abon
Post on 04-Dec-2015
221 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Hubungan Infeksi Odontogen dengan Struktur Anatomi dan Penyebarluasan
Anatomi
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui beberapa
cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui aliran limfatik
(limfogen), dan perluasan infeksi dalam jaringa.
1. Transmisi melalui sirkusi darah (hematogen)
Pada bagian tubuh daerah gingiva, gigi, tulang penyangga dan stroma jaringan lunak
di sekitarnya merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Sehingga menyebabkan
infeksi bakteri menyebar dalam aliran darah dan inflamasi juga akan semakin
meningkatkan aliran darah.
Menurut M. Azhary Rully S dkk dalam “Makalah Fokal Infeksi”, vena-vena yang
berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterygoid
yangmenghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena pharingeal dan vena
maksilaris internal melalui vena imesaria. (Rully S., 2009 : 1).
2. Transmisi Melalui Aliran Limfatik (Limfogen)
Aliran limfatik juga terdapat sepanjang gingival dan jaringan lunak rongga mulut
sehingga infeksi mudah menjalar. Sehingga efek dari penyebarannya dapat mengenai
kepala atau leher.
Menurut M. Azhary Rully S dkk, dalam “Makalah Fokal Infeksi”, bahwa kapiler
berjalan beriringan dengan pembuluh limfe sehingga memingkinkan absorbsi dan
penetrasi toksi ke limfe dari pembuluh darah (Rully S., 2009 : 2).
3. Perluasan langsung infeksi dalam jaringan
Terjadinya supurasi lebih sering berasal dari gigi 3 yang mengalami impaksi. Dalam
hal ini selulitis fasialis (Angina Ludwig’s) dapat disebabkan karena penyakit periodontal
dan infeksi perikoronal sekitar molar ke3 dan bifurkasi pada molar 3 yang menyebabkan
infeksi periodontal.
Menurut M. Azhary Rully S dkk, dalam “Makalah Fokal Infeksi” bahwa terjadinya
Parotitis, sinus kavernosus, noma, dan gangren juga dapat disebabkan infeksi dari gigi.
Osteitis dan osteomyelitis seringkali perluasan infeksi dari abses alveolar dan poket
periodontal. (Rully S., 2009 : 2).
4. Perluasan sepanjang bidang fasial
Daerah fasial membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta
karena adanya ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar.Beberapa spasia dan
area yang penting dalam penyebar luasan adalah:
a. Lapisan superficial dari fasia cervical profunda
b. Regio sub mandibula
c. Ruang (Space) sub lingual
d. Ruang sub maksila
e. Ruang para pharingeal
Menurut M. Azhary Rully S dkk, dalam “Makalah Fokal Infeksi” bahwa Infeksi
menyebar sepanjang bidang fasial karena mereka resisten dan meliputi pus di area ini.
Pada regio infra orbital, edema dapat sampai mendekati mata. Tipe penyebaran ini paling
sering melibatkan rahang bawah karena lokasinya berdekatan dengan fasia. (Rully S.,
2009 : 3)
Pola Penyebaran Abses pada Spasia Wajah
Fascia adalah suatu balutan jaringan pengikat yang mengelilingi struktur (seperti
pelapis pada otot), dapat menyebabkan peningkatan spasia (space) jaringan yang potensial
dan jalur yang menyebabkan penyebaran infeksi.
Spasia wajah adalah ruangan potensial yang dibatasi, ditutupi, atau dilapisi oleh
lapisan jaringan ikat. Lapisan-lapisan pada fascia menghasilkan spasia pada wajah yang
kesemuanya terisi dengan jaringan pengikat longgar.
