repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › chapter...
Post on 27-Feb-2020
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Teori Signalling (Signalling Theory)
Signalling theory adalah bagaimana akuntansi dapat digunakan untuk
menyatakan sinyal informasi tentang perusahaan. Laporan keuangan sering
digunakan untuk memberikan sinyal tentang perusahaan, terutama ketika trend
pendapatan menjadi sorotan untuk mengindikasikan kemungkinan pendapatan di
masa depan (Godfrey et.al., 2010:395). Teori signalling menekankan kepada
pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak eksternal dan adanya dorongan perusahaan untuk memberikan
informasi tersebut kepada pihak eksternal.
Dalam kaitannya dengan teori signaling, kualitas audit memberikan sinyal
kualitas dari perusahaan dan juga sahamnya (Datar, Feltham, dan Hughes, 1991).
Kualitas perusahaan dideskripsikan dari kemampuannya bertahan hidup dalam
masa yang panjang (going concern). Kondisi ini akan membantu meyakinkan
investor untuk berinvestasi dalam perusahaan. Seperti yang telah disebutkan pada
latar belakang bahwa opini going concern akan menimbulkan self-fulfilling
propechy dimana opini ini akan menjadi sinyal bahwa perusahaan akan diragukan
kemampuannya untuk tetap bertahan hidup. Ketika auditor yang memiliki kualitas
audit yang baik menyatakan opini going concern atas sebuah perusahaan, maka
hal ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi calon investor dan juga
Universitas Sumatera Utara
investor yang sebelumnya telah berinvestasi dalam perusahaan. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit akan memberikan sinyal
terkait kualitas perusahaan, kualitas saham perusahaan, dan kualitas investasi dari
perusahaan tersebut yang berkaitan pula dengan kemampuan perusahaan untuk
dapat going concern.
Publikasi laporan tahunan yang menunjukkan kondisi perusahaan yang
profitable memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di
masa mendatang dan sinyal ini tentu bernilai positif (good news). Ketika
perusahaan mempunyai profitabilitas yang tinggi diharapkan memperoleh laba
yang tinggi sehingga kemungkinan kecil bagi perusahaan mendapat opini audit
going concern (Januarti, 2008). Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi
membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat agar segera
dapat memberitahukan kabar baik kepada publik dan mendapat respon positif dari
publik. Publikasi yang melewati batas ketentuan Bapepam (90 hari) memberikan
sinyal bahwa perusahaan memiliki masalah dalam laporan keuangan yang
kemungkinan dikarenakan auditor membutuhkan ARL yang lama.
2.1.2 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, patuh artinya suka menurut (perintah, dsb.); taat (pada perintah, aturan,
dsb.) dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan. Kepatuhan terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di
Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
Universitas Sumatera Utara
dalam Peraturan Bapepam Nomor X.E.1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-06/BL/2006 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Berkala oleh Perusahaan Efek; dan Peraturan Bapepam
Nomor X.K.2 Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik.
Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap
individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal
Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara
tepat waktu kepada Bapepam. Ketepatan waktu ini berhubungan dengan audit
report lag. Jika ARL yang dibutuhkan lama, penyampaian laporan keuangan akan
tidak tepat waktu.
Kepatuhan terhadap masa perikatan audit (audit tenure) telah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 yang menjelaskan bahwa
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan
oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
Akuntan Publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut. Sesuai dengan
standar auditing yang telah ditetapkan oleh IAI bahwa selain memberikan opini
audit, auditor juga harus bertanggung jawab dalam pengungkapan going concern
entitas. Jika auditor melakukan penyimpangan dengan tidak mengungkapkan atau
berusaha menutupi masalah going concern entitas, tentu hal ini akan bertentangan
dengan teori kepatuhan.
Universitas Sumatera Utara
Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada peraturan
yang berlaku, sama seperti perusahaan yang berusaha tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangannya karena selain sebagai kewajiban, juga
bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan (Sulistyo, 2010). Sama halnya
dengan auditor yang berusaha untuk memberikan kinerja terbaiknya berupa
kualitas audit. Auditor juga harus patuh dalam memenuhi tugas sesuai dengan
jangka waktu audit tenure-nya.
