4. faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
Post on 01-Jun-2017
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
100
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam tubuh manusia terjadi bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses
menggunakan katalis enzim tertentu untuk membedakannya maka tiap enzim diberi
nama. Dalam tubuh kita, terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam. Dimana suatu
reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, memerlukan suatu kondisi yang
ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan, waktu, dan lain-lain. Apabila
salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan maka reaksi
tidak dapat berlangsung dengan baik.
Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik dalam tubuh kita ini
memungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim.
Enzim adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan sebagai
katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam oraganisme. Semua sel
menghasilkan sejumlah besar enzim yang berbeda-beda dan fungsi sel ditentukan
oleh enzim yang terdapat di dalamnya. Beberapa sel melepaskan enzim yang
berperan di luar sel, sebagai contoh sel-sel di bagian permukaan saluran pencernaan
menghasilkan enzim yang mencerna makanan. Semua enzim yang telah dikenal
berupa protein dan disintesis dalam sel, serupa dengan cara sintesis protein yang lain.
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu di atas dan di bawah
suhu optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Diatas suhu 500C enzim secara bertahap
menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu 1000C semua enzim rusak.
Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya
sangat banyak berkurang. Selain itu enzim juga dipengaruhi oleh pH. Untuk
kebanyakan enzim pH optimal adalah sekitar pH 7 (Netral) dan jika medium menjadi
sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi.
Oleh karena itulah dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui secara praktek,
100
101
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim dan selain itu mengetahui bagaimana
karakteristik yang diperoleh pada tiap-tiap percobaan. Agar dapat mengerti dan
paham bagaimana kondisi optimal untuk kerja enzim, sehingga dilakukan percobaan
ini.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh dari suhu 00C, 270C, 1000C pada aktivitas enzim dalam
percobaan
Mengetahui pengaruh dari pH 6, 7, dan 12 pada aktivitas enzim dalam
percobaan
Mengetahui pengaruh konsentrasi pada pengenceran 10 kali, 50 kali dan 100
kali terhadap aktivitas enzim dalam percobaan
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
Prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kinerja
enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase pada suhu yang berbeda yaitu
00C, 270C, dan 1000C lalu diinkubasi selama 10 menit dan uji dengan Iodium. Kinerja
enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap warna Iod. Pada percobaan
ini pada suhu 00C yang akan merusak suatu enzim yang terdapat didalam amilum
suhu 270C yang merupakan suhu optimum yang bekerja dengan baik dan optimal
pada suatu enzim. Dan pada suhu 1000C yang merupakan suhu tinggi ± 600C akan
mengakibatkan enzim mengalami denaturasi sehingga prinsip didasarkan pada proses
uji dengan larutan I2 bila hasil ditambah larutan tidak berubah warna, tetap warna I2.
1.3.2 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim
Prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kinerja
enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase serta buffer pH spesifik pH 6,
102
7, dan 12 lalu diinkubasi dan diuji dengan Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai
dengan warna larutan yang tetap warna Iod. Pada umumnya pH pada enzim
berkisaran antara 6-8 kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH
optimumnya. Selain pada pH optimumnya, maka akan mengakibatkan enzim
terdenaturasi. Prinsipnya didasarkan pada pencampuran larutan enzim dengan larutan
buffer pH spesifik.
1.3.3 Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivitas Enzim
Prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim
terhadap kinerja enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase dengan
konsentrasi berbeda diencerkan 10 kali, 50 kali, dan 100 kali lalu diinkubasi dan diuji
dengan Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap
warna Iod. Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi pada
enzim. Dimana prinsip percobaan ini didasarkan pada proses pengenceran dengan
aquadest, dengan pengenceran 10 kali, 50 kali dan 100 kali dengan mencampurkan
larutan induk yang beberapa amilase dengan amilum yang diinkubasi pada suhu
ruang dan ditambah I2.
103
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim dikenal pertama kali sebagai protein yang berhasil mengisolasi uerase.
Uerase adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa
tahun kemudian Northtrop dapat mengisolasi pepsin, dan tripsin. Dan makin banyak
didapat enzim yang dapat diisolasi dapat dibuktikan enzim adalah protein.
