7.narkoba
Post on 26-Dec-2015
57 Views
Preview:
TRANSCRIPT
NARKOBA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan
Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Subandi, M.Si
Disusun oleh :
Pendidikan Kimia Off. B
1. Sandi Danar Cynthia Sari (130331811100)
2. Teguh Santoso (130331811092)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
Maret 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi
muda dewasa ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi
muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di
kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi
penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur
syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi
harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran
dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Jika dirata-ratakan,
usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24
tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat
mengincar anak didik kita kapan saja. Oleh karena itu, demi kebaikan kita dan
kebaikan bangsa kita, maka rasa sadar akan bahaya narkoba ini harus kita ketahui,
dan menjauhinya.
Sebenarnya Narkoba itu obat legal yang digukan dalam dunia kedokteran,
namun dewasa ini Narkoba banyak disalahgunakan. Bahkan kalangan muda tidak
sedikit yang menggunakan narkoba. Banyak dari mereka yang menggunakan
Narkoba dengan alasan untuk kesenangan batin, namun sayangnya tidak banyak
yang mengetahuai bahaya narkoba. Oleh karena itu selain untuk menyelesaikan
tugas dari mata kuliah Bhs. Indonesia, kami menyusun makalah ini bertujuan
untuk memberikan informasi betapa bahayanya Narkoba
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas beberapa rumusan masalah, antara lain adalah:
1. Apakah pengertian narkoba?
2. Bagaimana pembagian penggolongan Narkoba?
3. Apa saja jenis-jenis narkoba dan efek penggunaannya!
4. Apa saja faktor penyebab penyalahgunaan narkoba!
5. Bagaimana gejala negatif pengguna narkoba?
2
BAB II
ISI
A. Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Adapun pengertian dari Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif akan dijelaskan sebagai berikut.
3
1. Narkotika
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009,
Narkotika didefinisikan sebagai suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
2. Psikotropika
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997,
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Zat/obat tersebut dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang
susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan
timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan
alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek
stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
3. Zat Adiktif
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012,
Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang
membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan
fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut,
kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada
penggunaan bahan tersebut daripada kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan
dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat.
B. Jenis-jenis Narkoba dan Efek Penggunaannya
Narkoba meliputi narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Narkoba
dapat dikonsumsi melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan
(dihirup dan dihisap), melalui saluran pencernaan (dimakan atau diminum), dan
melalui aliran darah (disuntikkan melalui pembuluh darah atau ditaburkan pada
luka sayatan). Penggunaan narkoba dapat menimbulkan berbagai macam dampak,
4
pemakaian terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan atau
psikologis. Resiko yang pasti terjadi adalah kerusakan pada sistem saraf dan
organ-organ penting lainnya seperti jantung, paru-paru dan hati. Berikut ini akan
disajikan beberapa contoh dari jenis-jenis narkoba dan efek yang ditimbulkan
akibat penggunannnya:
1. Narkotika
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009,
narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Narkotika Golongan I, adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya adalah: ganja, heroin, kokain, morfin, opium,
dll.
b. Narkotika Golongan II, adalah Narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah petidin
dan turunannya, benzetidin, betametadol, dll.
c. Narkotika Golongan III, adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya adalah kodein dan turunannya.
Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam 3
golongan yaitu narkotika alami, semisintetis dan sintetis (Subagyo, 2012: 11-
15).
a. Narkotika alami, adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari
tumbuhan-tumbuhan alam. Contohnya:
1) Ganja (Cannibius sativa)
5
(a) (b)
Gambar 1. (a) daun ganja, (b) lintingan ganja untuk dihisap
Ganja adalah tanaman perdu dengan bentuk menyerupai daun
singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus, jumlah jarinya
selalu ganjil yaitu 5, 7 atau 9. Banyak tumbuh di Indonesia yaitu di
Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Cara penyalahgunaanya adalah
dikeringkan dan dicampur dengan tembakau atau rokok atau dijadikan
rokok lalu dibakar serta dihisap. Ganja dapat dikategorikan sebagai
desperan (obat yang mengurangi kegiatan sistem saraf) dan
halusinogen. Ganja terbuat dari daun tanaman kannabis. THC (Delta 9
tertrahydrocannibinol) adalah salah satu dari 400 bahan kimia yang
ditemukan dalam ganja. THC-lah yang menyebabkan pengaruh yang
mengubah suasana hati.
Ganja di Indonesia banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera
lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai
rempah masakan. Ganja dapat menimbulkan efek yang berbeda–beda,
antara lain: Paranoid (ketakutan yang berlebih dan tidak rasional),
muntah-muntah, kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh,
kebingungan, nafsu makan meningkat, mata merah, halusinasi dan
pengaruh jangka panjang pemakaian ganja terus menerus sampai ke
tingkat kematian.
2) Koka (Erythroxylon coca)
6
Gambar 2. Daun dan biji pohon koka
Koka adalah tanaman perdu yang mirip pohon kopi, berasal dari
Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya
dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.
