88223116 paper teknologi sediaan setengah padat
Post on 03-Jan-2016
333 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PAPER TEKNOLOGI SEDIAAN SETENGAH PADAT
FORMULASI KOMPONEN ZAT AKTIF
Presented by..
“keLOmpoK 4”
Dina Permata Wijaya Nadya Zahrayny
Istiqomah Qaffah Silma Azas
Muchammad Irsyad Risda Yulianti
FARMASI 3A
1
Sediaan setengah padat merupakan salah satu sediaan yang terdapat di Farmasi. Sediaan
setengah padat dapat digunakan untuk sediaan oral maupun topikal. Sediaan topikal berupa
salep, emulsi, gel, pasta, dan supesitosia. Sediaan setengah padat emulsi adalah krim dan lotion.
Pembuatan sediaan setengah padat untuk penggunaan topikal ditujukan agar obat dapat
digunakan dengan nyaman dan zat aktif yang terdapat di dalam obat dapat mencapai sasaran
dengan tepat. Dalam pembuatan sediaan setengah padat sendiri membutuhkan berbagai
formulasi agar terbentuk sediaan yang diinginkan. Formulasi-formulasi tersebut berupa zat aktif
dan zat tambahan. Zat aktif atau yang dikenal API dalam bahasa inggris merupakan senyawa
kimia yang pada umumnya sintetik, yang digunakan dalam farmasetik sebagai zat yang dapat
mengobati baik dalam sediaan oral maupun topikal. Sedangkan zat tambahan merupakan zat-zat
yang digunakan untuk menyokong dan melindungi zat aktif dari berbagai pengaruh buruk
lingkungan selama proses penyimpanan. Zat tambahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
KOMPONEN DEFINISI CONTOH
Antioksidan melindungi proses oksidasi
komponen
tokoferol, butil hidriksi
toluen
Basis dasar salep Vaselin
Buffer pengatur stabilitas ph fosfat, tartarat
Emulgator mencegah dua fase
berkoalesen
Deterjen
Pengawet mencegah berkembangnya
mikroba
asam benzoat, alkohol
Pengental menambah viskositas natural : selulosa, sintetik :
karbopol
Humektan meningkatkan retensi air
dalam campuran
glicerin, propilen glikol
Penetrasi Enhancher memfasilitasi proses difusi
zat aktif ke dalam s.corneum
etanol, asam oleat
2
oleh modifikasi kimia
Chelating Agent mempunyai kemampuan
untuk mengikat ion metal
EDTA, as.sitrat
A. Antioksidan
Antioksidan merupakan zat-zat yang digunakan untuk melindungi sediaan dari
pertumbuhan mikroba. Dalam pemilihan antioksidan ini perlu memperhatikan warna,
bau, potensi iritan, toksisitas, stabilitas, dan kompatibilitas. Antioksidan yang
dipergunakan berkisar antara 0,001- 0,1%. Contoh-contoh dari antioksidan adalah
Tokoferol
BHA (butylated hydroxy Ansole)
BHT (butylated hydroxy toluen)
Propil galat
Alkil galat
B. Emulgator
Emulgator atau emulsifying agent merupakan substansi yang ditambahkan ke dalam
sediaan dan berfungsi untuk mencegah terjadinya koalesen atau penggabungan kembali
globul medium terdispersi. Berdasarkan bahan pembuatannya, emulsi dibagi menjadi dua
yaitu yang berasal dari alam dan yang berasal dari sintetik. Yang berasal dari alam
dibagi menjadi dua, yaitu berasal dari tanaman dan hewan. Contoh emulgator yang
berasal dari tanaman adalah tragakan, gom arab, dan pektin. Contoh emulgator yang
berasal dari hewan adalah gelatin, lemak bulu domba. Sedangkan emulgator yang sintetik
seperti surfaktan atau zat aktif permukaan. Surfaktan sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu
surfaktan anionik, kationik, dan nonkationik. Surfaktan anionik biasanya digunakan
untuk sediaan topikal karena surfaktan ini tidak nyaman untuk digunakan, mempunyai
rasa yang tidak enak, dan yang terpenting dapat menyebabkan iritasi pada mukosa sistem
pencernaan, contohnya alkil sulfat. Surfaktan kationik biasanya juga digunakan pada
3
sediaan eksternal seperti lotion dan krim. Benzalkonium klorida dan benxetonium klorida
merupakan contoh yang penting dalam kationik surfaktan. Komponen ini selain
mempunyai sifat antibakteri yang baik juga mempunyai aktifitas yang baik bila disatukan
dengan emulsifying yang lain. Yang terakhr adalah surfaktan non-ionik. Surfaktan non
ionik ini dapat digunakan dalam emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak.
