4. analisis data 4.1. gambaran umum objek penelitian...tayangan sport akan meliput pertandingan yang...
Post on 17-Nov-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
39
Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Tanggal 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB, merupakan saat bersejarah
karena untuk pertama kalinya tvOne mengudara. Peresmian dilakukan oleh
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, tvOne menjadi stasiun
tv pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan dari
Istana Presiden Republik Indonesia. tvOne secara progresif memberikan inspirasi
kepada masyarakat Indonesia berusia 15 tahun ke atas untuk berpikir maju dan
melakukan perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar melalui program
informasi, olahraga dan hiburan (information, sports & entertainment). Logo
tvOne (Gambar 4.1.) didominasi dengan warna merah dan putih. Warna Merah
dan Putih tersebut melambangkan Indonesia. Di logo tvOne terdapat lingkaran
dengan angka 1 di dalamnya yang merupakan simbol persatuan. Sedangkan
penggunaan kalimat berbahasa Inggris, One, menunjukkan kesiapan tvOne dalam
kancah pertelevisian global. Mudah dipahami oleh mitra kerja tvOne yang berada
di luar negeri serta mencerminkan optimisme kebangsaan, sebagai bangsa
Indonesia yang ingin maju.
tvOne akan menyajikan program yang mengandalkan Informations,
Sports dan Selected entertainment. Keseriusan tvOne dalam menerapkan strategi
tersebut dibuktikan dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam hal
pemberitaan dan penyajian program. Sebagai pendatang baru dalam dunia News,
tvOne telah mempersiapkan bentuk berita baru yang belum pernah ada
sebelumnya, seperti Apa Kabar Indonesia yang telah tayang perdana pada Hari
Senin 11 Februari 2008. Apa Kabar Indonesia adalah program informasi dalam
bentuk diskusi ringan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan
Gambar 4.1. Logo tvOne
40
Universitas Kristen Petra
masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar tvOne.
Program berita hardnews tvOne dikemas dengan judul : Kabar Pagi, Kabar Siang,
Kabar Petang dan Kabar Malam. Kabar Petang menampilkan bentuk pemberitaan
yang belum pernah ditampilkan oleh stasiun televisi lainnya, yaitu menghadirkan
secara langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah
(Medan, Surabaya, Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang antar
semua Biro. Kabar Petang disiarkan setiap hari dari jam 17.30 – 19.30 WIB.
Kabar Petang menyajikan paket-paket berita mengenai kejadian-kejadian yang
sedang terjadi di Indonesia maupun dunia serta melengkapinya dengan
perbincangan bersama nara sumber-nara sumber yang berkaitan. Kabar Malam
bekerjasama dengan seluruh media nusantara untuk menghasilkan editorial yang
lengkap, kredibel dan dinamis.
tvOne memproduksi pula program-program current affairs yang
eksklusif seperti Telusur, Kerah Putih, Menyingkap Tabir, Mata Kamera.
Program-program documentary tvOne mengandung unsur petualangan dan
edutainment dengan judul program : Nuansa Seribu Pulau, Sahabat Satwa, Panji
Sang Penakluk dan Khatulistiwa. Untuk sajian reality show, dihadirkan Adrenalin,
Aneh tapi Ada dan 1001 Isi Dunia. Sedangkan program life style wanita tersaji
dalam kemasan, Dunia Belanja, Gaya , Home Living dan Mr Renov.
Tayangan Sport akan meliput pertandingan yang disiarkan langsung
mulai Kompetisi Sepakbola Nasional (Copa Indonesia), Sepak Bola Eropa (Liga
Inggris dan Liga Belanda), Kompetisi Bola Basket Nasiional (IBL), Bola Volly
Nasional (Pro Liga). tvOne akan serius dalam mengembangkan program acara
yang berbeda dengan program stasiun televisi lain, dengan menayangkan
Entertainment pilihan yang mampu memberikan inspirasi bagi para pemirsa untuk
maju dan berpikiran selalu positif, tanpa unsur membodohi.
Pada awal Tahun ini tvOne memiliki 26 stasiun pemancar dan pada akhir
tahun akan menjadi 37 stasiun pemancar di berbagai daerah dengan jumlah
potensi pemirsa 162 juta pemirsa.
Mengenai ideologi tvOne, memang tidak tertulis dalam profil tvOne yang
ditampilkan di website tvOne. Tetapi berdasarkan pengalaman peneliti yang
pernah melakukan Praktik Kerja Nyata di tvOne, ideologi yang tampak dari tvOne
41
Universitas Kristen Petra
adalah ideologi kekuasaan. Dalam setiap menurunkan berita, para pekerja berita
baik dari repoter di lapangan ataupun produser sudah memiliki batasan-batasan
atau norma tersendiri atas konten dari suatu berita. Mereka tampak sudah
mengerti berita-berita mana yang tidak akan ditayangkan dan juga kemasan berita
seperti apa yang akan diturunkan. Tentunya kemasan berita yang ditayangkan
tidak merugikan atau mencemarkan nama baik dari pemilik tvOne. Contohnya,
pendana terbesar tvOne adalah Aburizal Bakrie, sehingga berita mengenai pihak-
pihak yang kontra dengan dirinya akan disoroti untuk menunjukkan kesalahan
dari pihak tersebut. Lalu berita mengenai kasus-kasus yang terkait dengan
Aburizal Bakrie tidak diturunkan. Apabila memang pemberitaan tersebut
diturunkan, konten dari pemberitaan tersebut berisi pembelaan terhadap Aburizal
Bakrie.
4.1.1. Visi tvOne
tvOne secara korporasi mempunyai visi untuk mencerdaskan semua
lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa.
4.1.2. Misi tvOne
Menjadi stasiun televisi Berita & Olahraga nomor satu. Menayangkan
program News & Sport yang secara progresif mendidik pemirsa untuk berpikiran
maju, positif dan cerdas. Memilih program News & Sport yang informatif dan
inovatif dalam penyajian dan kemasan.
4.2. Kasus bailout Bank Century
Akar permasalahan dari kasus bailout Bank Century adalah
penyelamatan Bank Century yang diputuskan sebagai bank gagal yang berdampak
sistemik. Pada 20 November 2008, Bank Indonesia mengirim surat kepada
Menteri Keuangan yang menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang
berdampak sistemik dan mengusulkan langkah penyelamatan oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS). Setelah itu, suntikan dana secara berkala kepada Bank
Century terus berlanjut hingga 21 Juli 2009. Pengucuran dana sejumlah 6,7 triliun
rupiah kepada Bank Century sebagai tindakan penyelamatan inilah yang
42
Universitas Kristen Petra
dipermasalahkan karena sebelumnya diketahui bahwa dana yang diberikan
seharusnya sebesar 624 miliar rupiah. Parlemen mulai menggugat karena dana
suntikan kepada Bank Century ini terlalu besar. Perkembangan kasus ini terus
berlanjut kepada penggelapan dana yang dilakukan oleh Robert Tantular selaku
pemilik Bank Century (Kumaini, 2010).
Sri Mulyani merupakan Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan
(KSSK) yang menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang perlu
diselamatkan. Keputusan tersebut diambil secara mufakat pada rapat KSSK pada
tanggal 21 November 2010 (“Sri Mulyani”, 13 Januari 2010). Boediono menjabat
sebagai Gubernur Indonesia sejak 17 Mei 2008 – 16 Mei 2009. Dan ia menyetujui
langkah penyelamatan Bank Century. Boediono yang pada saat itu menjabat
selaku Gubernur Bank Indonesia (BI) berperan memerintahkan pencarian Faktur
Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan juga ada indikasi Sri Mulyani tidak
menyampaikan informasi sedikit pun tentang proses penyelamatan Bank Century.
Juga disinyalir ada manipulasi informasi dari Sri Mulyani yang juga Menteri
Keuangan kepada Wakil Presiden selaku „acting’ Presiden RI pada waktu itu
(“Golkar buka”, Februari 2010). Oleh karena itu, Sri Mulyani dan Boediono
disebut-sebut sebagai pihak yang dianggap paling bertanggung-jawab di samping
pihak-pihak lain seperti pemilik dan manajemen Bank Century.
Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan pembentukan Panitia Khusus
(Pansus) angket Century pada tanggal 04 Desember 2009. Pansus bertugas untuk
melakukan penyelidikan atas adanya dugaan kerugian negara Rp. 6,7 triliun akibat
bailout Bank Century. Pembuktian dugaan adanya pelanggaran perundang-
undangan dalam kasus bailout Bank Century, perumusan kebijakan tepat untuk
menuntaskan tindak lanjut investigasi atas kasus tersebut, pengungkapan sejumlah
penggaran, dan pengambilan kesimpulan serta rekomendasi ke paripurna DPR
(Maeswara, 2010). Pada tanggal 3-4 Maret 2010 diadakan rapat paripurna DPR
terkait kasus bailout Bank Century dan diputuskan opsi C sebagai jalan keluar
penyelesaian kasus bailout Bank Century. Pansus merekomendasikan agar semua
pihak yang diduga bertanggung-jawab termasuk Sri Mulyani dan Boediono
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. dalam hal ini yang dimaksudkan
aparat penegak hukum adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan
43
Universitas Kristen Petra
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu, untuk menghindari lemahnya
pengawasan kasus Bank Century pasca Sidang Paripurna Bank Century, Pansus
Bank Century akan membentuk tim pengawas rekomendasi (“Metro Highlights”,
April 2010).
4.3. Analisis dan Interpretasi Data
Dalam analisis pada sub-bab ini, peneliti menggunakan konsep framing
yang dikemukakan oleh William A. Gamson yang menekankan bahwa pada
konsep ini terdapat sebuah pusat organisasi atau ide yang membuat peristiwa
menjadi relevan dan menekankan suatu isu. Gamson melihat wacana media
(khususnya berita) terdiri atas sejumlah kemasan (package) yang dikonstruksi
atau dibentuk melalui sebuah peristiwa. Kemasan itu sendiri merupakan skema
atau struktur pemahaman yang dipakai seseorang ketika mengkonstruksi pesan-
pesan yang disampaikan dan menafsirkan pesan yang diterima. Jadi, peneliti
mencoba untuk menganalisa kemasan apa yang diberitakan oleh tvOne dan pesan-
pesan apa yang ingin disampaikan kepada publik melalui kemasan tersebut. Dan
keberadaan dari suatu package terlihat dari gagasan sentral yang kemudian
didukung oleh perangkat-perangkat yang ada seperti kata, kalimat, pemakaian
gambar atau grafik tertentu, proposisi, dan sebagainya. Semua elemen dan
struktur berita tersebut mengarah pada ide tertentu dan mendukung ide sentral dari
suatu berita (Eriyanto, 2002). Setelah peneliti membuat lembar coding dari
rekaman pemberitaan di Kabar Petang-tvOne tanggal 29 April 2010 mengenai
penyelidikan Sri Mulyani dan Boediono oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) , peneliti menemukan tiga bingkai yang dilakukan oleh tvOne terhadap Sri
Mulyani.
4.3.1. Sri Mulyani sebagai pihak tunggal.
Bingkai ini terlihat dari elemen-elemen perangkat pembingkai (framing
devices) dan juga perangkat penalaran (reasoning devices). Dalam rekaman
pemberitaan di Kabar Petang-tvOne tanggal 29 April 2010 mengenai penyelidikan
Sri Mulyani dan Boediono oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ada frase
44
Universitas Kristen Petra
yang menarik yang dibacakan oleh pembawa berita. Melalui transkrip rekaman
pemberitaan menyebutkan :
“Sri Mulyani selama ini disebut-sebut yang paling bertanggung
jawab terhadap kebijakan pengucuran dana talangan Bank
Century senilai 6,7 triliun.”
Melalui kalimat pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa yang disebut-
sebut bertanggung jawab hanya Sri Mulyani. Dan juga tidak dijelaskan siapakah
pihak yang menyebut Sri Mulyani sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.
Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tvOne yang menyatakan pernyataan
tersebut. Pernyataan tersebut terlihat menonjolkan Sri Mulyani sebagai pihak yang
paling bertanggung jawab atas kasus bailout Bank Century melalui tindakannya
memberikan kebijakan bailout Bank Century senilai 6,7 triliun rupiah.
Pencantuman kata yang paling seolah menonjolkan Sri Mulyani sebagai
pihak yang memiliki porsi kesalahan terbesar dalam pemutusan kebijakan bailout
Bank Century. Padahal Sri Mulyani yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua
Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) menyatakan mengambil keputusan
untuk memberikan dana talangan kepada Bank Century agar tidak terjadi krisis
global yang akan berdampak sistemik terhadap perekonomian negara Indonesia
sehingga stabilitas keuangan Indonesia tetap terjaga. Dan Sri Mulyani bukanlah
pihak tunggal yang menyatakan kebijakan pengucuran Bank Century sebesar 6,7
triliun rupiah.
Selain Sri Mulyani, ada pejabat publik yang diduga bertanggung jawab
oleh Pansus Bank Century terhadap kasus bailout Bank Century. Wakil presiden,
Boediono, juga diindikasikan bertanggung jawab atas penalangan dana Bank
Century senilai 6,7 triliun rupiah (detiknews, 2010, para.2). Akan tetapi, dapat
dilihat melalui kutipan pernyataan berita di atas bahwa yang disebut-sebut sebagai
pihak yang bertanggung jawab terhadap pengucuran dana talangan Bank Century
hanyalah satu pihak yaitu Sri Mulyani. Boediono sama sekali dihilangkan dan
tidak disebutkan sebagai pihak yang turut bertanggung jawab atas kasus bailout
Bank Century. Jadi, seolah Sri Mulyani adalah pihak yang menyebabkan kasus
bailout Bank Century terjadi sehingga dirinya harus bertanggung jawab. Di hari
45
Universitas Kristen Petra
yang sama yaitu pada tanggal 29 April 2010, Metro TV melalui package yang
disajikan dalam program Metro Highlight juga menampilkan berita mengenai
penyelidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Akan tetapi dalam teks
berita program tersebut menyebutkan bahwa “demi melanjutkan putusan hukum
yang dibuat DPR tiga bulan silam yakni memeriksa wakil presiden, Boediono,
dan Menteri keuangan ,Sri Mulyani Indrawati, terkait kebijakan 6,7 triliun rupiah
uang negara. Keduanya dituding paling bertanggung jawab atas Bailout Century
(MetroTV, 2010).”
Selain Metro TV, stasiun televisi SCTV melalui program Liputan 6
Petang juga menyajikan package berita mengenai penyelidikan Sri Mulyani dan
Boediono. Akan tetapi, dalam teks pemberitaan tersebut dikatakan bahwa “Sesuai
dengan hasil rekomendasi rapat paripurna DPR telah menyebutkan bahwa
keduanya merupakan penanggung jawab utama skandal Bank Century”. Selain
teks berita tersebut, pembawa berita juga menyebutkan “Keduanya dinilai paling
bertanggung jawab terhadap kebijakan penyelematan Bank Century (SCTV,
2010)”. Melalui teks berita dari kedua televisi yaitu Metro TV dan SCTV, dapat
dilihat bahwa yang dinilai bertanggung jawab dalam kasus bailout Bank Century
adalah Sri Mulyani dan Boediono. Tidak mengarah pada satu pihak saja sesuai
dengan keputusan pansus Bank Century. Berbeda dengan tvOne yang hanya
menyebutkan satu pihak yaitu Sri Mulyani sebagai pihak yang paling bertanggung
jawab atas kasus bailout Bank Century senilai 6,7 triliun rupiah.
Di samping itu, sebelum Sri Mulyani memutuskan kebijakan tersebut, ia
juga menempuh proses pengajuan kebijakan kepada pihak-pihak terkait seperti
Bank Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pada bulan November
2008, Komisi XI DPR dalam rapat paripurna menyatakan persetujuannya bahwa
negara dalam krisis global. Jadi, pada akhir tahun tersebut dapat dikatakan bahwa
DPR sependapat dengan Sri Mulyani dalam pemutusan bahwa negara sedang
mengalami krisis ekonomi global.