Dalam komunitas masyarakat India Kuno, biji koka sering digunakan
untuk menambah kekuatan orang yang berperang atau berburu
binatang. Koka kemudian diolah menjadi kokain.
3) Opium
Gambar 3. Pohon dan bunga opium
Opium, Papaver somniverum adalah bunga dengan warna yang indah.
Dari getah bunga opium dihasilkan candu (opiat). Nama Opioid juga
digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium
dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak
didapatkan dari opium. Opiat alami lain atau opiat disentesis dari opiat
alami, contohnya adalah heroin dan codein. Dapat menyebabkan
berkurangnya nafsu makan, perubahan fisik dan mental, mengalami
pelambatan dan kekacauan saat berbicara, kerusakan penglihatan pada
malam hari, kerusakan hati (liver) dan ginjal, resiko terkena virus HIV
7
dan hepatitis juga penyakit infeksi lainnya semakin meningkat,
penurunan libido, kebingungan dalam identitas seksual, dan hal yang
tak dapat diungkiri adalah kematian akibat overdosis.
b. Narkotika semisintetis, adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat
aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat. Contohnya:
1) Morfin
(a) (b) (c)
Gambar 4. (a) struktur morfin, (b) serbuk morfin, (c) morfin injeksi
untuk pengobatan
Morfin adalah pemurnian pertama opium. Morfin umumnya adalah 8
sampai 17 persen dari berat kering opium. Efek samping morfin antara
lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan
penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, dan
meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi
dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien ketergantungan morfina juga
dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.
8
2) Kodein
(a) (b)
Gambar 5. (a) struktur kodein, (b) pil kodein
Kodein ialah asam opiat alkaloid yang dijumpai di dalam candu dalam
konsentrasi antara 0,7% dan 2,5%. Kebanyakan kodein yang
digunakan di Amerika Serikat diproses dari morfin melalui
proses metilasi. Kodein digunakan sebagai peredam sakit ringan.
Kodein selalu dibuat dalam bentuk pil atau cairan dan bisa diambil
baik secara sendirian atau gabungan
dengan kafein, aspirin, asetaminofen, atau ibuprofen. Kodein sangat
berperan untuk meredakan batuk. Seperti semua jenis opioid,
penggunaan kodein yang berkelanjutan mengakibatkan ketergantungan
secara fisik dan psikologi.
3) Heroin
(a) (b)
Gambar 6. (a) struktur heroin, (b) serbuk heroin
Heroin adalah derivatif 3,6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya
adalah diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya melalui asetilasi.
Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam hidroklorida,
diamorfin hidroklorida. Dalam perdagangan gelap, heroin diberi nama
putaw. Bentuknya seperti tepung terigu, halus, putih dan agak kotor.
9
Pemakaian heroin dapat menyebabkan: nafsu makan berkurang,
dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), mata berair dan muntah-muntah.
4) Kokain
(a) (b)
Gambar 7. (a) struktur kokain, (b) serbuk kokain
Kokain adalah senyawa sintesis yang memicu metabolisme sel menjadi
sangat cepat. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan
dari tumbuhan koka, Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika
Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan “efek stimulan”.
Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan euforia,
peningkatan harga diri dan perasaan perbaikan pada mental dan fisik
(halusinasi). Pemakai kokain ini menjadi bersemangat, gelisah, tidak
bisa diam, tidak nafsu makan, paranoid, lever terganggu, dan
penggunaan yang terus-menerus dapat merusak otot jantung dan
menyebabkan impoten, bahkan menyebabkan kematian.
c. Narkotika sintetis, adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia.
Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang
yang menderita ketergantungan narkoba. Contohnya:
1) Petidin, untuk obat bius local, operasi kecil, sunat, dsb
2) Methadone, untuk pengobatan pecandu narkoba
3) Naltrexone, untuk pengobatan pecandu narkoba
10
(a) (b) (c)
Gambar 8. (a) Petidin, (b) methadone, (c) naltrexone
Selain untuk pembiusan, narkotika sintetis biasanya diberikan oleh dokter
kepada penyalahguna narkoba untuk menghentikan kebiasaannya yang
tidak kuat melawan sugesti atau sakaw. Narkotika sintetis berfungsi
sebagai pengganti sementara, bila sudah benar-benar bebas, asupan
narkoba sintetis ini dikurangi sedikit demi sedikit sampai akhirnya
berhenti total.
2. Psikotropika
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997,
Psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
a. Psikotropika Golongan I, adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, STP, dll.
Gambar 9. Ekstasi
b. Psikotropika Golongan II, adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
11
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin, metakualon, dll.
Gambar 10. (a) Amfetamin, (b) Metafetamin (sabu-sabu)
c. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam,
dll.
Gambar 11. Buprenorphine
d. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contohnya adalah nitrazepam, diazepam, dll.
