99006-indah sumaya-fitk
Post on 21-Oct-2015
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENEGAKAN DISIPLIN SISWA
DI SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
INDAH SUMAYA
103018227372
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
SURAT PERNYATAAN PENULIS
Bismillahirrahmanirrohim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Indah Sumaya
Nim : 103018227372
Jurusan : Kependidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbuki bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi berdasarkan Undang-Undang yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Oktober 2010
Penulis
Indah Sumaya
ABSTRAK
Indah Sumaya, Nim: 103018227372, Penegakan Disiplin Siswa Di SMP Al-Amanah Setu Tangerang Selatan. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi dan penegakan disiplin siswa. Adapun tempat penelitian dilakukan di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik Observasi, Angket dengan menggunakan skala likert untuk siswa dengan 4 alternatif jawaban dan Wawancara kepada Kepala Sekolah, Koordinator BK dan Waka Kesiswaan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang berjumlah 481 siswa dengan sample 30 orang siswa. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus persentase. Penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari Pembiasaan, Contoh dan Tauladan, Pengawasan dan Penyadaran. Pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan termasuk dalam kategori baik, yaitu dengan skor rata-rata 78,33%. Mengacu dari hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi sekolah yang bersangkutan untuk mempertahankan dan meningkatkan penegakan disiplin yang telah dilaksanakan, menjadi contoh dan tauladan yang baik, memberikan pengetahuan tentang pentingnya disiplin, menumbuhkan pembiasaan-pembiasaan yang baik dan memberikan perhatian yang positif. Agar penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan dan mewujudkan tujuan pendidikan.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam tak
lupa pula penulis curahkan kepada junjungan kita, suri tauladan yang baik,
Nabi Muhammad S.A.W yang menjadi penerang sepanjang zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan
motivasi yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak, akhirnya penulisan
skripsi ini selesai dengan baik pada waktunya. Tidak ada yang bisa penulis
berikan, melainkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan rasa
hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan penelitian ini khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam
3. Drs. H. Muarif Sam, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.
4. Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
5. Drs. Oman Rohmanudin, M.M Kepala Sekolah dan Drs. Nuryaman, S.Pd
Wakil Kepala SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan yang telah
membantu memberikan informasi yang sangat berguna bagi penulis
dalam melakukan penelitian.
ii
6. Keluarga Besar Resimen Mahasiswa ”Wira Dharma” UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya buat Angkatan Srikandi (Ngebi, Nganul,
Ngila, Ngian, Ngadil, Ngamul, Ngatna) Saya akan selalu merindukan
kalian semua, trimakasih atas motifasinya bersama kalian tetap
terkenang.
7. Saudariku Pia yang selalu memberikan dukungan. Sahabat-sahabatku KI-
MP angkatan 2003 Sofa, Wiyah, Arif, Izul, Primus, Ade, Nining, Agus,
Zaky, Asih yang setia menemani hingga akhir.
Skripsi ini khusus penulis persembahkan untuk Ayahanda Ma’sum dan
Ibunda Rohaya yang telah membimbing penulis sejak dari buaian, mengasuh
dengan kasih sayang, mengorbankan harta dan pikiran untuk membantu
penulis meraih cita-cita. Doa yang mereka panjatkan, pengorbanan yang
mereka lakukan merupakan hutang budi yang tidak terlunasi.
Suami tercinta Jamaluddin Arafah, SH. Trimakasih atas pengertiannya,
tanpa dukungan dan motivasinya penulis tidak bisa menyelesaikan dengan
segera. Kakanda dan Adinda tersayang (Mulyanah, Jamaluddin, M. Yamin,
Fajar, Idris) yang memberikan arti akan indahnya kebersamaan, hanya doa
yang bisa penulis haturkan untuk semua serta untuk keponakanku (Abang
Ghifar, Ade Abin, Dede Ichan) yang membuat hari-hari lebih berwarna.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari dalam penulisan
skripsi ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 Oktober 2010
Penulis
Indah Sumaya
iii
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan Penulis Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Panitia Ujian Abstrak ....................................................................................................... i Kata Pengantar .......................................................................................... ii Daftar Isi ..................................................................................................... iv
Daftar Tabel ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ............................................................ 6 D. Perumusan Masalah .............................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian Disiplin Siswa ................................................. 7 2. Tujuan Disiplin .................................................................. 9 3. Ciri-Ciri Disiplin ................................................................. 10
4. Macam-Macam Disiplin .................................................... 12 5. Sebab-Sebab Timbulnya Masalah Disiplin ....................... 13 6. Sumber-Sumber Pelanggaran Disiplin Siswa ................... 15 7. Pentingnya Disiplin ........................................................... 17
B. Penegakan Disiplin Siswa 1. Strategi Penerapan Disiplin .............................................. 19
iv
2. Pelaksanaan Kedisiplinan dalam Lingkungan Sekolah ..... 28
3. Upaya Sekolah dalam Menerapkan Kedisiplinan Siswa ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .................................................................... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 33 C. Metodologi Penelitian ............................................................. 35
D. Sumber Data .......................................................................... 35 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35 F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ..................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Al Amanah
1. Sejarah Singkat Berdirinya Al Amanah ............................. 42
2. Unit-Unit Pendidikan Al Amanah ....................................... 43
3. Keadaan Guru SMP Al Amanah ........................................ 44
4. Keadaan Siswa SMP Al Amanah ...................................... 44
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Al Amanah .................... 45
6. Struktur Organisasi SMP Al Amanah ................................ 47
7. Tata Tertib SMP Al Amanah .............................................. 49
B. Deskripsi Data ........................................................................ 50
C. Interpretasi Data ..................................................................... 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 73
B. Saran ...................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN v
DAFTAR TABEL
1. Kisi-kisi instrumen penegakan disiplin siswa ....................................... 37 2. Kriteria alternatif jawaban ................................................................... 38
3. Tafsiran persentase ............................................................................ 39 4. Interpretasi nilai penegakan disiplin siswa .......................................... 41 5. Keadaan siswa SMP Al Amanah ........................................................ 45 6. Keadaan sarana dan prasarana sekolah ............................................ 47
7. Nasehat terhadap siswa yang mencoret-coret
seragam dan fasilitas sekolah ......................................................... 51 8. Nasehat terhadap siswa yang malas belajar ...................................... 51 9. Penyuluhan bahaya narkoba .............................................................. 52
10. Penyuluhan bahaya merokok dan minuman keras ............................. 53 11. Penyampaian tata tertib kepada siswa ............................................... 53 12. Penyampaian tata tertib kepada orang tua siswa ............................... 54 13. Pemberian pengarahan kepada siswa pada waktu
upacara .............................................................................................. 55 14. Berlaku sopan dan ramah ................................................................... 55 15. Mengucapkan salam ketika masuk kelas ............................................ 56 16. Berlaku adil kepada seluruh siswa ...................................................... 56
17. Tidak merokok di lingkungan sekolah ................................................. 57 18. Datang ke sekolah 10 menit lebih awal ............................................... 58 19. Masuk kelas lebih awal ....................................................................... 58 20. Berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar ................................. 59
21. Mengadakan razia .............................................................................. 59 22. Mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut ................................. 60 23. Teguran kepada siswa yang membuat kegaduhan dalam kelas ........ 61
vi
24. Teguran kepada siswa yang mengobrol saat guru mengajar ............. 61
25. Teguran kepada siswa yang menyontek pada saat ujian ................... 62 26. Teguran kepada siswa yang mengantuk atau tidur
pada saat berlangsungnya pelajaran .................................................. 62
27. Teguran kepada siswa yang makan pada saat
berlangsungnya pelajaran .................................................................. 63 28. Teguran bagi siswa yang keluar kelas saat jam
belajar ............................................................................................... 64
29. Teguran bagi siswa yang membuang sampah sembarangan .............. 64 30. Pemanggilan orang tua/wali siswa ketika siswa
melakukan pelanggaran ...................................................................... 65 31. Hukuman bagi siswa yang berkelahi ................................................... 66
32. Hukuman bagi siswa yang membolos ................................................. 66 33. Hukuman bagi siswa yang terlambat datang ke Sekolah ..................... 67 34. Pemberian pujian ................................................................................ 67 35. Pemberian hadiah ............................................................................... 68
36. Pemberian penghargaan .................................................................... 69 37. Perhitungan nilai rata-rata .................................................................... 70
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket untuk Siswa.
2. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Al-Amanah.
3. Hasil Wawancara dengan Koordinator BK.
4. Hasil Wawancara dengan Waka Kesiswaan.
5. Lembar Skor Butir Pernyataan.
6. Tata Tertib Siswa SMP Al-Amanah.
7. Contoh Surat Perjanjian Siswa.
8. Keadaan Guru dan Struktur Organisasi SMP Al-Amanah.
9. Surat Pengajuan Proposal Skripsi.
10. Surat Bimbingan Skripsi.
11. Surat Izin Penelitian.
12. Surat Keterangan Penelitian
13. Pengesahan Uji Referensi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pembangunan. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Keberadaan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting
artinya dalam perkembangan kebudayaan manusia, pendidikan
merupakan tolok ukur untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu
kebudayaan manusia pada masa dan bangsa tertentu. 1 Bangsa bisa
dikatakan maju apabila tingkatan pendidikannya telah memadai dengan
keadaan yang dialaminya, dan bisa dikatakan mundur apabila pendidikan
tidak dapat menjawab tantangan-tantangan yang ada.
Berbicara tentang masalah pendidikan tidak akan terlepas dari
komponen yang menentukan yaitu organisasi, personil, kesiswaan,
1 Bayraktar Bayrakli, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta: Inisiasi Press, 2004), h. 128
2
sarana dan prasarana, pembiayaan, kurikulum, hubungan masyarakat,
administrasi keuangan dan guru sebagai penggerak.
Pendidikan merupakan suatu perkembangan dan pertumbuhan
manusia yang terus menerus dalam bentuk generasi tua mengajarkan
kepada generasi yang lebih muda, berbagai hasil pelajaran dan
pengamalan mereka dan orang-orang terdahulu dari mereka.
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dalam berbagai
dimensinya secara umum merupakan akibat dari pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa untuk membantu,
membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara teratur
ke arah kedewasaan.2
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan dan menumbuhkan bakat, minat dan kemampuan akal
seseorang menjadi manusia yang berilmu, beriman dan berakhlak. Oleh
karena itu pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia, guna
mencerdaskan anak bangsa yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional dikemukakan bahwa:
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.3 Dengan pendidikan sumber daya manusia dibentuk agar generasi
penerus bangsa turut serta berpartisipasi memajukan bangsanya.
2 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: CV. Remaja Karya,
1986), h. 12 3 Departemen Pendidikan Nasional, UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 6
3
Pendidikan amat ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dijenjang
sekolah dasar. Anak adalah masa depan, karena itulah anak harus
dididik sejak dini, tempat anak seharusnya di sekolah belajar dan
mengembangkan dirinya, bukan di pabrik, tempat sampah, jalanan atau
di tempat lainnya yang dapat membahayakan perkembangannya.
Menurut Permendiknas No. 19 Tahun 2007 (tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah),
sekolah harus menciptakan suasana, iklim dan lingkungan pendidikan
yang kondusip untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur
pelaksanaan, adanya tata tertib dan kode etik warga sekolah dan
adanya bimbingan dengan teladan, pembinaan, pengembangan kreatifitas
dari pendidik dan tenaga kependidikan.
Tata tertib ialah sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati
dalam situasi atau dalam suatu tata kehidupan tertentu. Selain
tata tertib peranan kedisiplinan sangat dibutuhkan di sekolah, walaupun
kedisiplinan bukanlah hal yang mudah dan sederhana, namun harus ada
perencanaan dan penyusunan peraturan, sosialisasi, pengawasan serta
pengendalian dari sekolah. Kedisiplinan merupakan hal penting yang
perlu diterapkan kapanpun dan dimanapun berada.
Penerapan disiplin di setiap sekolah beragam, hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan norma kelakukan dan suasana sekolah. Setiap
sekolah mempunyai kepala sekolah, guru, karyawan dan peserta didik
yang berbeda. Perbedaan inilah yang kemungkinan menimbulkan adanya
berbagai kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan, tetapi pada intinya
semua penerapan disiplin bertujuan untuk menciptakan suasana sekolah
yang aman dan teratur.
Disiplin adalah kepatuhan, ketaatan dan kesungguhan seseorang
dalam melaksanakan tugas. Dalam disiplin seseorang dituntut untuk
4
mampu menjalankan aturan-aturan, norma-norma hukum dan tata tertib
yang berlaku.
Menurut Kapten Artileri Sujono SK, “disiplin adalah suatu ketaatan
yang didasarkan karena kesadaran dan keikhlasan terhadap perintah,
peraturan-peraturan dan keharusan-keharusan yang berlaku dalam
lingkungan hidup sehari-hari, organisasi maupun dalam hidup berbangsa
dan bernegara”.4
Disiplin mengembangkan sikap yang lebih mengutamakan hal-hal
yang merupakan kebiasaan dan kemudian membatasinya. Disiplin
mengatur dan memaksa. 5 Disiplin menjawab segala sesuatu yang selalu
terulang dan bertahan lama dalam hubungan antar manusia.
Dalam proses belajar mengajar, setiap guru mempunyai keinginan
agar siswanya memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk
mewujudkannya, diperlukan penegakan disiplin bagi siswa yang
melanggar tata tertib yang berlaku di sekolah, sehingga diharapkan dapat
memusatkan perhatian dalam pembentukan tingkah laku anak didik
sebagai penuntun dirinya sehingga mereka berhasil dalam proses
pembelajaran yang ditempuh.
Sebagian sekolah menjadikan disiplin sebagai syarat dalam
pembentukan sikap dan prilaku siswa. Dengan disiplin akan tumbuh
kepatuhan, kemandirian, keteraturan, menumbuhkan sikap percaya diri,
peka dan peduli pada kepentingan orang lain. Disiplin juga dapat
membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari. Maka sudah seharusnya kedisiplian anak
diterapkan di sekolah, dengan adanya kerjasama antara orang tua dan
4 Sujono SK, Kumpulan Materi Kursus Dinas Staff Resimen Mahasiswa Jayakarta, (Jakarta:
Satgas KDS 2006), materi ke-10, h. 1 5 Emile Durkheim, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan,
(Jakarta: Erlangga, 1990), h. 35
5
guru akan terlihat keberhasilan anak dalam mengendalikan emosi dan
perilakunya. Dengan demikian akan nampak bahwa sekolah berusaha
mendidik siswa untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya baik
di sekolah, di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Menegakan
kedisiplinan merupakan upaya membentuk prilaku siswa secara baik
melalui koordinasi kepala sekolah, guru dan wali kelas.
Adapun keadaan siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan
yang ditemukan penulis pada waktu PPKT (Praktek Propesi Keguruan
Terpadu). Siswa masih sering melakukan pelanggaran-pelanggaran dan
tidak disiplin seperti; masih ada siswa yang suka menyontek pada waktu
ujian, membolos, merokok pada waktu istirahat, tidak mengerjakan PR,
datang terlambat, berkelahi, mencoret-coret properti sekolah, keluar pada
saat berlangsungnya pelajaran, membuat kegaduhan dalam kelas dan
membuang sampah tidak pada tempatnya. Dengan demikian penulis
beranggapan bahwa SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan
merupakan sekolah yang ketat, namun masih banyak pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: ”PENEGAKAN
DISIPLIN SISWA DI SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kedisiplinan siswa di SMP
Al Amanah?
6
3. Bagaimana penerapan dan pelaksanaan kedisiplinan siswa
dalam lingkungan sekolah?
4. Bagaimana peran dan tugas guru dalam penegakan disiplin siswa
di SMP Al Amanah?
5. Bagaimana upaya sekolah dalam menerapkan disiplin siswa?
C. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan yang ada, penulis membatasi permasalahan
yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Strategi penegakan disiplin siswa.