Untuk alasan agar krisis ekonomi global di negara Indonesia ini tidak
semakin buruk, maka pada tanggal 21 November 2008, keluar Surat No
01/KK.012008 ditandatangani Komite Koordinasi Menkeu, Gubernur BI, Ketua
Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk penanganan dana talangan
46
Universitas Kristen Petra
kepada Bank Century. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan
bailout Bank Century sah (Kompas, 2010, para.1). Bahkan Boediono saat dimintai
keterangan oleh pansus Century pada tanggal 22 Desember 2009 di Gedung DPR
Jakarta, mengatakan bahwa “yang terpenting pada saat Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK) menetapkan bank Century sebagai bank gagal yang berdampak
sistemik itu sudah disetujui dalam rapat kerja Komisi XI DPR. Bahkan Menkeu
dan Gubernur BI saat itu dianggap telah melakukan tindakan yang tepat”
(depkominfo, 2009, para.6). Sri Mulyani sendiri melalui wawancara eksklusif
dengan Metro TV yang ditayangkan di program Headline News pada tanggal 03
Januari 2010 jam 20.16 WIB mengatakan bahwa sebagai Menteri Keuangan,
Bendahara Keuangan Negara, serta Ketua KSSK, seluruh tindakannya diatur oleh
Undang-Undang. Sri Mulyani juga mengatakan bahwa informasi yang dipakai
KSSK cukup lengkap dan telah memadai sebagai dasar penetapan Bank Century
sebagai bank gagal berdampak sistemik pada tanggal 21-22 November 2008
(Metro TV, 2010).
Jadi, tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Sri Mulyani tersebut
juga didasari oleh Undang-Undang dan berdasarkan persetujuan dari pihak-pihak
yang terkait pada saat itu. Akan tetapi, tvOne seolah memilih untuk
menghilangkan atau tidak menonjolkan fakta yang menunjukkan bahwa tindakan
bailout Bank Century oleh Sri Mulyani ini sudah tepat dan kebijakan yang sudah
diputuskan itu telah disetujui oleh pihak-pihak terkait. Yang lebih ditonjolkan
oleh tvOne adalah Sri Mulyani adalah pihak tunggal yang menyebabkan
terjadinya kasus bailout Bank Century sehingga ia harus bertanggung jawab
dalam menyelesaikan kasus ini.
47
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2. Visual Images yang menunjukkan suasana di gedung
Depkeu saat penyelidikan Sri Mulyani sedang dilaksanakan.
Sumber : Kabar Petang tvOne, 2010
Catchphrases “Sri Mulyani selama ini disebut-sebut yang paling
bertanggung jawab terhadap kebijakan pengucuran dana talangan Bank Century
senilai 6,7 triliun” diiringi dengan elemen visual images suasana di gedung
Departemen Keuangan yang tampak dijaga ketat oleh pihak keamanan. Tampak
terlihat di lantai basement aktivitas para tim keamanan yang berjaga-jaga.
Selain itu, diperlihatkan para pencari berita yang hanya bisa menunggu di
lobi karena tidak bisa meliput penyelidikan. Perpaduan pernyataan dengan visual
images yang ditampilkan oleh tvOne ini menimbulkan efek atau consequences
yang seolah ingin memperlihatkan bahwa Sri Mulyani sebagai pihak terperiksa
sedang disidik oleh KPK. Lalu ia juga mendapatkan pengawalan ketat dari pihak
keamanan yang mengesankan bahwa penyelidikan ini perlu dijaga ketat agar Sri
Mulyani tidak dapat berkutik dari penyelidikan ini. Penyelidikan ini digambarkan
oleh tvOne sangat tertutup dan misterius melalui visual images para pencari berita
yang hanya bisa menunggu di lobby Gedung departemen Keuangan dan tidak
mendapatkan akses untuk naik ke lantai lima Gedung Departemen Keuangan
walaupun hanya untuk mengambil suasana saja.
Pada program Metro Higlights yang ditayangkan oleh Metro TV pada
tanggal 29 April 2010 jam 19.30 WIB, visual images yang ditayangkan lebih
difokuskan pada pihak KPK yang terkesan berpergian ke sana ke mari untuk
mengejar kedua pejabat publik yang hendak diperiksa. Selain itu, juga
ditampilkan visual images para anggota pansus Bank Century seperti Ruhut
Sitompul dan Bambang Susatyo yang menyatakan protes kepada KPK karena
tidak konsisten terhadap penyelidikan Sri Mulyani dan Boediono (Metro TV,
48
Universitas Kristen Petra
2010). Jadi, visual images yang ditampilkan oleh Metro TV lebih difokuskan pada
ketidakmampuan KPK dalam menjalankan tugas penyelidikan. Sedangkan SCTV
melalui program Liputan 6 Petang pada tanggal 29 April 2010, perpaduan visual
images dengan teks berita yang ditampilkan juga lebih kepada penyelidikan KPK
yang terkesan ditutup-tutupi dan sebagai pihak yang bisa berkompromi karena
pihak yang akan diperiksa adalah pejabat publik istimewa (SCTV, 2010). Jadi,
dapat dilihat bahwa SCTV lebih memfokuskan pemberitaannya kepada kinerja
dari KPK yang terkesan tidak tegas.
Catchphrases kedua dalam teks berita yang didapat dalam bingkai Sri
Mulyani sebagai tunggal yang bertanggung jawab terhadap kasus bailout Bank
Century adalah :
“Fokusnya masih pada latar belakang alasan kebijakan
menyatakan kondisi ekonomi sedang krisis global dan keluarnya
perpu JPSK.”
Melalui kalimat di atas, penggunaan kata masih seolah ingin
menyampaikan pesan bahwa Sri Mulyani benar-benar terlibat dan bersalah dalam
menyatakan kondisi ekonomi pada saat itu sedang krisis dan mengeluarkan Perpu
JPSK. Perlu diketahui bahwa ini merupakan penyelidikan pertama KPK terhadap
Sri Mulyani. Tetapi melalui kata masih ini seolah menunjukkan bahwa Sri
Mulyani sebelumnya sudah pernah diperiksa oleh KPK terkait kasus bailout Bank
Century sehingga ini merupakan penyelidikan lanjutan. Kutipan pernyataan di
atas seolah juga menunjukkan bahwa masalah mengenai kebijakan ini sepertinya
tidak kunjung usai hingga saat ini padahal Sri Mulyani dalam menyetujui dan
memutuskan kebijakan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan hukum dan
disetujui oleh pihak-pihak lainnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa tvOne ingin
menunjukkan bahwa Sri Mulyani ini benar-benar membuat suatu kesalahan yang
fatal atas kebijakan bailout Bank Century.
Pada pemberitaan program Metro Highlights-Metro TV dan Liputan 6
Petang-SCTV, dalam teks berita yang ditampilkan juga menjelaskan mengenai
materi penyelidikan KPK terhadap Sri Mulyani dan Boediono. Akan tetapi, kedua
stasiun televisi tersebut menyebutkan bahwa materi penyelidikan terhadap Sri
49
Universitas Kristen Petra
Mulyani dan Boediono adalah seputar kebijakan penalangan dana Bank Century.
Jadi, kedua televisi ini menyampaikan secara general materi penyelidikan, bukan
mengarah pada materi penyelidikan dari satu pihak saja. Sedangkan stasiun
televisi RCTI melalui program Seputar Indonesia, dalam teks beritanya
menyebutkan bahwa materi yang dibicarakan oleh KPK terhadap Sri Mulyani
adalah seputar pemberian FPJP kepada Bank Century. Teks berita yang
disampaikan oleh RCTI hampir sama dengan teks berita yang disampaikan oleh
tvOne. Kedua stasiun televisi ini sama-sama menyampaikan materi penyelidikan
KPK terhadap Sri Mulyani.
Tetapi yang membedakan adalah RCTI tidak menggunakan kata masih.