Spasia wajah adalah area fascia-lined yang dapat dikikis atau membengkak berisi
eksudat purulent. Spasia ini tidak tampak pada orang yang sehat namun menjadi berisi ketika
orang sedang mengalami infeksi. Infeksi odontogenic dapat berkembang menjadi spasia-
spasia wajah. Proses pengikisan (erosi) pada infeksi menembus sampai ke tulang paling tipis
hingga mengakibatkan infeksi pada jaringan sekitar (jaringan yang berbatasan dengan
tulang). Berkembang atau tidaknya menjadi abses spasia wajah, dihubungkan dengan
melekatnya tulang pada sumber infeksi. Penyakit odontogenik yang paling sering berlanjut
menjadi infeksi spasia wajah adalah komplikasi dari abses periapikal. Pus yang mengandung
bakteri pada abses periapikal akan berusaha keluar dari apeks gigi, menembus tulang, dan
akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah spasia wajah.
Spasia wajah diklsifikasikan menjadi dua, spasia wajah primer dan spasia wajah
sekunder. Spasia wajah primer dibagi lagi menjadi spasia wajah primer maxilla dan spasia
wajah primer mandibula.
A. Spasia Wajah Primer ( Maxilla)
A.1 Spasia kanina
Spasia kanina merupakan ruang tipis di antara levator angulioris dan M. labii superioris.
Spasia kanina terbentuk akibat dari infeksi yang terjadi pada gigi caninus rahang atas. Gigi
caninus merupakan satu-sarunya gigi dengan akar yang cukup panjang untuk menyebabkan
pengikisan sepanjang tulang alveolar superior hingga otot atau facial expression. Infeksi ini
mengikis bagian superior hingga ke dasar M. levator anguli oris dan menembus dasar M.
levator labii superior.
Ketika spasia ini terinfeksi, gejala klinisnya yaitu pembengkakan pipi bagian depan dan
swelling pada permukaan anterior menyebabkan lipatan nasolabial menghilang. Penyebaran
lanjut dari infeksi canine spaces dapat menyerang daerah infraorbital dan sinus kavernosus.
A.2 Spasia bukal
Spasia bukalis terikat pada permukaan kulit muka pada aspek lateral dan M. buccinators dan
berisi kelenjar parotis dan n. facialis. Spasia dapat terinfeksi akibat perpanjangan infeksi dari
gigi maxilla dan mandibula. Penyebab utama infeksi spasia bukal adalah gigi-gigi posterior,
terutama Molar maxilla. Spasia bukal menjadi berhubungan dengan gigi ketika infeksi telah
mengikis hingga menembus tulang superior hingga perlekatan M. buccinators.
Gejala infeksi yaitu edema pipi dan trismus ringan. Keterlibatan spasia bukal dapat
menyebabkan pembengkakan di bawah lengkung zygomatic dan daerah di atas batas inferior
dari mandibula. Sehingga baik lengkung zygomatic dan batas inferior mandibula Nampak
jelas pada infeksi spasi bukal.
B. Spasia Wajah Primer (Mandibula)
B.1 Spasia submandibula dan sublingual
Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma. Infeksi berasal
dari gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m. mylohyoid dan dari pericoronitis.
Gejala infeksi berupa pembengkakan pada daerah segitiga submandibula leher disekitar sudut
mandibula, perabaan terasa lunak dan adanya trismus ringan.
Kedua spasia ini terbentuk dari perforasi lingual dari infeksi molar mandibula, dan
dapat juga disebabkan infeksi pada premolar. Yang membedakan infeksi tersebut apakah
submandibula atau siblingual adalah perlekatan dari M. mylohyoid pada ridge mylohyoid
pada aspek medial mandibula. Jika infeksi mengikis medial aspek mandibula di atas garis
mylohyoid, artinya infeksi terjadi pada spasia lingual (sering terjadi pada gigi premolar dan
molar). Sedangkan jika infeksi mengikis aspek medial dari inferior mandibula hingga
mylohyoid line , spasia submandibular pun dapat terkena infeksi.
Molar ketiga mandibula paling sering menjadi penyebab spasia primer mandibula.
Sedangkan molar kedua mandibula dapat mengakibatkan baik spasia sublingual maupun
submandibular.