2.1.3 Auditing
ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts) mendefinisikan
auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi
bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan
kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuian antara asersi-asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada
para pemakai yang berkepentingan. Menurut Agoes (2000:1), auditing atau
pengauditan adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara krisis dan sistematis
oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan
tujuan dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, auditing dapat dikatakan sebagai proses
pemeriksaan sistematis dan kritis terhadap laporan keuangan perusahaan oleh
auditor independen yang bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Hasil audit yang telah dilakukan oleh auditor dilaporkan dalam laporan
audit yang merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan opininya atas
laporan keuangan, atau dalam kasus tertentu dapat menyatakan tidak memberikan
opini, dan menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang telah ditetapkan oleh IAI. Opini yang diberikan merupakan
pernyataan kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia (SA Seksi 110 paragraf 01). Tuanakotta (1982:7)
menyebutkan prinsip auditing antara lain: kebenaran dasar (basic truth) yang
menunjukkan bagaimana tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Prinsip-prinsip
lainnya adalah prinsip pemberian informasi secara lengkap dan tidak menyesatkan
(full disclosure); prinsip konsistensi (consistency) yaitu penerapan prinsip
akuntansi yang sama tahun ini dengan tahun sebelumnya agar informasi dapat
dibandingkan; prinsip materialitas (materiality) yang membedakan penting atau
tidaknya suatu hal tergantung dari sifat dan/atau besarnya hal tersebut; dan prinsip
lainnya.
Adapun tahapan kegiatan audit yang dilakukan, baik untuk perusahaan
besar maupun kecil adalah sebagai berikut (Jusup, 2001:169).
1. Penerimaan penugasan audit Tahap awal dimulainya proses audit adalah dengan mengambil keputusan menerima (atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau melanjutkan menjadi auditor bagi klien yang sudah ada. Dengan mengambil keputusan untuk menerima kesempatan menjadi auditor, tahap selanjutnya yaitu mengadakan perjanjian perikatan. Dalam perikatan audit, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor menyangggupi untuk melaksanakan pekerjaan audit sesuai kompetensi profesionalnya.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya, keputusan untuk menerima (atau menolak) sudah dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum tahun akhir buku yang akan diperiksa. Dalam tahap ini, yang perlu diterapkan adalah standar umum dari standar auditing.
2. Perencanaan dan perancangan audit Perencanaan dan perancangan penugasan audit yang baik harus bisa menghasilkan pendekatan audit yang efektif dengan biaya yang masuk akal (Rahayu dan Suhayati, 2009:107). Pada tahap ini, standar umum dan standar pekerjaan lapangan adalah standar yang perlu diterapkan. Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan perancangan audit biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam kantor auditor dan personel klien tersebut.
3. Pelaksanaan pengujian audit Tahap ini sering disebut sebagai tahap pelaksanaan pekerjaan lapangan dan merupakan bagian penting dalam proses audit. Pengujian ini dilakukan tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu samapi tiga bulan setelah akhir tahun buku. Standar yang diterapkan dalam tahap ini adalah satndar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Tujuan utama dilaksanakannya tahap pelaksanaan pengujian audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan keuangannya.
4. Penyelesaian dan pelaporan hasil audit Tahap ini adalah tahap akhir dalam proses audit. Tahap ini merupakan proses yang sangat subyektif dan sangat bergantung pada pertimbangan profesional auditor (Rahayu dan Suhayati, 2010:115). Pada tahap pelaporan hasil audit harus menerapkan standar umum dan standar pelaporan dari standar auditing.
2.1.4 Auditor
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17 Tahun 2008
tentang Jasa Akuntan Publik, akuntan publik atau auditor adalah seseorang yang
berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan telah memperoleh izin dari Menteri
Keuangan untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam peraturan ini. Jasa
Universitas Sumatera Utara
yang disediakan auditor adalah jasa atestasi dan yang termasuk dalam jasa atestasi
adalah :
a) Jasa audit umum atas Laporan Keuangan,
b) Jasa pemeriksaan atas Laporan Keuangan Prospektif,
c) Jasa pemeriksaan atas pemeriksaan informasi keuangan performa,
d) Jasa review atas laporan keuangan, dan
e) Jasa atestasi lainnya seperti tercantum dalam SPAP.
Auditor independen (independent auditors), yang dikenal sebagai auditor
eksternal, adalah akuntan publik bersertifikat (certified public accountant; CPA)
yang mempunyai kantor praktik sendiri dan menawarkan jasa audit serta jasa lain
kepada klien (Guy, Alderman, dan Winters, 2002:11). Auditor independen
mengaudit seluruh laporan keuangan perusahaan terbuka dan banyak perusahaan
tertutup. Adapun hasil akhir dari proses auditing adalah pelaporan hasil auditing
yang berisi opini auditor atas pemeriksaan laporan keuangan klien.