Pengetahuan tentang enzim berkembang dengan pesat dari hasil penelitian ahli
biokimia bahwa kebanyakan enzim mempunyai gugus bukan protein, tetapi termasuk
golongan protein majemuk. Enzim seperti ini terdiri atas protein dan suatu gugus
bukan protein. Sebagai contoh enzim katalase terdiri atas protein dan Feriotofirin.
Ada juga enzim yang terdiri atas protein dan logam. Misalnya askorbat oksidase
protein yang mengikat tembaga (Poedjiadi,1994).
Gugus bukan protein ini yang dinamakan kofaktor ada yang terikat kuat pada
protein, ada juga yang tidak begitu kuat ikatannya. Gugus yang terikat kuat pada
bagian protein artinya yang sukar terurai dalam larutan disebut gugus prostetik,
sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya. Jadi mudah dipisahkan dapat disebut
koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim yang
memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat yaitu zat-zat yang diubah atau
direaksikan oleh enzim (Poedjiadi, 1994).
Dalam tubuh manusia terjadi bermacam-macam proses biokimia dan tiap
proses menggunakan katalis enzim tertentu. Untuk membedakan maka setiap enzim
diberi nama. Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya
dengan penambahan “ase” belakangnya. Substrat adalah senyawa yang bereaksi
dengan bantuan enzim. Contoh enzim yang menguraikan urea dinamakan urease.
Kelompok enzim yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut fungsinya
sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis. Karena itu disamping nama trival (biasa) maka
ditetapkan pula tata nama yang sistematik, disesuaikan dengan pembagian atau
103
104
penggolongan enzim yang didasarkan pada fungsinya.
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substratnya. Kekhasan inilah
ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat
bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea
sebagai substratnya namun enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu.
Misalnya enzim esterase dapat menghidrolisis beberapa ester asam lemak, tetapi tidak
dapat menghidrolisis beberapa substrat lain yang bukan ester (Poedjiadi, 1994).
Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi. Suatu asam amino
tertentu sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi dengan berbagai enzim.
Contohnya enzim oksidase yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi oksidasi asam
amino. Untuk reaksi lain dekarboksilase bekerja sebagai katalis. Sedangkan
transaminase dapat pula bekerja terhadap asam amino untuk memindahkan gugus-
NH2 kepada senyawa lain. Jadi walaupun ketiga reaksi tersebut mungkin berjalan,
namun tiap enzim hanya bekerja pada satu reaksi. Enzim dekarboksilase dan
transaminase mempunyai koenzim yang sama yaitu, piridoksalfosfat. Jadi kekhasan
reaksi bukan disebabkan oleh koenzim tetapi apoenzim (Hawab, 2004).
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011
kali lebih cepat dari pada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim
dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat
kekhasan yang tinggi seperti juga katalis lainnya. Maka enzim dapat menurunkan
energi aktivitasi suatu reaksi kimia.reaksi kimia ada yang membutuhkan energi
(reaksi endergenik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau mengeluarkan energi
(eksergenik) (Hawab, 2004).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing
enzim diberi nama menurut nama substratnya misalnya urease. Arginase dan lain-
lainnya. Oleh Commision on Enzymer of the Internasional Union of Biochemestry.
Enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi
105
kimia dimana enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah:
1. Oksidoreduktase
2. Transferase
3. Hidrolase
4. Liase
5. Isomerase
6. Ligase
Untuk memperoleh gambaran tentang penggolongan ini secara lebih jelas.
Berikut ini secara lebih jelas, berikut ini akan dibahas masing-masing golongan
dengan memberikan beberapa contoh :
1. Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian
yaitu, dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi
dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dan suatu senyawa (donor).
Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor). Reaksi pembentukan
aldehida dari alkohol adalah contoh reaksi dehidrogenase. Enzim yang bekerja pada
reaksi ini ialah alkohol dehidrogenase. Disini alkohol adalah donor hidrogen.
Sedangkan senyawa yang menerima hidrogen adalah suatu koenzim nikotina
dehindinukleotida.
2. Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan
suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang
termasuk golongan ini, ialah metiltransferase, hidroksimetri, transferase atau
transaminase. Enzim metiltransferase bekerja pada reaksi pembentukan kreatin dari
asam guanidino asetat.
3. Hidrolase
106
Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah ikatan
peptida. Beberapa enzim sebagai contoh ialah esterase, lipase, fosfatase, amilase,
amino peptidase, pepsin, dan tripsin ialah enzim yang memecah ikatan ester dengan
cara hidrolisis. Esterase ialah enzim yang terdapat dalam hati dapat memecah ester
sederhana, misalnya etil butirat menjadi etanol dan asam butirat (Victor,1987).
Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein
dengan cara hidrolisis disebut enzim proeolitik atau protease, oleh karena yang
dipecah adalah ikatan pada rantai peptida, maka enzim tersebut dinamakan juga
peptidase. Ada dua macam peptidase, yaitu endopeptidase dan eksopeptidase. Dimana
endopeptidase memecah protein pada tempat-tempat tertentu dalam molekul protein
dan biasanya tidak mempengaruhi gugus yang terletak diujung molekul.
4. Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi
pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
Contoh enzim golongan ini antara lain di dekarboksilase, aldose, dan hidralase.
Piruvat dekarboksilase adalah enzim yang bekerja pada reaksi dekarboksilase asam
piruvat dan menghasilkan aldehida.
5. Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler,
misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa. Perubahan senyawa L menjadi
senyawa D. Senyawa cis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contohnya:
Tibulosafasfat epimerase.
Adapun juga faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain :
107
Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu. Kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi.
Suhu
Katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia
berlangsung lambat sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung
cepat.
Pengaruh pH
Berpengaruh pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan
terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim
(Poedjiadi,1994).
Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun
1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari “Kara Pedang” (Jack Bean). Urease
adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun
kemudian Northrop dan Kunit 2 dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin.
Selanjutnya makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan
bahwa enzim tersebut ialah suatu protein (Anna,1994).
Enzim merupakan katalis yang lebih efisien dari pada kebanyakan katalis
laboratorium atau industri (seperti pada dalam suatu reaksi hidrogenasi). Reaksi
biologis dalam tubuh manusia berlangsung pada 370C dan dalam medium berair.
Temperatur tinggi atau reagensia yang dapat reaktif (seperti NaOH atau LIAI) tidak
tersedia bagi suatu organisme. Enzim juga memungkinkan suatu selektivitas pereaksi-
pereaksi dan suatu pengendalian laju reaksi yang tidak dimungkinkan oleh kelas
katalis lain (Fessenden, Ralph J,1992).
108
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat -alat
Beaker glass
Pipet tetes
Penjepit tabung
Gelas ukur
Corong kaca
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Stopwatch
Hot plate
Wadah es batu
3.1.2 Bahan- bahan
Enzim amilase (air liur)
Larutan amilum
Larutan Iodium
Larutan buffer pH = 6
Larutan buffer pH = 7
Larutan buffer pH = 12
Es batu
Garam
Aquadest
Tissue
Botol semprot
108
109
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pengaruh Suhu
3.2.1.1 Pada suhu 00C
Dimasukkan 1 mL amilase
Diencerkan 10x (larutan induk)
Diambil 1 mL
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 0oC
Ditambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 0oC
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
3.2.1.2 Pada suhu 270C
Dimasukkan 1 mL amilase
Diencerkan 10x (larutan induk)
Diambil 1 mL
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 27oC
Ditambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 27oC
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
3.2.1.3 Pada suhu 1000C
Dimasukkan 1 mL amilase
Diencerkan 10x (larutan induk)
Diambil 1 mL
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 100oC
Ditambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 100oC
Ditambah 3 tetes I2
110
Diamati
3.2.2 Pengaruh pH
3.2.2.1 Pada pH 6
Dimasukkan 1 mL larutan induk
Ditambah buffer pH 6 10 tetes
Ditambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
3.2.2.2 Pada pH 7
Dimasukkan 1 mL larutan induk
Ditambah buffer pH 7 10 tetes
Ditambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
3.2.2.3 Pada pH 12
Dimasukkan 1 mL larutan induk
Ditambah buffer pH 12 10 tetes
Ditambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
3.2.3 Pengaruh Kadar Enzim
3.2.3.1 Pengenceran 10X
Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)
Diencerkan hingga 10 mL aquadest, diambil 1 mL
Ditambah 10 tetes amilum
111
Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
3.2.3.2 Pengenceran 50X
Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)
Diencerkan hingga 50 mL aquadest, diambil 1 mL
Ditambah 10 tetes amilum
Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
3.2.3.3 Pengenceran 100X
Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)
Diencerkan hingga 100 mL aquadest, diambil 1 mL
Ditambah 10 tetes amilum
Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
3.3 Flowsheet
3.3.1 Pengaruh Suhu
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 00CDitambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 00CDitambah 3 tetes I2
Diamati
1 mL amilase
Larutan bening
Larutan bening
Diencerkan 10X (larutan induk)Diambil 1 mL
Larutan coklat tua
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 270CDitambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 270CDitambah 3 tetes I2
Diamati
1 mL amilase
Larutan bening
Larutan bening
Diencerkan 10X (larutan induk)Diambil 1 mL
Larutan coklat
112
3.3.1.1 Pada Suhu 00C
3.3.1.2 Pada suhu 270C
3.3.1.3 Pada
Suhu 1000C
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 1000CDitambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 1000CDitambah 3 tetes I2
Diamati
1 mL amilase
Larutan bening
Larutan bening
Diencerkan 10X (larutan induk)Diambil 1 mL
Larutan hitam
Ditambahkan buffer pH 6 10 tetesDitambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruangDitambah 3 tetes I2
Diamati
Larutan coklat muda
1 mL larutan induk
Larutan bening
113
3.3.2 Pengaruh pH3.3.2.1 Pada pH 6
3.3.2.2 Pada pH 7
Ditambahkan buffer pH 7 10 tetesDitambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruangDitambah 3 tetes I2
Diamati
Larutan coklat
1 mL larutan induk
Larutan bening
Ditambahkan buffer pH 12 10 tetesDitambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruangDitambah 3 tetes I2
Diamati
Larutan hitam
1 mL larutan induk
Larutan bening
114
3.3.2.3 Pada pH 12
3.3.3 Pengaruh Kadar Enzim
Diencerkan 10 kali
Larutan bening
Larutan induk (yang tersisa)
1 mL larutan
Ditambah 10 tetes amilum
Larutan coklat
Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menitDitambah 3 tetes I2
Diamati
Diencerkan 50 kali
Larutan bening
Larutan induk (yang tersisa)
1 mL larutan
Ditambah 10 tetes amilum
Larutan coklat tua
Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menitDitambah 3 tetes I2
Diamati
115
3.3.3.1 Pengaruh 10 kali
3.3.3.2 Pengenceran 50 kali
3.3.3.3 Pengenceran 100 kali
Diencerkan 100 kali
Larutan bening
Larutan induk (yang tersisa)
1 mL larutan
Ditambah 10 tetes amilum
Larutan Hitam
Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menitDitambah 3 tetes I2
Diamati
116
BAB 4
117
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Perlakuan Pengamatan
4.1.1 Pengaruh Suhu
4.1.1.1 Pada Suhu 00C
Dimasukkan 1 mL amilase
Diencerkan 10X (larutan induk)
Diambil 1 mL
Diinkubasi selama 10 menit pada
00C
Ditambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit pada
suhu 00C
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan coklat tua