2. Pelaksanaan kedisiplinan dalam lingkungan sekolah.
3. Upaya sekolah dalam menerapkan kedisiplinan siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah?
2. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa di SMP Al Amanah?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis penelitian ini
a. Dapat memperbanyak khazanah kepustakaan pendidik, khususnya
mengenai penegakan disiplin siswa.
b. Serta dapat menambah bahan masukan bagi yang berminat untuk
menindak lanjuti hasil penelitian yang lebih banyak.
2. Secara praktis penelitian ini
Dapat memberikan masukan bagi pihak sekolah khususnya mengenai
penegakan disiplin siswa.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian Disiplin Siswa
Disiplin merupakan cermin kepribadian seseorang. Kemampuan
atau kekuatan yang ada pada individu diperlukan sebagai cara untuk
memahami ciri utama disiplin. Disiplin berasal dari bahasa latin
”dicipline” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan, kerohanian
serta pengembangan bakat.
Istilah ”disiplin” mengandung banyak arti. Good’s Dictionary of
Education yang dikutif dari buku Oteng Sutisna menjelaskan disiplin
sebagai:
(1) proses pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita-cita untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan; (2) cara bertindak yang terpilih dengan gigih, dan aktif yang diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan; (3) pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman atau hadiah; (4) pengekangan dengan cara-cara yang tidak enak dan menyakitkan.1
1 H. Soeharni Koswara, Ade Yeti Nuryantini, Manajemen Lembaga Pendidikan, (Bandung:
Patragading, 2004), Cet. Ke-4, h. 159
8
The Liang Gie merumuskan pengertian disiplin sebagai suatu
keadaan tertib dimana orang-orang tergabung dalam suatu organisasi
tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati.2
Dengan demikian maka disiplin dapat diartikan sebagai suatu
kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya dorongan dari
dalam diri orang itu sendiri.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Disiplin berarti tata tertib
(di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya), ketaatan atau
kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib.3 Tata tertib berarti
perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan situasi yang
tertib.
Tata tertib dan disiplin sekolah berlaku untuk semua unsur yang
ada di sekolah dan tidak terkecuali bagi kepala sekolah, guru dan staf
semuanya harus patuh dan taat pada peraturan sekolah yang berlaku
dan menjadi komitmen yang mengikat.
Tata tertib atau peraturan dapat ditegakan apabila ada sanksinya.
Siswa atau siapapun yang melanggar tata tertib di sekolah harus
mendapatkan hukuman, seringan apapun hukuman yang diterimanya.
Dengan memberikan hukuman mereka akan menyadari kesalahan
yang dilakukan dan menghargai peraturan yang berlaku. Hukuman
yang diberikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa serta
bersifat mendidik. Tata tertib harus diterapkan dengan bijaksana,
disesuaikan dengan tingkat perkembangan jiwanya dan bukan suatu
siksaan baginya.
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin tidaklah
sekedar tata aturan belaka tetapi maknanya mencakup secara
2 Tholib Khasan, Teori Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studio Press, 1999), h. 80 3 Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarata: Balai Pustaka,
2002), Cet. Ke-3, h. 268
9
keseluruhan. Oleh karena itu, konsep dasar dari disiplin adalah
mengungkapkan penyadaran diri sebagai pribadi yang utuh dan
sadar akan hidup, semua harus ada normanya. Disiplin diri yang baik
dalam tingkatan lingkup seperti ini terletak pada kemampuan diri
untuk mengontrol tingkah laku seseorang melalui pemahaman
orang lain.
2. Tujuan Disiplin
Tujuan disiplin adalah untuk menjamin adanya pengendalian dan
penyatuan tekad, sikap dan tingkah laku demi kelancaran dalam
melaksanakan tugas serta tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya. Elizabet B. Hurlock dalam bukunya “Perkembangan
Anak”, menyatakan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk prilaku
sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan.
Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula falsafah
pendidikan anak yang menyeluruh untuk menanamkan disiplin.4
Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin di
sekolah adalah: 5
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
b. Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar. c. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
d. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
4 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978), Jilid. 2, h. 82
5 Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah, 04/04/2008, tersedia di: www.yahoo.com. 26/08/2010, h. 4
10
Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia bahwa tujuan disiplin
sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar
yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru
tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin
menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan
suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi
belajar siswa.
Setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk menguasai dan
mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini yang dapat menentukan
keberhasilan dalam hidupnya. Jika tidak dapat menguasai dan
mengendalikan dirinya sendiri, ia tidak akan menentukan jalan mana
yang akan ditempuh dalam hidupnya, serta tidak mempunyai
pendirian yang teguh untuk membawa diri dari kehidupannya pada
saat diperlukan ketegasan bertindak.
Demikian pula dengan siswa, mereka perlu memiliki
kemampuan untuk mengarahkan kemauannya. Kemauan ini harus
dibina dan dituntun sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Sehingga mereka dapat mengetahui dengan sadar akan kesalahan
yang mungkin pernah dilakukannya, untuk kemudian tidak
mengulanginya kembali.
3. Ciri-Ciri Disiplin
Ketika kita mendengar kata disiplin maka yang terbayang adalah
usaha untuk menyekat, mengawal dan mengekang, padahal
sebenarnya tidak demikian. Disiplin selain mendidik, juga dapat
membuat siswa tahu dan dapat membedakan hal-hal yang
seharusnya dilakukan, dan yang tak sepatutnya dilakukan. Disiplin
yang sudah menyatu dengan diri, maka perbuatan yang dilakukan
11
tidak dirasakan sebagai beban dan keterpaksaan, melainkan
kewajiban yang harus dilakukan.
Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah atau lembaga
pendidikan adalah sebagai berikut: 6
a. Patuh pada aturan sekolah b. Melaksanakan tugasnya yaitu belajar c. Teratur masuk kelas d. Harus tiba pada waktu yang telah ditetapkan e. Tidak membuat onar di kelas f. Mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
Dengan demikian, diharapkan kedisiplian yang ada di sekolah
akan membentuk kedisiplinan diri tanpa aturan tertulis. Sehingga
kapanpun dan dimanapun dia berada disiplin akan selalu tertanam
pada pribadi anak, karena dengan kesadaran yang timbul dari diri
sendirilah disiplin yang sebenarnya.
Sujono SK. Membagi disiplin menjadi dua sesuai dengan
keadaannya yaitu sebagai berikut: 7
a. Disiplin pribadi yakni perwujudan disiplin yang lahir dari
kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku
individu.
b. Disiplin kelompok yakni perwujudan disiplin yang lahir dari
sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-
norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang
kehidupan manusia.
Baik disiplin kelompok maupun disiplin nasional keduanya
terlahir dari disiplin pribadi. Disiplin pribadi yang tertanam dalam diri
6 Emile Durkheim, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologgis Pendidikan...., h. 106
7 Sujono SK, Kumpulan Materi Kursus Dinas Staf Resimen Mahasiswa Jayakarta..., h. 4
12
seseorang, akan menjadikan disiplin sebagai bagian dari dirinya
sehingga kapanpun dan dimanapun dia berada disiplin akan
diterapkan dalam hidupnya. Sikap dan perilaku disiplin dapat tercipta
melalui proses binaan keluarga, pendidikan, pengalaman dan
pengenalan dari keteladanan lingkungannya.
Oleh karena itu ditegaskan bahwa anak akan diajarkan berdisiplin
seperti menghormati aturan. Ia akan belajar melaksanakannya,
karena ia merasa wajib berbuat demikian sekalipun itu sulit.
Kebiasaan diri semacam itu yang tidak dapat dipenuhi secara lengkap
dalam keluarga, maka untuk melanjutkannya harus dibebankan pada
lembaga pendidikan. Dengan demikian, ada sejumlah kewajiban yang
harus dibebankan pada lembaga pendidikan dalam menumbuhkan
dan meningkatkan kedisiplinan siswa hingga melekan dalam dirinya
menjadi rutinitas sehari-hari.
4. Macam-Macam Disiplin
Pendidikan memiliki peranan dalam mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas, terutama masalah kedisiplinan. Untuk
menjaga tetap berlakunya peraturan dan tata tertib, diperlukan
kedisiplinan dari semua warga sekolah. Di lingkungan sekolah disiplin
akan peraturan dan tata tertib sangat dibutuhkan agar terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Menurut Piet A. Sahertian dalam bukunya “Dimensi-Dimensi
Administrasi Pendidikan di Sekolah”, disiplin terbagi dalam tiga
macam yaitu: 8
8 Piet A. Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), Cet.1, h.127
13
a. Disiplin Tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian anak didik.
b. Disiplin Moderen adalah disiplin yang memungkinkan terciptanya situasi dimana anak didik dapat mengatur dirinya, situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
c. Disiplin Liberal adalah disiplin yang diberikan kepada anak, sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.
Pada dasarnya disiplin terbagi dua, yaitu: disiplin eksternal dan
internal. Disiplin eksternal adalah disiplin yang membutuhkan
pengawasan dari orang lain, sedangkan disiplin internal adalah
disiplin diri yang berbentuk pengendalian. Pengendalian diri
merupakan kemampuan dalam mencapai kehidupan yang selaras,
serasi dan seimbang antara hak dan kewajibannya sebagai individu
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Disiplin tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi memerlukan
proses untuk menumbuhkannya. Oleh karena itu, disiplin harus
dimulai dengan melakukannya secara berulang-ulang atau terus-
menerus sehingga menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan
menjadi kepribadian.
3. Sebab-Sebab Timbulnya Masalah Disiplin
Disiplin harus ditegakkan kapanpun dan dimanapun kita
berada, seperti dirumah, lingkungan sekitar ataupun sekolah. Tanpa
kedisiplinan yang baik akan sulit mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Boleh dikatakan, kedisiplinan adalah salah satu kunci keberhasilan
seseorang. Namun untuk menghadirkan kedisiplinan yang baik, harus
diperhatikan masalah-masalah yang menyebabkan timbulnya
permasalahan disiplin.
14
Adapun sebab-sebab timbulnya masalah disiplin antara lain
sebagai berikut:9
a. Timbulnya Masalah Disiplin dari Anak didik Masalah yang ditimbulkan dari anak didik adalah, karena kurang terpenuhinya kebutuhan secara fisik, seperti: makan, minum, pakaian, papan atau rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ingin dihargai dan aktualisasi diri. Apabila kebutuhan di atas tidak dapat terpenuhi secara wajar, maka timbulah ketidak seimbangan diri, antara ideal dengan aktualnya. Hal ini dapat berdampak pada tinggkah laku yang tidak benar dan melanggar peraturan.
b. Timbulnya Masalah Disiplin dari Guru Masalah ini timbul karena guru kurang disiplin dalam melaksanakan tugas seperti: datang terlambat, pekerjaan rumah (PR) dan tugas tidak diperiksa, memberikan angka yang sama walaupun anak didik tersebut kurang disiplin, kepemimpinan guru otoriter, manajemen pengelolaan kelas semrawut, cara mengajar kurang menarik, dan tidak memberikan sikap keteladanan.
c. Timbulnya Masalah Disiplin dari Lingkungan Sekolah Masalah ini timbul karena keadaan sekolah yang kotor, sanitasi tidak teratur. Begitu pula lingkungan mental, sosial dan moral yang kurang baik bagi pertumbuhan dan pengembangan peserta didik, sehingga lingkunga sekolah kurang menjamin rasa aman dan nyaman.
Oleh karena itu disiplin harus dijaga dengan baik, baik siswa,
guru maupun lingkungan sekolah sama-sama saling menjaga. Agar
masalah-masalah yang menyebabkan timbulnya permasalahan disiplin
dapat dicegah sejak dini. Siswa melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai mana mestinya, guru dapat menjadi contoh dan
tauladan bagi siswanya. Sebab jika guru dan siswa saling menjaga,
maka disiplin dapat dihadirkan di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
9 H. Soeharni Koswara, Ade Yeti Nuryantini S.Pd, Manajemen Lembaga Pendidikan
(Bandung: Patragading, 2002), Cet.1, h.160,
15
4. Sumber-Sumber Pelanggaran Disipin Siswa
Dalam pelaksanaan disiplin banyak kendala-kendala yang
dihadapi, untuk mencapai keberhasilan yang optimal dalam
pelaksanaan disiplin perlu diperhatikan sumber-sumber apa saja yang
menjadi penyebab dari pelanggaran disiplin tersebut. Adapun sumber-
sumber pelanggaran disiplin diantaranya sebagai berikut: 10
a. Sumber-Sumber Umum 1. Kebosanan dalam kelas (monoton, kurang kreatif). 2. Perasaan kecewa dan tertekan karena tuntutan yang
kurang wajar/sesuai dengan kemampuan siswa. 3. Kurang perhatian, kasih sayang dan pengenalan status
b. Sumber dari Lingkungan Sekolah itu sendiri 1. Tipe kepemimpinan kepala sekolah/guru yang otoriter. 2. Kelompok besar (mayoritas) siswa dikurangi haknya
sebagai siswa yang seharusnya turut menentukan rencana masa depan di bawah bimbingan guru.
3. Tidak/kurangnya memperhatikan kelompok minoritas. 4. Guru/siswa yang potensial kurang dilibatkan/diikutsertakan
dalam kegiatan/tanggung jawab sekolah. 5. Pihak sekolah kurang bekerja sama dengan orang
tua/wali/BP.
Dari sumber-sumber pelanggaran tersebut dihawatirkan dapat
menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak baik, yang termasuk dalam
bentuk pelanggaran kedisiplinan sekolah. Adapun perilaku yang
termasuk ke dalam bentuk pelanggaran kedisiplinan sekolah yaitu:11
a. Datang ke sekolah terlambat b. Mengumpulkan tugas ataupun mengembalikan peralatan tidak
tepat waktu. c. Merokok di lingkungan sekolah d. Menyontek e. Menggunakan property sekolah tanpa izin f. Meninggalkan kelas/kegiatan belajar tanpa izin
10 Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 97-98 11 Mutiara Endah, Membuat Aturan Kedisiplinan Siswa, 06/03/2010, tersedia di:
tarmizi.wordpress.com, 18/08/2010. h. 3
16
g. Memakai seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah
h. Kekerasan fisik i. Membawa mainan, telepon genggam, audio/video player,
majalah ataupun peralatan lainnya yang dapat mengganggu proses belajar di sekolah.
Orang tua/wali diharapkan mendukung proses belajar
mengajar dengan menjaga lingkungan belajar yang positif, teratur,
aman serta aktif memberikan dukungan terhadap program sekolah
ataupun program individu siswa. Seluruh siswa yang berada di
lingkungan sekolah maka mereka berada dalam pengawasan
sekolah. Oleh karenanya setiap kejadian yang berlangsung di
sekolah menjadi perhatian khusus dan dapat dilaporkan kepada
pihak yang berwenang.
Guru dan staf sekolah yang bertanggung jawab terhadap
penanganan kedisiplinan perilaku siswa memiliki kewenangan
untuk menjaga kestabilan pelaksanaan aturan perilaku siswa di
kelas. Menjalanjakan secara konsisten dan komitmen tinggi terhadap
konsekuensi pelanggaran kedisiplinan perilaku, mengeluarkan siswa
dari kelas apabila mereka melakukan pelanggaran atau merusak.
Memberikan penguatan terhadap kedisiplinan perilaku siswa di
sekolah, mencatat semua peristiwa pelanggaran kedisiplinan yang
terjadi dan melaporkan kepada kepala sekolah/orang tua/wali, dan
meningkatkan kemampuan manajemen penanganan siswa seperti
penanganan konflik, pencegahan perilaku kekerasan pada siswa,
hambatan emosi dan lain-lain.12
12 Mutiara Endah, Membuat Aturan Kedisiplinan Siswa...., h. 2
17
5. Pentingnya Disiplin
Disiplin merupakan kegiatan yang didasari dengan kesadaran
dan keikhlasan terhadap perintah, peraturan dan keharusan yang
berlaku dalam lingkungan sekolah ataupun organisasi. Disiplin sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lembaga pendidikan,
disiplin menjadi syarat untuk pembentukan sikap dan perilaku anak
didik.