RCTI hanya menyampaikan kepada khalayak mengenai materi penyelidikan KPK
terhadap Sri Mulyani. Tidak ada penekanan atas penyelidikan KPK terhadap Sri
Mulyani. Melalui perbedaan penyajian pemberitaan antara tvOne, MetroTV,
SCTV, dan RCTI dapat dilihat bagaimana media massa dalam hal ini adalah
media televisi melakukan konstruksi realitas atas isu yang sama tetapi memiliki
penyajian pesan yang berbeda. Seperti yang dikatakan oleh Eriyanto dalam
bukunya yang berjudul Analisis Framing bahwa realitas bersifat subjektif karena
dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Sehingga menurutnya tidak ada
realitas yang objektif karena realitas tercipta melalui konstruksi, salah satu
faktornya adalah sudut pandang tertentu dari wartawan (Eriyanto, 2002, p.19).
Bingkai pertama yang membingkai Sri Mulyani sebagai pihak tunggal
yang bertanggung jawab atas kasus bailout Bank Century, juga ditemukan melalui
elemen exemplaar. Dalam rekaman pemberitaan di Kabar Petang-tvOne tanggal
29 April 2010 mengenai penyelidikan Sri Mulyani dan Boediono oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), exemplaar tampak melalui kedua kalimat berikut:
“Sri Mulyani dimintai keterangan sejak pukul setengah sebelas
hingga pukul setengah satu siang di lantai lima di Gedung
Departemen Keuangan. Sri Mulyani diminta keterangan oleh tiga
penyidik dari KPK, dipimpin direktur penyelidikan, Iswan Elmi.”
“Boediono semula akan dimintai keterangan di Istana Wakil
Presiden, namun kemudian dipindahkan di Wisma Negara.
Boediono terpaksa dimintai keterangan KPK di Wisma Negara
karena pertemuan dengan presiden Susilo Bambang Yudhoyono
50
Universitas Kristen Petra
belum selesai hingga pukul dua siang. Sebelumnya empat
penyidik KPK telah tiba di istana wapres sejak pukul setengah
dua. Mereka menunggu Boediono namun tak kunjung kembali ke
istana wapres, lokasi pun kemudian dipindahkan ke wisma
negara.”
Melalui pernyataan pertama Voice Over (VO) di atas, dapat ditangkap
bahwa Sri Mulyani diperiksa selama dua jam, lalu dikatakan juga bahwa Sri
Mulyani didatangi oleh tiga penyidik dan dipimpin langsung oleh direktur
penyelidikan. Dan pernyataan tersebut diletakkan pada bagian depan (intro)
pemberitaan. Dalam penyajian berita televisi, bagian pembuka berita (intro)
merupakan bagian penting dalam suatu berita. Fungsi utama intro adalah untuk
menjual berita tersebut kepada pemirsa dan menarik perhatian khalayak agar
menyimak berita sampai akhir (Morissan, 2004, p.78). Dan pemberitaan tvOne
terhadap Sri Mulyani sebagai pembuka seolah ingin memfokuskan inti
pemberitaan ke arah penyelidikan KPK terhadap Sri Mulyani saja. Melalui
pernyataan VO tentang Sri mulyani, tvOne seolah ingin menyampaikan kepada
khalayak bahwa penyelidikan ini sangat penting dan serius sehingga dikatakan
oleh pihak tvOne kalau penyelidikan ini dipimpin langsung oleh direktur
penyelidikan.
Dalam kalimat di atas, ada kata penyidik. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, definisi dari penyidik adalah pejabat polisi Republik Indonesia atau
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh
Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. Sedangkan definisi dari penyelidik
adalah orang yang menyelidiki sesuatu; pengusut; pelacak. Sehingga peneliti
menginterpretasikan bahwa melalui pernyataan tersebut, Sri Mulyani seolah
digambarkan oleh tvOne sebagai pihak yang bersalah dalam kasus bailout Bank
Century sehingga dirinya harus didatangi langsung ke Gedung Departemen
Keuangan di mana itu merupakan kantor tempat Sri Mulyani bekerja. Di samping
itu, dijelaskan pula bahwa penyelidikan tersebut langsung dipimpin oleh Direktur
Penyelidikan, Iswan Elmi beserta tiga penyidik. Menurut peneliti, situasi yang
digambarkan oleh tvOne lebih menyudutkan dan merugikan Sri Mulyani karena
penggambaran ini seolah menyampaikan bahwa Sri Mulyani sedang menjalani
penyidikan.
51
Universitas Kristen Petra
Kalimat-kalimat pemberitaan menjelaskan kronologi penyelidikan Sri
Mulyani dari lokasi hingga pihak-pihak yang menyelidiki dirinya. Berbeda
dengan Boediono yang pernyataannya hanya menggambarkan alasan pemindahan
lokasi penyelidikan. Tidak ada penjelasan bahwa pada akhirnya Boediono berhasil
diperiksa oleh KPK. Selain itu, seolah tidak ada masalah mengenai pemindahan
lokasi penyelidikan oleh KPK. Jadi dapat diinterpretasikan bahwa penyelidikan
KPK terhadap Boediono hanyalah penyelidikan biasa guna memperoleh informasi
saja sehingga lokasi dan waktu fleksibel.
Pada program Liputan 6 Petang, disajikan teks berita yang menjelaskan
tentang penyelidikan Sri Mulyani dan Boediono baik dari lokasi maupun waktu
penyelidikan. Akan tetapi yang membedakan dengan tvOne adalah Liputan 6
Petang menyoroti kedatangan dari pihak KPK. Dalam paket berita tersebut
dijelaskan bahwa KPK datang melalui pintu yang tidak biasa diperuntukkan bagi
tamu yang datang ke Gedung Menteri Keuangan. Selain itu, pemberitaan juga
menyoroti tentang ketidakjelasan lokasi pemeriksaan Boediono. Tetapi
selanjutnya dijelaskan bahwa atas kesepakatan tim penyidik KPK bergeser ke
wisma negara menemui Boediono untuk diperiksa. Di sini ada penjelasan bahwa
Boediono akhirnya berhasil ditemui oleh pihak penyidik KPK (SCTV, 2010).
Elemen roots juga ditemukan dalam transkrip pemberitaan ini yang
mendukung bingkai pemberitaan di mana sosok Sri Mulyani dipandang sebagai
pihak tunggal yang bertanggung jawab terhadap kasus bailout Bank Century.
Dalam transkrip terdapat kalimat berikut :
“Sri mulyani selama ini disebut-sebut yang paling
bertanggungjawab terhadap kebijakan pengucuran dana talangan
Bank Century senilai 6,7 triliun. Dalam rapat paripurna Dewan
Perwakilan Rakyat telah diputuskan opsi C sebagai penyelesaian
politis kasus Bank Century. Artinya keputusan DPR menyetujui
kebijakan pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek atau FPJP
dan penyertaan modal sementara (PMS) kepada Bank Century,
serta pelaksanaanya bermasalah.”
Dari pernyataan di atas, tvOne seolah memberikan dan membenarkan
fakta bahwa Sri Mulyani yang paling bertanggung jawab atas dasar keputusan
rapat paripurna DPR yang menyatakan bahwa pemberian Fasilitas Pendanaan
52
Universitas Kristen Petra
Jangka Pendek (FPJP) dan Penyertaan Modal Sementara (PMS) kepada Bank
Century itu bermasalah. Perlu diingat kembali bahwa keputusan rapat paripurna
DPR yang menyatakan bahwa pemberitan FPJP dan PMS kepada Bank Century
merupakan kesepakatan anggota DPR atas hasil temuan dari Panitia Khusus Bank
Century. Penyerahan penanganan ke ranah hukum yaitu ke Komisi Pemberantasan
Korupsi dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk dilakukan penyelidikan
apakah dugaan-dugaan yang didapatkan oleh pansus Bank Century tersebut benar
adanya juga merupakan keputusan rapat paripurna DPR pada tanggal 3 Maret
2010.