12
Gambar 12. Nitrazepam
Sekalipun pengaturan dalam Undang-undang ini hanya meliputi
psikotropika golongan I, psikotropika golongan II, psikotropika golongan III,
dan psikotropika golongan IV, masih terdapat psikotropika lainnya yang tidak
mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan, tetapi
digolongkan sebagai obat keras. Oleh karena itu, pengaturan, pembinaan, dan
pengawasannya tunduk kepada peraturan perundangundangan yang berlaku
dibidang obat keras. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
tahun 2009, Psikotropika golongan I dan II digolongkan sebagai Narkotika
golongan I.
Berdasarkan ilmu farmakologi, psikotropika digolongkan ke dalam
tiga golongan, yaitu:
a. Kelompok depresan
Depresan merupakan jenis obat psikotropika yang sistem kerjanya
menurunkan kinerja saraf pusat. Oleh karena itu, obat jenis ini sering
disebut juga sebagai obat penenang. Pengaruh yang ditimbulkan akbiat
mengonsumsi obat jenis depresan antara lain: sering mengantuk, jiwa dan
pikiran menjadi tenang (hilang stress). Bila digunakan berlebihan
(overdosis), dapat menyebabkan kematian. Contohnya adalah valium,
rophinol, mogadon, dll.
b. Kelompok stimulan
Stimulan bekerja meningkatkan kinerja sistem saraf pusat. Oleh karena itu,
jenis obat ini disebut juga sebagai obat perangsang. Seseorang yang
mengonsumsi obat-obatan jenis ini akan selalu bertenaga dan bersemangat.
Adapun pengaruh yang ditimbulkan akibat mengonsumsi jenis obat
stimulan antara lain: rasa letih akan berkurang, denyut nadi dan tekanan
13
darah meningkat, rusaknya jaringan saraf, berkurangnya kemampuan
berpikir, dan sering berhalusinasi. Contohnya adalah amfetamin, ekstasi
dan shabu. Ekstasi berbentuk tablet beraneka bentuk dan warna.
Amfetamin berbentuk tablet berwarna putih. Bila diminum, obat ini
mendatangkan rasa gembira, hilangnya rasa permusuhan, hilangnya rasa
marah, ingin selalu aktif, badan terasa fit dan tidak merasa lapar. Daya
kerja otak menjadi serba cepat tapi kurang terkendali. Shabu berbentuk
tepung kristal kasar berwarna putih bersih seperti garam.
c. Kelompok halusinogen
Halusinogen merupakan jenis psikotropika yang menimbulkan perasaan
halusinasi atau mengkhayal kelas tinggi. Efeknya akan menjadikan
seseorang berimajinasi, melamun dan malas bekerja serta malas berpikir.
Bila diminum, psikotropika ini dapat mendatangkan khayalan tentang
peristiwa-peristiwa yang mengerikan, khayalan tentang kenikmatan seks,
dsb. Contohnya adalah lysergic acid dethylamide (LSD),
diethyltryptamine (DMT), phencyline (PCP), micraline.
3. Zat adiktif lainnya
Yang termasuk Zat adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
1. Alkohol, alkohol yang dimaksud adalah semua jenis minuman yang
mengandung etilalkohol atau etanol, Alkohol dalam bentuk minuman
banyak diminati orang. Pecandu minuman beralkohol dapat mengalami
keracunan dan mabuk. Kondisi mabuk mengakibatkan koordinasi motorik
terganggu sehingga dapat membuat seseorang berbuat diluar kesadarannya
dan dapat berbuat di luar batas perikemanusiaan. Berdasarkan kadarnya,
minuman beralkohol dibagi 3, yaitu:
a. Golongan A : kadar alkohol rendah (1-5 %)
Contoh: Bir, Vibe, Vodka Mix-Max
b. Golongan B : kadar alkohol sedang (5-20 %)
Contoh: Wine, Anggur, Vermouth
c. Golongan C : kadar alkohol tinggi (20-55 %)
Contoh: Arak, Vodka, Brandy, Scotch, Johny Walker
14
Gambar 13. Berbagai jenis minuman beralkohol
Ambang batas toleransi kadar alkohol dalam tubuh manusia adalah 0,05%
dalam darah. Kadar alkohol yang melebihi ambang batas yang ditentukan
menyebabkan terganggunya sistem koordinasi tubuh, merasa mual dan
ingin muntah, nafas terengah-engah, bahkan bisa pula menyebabkan
kematian akibat terbakarnya jantung. Dalam jumlah yang kecil, alkohol
menimbulkan perasaan relaks, dan pengguna akan lebih mudah
mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.
Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek merasa lebih bebas
lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih
emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan), muncul akibat ke
fungsi fisik-motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur,
sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri.
kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk
memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu.
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
Gambar 14. Jenis inhalansia
15
3. Nikotin, bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap
dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan
sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap). Efek
samping yang ditimbulkan adalah secara perilaku, efek stimulasi dari
nikotin menyebabkan peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan
kemampuan untuk memecahkan masalah, meningkatkan mood,
menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif. Pemaparan
nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah tanpa mengubah
metabolisme oksigen. Tetapi nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik.
Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis
(kegagalan) pernafasan. Nikotin merupakan bahan penyebab
ketergantungan.