Brown dan Brown mengemukakan tentang pentingnya disiplin
dalam proses pendidikan untuk mengajarkan siswa hal-hal sebagai
berikut:13
a. Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, contoh kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
b. Upaya untuk menanamkan kerjasama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan adanya dan dijunjung tinggi disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta dapat menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
f. Memperkenalkan contoh prilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh prilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana prilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
13 Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah..., h. 6
18
Dengan demikian disiplin dapat menjadi pendamping anak didik
mengantarkannya membentuk kepribadian, mengembangkan potensi,
meraih apa yang diinginkan dan menjadikannya mandiri serta
bertanggung jawab tanpa ada rasa minder, takut, pesimis dengan
apa yang dilakukannya karena ia memahami betul disiplin sebagai
sesuatu yang menyenangkan bukan sesuatu yang harus ditakuti atau
dihindari. Disiplin juga akan membiasakan anak didik untuk bisa
hidup secara teratur, dengan adanya keteraturan dalam hidup
diharapkan mampu mengendalikan diri, dengan memiliki pengendalian
diri tersebut maka ia tidak akan melakukan pelanggaran terhadap
tata tertib yang telah ditetapkan.
Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya ”Perkembangan
Anak” mengemukakan, bahwa disiplin itu penting untuk perkembangan
anak, karena disebabkan beberapa hal yaitu:14
a. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
b. Dengan disiplin membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.
c. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini penting bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan.
d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motifasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.
e. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani, pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.
14 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak..., h. 83
19
Oleh karena itu disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari menjadikan siswa lebih tertib dan teratur dalam menjalankan
kehidupannya dan membawanya kepada cita-cita yang diharapkan.
Pengaruh disiplin ini akan dirasakannya ketika dia terjun dalam
kehidupan bermasyarakat. Apabila disiplin sudah tertanam sejak dini
maka akan mempermudahnya dalam melaksanakan tugas yang
diberikan kepadanya, Karena kedisiplinan dapat membentuk
kepribadian yang kokoh dan dapat diharapkan bagi semua pihak.
B. Penegakan Disiplin Siswa di Sekolah 1. Strategi Penerapan Disiplin
Strategi adalah seni dan ilmu mengembangkan dan
menggunakan berbagai kekuatan dalam berbagai keadaan untuk
mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan, atau rencana yang
cermat untuk mencapai sasaran khusus.15 Sedangkan penerapan
adalah suatu proses atau cara seseorang dalam mempraktekkan
aturan yang ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa strategi
penerapan disiplin adalah suatu rencana tentang tata cara yang akan
digunakan untuk melaksanakan peraturan atau tata tertib sehingga
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Reisman dan Pyne mengemukakan strategi umum dalam
merancang disiplin siswa yaitu:16
a. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima hangat dan terbuka.
b. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa.
15 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001),
Edisi Ke-3, h. 1092, 1180. 16 Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah...., h. 7
20
c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
d. Klarifikasi nilai; guru membantu nilai dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e. Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah.
f. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.
g. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
h. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkaan cekatan, sangat terorganisir dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.
Dalam rangka penegakan disiplin, baik siswa maupun guru sama-
sama terlibat di dalamnya. Bahkan orang tua walipun harus diberi
informasi mengenai penegakan disiplin yang diterapkan sekolah. Hal
tersebut dilakukan agar pihak sekolah dan orang tua dapat bekerja
sama dalam upaya peningkatan mutu dan produktivitas pelaksanaan
tugas serta fungsi sekolah. Di samping itu mendorong upaya
meningkatkan efektifitas sistem dan tata laksana peraturan dan tata
tertib sekolah sehingga peserta didik dapat lebih disiplin dalam segala
aktifitasnya baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Dengan adanya strategi-strategi yang digunakan dalam
menumbuhkan sikap disiplin terhadap siswa, diharapkan bisa
membawa anak didik ke arah yang lebih baik. Semua ini tidak dapat
dilakukan dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama-
21
sama dan melibatkan seluruh personil sekolah dan orang tua. Dengan
demikian tujuan yag diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin.
Disiplin memiliki arti yang cukup penting, oleh karena itu guru
harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama
disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal
sebagai berikut:17
a. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati diri dan mengembangkan dirinya secara optimal.
b. Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi dan ada pula yang memiliki standard perilaku sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum, peraturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.
Maka Penegakan disiplin siswa dapat terjadi secara optimal
apabila pihak sekolah, dan para guru melakukan perbaikan dan
pembelajaran di sekolah. Guru adalah figur manusiawi sebagai
sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting
dalam pendidikan. Penerapan disiplin pada anak dapat dipupuk
dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup yang disertai
pengawasan agar terlaksananya tata tertib.
17 Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah...., h. 6
22
Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga cara menanmkan disiplin,
dari tiga cara tersebut akan menunjukan ciri-ciri masing-masing yaitu
sebagai berikut :18
a. Disiplin Otoriter
Disiplin otoritarian dapat berkisar antara pengendalian
prilaku anak dari yang wajar hingga yang kaku dan tidak memberi
kebebasan bertindak, kecuali sesuai dengan standar yang
ditentukan. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui
kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman
badan.
Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan
perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin otoriter.
Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan,
dan tidak ada pujian atau penghargaan apabila anak
mendapatkan hasil yang diharapkan.
Orang yang sadar dalam lingkungan disiplin ini diminta
mematuhi mentaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di
tempat itu, disiplin ini tidak mendorong anak untuk mandiri
dengan mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan
dengan tindakan mereka. Mereka mengatakan apa yang harus
dikerjakan dan tidak menjelaskan mengapa hal itu harus
dilakukan, sehingga anak kehilangan kesempatan untuk belajar
bagaimana mengendalikan prilaku mereka sendiri.
b. Disiplin Permissive
Dalam disiplin permissive anak diberi kebebasan penuh,
mereka tidak diberi batasa-batas atau kendala-kendala yang
mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diizinkan untuk
18 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak..., h. 93
23
mengambil keputusan dan berbuat sekehendak mereka sendiri.
Membiarkan anak meraba-raba dalam keadaan apapun. Disiplin
permissieve cenderung membuat anak menjadi bingung dan
merasa tidak aman. Pengalaman yang terbatas dan ketidak
matangan mental menghambat mereka mengambil keputusan-
keputusan tentang perilaku yang akan memenuhi harapan sosial.
Mereka tidak mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan. Akibatnya, mereka menjadi ketakutan, cemas dan
sangat agresif .
c. Disiplin Demokratis
Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin
yang muncul atas kesadaran diri, sehingga seseorang dapat
memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Konsep disiplin ini
menekan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau
hukuman dapat diberikan kepada yang melanggar tata tertib,
akan tetapi hukuman dimaksudkan sebagai upaya menyadarkan,
mengoreksi dan mendidik.
Cara ini menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang
baik, serta menghasilkan kemandirian dalam berfikir, inisiatif
dalam tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh
rasa percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif,
terbuka dan spontan. Yang merupakan ciri disiplin demokratis,
tampak pada kerja sama yang baik, ketekunan yang lebih besar
dalam menghadapi hambatan, pengendalian diri yang lebih baik,
kreatifitas yang besar dan sikap yang ramah terhadap orang lain.
Pendidikan demokratis dibutuhkan untuk menghasilkan anak
didik yang memiliki sifat demokratis. Pendidikan yang demokratis
24
merupakan model pendidikan yang fungsional.19 Dalam upaya
menanamkan disiplin pada peserta didik, cara demokratis harus
menjadi pilihan utama. Tetapi mengingat keadaan pribadi dan
tahapan perkembangan peserta didik, maka kedua cara tersebut
terdahulupun terkadang perlu digunakan dalam kondisi dan
situasi tertentu.
Selain cara-cara di atas, ada pula cara-cara penerapan
disiplin yang bisa dilaksanakan dalam lingkunagan sekolah.
Karena disiplin harus diterapkan dan ditanamkan sejak dini
sehingga akhirnya disiplin itu akan tumbuh menjadi kebiasaan
yang harus dilakukan. Adapun langkah-langkah untuk
menanamkan disiplin pada anak menurut Amir Daien yaitu
sebagai berikut:20
a. Pembiasaan / Konsistensi
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting,
terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Pembiasaan yang
baik sangat berpengaruh bagi pembentukan watak anak, dan
akan terus berpengaruh sampai hari tuanya. Oleh karena itu anak
harus dibiasakan melakukan hal-hal dengan tertib, baik dan
teratur. Seperti berpakaian dengan rapi, masuk dan keluar kelas
dengan teratur, makan dan minum pada waktunya, membuang
sampah pada tempatnya, hingga menulis dan membuat catatan-
cataatan di buku harus dibiasakan dengan rapi dan teratur.
Sehingga akan berpengaruh terhadap kebiasaan-kebiasaan akan
ketertiban dan keteraturan dalam hal-hal yang lainnya.
19 Djohar, MS. Pendidikan Strategik; Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan,(Yogyakart:
Kurnia Kalam Semesta, 2003), h. 11 20 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984),
h. 142-144
25
Agar pembiasaan dapat tercapai dengan baik, kita harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: 21
1) Mulailah pembiasaan sebelum terlambat, yaitu membiasakan anak dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik sebelum anak mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
2) Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus-menerus (berulang-ulang) secara teratur, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.
3) Pendidikan yang konsekuen, bersikap tegas dan teguh terhadap pendiriannya. Tidak memberi kesempatan anak untuk melanggar pembiasaan yang ditetapkan.
4) Pembiasaan yang awalnya bersikap mekanistis, harus ditingkatkan menjadi pembiasaan yang disertai dengan hati.
Melalui cara di atas diharapkan secara berangsur-angsur
anak akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk
kebaikannya dan menjadi kebiasaan yang tertanam di dalam
dirinya. Bagi pendidik atau guru hendaknya menyadari bahwa
dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-
pembiasaan dan latihan-latihan yang sesuai dengan
perkembangan jiwanya.22 Karena pembiasaan dan latihan
tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat
laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak
tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari
pribadinya.
b. Contoh dan Tauladan
Dalam hal ini guru harus selalu memberikan contoh yang
baik dan menjadi tauladan bagi anak didik. Terlebih lagi jika guru
membiasakan sesuatu pada anak, hendaknya mereka terlebih
21 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis..., h. 225 22 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), h. 73
26
dahulu sudah melakukannya hal tersebut sebagai upaya
mencotohkan dan menjadi tauladan bagi anak didik. Sehubungan
dengan hal ini, ada beberapa sikap dan sifat-sifat guru yang
harus diperhatikan diantaranya:23
1) Guru harus adil. 2) Percaya kepada murid-muridnya. 3) Guru harus sabar dan rela berkorban. 4) Berwibawa. 5) Guru hendaklah orang yang penggembira. 6) Bersikap ramah dan sopan terhadap guru-guru lainnya. 7) Bersikap baik terhadap masyarakat. 8) Guru harus benar-benar menguasai mata pelajaannya. 9) Guru hendaknya memiliki pengetahuan yang luas.
Dengan keteladanan disiplin yang baik tentunya akan diikuti
oleh anak didik. Sebaliknya jika keteladanan kurang baik, maka
akan berakibat menurunnya kedisiplinan anak didik. Oleh karena
itu guru harus menjadi contoh dan tauladan bagi siswanya.
Hendaknya guru bersikap dan memiliki sifat-sifat yang baik.
c. Penyadaran
Selain adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan
tauladan, maka siswa yang sudah mulai kritis pikirannya, sedikit
demi sedikit harus diberikan penyadaran melalui penghargaan-
penghargaan, hukuman-hukuman yang berlaku di lingkungan
sekolah dan kemudian diberiakn penjelasan-penjelasan tentang
pentingnya peraturan-peraturan itu diadakan. Karena dengan
demikian lambat laun siswa akan menyadari betapa penting
peraturan-peraturan tersebut, maka dengan sendirinya
kedisiplinan akan tumbuh pada dirinya.
23 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis..., h. 175-182.
27
Penghargaan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kedisiplinan. Adanya penghargaan baik berupa
pujian maupun hadiah, akan memicu motivasi anak didik untuk
terus menjaga dan meningkatkan kedisiplinannya. Sebaliknya
tanpa adanya penghargaan dikhawatirkan dapat mengakibatkan
kedisiplinan sulit ditingkatkan.
Namun di samping penghargaan, hukumanpun sangat
berpengaruh dalam mewujudkan kedisiplinan. Hukuman
digunakan untuk mencegah terjadinya tindakan indisipliner, di
samping itu hukuman juga akan membuat anak didik takut dalam
melanggar peraturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan cara yang efektif untuk tetap
menjaga kedisiplinan anak didik. Dengan pengawasan yang baik
tentunya kedisiplinan akan tetap terpelihara, di samping juga
akan meminimalisir dan mencegah indisipliner anak didik.
Pengawasan harus dilakukan terus-menerus, lebih-lebih dalam
situasi yang memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap
peraturan. Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah
agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena anak
yang dibiarkan tumbuh sendiri tanpa pengawasan akan hidup
semaunya saja dan kemungkinan besar anak menjadi tidak patuh
dan tidak dapat mengetahui mana arah tujuan hidup yang
sebenarnya.
Menurut Oteng Sutisna ada beberapa karakteristik dari
proses pengawasan yang efektif, yaitu:24
24 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
(Bandung: Angkasa, 1989), Cet. Ke-10, h. 243-244
28
1) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi.
2) Pengawasan hendaknya diarahkan pada fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan.
3) Pengawasan mengacu pada tindakan perbaikan. 4) Pengawasan yang dilakukan bersifat fleksibel. 5) Sistem pegawasan dapat dipakai oleh orang-orang yang
terlibat dalam pengawasan tersebut. 6) Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah
tercapainya tujuan-tujuan. Oleh karena itu pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksana meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dengan pembiasaan, peneladanan pengawasan dan
penyadaran yang diterapkan baik dilingkungan sekolah, keluarga
maupun masyarakat sekitar, maka dengan sendirinya akan
membentuk kesadaran yang baik dan efektif. Namun demikian
pengawasan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi, bersifat fleksibel dan membimbing. Sehingga dapat
meningkatkan kedisiplinan siwa.
2. Pelaksanaan Kedisiplinan dalam Lingkungan Sekolah
Pendidikan pada dasarnya untuk membangun pribadi manusia
yang terdidik. Namun demikian pendidikan itu akan menjadi
fungsional, apabila berbagai penghambat pendidikan ditiadakan.25
Sedangkan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
berperan untuk memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat.
Sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat
yang secara terencana diberikan tugas untuk memberikan pendidikan
yang pada intinya berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
serta sikap yang dibutuhkan oleh masyarakat.
25 Djohar, MS. Pendidikan Strategik...., h. 12
29
Kedisiplinan di sekolah merupakan sarana yang harus dipenuhi
agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri
anak didik. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka usaha
apapun yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya hanya akan
sia-sia. Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di lingkungan
sekolah: 26
a. Datang ke sekolah tepat waktu. b. Rajin belajar. c. Mentaati peraturan sekolah. d. Mengikuti upacara dengan tertib. e. Mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu. f. Melakukan tugas piket sesuai jadwalnya. g. Memotong rambut jika kelihatan panjang. h. Tidak merokok di lingkungan sekolah. i. Selalu berdoa sebelum memulai pelajaran. j. Membuang sampah pada tempatnya. k. Tidak membolos sekolah dan lain-lain.
Tujuan disiplin sekolah adalah agar aktivitas belajar mengajar
dapat berjalan dengan lancar, sehingga disiplin dianggap sebagai
sarana yang harus ada di lembaga pendidikan atau sekolah.