4.1.1.2 Pada Suhu 270C
Dimasukkan 1 mL amilase
Diencerkan 10X (larutan induk)
Diambil 1 mL
Diinkubasi selama 10 menit
pada 270C
Ditambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit
pada suhu 270C
Ditambah 3 tetes I2
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan coklat 117
118
Diamati
4.1.1.3 Pada Suhu 1000C
Dimasukkan 1 mL amilase
Diencerkan 10X (larutan induk)
Diambil 1 mL
Diinkubasi selama 10 menit
pada 1000C
Ditambah amilum 10 tetes
Diinkubasi selama 10 menit
pada suhu 1000C
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan hitam
4.1.2 Pengaruh pH
4.1.2.1 Pada pH 6
Dimasukkan 1 mL larutan induk
Ditambah buffer pH 6 10 tetes
Ditambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit pada
suhu ruang
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan coklat muda
4.1.2.2 Pada pH 7
Dimasukkan 1 mL larutan induk
Ditambah buffer pH 7 10 tetes
Ditambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit
pada suhu ruang
Ditambah 3 tetes I2
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
119
Diamati Larutan coklat
4.1.2.3 Pada pH 12
Dimasukkan 1 mL larutan induk
Ditambah buffer pH 12 10 tetes
Ditambah 10 tetes amilum
Diinkubasi selama 5 menit pada
suhu ruang
Ditambah 3 tetes I2
Diamati
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan hitam
4.1.3 Pengaruh kadar enzim
4.1.3.1 Pengenceran 10 kali
Dimasukkan larutan induk (yang
tersisa)
Diencerkan hingga 10 mL
aquadest diambil 1 mL
Ditambahkan 10 tetes amilum
Diinkubasi pada suhu ruang
selama 5 menit
Ditambahkan 3 tetes I2
Diamati
Larutan bening
Larutan bening
Larutan coklat
4.1.3.2 Pengenceran 50 kali
Dimasukkan larutan induk (yang
tersisa)
Diencerkan hingga 50 mL
aquadest diambil 1 mL
Ditambahkan 10 tetes amilum
Diinkubasi pada suhu ruang
selama 5 menit
Larutan bening
Larutan bening
120
Ditambahkan 3 tetes I2
Diamati Larutan coklat tua
4.1.3.3 Pengenceran 50 kali
Dimasukkan larutan induk (yang
tersisa)
Diencerkan hingga 50 mL
aquadest diambil 1 mL
Ditambahkan 10 tetes amilum
Diinkubasi pada suhu ruang
selama 5 menit
Ditambahkan 3 tetes I2
Diamati
Larutan bening
Larutan bening
Larutan hitam
4.3 Reaksi
Reaksi amilum + I2
121
Reaksi Hidrolisis Amillum
4.4 Pembahasan
122
Pada percobaan pertama pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, dimana
prinsip dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kinerja
enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase pada suhu yang berbeda yaitu
pada suhu 00C, 270C, dan 1000C lalu diinkubasi selama 10 menit dan uji dengan
Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap Iod.
Pertama-tama diambil enzim amilase diencerkan 10x (larutan induk) kemudian
diambil 1 mL kedalam 3 tabung reaksi, kemudian diinkubasi selama 10 menit pada
masing-masing suhu yaitu pada suhu 00C, 270C, dan 1000C. Kemudian masing-
masing tabung reaksi ditambahkan 10 tetes amilum, larutan tetap berwarna bening.
Fungsi inkubasi yaitu untuk menyesuaikan enzim dengan suhu didalam tubuh.
Kemudian diinkubasi lagi selama 10 menit pada masing-masing suhu yaitu pada suhu
00C, 270C, dan 1000C. Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan I2 pada masing-masing
tabung reaksi, didapatkan hasil pada suhu 00C larutan berwarna coklat tua enzim
amilase menghidrolisis amilum menjadi monosakarida sehingga I2 tidak dapat
mengidentifikasi amilum, jadi dapat diketahui dalam larutan tersebut enzim bekerja
dengan baik. Pada suhu 270C (suhu ruang) didapatkan hasil larutan coklat. Ini
menandakan enzim bekerja secara optimum pada suhu ruang. Pada suhu 1000C
didapat hasil larutan hitam, ini menandakan pada suhu 1000C enzim tidak bekerja
secara optimum, karena pada suhu 1000C enzim tidak dapat bereaksi atau berikatan
dengan amilum. Amilum berikatan dengan I2 sehingga meghasilkan warna hitam,
karena panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi
kinetik dan menyebabkan molekul penyusun enzim yang berupa protein bergerak
atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Oleh
karena itulah, pada suhu tinggi enzim terdenaturasi.