Auditor internal (internal auditor) adalah karyawan tetap yang
dipekerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi
tersebut. Tugas utama auditor internal adalah melaksanakan audit ketaatan
(compliance audit) dan audit operasional (operational audit). Auditor internal
biasanya melaporkan kepada dewan direktur organisasi, yaitu pengguna utama
hasil kerja auditor internal.
Auditor pemerintah (government auditor) adalah auditor yang menentukan
ketaatan dengan hukum, peraturan perundangan, kebijakan, dan prosedur yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan oleh berbagai badan pemerintahan. Aktivitas yang dilakukan oleh
auditor pemerintah adalah (Rahayu dan Suhayati, 2010:14):
a) Audit keuangan (financial audits):
1. Audit laporan keuangan,
2. Audit atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan
b) Audit kinerja (performance audits):
1. Audit ekonomi dan efisiensi operasi organisasi
2. Audit atas program pemerintahan dan BUMN (efektivitas)
2.1.5 Opini Audit
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa auditor bertugas
memberikan opininya sebagai hasil pemeriksaan laporan keuangan klien. Opini
tersebut yaitu (Mulyadi, 2002):
a. Opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
b. Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion with
Explanatory Language)
c. Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
d. Opini tidak wajar (Adverse Opinion)
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion atau No
Opinion).
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Keberlangsungan Usaha (Going Concern)
Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang
menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka
waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta
aktivitas-aktivitasnya yang tiada henti. Kesinambungan operasi entitas akan
menghasilkan laporan keuangan yang bersifat sementara sesuai periode aktivitas
dan akan saling berhubungan satu dengan yang lainnya secara berkelanjutan.
Postulat going concern digunakan sebagai dasar bahan pertimbangan pada saat
penyusunan laporan keuangan atau pada saat akuntansi menghadapi berbagai
pilihan dalam proses penyusunan standar akuntansi karena kenyataan bahwa
kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang sifatnya tidak pasti
(Riduwan, 2007).
Purba (2009) menyebutkan ada beberapa kondisi yang berujung pada
ketidakmampuan entitas bisnis mempertahankan kelangsungan hidupnya (going
concern):
1. Keuangan Kondisi keuangan perusahaan merupakan kunci utama untuk melihat apakah perusahaan akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak pada masa mendatang. Kondisi keuangan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam pelunasan bunga pinjaman kepada kreditur dan memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Apabila kondisi keuangan memburuk, maka kemungkinan perusahaan untuk going concern pun akan menurun pula. Demikian sebaliknya, jika kondisi keuangan mengalami perkembangan ke arah yang positif atau mengalami kestabilan, kemungkinan going concern-nya akan meningkat.
2. Moneter Kendala moneter, selain memengaruhi pinjaman luar negeri dan ekspor sebuah negara, khususnya dalam perekonomian Indonesia, juga memengaruhi ekonomi mikro jika banyak entitas bisnis memiliki pinjaman dalam mata uang asing.
Universitas Sumatera Utara
a. Sosial Risiko kerawanan sosial adalah risiko yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, dapat timbul sebagai dampak sampingan, misalnya tingkat kriminalitas tinggi dan penyakit sosial lainnya.
b. Politik Perusahaan adalah bagian dari sebuah rezim yang berkuasa sebagai pihak regulator. Hal ini berakibat pada iklim investasi suatu negara yang pasti akan dipengaruhi oleh situasi politik negara tersebut.
c. Pasar Kemampuan perusahaan menguasai pasar sangat memengaruhi keberhasilan perusahaan menghasilkan laba. Apabila sebuah perusahaan kehilangan kemampuan menguasai pangsa pasar, maka secara otomatis kemampuan going concern-nya akan mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh daya saing, regulasi, jalur produksi, inovasi produk, teknologi, dan lain sebagainya.
d. Teknologi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan harus mampu mempertahankan dan memperluas pangsa pasarnya. Hal ini menuntut perusahaan untuk menguasai teknologi agar dapat berhubungan dengan lingkungan bisnisnya.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya
(Arens,2002 : 66), antara lain: (a) kerugian operasi atau kekurangan modal kerja
yang berulang dan signifikan, (b) ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya ketika jatuh tempo, (c) kehilangan pelanggan utama, terjadi
bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau
masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa, dan (d) perkara pengadilan, perundang-
undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat
membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi. Jika auditor meragukan
kemampuan perusahaan untuk going concern, maka auditor akan menyatakan
opini audit going concern. Meskipun auditor tidak bertanggungjawab terhadap
kelangsungan hidup sebuah perusahaan, tetapi dalam melakukan audit,
Universitas Sumatera Utara
kelangsungan hidup perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini
(Dewayanto, 2011).