Kedisiplinan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
adalah kematangan emosi, siswa yang memiliki kematangan emosi
akan lebih berdisiplin.
Kedisiplin sekolah lebih bertujuan pada pembentukan sebuah
lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati
dan siapapun yang melanggar mesti berani
mempertanggungjawabkan perbuatannya secara umum.
26 Aptorina, Kedisiplinan Penting Dalam Proses Pendidikan di Sekolah, 04/09/1990, tersedia
di: http://meezone.blogspot.com, 26/08/2010. h. 4
30
Dalam penegakan disiplin di lingkungan sekolah tidak hanya
berkaitan seputar masalah kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak,
melanggar atau tidak. Tetapi lebih mengacu pada pembentukan
sebuah lingkungan yang di dalamnya terdapat aturan yang dihormati
dan siapapun yang melanggar harus siap bertanggung jawab. Dalam
memberikan hukumanpun harus bersifat mendidik, sehingga siswa
dapat memahami bahwa kedisiplinan itu bukanlah kekerasan,
melainkan tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan
kedamaian hidup bersama.
3. Upaya Sekolah dalam Menerapkan Kedisiplinan
Di lingkungan pendidikan, budaya disiplin masih memprihatinkan
antara lain, tingginya pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa,
banyaknya penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan sekolah,
buruknya penggunaan bahasa yang santun, rendahnya kesdaran
memelihara lingkungan, membuang sampah sembarangan, tingginya
kebiasaan mencontek hasil pekerjaan orang lain dan sebagainya.
Untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas,
sekolah melakukan upaya-upaya penerapan kedisiplinan, dengan
menerapkan kedisiplinan diharapkan dapat mencegah terjadinya
pelanggaran-pelanggaran tersebut. Salah satu upaya sekolah dalam
menerapkan kedisiplinan yaitu dengan melakukan bimbingan dan
konseling. Dalam bimbingan dan konseling terdapat layanan konseling
kelompok dengan bidang bimbingan sosial yang memungkinkan siswa
memperoleh kesempatan dalam pembahasan dan pengentasan
masalah yang dialami melalui dinamika kelompok, yaitu masalah-
masalah yang berkenaan dengan pemahaman dan pelaksanaan
disiplin dan peraturan sekolah.
31
Siswa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang
tercantum dalam tatakrama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah
dikenakan sanksi sebagai berikut: (1) teguran, (2) penugasan, (3)
pemanggilan orang tua, (4) skorsing, (5) dikeluarkan dari sekolah.
Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin
siswa antara lain: 27
a. Peraturan dan tata tertib sekolah perlu senantiasa disosialisasikan melalui setiap kesempatan, bisa juga melalui media yang dapat dimanfaatkan, misalnya: majalah dinding, upacara penaikan bendera, pada saat mengajar dan lain-lain.
b. Pembinaan kedisiplinan secara individual oleh wali kelas maupun secara kelompok oleh guru BP.
c. Adanya tindakan yang seragam dari para guru. Hal ini dimaksudkan agar disiplin menjadi budaya sekolah yang mendarah daging karena tindakan indisipliner tidak akan ditolerir oleh siapapun.
d. Administrasi piket perlu ditindak lanjuti. Data-data yang dikumpulkan seperti angka keterlambatan, ketidak hadiran dapat ditabulasikan atau dibuat grafik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembinaan disiplin.
Dengan demikian peran guru sangatlah penting selain mendidik
dan memberikan pelajaran, menjadi contoh dan tauladan, guru juga
berperan dalam meningkatkan kedisiplin siswa. Karena guru adalah
unsur terpenting dalam pendidikan di sekolah, hari depan anak didik
tergantung banyak kepada guru. Guru yang pandai, bijaksana, ikhlas
dan memiliki sikap positif akan membimbing anak-anak didik ke arah
sikap yang positif pula terhadap pelajaran yang diberikan kepadanya
dan dapat menumbuhkan sikap positif yang diperlukan dalam hidunya
dikemudian hari. Sebaliknya guru yang tidak bijaksana dan mengajar
tidak dengan keikhlasan, maka tidak akan ada manfaat yang bisa
27 Ahmad, Peran Guru dalam Penegakan Disiplin Siswa, 09/05/2009, tersedia di: www.smppgricimanggisdepok.com, 26/08/2010. h. 12
32
diterima oleh anak didik. 28 Upaya yang dilakukan dengan baik akan
menghasilkan yang baik pula. Dengan demikian dapat membantu
sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan, karena bagaimanapun
kedisiplinan harus terus dibina dan ditegakkan, meskipun tidak mudah
melaksanakannya.
Oleh karena itu sekolah membuat aturan-aturan yang harus
ditaati, khususnya bagi warga sekolah, guru, siswa, karyawan, dan
kepala sekolah. Karena untuk menerapkan kedisiplinan dibutuhkan
tanggung jawab dan kerjasama dari penduduk sekolah itu sendiri
secara bersama, dengan kerjasama yang baik akan mempermudah
dalam pencapaian tujuan yang diharapkan besama.
28 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama...., h. 77
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi penegakan disiplin di SMP Al Amanah Setu
Tangerng Selatan.
2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di SMP Al Amanah Setu
Tangerang Selatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al Amanah, yang berlokasi di JL.
Raya Puspiptek Desa Bakti Jaya Setu Tangerang Selatan. Adapun waktu
penelitian dilakukan pada tanggal 2 sampai dengan 24 september 2010,
dengan schedul time sebagai berikut:
Schedul Time
No. Hari / Tanggal Kegiatan
1.
Kamis, 02/09/10
- Kunjungan pertama dan memberikan surat
izin penelitian kepada kepala SMP Al
34
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jum’at, 03/09/10
Sabtu, 04/09/10
Senin, 20/09/10
Selasa, 21/09/10
Rabu, 22/09/10
Kamis, 23/09/10
Jum’at, 24/09/10
Amanah.
- Melakukan pencatatan mengenai kegiatan
kegiatan sekolah dan siswa.
- Mengikuti kegiatan keputriian/muhadoroh
yang dilakukan setiap hari jum’at.
- Melihat arsip (sejarah YPPA, surat menyurat
dan tata tertib siswa).
- Mencatat kegiatan siswa dan guru.
- Berbicara dengan guru piket, seputar
maswalah kehadiran, keterlambatan,
mebolos dan izin siswa.
- Menghadiri upacara bendera dan kegiatan
belajar mengajar serta mencatat hal-hal
yang diperlukan dalam penelitian.
- Menyebarkan angket kepada 30 orang
siswa, data terlampir.
- Wawancara dengan Kepala Sekolah dan
guru BK (Bimbingan Konseling), dengan
hasil wawancara terlampir.
- Wawancara dengan Waka Kesiswaan,
dengan hasil wawancara terlampir.
- Kunjungan terakhir, ucapan terimakasih
kepada pihak sekolah dan mengambil surat
keterangan penelitian dari sekolah.
35
C. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif
yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya
sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang situasi yang
terjadi di lapangan.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama,
yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau
subjek yang diteliti secara tepat. Metode ini banyak dilakukan oleh peneliti
karena dua alasan; pertama dari pengamatan empiris didapat bahwa
sebagian besar laporan dilakukan dalam bentuk deskriptif, kedua metode
deskriptif berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang
berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.1
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Sampel adalah bagian dari
populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara
tertentu.2 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang
berjumlah 481 dengan sampel 30 orang menggunakan angket dan
wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru Bimbingan Konselinga dan
Waka Kesiswaa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik dengan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
1 Sukardi, Metide Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-1, h.157 2 S. Margono, Metodologi Penelitia Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 118, 121.
36
1. Observasi
Observasi yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap kondisi yang diteliti. 3 Observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prilaku
siswa sehari-hari, keadaan sekolah dan guru, pelaksanaan tata
tertib, sejarah, sarana dan prasarana dan menjadi panduan
dalam penelitian.
2. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan di jawab
secara lisan pula. 4 Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara
dengan Kepala Sekolah Bapak Oman Rohmanudin, M.M, Guru
Bimbingan Konseling Bapak Drs. Nuryaman, S.Ag, dan Bagian
Kesiswaan Bapak Iyep Sumpena, S.Pd,.
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejak kapan
penegakan disiplin dilaksanakan di SMP Al Amanah Setu
Tangerang Selatan, Strategi apa yang digunakan pihak sekolah
dalam penegakan disiplin siswa, Bagaimana peran sekolah
dalam menegakan disiplin siswa, jenis kenakalan apa yang sering
dilakukan siswa, langkah apa saja yang ditempuh untuk
melaksanakan Bimbingan dan Konseling, faktor apa yang
menjadi hambatan dalam menegakan kedisiplinan siswa dan
upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi
siswa yang melakukan pelanggaran.
3. Angket
Angket yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
3 S. Margono, Metodologi Penelitia Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 158 4 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan...., h. 165
37
informasidari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal ia ketahui dan disertai dengan pilihan jawaban yang
sudah disediakan.5 Dalam penelitian ini digunakan skala likert
dengan 4 alternatif jawaban yaitu, selalu, sering, kadang-kadang
dan tidak pernah. Diberikan kepada siswa untuk mengetahui
strategi dan penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu
Tangerang Selatan. Adapun angket disusun berdasarkan
indikator yang ada pada penegakan disiplin siswa.
Untuk lebih jelas, berikut kisi-kisi instrumen penelitian:
Tabel. 1
Kisi-Kisi Instrumen Penegakan Disiplin Siswa di SMP Al Amanah Setu
No. Dimensi Indikator No. Item Jumlah
1. Pembiasaan a. Memberikan Nasehat
b. Memberikan Penyuluhan
c. Memberikan Pengarahan
1, 2
3
4, 5, 6
6
2. Tauladan a. Sikap Guru
b. Disiplin Waktu
c. Kerapihan Berpakaian
7, 8, 9, 10
11, 12
13
7
3. Pengawasan a. Mengadakan Razia /
Pemeriksaan
b. Memberikan Teguran
c. Mengadakan Pemanggilan
Bagi Siswa Yang
14, 15, 16
17, 18, 19, 20,
21, 22, 23
24
11
5 Suharsimi Arikunto, ”Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1997), h. 140
38
Melakukan Pelanggaran
4. Penyadaran a. Pemberian Penghargaan
b. Pemberian Hukuman
25, 26, 27
28, 29, 30
6
Jumlah Item : 30
Tabel. 2
Kriteria Alternatif Jawaban
No. Alternatif Jawaban Skor
1. Selalu (SL) 4
2. Sering (SR) 3
3. Kadang-Kadang (KK) 2
4. Tidak Pernah (TP) 1
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Untuk mengolah data yang diperoleh dari wawancara dan observasi,
peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah
melakukan edit data sehingga hanya data yang termpakai saja yang ada.
Langkah editing ini bermaksud merapihkan data, meneliti satu persatu
mengenai kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisan agar terhindar
dari kesalahan dan kekeliruan.
b. Skoring
Selanjutnya memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang
terdapat dalam angket. Pemberian skor ini dilakukan dengan
39
memperhatikan jenis data yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan
terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberikan skor.
c. Tabulating
Langkah selanjutnya adalah perhitungan data-data yang sudah
terkumpul lalu diberi skor.
2. Teknik Analisa Data
Merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan atau data-data yang diperoleh, agar data-data tersebut dapat
dipahami, bukan saja oleh peneliti tetapi juga oleh orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian tersebut. Dalam menghitung data yang
didapatkan, penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut :
ƒ
P = X 100 %
N
Keterangan :
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = Angka persentase.6
6 Anas Sudijono, Pengantar Ststistik Pendidikan,, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-5, h. 43
40
Tabel. 3
Tafsiran Persentase
No. Persentase Penafsiran
1. 100 Seluruhnya
2. 90-99 Hampir Seluruhnya
3. 60-89 Sebagian Besar
4. 51-59 Lebih dari Setengah
5. 50 Setengahnya
6. 40-49 Hampir Setengahnya
7. 10-39 Sebagian Kecil
8. 1-9 Sedikit Sekali
9. 0 Tidak Sama Sekali
Dari data hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas
selanjutnya adalan nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi masing-masing aspek yang diteliti, berdasarkan jawaban responden.
Untuk menentukan persentase, maka digunakan perhitungan sederhana
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan
mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.
b. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata
sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
c. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus.
NS
= X 100
NH
41
Dalam pemberian interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh
digunakan pedoman interpretasi yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel. 4
Interpretasi Nilai Penegakan Disiplin Siswa
No. Interval Skor Kategori
1. 76-100 % Baik
2. 56-75 % Cukup Baik
3. 41-55 % Kurang Baik
4. 40 % Tidak Baik
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Al-Amanah
1. Sejarah Singkat Berdirinya Al-Amanah
Al Amanah didirikan oleh Bpk. Drs. H. T.B. Suhandi, M.M. Pada
mulanya beliau sebagai ustadz yang mengajar dari masjid ke masjid
maupun dari rumah ke rumah, menyiarkan agama Islam. Pada suatu
kesempatan salah seorang jamaah beliau Ibu HJ. Fien Sulaeman
mewakafkan sebidang tanahnya, dari wakaf tersebut menyalakan kembali
semangatnya sebagai seorang alumni Tebuireng. Ketika masih nyantri,
seorang santri biasanya punya cita-cita kalau sudah tamat akan mendirikan
sebuah madrasah. Modal awal gedung berasal dari infaq Ibu Hj. Nihaya
Roeba’I yang juga merupakan salah satu jamaah pak ustadz, dan dari
donatur-donatur lainnya. Maka pada tanggal 25 November 1990
pembangunan gedung dimulai. Di tengah perjalanan, pembangunan
mengalami ketersendatan. Dengan bantuan Ir. H. M Wargono Soenarko,
H. Poerwanto Soewandji dan H. Zaenuddin Hasan, pembangunan dilanjutkan.
Dan akhirnya pembangunan selesai pada tahun 1991/1992. menyadari
bahwa sebuah lembaga harus memiliki legalitas formal, maka tanggal
18 Maret 1991 ditandatangani sebuah akta pendirian Yayasan Pondok
Pesantren Al Amanah, yaitu Akta Notaris Dr. H. Erwal Gewang, SH.
43
Nomor 4 tahun 1991. Tanggal penandatanganan akta tersebut selanjutnya
dinyatakan sebagai hari lahir Al Amanah.
2. Unit-unit Pendidikan Al Amanah
Al Amanah merupakan yayasan yang berkonsentrasi pada bidang
keagamaan dan memfungsikan dirinya sebagai sarana partisipasi dalam
pendidikan keagamaan yang ditekankan pada pembentukan pribadi muslim
bertawadlu dan berakhlak mulia.
Untuk mencapai sasaran tersebut, Al Amanah menyelenggarakan unit
pendidikan sebagai berikut:
a. Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (RA /TKA) Raudhatul Athfal
b. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Amanah
c. Sekolah Dasar Islam (SDI) Al-Amanah
d. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Amanah
e. Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis dan Manajemen (SMK BM) Al-
Amanah
f. Pondok Pesantren Al-Amanah
Di wilayah Kemasyarakatan Al Amanah menyelenggarakan Majelis
Ta’lim Remaja dan Masyarakat Umum.
Unit SMP adalah unit yang pertama dibuka bersama dengan
RA/TKA. SMP Al-Amanah mulai beroperasi pada tahun 1991/1992
berdasarkan SK KAKANWIL Depdikbud Provinsi Jawa Barat nomor:
572 / 102 / Kep / E / 91.
Untuk meraih kepercayaan di masyarakat SMP Al-Amanah mengikuti
akreditasi tahun 1994 dan berhasil meraih status disamakan berdasarkan
SK KAKANWIL Depdikbud Provinsi Jawa Barat nomor 852 / 102 / Kep / 94
tanggal 4 Nopember 1994. Selanjutnya diakreditasi ulang pada tahun 1990.