Jadi, keputusan rapat paripurna DPR yang menyebutkan bahwa
pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan Penyertaan Modal
Sementara (PMS) kepada Bank Century itu bermasalah, belum terbukti sah secara
hukum. Ketika pihak KPK ataupun Polri melalui pengadilan menyatakan putusan
mereka kalau Sri Mulyani bersalah dalam pemberian FPJP dan PMS kepada Bank
Century atau Sri Mulyani diputuskan oleh KPK bahwa dirinya memang
melakukan tindak pidan korupsi, putusan itulah yang sah sebagai putusan tindak
pidana hukum yang bisa dijadikan dasar atau acuan pemberitaan bahwa Sri
Mulyani positif melakukan kesalahan dalam pemberian FPJP dan PMS. Sehingga,
perlu diingat kembali bahwa Sri Mulyani belum secara resmi dinyatakan bersalah
ataupun bertanggung jawab terhadap pengucuran dana talangan Bank Century
senilai 6,7 triliun rupiah.
Akan tetapi, tvOne melalui pernyataan tersebut seolah menyatakan fakta
bahwa Sri Mulyani yang paling bertanggung jawab berdasarkan keputusan rapat
paripurna DPR. Dan keputusan rapat paripurna DPR tersebut dijadikan acuan atau
pembenaran untuk menyalahkan Sri Mulyani. tvOne seolah menghilangkan fakta
bahwa keputusan rapat paripurna DPR belum terbukti benar secara keseluruhan.
Metro Highlights dan Liputan 6 Petang menyajikan pemberitaan yang
berbeda mengenai elemen roots ini. Kedua program berita tersebut juga
menjadikan keputusan hasil rapat paripurna DPR mengenai skandal Bank
Century. Akan tetapi, mereka menyebutkan bahwa pihak yang dituding paling
bertanggung jawa atas kasus bailout Bank Century ada dua pihak yaitu Sri
Mulyani dan Boediono. Berbeda dengan tvOne yang hanya menyebutkan satu
53
Universitas Kristen Petra
pihak yaitu Sri Mulyani yang disebut-sebut paling bertanggung jawab atas kasus
bailout Bank Century.
Melalui analisa dari bingkai yang pertama ini, dapat dilihat bahwa
pemberitaan mengarahkan Sri Mulyani dibingkai sebagai sosok tunggal yang
bertanggung jawab atas kasus bailout Bank Century. Seperti yang telah dikatakan
peneliti pada latar belakang, ada perseteruan antara Aburizal Bakrie dengan Sri
Mulyani. Dan Aburidzal Bakrie merupakan pendana terbesar tvOne. Sehingga
peneliti menginterpretasikan bahwa ideologi kepemilikan tvOne mempengaruhi
pemberitaan walaupun tidak diperlihatkan secara eksplisit melalui kalimat-kalimat
pemberitaan yang terlalu tajam dan menyinggung. Melvin Mencher melalui
bukunya News Reporting and Writing juga mengatakan bahwa ownership atau
kepemilikan masih mempengaruhi bagaimana sebuah berita dikemas dan apa saja
yang perlu ditampilkan dan diudarakan kepada khalayak (Mencher, 2000, p.85)
4.3.2. Sri Mulyani seakan membenarkan keterlibatannya.
Dalam rekaman pemberitaan di Kabar Petang-tvOne tanggal 29 April
2010 mengenai penyelidikan Sri Mulyani dan Boediono oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), peneliti menemukan bingkai melalui elemen
visual images berikut,
54
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.3. Visual Images Sri Mulyani yang ditampilkan saat pemberitaan
Sumber : Kabar Petang tvOne, 2010
Melalui visual images di atas, tvOne menampilkan sosok Sri Mulyani
yang sedang turun dari mobil melalui tempat parkir basement yang dikawal oleh
pihak keamanan gedung Departemen Keuangan tanpa memberikan pernyataan
atau komentar apapun kepada para pencari berita. Teknik pengambilan gambar
pada visual images gambar 4.3 yang dilakukan oleh kameramen tvOne adalah
teknik kamera mendekati Subjek. Seperti yang dikemukakan oleh Morrisan dalam
bukunya berjudul Jurnalistik Televisi Mutakhir, kamera mendekati subjek atau
sering disebut dengan track in-dolly in adalah satu dari 12 teknik pengambilan
gambar. Teknik kamera mendekati subjek ini digunakan untuk memusatkan
perhatian penonton kepada suatu subjek tertentu dan dalam waktu bersamaan
mempertahankan posisi geografis subjek pada tempatnya (Morissan, 2004, p.186).
Dari visual images di atas, tvOne seolah ingin memusatkan perhatian
khalayak kepada sosok Sri Mulyani. tvOne juga seolah ingin menyampaikan
sosok Sri Mulyani sebagai sosok yang tak ingin berkomentar apa-apa atas
penyelidikan KPK terhadap dirinya dan sebagai pihak yang bersalah yang dikawal
masuk ke lift oleh pihak keamanan. Sedangkan stasiun TV nasional lainnya yaitu
Metro TV, pada hari yang sama juga menayangkan pemberitaan mengenai
penyelidikan Sri Mulyani dan Boediono di program Metro Highlight jam 19.30
WIB. Akan tetapi, Metro TV menampilkan visual images Sri Mulyani yang
berjalan dari lift menuju kendaraannya serta berkomentar kepada para pencari
berita mengenai penyelidikan yang dilakukan oleh KPK pada saat itu dengan
senyum dan tampak lebih bersahabat (MetroTV, 2010). Penggambaran visual
images dari Metro TV mengesankan interpretasi berbeda terhadap sosok Sri
Mulyani. Metro TV seolah memberikan kesempatan kepada Sri Mulyani untuk
55
Universitas Kristen Petra
berbicara mengenai penyelidikan KPK terhadap dirinya pada hari itu. Sedangkan
SCTV melalui program Liputan 6 Petang lebih menampilkan visual images
mengenai kedatangan pihak KPK yang terkesan ditutup-tutupi dan ketergesaan
pihak KPK yang masuk melalui pintu khusus (SCTV, 2010).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, salah satu tugas dari
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Sehingga penonjolan penyelidikan Sri
Mulyani oleh KPK, juga dapat memberikan kesan bahwa Sri Mulyani ini
terindikasi melakukan tindak korupsi karena tugas dari KPK berhubungan dengan
tindak pidana korupsi. Selain itu, pemilihan visual images yang dilakukan tvOne
dalam pemberitaan ini juga seolah ingin menyampaikan bahwa Sri Mulyani
terkesan menutupi kasus ini. Dan melalui „aksi‟nya yang hanya diam saja tak
berkomentar apapun seolah ingin menyampaikan bahwa Sri Mulyani
membenarkan bahwa dirinya yang menyebabkan kasus bailout Bank Century ini
terjadi.
Melalui visual images pada gambar 4.3., sosok Sri Mulyani yang
digambarkan sebagai seseorang yang enggan berkomentar apapun mengenai
penyelidikannya oleh KPK, lalu mimik wajah Sri Mulyani yang tidak bersahabat
dengan para pencari berita, dapat menimbulkan efek atau consequences. Efek
yang muncul dalam gambaran tersebut adalah Sri Mulyani adalah pihak yang
tidak mau koorperatif, lalu membiarkan khalayak berpikiran bahwa keengganan
Sri Mulyani untuk berkomentar merupakan suatu tanda bahwa dirinya memang
terlibat dan menyebabkan kasus bailout Bank Century terjadi. Padahal
penggambaran realitas yang disampaikan oleh tvOne ini belum tentu sepenuhnya
benar. Akan tetapi, kembali lagi pada pemahaman bahwa dalam konteks berita,
sebuah teks berita tidak bisa disamakan seperti sebuah salinan dari realitas yang
ada. Teks berita haruslah dipandang sebagai konstruksi atas realitas (Eriyanto,
2002, p.17).
Menurut Ibnu Hamad dalam bukunya Konstruksi Realitas Politik dalam
Media Massa, dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Bahasa
merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Dan selanjutnya
56
Universitas Kristen Petra
penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasi (dan makna)
tertentu. Dan jika dicermati secara teliti, seluruh isi media elektronik
menggunakan bahasa baik bahasa verbal (kata-kata tertulis atau lisan) maupun
bahasa non-verbal (gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka dan tabel).