2.1.7 Opini Audit Going Concern
Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2001: SA Seksi 341
paragraf 2). IAI (2001) memaparkan langkah-langkah yang akan ditempuh auditor
dalam mengevaluasi kemampuan going concern perusahaan dengan cara berikut
ini.
1) Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang dilaksanakannya menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pas. Mungkin diperlukan informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
2) Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut,
b. mengevaluasi apakah rencana tersebut efektif dilaksanakan. 3) Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor mengambil
kesimpulan apakah masih terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.
Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 huruf d (IAI, 2001: SA
Seksi 508, paragraf 11) menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang
kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going
Universitas Sumatera Utara
concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf
penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang
dinyatakan oleh auditor. SA Seksi 341 paragraf 06 menjelaskan bahwa auditor
dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang
menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih
dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit).
IAI (2001) mencontohkan kondisi atau peristiwa yang berkaitan adalah
sebagai berikut.
1) Tren negatif, misalnya kerugian operasi yang terjadi berulang,
kurangnya modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha,
jeleknya rasio keuangan yang penting.
2) Kemungkinan adanya financial distress, misalnya kegagalan
memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan
pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok atas pengajuan
permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk
mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan besar
sebagian aktiva.
3) Masalah intern, misalnya pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek
tertentu, komitmen jangka panjang yag tidak bersifat ekonomis,
kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
Universitas Sumatera Utara
4) Masalah luar yang telah terjadi, misalnya pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah lain yang
kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi,
kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan
pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar
seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan
atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak
memadai.
2.1.8 Audit Quality
Kualitas audit (audit quality) menurut DeAngelo (1981) adalah
probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan.
Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang
dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan pendapatnya. Isu-isu yang
berhubungan dengan isu audit adalah kompetensi auditor, persyaratan yang
berkaitan dengan pelaksanaan audit, dan persyaratan pelaporan.
Banyak penelitian sebelumnya yang menggunakan reputasi auditor dan
afiliasi auditor dengan KAP big four sebagai proksi dari kualitas audit. Hal ini
didasari oleh opini yang menyatakan bahwa auditor yang memiliki reputasi baik
akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga
dan tidak kehilangan klien. Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan
proksi yang sama dengan penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) yaitu auditor
industry specialization.
Universitas Sumatera Utara
O’Keefe (1994) berpendapat bahwa auditor industry specialization
berhubungan positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian kepatuhan
auditor terhadap GAAS. Auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang
sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko audit khusus
yang mewakili industri tersebut, tetapi akan membutuhkan pengembangan
keahlian lebih daripada auditor pada umumnya. Tambahan keahlian ini akan
menghasilkan return positif dalam fee audit. Sehingga, para peneliti memiliki
hipotesis bahwa auditor dengan konsentrasi tinggi dalam industri tertentu akan
memberikan kualitas yang lebih tinggi (Deis dan Giroux, 1992). Auditor dengan
spesialisasi industri tertentu memiliki pengetahuan yang spesifik tentang industri
klien sehingga dapat memahami karakteristik perusahaan dalam industri tersebut
secara lebih komprehensif dan mampu meningkatkan kemampuan untuk
mendeteksi kesalahan yang terjadi. Spesialisasi dalam industri tertentu menjadi
sebuah tren, dan para peneliti menemukan bahwa auditor dengan spesialisasi
menghasilkan penghematan finansial dan keuntungan dalam kualitas (Hogan and
Jeter, 1999).
2.1.9 Audit Tenure
Auditor client tenure atau audit tenure merupakan jumlah tahun dimana
KAP atau auditor melakukan perikatan audit dengan klien yang sama. Saat auditor
dan klien menjalin hubungan kerja sama dalam jangka waktu yang relatif lama,
hal ini akan memberikan manfaat bagi klien maupun auditor. Bagi auditor,
menjalin kerja sama dalam jangka panjang akan memberikan pemahaman yang
Universitas Sumatera Utara
lebih mengenai industri dan kondisi keuangan klien yang ditanganinya sehingga
akan lebih mudah mendeteksi masalah going concern, atau malah sebaliknya.
Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya,
sehingga kemungkinan untuk memberikan opini going concern justru akan sulit.
Selain mengaburkan skeptisme profesional auditor, audit tenure yang lama akan
menimbulkan masalah lain, seperti adanya keinginan menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh klien demi menjaga hubungan baik yang telah terjalin, dan
adanya anggapan auditor bahwa hasil proses audit yang sedang berlangsung akan
sama seperti hasil sebelumnya. Bagi klien, menjaga hubungan kerja sama yang
panjang dengan auditor dianggap akan lebih ekonomis.
Untuk tetap menjaga independensinya beberapa negara menetapkan
peraturan mengenai rotasi KAP. Peraturan di Indonesia mengharuskan adanya
pergantian Kantor Akuntan Publik lima tahun dan auditor tiga tahun yang
mengaudit sebuah perusahaan secara berturut-turut (Bapepam, 2002). Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik
disebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu
entitas dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut-turut dan oleh
seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut-turut. Akuntan Publik
dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien tersebut setelah satu tahun
buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.10 Audit Report Lag
Audit Report Lag (ARL) didefinisikan sebagai periode waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun fiskal perusahaan hingga tanggal
diterbitkannya laporan audit. Menurut Lai dan Cheuk (2005), “An audit report lag
or audit delay is a period from a company’s year-end date to the audit report
date”. Definisi tersebut menyimpulkan bahwa semakin lama waktu yang
dibutuhkan auditor menyelesaikan proses audit, semakin lama pula audit report
lag-nya.
Menurut Abdula (1996), semakin panjang waktu yang dibutuhkan di
dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu
perusahaan milik klien, maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut
bocor kepada investor tertentu atau bahkan bisa menyebabkan insider trading dan
rumor-rumor lain di bursa saham. Lamanya ARL yang dibutuhkan selama proses
pengauditan mempengaruhi publikasi laporan keuangan. ARL yang lama akan
mengakibatkan berkurangnya kualitas isi informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan sehingga mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang
didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Penelitian Ahmad et. al.(2005)
menyatakan ARL dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu client cycle time
(CCT) yang didefinisikan sebagai durasi waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk menyelesaikan atau menutup pembukuan transaksi perusahaan; dan firm
cycle time (FCT) yang didefinisikan sebagai durasi waktu yang dibutuhkan
auditor untuk menyelesaikan tanggung jawab audit atas laporan keuangan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Knechel dan Payne (2001) dalam penelitiannya membagi ARL dalam
3 komponen, yaitu :
1. Scheduling Lag, yaitu selisih waktu antara akhir tahun fiskal
perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.
2. Fieldwork Lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan
lapangan dan saat penyelesaiannya.
3. Reporting Lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian
pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor.
2.1.11 Profitabilitas
Profitabilitas adalah jumlah relatif laba yang dihasilkan dari sejumlah
investasi atau modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. Profitabilitas sebagai
indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba memiliki
pengaruh dalam publikasi laporan keuangan. Rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dalam hubungannya
dengan penjualan, asset, maupun modal saham tertentu. Semakin tinggi
profitabilitas, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan Net Profit
Margin Ratio (NPMR), dimana laba bersih sebelum pajak dibagi dengan
penjualan bersih.
NPMR mengindikasikan seberapa baiknya perusahaan mengkonversikan
penjualan menjadi laba setelah semua beban dikeluarkan. Semakin besar NPMR
berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya
Universitas Sumatera Utara
sehubungan dengan kegiatan usahanya. Sejalan dengan hal yang disebutkan
sebelumnya, semakin besar NPMR maka kinerja perusahaan akan semakin
produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut. Peningkatan kepercayaan investor untuk
berinvestasi ini memiliki efek positif pada kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan keberlangsungan usahanya. Secara umum, ketika margin laba
bersih perusahaan menurun dari waktu ke waktu, segudang masalah bisa jadi
penyebabnya, mulai dari penurunan penjualan, kurangnya hubungan dengan
pelanggan, sampai adanya manajemen pengeluaran yang tidak memadai.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Knechel dan Vanstraelen (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh
audit tenure dan audit quality terhadap opini going concern dengan variabel
kontrol ukuran perusahaan klien, audit report lag, prediksi model kebangkrutan,
ukuran KAP, dan usia perusahaan. Hasil penelitiannya adalah auditor tidak
menjadi kurang independen dari waktu ke waktu juga tidak menjadi lebih baik
dalam memprediksi kebangkrutan. Sebaliknya, bukti untuk masa perikatan baik
dalam meningkatkan atau menurunkan kualitas audit lemah.