SMP menggunakan Kurikulum paduan antara Kurikulum Depdiknas
44
dan Depag dengan perbandingan 70:30, ditambah dengan kurikulum
Yayasan meliputi pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dan Komputer.
Agar para siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri dan utuh,
SMP dilengkapi dengan laboratorium IPA, Perpustakaan, Sanggar dan
Laboratorium Komputer (digunakan bersama dengan unit SDI dan SMK).
Dan sebagai kegiatan selingan, SMP menyelenggarakan kegiatan ekstra
kurikuler berupa Pramuka, Seni, Rohis, Olahraga, dan English Club.
3. Keadaan Guru SMP Al-Amanah
Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik di sekolah memiliki
tanggung jawab yang urgen untuk kemajuan sekolah, terlebih lagi mereka
diberi tugas sebagai wali kelas yang bertanggung jawab melihat segala
sesuatu yang terjadi di dalam kelas dalam membantu proses perkembangan
anak.
Keberadaan karyawan sangat diperlukan dalam suatu lembaga
pendidikan karena dapat membantu terlaksananya proses belajar mengajar
yang baik. Seandainya tidak ada orang yang menangani masalah di luar
pengajaran secara khusus, maka kegiatan pendidikan di suatu sekolah
tidak akan berjalan dengan baik. Di SMP Al Amanah terdapat tiga
karyawan administrasi yang membantu jalannya proses kegiatan di
sekolah.
Adapun guru (tenaga pengajar) di SMP Al Amanah berjumlah 25
orang, sebagian besar bidang studi yang dipegang dan diajarkan sesuai
dengan lulusannya atau pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Guru
bertanggung jawab atas bidang studi yang diajarkan dengan membuat
Program Satuan Pembelajaran demi tercapainya target kurikulum.
4. Keadaan Siswa SMP Al Amanah
Jumlah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al Amanah
45
bedasarkan data tahun ajaran 2009-2010 secara keseluruhan berjumlah 703
siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel. 6
Keadaan Siswa SMP Al Amanah Tahun Ajaran 2009 /2010
KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
I 96 126 222
II 129 130 259
III 124 98 222
Jumlah 349 354 703
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Yang dimaksud dengan sarana adalah unit-unit yang ada di Al Amanah
yang secara langsung turut memberikan sumbangsih terhadap kelancaran
jalannya unit-unit pendidikan yang ada. Sarana penunjang SMP Al Amanah
sebgai berikut:
a. Kantin
Kantin Al Amanah didirikan dengan tujuan memberikan sarana
belanja yang murah dan sehat baik bagi siswa maupun guru. Dengan
sendirinya makanan yang dijual disini diupayakan memenuhi standar
gizi dan kebersihan makanan (higienis). Kantin dikelola oleh
Koperasi Al Amanah.
b. Perumahan Guru / Karyawan
Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Di lain pihak
pengadaan perumahan memerlukan biaya tinggi. Maka salah satu
cara mengatasi problem ini, sebagian orang memilih tinggal di rumah-
46
rumah kontrakan dengan harga kontrak yang relative terjangkau.
Sebagai upaya membantu mengatasi problem ini, YPP Al Amanah
mendirikan perumahan bagi guru / karyawan Al Amanah. Pembangunan
tahap I sebanyak 12 unit dilaksanakan pada tahun 1997 di atas
lahan seluas 1.200 meter persegi. Lahan tersebut terletak di belakang
bangunan pesantren dan dibangun dengan fasilitas kredit Swa Griya
Bank Tabungan Negara. Tujuan lain pembangunan perumahan ini
adalah untuk membangun kedisiplinan, kemantapan dan ketentraman
berkarier sehingga para guru berkonsentrasi dalam mendidik para siswa.
Sebaagai upaya untuk kemajuan proses belajar mengajar dan lebih
meningkatkan mutu pendidikan bagi siswa SMP Al Amanah, maka
sangat diperlukan bagi berlangsungnya suatu tujuan, sarana dan
prasarana yang dimiliki SMP Al Amanah ini sudah cukup memadai
walaupun masih terdapat kekurangan.
Sarana dan prasarana yang dimiliki Sekolah Menegah Pertama
Al Amanah cukup lengkap dan dapat mendukung kelancaran proses
pendidikan. Kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki akan
mempengaruhi kemajuan dan mutu lulusannya.
Oleh karena itu, untuk keperluan proses belajar mengajar agar dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka SMP Al
Amanah memiliki ruangan dengan perincian sebagai berikut:
Tabel. 7
Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah
NO. FASILITAS JUMLAH
1. Ruang Kepala Sekolah 1
2. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1
47
3. Ruang Guru 1
4. Ruang TU 1
5. Ruang BP 1
6. Ruang Kelas 18
7. Ruang Laboratorium IPA 1
8. Ruang Praktek Komputer 1
9. Ruang Perpustakaan 1
10. Ruang Sholat / Masjid 1
11. Ruang Kantin 3
12. Ruang Osis 1
13. Ruang Teater 1
14. Ruang Gudang 1
15. Ruang Penjaga Sekolah 1
16. WC Guru 2
17. WC Siswa 4
Sumber: Hasil Observasi
Di samping itu SMP Al Amanah juga memiliki kegiatan ekstra
kurikuler, sehingga siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya,
yaitu diantaranya:
1) Paskibra 3) Volly Ball 5) Foot Sale 7) Senam
2) Basket 4) Karate 6) Bulutangkis 8) Karya Wisata.
6. Struktur Organisasi SMP Al Amanah
Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan
dengan penuh kesadaraan, di dalamnya terdapat beberapa orang yang
berhubungan satu sama lain dengan baik, guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
48
SMP Al Amanah sebagai salah satu lembaga pendidikan, dalam struktur
organisasinya Kepala Sekolah dibantu oleh seorang Wakil Kepala Sekolah
yang mempunyai tugas berbeda-beda, namun secara umum mereka
bertanggung jawab jalannya pendidikan dan pengajaran serta pelaksanaan
kurikulum, serta dibantu oleh beberapa staf yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang sesuai dengan bidangnya.
Struktur Organisasi SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan
Sumber: Arsip SMP Al-Amanah Setu, Kota Tangerang Selatan.
7. Tata Tertib SMP Al Amanah
a. Upacara
1) Siswa berbaris di lapangan sekolah sebelum upacara dimulaI.
2) Upacara bendera dipimpin oleh pelajar sesuai dengan gilirannya.
3) Upacara diikuti oleh semua pelajar dengan tertib.
Ketuan Yayasan
Kepala Sekolah
Wakil K.S
Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Administrasi
Guru-guru
Siswa-siswi
49
b. Pakaian Seragam Sekolah
1) Senin – Selasa : Putih – Biru
2) Rabu – Kamis : Batik – Hitam
3) Jum’at : Baju Mislim
4) Sabtu : Seragam Pramuka
c. Kegiatan Sekolah
1) Waktu belajar dibagi menjadi 2 shift yaitu : pagi pukul 07:00-12:00,
dan siang pukul 12:30-17:30
2) Setiap siswa harus hadir di sekolah 15 menit sebelum pelajaran
dimulai
3) Setiap siswa yang terlambat dating harus melapor pada petugas piket
4) Jika bel masuk dibunyikan, semua siswa harus masuk kelas secara
tertib
5) Jika guru belum hadir di ruang kelas 5 menit sesudah bel, maka ketua
kelas memberitahukan kepada guru piket.
6) Tidak boleh membawa alat yang dapat mengganggu keamanan dan
ketertiban.
7) Tujuan / Visi dan Misi Al Amanah
Visi : Unggul dalam prestasi akademik non akademik, iman, aman dan
nyaman, dengan indicator :
a) Unggul dalam perolehan ujian nasional
b) Unggul dalam aktivitas keagamaan dan social
c) Unggul dalam ekstra kurikuler, olahraga, pramuka, kesenian
dan paskibra
d) Unggul dalam pengelolaan 7K.
Misi : Meningkatkan perolehan nilai rata-rata ujian nasional melalui
pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Yaitu
50
dengan cara:
a) Meningkatkan aktivitas keagamaan dan social dengan penuh
kesadaran dan kebersamaan.
b) Meningkatkan aktivitas kurikuler olahraga, pramuka,
kesenian dan paskibra.
c) Meningkatkan pengelolaan 7K secara aktif, kreatif dan
partisipatif.
Selain itu, bagi siswa yang mengalami kesulitan biaya, sekolah
memberikan Bea Siswa dan keringanan dalam biaya. Begitu juga dengan
Yatim Piatu yang ada di sekolah diberikan keringanan biaya.
B. Deskripsi Data
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, salah satu teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket yang disebarkan kepada Kepala Sekolah, Koordinator BK,
Waka Kesiswaan dan siswa. Berdasarkan data yang didapat, penulis
mengelompokkan data tersebut menjadi empat (4) dimensi yaitu : Pembiasaan,
Keteladanan, Pengawasan dan Penyadaran.
1. Dimensi Pembiasaan
Dimensi pembiasaan ditunjukkan pada item 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7, yang
ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Hasil penelitian tentang pemberian nasehat kepada siswa yang berkelahi di
sekolah diperoleh presentase sebagai berikut:
51
Tabel. 8
Nasehat Terhadap Siswa yang Mencoret-Coret Seragam & Fasilitas
Sekolah
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
1.
Selalu 11 36,7%
Sering 12 40%
Kadang-Kadang 7 23,3%
Tidak Pernah - -
Jumalah 30 100 %
Dari tabel di atas, 11 responden (36,7%) menjawab selalu, 12 responden
(40%) menjawab sering, 7 responden (23,3%) menjawab kadang-kadang, dan
tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian,
dapat diketahui 40% responden menyatakan bahwa guru sering memberikan
nasehat kepada siswa yang mencoret-coret seragam dan fasilitas sekolah.
Tabel. 9
Nasehat Terhadap Siswa yang Malas Belajar
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
2.
Selalu 8 26,7%
Sering 9 30%
Kadang-Kadang 12 40%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui, 8 responden (26,7%) menjawab selalu,
52
9 responden (30%) menjawab sering, 12 responden (40%) menjawab kadang-
kadang dan hanya 1 responden (3,3%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian, dapat diketahui 40% responden menyatakan bahwa guru kadang-
kadang memberikan nasehat bagi siswa yang malas belajar.
Tabel. 10
Penyuluhan Bahaya Narkoba
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
3.
Selalu 9 30%
Sering 8 26,7%
Kadang-Kadang 12 40%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 9 responden (30%) menjawab selalu, 8
responden (26,7%) menjawab sering, 12 responden (40%) menjawab kadang-
kadang dan 1 responden (3,3%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian
dapat diketahui 40% responden menyatakan, bawa kadang-kadang guru
memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba pada siswanya.
Berdasarkan tabel 11, 8 responden (26,7%) menjawab selalu, 10
responden (33,3%) menjawab sering, 12 responden (40%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 40% responden menyatakan bahwa guru kadang-
kadang memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan minuman keras
kepada siswanya.
53
Tabel. 11
Penyuluhan Bahaya Merokok dan Minuman Keras
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
4.
Selalu 8 26,7%
Sering 10 33,3%
Kadang-Kadang 12 40%
Tidak pernah - -
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 8 responden (26,7%) menjawab selalu, 10
responden (33,3%) menjawab sering, 12 responden (40%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 40% responden menyatakan bahwa guru kadang-
kadang memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan minuman keras.
Tabel. 12
Penyampaian Tata Tertib Kepada Siswa
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
5.
Selalu 9 30%
Sering 12 40%
Kadang-Kadang 9 30%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 9 responden (30%) menjawab selalu, 12
responden (40%) menjawab sering, 9 responden (30%) menjawab kadang-
54
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui, 40% responden menyatakan bahwa guru sering
menyampaikan tata tertib kepada siswa.
Tabel. 13
Penyampaian Tata Tertib kepada Orang Tua Siswa
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
6.
Selalu 8 26,7%
Sering 9 30%
Kadang-Kadang 13 43,3%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Dari tabel di atas, 8 responden (26,7%) menjawab selalu, 9 responden
(30%) menjawab sering, 13 responden (43,3%) menjawab kadang-kadang dan
tidak ada responden (0%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat
diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang
menyampaikan tata tertib kepada orang tua siswa.
Berdasarkan tabel 14, 12 responden (40%) menjawab selalu, 15 responden
(50%) menjawab sering, 3 responden (10%) menjawab kadang-kadang dan
tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian,
dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa guru sering memberikan
pengarahan kepada siswa pada waktu upacara.
55
Tabel. 14
Pemberian Pengarahan Kepada Siswa Pada Waktu Upacara
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
7.
Selalu 12 40%
Sering 15 50%
Kadang-Kadang 3 10%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
2. Dimensi Contoh/Tauladan
Dimensi contoh dan tauladan ditunjukan pada angket item 8, 9, 10, 11, 12
dan 13, yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel. 15
Berlaku Sopan dan Ramah
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
8.
Selalu 18 60%
Sering 9 30%
Kadang-Kadang 3 10%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Dari tabel di atas, 18 responden (60%) menjawab selalu, 9 responden
(30%) menjawab sering, 3 responden (10%) menjawab kadang-kadang dan
tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian,
dapat diketahui 60% responden menyatakan guru berlaku sopan dan ramah.
56
Tabel. 16
Mengucapkan Salam Ketika Masuk Kelas
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
9.
Selalu 19 63,3%
Sering 8 26,7%
Kadang-Kadang 3 10%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 19 responden (63,3%) menjawab selalu, 8
responden (26,7%) menjawab sering, 3 responden (10%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada reponden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 63,3% responden menyatakan bahwa guru selalu
mengucapkan salam ketika masuk kelas.
Tabel. 17
Berlaku Adil Kepada Seluruh Siswa
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
10.
Selalu 13 43,3%
Sering 9 30%
Kadang-Kadang 8 26,7%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Tabel di atas menunjukan 13 responden (43,3%) menjawab selalu, 9
responden (30%) menjawab sering, 8 responden (26,7%) menjawab kadang-
57
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian, dapat diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa selalu berlaku
adil kepada seluruh siswa.
Tabel. 18
Tidak Merokok di lingkungan sekolah
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
11.
Selalu 17 56,7%
Sering 6 20%
Kadang-Kadang 7 23,3%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 17 responden (56,7%) menjawab selalu, 6
responden (20%) menjawab sering, 7 responden (23,3%) menjawab kadang-
kadang dang tidak ada responden (0%) menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 56,7% responden menyatakan bahwa guru selalu
tidak merokok di lingkungan sekolah.
Berdasarkan tabel 19 menunjukan, 12 responden (40%) menjawab selalu,
12 responden (40%) menjawab sering, 6 responden (20%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui, 40% responden menyatakan bahwa guru datang
kesekolah 10 menit lebih awal.
58
Tabel. 19
Datang ke Sekolah 10 Menit Lebih Awal
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
12.
Selalu 12 40%
Sering 12 40%
Kadang-Kadang 6 20%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Tabel. 20
Masuk Kelas Lebih Awal
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
13.
Selalu 4 13,3%
Sering 8 26,7%
Kadang-Kadang 13 43,3%
Tidak Pernah 5 16,7%
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel di atas menunjukan, 4 responden (13,3%) menjawab
selalu, 8 responden (26,7%) menjawab sering, 13 responden (43,3%)
menjawab kadang-kadang dan 5 responden (16,7%) menjawab tidak pernah.
Dengan demikian dapat diketahui, 43,3% responden menyatakan bahwa
kadang-kadang guru masuk kelas lebih awal.
59
Tabel. 21
Berpakaian Rapi dan Sopan pada Saat Mengajar
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
14.