Gambar 15. Rokok dan bahan kimia penyusunnya
C. Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
Ketidaktahuan tentang narkoba adalah awal pemakaian dan segala
bencana. Banyak penyalahguna narkoba tidak tahu bahwa yang dikonsumsinya
adalah narkoba. Pedagang, pengedar dan bandar narkoba memiliki strategi
marketing yang sangat jitu sehingga tanpa sadar rakyat dijerat masuk perangkap.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat
patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak, meskipun sudah terdapat
16
banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba.
1. Faktor Internal, adalah faktor yang muncul dari diri individu, meliputi
a. Rasa ingin tahu, merupakan perasaan yang biasanya dimiliki oleh generasi
muda. Bila di hadapan sekelompok anak muda ada seseorang yang
mempemperagakan nikmatnya mengkonsumsi narkoba, maka aka muncul
rasa ingin tahu yang tinggi sehingga ingin ikut mencobanya.
b. Rasa ingin dianggap hebat, diawali dari sifat alami positif dari generasi
muda yaitu memiliki daya saing, akan tetapi terkadang sifat positif ini juga
dapat dipakai untuk hal negatif. Selain didorong keingintahuan, keberanian
untuk mencoba juga karena ingin dianggap hebat, pemberani dan
pahlawan diantara teman-teman sebayanya kemudian memakai narkoba.
c. Rasa setia kawan, merupakan salah satu sifat positif generasi muda yang
mungkin dapat berbahaya dan menjadi negatif dalam hal tertentu. Apabila
seorang kawan memakain narkoba, untuk menunjukkan rasa setia kawan,
teman yang lain ikut memakai narkoba.
d. Rasa kecewa, frustasi dan kesal yang dipicu oleh kegagalan komunikasi
dengan lingkungannya
e. Rasa ingin bebas dari rasa sakit atau pusing, dialami oleh penderita
penyakit berat yang sering mengalami rasa sakit yang luar biasa yang
sering kali tidak dapat diatasi dengan obat penghilang rasa sakit biasa
sehingga penderitanya mencoba narkoba.
f. Rasa ingin menikmati rasa gembira, tampil lincah enerjik dan mengusir
rasa sedih dan malas yang seharusnya dicapai melalui hidup teratur,
olahraga, dll. Penampilan tersebut sering diperoleh dengan jalan pintas
melalui manipulasi atau tipuan yaitu dengan menggunakan narkoba.
g. Ingin tampil langsing, narkoba sering digunakan oleh sesorang yang
berbadan gemuk untuk melangsingkan tubuh, karena narkoba tertentu
dapat menhilangkan nafsu makan sekaligus menambah aktivitas fisik
sehingga dapat menurunkan berat badan.
h. Takut mengalami rasa sakit (sakaw), adalah untuk pengguna narkoba yang
sudah menjadi pemakai tetap yang akan mengalami rasa sakit bila tidak
17
memakai, karena takut merasakan penderitaan tersebut, ia terus memakai
sehingga menjadi pemakai setia.
2. Faktor eksternal, berkaitan dengan kondisi lingkungan individu di mana ia
berada. Faktor lingkungan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan karena
berpengaruh besar terhadap perilaku individu. Lingkungan yang dimaksud
adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor tersebut
meilputi:
a. Keluarga bermasalah atau broken home.
b. Ayah, ibu atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau bahkan
pengedar gelap narkoba.
c. Lingkungan keluarga yang kurang atau tidak harmonis, yaitu keluarga di
mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan, perhatian, dan
saling menghargai di antara anggotanya, orang tua yang otoriter, orang
tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, tanpa pengawasan,
serta orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.
d. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).
e. Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.
f. Tipuan dari orang lain, misalnya menawarkan vitamin, suplemen
makanan, pil sehat, pil pintar, dll
g. Bujuk rayu yang mungkin dilakukan wanita penghibur sehingga banyak
eksekutif muda, pekerja dan bos-bos mulai memakai narkoba karena
rayuan pekerja seks komersial, dll.
h. Paksaan yang disebabkan sekawanan kelompok orang yang mengancam
akan menyelakai atau untuk masuk ke dalam komunitas tertentu.
i. Disiplin sekolah yang rendah.
j. Lemahnya penegakan hukum.
k. Tempat tinggal individu yang berada di lingkungan para penyalahguna
narkoba dan mengasosiasikan narkoba dengan nilai-nilai positif
l. Lemahnya penegakan hukum
18
D. Gejala Negatif Penggunaan Narkoba
Gejala negatif sebagai dampak menggunakan narkoba yang berpengaruh
pada perkembangan fisik, emosi, dan perilaku bagi pengguna narkoba adalah
sebagai berikut:
1. Gejala negatif pada fisik, antara lain:
a. Berat badan turun drastis.
b. Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
c. Buang air besar dan kecil kurang lancer.
d. Sakit perut tanpa alasan yang jelas.
e. Gangguan impotensi.
f. Rawan terinfeksi berbagai penyakit, seperti HIV/AIDS dan hepatitis.
g. Gangguan fungsi ginjal, dan
h. Pendarahan di otak.