Spasia sublingual berada di antara mucosa oral dasar mulut dan m. mylohyoid. Batas
posteriornya terbuka hingga berhubungan langsung dengan spasia submandibular dan spasia
sekunder mandibula hingga aspek posterior. Secara klinis, pada infeksi spasia sublingual
sering terlihat pembengkakan intraoral, terlihat pada bagian yang terinfeksi pada dasar mulut.
Infeksi biasanya menjadi bilateral dan lidah menjadi terangkat (meninggi)
Spasia submandibula berada di antara m. mylohyoid dan lapisan kulit di atasnya serta
fascia superficial. Batas posterior spasia submandibula berhubungan dengan spasia sekunder
dari bagian posterior rahang. Infeksi pada submandibular menyebabkan pembengakakan yang
dimulai dari batas inferior mandibula hingga meluas secara median menuju m. digastricus
dan meluas ke arah posterior menuju tulang hyoid.
Ketika bilateral submandibula, sublingual dan submentalis terkena infeksi, inilah yang
disebut dengan Ludwig’s angina. Infeksi ini menyebar dengan cepat kea rah posterior menuju
spasia sekunder mandibula.
B.2 Spasia submental
Spasia submental berada di antara anterior bellies dari m. digastricus dan di antara m.
mylohyoid dengan kulit di atasnya. Spasia ini biasanya terjadi karena infeksi dari incisor
mandibula. Incisor mandibula cukup panjang untuk dapat menyebabkan infeksi mengikis
bagian labial dari tulang apical hingga perlekatan m. mentalis. Gejala infeksi berupa bengkak
pada garis midline yang jelas di bawah dagu. Infeksi juga dapat terjadi pada batas inferior
mandibula hingga ke m. submentalis
C. Spasia Wajah Sekunder
Jika infeksi spasia primer tidak ditangani secara tepat, infeksi dapat meluas ke arah
posterior hingga melibatkan spasia facial sekunder. Ketika spasia sekunder telah ikut terlibat,
infeksi menjadi lebih berat, dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian, dan lebih sulit
untuk ditangani. Hal ini dikarenakan spasia sekunder dikelilingi oleh jaringan ikat fascia yang
sedikit sekali mendapat suplai darah. Sehingga infeksi pada spasia ini sulit ditangani tanpa
prosedur pembedahan untuk mengeluarkan eksudat purulen.
C.1 Spasia masseter
Spasia masseter berada di antara aspek lateral mandibula dan batas median m.
masseter. Infeksi ini paling sering diakibatkan penyebaran infeksi dari spasia bukalis atau
dari infeksi jaringan lunak di sekitar Molar ketiga mandibula. Ketika spasia masseter terlibat,
area di atas sudut rahang dan ramus menjadi bengkak. Inflamasi m. masseter ini dapat
menyebabkan trismus
C.2 Spasia pterygomandibular
Spasia pterygomandibular berada ke arah median dari mandibula dan ke arah lateral
menuju m. pterygoid median. Area ini merupakan area tempat penyuntikan larutan anastesi
local disuntikan ketika dilakukan block pada saraf alveolar inferior. Infeksi pada area ini
biasanya merupakan penyebaran dari infeksi spasia sublingual dan submandibula. Infeksi
pada area ini juga sering menyebabkan trismus pada pasien, tanpa disertai pembengkakan. Ini
lah yang menjadi dasar diagnosa pada infeksi ini
C.3 Spasia temporal
Spasia temporal berada pada posterior dan superior dari spasia master dan
pterygomandibular. Dibagi menjadia dua bagian oleh m. temporalis. Bagian pertama yaitu
bagian superficial yang meluas menuju m. temporalis, sedangakn bagian kedua merupakan
deep portion yang berhubungan dengan spasia infratemporal. infeksi ini, baik superficial
maupun deep portion hanya terlihat pada keadaan infeksi yang sudah parah. Ketika infeksi
sudah melibatkan spasia temporalis, itu artinya pembengkakan sudah terjadi di sepanjang
area temporal ke arah superior menuju arcus zygoamticus dan ke posterior menuju sekeliling
mata.Spasia masseter, pterygomandibular, dan temporal juga dikenal sebagai spasia
matikator. Spasia ini saling berhubungan, sehingga ketika salah satunya mengalami infeksi
maka spasia lainnya berkemungkinan juga terkena infeksi.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteomielitis, serupa dengan komplikasi yang
disebabkan oleh infeksi odontogen, dapat merupakan komplikasi ringan sampai terjadinya
kematian akibat septikemia, pneumonia, meningitis, dan trombosis pada sinus kavernosus.