Selalu 24 80%
Sering 4 13,3%
Kadang-Kadang 2 6,7%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Dari tabel di atas, 24 responden (80%) menjawab selalu, 4 responden
(13,3%) menjawab sering, 2 responden (6,7%) tidak ada responden (0%) yang
menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui, 80% responden
menyatakan bahwa guru selalu berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar.
3. Dimensi Pengawasan
Dimensi pengawasan ditunjukan pada angket item 15, 16, 17, 18, 19, 20,
21, 22, 23 dan 24, yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel. 22
Mengadakan Razia
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
15.
Selalu 7 23,3%
Sering 8 26,7%
Kadang-Kadang 15 50%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
60
Tabel di atas menunjukan, 7 responden (23,3%) menjawab selalu, 8
responden (26,7%) menjawab sering, 15 responden (50%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa, Kadang-kadang
guru mengadakan razia.
Tabel. 23
Pemeriksaan Pakaian dan Rambut
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
16.
Selalu 15 50%
Sering 11 36,7%
Kadang-Kadang 4 13,3%
Tidak Pernah - -
B. Jumlah 30 100 %
Dari tabel di atas, 15 responden (50%) menjawab selalu, 11 responden
(36,7%) menjawab sering, 4 responden (13,3%) menjawab kadang-kadang
dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian
dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa guru selalu mengadakan
pemeriksaan pakaian dan rambut kepada siswa.
Berdasarkan tabel 24 menunjukan, 17 responden (56,7%) menjawab
selalu, 7 responden (23,3%) menjawab sering, 6 responden (20%) menjawab
kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah.
Dengan demikian dapat diketahui 56,7% responden menyatakan bahwa, guru
selalu menegur siswa yang membuat kegaduhan dalam kelas.
61
Tabel. 24
Teguran Kepada Siswa yang Membuat Kegaduhan dalam Kelas
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
17.
Selalu 17 56,7%
Sering 7 23,3%
Kadang-Kadang 6 20%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Tabel. 25
Teguran Kepada Siswa yang Ngobrol Saat Guru Mengajar
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
18.
Selalu 13 43,3%
Sering 11 36,7%
Kadang-Kadang 4 13,3%
Tidak Pernah 2 6,7%
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 13 responden (43,3%) menjawab selalu, 11
responden (36,7%) menjawab sering, 4 responden (13,3%) menjawab kadang-
kadang, 2 responden (6,7%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat
diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa, guru selalu menegur siswa
yang ngobrol saat guru mengajar.
62
Tabel. 26
Teguran Kepada Siswa yang Menyontek pada Saat Ujian
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
19.
Selalu 15 50%
Sering 10 33,3%
Kadang-Kadang 5 16,7%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Tabel di atas menunjukan, 15 responden (50%) menjawab selalu, 10
responden (33,3%) menjawab sering, 5 responden (16,7%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa, guru selalu
memberi teguran kepada siswa yang menyontek pada saat ujian.
Tabel. 27
Teguran Kepada Siswa yang Mengantuk/Tidur Saat
Berlangsungnya Pelajaran
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
20.
Selalu 16 53,3%
Sering 9 30%
Kadang-Kadang 5 16,7%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Dari tabel di atas menunjukan, 16 responden (53,3%) menjawab selalu, 9
63
responden (30%) menjawab sering, 5 responden (16,7%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 53,3% responden menyatakan bahwa, guru selalu
menegur siswa yang mengantuk atau tidur pada saat berlangsungnya
pelajaran.
Tabel. 28
Teguran Kepada Siswa yang Makan Saat Berlangsungnya Pelajaran
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
21.
Selalu 15 50%
Sering 13 43,3%
Kadang-Kadang 2 6,7%
Tidak Pernah - -
C. Jumlah 30 100 %
Tabel di atas menunjukan, 15 responden (50%) menjawab selalu, 13
responden (43,3%) menjawab sering, 2 responden (6,7%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada responden (0%) menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa, guru selalu
menegur siswa yang makan saat berlangsungnya pelajaran.
Berdasarkan tabel 29 menunjukan, 23 responden (76,7%) menjawab
selalu, 7 responden (23,3%) menjawab sering, tidak ada responden (0%) yang
menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui
76,7% responden menyatakan bahwa, guru selalu memberikan teguran bagi
siswa yang keluar kelas saat jam belajar.
64
Tabel. 29
Teguran Bagi Siswa yang Keluar Kelas Saat Jam Belajar
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
22.
Selalu 23 76,7%
Sering 7 23,3%
Kadang-Kadang - -
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Tabel. 30
Teguran Bagi Siswa yang Membuang Sampah Sembarangan
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
23.
Selalu 18 60%
Sering 5 16,7%
Kadang-Kadang 7 23,3%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Dari tabel di atas, 18 responden (60%) menjawab sering, 5 responden
(16,7%) menjawab sering, 7 responden (23,3%) menjawab kadang-kadang
dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian
dapat diketahui 60% responden menyatakan bahwa, guru selalu menegur
siswa yang membuang sampah sembarangan.
65
Tabel. 31
Pemanggilan Orang Tua Siswa
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
24.
Selalu 14 46,7%
Sering 12 40%
Kadang-Kadang 4 13,3%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Tabel diatas menunjukan, 14 responden (46,7%) menjawab selalu, 12
responden (40%) menjawab sering, 4 responden (13,3%) menjawab kadang-
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat diketahui 46,7% responden menyatakan bahwa, guru selalu
memanggil orang tua siswa yang melakukan pelanggaran.
4. Dimensi Penyadaran
Dimensi penyadaran ditunjukan pada angket item 25, 26, 27, 28, 29 dan
30, yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Berdasarkan tabel 32 menunjukan, 14 responden (46,7%) menjawab
selalu, 13 responden (43,3%) menjawab sering, 3 responden (10%)
menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab
tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 46,7% responden
menyatakan bahwa, guru selalu menghukum siswa yang berkelahi.
66
Tabel. 32
Hukuman Bagi Siswa yang Berkelahi
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
25.
Selalu 14 46,7%
Sering 13 43,3%
Kadang-Kadang 3 10%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Tabel. 33
Hukuman Bagi Siswa yang Membolos
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
26.
Selalu 24 80%
Sering 6 20%
Kadang-Kadang - -
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Tabel di atas menunjukan, 24 responden (80%%) menjawab selalu, 6
responden (20%) menjawab selalu, tidak ada responden (0%) yang menjawab
kadang-kadang dan tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 80%
responden menyatakan bahwa, guru selalu menghukum siswa yang membolos
sekolah.
67
Tabel. 34
Hukuman Bagi Siswa yang Terlambat Datang ke Sekolah
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
27.
Selalu 11 36,7%
Sering 13 43,3%
Kadang-Kadang 6 20%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
Dari tabel di atas, 11 responden (36,7%) menjawab selalu, 13 responden
(43,3%) menjawab sering, 6 responden (20%) menjawab kadang-kadang dan
tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian
dapat diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa, guru sering
memberikan hukuman bagi siswa yang terlambat datang ke sekolah.
Tabel. 35
Pemberian Pujian
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
28.
Selalu 3 10%
Sering 9 30%
Kadang-Kadang 11 36,7%
Tidak Pernah 7 23,3%
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel di atas, 3 responden (10%) menjawab sering, 9
responden (30%) menjawab sering, 11 Responden (36,7%) menjawab kadang-
68
kadang dan 7 responden (23,3%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian
dapat diketahui 36,7% responden menyatakan bahwa, kadang-kadang guru
memberikan pujian kepada siswa yang rajin belajar.
Tabel. 36
Pemberian Hadiah
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
29.
Selalu 6 20%
Sering 7 23,3%
Kadang-Kadang 9 30%
Tidak Pernah 8 26,7%
Jumlah 30 100 %
Tabel diatas menunjukan, 6 responden (20%) menjawab selalu, 7
responden (23,3%) menjawab sering, 9 responden (30%) menjawab kadang-
kadang dan 8 responden (26,7%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian
dapat diketahui 30% responden menyatakan bahwa, kadang-kadang guru
memberikan hadiah bagi siswa yang mendapatkan nilai baik.
Berdasarkan tabel 37 menunjukan, 13 responden (43,3%) menjawab
serlalu, 12 responden (40%) menjawab sering, 5 responden (16,7%)
mmenjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab
ttidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 43,3% responden
menyatakan bahwa, guru selalu memberikan penghargaan bagi siswa yang
berprestasi.
69
Tabel. 37
Pemberian Penghargaan
No. Alternatif Jawaban F Prosentase (%)
30.
Selalu 13 43,3%
Sering 12 40%
Kadang-Kadang 5 16,7%
Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100 %
C. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif, maka penulis memberikan
interpretasi data dengan menggunakan pedoman interpretasi berikut:
1. Baik; jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%.
2. Cukup Baik; jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75%.
3. Kurang Baik; jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55%.
4. Tidak Baik; jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%.
Dari hasil penyebaran angket dengan 30 responden, diperoleh data mengenai
PENEGAKAN DISIPLIN SISWA DI SMP AL AMANAH SETU
TANGERANG SELATAN yang terdiri dari Empat Dimensi, yaitu: (1) Dimensi
pembiasaan terdiri dari 7 item dengan skor 623, (2) Dimensi Contoh dan
Tauladan terdiri dari 7 item dengan skor 681, (3) Dimensi pengawasan terdiri dari
10 item dengan skor 997, (4) Dimensi penyadaran 6 item dengan skor 547, lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 39 berikut ini:
70
Tabel. 38
Perhitungan Nilai Rata-Rata
Dimensi
Penelitian Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai Skor (NS) NS
Kategori
Nilai
1. Pembiasaan 623 7 x 4 = 28 623:30 = 20,77 74,18% Cukup Baik
2. Contoh dan
Tauladan
681 7 x 4 = 28 681:30 = 22,70 81,07% Baik
3. Pengawasan 997 10 x 4 = 40 997:30 = 33,23 83,08% Baik
4. Penyadaran 547 6 x 4 = 24 547:30 = 1823 75,00% Cukup Baik
Rata-Rata 78,33% BAIK
Berdasarkan perhitungan statistik sederhana di atas, maka Penegakan Disiplin
Siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan dapat diketahui melalui
interpretasi dimensi-dimensi sebagai berikut:
1. Pembiasaan
Dimensi pembiasaan dapat dilihaat pada soal no. 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7.
Pada soal no. (1) 40% responden menyatakan bahwa guru sering memberikan
nasehat kepada siswa yang mencoret-coret seragam dan fasilitas sekolah. (2)
40% responden menyatakan bahwa kaang-kadang guru memberi nasehat
kepada siswa yang malas belajar. (3) 40% responden menyatakan bahwa
kadang-kadang guru memberikan penyuluhan tentang narkoba. (4) 40%
responden menyatakan bahwa kadang-kadang guru memberikan penyuluhan
mengenai bahaya merokok dan minuman keras. (5) 40% responden
menyatakan bahwa guru sering menyampaikan dan memberikan pengarahan
mengenai tata tertib atau disiplin sekolah kepada siswa. (6) 43,3% responden
menyatakan bahwa kadang-kadang guru menyampaikan dan memberikan
71
pengarahan mengenai tata tertib atau disiplin sekolah kepada orang tua siswa.
(7) 50% responden menyatakan bahwa guru sering menyampaikan dan
memberikan pengarahan atau amanat kepada siswa pada waktu upacara.
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembiasaan yang
dilakukan guru di SMP Al Amanah Setu berada pada interval 74,18% yang
berarti termasuk dalam kategori cukup baik.
2. Contoh dan Tauladan
Dimensi contoh dan tauladan dapat dilihat pada soal no. 8, 9, 10, 11, 12,
13 dan 14. Pada soal no. (8) 60% responden menyatakan bahwa guru SMP Al
Amanah selalu berprilaku sopan dan ramah. (9) 62% responden menyatakan
bahwa guru selalu mengucapkan salam ketika masuk kelas. (10) 43,3%
responden menyatakan bahwa guru selalu berlaku adil kepada seluruh siswa.
(11) 56,7% responden menyatakan bahwa guru selalu tidak merokok
dilingkungan sekolah. (12) 40% responden menyatakan bahwa guru datang ke
sekolah 10 menit lebih awal. (13) 43,3% responden menyatakan bahwa guru
kadang-kadang masuk kelas 5 menit lebih awal. (14) 80% responden
menyatakan bahwa guru selalu berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar.
Berdasarkan rumus di atas, dapat dikatakan bahwa contoh dan tauladan
guru di SMP Al Amanah Setu berada pada interval 81,07% yang berarti
termasuk kalam kategori baik.
3. Pengawasan
Dimensi pengawasan dapat dilihat pada soal no. 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23 dan 24. Pada soal no. (15) 50% responden menyatakan bahwa guru
kadang-kadang mengadakan razia. (16) 50% responden menyatakan bahwa
guru selalu mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut secara rutin. (17)
56,7% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang
membuat kegaduhan dalam kelas. (18) 43,3% responden menyatakan bahwa
72
guru selalu menegur siswa yang mengobrol saat guru mengajar. (19) 50%
responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang yang
menyontek pada saat ujian. (20) 53,3% responden menyatakan bahwa guru
selalu menegur siswa yang mengantuk atau tertidur pada saat berlangsungnya
pelajaran. (21) 50% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa
yang makan di dalam kelas. (22) 76,7% responden menyatakan bahwa guru
selalu menegur siswa yang keluar kelas saat jam belajar berlangsung. (23)
60% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang
membuang sampah sembarangan. (24) 46,7% responden menyatakan bahwa
guru selalu mmemanggil orang tua atau wali siswa ketika siswa melakukan
pelanggaran.
Berdasarkan rumus di atas, dapat dikatakan bahwa pengawasan yang
dilakukan guru di SMP Al Amanah Setu berada pada interval 83,08% yang
berarti termasuk dalam kategori baik.
4. Penyadaran
Dimensi penyadaran daapa dilihat pada soal no. 25, 26, 27, 28, 29 dan 30.
Pada soal no. (25) 46,7% responden menyatakan bahwa guru selalu
menghukum siswa yang berkelahi. (26) 80% responden menyatakan bahwa
guru selalu menghukum siswa yang suka membolos sekolah. (27) 43,3%
responden menyatakan bahwa guru selalu menghukum siswa yang terlambat
datang ke sekolah. (28) 36,7% responden menyatakan bahwa guru kadang-
kadang memberikan pujian pada siswa yang rajin belajar. (29) 30% responden
menyatakan bahwa guru kadang-kadang memberikan hadiah kepada siswa
yang mendapat nilai baik. (30) 43,3% responden menyatakan bahwa guru
selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
Berdasarkan rumus di atas, dapat dikatakan bahwa penyadaran yang
dilakukan guru di SMP Al Amanah Setu berada pada interval 75,00% yang
berarti termasuk dalam kategori cukup baik
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan
Kendala yang dihadapi guru SMP Al Amanah dalam menegakan disiplin siswa
yaitu ; kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan. Sehingga
mereka menganggap kedisiplinan adalah suatu pengekangan.
Manfaat penegakan disiplin siswa adalah sebagai tolok ukur mampu
tidaknya siswa dalam mentaati aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah yang
sangat penting untuk stabilitas kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga sikap
disiplin akan selalu diperlukan kapanpun dan dimanapun lingkungannya. Disiplin
dapat membentuk watak dan kepribadian seseorang, menjadi tangguh dan dapat
diandalkan. Siswa yang memiliki disiplin yang tinggi, lebih peka dan peduli pada
lingkungan sekitar, dapat mengendalikan dan belajar mendisiplinkan diri.