Pada percobaan kedua pengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana prinsip
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap buffer pH spesifik
6,7 dan 12 lalu diinkubasi dan diuji dengan Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai
123
dengan warna larutan yang tetap warna Iod. Pertama-tama dimasukkan 1 mL larutan
induk pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan larutan buffer pada masing-
masing tabung reaksi tersebut yaitu pH 6, 7, dan 12. Larutan berwarna bening
kemudian ditambahkan 10 tetes amilum dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu
ruang. Fungsi inkubasi yaitu menyesuaikan enzim dengan suhu dalam tubuh.
Kemudian ditambahkan 3 tetes I2 kedalam masing-msing tabung reaksi.dan diamati
dari hasil pengamatan didapat yaitu pada pH=6 larutan berwarna coklat muda sesuai
warna I2 awal yang menandakan I2 tidak bereaksi disebabkan amilum telah sedikit
dihidrolisis oleh enzim amilase. Pada pH 7 larutan berwarna coklat ini menandakan
enzim bekerja pada pH netral karena sesuai warna I2 awal yang menandakan I2 tidak
bereaksi disebabkan amilum telah dihidrolisis oleh enzim amilase sedangkan pada
pH=12 didapatkan larutan hitam yang terbentuk dari reaksi antara I2 dan amilum.
Amilum yang seharusnya dihidrolisis oleh enzim amilase namun tidak karena enzim
amilase tidak bekerja pada pH optimumnya yaitu ± pH= 7.
Pada percobaan ketiga pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim,
dimana prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim
terhadap kinerja enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase dengan
konsentrasi berbeda diencerkan10x, 50x dan 100x lalu diinkubasi dan diuji dengan
iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap warna Iod.
Pertama-tama diambil 1 mL larutan induk, diencerkan 10 kali dengan aquadest dan
ditambahkan 10 tetes amilum. Penambahan amilum, amilum yaitu sebagai substrat
enzim amilase yang akan dihidrolisis. Prosedur selanjutnya yaitu diinkubasi larutan
pada suhu ruang selama 5 menit dan dilakukan pengujian dengan penambahan 3 tetes
I2 untuk mengetahui apakah enzim amilase menghidrolisis amilum atau tidak.
Prosedur selanjutnya yaitu dilakukan pengamatan dan didapat hasil larutan berwarna
coklat mendekati warna I2 yang menandakan enzim amilase menghidrolisis hanya
sebagian amilum dikarenakan kadar enzim yang berkurang dari pengenceran 10 kali
dari larutan induk. Prosedur terakhir yang dilakukan perlakuan yang sama untuk
124
pengenceran 50 kali dan 100 kali. Larutan induk enzim amilase dan didapat hasil
pengamatan pada pengenceran 50 kali menghasilkan larutan sedikit berwarna coklat
tua, warna larutan ini hasil reaksi amilum dihidrolisis oleh enzim amilase yang
kadarnya hanya sedikit karena pengenceran 50 kali dan sebagian amilum bereaksi
dengan I2, sedangkan pada pengenceran 100 kali larutan induk enzim amilase
menghasilkan larutan berwarna hitam yang terbentuk dari reaksi antara I2 dan
amilum. Amilum yang seharusnya dihidrolisis oleh enzim amilase namun tidak
bereaksi karena semakin besar kadar enzim maka kecepatan reaksi semakin besar.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja enzim antara lain :
Efek temperatur
Dalam batas-batas temperatur tertentu, kecepatan reaksi yang dikatakan lisis
enzim naik bila temperatur naik. Kenaikan kecepatan dibawah temperatur optimal
disebabkan oleh kenaikan energi kinetika molekul-molekul yang bereaksi. Akan
tetapi bila temperatur tetap dinaikkan terus energi kinetika molekul-molekul enzim
menjadi demikian besar sehingga melampaui penghalang energi untuk memecahkan
ikatan-ikatan sekunder yang mempertahankan enzim dalam keadaan aslinya atau
keadaan katalitik aktif. Akibatnya struktur sekunder dan tersier hilang disertai
hilangmya aktivitas katalitik.
