Melakukan bimbingan dan asuhan pelayanan keperawatan atau
kebidanan, perencanaan, pemantauan dan pengawasan prasarana dan
peralatan keperawatan, etika dan mutu keperawatan, pengawasan dan
pengendalian penerimaan pemulangan pasien serta pelayanan
bimbingan rohani.
14) Kepala Sub Bidang Pelayanan Keperawatan
Tugas Pokok:
Melaksanakan koordinasi kegiatan pelayanan keperawatan /
kebidanan, perencanaan, pemantauan dan pengawasan penggunaan
43
fasilitas keperawatan, pengendalian, penerimaan dan pemulangan
pasien serta layanan bimbingan rohani
15) Kepala Sub Bidang Asuhan dan Etika Keperawatan
Tugas Pokok:
Melaksanakan pembinaan pelaksanaan asuhan etika dan peningkatan
mutu pelayanan keperawatan / kebidanan, pengawasan, evaluasi
terhadap pelaksanaan kode etik, prosedur dan standar pelayanan
keperawatan, serta perencanaan pengembangan kemampuan perawat.
3.1.10 Kelas Jasa dan Tarif RSU
3.1.10.1 Kelas Jasa
Dalam memberikan pelayanan yang mencakup seluruh lapisan
masyarakat, RSUD menyediakan enam kelas jasa yaitu VIP, Utama I,
Utama II, Kelas I, Kelas II, Kelas III. Yang masing-masing kelas
mempunyai fasilitas yang berbeda-beda. Fasilitas yang ditawarkan tiap
kelas yaitu:
1) Ruang VIP
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien (multi fungsi),
tempat tidur penunggu, AC split, TV, kulkas, sofa, over table, kursi
teras, nurse call, almari pakaian, kamar mandi + kloset duduk,
westafel + cermin hias, jemuran handuk kecil, jam dinding. Satu
kamar ditempati oleh seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 7m.
44
2) Ruang Utama
Fasilitas yang tersedia adalah tempat tidur pasien, TV almari
pasien, kursi teras, kursi penunggu, nurse call, kamar mandi,
westafel + cermin hias, jam dinding. Satu kamar ditempati oleh
seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 4 m. fasilitas untuk utama I dan
II sama.
3) Kelas I
Fasilitas yang disediakan adalah tempat tidur pasien, kamar mandi,
kipas angin, meja pasien, almari pasien, nurse call, kursi penunggu.
Satu kamar ditempati oleh dua orang. Ukuran kamar 4 x 3m.
4) Kelas II
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu,
meja pasien. Satu kamar ditempati 4 orang pasien. Ukuran kamar
untuk kelas II adalah 4 x 8 m.
5) Kelas III
Fasilitas yang diberikan yaitu tempat tidur pasien, almari pasien,
kursi penunggu, meja pasien. Satu kamar ditempati oleh 10 pasien.
Ukuran kamar 9 x 8 m
3.1.10.2 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kab. Batang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di RSUD Kab.
Batang, diperoleh keterangan bahwa dalam menentukan harga pokok
jasa, RSUD masih menggunakan metode akuntansi biaya konvensional
yang hanya mempertimbangkan biaya yang bersifat langsung saja, tanpa
45
mempertimbangkan biaya yang bersifat tidak langsung. Perhitungan
harga pokok rawat inap RSUD Kabupaten Batang adalah dengan cara
menjumlahkan baik biaya tetap maupun biaya variable. Dan yang
dijadikan dasar unit perhitungan tarif jasa rawat inap adalah jumlah hari
tinggal pasien rawat inap.Sedangkan tarif diperoleh dengan cara
menambahkan harga pokok tiap kelas dengan prosentase laba menurut
kelasnya. Prosentase tersebut sudah ditetapkan bagian manajemen rumah
sakit yaitu : VIP 15%, Utama I 12%, Utama II 12%, Kelas I 10%, Kelas
II 10 %, Kelas III disubsidi VIP 5%. Namun ada beberapa pertimbangan
dari pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan tarif kamar rawat
inap, yaitu:
1. Tarif Pesaing
Penyesuaian tarif ini merupakan hal paling menentukan dalam
penentuan tarif
2. Segmen Pasar
Pihak manajemen rumah sakit menerapkan tarif sesuai kelas-kelas
perawatan berdasarkan segmen pasar yang ada dalam masyarakat
3. Kebijakan subsidi silang
Dengan konsep ini maka tarif untuk masyarakat yang kurang
mampu idealnya harus diatas unit cost agar surplusnya dapat
dipakai untuk menutupi kekurangan kelas bawah
Dalam menetapkan harga pokok rawat inap, rumah sakit
mengkategorikan biaya-biaya yang ada menjadi dua macam yaitu:
46
1. Biaya Tetap
Biaya tetap disini adalah biaya depresiasi merupakan biaya atas
investasi.Biaya-biaya tersebut adalah biaya depresiasi gedung dan
biaya depresiasi fasilitas.
2. Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya operasional unit rawat inap. Biaya
yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan produksi bersifat
habis pakai atau waktu relative singkat. Biaya-biaya tersebut
adalah biaya perawat, biaya bahan habis pakai, biaya konsumsi,
biaya listrik + air dan biaya administrasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, diketahui
terdapat biaya yang disebabkan oleh unit rawat inap tetapi
aktivitas-aktivitas biaya tersebut belum dibebankan sebagai biaya.
Diantaranya adalah biaya laundry sebesar Rp. 19.541.000, biaya
asuransi sebesar Rp 49.800.000, biaya kebersihan sebesar
59.500.000.
47
Tabel 3.3 menunjukkan tarif jasa rawat inap selama tahun 2004
TABEL 3.2
TARIF JASA RAWAT INAP
RSUD KAB. BATANG
TAHUN 2004
NO KELAS TARIF/HARI
1 VIP Rp 132.500
2 UTAMA I Rp 97.500
3 UTAMA II Rp 77.500
4 KELAS I Rp 50.000
5 KELAS II Rp 30.000
6 KELAS III Rp 17.500 Sumber: RSUD Kab. Batang
3.11. Data Pendukung Activity Based Costing
Didalam menentukan metode ABC, data-data yang dibutuhkan
antara lain data biaya rawat inap, data pendukung jumlah pasien rawat
inap, data pendukung lama hari pasien rawat inap, data pendukung
jumlah dan luas kamar rawat inap, data tarif konsumsi tiap kelas. Dan
data biaya rawat inap dapat dilihat pada tabel 3.5 dibawah ini
48
TABEL 3.3
DATA BIAYA RAWAT INAP
RSUD KAB. BATANG
TAHUN 2004
NO ELEMEN BIAYA JUMLAH (Rp)
1 Biaya gaji perawat Rp 294.107.500
2 Biaya listrik dan air Rp 15.220.775
3 Biaya konsumsi Rp 97.548.500
4 Biaya administrasi Rp 44.492.500
5 Biaya bahan habis pakai Rp 81.395.570
6 Biaya asuransi Rp 49.800.000
7 Biaya laundry Rp 19.541.000
8 Biaya kebersihan Rp 59.500.000
9 Biaya depresiasi gedung Rp 195.450.275
10 Biaya depresiasi fasilitas Rp 39.722.990 Sumber: RSUD Kabupaten Batang
49
TABEL 3.4
DATA PENDUKUNG LAMA HARI PASIEN RAWAT INAP
RSUD KAB. BATANG
TAHUN 2004
BULAN VIP UT I UT II KELAS I
KELAS II
KELAS III
JANUARI 85 123 132 132 119 546FEBRUARI 42 108 154 140 207 562MARET 102 97 101 210 242 588APRIL 93 107 198 142 326 545MEI 104 91 127 120 182 655JUNI 97 130 195 254 220 411JULI 115 121 142 172 152 457AGUSTUS 56 117 155 196 284 494SEPTEMBER 82 84 197 270 261 437OKTOBER 95 113 82 182 282 462NOVEMBER 112 106 96 164 168 543DESEMBER 105 121 71 131 132 525TOTAL 1088 1318 1650 2575 2013 6225
Sumber: RSUD Kab. Batang
50
Dibawah ini merupakan data pendukung jumlah pasien rawat inap
RSUD Kabupaten Batang
TABEL 3.5
DATA PENDUKUNG JUMLAH PASIEN RAWAT INAP
RSUD KAB. BATANG
TAHUN 2004
NO KELAS JML Pasien 1 VIP 362 2 UTAMA I 550 3 UTAMA II 612 4 KELAS I 537 5 KELAS II 671 6 KELAS III 1675 JML 4407
TABEL 3.6
DATA PENDUKUNG LUAS RUANGAN RAWAT INAP
RSUD KAB. BATANG
TAHUN 2004
TIPE KAMAR LUAS KAMAR VIP 470 m2UTAMA I 320 m2UTAMA II 320 m2KELAS I 398 m2KELAS II 206 m2KELAS III 396 m2TOTAL 2110 m2
51
Tarif konsumsi pada tiap-tiap kelas terdapat perbedaan
dikarenakan promosi dan nutrisi untuk masing-masing kelas berbeda.
Konsumsi diberikan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore hari.
Table 3.8 menunjukkan tarif konsumsi perhari untuk masing-masing
kelas.