Pada penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) yang menguji pengaruh
kualitas audit, debt defaultt, dan opinion shopping terhadap penerimaan opini
audit going concern menunjukkan hasil bahwa debt default dan opinion shopping
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan kualitas
Universitas Sumatera Utara
audit yang diproksi dengan auditor industry specialization tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Penelitian Santosa dan Wedari (2007) menguji pengaruh kualitas audit,
kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini going concern.
Hasil penelitiannya adalah kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap opini going concern. Opini audit sebelumnya berpengaruh
positif terhadap opini going concern sedangkan ukuran perusahaan dan kondisi
keuangan berpengaruh negatif terhadap opini going concern.
Januarti dan Fitrianasari (2008) menguji rasio keuangan (rasio likuiditas,
rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan penjualan,
rasio nilai pasar) dan rasio non keuangan (ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini
audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, audit lag) yang mempengaruhi
auditor dalam memberikan opini going concern pada auditee. Hasil pengujiannya
adalah hanya satu rasio keuangan yaitu rasio likuiditas dan dua rasio non
keuangan (opini audit tahun sebelumnya dan audit lag) yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap pemberian opini going concern oleh auditor pada auditee.
Penelitian Januarti (2009) menguji pengaruh kondisi keuangan
perusahaan, debt default, ukuran perusahaan, audit lag, opini audit tahun
sebelumnya, auditor client tenure, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan
manajerial dan institusional terhadap penerimaan opini going concern. Hasil yang
diperoleh dari pengujian ini adalah kondisi keuangan perusahaan, debt default,
ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, kualitas audit, auditor client
Universitas Sumatera Utara
tenure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern
sedangkan audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Kartika (2012) menguji kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, opini
audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan opinion shopping terhadap
penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujiannya adalah Kondisi
keuangan, kualitas audit, dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan
pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Agustina dan Zulaikha (2013) yang
menguji pengaruh ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya, penjualan
perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan, audit lag, debt default, rasio
kecukupan arus kas, dan rasio lancer terhadap opini audit going concern. Hasil
pengujiannya adalah ukuran KAP tidak berpengaruh positif terhadap opini going
concern, opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going
concern, sedangkan penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan,
audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancar tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penulis menggunakan auditor industry specialization sebagai proksi dari kualitas
audit (audit quality), penghitungan tenure menggunakan tenure auditor 3 tahun
sebagai proksi audit tenure, dan menggunakan net profit margin ratio sebagai
proksi dari profitabilitas.
Universitas Sumatera Utara
Tinjauan penelitian terdahulu terangkum dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Peneliti/ Tahun
Variabel Dependen
Variabel Independen
Alat Analisis Hasil Penelitian
1. Knechel dan Vanstraelen (2007)
Going concern opinions
Variabel independen: Audit quality dan audit tenure Variabel 29ontrol: Client Size (LNSALES), Audit Report Lag, D-score, Audit Firm Size (Big 6), Age of The Company Measured in Years.
Regresi logistik
Auditor tidak menjadi kurang independen dari waktu ke waktu juga tidak menjadi lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan. Sebaliknya, bukti untuk masa perikatan baik dalam meningkatkan atau menurunkan kualitas audit lemah.
2. Praptitorini dan Januarti (2007)
Penerimaan opini going concern
Kualitas audit, debt defaultt, dan opinion shopping.
Regresi logistik
Debt default dan opinion shopping berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan kualitas audit yang diproksi dengan auditor industry specialization tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
3. Santosa dan Wedari (2007)
Penerimaan opini audit going
Kualitas audit, kondisi keuangan
Regresi logistik
Kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak
Universitas Sumatera Utara
concern perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.
berpengaruh terhadap opini going concern. Opini audit sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern sedangkan ukuran perusahaan dan kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap opini going concern.
4. Januarti dan Fitrianasari (2008)
Opini audit going concern
Rasio likuiditas , profitabilitas, aktivitas, leverage, pertumbuhan penjualan, nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, dan audit lag
Regresi logistik
Rasio likuiditas, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan penjualan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, dan auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
5. Januarti (2009)
Penerimaan Opini Audit Going
Debt default, ukuran perusahaan,
Regresi logistik.