2. Gejala negatif pada perkembangan emosi, antara lain:
a. Sangat sensitive dan cepat bosan.
b. Emosinya naik turun.
c. Nafsu makan tidak menentu.
d. Timbulnya perasaan depresi dan ingin bunuh diri.
e. Gangguan daya pikir.
f. Menunjukkan sikap membangkang.
3. Gejala negatif pada perilaku, antara lain:
a. Malas dan sering meninggalkan tugas rutin.
b. Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
c. Suka mencuri orang dan barang milik orang lain.
d. Selalu kehabisan uang.
e. Takut kena air.
f. Sering berbohong dan ingkar janji.
g. Mengeluarkan keringat berlebihan, dan
h. Gangguan terhadap prestasi di sekolah, kuliah, dan pekerjaan.
19
E. Proses Terjadinya Kecanduan
Otak terdiri dari dari miliaran sel saraf. Saraf mengendalikan segala
sesuatu dari perasaan, pikiran dan tindakan. Syaraf bekerja dengan cara
mengirimkan sinyal-sinyal listrik di seluruh tubuh manusia. Sinyal bergerak dari
satu sel syaraf ke sel syaraf yang lain melalui suatu zat kimia yang disebut
"neurotransmitter."
Gambar dua sel syaraf yang saling berhubungan
Sebagai contoh, beberapa sinyal yang neurotransmitter mengirim
menimbulkan rasa kepuasan atau kesenangan. Secara alamiah tubuh manusia akan
merasa baik apabila bertemu respon yang membuat baik. (Misalnya, ketika kita
makan sesuatu yang lezat, neurotransmiter mengatakan bahwa kita merasa baik.
Mencari lebih banyak kesenangan ini membantu untuk memastikan kita tidak
kelaparan.) Neurotransmitter utama pembawa pesan baik disebut dopamin.
Semua penyalahgunaan obat membebani tubuh dengan dopamin - dengan
kata lain, mereka menyebabkan sistem pengindra untuk mengirim terlalu banyak
sinyal perasaan baik. Sebagai tanggapan, sistem otak tubuh mencoba
mempertahankan sistem keseimbangan dengan membiarkan sedikit perasaan baik
tersebut. Seiring waktu, tubuh membutuhkan lebih banyak obat untuk merasakan
perasaan yang sama seperti sebelumnya. Efek ini dikenal sebagai kecanduan.
Gambar perbandingan efek makanan dengan efek kokain pada neurotransmitter
20
Efek obat pada otak tidak hanya berakhir ketika perasaan mereda. Ketika
seseorang berhenti mengkonsumsi obat, kadar dopamin nya rendah untuk
beberapa waktu. Dia mungkin merasa down, atau flat, dan tidak mampu
merasakan kesenangan normal dalam kehidupan, bahkan ketika bertemu
kebutuhan hidup dasar. Otaknya akhirnya akan mengembalikan keseimbangan
dopamin dengan sendirinya, tetapi membutuhkan waktu yang lama tergantung
dari tingkat kecanduan orang tersebut.
F. Cara Mengidentifikasi Narkoba
Identifikasi narkoba dapat dilakukan dengan uji warna. Tabel 1
menunjukkan nama-nama tes warna senyawa narkoba (Soebagio, dkk, 2004: 93).
Tabel 1. Nama-Nama Tes Warna Senyawa Narkoba
No. Nama tesWarna yang ditimbulkan
Kesimpulan
1. Dillie-Koppanji Biru violet Obat tidur2. Diagnosis-Levine 1/3 bagian
menjadi unguMariyuana
3. Marquis Ungu Cokelat
Morfin Amfetamin
4. Scott a. Dengan
larutan Ab. Dengan
larutan B*c. Dengan
larutan C*
Biru
Biru menjadi merah jambu
Menjadi biru kembali
Kokain
5. Van Urk Biru keunguan LSD*) penggunaan larutan B dan C untuk penegasan
Tes untuk mengidentifikasi pecandu narkoba umumnya dilakukan dengan
cara tes urin. Tes dilakukan menggunakan alat GC MS bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya senyawa narkoba dalam urin. Tes urin memiliki
kelemahan karena kandungan narkoba dalam urin segera berkurang dan
menghilang dalam waktu singkat antara 48-72 jam. Badan Narkotika Nasional
(BNN) menggunakan sampel rambut seseorang untuk mengetahui apakah orang
itu mengkonsumsi narkoba atau tidak. Cara seperti ini dinilai lebih mantap
21
ketimbang tes urin untuk memastikan seseorang pecandu atau tidak. Narkoba dan
metabolisme narkoba tetap akan berada dalam rambut secara abadi dan mengikuti
pertumbuhan rambut yang berlangsung sekitar 1 inchi per 60 hari. Selain itu,
pengambilan dan penyimpanan contoh rambut secara operasional juga jauh lebih
sederhana dan tidak menjijikkan seperti dalam pengumpulan urin. Meskipun
demikian tes urin masih menjadi prioritas.