Surfaktan ini juga dapat digunakan untuk penggunaan internal maupun eksternal. Selain
itu surfaktan non ionik juga memiliki rentang nilai pH yang lebar dan tidak terganggu
dengan adanya penambahan asam dan elektrolit dan juga memiliki iritan yang rendah
dibandingkan dengan surfaktan lain. Pemilihan zat emulsi harus disesuaikan dengan jenis
dan sifat sediaan yang dikehendaki. Untuk sediaan tipe M/A digunakan zat pengemulsi
seperti TEA-Stearat dan golongan sorbitan. Untuk membuat sediaan tipe A/M digunakan
zat pengemulsi seperti lemak bulu domba, setil, alkohol, stearil alkohol dan emulgida.
Emulgator yang ideal untuk farmaseutika adalah stabil, inert, bebas dari bahan toksik
dan iritan, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
C. Humektan
Digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan semisolid, mencegah
kekeringan dan meningkatkan penerimaan terhadap produk dengan meningkatkan
kualitas usapan dan konsistensi secara umum. Selain itu humektan juga berfungsi
memperbaiki mutu dan kelembapan sediaan.
Pemilihan humektan berdasarkan pada sifatnya untuk menahan air dan efeknya terhadap
viskositas dan konsistensi produk akhir. Humektan atau pembasah diperlukan karena
mayoritas obat di suspensi adalah hidrofob.
D. Buffer
Pertimbangan penggunaan buffer adalah untuk menstabilkan zat aktif, untuk
meningkatkan bioavalibilitas yang maksimum. Dalam memilih buffer harus diperhatikan
pengaruh buffer tersebut terhadap stabilitas krim dan gel.
E. Basis
Salah satu zat tambahan yang paling banyak digunakan dalam sediaan semisolid adalah
basis. Basis terbagi dalam empat macam, yaitu :
4
TIPE DESKRIPSI
Lemak Disebut juga hidrokarbon karena komponen utamanya
Petrolatum, petrolatum putih, kuning atau salep putih,
minyak mineral. Basis ini bersifat emolient, oklusif, dan
mempertahankan bahan pada permukaan untuk waktu yag
lama
Anhidrat Disebut juga basis absorbsi karna mempunyai kemampuan
untuk menyerap air
Emulsi Basis emulsi dapat berupa A/M atau M/A.
Larut air Sebagian besar adalah basis dari polietilen glikol tidak
occlusive, tidak greasi (tidak berminyak) dan dapat dicuci
dengan air.
Sumber Basis
Pada umumnya bahan-bahan tersebut merupakan campuran dari sterol-sterol binatang
atau zat yang bercampur dengan senyawa hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar seperti
sulfat, sulfonat, karboksil, hidroksil atau suatu ikatan ester.
Contoh : Lanolin, ester lanolin, campuran steroid dan triterpene alkohol dll
Tipe basis serap
Tipe 1 : Dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak.
Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat.
Tipe 2 : Emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan.
Contoh tipe ini adalah Lanolin.
Anhydrous Lanolin
Sinonim : Wool Fat USP XVI; Adeps Lanae
Pemerian : Lanolin anhidrat berwarna kuning pucat, lengket, berupa bahan seperti lemak,
dengan bau yang khas dan mencair pada suhu 38-44 oC. Lanolin anhidrat cair berwarna
5
jernih atau hampir jernih berupa cairan berwarna kuning. Anhydrous lanolin atau lanolin
anhidrat merupakan lanolin yang mengandung air tidak lebih dari 0.25%.
Kelarutan : Lanolin anhidrat tidak larut dalam air tapi dapat larut dalam air dengan jumlah
dua kali berat lanolin, sedikit larut dalam etanol (95%) dingin, lebih larut dalam etanol
(95%) panas dan sangat larut dalam eter, benzene, dan kloroform.