TABEL 3.7
TARIF KONSUMSI TIAP KELAS
RSUD BATANG Th.2004
Kelas Tarif Makan
VIP Rp 12.000
Ut 1 Rp 10.500
Ut 2 RP 9.500
Kl 1 RP 7.000
Kl 2 RP 5.000
Kl 3 Rp 4.500
52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Harga Pokok Rawat Inap menggunakan Activity-Based
Costing system
4.1.1 Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pusat aktivitas
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, bagian
perawatan, bagian dapur, dan bagian gudang. Aktivitas-aktivitas biaya yang
ada diunit rawat inap meliputi:
1. Biaya perawatan
2. Biaya konsumsi pasien
3. Biaya listrik dan air
4. Biaya kebersihan
5. Biaya administrasi
6. Biaya service
7. Biaya Asuransi
8. Biaya penyusutan gedung
9. Biaya penyusutan fasilitas
10.Biaya laundry
Aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan menjadi beberapa pusat
aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas perawatan pasien
- biaya perawat
53
2. aktivitas Pemeliharaan inventaris
- biaya depresiasi gedung
- biaya depresiasi fasilitas
- biaya kebersihan
3. Aktivitas pemeliharaan pasien
- biaya konsumsi
4. Aktivitas pelayanan pasien
- biaya listrik dan air
- biaya administrasi
- biaya bahan habis pakai
- biaya asuransi
- biaya laundry
Berikut ini akan dijelaskan mengenai elemen biaya diatas sbb:
1. Biaya perawatan pasien oleh perawat
Dalam hubungannya dengan penetapan tarif kamar rawat inap, biaya
perawatan pasien oleh perawat secara tidak langsung turut
mempengaruhi aktifitas bagian rawat inap, maka aktivitas ini termasuk
dalam kategori unit level activity cost. Untuk itu gaji sebesar Rp.
294.107.500,00 dialokasikan secara profesional pada setiap tipe kamar.
2. Biaya penggunaan tenaga listrik dan air
seluruh tipe kamar rawat inap rumah sakit memerlukan tenaga listrik
untuk menjalankan peralatan elektronik, untuk penerangan kamar atau
fasilitas yang ada di masing-masing kamar, dan air untuk mandi. Biaya
54
yang dikeluarkan sebesar Rp. 15.220.775,00 untuk penggunaan listrik
dan air termasuk kategori unit level activity cost, karena biaya berubah
sesuai dengan perubahan KWH kamar yang terpakai. Fasilitas yang
mengkonsumsi listrik meliputi: TV, Kulkas, alat pemanas, lampu.
Berikut ini penggunaan tenaga listrik yang dikonsumsi masing-masing
tipe kamar pada RSU Kab. Batang, yaitu:
TABEL 4.1
PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK
RSUD KAB. BATANG
TAHUN 2004
Tipe Kamar KWH VIP 10.432,6 UT 1 4.780,6 UT 2 4.560,6 K1 4.857,0 K2 4.935,7 K3 4.411,5 Total 33.978
3. Biaya Konsumsi
Pasien yang menjalani rawat inap membutuhkan makanan dan minuman
untuk mempercepat penyembuhan pasien, sehingga menimbukan biaya
sebesar Rp.97.548.500,00 yang termasuk dalam kategori Unit level
activity costs, karena tidak tergantung pada lamanya pasien menjalani
rawat inap.
55
4. Biaya Kebersihan
Biaya kebersihan adalah biaya dikeluarkan untuk menunjang kebersihan
lingkungan rawat inap, sehingga pasien merasa nyaman. Biaya ini
termasuk dalam kategori Batch related activity costs, sebesar Rp
59.500.000,00
5. Biaya administrasi
Pelayanan administasi diberikan untuk menunjang kelancaran dalam
penyediaan aktivitas sarana dan prasarana. Biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp.44.492.500,00 termasuk kategori batch related activity based
costing.
6. Biaya bahan habis pakai
Biaya bahan habis pakai adalah biaya yang digunakan oleh perawat
untuk pasien, juga paket yang diberikan kepada pasien rawat inap pada
hari pertama dirawat di rumah sakit. Sebesar Rp. 81.395.570,00.
7. Biaya asuransi
Keberadaan pasien di kamar rawat inap menyebabkan munculnya biaya
asuransi sebagai jaminan kesehatan bagi pasien rawat inap. Biaya
sebesar Rp.49.800.00,00 termasuk dalam kategori fasility sustaining
activity cost.
8. Biaya penyusutan gedung/bangunan
Biaya penyusutan bangunan sebesar Rp. 95.450.275,00 merupakan
fasilitiy sustaining activity cost karena seluruh tipe kamar menggunakan
bangunan dan pembebanan masing-masing kamar.
56
9. Biaya penyusutan fasilitas
Pembebanan penyusutan fasilitas ini berdasarkan masing-masing tipe
kamar. Penyusutan fasilitas ini termasuk dalam kategori facility
sustaining activity cost karena seluruh tipe kamar menggunakan fasilitas
yang ada dalam masing-masing tipe kamar dan pembenannya
berdasarkan jumlah hari pakai. Penyusutan fasilitas sebesar
Rp.39.722.990,00 yang terdiri dari penyusutan TV, AC, Kulkas, Bed,
kipas angin, Alat pemanas.