G. Kasus-Kasus Narkoba di Indonesia dan Tinjauan Hukum Terhadap
Penyalahgunaan Narkoba
1. Kasus-Kasus Narkoba di Indonesia
Kasus-kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia rata-rata mengalami
kenaikan tiap tahun. Data lengkap penyalahgunaan narkoba berdasarkan
penggolongan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
2. Tinjauan Hukum terhadap Penyalahgunaan Narkoba
Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika pada Bab
XV memuat ketentuan tentang tindak pidana (sanksi pidana) penyalahgunaan
narkotika. Ketentuan tindak pidana dikenakan pada pelaku yang secara umum
dikelompokkan dalam tiga bentuk , yaitu: penyalahgunaan narkotika, peredaran
narkotika, dan penjualan narkotika.
a. Penyalahgunaan Narkotika
Pada awalnya narkotika diperuntukkan untuk kepentingan kesehatan
dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, kenyataannya menunjukkan bahwa
penggunaan narkoba dilakukan tanpa hak dan melawan hukum (bukan untuk
kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan). Kegiatan tersebut dikatakan
22
sebagai penyalahgunaan narkotika. Ketentuan pidana penyalahgunaan
narkotika diatur dalam Pasal 116, 121, dan 126 UU No. 35 Tahun 2009
tentang narkotika.
b. Produsen Narkotika
Ketentuan tindak pindak memproduksi narkoba termasuk mengolah,
membuat, dan menyediakan narkotika untuk semua golongan diatur dalam
Pasal 113, 118, dan 123 UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika.
c. Pengedaran Narkotika
Adapan tindak pidana yang menyangkut jual beli narkotika, termasuk
perbuatan mengekspor, impor, dan tukar menukar narkotika diatur dalam
pasal 113, 114, 115, 118, 119, 120, 13. 124, dan 125 UU No. 35 Tahun 2009
tentang narkotika.
Bentuk tindak pidana psikotropika secara umum dikelompokkan dalam
tiga bentuk, yaitu penyalahgunaan psikotropika, peredaran, dan penjualan
psikotropika. Secara rinci, ketentuan tindak pidana psikotropika diatur dalam UU
No. 5 Tahun 1997. UU tersebut memuat ketentuan tindak pidana pelaku
penyalahgunaan psikotropika yang dibedakan menjadi tiga pelaku sebagai
pengguna, produsen, dan pengedar.
H. Upaya Penanggulangan Bahaya Narkoba
Setidaknya terdapat 5 bentuk penanggulangan bahaya narkoba, antara lain:
1. Promotif (pembinaan)
Disebut juga program preemtif atau program pembinaan. Program ini
ditujukan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum
mengenal narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan
agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak berpikir untuk
memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba.
Bentuk program antara lain pelatihan, dialog interaktif, dan lain-lain pada
kelompok belajar, kelompok olahraga, seni budaya, atau kelompok usaha.
Penekanan dalam program preemtif adalah peningkatan kualitas kinerja agar lebih
bahagia dan sejahtera. Pengenalan terhadap masalah narkoba hanya peringatan
sepintas.
23
2. Preventif (pencegahan)
Disebut juga program pencegahan. Program ini ditujukan kepada
masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk
narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Selain dilakukan
oleh pemerintah (instansi terkait) program ini juga sangat efektif jika dibantu oleh
instansi dan institusi lain termasuk lembaga profesional terkait, lembaga swadaya
masyarakat, perkumpulan, ormas, dan lain-lain
Berikut adalah 7 langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk
menghindarkan seseorang dari pemakaian dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya
tersebut.
1) Menanamkan pemahaman hidup sehat anak usia dini
Sebagai orang tua, kita harus dapat menerangkan dengan menarik untuk
menanamkan perilaku hidup bagi anak-anak kita. Misalnya asupan
makanan/minuman apa yang baik bagi tubuh mereka dan asupan
makanan/minuman apa yang berbahaya bagi tubuh mereka. Ini akan
mempertajam kesadarannya akan tubuhnya sendiri yang harus ia rawat
dengan baik bagian luar dan dalamnya. Pengetahuan mengenal fungsi dan
kekuatan/kelemahan tubuhnya sendiri, harus diberitahu.
Perilaku hidup sehat akan paling manjur hasilnya bila diajarkan sedari anak
kita masih kecil, sedini mungkin. Karena apa saja yang ia pelajari sewaktu
kecil akan melekat selamanya di memori otaknya. Menanamkan kesadaran
hidup sehat dengan berolah raga secara rutin (yang tentunya harus juga
diterapkan oleh kedua orang tua mereka), menjadi kelanjutan dari langkah
sebelumnya tadi.
Orang tua seyogianya menjadi role-model bagi anak-anak mereka, harus
memberikan contoh yang baik bila ingin anaknya berperilaku baik. Sering
kali kita sebagai orang tua lupa bahwa anak kita belajar dari tingkah laku
dan perilaku kita yang mereka lihat dan perhatikan setiap harinya dari bayi
sampai remaja. Anak-anak kita belajar, meniru, dari orang yang sehariannya
berada paling dekat dengan mereka. Maka seharusnya kita tidak merokok
atau minum minuman beralkohol bila kita tidak mau anak-anak kita meniru
kita atau bahkan mencoba-coba dan menyalahgunakan narkoba.