Kestabilan dan Syarat Penyimpanan : Lanolin dapat mengalami autooksidasi selama dalam
penyimpanan.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi :
Lanolin anhidrat selain digunakan dalam formulasi topikal dan kosmetik, dapat sebagai
basis salep, juga sebagai emulsifying agent. Lanolin anhidrat digunakan sebagai basis salep
terutama jika ingin dilakukan pencampuran larutan yang berair. Lanolin anhidrat ini dapat
meningkatkan absorpsi terhadap zat aktif dan mempertahankan keseragaman konsistensi
salep. Namun, Lanolin anhidrat juga dapat mempengaruhi stabilitas zat aktif karena
mengandung pro-oksidan.
Hydrophilic petrolatum
R/Kolesterol ……………… 3%
Stearil alkohol …………….. 3%
White Wax ………………… 8%
White Petrolatum ………… 86%
Cara pembuatan :
Lelehkan/lebur secara bersama-sama stearil alkohol, White Petrolatum, dan white wax di
atas water bath. Kemudian tambahkan kolesterol sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
homogen dan dingin dan membentuk masa salep. Petrolatum hidrofilik dapat
mengabsorbsi jumlah air yang banyak dengan membentuk emulsi air dalam minyak.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi:
Hydrophilic petrolatum digunakan sebagai pelindung dan penyerap air pada basis salep.
Hydrophilic petrolatum ini akan mengabsorbsi jumlah air yang besar dengan membentuk
campuran air dalam minyak.
6
Lanolin
Sinonim : Hydrous Wool Fat, Adeps lanae cum aqua
Pemerian : Lanolin berbentuk setengah padat, seperti lemak diperolah dari bulu domba
(Ovis aries) merupakan emulsi air dalam minyak yang mengandung air antara 25% sampai
30%. Berwarna kuning dengan bau yang khas. Jika dipanaskan, lanolin akan terpisah
menjadi dua bagian, dimana bagian atas merupakan minyak dan bagian bawah berupa air.
Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam kloroform atau eter dengan
pemisahan bagian airnya akibat hidrasi.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi:
Banyak digunakan sebagai basis pada salep karena kompatibilitasnya dengan lemak pada
kulit. Lanolin merupakan emulsi air dalam minyak. Derivat dan fraksi-fraksi dari lanolin
yang ada sekarang antara lain lanolin alcohol, lanolin terhidrogenasi, ester lanolin dan
produk lainnya. Sebagian besar dari derivat ini diproduksi untuk tujuan memperbaiki sifat
emulsifikasi atau mengurangi reaksi alergi. Sebagian besar dari fraksi-fraksi lanolin ini
mempermudah pembentukkan emulsi air di dalam minyak.
Perkembangan proses formulasi termasuk evaluasi fisikokimianya seperti konsentrasi obat,
kemurnian, substansi yang berkaitan, rheologi, pH, dan viskositas. Dalam pemilihan basis, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Lokasi pemakaian
Sifat dari zat aktif
Pelepasan zat aktif dari formulasi ke lokasi pemakaian
Berdasarkan perkembangan dan pemilihan prototipe, stabilitas, dan aktifitas dari zat aktif di
dalam formulasi itu yang menjadi kunci utamanya.
F. Pengawet
Optimalisasi dari konsentrasi pengawet di dalam formulasi sediaan semi solid merupakan bagian
terpenting dalam proses pengembangan formulasi. Sebagai bagian dari program pengembangan
sediaan semisolid. Nilai minimum konsentrasi pengawet yang efektif pada prototipe krim dan gel
7
telah tercapai. Hal ini sangat penting dalam evaluasi cairan pada sediaan gel yang lebih rentan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme dikarenakan tingginya kendungan air.
Dari berbagai penjelasan tentang eksipien dari sediaan semisolid, berikut ini merupakan
penjelasan dari masing-masing sediaan semisolid dengan teknik pembuatannya.
G. Peningkat penetrasi/penetration enhancher
Merupakan zat tambahan yang dapat membantu proses difusi zat aktif untuk masuk
melalui stratum korneum secara kimia. Sejumlah bahan dapat meningkatkan penyerapan
senyawa yang terlarut di dalamnya, terutama pelarut aprotik misalnya dimetil-sulfoksida
(DMSO), dimetulasetamida (DMA) dan dimetilformida (DMF). Ketiga senyawa tersebut,
terutama DMSO, secara in vitro dapat mempercepat penembusan air, eserin, flusiolon asetonida.