Penggunaan bahasa tertentu bisa berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan
makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut
menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dan
bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas tetapi juga dapat menciptakan
realitas (Hamad, 2004, p.12). Sehingga tvOne menentukan untuk memilih
penggunaan bahasa verbal ataupun non-verbal untuk menyampaikan pesan atau
makna tertentu terhadap sosok Sri Mulyani yaitu Sri Mulyani adalah pihak yang
paling bertanggung jawab dalam kasus bailout Bank Century.
Melalui buku Theories of Communication, Stephen W. Littlejohn dan
Karen A. Foss mengemukakan bahwa media massa tidak hanya sebagai alat untuk
menyebarkan informasi di seluruh bagian bumi, tetapi juga alat untuk menyusun
agenda, serta memberitahu kita apa yang penting untuk dipikirkan. Mereka juga
mengutip pernyataan George Gerbner, Professor of Communication and the
founder of cultivation theory, yang menyimpulkan pentingnya media massa
sebagai kemampuan untuk menciptakan masyarakat, menjelaskan masalah,
memberikan referensi umum, dan memindahkan perhatian dan kekuasaan
(Littlejohn, 2009, p. 405). Dan dalam hal ini, tvOne sebagai media televisi yang
tegolong dalam media massa seolah ingin menggiring khalayak untuk berpikir
bahwa Sri Mulyani merupakan sosok yang paling bersalah dalam kasus bailout
Bank Century ini. Sehingga, khalayak nantinya juga dapat beropini atau
berpendapat bahwa adanya kasus bailout Bank Century yang terbukti merugikan
nasabah Bank Century dipandang sebagai kesalahan dari Sri Mulyani. Di sini
elemen appeals to principles secara tidak langsung muncul di mana Sri Mulyani
diklaim sebagai pihak yang seolah telah melalukan kesalahan, padahal hal
tersebut belum terbukti. Melalui pembingkaian yang terlihat pada pemberitaan
penyelidikan KPK terhadap Sri Mulyani dan Boediono dapat dilihat bagaimana
tvOne mengkonstruksi realitas yang ada menjadi sebuah berita yang dapat
57
Universitas Kristen Petra
menggiring khalayak untuk memahami pesan tertentu sesuai dengan pesan yang
diinginkan oleh tvOne untuk dipahami khalayak melalui pemberitaan tersebut.
4.3.3. Sri Mulyani sebagai sosok terperiksa Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Bingkai ini terlihat dari elemen-elemen perangkat pembingkai (framing
devices) dan juga perangkat penalaran (reasoning devices) yang peneliti temukan
dalam rekaman pemberitaan. Berikut adalah elemen catchphrases yang
memperjelas bingkai tersebut.
Gambar 4.4. Character Generator (CG) yang ditampilkan saat pemberitaan
Sumber : Kabar Petang tvOne, 2010
Dari gambar 4.4., catchphrases ditunjukkan melalui CG yang
ditampilkan oleh tvOne saat pemberitaan. Dapat dilihat bahwa kalimat yang
tertulis di CG adalah “KPK Periksa Sri Mulyani Hampir Tiga Jam” & “Sri
Mulyani Diperiksa Seputar Krisis dan JPSK”. Hingga saat ini, yang resmi menjadi
tersangka dalam kasus Bank Century adalah empat orang yaitu Robert Tantular
(Pemilik Bank Century), Linda Wangsa Dinata (Kepala Bank Century Cabang
Senayan), Hermanus Hasan Muslim (Dirut Bank Century) dan Krishna Jagateesen
(Direktur Treasury Bank Century). Kapasitas Sri Mulyani dalam penyelidikan
oleh KPK pada tanggal 29 April 2010 adalah sebagai anggota dan Ketua Komite
Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK). Lembaga tersebut dianggap bertanggung
58
Universitas Kristen Petra
jawab atas penyelamatan Century pada akhir 2008 lalu (Metro TV, 2010, para.5).
Jadi, faktanya pada hari penyelidikan yang dilakukan oleh KPK tanggal 29 April
2010, Sri Mulyani belum berstatus tersangka melainkan hanya sebagai saksi.
Akan tetapi, CG pemberitaan di atas, dua kali menampilkan kata periksa.
Perkataan ini seolah ingin menunjukkan kepada publik bahwa Sri Mulyani ini
melakukan kesalahan atas kasus bailout Bank Century sehingga KPK datang
untuk memeriksa dirinya. Padahal pada tanggal 29 April 2010 tersebut, KPK
hanya melakukan penyelidikan. Jadi, Sri Mulyani pada saat itu hanya dimintai
keterangan, bukan sedang diperiksa. Jika dilihat dari sudut pandang hukum,
penggunaan kata periksa atau dimintai keterangan mungkin tidak terlalu
dipermasalahkan. Akan tetapi, saat kata-kata tersebut dipakai untuk pemberitaan
di media, konteks pengertian kata periksa dan dimintai keterangan bisa jadi
berbeda. Kata periksa oleh khalayak dapat dimaknai sebagai tindakan yang
dilakukan oleh aparat hukum kepada pihak yang telah melakukan kesalahan.
Berbeda dengan kata dimintai keterangan yang lebih bercitra positif di mana
dimintai keterangan merupakan tindakan yang dilakukan guna meminta informasi
kepada pihak yang bersangkutan akan suatu hal. Jadi, perbedaan penulisan
Character Generator (CG) antara Sri Mulyani dengan Boediono
Perbedaan terlihat jelas saat di pemberitaan yang sama juga, ditampilkan
CG “Boediono Dimintai Keterangan KPK di Wisma Negara” (Gambar 4.4).
Sedangkan saat pemberitaan mengenai Sri Mulyani, CG yang ditampilkan adalah
periksa bukan dimintai keterangan. Status dari CG mengenai Boediono ini tidak
menyalahi aturan karena sekali lagi dikatakan sendiri oleh pihak KPK melalui
Wakil Ketuanya, M.Jasin, mengatakan bahwa pada tanggal 29 April 2010, KPK
hanya melakukan penyelidikan dengan meminta keterengan terhadap Boediono
dan Sri Mulyani terkait kasus bailout Bank Century. Status dari kedua orang
tersebut adalah hanya sebagai saksi yang sedang dimintai keterangan terkait kasus
Bailout Bank Century dan belum terbukti ada indikasi korupsi dari kedua orang
tersebut. Melalui CG di atas yang baris terakhir, pada running text tertulis “Sri
Mulyani dimintai keterangan hampir 2,5 jam”. Tetapi yang dituliskan di CG, di
mana tulisan tampak lebih besar dan lebih terlihat jelas untuk khalayak tertulis
“Sri Mulyani diperiksa seputar krisis dan JPSK”.
59
Universitas Kristen Petra
Dapat dilihat bahwa tvOne terkesan lebih menonjolkan makna diperiksa
dibanding dimintai keterangan untuk Sri Mulyani. Di samping itu, CG pada
gambar 4.4 mengenai Sri Mulyani ditampilkan secara terus-menerus sepanjang
pemberitaan. Sehingga, melalui analisa di atas dapat dilihat bahwa fakta yang
ditonjolkan oleh tvOne tidak berimbang karena ada perbedaan CG antara Sri
Mulyani dan Boediono. Dan tvOne seolah ingin menyampaikan pesan kepada
khalayak bahwa status Sri Mulyani ini sudah sampai pada tahap pihak yang
bersalah dan terlibat dalam kasus bailout Bank Century. Berbeda dengan
Boediono yang statusnya hanya sebatas pihak yang dimintai keterangan saja.
Penonjolan realitas ini tentu saja menimbulkan efek atau consequences terhadap
sosok Sri Mulyani di mana Sri Mulyani akhirnya dipandang sebagai pihak
terperiksa. Padahal Sri Mulyani hanya sedang menjalani penyelidikan saja sama
halnya dengan Boediono.
Menurut Deddy Iskandar Muda dalam bukunya berjudul Jurnalistik
Televisi, siaran berita melalui media elektronik sifatnya hanya sekilas atau disebut
juga dengan istilah “transitori” yang artinya informasi tersebut hanya dapat
didengar atau dilihat sepintas saja. Tidak dapat diulangi lagi kecuali pendengar
atau penonton televisi memang telah menyediakan alat bantu perekam. Akan
tetapi, cara demikian tidak lazim dilakukan oleh pendengar atau pemirsa televisi.