Penjalaran infeksi odontogen akibat dari gigi yang nekrosis dapat menyebabkan abses,
abses ini dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosis baik) dan
penjalaran berat (yang memberikan prognosis tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang
apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran
tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub
gingiva, dan abses sub palatal, sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain
abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut.
Gigi yang nekrosis juga merupakan fokal infeksi penyakit ke organ lain, misalnya ke
otak menjadi meningitis, ke kulit menjadi dermatitis, ke mata menjadi konjungtivitis dan
uveitis, ke sinus maxilla menjadi sinusitis maxillaris, ke jantung menjadi endokarditis dan
perikarditis, ke ginjal menjadi nefritis, ke persendian menjadi arthritis.
Infeksi odontogenic dapat berkembang menjadi spasia-spasia wajah. Proses pengikisan
(erosi) pada infeksi menembus sampai ke tulang paling tipis hingga mengakibatkan infeksi
pada jaringan sekitar (jaringan yang berbatasan dengan tulang). Berkembang atau tidaknya
menjadi abses spasia wajah, tetap saja hal ini dihubungkan dengan melekatnya tulang pada
sumber infeksi. Kebanyakan infeksi odontogenik menembus tulang hingga mengakibatkan
abses vestibular. Selain itu terkadang dapat pula langsung mengikis spasia wajah dan
mengakibatkan infeksi spasia wajah. Penyakit odontogenik yang paling sering berlanjut
menjadi infeksi spasia wajah adalah komplikasi dari abses periapikal. Pus yang mengandung
bakteri pada abses periapikal akan berusaha keluar dari apeks gigi, menembus tulang, dan
akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah spasia wajah. Gigi mana yang terkena
abses periapikal ini kemudian yang akan menentukan jenis dari spasia wajah yang terkena
infeksi. Tulang hyoid merupakan struktur anatomis yang paling penting pada leher yang
dapat membatasi penyebaran infeksi
Komplikasi paling serius dari Ludwig`s angina adalah adanya penekanan jalan nafas
akibat pembengkakan yang berlangsung hebat dan dapat menyebabkan kematian.
Penyebaran infeksi ke ruang fasia dapat menyebabkan pembengkakan wajah dramatis
dan demam tinggi dan, jika tidak diobati, sesak pernapasan. Karakteristik yang lebih umum
infeksi ruang fasia berhubungan dengan infeksi odontogenik dijelaskan di sini.
Infeksi ruang infraorbital umumnya terkait dengan gigi anterior rahang atas dan baik
terlokalisir pada fossa infraorbital oleh levator labii superioris dan levator anguli oris otot.
Pembengkakan wajah lateral hidung yang menonjol, seperti yang penurunan mobilitas bibir
atas yang disebabkan oleh peradangan otot-otot ini. Jika areal tersebut berfluktuasi, insisi
intraoral dan drainase dengan penempatan drain Penrose kecil selama 1 sampai 2 hari
umumnya perawatan yang mencukupi. Antibiotik diindikasikan untuk semua infeksi dari
ruang fasia. Trismus adalah ciri dari infeksi ruang masticator.
DAPUS
Rully S., M. Azhary, dkk. 2009. Makalah Fokal Infeksi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
top related