Secara in vitro, hasil yang serupa diperoleh pada griseofulvin, hidrokortison dan sejumlah
senyawa lain. Pemakaian DMSO bahkan memudahkan penimbunan steroida di dalam stratum
corneum. DMA kurang beracun dan kurang iritan sedangkan DMSO memberikan efek seperti
heksaklorofen.
Sebaliknya pada bahan pembawa yang klasik, bahan peningkat penembusan dapat melintasi kulit.
Meskipun bahan-bahan tersebut diserap, namun tidak mempercepat perpindahan senyawa yang
terlarut. Setiap bahan dalam larutan berpindah dengan kecepatan tertentu dalam kulit. Pelarut-pelarut
higroskopik yang dipakai murni tanpa pengenceran atau larutan yang sedikit diencerkan, secara pasti
akan mengubah struktur lapisan tanduk : di satu sisi menyebabkan pembengkakan sel dasar, dan di
sisi lain terjadi penggantian air yang terdapat dalam sel dasar.
H. Pengompleks
Pengompleks atau chelating agent merupakan bahan tambahan yang tujuan penambahannya
karena zat ini dapat membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan,
yang timbul pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik.
Pengompleks menghilangkan logam ion dari garam solid.pengompleks memiliki dua sifat. Yang
pertama, pengompleks harus capable untuk mengikat logam atom. Dalam ikatan ini,
pengompleks berperan sebagai elektron pendonor dan logam sebagai elektron penerima.
8
A. Salep
Salep merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok. Dasar salep digolongkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu :
a. Dasar salep hidrokarbon. Dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) bebas air
dimana dasar salep ini tidak memungkinkan air yang tedapat pada kulit untuk menguap
karna sifatnya yang sukar dicuci. Contohnya petrolatum, petrolatum putih, salep kuning,
salep putih, parafin, dan minyak mineral.
b. Dasar salep absrobsi. Dasar salep ini dapat dibagi menjadi dua tipe, pertama
memungkinkan bercampur dengan larutan air dari hasil pembentukan emulsi air dan
minyak. Yang kedua, sudah menjadi emulsi air minyak dimana memungkinkan
bercampurnya sedikit penambahan jumlah larutan berair. Contohnya petrolatum
hidrofilik, lanolin anhidrida, lanolin , cold cream.
c. Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air. merupakan emulsi minyak dalam air
yang dapat dicuci dari kulit. Contohnya salep hidrofilik.
d. Dasar salep larut dalam air, dasar ini hanya mengandung komponen yang larut dalam air
( tidak seperti dasar salep yang tidak larut dalam air yang mengandung komponen larut
maupun tidak larut dalam air). contohnya salep polietilenglikol.
Pembuatan salep dilakukan dengan dua metode umum, yaitu pencampuran dan
peleburan. Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan
segala cara hingga sediaan yang homogen tercapai. Sedangkan dengan metode peeburan, semua
atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan
dengan pangadukan yang konstan sampai mengental. Menurut F. Van Duin, ada empat aturan
dalam pembuatan salep. Pertama, zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan. Kedua, jika tidak ada peraturan lain,bahan-bahan
yang larut dalam air dilarutkan lebih dahulu di dalam air asalkan jumlah air yang digunakan
dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangkan dari basis
salepnya. Ketiga, bahan-bahan yang sukar atau sebagian saja dapat larut dalam lemak dan air
harus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak No.60. Keempat, campuran
salep yang dibuat dengan cara dicairkan harus digerus sampai dingin.
9
Contoh salep
Sedangkan aturan umum pembuatan salep adalah :
Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan.
Zat yang tidak cukup larut dalam salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat
ayakan no.100
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu menyerap air
tersebut, dilarutkan dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep
yang lain.
Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai
dingin.
B. Pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar
dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan
gliserol, musilago, atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit. (FI III).
Pasta terbagi menjadi tiga, yaitu :
Pasta berlemak : suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat.
Merupakan salep yang tebal, kaku, keras, dan tidak meleleh pada suhu badan.
Pasta kering : pasta bebas lemak yang mengandung ± 60% zat padat.
Pasta pendingin : merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan salep tiga dara.
10
Cara umum pembuatan pasta adalah kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal yang
mengandung air, misalnya pasta Na- karbonsimetilselulosa ( Na-CMC ). Kelompok lainnya
adalah pasta berlemak, misalnya pasta ZnO yang merupakan salep yang padat, kaku, tidak
meleleh pada suhu tubuh, dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
C. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe yaitu yang pertama krim
tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M). Krim tipe M/A (vanishing krim)
mudah dicuci dengan air, jika digunakan pada kulit maka akan terjadi penguapan dan
peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapan ke
dalam penyerapan kulit.