Debt default, ukuran perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
Concern auditor client tenure, opini tahun sebelumnya, kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional
auditor client tenure, opini tahun sebelumnya, kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan kondisi keuangan perusahaan, audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
6. Kartika (2012)
Penerimaan opini going concern
Kondisi keuangan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, opinion shopping
Regresi logistik
Kondisi keuangan, kualitas audit, dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
7. Agustina dan Zulaikha (2013)
Opini going concern
Ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya,
Regresi logistik
Ukuran KAP tidak berpengaruh positif terhadap opini going
Universitas Sumatera Utara
penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan, audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancar.
concern, opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, sedangkan penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan, audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
2.3 Kerangka Konseptual
Penelitian ini memiliki empat variabel independen dan satu variabel
dependen. Variabel independen yang digunakan adalah audit quality, audit tenure,
audit report lag, dan profitabilitas. Variabel dependen yang digunakan adalah
opini audit going concern.
H1
H2
H3
H4
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Audit Quality (X1)
Audit Tenure (X2)
Audit Report Lag (X3)
Profitabilitas (X4)
Opini Audit Going Concern (Y)
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan adalah sumber informasi yang menunjukkan kondisi
keuangan entitas dan akan digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan
ekonomi. Dari laporan keuangan dapat dilihat rasio-rasio keuangan yang
menggambarkan kinerja manajemen, termasuk di dalamnya rasio net profit
margin (NPMR). Dalam kaitannya dengan teori signaling, kualitas audit yang
diberikan auditor spesialis yang digambarkan melalui laporan audit akan menjadi
sinyal mengenai kondisi perusahaan yang diauditnya. Jika auditor spesialis
menerbitkan opini going concern atas perusahaan yang diauditnya, maka akan
berdampak pada keputusan investasi investor maupun calon investor karena opini
tersebut memberi sinyal bahwa kondisi perusahaan untuk bertahan hidup
diragukan.
Ketepatan waktu pengumuman laba/profit (good news) kepada publik
merupakan hal yang penting dan merupakan sinyal yang bagus karena kondisi ini
menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan berada dalam kondisi yang baik.
Laporan keuangan yang dipublikasikan tepat waktu juga menunjukkan kepatuhan
entitas atas peraturan yang ditetapkan Bapepam sebagai lembaga yang berwenang.
Penundaan publikasi laporan keuangan dapat menyebabkan manfaat dari
pengungkapan informasi menjadi kurang relevan bagi pengguna informasi
keuangan terutama yang berhubungan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup (going concern) perusahaan. Hal ini menjadi sinyal bahwa laporan
keuangan mengalami masalah sehingga auditor membutuhkan ARL yang lebih
lama.
Universitas Sumatera Utara
Auditor bertanggung jawab memberikan opini audit atas laporan keuangan
dan pengungkapan kemampuan perusahaan untuk going concern. Opini yang
dikeluarkan auditor harus berkualitas dan tanpa rekayasa. Kepatuhan auditor
untuk melaksanakan tanggung jawab ini erat kaitannya dengan teori kepatuhan.
Pemahaman auditor, kemampuan auditor menguasai karakteristik lingkungan
bisnis sebuah industri, dan pengalaman mengaudit banyak entitas yang berada
dalam satu industri tertentu (spesialisasi industri auditor) akan membuat opini
audit lebih berkualitas dan auditor lebih mudah memprediksi masalah going
concern-nya sebuah entitas. Jika kualitas audit yang dimiliki auditor tinggi maka
perikatan audit antara auditor dengan klien akan diperpanjang.
Dalam pengungkapan masalah going concern entitas, auditor tidak boleh
dipengaruhi oleh lamanya audit tenure yang terjalin dengan entitas. Dua argumen
yang mendukung hubungan negatif lama audit tenure dengan kualitas audit yang
berkaitan dengan pengungkapan masalah going concern entitas, yaitu (a) adanya
erosi independensi auditor yang disadari atau tidak, muncul karena ikatan loyalitas
yang berpengaruh kepada obyektivitas auditor; dan (b) berkurangnya kapabilitas
auditor untuk bersikap kritis akibat familiaritas yang dirasakan auditor sehingga
pendekatan pengujian audit kreatif yang sering terjadi saat awal perikatan audit
semakin terbatas juga (Wibowo dan Rosietta, 2008).