10. Biaya laundry
Aktivitas yang dilakukan untuk menyediakan linen bersih kepada pasien
rawat inap seperti sprei, selimut, korden, sarung bantal. Biaya laundry
sebesar Rp. 19.541.000,00
4.1.2 Mengklasifikasi Aktivitas Biaya kedalam Berbagai Aktivitas
1. Berdasarkan Unit-level activity cost
Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada
RSUD kab. Batang. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini
adalah aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air dan
biaya konsumsi.
2. Berdasarkan Batch-related activity cost
Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekwensi order produksi
yang diolah oleh fungsi produksi. Aktivitas ini tergantung pada
jumlah batch produk yang di produksi. Yaitu biaya administrasi,
biaya bahan habis pakai, biaya kebersihan.
57
3 Product-sustaining activity cost
Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan
produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar
tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam penentuan
tarif jasa rawat inap pada RSUD Kab. Batang.
3. Fasilitas-sustaining activity cost
Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan
fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk
dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya asuransi, biaya
penyusutan gedung, biaya penyusutan fasilitas.
Klasifikasi biaya kedalam berbagai aktifitas dapat dilihat pada tabel
4.2 sbb:
58
TABEL 4.2
KLASIFIKASI BIAYA KE DALAM BERBAGAI AKTIVITAS
ELEMEN BIAYA JUMLAH (Rp) Unit-level activity cost Biaya gaji perawat Rp 294.107.500 Biaya listrik dan air Rp 15.220.775 Biaya konsumsi Rp 97.548.500 Batch-related activity cost Biaya kebersihan Rp 59.500.000 Biaya administrasi Rp 44.492.500 Biaya bahan habis pakai Rp 81.395.570 Fasility-sustaining activity cost Biaya asuransi Rp 49.800.000 Biaya laundry Rp 19.541.000 Biaya depresiasi gedung Rp 195.450.275 Biaya depresiasi fasilitas Rp 39.722.990 TOTAL Rp. 956.279.110
4.1.3 Mengidentifikasi Cost Driver
Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan
kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari
setiap biaya aktivitas. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam
penentuan kelompok aktivitas dan tarif/unit cost driver.
59
TABEL 4.3
PENGELOMPOKAN BIAYA RAWAT INAP DAN COST DRIVER
KAMAR RAWAT INAP
NO AKTIVITAS DRIVER COST DRIVER JUMLAH
1 Unit-level activity cost a. Biaya Perawat jumlah hari rawat inap 14.869 Rp.294.107.500,00 1. VIP jumlah hari rawat inap 1.088 2. Utama I jumlah hari rawat inap 1.318 3. Utama II jumlah hari rawat inap 1.650 4. Kelas I jumlah hari rawat inap 2.575 5. Kelas II jumlah hari rawat inap 2.013 6. Kelas III jumlah hari rawat inap 6.225 b. Biaya listrik dan Air KWH 33.978 Rp. 15.220.775,00 1. VIP KWH 10.432,6 2. Utama I KWH 4.780,6 3. Utama II KWH 4.560,6 4. Kelas I KWH 4.857,0 5. Kelas II KWH 4.935,7 6. Kelas III KWH 4.411,5 c. Biaya Konsumsi jumlah hari rawat inap 14.869 Rp. 97.548.500,00 1. VIP jumlah hari rawat inap 1088 2. Utama I jumlah hari rawat inap 1318 3. Utama II jumlah hari rawat inap 1650 4. Kelas I jumlah hari rawat inap 2575 5. Kelas II jumlah hari rawat inap 2013 6. Kelas III jumlah hari rawat inap 6225
2 Batch-related activity cost
a. Biaya Kebersihan Luas lantai 2110 Rp. 59.500.000,00 1. VIP Luas lantai 470 2. Utama I Luas lantai 320 3. Utama II Luas lantai 320 4. Kelas I Luas lantai 398 5. Kelas II Luas lantai 206 6. Kelas III Luas lantai 396
b. Biaya Bahan Habis Pakai jumlah hari rawat inap 14.869 Rp. 81.395.570,00
60
1. VIP jumlah hari rawat inap 1088 2. Utama I jumlah hari rawat inap 1318 3. Utama II jumlah hari rawat inap 1650 4. Kelas I jumlah hari rawat inap 2575 5. Kelas II jumlah hari rawat inap 2013 6. Kelas III jumlah hari rawat inap 6225 c. Biaya Administrasi Jumlah pasien 4407 Rp. 44.492.500,00 1. VIP Jumlah pasien 362 2. Utama I Jumlah pasien 550 3. Utama II Jumlah pasien 612 4. Kelas I Jumlah pasien 537 5. Kelas II Jumlah pasien 671 6. Kelas III Jumlah pasien 1675
3 Fasility-sustaining activity cost
a. Biaya Laundry jumlah hari rawat inap 14.869 Rp. 19.541.000,00 1. VIP jumlah hari rawat inap 1088 2. Utama I jumlah hari rawat inap 1318 3. Utama II jumlah hari rawat inap 1650 4. Kelas I jumlah hari rawat inap 2575 5. Kelas II jumlah hari rawat inap 2013 6. Kelas III jumlah hari rawat inap 6225 b. Biaya Asuransi jumlah hari rawat inap 14.869 1. VIP jumlah hari rawat inap 1088 2. Utama I jumlah hari rawat inap 1318 3. Utama II jumlah hari rawat inap 1650 4. Kelas I jumlah hari rawat inap 2013 5. Kelas II jumlah hari rawat inap 2575 6. Kelas III jumlah hari rawat inap 6225