Tetapi umumnya orang lebih menyukai air dalam minyak (A/M) karena penyebarannya
lebih baik, walaupun sedikit berminyak tetapi penguapan airnya airnya dapat mengurangi rasa
panas di kulit.
Untuk membuat krim umumnya digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-
surfaktan nonoionik, anionic, dan kationik. Untuk krim yang tipenya air dalam minyak(A/M)
digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, cholesteriol, cera. Sedangkan untuk tipe minyak
dalam air (M/A) maka digunakan sabun monovalen.
Tipe Krim Cair
Terdiri dari campuran minyak dan malam yang mencair jika dioleskan
Efek membersihkan sama dengan tipe beeswax-borax
Dapat ditambahkan emolien untuk meninggalkan lapisan berminyak pada kulit
Tampilannya tembus cahaya (translucent)
Untuk membuat tampilannya buram (opaque) ditambah 2 % ZnO, TiO2, Mg stearat, atau
Zn stearat
Ditujukan untuk kulit kering
Cara Pembuatan
11
Biasanya pembuatan krim dilakukan dengan cara :
1. Di panaskan air dan lumpangnya.
2. Lalu dilarutkan terlebih dahulu zat aktifnya sesuai dengan data kelarutannya yang
ada.
3. Lalu leburkan vaselin,zat tambahan,zat pengawet,dan yang lainnya.
4. Lalu zat yang sudah dilarutkan dengan zat yang sudah dileburkan kedua-duanya di
campur, kemudian di gerus hingga homogen dan sampai menjadi krim.
5. Lalu dimasukkan di dalam wadah.
D. Gel
Gel merupakan sistem semisolida terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel kecil
anorganik atau molekul-molekul besar organic yang diinterpenetrasikan dalam sebuah cairan.
Sistem gel paling sederhana terdiri dari air yang dikentalkan dengan getah alam misal tragakan,
xanthan, bahan semi sintetik misal metilselulosa, karboksimetilselulosa atau hidroksietilselulosa
ataupun bahan sintetik misal karbomer, polimer dan karboksivinil. Sistem gel ada yang tampak
transparan dan ada juga yang translucent, karena ingrediennya mungkin tidak terdispersi secara
sempurna atau membentuk agregat yang sedikit terdispersi. Karakteristik umum gel yaitu
memiliki struktur kontinyu seperti sifat dari bahan padat. Viscositas dari gel umumnya
tergantung dari jumlah atau berat molekul dari bahan pengental yang ditambahkan.
Selulosa semisintetik banyak digunakan sebagai pengental dalam formulasi gel
misalnya yaitu metilselulosa, karboksi metilselulosa, hidroksietilselulosa, hidroksipropilselulosa
dan hidroksipropilmetilselulosa. Dalam pengembangan prototype formula gel perlu dilakukan
evaluasi type dan grade selulosa yang digunakan. Sebagai contoh jika diinginkan gel yang
transparan maka penggunaan hidroksipropilmetilselulosa sebagai bahan pengental lebih cocok
jika dibandingkan dengan metilselulosa. Faktor inkompatibilitas juga harus diperhatikan dalam
pemilihan bahan pengental. Sebagai contoh hidroksietilselulosa bersifat inkompatibel dengan
beberapa garam, metilselulosa dan hidroksipropilselulosa incompatible dengan preservatif
golongan paraben. Keberadaan bahan oksidator dalam formulasi gel yang mengandung selulosa
juga harus dihindari karena degradasi oksidatif pada rantai polimer dapat menyebabkan
penurunan secara cepat viskositas.
12
Polisakarida dengan rantai bercabang misalnya tragakan, pectin, karegen adalah
dihasilkan secara alami dari tumbuhan sehingga dapat memiliki sifat fisik tergantung dari
asalnya. Penggunaan bahan ini dalam formula gel berkisar antara 0.5-10%, tergantung pada
viskositas yang di inginkan. Viskositas biasanya akan meningkat dengan penambahan bahan
pensuspensi anorganik, misalnya magnesium silikat trisilikat. Tragakan merupakan campuran
polisakarida larut air dan polisakarida tidak larut air yang memiliki muatan negatif dalam larutan
air sehingga bersifat inkompatibel dengan beberapa preservative. Asam alginat adalah koloid
karbohidrat hidrofilik yang dihasilkan dari ganggang laut dan garam sodium, digunakan sebagai
pembentuk gel dengan konsentrasi 5-10%. Beberapa gum bersifat tidak efektif pada gel
hidroalkohol yang mengandung alcohol lebih besar dari 5%.