Efek pH
Pada nilai pH yang sangat tinggi atau rendah enzim terdenaturasi. Pada pH
rendah enzim akan kehilangan muatan negatifnya dan cenderung bermuatan positif,
akibat muatan yang sama gaya tolak intramolekul enzim akan tinggi sehingga
merusak struktur sekunder dan tersiernya. Sedangkan pada pH tinggi enzim akan
kehilangan muatan positifnya dan cenderung bermuatan negatif.
Konsentrasi enzim
Kecepatan reaksi yang dikatalis enzim akan berbanding langsung dengan jumlah
enzim yang ada, jadi semakin banyak jumlah enzim semakin cepat pula reaksi yang
dilakukannya.
125
Konsentrasi substrat
Kecepatan reaksi yang dikatalis enzim meningkat sesaat konsentrasi substrat
ditingkatkan sampai pada suatu titik dimana enzim dikatakan “jenuh” dengan
substrat. Kecepatan awal yang diukur mencapai nilai maksimal dan tidak dipengaruhi
oleh peningkatan substrat berikutnya, karena substrat beberapa dalam kelebihan
molar yang besar diatas enzim.
126
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pengaruh suhu 00C, larutan berwarna coklat tua enzim amilase sedikit
menghidrolisis amilum menjadi monosakarida sehingga I2 tidak dapat
mengidentifikasi amilum, karena enzim tidak bekerja pada suhu rendah. Pada suhu
270C larutan berwarna coklat ini menandakan enzim bekerja secara optimum pada
suhu ruang. Enzim amilase menghidrolisis amilum sehingga I2 tidak dapat
mengidentifikasi amilum. Pada suhu 1000C didapatkan hasil larutan berwarna hitam,
karena pada suhu 1000C enzim tidak dapat bereaksi atau berikatan dengan amilum.
Amilum berikatan dengan I2, karena pada suhu tinggi protein pada enzim dapat
terdenaturasi.
Dari percobaan pengaruh pH pada aktivitas enzim didapatkan hasil dimana pada pH
larutan berwarna coklat muda sesuai warna I2 awal yang menandakan I2 tidak
bereaksi disebabkan amilum sedikit dihidrolisis oleh enzim amilase, pada pH 7
larutan berwarna coklat ini menandakan enzim bekerja secara optimum pada pH
netral karena sesuai warna I2 awal yang menandakan I2 tidak bereaksi disebabkan
amilum telah dihidrolisis oleh enzim amilase, pada pH 12 larutan berwarna hitam
yang terbentuk dari reaksi antara I2 dan amilum, amilum yang seharusnya dihidrolisis
oleh enzim amilase namun tidak bekerja pada pH optimumnya.
Dari percobaan pengaruh konsentrasi pada aktivitas enzim didapatkan hasil dimana
pada pengenceran 10 kali larutan berwarna coklat mendekati warna dari I2 yang
menandakan enzim amilase menghidrolisis sebagian amilum dikarenakan kadar
enzim yang berkurang dari pengenceran 10 kali dari larutan induk. Pada 50 kali
pengenceran larutan berwarna coklat tua karena amilum sedikit dihidrolisis oleh
enzim amilase yang kadarnya hanya sedikit karena pengenceran 50 kali dan sebagian
amilum bereaksi dengan I2. Pada pengenceran 100 kali larutan berwarna hitam yang
126
127
terbentuk dari reaksi I2 dan amilum. Amilum yang seharusnya dihidrolisis oleh enzim
amilase namun tidak bereaksi karena semakin besar kadar enzim maka kecepatan
reaksi semakin besar.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pula percobaan pengaruh konsentrasi substrat terhadap
aktivitas enzim sehingga dibandingkan dengan pengaruh konsentrasi enzim.
128
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hawad, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Malang: Bayu Media.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Roedwell, Victor. W. et-al. 1987. Harper’S Review of Biochemistry. Jakarta: EED.
top related