24
2) Pemahaman akan adanya racun di sekeliling kita
Memberikan pemahaman sedini mungkin akan adanya racun di alam
sekeliling kita, akan sangat bermanfaat dan dapat menyelamatkan anak-anak
kita dari penggunaan zat-zat berbahaya. Penerangan bahwa ada racun pada
tumbuh-tumbuhan seperti jamur dan tumbuhan lainnya yang beracun, racun
pada gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang lainnya yang berbisa,
juga racun yang secara sengaja maupun tak sengaja diproduksi oleh
manusia, seperti polusi asap dari knalpot mobil, asap dan limbah beracun
dari pabrik-pabrik, asap rokok, dlsb.
Mendidik meraka untuk sadar (aware) bahwa zat-zat yang sangat berbahaya
bagi tubuh kita (bagi kelangsungan hidup kita) ada di sekitar kita dan setiap
zat yang membahayakan kesehatan kita harus dijahui (avoid) atau terkadang
dimusnahkan. Jadi bila suatu saat ia akan berhadapan dengan narkoba
(biasanya ditawarkan oleh lingkungan teman-teman terdekatnya), maka kita
harapkan ia akan menolak untuk mengkonsumsi narkoba, zat yang asing
yang dapat membahayakan kesehatan dan hidupnya. Maka dari itu
informasi mengenai racun di sekeliling kita, juga narkoba, harus diberikan
kepada mereka sedetail dan sejelas mungkin.
3) Memberikan informasi yang akurat dan jelas
Memberikan informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya dari setiap
jenis narkoba merupakan kewajiban bila kita ingin
membentengi/menyelematkan anak-anak kita (atau pun orang lainnya) dari
bahaya narkoba. Tanpa informasi yang akurat dan jelas, seorang anak belum
tentu menyadari narkoba yang ditawari temannya itu berbahaya bagi
kehidupannya. Tetapi bila ia mendapat informasi yang akurat dan jelas
mengenai bahaya narkoba, pasti ia akan menolaknya. Seharusnya pemberian
informasi yang akurat dan jelas harus juga diberikan oleh sekolah-sekolah
sebagai salah satu sub-kurikulum yang wajib diikuti oleh setiap anak.
Informasi mengenai jenis-jenis narkoba. Dampak bila menggunakannya,
dampaknya bagi organ-organ tubuh kita serta dampak dari segi hukumnya
bila tertangkap memiliki, menggunakan atau mengedarkan narkoba;
25
Penyakit yang dapat diderita sebagai akibat pemakaian narkoba (infeksi klep
kanan jantung, kerusakan hati atau cirrhosis, HIV/AIDS, dan lainnya)
Hampir dapat dipastikan bila seorang sudah mendapatkan informasi
mengenai narkoba yang akurat dan jelas, daya tarik narkoba yang seindah
apapun akan lansung amblas, sirna, dibandingkan dengan dashatnya dampak
kerusakan yang akan diakibatkan oleh zat-zat narkoba itu kepada
penggunannya.
4) Bekerjasama dengan tempat pendidikan (sekolah atau universitas)
Bekerjasama dengan sekolah ataupun universitas di mana anak-anak kita
menuntut ilmu, untuk merancang program pemantauan, pencegahan, dan
juga program penanggulangan narkoba secara holistic yang spesifik dengan
pusat-pusat pendidikan tersebut (yang sebetulnya hanya berbeda sedikit saja
dari satu sekolah ke sekolah yang lainnya)
Kerjasama yang terkoordinir dengan baik yang melibatkan setiap sendi
dalam kehidupan di sekolah ataupun kampus seperti: Dosen, guru-guru,
guru BK (bimbingan konseling), Osis, Satpam/security, penjaga kantin, dan
karyawan lainnya di lingkungan sekolah/kampus (yang sering mendapatkan
para siswa/mahasiswanya memakai narkoba di WC/toilet), dan yang
lainnya.
5) Tanggap lingkungan
Orang tua selalu tanggap lingkunga di rumah mereka sendri, di mana anak-
anak mereka tumbuh. Orang tua harus selalu sadar akan perubahan-
perubahan kecil dari perilaku sang anak. Perubahan-perubahan masa puber
dan peralihan anak menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, tidak sama
dengan perubahan perilaku seorang anak yang mulai ter ekspos pada
narkoba, atau yang sudah kecanduan narkoba.
6) Bekerjasama dengan lingkungan rumah
Kita sebaiknya bekerjasama dengan lingkungan rumah kita seperti dengan
ketua RT, RW, dsb. Terutama dengan tetangga yang mempunyai anak
seusia atau yang lebih tua dari anak kita. Menjalin hubungan yang baik
dengan para tetangga selalu mendatangkan kenyamanan dan keamanan bagi
kita.