c. Biaya Penyusutan Gedung Luas lantai 2110 Rp. 195.450.275,00
1. VIP Luas lantai 470 2. Utama I Luas lantai 320 3. Utama II Luas lantai 320 4. Kelas I Luas lantai 398 5. Kelas II Luas lantai 206 6. Kelas III Luas lantai 396
d. Biaya Penyusutan Fasilitas
1. AC (VIP,UtI,UtII) jumlah hari rawat inap 4.056 Rp. 9.055.000,00
2. Bed (VIP,Ut I,UtII K I,K II, KIII) jumlah hari rawat inap 14.867 Rp. 11.509.800,00
3. TV (VIP, UtI,UtII) jumlah hari rawat inap 4.056 Rp. 5.680.000,00
61
4. Kipas (KI, KII) jumlah hari rawat inap 4.588 Rp. 3.627.590,00 5. Pemanas (VIP) jumlah hari rawat inap 1.088 Rp. 5.260.600,00 6. Kulkas (VIP, Ut I) jumlah hari rawat inap 2.406 Rp. 4.590.000,00
4.1.4 Menentukan tarif per unit cost driver
Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per
unit cost driver. Karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan
cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Menurut Hansen and
Mowen (1999; 134), tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus
sbb:
Tarif per unit Cost Driver = CostDriver
fitasJumlahAkti
62
Berikut ini merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar
rawat inap dengan metode Activity-Based Costing.
TABEL 4.4
PENENTUAN TARIF PER UNIT COST DRIVER KAMAR RAWAT INAP
DENGAN METODE ABC
NO AKTIVITAS JUMLAH COST DRIVER TARIF/UNIT
1 Unit-level activity cost a. Biaya Perawat Rp.294.107.500,00 14.869 19.779,91 1. VIP 1.088 2. Utama I 1.318 3. Utama II 1.650 4. Kelas I 2.575 5. Kelas II 2.013 6. Kelas III 6.225 b. Biaya listrik dan Air Rp. 15.220.775,00 33.978 447,9597092 1. VIP 10.432,6 2. Utama I 4.780,6 3. Utama II 4.560,6 4. Kelas I 4.857,0 5. Kelas II 4,935,7 6. Kelas III 4.411,5 c. Biaya Konsumsi Rp. 97.548.500,00 14.869 Sesuai Tarif 1. VIP 1088 12.000 2. Utama I 1318 10.500 3. Utama II 1650 9.500 4. Kelas I 2575 7.000 5. Kelas II 2013 5.000 6. Kelas III 6225 4.500
2 Batch-related activity cost
a. Biaya Kebersihan Rp. 59.500.000,00 2110 4.001,614096 1. VIP 470 2. Utama I 320 3. Utama II 320 4. Kelas I 398 5. Kelas II 206 6. Kelas III 396
63
b. Biaya Bahan Habis Pakai Rp. 81.395.570,00 14.869 5.474,179165
1. VIP 1088 2. Utama I 1318 3. Utama II 1650 4. Kelas I 2575 5. Kelas II 2013 6. Kelas III 6225
c. Biaya Administrasi Rp. 44.492.500,00 4407 10.095,87021 1. VIP 362 2. Utama I 550 3. Utama II 612 4. Kelas I 537 5. Kelas II 671 6. Kelas III 1675
3 Fasility-sustaining activity cost
a. Biaya Laundry Rp. 19.541.000,00 14.869 1.314,210774 1. VIP 1088 2. Utama I 1318 3. Utama II 1650 4. Kelas I 2575 5. Kelas II 2013 6. Kelas III 6225
b. Biaya Asuransi 14.869 3.349,250118 1. VIP 1088 2. Utama I 1318 3. Utama II 1650 4. Kelas I 2013 5. Kelas II 2575 6. Kelas III 6225
c. Biaya Penyusutan Gedung Rp. 195.450.275,00 2110 92.630,46209
1. VIP 470 2. Utama I 320 3. Utama II 320 4. Kelas I 398 5. Kelas II 206 6. Kelas III 396
d. Biaya Penyusutan Fasilitas
1. AC(VIP,UtI, Ut II) Rp. 9.055.000,00 4.056 2.232,49
2. Bed (VIP,UtI,UtII, KI,KII,KIII) Rp. 11.509.800,00 14.867 774,08
3. TV(VIP,Ut I,Ut II) Rp. 5.680.000,00 4.056 1400,39 4. Kipas (K I KII) Rp. 3.627.590,00 4.588 790,66
64
5. Pemanas (VIP) Rp. 5.260.600,00 1.088 4.835,11 6. Kulkas (VIP, Ut I) Rp. 4.590.000,00 2.406 1.907,73
4.1.5 Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost
driver dan ukuran aktivitas
Dalam tahap ini, menurut Hansen and Mowen (1999; 138), biaya
aktivitas dibebankan keproduk berdasarkan konsumsi masing-masing
aktivitas produk. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap
kamar dihitung dengan rumus sbb:
BOP yang dibebankan =Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
Dengan Mengetahui BOP yang dibebankan pada masing-masing
produk, maka dapat dihitung tarif jasa rawat inap per kamar. Menurut
Mulyadi (1993) perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan
metode ABC dapat dihitung dengan Rumus sbb:
Tarif Per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan
Untuk cost rawat inap per kamar diperolehdari total biaya yang
telah dibebankan pada masing-masing produk dibagi dengan jumlah hari
pakai. Sedangkan laba yang diharapkan ditetapkan pihak manajemen RS
yaitu kelas VIP 15%, kelas Utama I 12%, kelas Utama II 12%, Kelas I
10%, Kelas II 10%, kelas III dapat subsidi dari kelas VIP sebesar 5% dari
tarif yang ditetapkan RS.