Bahan pembentuk gel yang saat ini juga banyak digunakan dalam bidang farmasi dan
kosmetik adalah polimer karboksivinil yaitu karbomer. Karbomer merupakan polimer sintetik
dengan berat molekul tinggi dari asam akrilat yang disambung silang dengan alilsukrosa atau alil
eter dari pentaeritriol. Contoh grade farmasetika dari karbomer adalah carbopol®981. Pada
formulasi yang mengandung air atau pelarut polar, gelasi karbomer dapat diinduksi dengan
penambahan basa organic, misalnya sodium atau potassium hidroksida. Sedangkan pada sistem
yang kurang polar ataupun ataupun nonpolar dapat dinetralkan dengan golongan amina,
misalnya trietanolamin, dietanolamin, ataupun dengan basa amina misal
diisopropanolamin,aminoetil propanol, tetra hidroksi propel etilendiamin dan trometamin.
Netralisasi yang berlebihan pada karbomer dapat berakibat turunnya viskositas dari karbomer.
Pemanasan dapat mempercepat proses gelasi pada karbomer, namun suhu pemanasan
tidak boleh lebih dari 70°C. Dikarenakan karbomer merupakan polimer sintetik maka variasi
spesifikasi antar lot relative kecil, namun perbedaan antar batch dalam hal rata-rata berat
molekul mungkin terjadi sehingga dapat berpengaruh terhadap karakteristik reologi dari
karbomer.
Gel kadang–kadang juga disebut jeli menurut FI IV, merupakan sistem semipadat terdiri
dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang
tersebar serba sama dalam cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan.
Contoh : Bioplacenton gel, Thrombophob gel
13
Formulasi Gel
Formulasi gel menggunakan aqupec (turunan carbopol) sebagai basis pembentuk gel.
Konsentrasi ekstrak umbi bawang merah yang ditambahkan ke dalam basis gel adalah ekstrak
dengan konsentrasi dimana memiliki hambatan minimal 80% (IC80) sebagai antioksidan. Dalam
pembuatan gel, variasi konsentrasi ekstrak umbi bawang merah yang ditambahkan adalah 0,02%
(IC80); 0,03% (1,5xIC80); dan 0,06 (3xIC80).
Formula Gel Antioksidan
BahanFormula
F0 F1 F2 F3
Aqupec 1 1 1 1
TEA 2 2 2 2
Gliserin 30 30 30 30
Propilen Glikol 5 5 5 5
Nip-Nip 0,2 0,2 0,2 0,2
Ekstrak bawang
merah- 0,02 0,03 0,06
Aqua destilata ad 100 100 100 100
Formula 0 (F0) merupakan formulasi dasar gel. Aqupec sebagai basis gel dikembangkan
dengan aquadest panas dalam mortir panas. TEA (trietanol- amin) dicampurkan ke dalam aqupec
yang telah dikembangkan lalu digerus hingga homogen. Gliserin dan propilen glikol sebagai
humektan ditambahkan, digerus hingga homogen kemudian ditambahkan nip-nip yang telah
digerus halus sebagai pengawet, digerus hingga homogen. Ekstrak umbi bawang merah sebagai
zat aktif antioksidan ditambahkan dan digerus homogen sehingga terbentuk sediaan gel yang
baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pharmpedia.com/Emulsifying_agent
pdf : Development and Validation of In Vitro Release Tests for Semisolid Dosage Forms—
Case Study by Kailas D.Thakker, Ph.D. and Wendy H. Chern, Ph.D.
Formulation development of topical semisolids by Spformulation
Chelating agent
Semisolid Formulation Development: The CRO Approach By Nicole Krilla, MA,
Debanjan Das, and John G. Augustine, PhD
Transdermal Drug Delivery: Penetration Enhancement Techniques Heather A.E. Benson
Stanley h nusim. Active pharmaceutical ingridients development, manufacturing, and
regulation.2005.USA:Taylor & francis group.
15
top related