Sesuai dengan nilai rata-rata yang dihitung dengan rumus kategori dari
keempat dimensi (dimensi pembiasaan, dimensi contoh dan tauladan, dimensi
pengawasan, dimensi penyadaran) yang merupakan dimensi-dimensi penegakan
disiplin secara keseluruhan, maka penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah
Setu Tangerang Selatan termasuk dalam kategori baik, yaitu dengan skor sebagai
berikut:
74
74,18%+81,07%+83,08%+75,00%
+ 78,33%
4 (BAIK)
B. Saran
Dunia pendidikan tidak terlepas dari sikap kedisiplinan siswa-siswi,
baik itu di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah masing-masing, dan sudah
selayaknya harus ditumbuh kembangkan serta diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan yang dapat
menegakan disiplin siswa sangat diharapkan untuk menumbuhkan kedisiplinan
pada dirinya kemudian diterapkan pada siswa-siswinya.
Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada Guru dan Staf Sekolah diharapkan untuk dapat meningkatkan
pembiasaan-pembiasaan yang baik terhadap siswa-siswinya, sehingga
dengan sendirinya pembiasaan yang diatur bisa menjadi kebiasaan yang
dilakukan dengan sendirinya tanpa harus dimarahi dan dihukum.
2. Memberikan penyadaran bagi siswa-siswi yang melakukan pelanggaran
dengan hukuman sekecil apapun dan memberikan penghargaan bagi
siswa-siswi yang baik
3. Kepada para siswa diharapkan mampu memahami akan pentingnya
penegakan disiplin, memelihara dan menjaga suasana dan
kenyamanan di sekolah agar terwujud suasana yang nyaman dan
menyenangkan dalam kegiatan belajar-mengajar.
DAFTAR PUSTAKA . Ahmad, ”Peran Guru Dalam Penegakan Disiplin Siswa”, 09/05/2009, tersedia di:
www.smppgricimanggisdepok.com, 26/08/2010. Aptorina, ”Kedisiplinan Penting Dalam Proses Pendidikan di Sekolah”, 04/09/1990,
tersedia di: http://meezone.blogspot.com, 26/08/2010. Arikunto, Suharsimi, ”Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1997. Bayrakli, Bayraktar, ”Prinsip dan Metode Pendidikan Islam”, Jakarta: Inisiasi Press,
2004. Cet. Ke-1. Daradjat, Zakiah, ”Ilmu Jiwa Agama”, Jakarta: Bulan Bintang, 2003. Cet. Ke-16. Durkheim, Emile, ”Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis
Pendidikan”, Jakarta: Erlangga, 1990. H. Gunawan, Ary, ”Administrasi Sekolah”, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Cet. Ke-1. Hurlock, B. Elizabeth, ”Perkembangan Anak”, Jakarta: Erlangga, 1978. Jilid 2. Indrakusuma, Amir Daien, ”Pengantar Ilmu Pendidikan”, Surabaya: Usaha Nasional,
1984. Koswara, Soeharni, Nuryantini Ade Yeti, ”Manajemen Lembaga Pendidikan”,
Bandung: Patragading, 2004. Cet. Ke-4. Les Gallay, ”Disiplin Siswa di Sekolah” 04/042008, tersedia di: www.yahoo.com.
26/08/2010. Margono, S, ”Metodologi Penelitian Pendidikan”, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. MS. Djohar, ”Pendidikan Strategik: Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan”,
Yogyakarta: LESFI, 2003. Mutiara Endah, ”Membuat Aturan Kedisiplinan Siswa”, 06/03/2010, tersedia di:
tarmizi wordpress.com, 18/08/2010. Purwanto, Ngalim, ”Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis”, Bandung: CV. Remaja
Karya, 1986.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, ”Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Cet. Ke-3.
Sahertian, Piet A, ”Dimensi-Dimensi Aministrasi Pendidikan di Sekolah”, Surabaya:
Usaha Nasional, 1994. Cet. Ke-1. SK, Sujono, ”Kumpulan Materi Kursus Dinas Staff Resimen Mahasiswa Jayakarta”,
Jakarta: Satgas KDS, 2006. Cet. Ke-1. Sudijono, Anas, ”Pengantar Statistik Pendidikan”, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005. Cet. Ke-5. Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Cet. Ke-1 Sutisna, Oteng, ”Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional”, Bandung: Angkasa, 1989. Cet. Ke-10. Tholib, Khasan, ”Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan”, Jakarta: Studio Press.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 301 3 4 4 2 2 4 4 3 2 3 4 4 3 4 2 4 2 3 4 4 4 3 4 2 3 3 3 1 2 4 942 3 3 3 4 2 4 4 3 4 3 4 2 1 4 4 3 3 4 2 3 4 4 2 4 3 4 4 2 2 4 963 3 4 3 2 4 2 4 4 2 4 3 3 4 2 4 3 2 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 964 4 1 2 4 3 4 3 4 2 2 4 4 2 4 2 4 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 1 3 925 2 3 4 3 2 4 2 4 4 2 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 1 4 2 966 3 4 1 4 3 3 3 2 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 2 4 967 4 3 2 4 3 2 4 3 4 2 4 3 1 4 3 4 3 3 4 4 2 4 4 3 3 4 2 4 1 4 958 3 2 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 2 4 3 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 1 3 2 939 4 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 2 4 3 9610 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 2 4 3 9811 4 2 3 2 3 4 2 4 4 4 2 3 2 4 4 2 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 4 9712 2 4 2 3 4 2 4 3 4 4 2 3 2 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 1 4 9613 3 4 3 2 3 2 3 4 3 3 4 4 1 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 3 9714 3 2 3 2 3 2 4 4 4 2 4 4 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 2 4 4 4 2 1 4 4 9515 4 3 2 3 2 3 3 4 4 2 4 3 2 4 2 4 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 3 2 3 9416 3 4 2 3 3 3 4 3 4 2 3 3 2 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 3 9817 2 2 4 4 2 3 3 4 3 4 2 4 2 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 4 4 3 2 1 4 9618 3 2 4 2 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 3 1 3 4 9719 2 2 4 3 3 2 4 2 4 4 3 3 2 4 2 4 4 3 2 4 4 4 4 2 2 3 4 4 2 4 9420 4 2 2 4 2 3 3 4 3 4 4 2 2 4 2 4 3 4 4 2 4 4 4 2 3 4 2 2 3 3 9321 2 2 4 2 3 2 4 2 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 1 4 9622 4 3 2 2 3 2 4 3 4 3 4 3 2 4 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 1 4 2 9523 2 2 4 3 4 2 3 4 4 4 2 4 1 4 4 2 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 1 3 9324 3 4 2 2 3 4 2 4 4 4 4 2 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 2 9425 3 4 2 2 4 2 3 4 3 4 2 4 3 2 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 1 3 9426 2 2 4 4 2 3 3 4 4 2 4 3 2 4 2 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 2 2 2 9227 4 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 2 2 4 2 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 9428 4 2 3 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 2 3 2 4 3 4 4 2 1 3 9229 3 2 3 4 2 3 3 4 4 2 2 4 4 3 3 3 4 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 1 3 3 9430 4 3 3 2 4 2 3 4 3 3 2 4 4 3 2 2 4 1 4 4 3 4 2 3 3 4 4 2 3 4 93
Jumlah 94 84 85 86 90 85 99 105 102 95 100 96 71 112 82 101 101 95 100 101 103 113 101 100 101 114 95 68 71 98 2846
Skor Butir Pernyataan TotalResponden
UJI REFERENSI
Seluruh Referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “PENEGAKAN DISIPLIN SISWA DI
SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN” yang disusun oleh INDAH SUMAYA NIM
103018227372 Program Studi MANAJEMEN PENDIDIKAN Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen
pembimbing skripsi pada tanggal, Oktober 2010.
Jakarta, 11 Oktober 2010
Dosen Pembimbing Skripsi
Drs. Hasyim Asy’ari, M.P.d
NIP. 19661009 199303 1 004
75
Lampiran 1
ANGKET
PENEGAKAN DISIPLIN SISWA
DI SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN
I. Identitas
1. Nama : ..................................................
2. Kelas : ..................................................
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
II. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama
2. Berilah tanda check list ( ) untuk setiap pernyataan yang diberikan pada
kolom yang tersedia.
3. Pilihlah jawaban:
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang-Kadang
TP : Tidak Pernah
NO. PERNYATAAN SL SR KK TP
1. Bapak/Ibu guru menasehati siswa yang mencoret-coret
seraga dan fasilitas sekolah.
2. Bapak/Ibu guru memberikan nasehat kepada siswa
yang malas belajar.
3. Bapak/Ibu guru memberikan penyuluhan tentang
bahaya narkoba.
76
4. Bapak/Ibu guru memberikan penyuluhan tentang
bahaya merokok dan minuman keras.
5. Bapak/Ibu guru menyampaikan dan memberikan
pengarahan mengenai tata tertib atau disiplin sekolah
kepada siswa.
6. Bapak/Ibu guru menyampaikan dan memberikan
pengarahan mengenai tata tertib atau disipin sekolah
kepada orang tua siswa.
7. Bapak/Ibu guru menyampaikan dan memberikan
pengarahan kepada siswa pada waktu upacara.
8. Bapak/Ibu guru berprilaku sopan dan ramah.
9. Bapak/Ibu guru mengucapkan salam ketika masuk
kelas.
10. Bapak/Ibu guru berlaku adil kepada seluruh siswa.
11. Bapak/Ibu guru tidak merokok ketika berada di
lingkungan sekolah.
12. Bapak/Ibu guru datang ke sekolah 10 menit lebih awal.
13. Bapak/Ibu guru masuk kelas 5 menit lebih awal.
14. Bapak/Ibu guru berpakaian rapi dan sopan pada saat
mengajar.
15. Bapak/Ibu guru mengadakan razia, seperti: Benda
tajam, bacaan-bacaan porno, obat-obatan terlarang dll.
16. Bapak/Ibu guru mengadakan pemeriksaan pakaian dan
rambut secara rutin.
17. Bapak/Ibu guru menegur siswa yang membuat
kegaduhan dalam kelas.
18. Bapak/Ibu guru menegur siswa yang mengobrol saat
guru mengajar.
77
19. Bapak/Ibu guru menegur siswa yang menyontek pada
saat ujian.
20. Bapak/Ibu guru menegur siswa yang mengantuk atau
tidur pada saat berlangsungnya pelajaran.
21. Bapak/Ibu guru menegur siswa yang makan dalam
kelas saat berlangsungnnya pelajaran.
22. Bapak/Ibu guru menegur siswa yang keluar kelas saat
jam belajar.
23. Bapak/Ibu guru menegur siswa yang membuang
sampah sembarangan.
24. Bapak/Ibu guru memanggil orang tua/wali siswa ketika
siswa melakukan pelanggaran.
25. Bapak/Ibu guru menghukum siswa yang berkelahi.
26. Bapak/Ibu guru menghukum siswa yang suka
membolos sekolah.
27. Bapak/Ibu guru menghukum siswa yang terlambat
datang ke sekolah.
28. Bapak/Ibu guru memberikan pujian kepada siswa yang
rajin belajar.
29. Bapak/Ibu guru memberikan hadiah kepada siswa yang
mendapat nilai baik.
30. Bapak/Ibu guru memberikan penghargaan kepada siswa
yang berprestasi.
”Terima Kasih Atas Partisipasinya”
78
Lampiran 2
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 22 September 2010
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Nama : Drs. Oman Rohmanudin, M.M.
Jabatan : Kepala Sekolah
1. Sejak kapan penegakan disiplin siswa dilaksanakan di SMP Al Amanah Setu?
Jawab: Sejak SMP Al Amanah ini mulai menerima murid dan melaksanakan
proses pendidikan dan pengajaran.
2. Faktor apa yang melatarbelakangi keberadan penegakan disiplin siswa di SMP
Al Amanah Setu?
Jawab: Sekolah bukan hanya tempat siswa menerima pelajaran, melainkan tempat
mengembangkan dan membentuk siswa menjadi pribadi yang baik selain
rumah dan lingkungan sekitarnya. Sekolah merupakan lingkungan sosial
yang mendampingi perkembangannya sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial siswa memiliki beragam permasalahan dan berasal dari
latarbelakang keluarga yang berbeda. Hal inilah yang melatarbelakangi
adanya penegakan disiplin di sekolah.
3. Strategi apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam penegakan disiplin siswa?
Jawab: Dalam upaya penegakan disiplin kami melakukan beberapa straegi yaitu:
dengan membuat tata tertib sekolah yang berlaku untuk seluruh warga
sekolah, mensosialisasikan tata tertib atau peraturan sekolah dan
memberikan sanksi bagi yang melanggar, mulai dari memberikan teguran,
penugasan, pemanggilan orang tua, diskorsing, sampai dikeluarkan dari
sekolah.
79
4. Bagaimana pendapat bapak mengenai efektifitas penegakan disiplin?
Jawab: Efektifitas penegakan disiplin bisa dicapai jika ada kerjasama antar warga
sekolah diantaranya; kepala sekolah, guru BK, waka kesiswaan mulai dari
wali kelas sebagai wali dari orang tua di sekolah, guru, keamanan sekolah,
siswa itu sendiri dan orang tua yang lebih mengenali anaknya.
5. Apakah keberadaan bimbingan dan konseling di SMP Al Amanah Setu
berpengaruh besar terhadap usaha menanggulangi kenakalan siswa, sebagai upaya
penegakan disiplin?
Jawab: Ya sangat berpengaruh, karena memang tujuan BK untuk membina dan
memberikan bimbingan bagi siswa yang bermasalah dan memberikan
solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Dengan
demikian siswa akan merasa diperhatikan.
6. Apakah guru BK di sekolah ini berhasil menegakan disiplin serta menanggulangi
kenakalan remaja yang terjadi di sekolah?
Jawab: Alhamdulillah cukup berhasil, karena saya melihat kemajuan dari tahun ke
tahun dalam penegakan disiplin dan menanggulangi kenakalan remaja.
7. Hambatan-hambatan apa saja yang bapak alami dalam menghadapi masalah
tersebut?
Jawab: Hambatan akan kita temui di mana saja dan dipermasalahan apapun,
namun yang menjadi hambatan dalam penegakan disiplin siswa ini yaitu
kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan dan belum
memahami benar tentang arti kedisiplinan, sehingga siswa merasa
kedisiplinan merupakan pengekangan.
8. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan-hambatan penegakan disiplin
siswa?
Jawab: Solusinya adalah dengan memberikan pengertian dan menjelaskan akan
pentingnya kedisiplinan, membiasakan dengan pembiasaan-pembiasaan
yang baik, memberikan contoh dan tauladan, kemudian kami lakukan
pengawasan.
80
9. Pihak-pihak manasajakah yang dilibatkan dalam menanggulangi kenakalan
remaja?
Jawab: Dalam menaggulangi kenakalan remaja kami melibatkan seluruh sivitas
sekolah, seperti: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru
BK, waka kesiswaan, bidang kurikulum, guru, staf sekolah dan orang tua
yang mengawasi anak-anaknya di luar sekolah.
10. Bagaimana peran sekolah dalam menegakan disiplin siswa?
Jawab: Disiplin merupakan cermin kepribadian seseorang, masyarakat dan
bangsa. Disiplin menjadi pokok utama dalam membiasakan siswa ntuk
hidup lebih teratur. Adapun peranan sekolah dalam menegakan disiplin
siswa yaitu: Merencanakan dan membuat tata tertib atau peraturan
sekolah, mensosialisasikannya kepada siswa dan orang tua siswa,
melaksanakan peraturan atau tata tertib yang sudah disosialisasikan,
kemudian menindaklanjutinya.
81
Lampiran 3
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 22 September 2010
Tempat : Ruang BK
Nama : Drs. Nuryaman, S.Pd.
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah/Guru Bimbingan dan Konseling
1. Jenis layanan BK apa sajakah yang diberikan kepada siswa SMP Al Amanah Setu
dalam upaya penegakan disiplin?
Jawab: Kami memberikan layanan berupa bimbingan dan pembinaan baik pribadi
maupun kelompok, seperti pembinaan individu dan konsultasi kelompok
secara khusus bagi yang mengalami masalah.