Oleh karena itu, teknik penulisan berita di media elektronik dibedakan dengan
cara-cara penulisan berita untuk media cetak. Sehingga media televisi yang
identik dengan karakter audio visualnya perlu mendesain cara-cara penulisan agar
mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar atau penontonnya yang notabene
terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda
(Muda, 2005, p.47-48). Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa pemilihan dan
perbedaan penulisan yang dilakukan oleh tvOne pada Character Generator (CG)
Sri Mulyani dan Boediono bertujuan juga untuk menggiring khalayak dalam
memaknai pemberitaan bahwa Sri Mulyani sedang menjalani pemeriksaan atas
kasus bailout Bank Century.
Di hari yang sama yaitu pada 29 April 2010 jam 17.53 WIB, Metro TV
juga menyiarkan berita pada program Metro Hari Ini mengenai pemeriksaan Sri
Mulyani dan Boediono. Akan tetapi, dapat dilihat bahwa stasiun televisi ini
60
Universitas Kristen Petra
menempatkan posisi Sri Mulyani dan Boediono sama. Dalam CG yang
ditampilkan tertulis “KPK Periksa Sri Mulyani-Boediono”, “Pemeriksaan
Boediono-Sri Mulyani”. Berbeda dengan tvOne yang membedakan CG antara Sri
Mulyani dan Boediono.
Gambar 4.5. Character Generator (CG) Metro TV yang ditampilkan
saat pemberitaan
Sumber : Metro Highlight, 2010
Dan stasiun Televisi Nasional lainnya yaitu RCTI, pada tanggal 29 April
2010 melalui program berita Seputar Indonesia, menyajikan pemberitaan
mengenai penyelidikan KPK terhadap Sri Mulyani dan Boediono. Akan tetapi,
CG yang ditampilkan oleh RCTI juga berimbang antara Sri Mulyani dan
Boediono. “Boediono-Sri Diperiksa” merupakan CG yang ditampilkan selama
pemberitaan. Sama halnya dengan CG yang ditampilkan oleh SCTV dalam
program Liputan 6 Petang yang menuliskan “Wapres-Menkeu Diperiksa” dan “
KPK Periksa Wapres Boediono di Istana Negara.”
Gambar 4.6. Character Generator (CG) RCTI yang ditampilkan saat pemberitaan
Sumber : Seputar Indonesia, 2010
Gambar 4.7. Character Generator (CG) SCTV yang ditampilkan
saat pemberitaan
Sumber : Liputan 6 Petang, 2010
61
Universitas Kristen Petra
Dalam bukunya Kalimat Jurnalistik, A.M Dewabrata membahas
mengenai pemilihan kata. Ia mengatakan bahwa pada dasarnya, kata adalah suatu
tanda untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan, konsep, makna. Konsep
itu bisa berupa benda, gerak, sikap, keadaan citarasa, perasaan, dan banyak lagi.
Dan pemilihan kata yang tepat untuk digunakan menyampaikan pesan, amatlah
penting. Bukan hanya untuk memfokuskan makna, tetapi juga bisa
mengindikasikan keberpihakan atau empati si wartawan serta media masssanya.
Terkadang, wartawan mengikuti kerangka berpikir sumber berita, sehingga
menguntungkan sumber berita itu. Tetapi terkadang, wartawan juga mengikuti
kerangka berpikir dari idelogi media massanya sehingga menguntungkan pihak
media massanya itu.
A.M Dewabrata juga mengemukakan mengenai kata berkecenderungan.
Ia mengatakan bahwa dalam memilih kata yang dipakai untuk menyusun kalimat
berita, kadang juga perlu mempertimbangkan kecenderungan konotasinya. Ia
mencontohkan kata melalaikan, mengabaikan, dan melecehkan, sama-sama punya
makna “tidak mau menuruti atau tidak memperhatikan”. Tetapi, masing-masing
kata itu mengandung konotasi berbeda, nuansa berbeda. Pesan yang dibawa
masing-masing kata itu berbeda muatannya, sehingga kalimat yang terbentuk
menggunakan kata-kata itu pun akan beda tampilan (performance)-nya, beda
kesannya. Kalau merambah dalam jurnalisme, bisa juga disebut beda misinya
(Dewabrata, 2004, p.155-163). Sama halnya dengan kata diperiksa, dimintai
keterangan, atau ditanyai. Kata ini sama-sama mengandung arti tindakan yang
dilakukan untuk memperoleh informasi atau keterangan mengenai sesuatu. Akan
tetapi makna kata diperiksa lebih cenderung memiliki kesan bahwa seseorang
tersebut telah melakukan kesalahan sehingga harus menjalani pemeriksaan.
Selain elemen catchphrases, ada elemen exemplaar dalam visual images
yang mendukung bingkai ketiga ini.
Pernyataan Hengkinus Manao, Inspektur Jenderal Departemen
Keuangan :
“Ya sesuai dengan apa, aaa permintaan dari KPK ya mereka aaa
meminta kesediaan Menteri Keuangan untuk memberi keterangan atau
klarifikasi tentang kasus Bank Century, saya kira sudah tahu. Dan
Menteri Keuangan, aaa telah menyatakan bersedia dan Menteri
62
Universitas Kristen Petra
Keuangan menganggap hal ini sebagai tugas yang perlu dipenuhi,
maka hari ini aaa ibu telah menyisihkan waktu untuk apa, memenuhi
jadwal”
Pernyataan status penyelidikan oleh Yopie Hidayat, Juru Bicara Wakil
Presiden :
“Yang perlu saya sedikit koreksi ini bukan pemeriksaan, karena
status perkara ini sendiri ditabelkan masih berupa penyelidikan. Jadi,
pak Boediono saat ini bukan sedang diperiksa, melainkan dalam
suratnya dengan jelas pak KPK mengatakan ingin meminta keterangan
dan klarifikasi mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan masalah
Bank Century. Jadi ini bukan sebuah pemeriksaan pro-yudistia,
melainkan upaya penyelidikan oleh KPK dan kita harus memahami
bahwa penyelidikan itu.....[di-cut]”
Melalui kutipan pernyataan dari kedua sumber di atas, dapat dilihat
bahwa Hengkinus Manao selaku Inspektur Jenderal Departemen Keuangan (Irjen
Depkeu) menyatakan kalau Sri Mulyani menganggap penyelidikan ini sebagai
tugas yang harus dipenuhi dan Sri Mulyani secara khusus memenuhi jadwal
penyelidikan tersebut. Padahal belum tentu Sri Mulyani menganggapnya
demikian karena itu bukan merupakan pernyataan resmi yang dikatakan oleh Sri
Mulyani secara langsung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari
kata penyelidikan adalah usaha memperoleh informasi melalui pengumpulan data,
proses, cara, perbuatan menyelidiki, pengusutan, pelacakan. Jadi, tindakan yang
dilakukan oleh KPK kepada Sri Mulyani maupun Boediono hanya sebatas usaha
memperoleh informasi mengenai kasus bailout Bank Century, tidak lebih dari itu.
Selain Irjen Depkeu, melalui kutipan wawancara di atas, Yopie Hidayat
selaku Juru bicara Wakil Presiden menyatakan dengan tegas bahwa Boediono ini
bukan sedang diperiksa, tapi hanya dimintai keterangan saja. KPK bukan
melakukan pemeriksaan pro-yudistia, tetapi hanya upaya penyelidikan. Perlu
diketahui bahwa pernyataan jubir presiden ini diletakkan di akhir berita atau
penutup. Jadi tvOne seolah ingin menekankan kepada khalayak bahwa Boediono
ini benar-benar hanya sedang memenuhi upaya penyelidikan saja.