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang
mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau
Universitas Sumatera Utara
pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut (Susanti, 2010 :
229). Menurut Sugiyono (2006 : 51)
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Dari pengertian di atas, pengembangan hipotesis yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.4.1 Pengaruh audit quality terhadap opini audit going concern
Audit quality adalah gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat
menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi
klien. Vanstraelen (1999) menyatakan bahwa mengidentifikasi masalah going
concern perusahaan berkaitan dengan kompetensi seorang auditor. Kompeten atau
tidaknya seorang auditor dapat dinilai dari pengalaman audit, pengetahuan, dan
pemahaman spesifik tentang industri yang ditangani oleh auditor. Jika seorang
auditor memiliki kompetensi dalam menangani industri tertentu, dapat
disimpulkan bahwa dia adalah auditor spesialis industri tersebut.
Auditor yang memiliki spesialisasi industri akan lebih mudah mendeteksi
kesalahan maupun penyelewengan yang terdapat dalam sistem akuntansi kliennya.
Auditor juga akan lebih mudah mendeteksi dan mengungkapkan kemampuan
going concern klien dengan menggunakan spesialisasinya. Kualitas audit yag
Universitas Sumatera Utara
tercermin dalam opini audit ini dapat menjadi sinyal yang menunjukkan kondisi
perusahaan yang nantinya akan menjadi pertimbangan auditor dalam mengambil
keputusan bisnis. Mayangsari (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H1 : Audit quality berpengaruh terhadap opini audit going concern
2.4.2 Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern
Vanstraelen (1999) menyebutkan memutuskan untuk mengungkapkan
keraguan atas going concern-nya sebuah perusahaan merupakan hal yang
berkaitan dengan independensi seorang auditor. Independensi auditor erat
kaitannya dengan jangka waktu dan keakraban hubungan kerja sama auditor
dengan klien-nya dan akan mempengaruhi kualitas audit yang akan diberikan.
Tingkat kualitas audit dan juga kepatuhan auditor dapat diukur dari
objektivitasnya dalam pengungkapan opini going concern.
Semakin lama audit tenure yang terjalin, independensi auditor akan
mengabur, dan kemampuan untuk mengungkapkan masalah ketidakmampuan
untuk going concern yang dimiliki klien juga akan semakin rendah. Hasil
penelitian Junaidi dan Hartono (2009) menemukan bukti bahwa audit tenure
berpengaruh terhadap penerbitan opini audit modifikasi going concern oleh
auditor.
Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis dirumuskan sebagai berikut.
H2 : Audit tenure berpengaruh terhadap opini audit going concern
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Pengaruh audit report lag terhadap opini audit going concern
Audit report lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan
keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan yang muncul karena
adanya kebutuhan informasi dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup
memadai. Semakin lama waktu penyelesaian proses audit, semakin lama pula
ARL sebuah perusahaan dan dapat mengakibatkan keterlambatan dalam publikasi
laporan keuangan. Lamanya proses audit ini memungkinkan aditor untuk
menemukan kecukupan bukti yang mengarah pada penerbitan opini going
concern. Ketepatan waktu dalam publikasi laporan keuangan kepada Bapepam
menunjukkan kepatuhan perusahaan dan auditor terhadap peraturan yang ada.
McKeown et al. (1991) menyebutkan bahwa opini audit going concern lebih banyak
ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Penelitian Januarti dan Fitrianasari
(2008) menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap penerimaan opini
going concern.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis selanjutnya sebagai berikut:
H3 : Audit report lag berpengaruh terhadap opini audit going concern.
2.4.4 Pengaruh profitabilitas terhadap opini audit going concern
Analisis profitabilitas bertujuan mengukur tingkat efisiensi usaha dan
mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada di neraca perusahaan
bersangkutan guna menganalisis efisiensi dan profitabilitas perusahaan
bersangkutan. Semakin tinggi profitabilitas (diproksikan dengan rasio NPM),
Universitas Sumatera Utara
diharapkan laba yang diperoleh perusahaan semakin tinggi sehingga kecil
kemungkinan perusahaan mendapat opini going concern. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Komalasari (2004), profitabilitas cenderung mempengaruhi
auditor dalam memberikan opini audit. Net Profit Margin Ratio (NPM) diperoleh
dengan membagi laba/ rugi bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi
manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang
diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha,
serta meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi dalam perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis dirumuskan sebagai berikut.
H4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Universitas Sumatera Utara
top related