2. Jenis kenakalan apa sajakah yang dilakukan siswa SMP Al Amanah Setu?
Jawab: Kenakalan yang sering dilakukan siswa diantaranya: merokok di
lingkungan sekolah, berpakaian tidak rapih, terlambat datang ke sekolah,
membolos, mencontek, keluar kelas pada waktu jam belajar, tidak
mengikuti upacara, berkelahi dan membuat kegaduhan di kelas.
3. Menurut Bapak apa yang menyebabkan terjadinya kenakalan dikalangan siswa?
Jawab: Menurut saya yang menyebabkan kenakalan siswa diantaranya adalah
teman, keluarga dan lingkungannya.
4. Apakah Bapak bekerjasama dengan wali murid dalam menanggulangi kenakalan
siswa yang sering terjadi di SMP Al Amanah Setu?
Jawab: Ya, dalam menanggulangi kenakalan siswa selain dengan para guru di
sekolah, saya juga bekerjasama dengan wali murid.
5. Kegiatan apa yang Bapak lakukan untuk menegakan disiplin siswa?
Jawab: Dalam upaya penegakan disiplin siswa, kami sering mengadakan
penyuluhan dan razia seperti Hp, majalah atau gambar porno, rokok, obat-
obatan terlarang dan benda-benda tajam.
82
6. Kendala apa saja yang Bapak hadapi dalam mencegah dan menanggulangi
kenakalan siswa di sekolah ini sebagai upaya penegakan disiplin? Bagaimana
Bapak menyikapi kendala tersebut?
Jawab: Kendala yang saya hadapi adalah terkadang surat panggilan tidak sampai
ketangan orang tua, tidak dihiraukan dan ada juga orang tua yang tidak
mau percaya jika anaknya melakukan pelanggaran.
7. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling?
Jawab: Yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling adalah partisipasi dari seluruh warga sekolah seperti kontribusi
kepala sekolah, bidang kesiswaan, bidang kurikulum, guru dan staf
sekolah. Adapun yang menjadi faktor penghambat diantaranya adalah
siswa merasa enggan menceritakan permasalahannya dan lebih memilih
diam (tidak mau berterus terang) dan terkadang memilih teman sebagai
tempat mengadunya.
8. Langkah apa saja yang ditempuh untuk melaksanakan bimbingan dan konseling?
Jawab: Langkah yang kami lakukan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah diantaranya adalah memantau siswa, menanyakan kepada wali
kelas dan orang tua tentang siswa yang bermasalah, memanggil siswa,
membimbing dan membina siswa kemudian membantu menyelesaikan
dengan memberi solusi kepada siswa akan permasalahannya.
83
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 23 September 2010
Tempat : Ruang Guru
Nama : Iyep Sumpena, S.Pd.
Jabatan : Waka Kesiswaan
1. Sejak kapan penegakan disiplin siswa dilaksanakan di SMP Al Amanah Setu?
Jawab: Sejak berdirinya sekolah ini, kemudian program yang sudah ada
dikembangkan dan ditingkatkan hingga saat ini.
2. Menurut bapak apa yang melatarbelakangi diadakannya penegakan disiplin siswa
di SMP Al Amanah Setu ini?
Jawab: Menurut saya disiplin adalah kunci kesuksesan seseorang, dengan disiplin
seseorang akan menjadi lebih teratur dan tahu mana yang harus dan tidak
dilakukannya. Dengan disiplin seseorang akan mudah meraih
keberhasilannya. Oleh karena itu SMP Al Amanah ini menerapkan
penegakan disiplin siswa dan terus mengembangkannya.
3. Apakah Bapak bekerja sama dengan para guru dan wali murid dalam menegakan
disiplin siswa?
Jawab: Ya sudah barang tentu, karena disiplin tidak bisa ditegakan tanpa ada
kerjasama dari pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Apakah Bapak sering mengadakan razia, seperti benda-benda tajam, gambar-
gambar atau bacaan-bacaan porno, kerapihan berpakaian, kerapihan rambut, obat-
obatan terlarang, rokok dan minuman keras?
Jawab: Ya saya sering mengadakan razia bekerjasama dengan guru-guru yang
lain demi terlaksananya penegakan disiplin di sekolah.
84
5. Jenis pelanggaran apa saja yang sering dilakukan siswa di sekolah ini?
Jawab: Pelanggaran yang sering dilakukan siswa diantaranya: Bertengkar,
merokok di lingkungan sekolah, membolos, mencontek, keluar kelas,
membuang sampah sembarangan dan lain-lain.
6. Bagaimana upaya Bapak dalam menghadapi siswa yang melakukan pelanggaran?
Jawab: Diberikan teguran, kemudian diperingati, bila masih melakukan
pelanggaran yang sama tanpa dihiraukan baru diberikan hukuman sesuai
dengan pelanggarannya.
7. Hukuman apa saja yang diberikan kepada siswa yang melakukan pelanggaran?
Jawab: Hukuman yang biasa diberikan kepada siswa tergantung dari jenis
pelanggarannya, semakin besar dan banyak pelanggaran yang dilakukan
maka semakin berat juga hukuman yang diberikan. Mulai dari berdiri di
kelas, diberikan nasehat, menyapu dan membersihkan ruangan atau
halaman sekolah, membersihkan WC, di gundul, diskor, pemanggilan
orang tua sampai dikeluarkan dari sekolah.
8. Siapa saja yang bertanggung-jawab dalam program penegakan disiplin siswa?
Jawab: Yang bertanggung-jawab dalam hal penegakan disiplin siswa adalah kami
semua, semua yang ada di sekolah ini bertanggung-jawab untuk
menegakan kedisiplinan. Karena kedisiplinan kelompok tidak akan bisa
dicapai dengan sendiri-sendiri tanpa kerjasama kelompok tersebut.
85
Lampiran 6
TATA TERTIB SISWA
SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN
I. HAK DAN KEWAJIBAN
A. HAK
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, sesuai UU 1945 pasal
31 ayat (1).
2. Siswa berhak mendapat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan SMP Al Amanah.
3. Setiap siswa dapat menikmati semua fasilitas yang dimiliki SMP Al
Amanah sesuai tata tertib yang diperuntukan siswa.
4. Siswa dapat berkonsultasi melalui prosedur yang ditetapkan dan untuk
perbaikan situasi belajar mengajar di sekolah.
B. KEWAJIBAN
Setiap siswa wajib tunduk dan patuh pada ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
1. Bertindak serta bersikap sopan santun, menghormati Bapak dan Ibu guru
baik di sekolah maupun di luar sekolah, demikian pula antara sesama
siswa, sebagai siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
2. Pakaian seragam sekolah dan kelengkapannya :
a. Senin – Selasa : Putih – Biru, berdasi, topi, dan ikat pinggang.
b. Rabu – Kamis : Batik – Hitam, berdasi dan ikat pinggang.
c. Jum’at : Busana Muslim.
d. Sabtu : Seragam Pramuka.
86
3. Rambut siswa pria harus pendek, tidak melebihi atau menutupi leher
kemeja, daun telinga dan tidak dicat.
4. Kehadiran siswa
a. Kehadiran siswa selambat-lambatnya 5 menit sebelum jam pelajaran
dimulai.
b. Bagi yang bertugas piket selambat-lambatnya 20 menit sebelum
pelajaran pertama dimulai.
c. Apabila seseorang siswa terlambat, wajib melapor kepada guru piket.
d. Bila seorang siswa tidak dapat hadir di sekolah, harus memberittahu
pihak sekolah, melalui keterangan sah yaitu :
- Surat keterangan orang tua/wali.
- Surat keterangan dokter.
- Telepon dari orang tua/walinya sebelum jam pertama.
e. Bila siswa karena sesuatu hal harus meninggalkan jam pelajaran ia
harus mendapat persetujuan Kepala Sekolah melalui guru piket.
f. Bila siswa karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti pelajaran selama
beberapa hari, harus mengajukan permohonan dari orang tua/walinya.
5. Memelihara dan menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan,
atas kelas masing-masing serta sekolah secara keseluruhan merupakan
tanggung jawab para siswa bersama berdasarkan prinsip kekeluargaan.
6. Pembayaran SPP dan Komputer selambat-laambatnya tanggal 10 setiap
bulan.
7. Orang tua wajib memenuhi panggilan sekolah yang berkaitan dengan
pendidikan anaknya.
8. Siswa pria wajib sholat jum’at di sekolah, mengenakan peci pada saat
sholat jum’at.
9. Siswa putri wajib mengikuti muhadoroh.
10. Seluruh siswa wajib sholat berjamaah dzuhur.
87
II. LARANGAN
1. Dilarang meninggalkan pekarangan sekolah selama jam pelajaran, tanpa
seizin kepala sekolah melalui guru piket.
2. Dilarang merokok.
3. Dilarang berpakaian, bersolek, berhias berlebihan yang bertentangan dengan
nilai-nilai Islam.
4. Dilarang memakai topi dan assesoris yang bukan seragam sekolah.
5. Dilarang memakai pakaian seragam sekolah di tempat-tempat tertentu seperti :
Bar, Diskotik, Play Station dan pertemuan-pertemuan yang tidak ada
hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran.
6. Dilarang menerima tamu tanpa seizin guru piket.
7. Dilarang membawa menyimpan, mengedarkan minuman keras atau minuman
yang memabukan serta obat bius dan obat-obatan terlarang (ganja, heroin,
morphine) dan sebagainya.
8. Dilarang membawa, menyimpan, mengedarkan buku bacaan, film dan media
lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
9. Dilarang membawa senjata api, senjata tajam berupa apapun yang tidak ada
kaitannya dengan pendidikan dan pelajaran sekolah.
10. Dilarang berkelahi dan baku hantam baik secara perorangan, kelompok,
maupun secara masal.
11. Dilarang melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian dan kerusakan
materil, milik umum, sekolah maupun milik perorangan.
12. Dilarang membentuk organisasi selain OSIS maupun kegiatan lainnya tanpa
seizin Kepala Sekolah.
13. Dilarang mencoret-coret seragam, bangku, meja, dinding dan fasilitas lainnya.
14. Dilarang membawa Tipp-ex.
15. Dilarang memmbawa sepeda motor.
88
III. SANKSI – SANKSI
1. Mengkonsumsi, mengedarkan obat-obatan terlarang dan minuman keras.
- Dikeluarkan dari sekolah setelah orang tuanya dipanggil.
2. Berkelahi.
a. Berkelahi dengan teman sekolah
- Membersihkan lingkungan sekolah selama 4 jam pelajaran.
b. Berkelahi dengan pihak luar
- Diskor selama 3 hari
3. Membawa dan menggunakan senjata tajam/senjata api dan benda lainnya
yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan.
4. Merokok.
- 1 kali merokok digunduli
- 2 kali merokok digunduli dan orang tuanya dipanggil.
- 3 kali merokok dikembalikan ke orang tuanya
5. Tidak berseragam.
- 1 kali tidak berseragam menyapu atau membersihkan ruangan/halaman
- 2 kali tidak berseragam membersihkan WC
- 3 kali tidak berseragam atau lebih, dipulangkan dengan membawa
surat perjanjian dari sekolah yang harus ditanda tangani oleh orang
tuanya dan surat dikembalikan keesokan harinya.
6. Mencoret-coret.
a. Mencoret-coret seragam
- Dihapus sendiri sampai bersih
b. Mencoret-coret bangku, meja, dinding dan fasilitas lainnya.
- Dihapus sampai bersih dan atau membawa cat serta mengecatnya.
7. Tidak mengikuti kegiatan mingguan.
a. Tidak sholat jum’at bagi putra
- Digunduli dan diberikan bimbingan khusus dari guru BK.
b. Tidak ikut Muhadoroh tanpa izin bagi putri.
89
- Mengepel WC
8. Tidak sholat dzuhur / Ashar di sekolah.
- Laki-laki digunduli
- Perempuan dikurung di ruang BK maksimal 3 jam
9. Memakai topi selain topi sekolah dan assesoris yang tidak pantas di
lingkungan sekolah pada jam pelajaran.
- Diambil dan tidak dikembalikan
10. Membawa buku, gambar, VCD porno dan sejenisnya.
- Diambil dan dimusnahkan serta mendapat bimbingan khusus dari guru
BK.
11. Terlambat, bolos dan todak piket.
- Terlambat ditangani guru piket, berdiri di kelas selama 1 jam pelajaran
- Bolos dan tidak piket diberikan sanksi oleh wali kelas masing-masing.
12. Membawa Tipp-ex, diambil dan tidak dikembalikan lagi.
13. Hal-hal yang belum tercantum akan tiatur kemudian.
JAJNJI SISWA
KAMI SISWA-SISWI SMP AL AMANAH BERJANJI :
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Hormat dan patuh kepada Orang Tua dan Guru
3. Taat dan patuh kepada seluruh peraturan Sekolah
4. Sopan santun terhadap siapapun
5. Menjauhkan perselisihan dan mempererat persaudaraan
6. Selalu menjunjung tinggi nama baik Sekolah
90
Lampiran 7
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hendra
TTL : Tangerang, 11 Februari 1997
Kelas : VII – D
Orang Tua
Nama : Herdian
Umur : 38 Tahun
Alamat : JL. Raya Puspiptek Desa Bhakti Jaya RT. 01/03 No. 35 Setu.
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya siap menerima hukuman
apapun yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap diri saya apabila saya mengulangi
perbuatan saya kembali (melanggar tata tertib).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh
kesadaran, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Setu, 22 Juli 2010
Orang Tua/Wali Yang membuat pernyataan
Herdian Ali Hendra Ali
S a k s i
Wali Kelas VII – D Guru BP
Siti Mariyam, S.Pd Drs. Nuryaman, S.Pd
91
Lampiran 8
Tabel .5
Keadaan Guru SMP Al-Amanah
NO. NAMA JABATAN BIDANG STUDI
1. Drs. Oman Rohmanudin, M.M Kepala Sekolah -
2. Drs. Nuryaman, S.Ag Waka. Kep.Sek PAI / Akidah
3. H. Ahmad Hadi, S.Ag Guru Fiqih
4. Drs. Ahmad Muhroj Guru Ekonomi
5. Drs. Ulul Arkham Guru Sejarah
6. Drs. Syaefullah Guru Geografi
7. Shodikin, S.Pd Guru Bahasa Inggris
8. Bambang Widada, S.Pd. Kim Guru Fisika
9. Iyep Sumpena, S.Pd Guru Ekonomi
10. Ahmad Husen, S.Ag Guru Bahasa Arab
11. Dede Aslikah, S.Ag Guru PAI / KAH
12. Siti Maryam, S.Ag Guru Bahasa Arab
13. Diyah Purwandari, S.Pd Guru Fisika
14. Desy Maryatul Qibtiyah, S.Pd Guru B. Indonesia
15. Dian Susanti, S.Pd Guru Biologi
16. Siti Maesaroh, S.Pd Guru Fiqih
17. Ngatinem, S.Pd Guru MTK
18. Ogi Suprayogi, S.Pd Guru B. Indonesia
19. Eka Vitria Vanissih, S.Pd Guru Geografi
20. Triwijayanto, A.Pd Guru Komputer
21. Syaiful Bahri Guru KTK
22. Andy Karyanto, SE Guru MTK
23. Eti Sumiati, S.Pd Guru PAI / KAH
92
24. Mustofa Ahmad, S.Pd Guru PPKN
25. Pujiono Guru Penjas
Struktur Organisasi SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan
a.
Sumber: Arsip SMP Al-Amanah Setu, Kota Tangerang Selatan.
Ketua Yayasan
H. TB. Suhandi, Ch. M.Pd
Kepala Sekolah
Drs. Oman Rohmanudin, M.M
Wakil Kepala Sekolah
Drs. Nuryaman, S. Ag.
Waka Kesiswaan
Iyep Sumpena, S.Pd
Waka Kurikulum
Drs. Ulul Arkham.
Waka Administrasi
Sundussiah
Guru-guru
Siswa-siswi
top related