26
Kita bisa membuat sistem pemantauan keamanan bersama tetangga lainnya
yang juga melibatkan ketua RT untuk memantau keamanan umum dan
memantau bila ada anak-anak di RT kita yang disinyalir menggunkan
narkoba. Bila sistem yang dibangun bersama para tetangga itu kuat, dijamin
gejala-gejala penyalahgunaan narkoba di pemukiman kita akan terdeteksi
dan dapat tertanggulangi dengan cepat dan baik
7) Hubungan interpersonal yang baik
Hubungan interpersonal yang baik dengan pasangan dan juga dengan anak-
anak kita, akan memungkinkan kita melihat gejala-gejala awal pemakaian
narkoba pada anak-anak kita. Kedekatan hubungan batin dengan orang tua
akan membuat anak merasa nyaman dan aman, menjadi benteng bagi
keselamatan mereka dalam mengarungi kehidupan mereka nanti.
Bila orang tua sering ribut, cekcok, maka itu bisa memengaruhi sang anak
secara psikologis. Kegalauan ini bisa memancingnya untuk mencoba
narkoba dengan berbagai macam alasan yang dicarinya sendiri. Misalnya
supaya diperhatikan, sikap masa bodoh terhadap hidupnya, untuk mengatasi
kemarahan, ketidaksenagan, atau kesedihan yang timbul dari melihat orang
tua mereka yang selalu bertengkar.
Ketujuh langkah itu sangat ampuh melindungi generasi bangsa dari godaan
untuk mencoba zat-zat narkoba, asalkan ke tujuh langkah pertama itu dijalankan
dengan penuh komitmen, sungguh-sungguh, dan dengan sebaik-baiknya..
3. Kuratif (pengobatan)
Disebut juga program pengobatan. Program kuratif ditujukan kepada
pemakai narkoba. Tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan
menyembuhkan penyakit. Sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus
menghentikan pemakaian narkoba.
Tidak sembarang orang boleh mengobati pemakai narkoba. Pemakaian
narkoba sering diikuti oleh masuknya penyakit-penyakit berbahaya serta
gangguan mental dan moral. Pengobatan penyalahgunaan narkoba harus
dilakukan oleh dokter khusus narkoba. Selain pengobatan oleh dokter juga dapat
diupayakan pengobatan spiritual dengan pendekatan agama.
27
Pengobatan secara medis dapat dibedakan seperti berikut :
1) Pengobatan substitusi
Pengobatan yang dilakukan oleh dokter dengan cara menghentikan total
narkoba yang asli dan memberikan narkoba pengganti yang kemudian
dihentikan pemakaiannya secara bertahap. Narkoba pengganti adalah
narkoba yang daya adiktifnya rendah. Pengobatan substitusi sangat mahal
karena mahalnya narkoba pengganti.
2) Detoksifikasi cara cepat
Pengobatan yang dilakukan oleh dokter dengan cara cuci darah. Penderita
dimasukkan ke dalam ruang ICU dengan pembiusan total. Melalui alat
kedokteran modern, darah dibersihkan dari narkoba. Proses tersebut hanya
berlangsung 4-6 jam. Pengobatan ini juga sangat mahal. Pengobatan ini juga
tidak mampu mempebaiki sel otak yang sudah terlanjur rusak.
3) Detoksifikasi alami
Pengobatan ini dilakukan dengan cara membiarkan penggunanya
mengalami sakaw. Penderita dibiarkan mengalami penderitaan, hanya saja
dijaga agar tidak bunuh diri atau celaka. Lama kelamaan sakaw tersebut
akan berkurang dan akhirnya lenyap. Cara ini menyakitkan tetapi sangat
murah dan berdampak positif. Rasa sakit biasanya dialihkan melalui
partisipasi aktif kegiatan keagamaan atau olahraga.
4. Rehabilitatif (pemulihan)
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif.
Tujuannya agar dia tidak mengulangi lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang
disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba. Rehabilitasi merupakan tahap penting
dalam penanggulangan narkoba.
5. Represif (penindakan)
Program represif adalah program penindakan hukum terhadap produsen,
bandar, pengedar, dan pemakai narkoba. Program ini merupakan program instansi
pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun
distribusi semua zat yang tergolong narkoba.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba
http://stopnarkoba.weebly.com/alkohol.html
http://teenbrain.drugfree.org/science/moods.html
http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputi-pencegahan/tips/
10787/7-langkah-pencegahan-penyalahgunaan-narkoba
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/13/lsze0c-uji-narkoba-
bnn-periksa-rambut-seseorang
http://zenc.wordpress.com/2007/06/13/napza-narkotika-psikotropika-dan-zat-
aditif/
Partodiharjo, S. 2012. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta:
PT Gelora Aksara Pratama
Tim Ahli. 2010. Mahasiswa dan Bahasa Narkotika. Jakarta: Badan Narkotika
Nasional
Amriel, R. I. 2008. Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba. Jakarta: Salemba
Humanika
Rozak A. dan Sayuti, W. 2005. Remaja dan Bahaya Narkoba. Jakarta: Prenada.
Soebagio, dkk. 2004. Kimia Lingkungan. Malang: Jurusan Kimia-FMIPA Universitas Negeri Malang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Makanan yang Mengandung Zat Adiktif
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
top related