63
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.8. Visual Images pernyataan dari pihak Sri Mulyani dan Boediono
Sumber : Kabar Petang tvOne, 2010
Pernyataan dari kedua pihak yaitu Hengkinus Manao yang mewakili
pihak Sri Mulyani dan Yopie Hidayat yang mewakili pihak Boediono, didukung
dengan visual images di atas. Dapat dilihat dari visual images di atas bahwa
gambar ditampilkan secara close up. Jadi, pada saat itu, fakta di lapangan
menunjukkan bahwa mereka berdua sedang mengadakan konferensi pers secara
terpisah yang diliput oleh para pencari berita. Agenda dari konferensi pers
tersebut adalah penjelasan mereka terkait penyelidikan Sri Mulyani dan Boediono
oleh KPK. Akan tetapi, dari pernyataaan konferensi pers tersebut, tvOne tidak
menampilkan pernyataan tersebut secara keseluruhan. tvOne menyeleksi bagian
konferensi pers manakah yang hendak ditampilkan dalam pemberitaan.
Perlu diingat kembali bahwa analisis framing mencermati strategi seleksi,
penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih
menarik, lebih berarti, lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak
sesuai dengan perspektif media tersebut (Sobur, 2006, p.161). Sehingga tvOne
dalam hal ini melakukan seleksi bagian konferensi pers manakah dari kedua
sumber tersebut yang ingin ditonjolkan agar muncul interpretasi tertentu dari
khalayak. tvOne memilih untuk menampilkan potongan pernyataan Hengkinus
Manao agar khalayak mengetahui bahwa penyelidikan KPK ini wajib dipenuhi
oleh Sri Mulyani. Dan sebagai pihak yang paling bertanggun jawab menurut
tvOne, merupakan tugas Sri Mulyani untuk memenuhi panggilan KPK.
Dan pernyataan tegas Yopie Hidayat selaku Juru Bicara Wakil Presiden
dipilih oleh tvOne sebagai penutup dari pemberitaan tersebut. Selain pemilihan
pernyataan dari kedua sumber tersebut, penempatan berita juga berdampak pada
pembingkaian Sri Mulyani. tvOne seolah ingin menekankan kepada khalayak
bahwa ada perbedaan penyelidikan KPK terhadap Sri Mulyani dan Boediono di
64
Universitas Kristen Petra
mana perbedaan tersebut menunjukkan kepada khalayak bahwa Sri Mulyani
sedang menjalani pemeriksaan, sedangkan Boediono hanya sedang menjalani
proses penyelidikan oleh KPK. Dan penting untuk diketahui khalayak melalui
pernyataan tegas jubir wapres tersebut bahwa Beodiono ini hanya dimintai
keterangan saja, berbeda dengan Sri Mulyani yang dibingkai tvOne sebagai
pemenuhan tugas dan jadwal.
Sedangkan pada program Metro Highlights, pernyataan yang ditampilkan
adalah pernyataan dari Julian Pasha selaku Jubir Kepresidenan. Materi yang
disampaikan melalui pernyataan tersebut adalah alasan pemindahan lokasi
penyelidikan saja. Begitu juga dengan Liputan 6 Petang yang juga menyajikan
pernyataan dari Julian Pasha dan ada tambahan pernyataan dari Harry Z. Suratin
selaku Kahumas Kementerian Keuangan. Pernyataan dari Harry Z. Suratin ini
menegaskan bahwa pihak KPK telah melakukan proses permintaan keterangan
kepada Sri Mulyani sehubungan dengan kebijakan yang terkait dengan bailout
Bank Century dari jam 10.30 hingga 13.00 WIB (SCTV,2010).
4.3.4. Framing dari ketiga bingkai mengenai Sri Mulyani
Melalui tiga bingkai yang peneliti telah jelaskan diatas, dapat dilihat
bagaimana tvOne sebagai salah satu stasiun televisi berita membentuk realitas
terhadap Sri Mulyani dalam kasus bailout Bank Century. Seperti yang dikatakan
oleh Berger, realitas tidak dibentuk secara ilmiah dan bukan sesuatu yang
diturunkan oleh Tuhan. Realitas itu dibentuk dan dikonstruksi. Tiap individu
dapat mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas (Eriyanto,
2002, p.13-17). tvOne mengkostruksi realitas melalui teks berita dan juga visual
images menjadi suatu berita. Teks berita yang menyatakan bahwa Sri Mulyani
merupakan pihak yang paling bertanggung jawab merupakan salah satu contoh
konstruksi yang dilakukan oleh tvOne untuk membingkai sosok Sri Mulyani.
Dalam konteks berita, sebuah teks berupa berita tidak bisa disamakan seperti
sebuah salinan dari realitas, ia haruslah dipandang sebagai konstruksi atas realitas.
Karena itu, sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara
berbeda (Eriyanto, 2002, p.13-17).
65
Universitas Kristen Petra
Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama dan
keberadaan bahasa ini tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan
sebuah realitas melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai
suatu realitas media yang akan muncul di benak khalayak. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa bahasa mengandung makna (Hamad, 2004, p.12). Sehingga
melalui penyusunan paket berita yang disampaikan kepada khalayak dapat dilihat
bahwa tvOne melakukan pembingkaian terhadap Sri Mulyani sebagai sosok
tunggal yang telah melakukan kesalahan atas tindakan penyelamatan Bank
Century. Sri Mulyani juga dibingkai tvOne sebagai sosok yang sedang menjalani
pemeriksaan. Dan yang terakhir adalah Sri Mulyani dibingkai sebagai pihak yang
enggan berkomentar apapun kepada publik seakan membenarkan keterlibatannya.
Penyampaikan bingkai tersebut dilakukan oleh tvOne melalui elemen-elemen
yang telah peneliti deskripsikan pada sub-bab 4.3.1. hingga 4.3.3.
Selain itu, dalam melakukan pembingkaian, ada faktor teknis di
dalamnya. Faktor teknis tersebut adalah ketebatasan-ketebatasan kolom dan
halaman (pada media cetak) atau waktu (pada media elektronik), jarang ada media
yang membuat berita sebuah peristiwa utuh mulai dari menit pertama kejadian
hingga ke menit akhir. Atas nama kaidah jurnalistik, peristiwa yang panjang, lebar
dan rumit, dicoba “disederhanakan” melalui mekanisme pembingkaian (framing)
fakta-fakta dalam bentuk berita sehingga layak terbit atau layak tayang. Dan
pembuatan frame itu sendiri didasarkan atas berbagai kepentingan internal
maupun eksternal media, baik dari teknis, ekonomis, politis, ataupun ideologis.
Sehingga pembuatan sebuah pemberitaan tidak saja mengindikasikan adanya
kepentingan-kepentingan itu, tetapi juga dapat mengarahkan hendak dibawa
kemana issue yang diangkat tersebut (Hamad, 2004, p.22-23).
tvOne yang tergolong dalam media elektronik, tentu saja terbentur oleh
waktu. Dalam menyajikan suatu paket berita yang umumnya berdurasi 2-3 menit,
tvOne dituntut untuk menyajikan pemberitaan mengenai penyelidikan Sri
Mulyani-Boediono oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jadi, melalui
analisa data dari tiga temuan pada sub-bab 4.3.1. sampai 4.3.3. dapat dilihat
bagaimana tvOne menyusun fakta-fakta yang dianggap penting untuk diberitakan
kepada khalayak di mana penyusunan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
66
Universitas Kristen Petra
internal maupun eksternal. Seperti yang dikatakan Shoemaker dalam bukunya
Mediating The Message, dikatakan bahwa pemilik suatu media memiliki posisi
dalam organisasi media tersebut. Pengaruh mereka telah menarik minat ilmiah
substansial. Akhirnya, pemilik media tersebut atau jajaran eksekutif memiliki
keputusan final terhadap apapun yang dilakukan oleh organisasi media tersebut
(Shoemaker, 1996).Salah satu faktor internal yang mempengaruhi adalah ideologi
kekuasaan atas kepemilikan tvOne oleh Aburizal Bakrie yang merupakan rival
politik dari Sri Mulyani. Sehingga secara otomatis, penyusunan fakta yang
dilakukan oleh tvOne melalui pemberitaan lebih dititik beratkan kepada kesalahan
Sri Mulyani dan mengarahkan khalayak agar sosok Sri Mulyani dibingkai atau
dipandang negatif oleh khalayak.
top related