65
TABEL 4.5
TARIF JASA RAWAT INAP KELAS VIP
Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp)
1. Biaya perawat Rp. 19.779,91 1088 Rp. 21.520.542,08
2. Biaya listrik air Rp. 447,959792
10.432,6 Rp. 4.673.384,462
3. Biaya konsumsi Rp. 12.000 1088 Rp. 13.056.000,00
4. Biaya laundry Rp.1.314,210774 1088 Rp. 1.429.861,322
5. Biaya kebersihan Rp.4.001,614096 470 Rp. 13.253.554,5
6. Biaya bahan habis pakai Rp.5.474,179165 1088 Rp. 5.955.906,932
7. Biaya administrasi Rp.10.095,87021 362 Rp. 3.654.704,016
8. Biaya asuransi Rp.3.349,250118 1088 Rp. 1.429.861,322
9. Biaya penyusutan gedung Rp.92.630,46209 470 Rp. 43.536.317,18 10. Biaya Penyusutan Fasilitas
AC Rp. 2.232,49 1088 Rp. 2.428.949,12
Bed Rp. 774,08 1088 Rp. 842.199,04
TV Rp. 1.400,39 1088 Rp. 1.523.624,32
Alat pemanas Rp. 4.835,11 1088 Rp. 5.260.599,68
Kulkas Rp. 1.907,73 1088 Rp. 2.075.610,24
TOTAL BIAYA UNTUK KELAS VIP Rp.122.855.238
JUMLAH HARI PAKAI 1088
BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR Rp.112.918,4173
% LABA Rp. 16.937,76259
JUMLAH TARIF Rp. 129.856,1799
66
TABEL 4.6
TARIF JASA RAWAT INAP KELAS UTAMA I
Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp)
1. Biaya perawat Rp. 19.779,91 1318 Rp. 26.069.921,38
2. Biaya listrik air Rp. 447,959792 4.780,60 Rp. 2.141.156,186
3. Biaya konsumsi Rp. 10.500 1318 Rp. 13.839.000,00
4. Biaya laundry Rp.1.314,210774 1318 Rp. 1.732.129,8
5. Biaya kebersihan Rp.4.001,614096 320 Rp. 9.023.696,682
6. Biaya bahan habis pakai Rp.5.474,179165 1318 Rp. 7.214.968,139
7. Biaya administrasi Rp.10.095,87021 550 Rp. 5.552.728,50
8. Biaya asuransi Rp.3.349,250118 1318 Rp. 4.414.311,656 9. Biaya penyusutan Gedung Rp.92.630,46209 320 Rp. 29.641.747,87 10. Biaya Penyusutan Fasilitas
AC Rp. 2.232,49 1318 Rp. 2.942.421,82
Bed Rp. 774,08 1318 Rp. 1.020.237,44
TV Rp. 1.400,39 1318 Rp. 1.845.714,02
Kulkas Rp. 1.907,73 1318 Rp. 2.514.388,14
TOTAL BIAYA UNTUK KELAS UTAMA I Rp.107.952.761,6
JUMLAH HARI PAKAI 1318
BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR Rp. 81.906,5111
% LABA Rp. 9.828,781332
JUMLAH TARIF Rp. 91.735,29243
67
TABEL 4.7
TARIF JASA RAWAT INAP KELAS UTAMA II
Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp)
1. Biaya perawat Rp. 19.779,91 1650 Rp. 32.636.851,50
2. Biaya listrik air Rp. 447,959792 4.560,60 Rp. 2.042.965,05
3. Biaya konsumsi Rp. 9.500 1650 Rp. 15.675.000,00
4. Biaya laundry Rp.1.314,210774 1650 Rp. 2.168.447,777
5. Biaya kebersihan Rp.4.001,614096 320 Rp. 9.032.425,322
6. Biaya bahan habis pakai Rp.5.474,179165 1650 Rp. 19.297.450,00
7. Biaya administrasi Rp.10.095,87021 612 Rp. 6.178.672,44
8. Biaya asuransi Rp.3.349,250118 1650 Rp. 5.526.262,6959. Biaya penyusutan Gedung Rp.92.630,46209 320 Rp. 29.641.748,87 10. Biaya Penyusutan Fasilitas
AC Rp. 2.232,49 1650 Rp. 3.683.608,50
Bed Rp. 774,08 1650 Rp. 1.277.232,00
TV Rp. 1.400,39 1650 Rp. 2.310.643,50
TOTAL BIAYA UNTUK KELAS UTAMA II Rp. 119.197.554,3
JUMLAH HARI PAKAI 1650
BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR Rp. 72.240,94202
% LABA Rp. 8.668,913043
JUMLAH TARIF Rp. 80.909,85506
68
TABEL 4.8
TARIF JASA RAWAT INAP KELAS I
Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp)
1. Biaya perawat Rp. 19.779,91 2575 Rp. 50.933.268,25
2. Biaya listrik air Rp. 447,959792 4.857 Rp. 2.175.740,308
3. Biaya konsumsi Rp. 7.000 2575 Rp. 18.025.000
4. Biaya laundry Rp.1.314,210774 2575 Rp. 3.384.092,743
5. Biaya kebersihan Rp.4.001,614096 398 Rp. 11.223.222,75
6. Biaya bahan habis pakai Rp.5.474,179165 2575 Rp. 14.096.011,35
7. Biaya administrasi Rp.10.095,87021 537 Rp. 5.421.482,19
8. Biaya asuransi Rp.3.349,250118 2575 Rp. 8.624.319,0549. Biaya penyusutan Gedung Rp.92.630,46209 398 Rp. 36.866.923,91 10. Biaya Penyusutan Fasilitas
Bed Rp. 774,08 2575 Rp. 1.993.256,00
Kipas Rp. 790,66 2575 Rp. 2.035.949,00
TOTAL BIAYA UNTUK KELAS II Rp. 154.779.265,6
JUMLAH HARI PAKAI 2575
BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR Rp. 60.108,45266
% LABA Rp. 6.010,845266
JUMLAH TARIF Rp. 66.119,29793
69
TABEL 4.9
TARIF JASA RAWAT IANAP KELAS II
Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp)
1. Biaya perawat Rp. 19.779,91 2013 Rp. 39.816.958,83
2. Biaya listrik air Rp. 447,959792 4.935,70 Rp. 2.210.994,737
3. Biaya konsumsi Rp. 5.000 2013 Rp. 10.065.000
4. Biaya laundry Rp.1.314,210774 2013 Rp. 2.645.506.288
5. Biaya kebersihan Rp.4.001,614096 206 Rp. 5.809.004,739
6. Biaya bahan habis pakai Rp.5.474,179165 2013 Rp. 11.019.522,66
7. Biaya administrasi Rp.10.095,87021 671 Rp. 6.774.328,77
8. Biaya asuransi Rp.3.349,250118 2013 Rp. 6.742.040,488 9. Biaya penyusutan Gedung Rp.92.630,46209 206 Rp. 19.081.875,19 10. Biaya Penyusutan Fasilitas
Bed Rp. 774,08 2013 Rp. 1.558.223,04
Kipas Rp. 790,66 2013 Rp. 1.591.598,58
TOTAL BIAYA UNTUK KELAS I Rp. 107.315.053,3
JUMLAH HARI PAKAI 2013
BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR Rp. 53.311,00512
% LABA Rp. 5.331,100512
JUMLAH TARIF Rp. 58.642,10563
70
TABEL 4.10
TARIF JASA RAWAT INAP KELAS III
Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp)
1. Biaya perawat Rp. 19.779,91 6225 Rp.123.129.939,80
2. Biaya listrik air Rp. 447,959792 4.411,50 Rp. 1.976.174,257
3. Biaya konsumsi Rp. 4.500 6225 Rp. 28.012.500,00
4. Biaya laundry Rp.1.314,210774 6225 Rp. 8.180.962,068
5. Biaya kebersihan Rp.4.001,614096 396 Rp. 11.166.824,64
6. Biaya bahan habis pakai Rp.5.474,179165 6225 Rp. 34.076.765,3
7. Biaya administrasi Rp.10.095,87021 1675 Rp. 16.910.582,25
8. Biaya asuransi Rp.3.349,250118 6225 Rp. 20.849.081,98
9. Biaya penyusutan gedung Rp.92.630,46209 396 Rp. 36.681.662,9910. Biaya Penyusutan Fasilitas
Bed Rp. 790,66 6225 Rp. 4.921.858,50
TOTAL BIAYA UNTUK KELAS III Rp.285.906.351,8
JUMLAH HARI PAKAI 6225
BIAYA RAWAT INAP PER KAMAR Rp. 45.928,73121
% LABA Rp. 6.492,808995
JUMLAH TARIF Rp. 39.435,92222
71
4.2 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC dalam
Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap
TABEL 4.11
PERBANDINGAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TRADISIONAL DAN ABC
TIPE KAMAR
TARIF TRADISIONAL
TARIF ACTIVITY BASED COSTING
SELISIH
VIP Rp.132.500 Rp.129.856,1799 Rp. 2.643,8201
UT I Rp. 97.500 Rp.91.735,29243 Rp.5.764,70757
UT II Rp. 77.500 Rp.80.909,85506 Rp.3.409,85506
K I Rp. 50.000 Rp.66.119,29793 Rp.16.119,29793
K II Rp. 30.000 Rp.58.642,10563 Rp.28.642,10563
K III Rp. 17.500 Rp.39.435,92222 Rp.21.935,92222
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing
untuk kelas VIP Rp. 129.856,1799 Utama I Rp. 91.735,29243, Utama II
Rp. 80.909,85506, Kelas I Rp. 66.119,29793, Kelas II Rp. 58.642,10563,
Kelas III Rp. 39.435,92222. Dari hasil tersebut, jika dibandingkan dengan
metode tradisional, maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar
kecuali pada kelas VIP dan kelas Utama I. Dengan selisih untuk kelas VIP
Rp. 2.643,8201, Utama I Rp. 5.764,70757, Utama II Rp. 3.409,85506,
Kelas I Rp. 16.119,29793, Kelas II Rp. 28.64210563, Kelas III Rp.
72
21.935,92222. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap dengan
menggunakan metode tradisional dan metode ABC, disebabkan karena
pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode
akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk
hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi
distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC,
biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost
driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya
aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-
masing aktivitas.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dari penelitian
yang telah dilakukan penulis, dengan tujuan untuk mengevaluasi tarif
kamar rawat inap pada RSUD Kab. BATANG dengan penentuan tarif
kamar yang menggunakan metode yang berbasis aktivitas (Activity Based-
Costing).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh
penulis di RSUD Kab. BATANG, maka dapat diambil kesimpulan sbb:
1. Perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC,
dilakukan melalui 2 tahap. Yaitu tahap pertama biaya ditelusur ke
aktivitas yang menimbulkan biaya dan tahap ke dua membebankan
biaya aktivitas ke produk. Sedangkan tarif diperoleh dengan
menambahkan cost rawat inap dengan laba yang di harapkan. Dari
perhitungan tarif jasa rawat dengan menggunakan metode ABC,
diketahui besarnya tarif untuk kelas VIP Rp. 129.856,1799 Utama I
Rp. 91.735,29243, Utama II Rp. 80.909,85506, Kelas I Rp.
66.119,29793, Kelas II Rp. 58.642,10563, Kelas III Rp. 39.435,92222.
2. Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode
ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode
ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan
74
Utama I yang memberikan hasil lebih kecil. Dengan selisih untuk kelas
VIP Rp. 2.643,8201, Utama I Rp. 5.764,70757, Utama II Rp.
3.409,85506, Kelas I Rp. 16.119,29793, Kelas II Rp. 28.64210563,
Kelas III Rp. 21.935,92222. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa
rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC,
disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing
produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada
masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja.
Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya
overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-
masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam
metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap
kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
5.2 Saran
Pihak manajemen sebaiknya mulai mempertimbangkan perhitungan tarif
rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based-Costing, dengan
tetap mempertimbangkan factor-faktor external yang lain seperti tarif
pesaing dan kemampuan masyarakat yang dapat mempengaruhi dalam
penetapan harga pelayanan rawat inap.
75
DAFTAR PUSTAKA
Tunggal, Amin Widjaja, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta, 1992
Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2, BP
STIE YKPN, YK, 1993 Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, Akuntansi Manajemen, Edisi 7,
Salemba Empat, Jakarta, 2004 ________, Manajemen Biaya, Edisi I, Salemba Empat, Jakarta, 2000 Supriyono, akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen, STIE
YKPN, Yogyakarta, 1991 Sugiri, Slamet, Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, AMP
YKPN, YK, 1994 Cooper Robin and Kaplan Robert S, The design of Cost Manajement System :
Text, Cases and Reading, Prentise-Hall, 1993 Supriyono, R.A, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi
maju dan globalisasi, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta, 1999 Thomas, Johnson H, Activity-Based Information: A Blue Print For World Class
Manajement Accounting, The design Of Cost Manajement System: Text, Cases and Reading, New Jersey, 1991
Sujatmika, Activity Based Costing Alternatif Perbaikan Harga Pokok, Buletin
Ekonomi, No. 2, UPN “Veteran” Yogyakarta, April 1997, Hal 81-87. Lumenta, Bunyamin, Pelayanan Medis, Kanisius, Yogyakarta, 1989.
top related